Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SOSIOLOGI DAN POLITIK

Dosen: Dr.H.M. Harlie,MM

Kelas Reguler Pagi C


Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi
Kelompok VI (BAB V)
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI

Disusun Oleh:

-Sherly Amelia
- Sita Aledya
- Tiara Devi Sekarsari
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur atas Kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan
judul “SOSIALISASI POLITIK ” dengan tujuan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengantar Sosiologi Politik Tahun Ajaran 2019.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kategori sempurna,
oleh karena itu kami dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang.

Selanjutnya dalam kesempatan ini kami tidak lupa untuk menyampaikan ucapan terima
kasih yang sedalam–dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga Makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, April 2019


Daftar isi:

Bab V Sosialisasi Politik


A. Pengertian Sosialisasi……………………………………...
1. Paul B. Horton dan Chester. L. Hunt…………………..........
2. David. B Brinkerhoff dan Lynn. K. White………………………….
3. James w. Vander Zanden…………………………………………….

B. Pengertian Sosialisasi Politik……………………………….


1. M. Rush dan P. Althoff………………………………………………..
2. A. Thio…………………………………………………………………...
3. Gabriel A. Almond…………………………………………..

C. Agen Sosialisasi Politik


1. Keluarga…………………………………………………………………..
2. Sekolah……………………………………………………………………
3. Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)…………………………….
4. Media Massa…………………………………………………

D. Mekanisme Sosialisasi Politik


1. Instansi……………………………………………………………………….
2. Intruksi……………………………………………………………………….
3. Desiminasi……………………………………………………………………
4. Motivasi………………………………………………………………
5. Penataran…………………………………………………….

E. Perkembangan Sosialisasi Politik


1. Cermin Diri Politik………………………………………………….
2. Pengambilan Peran Politik……………………………………..
5
SOSIALISASI POLITIK

A. PENGERTIAN SOSIALISASI
Apa itu sosialisasi? Pengertian Sosialisasi adalah suatu proses
belajar-mengajar atau penanaman nilai, kebiasaan, dan aturan dalam
bertingkah laku di masyarakat dari satu generasi ke generasi lainnya sesuai
dengan peran dan status sosial masing-masing di dalam kelompok
masyarakat.

Pengertian sosialisasi dalam arti sempit adalah proses pembelajaran yang


dilakukan individu dalam mengenal lingkungannya, baik lingkungan fisik
maupun sosial. Sedangkan pengertian sosialisasi dalam arti luas adalah
suatu proses interaksi dan pembelajaran yang dilakukan seseorang sejak ia
lahir hingga akhir hayatnya di dalam suatu budaya masyarakat.

Melalui proses sosialisasi maka seseorang dapat memahami dan


menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-
masing sesuai budaya masyarakat. Dengan kata lain, individu mempelajari
dan mengembangkan pola-pola perilaku sosial dalam proses pendewasaan
diri.

1. PAUL B. HORTON DAN CHESTER. L. HUNT

Menurut Paul B Horton dan Chester L Hunt, Pengertian Sosialisasi ialah


proses seseorang dalam menghayati norma-norma kelompok dimana dia hidup,
sehingga timbullah jati diri yang unik.

2. David B Brinkerhoft dan Lynn K White 

David B Brinkerhoft dan Lynn K White mengatakan bahwa Pengertian


Sosialisasi merupakan suatu proses belajar peran, status dan nilai yang diperlukan
untuk partisipasinya dalam institusi sosial.
3. James W Vander Zanden

Menurut James W Vander Zanden, Pengertian Sosialisasi adalah suatu proses


interaksi sosial dimana orang memperoleh pengetahuan, nilai, sikap dan perilaku
esensial untuk berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.

B. PENGERTIAN SOSIALISASI POLITIK

Menurut Rachman ( 2006) menjelaskan dari pengertian sosialisasi Politik


berasal dari dua kata yaitu Sosialisasi dan Politik. Sosialisasi berarti
pemasyarakatan dan Politik berarti urusan negara. Jadi secara etimologis
Sosialisasi Politik adalah pemasyarakatan urusan negara. Urusan Negara yang
dimaksud adalah semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Sedangkan menurut Michael Rush dan Phillip Althoff yang dikutip
dari http://setabasri01.blogspot.commenjelaskan Sosialisasi politik adalah
proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali sistem politik
yang kemudian menentukan persepsi serta reaksinya terhadap gejala-gejala
politik. Sosialisasi politik juga sarana bagi suatu suatu generasi untuk
mewariskan keyakinan-keyakinan politiknya kepada generasi sesudahnya.
Sosialisasi politik ini merupakan proses yang berlangsung lama dan rumit yang
dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi di antara kepribadian individu dan
pengalaman-pengalaman politiknya yang relevan dan memberi bentuk terhadap
tingkah laku politiknya.
Sosialisasi politik mempunyai tujuan menumbuh kembangkan serta
menguatkan sikap politik dikalangan masyarakat (penduduk) secara umum
(menyeluruh), atau bagian-bagian dari penduduk, atau melatih rakyat untuk
menjalankan peranan-peranan politik, administrative, judicial tertentu.
Menurut Hyman dalam buku panduan Rusnaini ( 2008) sosialisasi politik
merupakan suatu proses belajar yang kontinyu yang melibatkan baik belajar
secara emosional (emotional learning) maupun indoktrinasi politik yang
manifes dan dimediai oleh segala partisipasi dan pengalaman si individu yang
menjalaninya. Sosialisasi politik melatih individu dalam memasukkan nilai-
nilai politik yang berlaku di dalam sebuah sistem politik.

1. Michael Rush dan Philip Althoff


Menurut Michael Rush dan Philip Althoff, sosialisasi politik adalah suatu
proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang. Tidak
hanya memperkenalkan saja tetapi juga bagaimana orang tersebut menentukan
tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik yang ada.

 
2. A. Thio
Sosialisasi politik merupakan proses dimana individu-individu
memperoleh pengetahuan, kepercayaan-kepercayaan, dan sikap politik.
 
3. Gabriel A. Almond
Sosialisasi politik merupakan proses dimana sikap-sikap politik dan pola-
pola tingkahlaku politik diperoleh atau dibentuk, dan juga merupakan sarana
bagi suatu generasiuntuk menyampaikan patokan-patokan politik dan
keyakinan-keyakinan politikkepada generasi berikutnya.

C. AGEN SOSIALISASI POLITIK

1. Keluarga
Pola sosialisasi politik dapat berlangsung dalam dua bentuk umum:
pertama,sosialisasi represif, yaitu sosialisasi yang menekankan padakepatuhan anak
dan penghukuman terhadap perilaku yang
keliru. Kedua, sosialisasi partisipatif, yaitu sosialisasiyang menekankan pada otonomi
anak dan memberikan imbalan terhadap perilaku anak yang baik.Menurut Berstein ada
dua pola ideal keluarga, yaitu pertama keluarga posisional,dikutip oleh Robinson (1986:
81-82) dalam kaitannya dengan sosialisasi politik, anakmengalami sosialisasi akan sangat
memerhatikan posisi mereka dalam hubungan orang lain.Disamping itu, ia lebih bebas
menentukan sikap dan perilaku politikny sesuai dengan pikirannya yang relatif bebas,
tidak tergantung pada (orientasi) keluarganya. Kedua, keluargaterpusat mereka
disosialisasikan melaui keluarga yang terpusat pada pribadi akan dididik,diuji, dan
dikembangkan sesuai dengan format keluarga. Dengan kata lain, bakat, potensi,dan
kompetensi yang dimilikinya dikembangkan tidak jauh dari apa yang dimiliki
olehkeluarga. Dalam hubungan dengan sosialisasi politik, keluarga menjadi patron dan
rujukandalam bertindak dan bersikap.

2.Sekolah

A. Sekolah sebagai sistem sosial


 
Sistem tindakan terdiri dari, sistem budaya, sistem ini mengembangkan nilai
dannorma budaya yang dilembagakan dalam sistem sosial. Sementara sistem sosial
menjagafungsi intergritas, karena sistem ini mengoordinasikan dan menciptakan
kesesuaian antar bagian-bagian atau anggota-
anggotanya. Sedangkan sistem kepribadian menyandang fungsi pencapaian tujuan, karena 
sistem ini mengarahkan individu untuk meraih tujuan individuyang tidak bersebrangan
atau bertentangan dengan orientasi bersama. Terakhir, sistemorganisme memelihara
fungsi adaptasi, karena masalah adaptasi ditentukan sebagian besaroleh sifat-sifat biologis
individu sebagai organisme yg berperilaku dengan persyaratan bilogisdasar tertentu yang
harus dioenuhi oleh mereka supaya tetap hidup. Dalam sistem sosial,secara umum
peranan-peranan dimainkan oleh lembaga keluarga, agama, dan pendidikan.Jadi, sekolah
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang terpenting dalam masyarajat
 
modern yang mempunyai fungsi pemeliharaan pola laten dalam sistem sosial.

B. Gaya kepemimpinan guru

Gaya kepemimpinan guru di sekolah dapat memengaruhi cara berpikir, cara


merasa,dan cara bertindak aiawa di kemudian hari. Bagi siswa yang menganggap apa-apa
yangditerima, diperoleh, dan dipelajari di sekolah merupakan suatu yang baik untuk
dijadikan pedoman,
referensi atau rujukan dimasa akan datang, maka sikap dan perilaku politik siswatersebut
secara teoritis hipotesis akan tercermin gaya kepemimpinan gurunya ketika di
masasekolah tergantung pola konteks sosialisasi lainnya, baik primer maupun sekunder .

C.Learner-centered  versus teacher-centered 

 Pola hubungan guru-murid yang disebut pertama dikenal sebagai teacher-


centered,sedangkan hubungan guru-murid yang disebut terakhir dikenal sebagai learned-
centered.Semakin cenderung hubungan guru-murid ke arah
learned-centered 
, maka semakincenderung pula ketergantungan murid terhadap guru dan semakin kecil
kemandirian murid.Sebaliknya, apabila hubungan guru-murid semakin cenderung ke atah
learned-centered, makasemakin kurang ketergantungan terhadap guru dan semakin tinggi
kemandirian murid. Jadi,seberapa besar sosialisasi di sekolah berpengaruh terhadap sikap
dan perilaku politik
seorang peserta didik di masa dewasanya tergantung pula pada konteks sosialisasi lainnya
, baik primer maupun sekunder

3.Kelompok teman sebaya (peer group)


Kelompok teman sebaya (peer group) merupakan suatu kelompok dari orang-
orangyang seusia dan memiliki status yang sama, dengan siapa seseorang umumnya
berhubunganatau bergaul (Horton dan Hunt, 1978: 115). Sosialisasi politik melalui teman
sebaya bersifatinformal dan langsung. Kelompok teman sebaya terbentuk karena
seprofesi, sehobi, sekantor,selingkungan tempat tinggal, dan sebagainya. Seiring dengan
perkembangan waktu,kelompok teman sebaya (peer group) menjadi kelompok rujukan
dalam mengembangkansikap dan perilaku, termasuk yang berkaitan dengan politik.
Kelompok rujukan bisa pula beragam tergantung rujukan yang berkaitan dengan apa.
 
4.Media massa
Media massa meruoakan agen sosialisasi politik yang semakin menguat
peranannya.Media massa, baik media cetak seperti surat kanar dan majalah maupun
media elektronikseperti radio, televisi, dan internet, semakin memegang peranan penting
dalam memengaruhicara pandang, cara pikir, cara tindak, dan sikap politik seseorang.
Pengaruh media massacenderung bersifat masif, berskala besar, dan segera. Media massa
pada umumnya berupakorporasi, bukan individual. Penggunaan media komunikasi
personal dan pemanfaatan jaringan komunikasi bisa dijadikan untuk melakukan sosialisai
politik.
 
D. MEKANISME SOSIALISASI POLITIK
 
1. Imitasi
Imititasi atau sosialisasi primer adalah proses pembentukan identitas seorang
anak menjadi pribadi atau diri
(self).
Proses imitasi merupakan suatu bentuk transmisi awal terhadap nilai-nilai, pengetahuan,
kepercayaan-kepercayaan, sikap, dan harapan, termasuk dalam
aspek politik dari kehidupan kepada anak-anak oleh orang dewasa, terutama orang tua dal
amkeluarga. Seperti cara berbicara (suara dan gerak). Selain anak-anak, peniruan juga
dilakukanoleh orang dewasa, tanpa memandang etnik, gender, dan usia. Peniruannya
dapat dilakukansecara aktif atau kreatif seperti melakukan peniruan dengan melakukan
modifikasi daninovasi terhadap apa yang ditiru, sehingga terdapat suatu hal yang beda
dari apa yang ditiru;dan juga peniruan pasif yang dilakukan dengan meniru apa adanya
secara utuh.

2. Intruksi
Intruksi (perintah) merupakan penyampaian suatu yang berisi amar atau
keputusan oleh orangatau pihak yang memiliki kekuasaan (ordinat) kepada orang yang
tunduk atau dipengaruhiorang yang memiliki kekuasan (subordinat) untuk dilaksanakan.
Seperti, intruksi politik

3. Desiminasi
Desiminasi merupakan suatu yang bersifat penyebarluasan informasi politik,
sehinggakelompok sasaran memiliki pengetahuan tentang apa yang didiseminasi.
Seperti desiminasi
 
politik yang dilakukan oleh anggota legislatif dan birokrat dalam seminar atau pelati
han, penyebaran pamplet, baliho, dan media massa seperti surat kabar, radio, dan
televisi.

4. Motivasi
Motivasi politik merupakan bagian dari sosialisasi politik untuk membentuk
sikap, perilakuseseorang atau kelompok tentang suatu nilai-nilai, pengetahuan
kepercayaan, sikap politikdan harapan politik. Motivasi ini biasanya dilakukan oleh
seorang yang disebut “motivator”yang memiliki keahlian untuk memberikan
pengaruh terhadap kepercayaan tersebut danuntuk mengubah sikap seorang tau
kelompok sesuai yang diharapkan.

5. Penataran
Mekanisme sosialisasi lainnya adalah penataran. Pada masa Orde Baru
penatarandengan nama P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).
Penataran inidigunakan untuk menanamkan nilai, pengetahuan, kepercayaan, sikap
dan perilaku sesuaidengan pancasila. Penanaman ini diharapkan dapat diwujudkan
dalam interaksi dalam masyarakat.

D. PERKEMBANGAN SOSIALISASI POLITIK

1. Cermin Diri Politik (Charles Harton Cooley 1864-1929)


Diri atau individu merupakan suatu khas dari kemanusiaan (humanness)
dibangunsecara sosial. Artinya, perasaan mengenai diri kita berkembang melalui
interaksi denganorang lain. Cooley melalui konsepnya
looking-glass self 
 (cermin diri) menggambarkan suatuanalogi perkembangan diri melalui
cermin.Terdapat tiga unsur dalam
looking-glass self 
1. Kita membayangkan bagaimana kita tampak bagi orang lain yang ada disekitar kita.
Dalammaksud lain adalaha bagaimana kita menurut pendapat orang lain.

2. Kita manafsirkan reaksi orang lain. Kita berkesimpulan sendiri tentang diri kita
terhadap pandangan orang lain
 
3. Kita mengembangkan konsep diri ( self-concept ). Kita berpendapat terhadap reaksi
oranglain yang pada akhirnya kita memberikan persaan dan diri mengenai diri
sendiri.Konsep diri menurut Cooley merupakan suatu hal yang tidak pernah selesai
dibentuk, bahkan samapi usia lanjut. Artinya, proses perkembngan diri Cooley
ini berlangsung seumurmasa kita.Dalam relevansi looking glass self  (cermin diri)
pada proses perkembangan dalamdiri masyarakat saat ini, khususya dimensi politik
cermin diri ini dimanfaatkan
sebagai pencitraan positif yang dilakukan oleh para elite politik untuk memperoleh 
kekuasaan.Pencitraan ini melibatkan berbagai cara dan teknik efek citra media.

2. Pengambilan Peran Politik (George Herbert Mead 1863-1931)


Dalam bukunya Mind, Self and Society, Mead menjelaskan tahap
pengembangan dirimanusia. Saat lahir manusia tidak memiliki diri. Diri manusia
itu berkembang secara bertahapmelalui interaksi dengan orang lain. Artinya,
manusia memperoleh pengembangan diri dalamsuatu proses bermasyarakat.
Pengembangan diri menurut Mead berlangsung melalui berbagaitahap berikut:

1. Prepatory atau tahap play stage


Pada tahap prepatory atau play stage, seorang anak belajar sesuatu sesuai
dengan perspektif atau pandangan orang yang ada didekatnya. Misalnya, anak 
meniru pakaian dariorang tuanya.

2. Tahap pertandingan ( play stage)


Pada tahap ini anak mulai belajar untuk mengerti bagaimana dirinya
diharapkan olehorang lain. Pada tahap ini seorang anak belajar mengambil
peran dalam dirinya sesuai denganyang diharapkan oleh orang disekitarnya

KESIMPULAN:

Jadi kesimpulannya Sosialisasi politik melatih individu dalam memasukkan nilai-nilai


politik yang berlaku di dalam sebuah sistem politik. Misalnya di Indonesia menganut
ideologi negara yaitu Pancasila. Selain itu, sosialisasi politik juga bertujuan untuk
memelihara sistem politik dan pemerintahan yang resmi. Apa jadinya suatu negara atau
bangsa jika warga negaranya tidak tahu warna bendera sendiri, lagu kebangsaan sendiri,
bahasa sendiri, ataupun pemerintah yang tengah memerintahnya sendiri ? Mereka akan
menjadi warga negara tanpa identitas, tentunya.
Mudah- mudahan dari semua pembahasan bisa bermanfaat bagi kita semua tak lupa juga
kami meminta kritik dan saran dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini
kedepan.
Referensi :

Gabriel A. Almond dan Sydney Verba, Budaya Politik, (Jakarta: Rajawali Press)

Michael Rush dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Rajawali Press)

Mary Hawkesworth and Maurice Kogan, Encyclopedia of Government and Politics,


(London: Routledge, 1992)

**TERIMA KASIH**

Anda mungkin juga menyukai