Anda di halaman 1dari 4

ESTIN DANURDARA

MP B/NIM 18101244005

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP


MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1. Jelaskan kelemahan dalam menetapkan biaya pendidikan per peserta didik!


Pembiayaan dalam sebuah pendidikan terdapat beberapa bagian – bagian biaya yakni
adanya pembiayaan untuk investasi, pembiayaan operasional kegiatan, dan biaya
personal atau biaya peserta didik (Sulistyoningrum, 2010). Biaya personal atau biaya
peserta didik ini adalah sejumlah anggran yang direncana kemudian harus dikeluarkan
peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu lembaga
pendidikan (Depdiknas, 2008). Masih ada beberapa kelemahan dalam menetapkan
biaya pendidikan per peserta didik yakni :
a. Masih kurang jelasnya efisiensi dalam menentukan ketepatan dalam
menggunakan anggaran pendidikan yang memfokuskan pada suatu faktor input
pendidikan yang dapat memengaruhi prestasi atau keberhasilan belajar siswa.
b. Terkadang kebutuhan yang diperlukan peserta didik masih belum terancang secara
riil.
c. Keterbatasan kemampuan keuangan orangtua peserta didik masih menjadi
pertimbangan yang sulit dalam menetapkan biaya pendidikan di sekolah-sekolah.
d. Tidak meratanya pendapatan asli daerah yang menjadikan kendala dalam
meratakan anggaran biaya atau dana yang akan dikeluarkan untuk pendidikan
secara merata di berbagai sekolah-sekolah.
e. Masih kurangnya tingkat efsiensi manajemen dana BOS oleh sekolah sekolah
dalam proses kegiatan pengalokasian dana.

Referensi :

Ferdi, W. P. (2013). Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis. Jurnal pendidikan dan


kebudayaan, 19(4), 565-578.

Fattah, N. (2008). Pembiayaan pendidikan: landasan teori dan studi empiris. Jurnal


Pendidikan Dasar, 9, 1-4.
2. Jelaskan implementasi di lapangan terkait prinsip keadilan, kecukupan, dan
keberlanjutan sumber pendanaan pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam PP 48
Tahun 2008 Pasal 50 (Ayat 1) !
a. Implementasi terkait prinsip keadilan yakni besarnya dana anggaran pendidikan
dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berdasarkan kemampuan
pada masing masing daerah. Contohnya seperti pendidikan formal dapat diakses
oleh seluruh warga Indonesia tanpa membedakan berbagai macam kalangan
kondisi keuangan. Seperti wajib belajar selama 12 tahun.
b. Implementasi dalam prinsip kecakupan yakni pembiayaan yang diselenggarakan
lembaga pendidikan cukup untuk mmenuhi kebutuhan pembelajaran. Seperti
pengadaan fasilitas dan sarana prasarana pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan sekolah.
c. Implementasi prinsip keberlanjutan yakni pendanaan pendidikan dapat berupa
bantuan dari pemerintah yang di peruntukkan untuk masyarakat Indonesia yang
tidak mampu untuk membiayai pendidikan anaknya yang ingin melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Contohnya seperti adanya beasiswa di
berbagai daerah, adanya KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan Dana BOS (Bnatuan
Operasional Sekolah) untuk bantuan yang sifatnya berkelanjutan bagi kepentingan
penduduk untuk mengutamakan pendidikan.

Referensi :
Indonesia, P. R. (2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

3. Mengapa otonomi daerah dapat memengaruhi pembiayaan pendidikan!


Otonomi daerah bisa memengaruhi pembiayaan pendidikan dikarenakan setiap
pemimpin dari berbagai daerah pasti memiliki tugas yang mengelola dan mengurusi
serta bertanggung jawab akan sistem pemerintahannya termasuk dalam dunia
pedidikan. Pemerintah daerah pasti memiliki beberapa sumber keuangan, dengan hal
ini proses pembiayaan pendidikan pada biaya kegiatan pembelajaran operasional di
sekolah-sekolah yang semula diarahkan melalui belanja rutin kemudian pemerintah
pusat mengalokasikan langsung kepada daerah sebagai termasuk dalam Dana Alokasi
Umum (DAU) dapat dijadikan sebagai mekanisme pembiayaan yang jelas agar
pendidikan disetiap daerah dapat terencana sesuai dengan kebutuhan pembiayaan
pendidikan daerahnya masing-masing. Pembiayaan pendidikan diberbagai daerah
sangat berbeda beda, sehingga adanya otonomi daerah sebagai pemegang tanggung
jawab untuk mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan ditingkat mikro (sekolah).

Referensi :
Hidayat, R. (2013). Pengaruh manajemen strategik dan biaya pendidikan terhadap daya saing
sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya. Administrasi
Pendidikan: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pascasarjana, 1(2), 187-192.

4. Jelaskan manfaat pemeriksaan usulan anggaran dari suatu unit kerja oleh unit kerja
lain diatasnya!
Adanya pemeriksaan itu sebagai proses penelusuran atau identifikasi permasalahan,
penganalisis serta pengevaluasian yang dilakukan sesuai standar pemeriksaan
keuangan untuk menilai kebenaran yang sesuai dengan fakta, kecermatan serta
ketelitian yang kredibilitas dengan informasi yang beradasarkan fakta (UU No. 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Dan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan
Negara). Beberapa manfaat usulan anggaran adalah :
a. Untuk mewujudkan perencanaan usulan anggaran yang komperehensif antar unit
kerja.
b. Agar pengelolaan keuangan sesuai dengan kedudukan dan kewenangan di semua
unit kerja.
c. Agar unit kerja yang satu dengan yang lainnya dapat saling mengetahui mengenai
anggaran yang diusulkan agar terhindar dari masalah pemanipulasian dana
disetiap untit kerja daerah.
Referensi :
Nomor, U. U. R. I. (15). Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara. 2004. Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia.

Salsabila, A., & Prayudiawan, H. (2011). Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan Audit dan
Gender terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal (Studi Empiris pada Inspektorat
Wilayah Provinsi DKI Jakarta). Jurnal telaah dan riset akuntansi, 4(2), 155-175.

5. Mengapa mekanisme penganggaran di Indonesia sudah ketat tapi masih kurang


berhasil dalam mencegah terjadinya korupsi?
Karena masih ada hambatan-hambatan dalam faktor internal dan eksternal. Yakni
hambatan faktor internal adalah masih kurangnya penguatan kepada pegawai
pemberantasan korupsi yang harusnya bekerja dengan secara bijaksana dalam
melakukan pemeriksaan data secara valid melalui chros-check. Jumlah pegawai
pemberantasan korupsi pun juga masih terbatas di Indonesia. Faktor eksternal dari
hambatan pencegahan korupsi yakni
a. Masih lemahnya pengadilan tindak pidana korupsi di daerah, hal ini yang
membuat terjadinya para koruptor tidak merasakan penyesalan dalam
menggunakan uang negara.
b. Koordinasi supervisi dengan instansi paling rentan untuk terjadi tindak pidana
korupsi, karena koordinasi tersebut masih transparan dan masih kurangnya bukti
pendapatan anggaran kas daerah.
c. Pemberian grasi pada tindak pidana korupsi sangat mubadzir bagi kinerja Komisi
Pemberantasan Korupsi di pengadilan karena hal ini tidak mmebri efek jera pada
koruptor.

Referensi :

Muzoffar, A. (2016). Upaya Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Mencegah Tindak


Pidana Korupsi Kepala Daerah. E-Civics, 5(9).

Anda mungkin juga menyukai