APLIKASI GROUND PENETRING RADAR Krisno

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS ZONA MINERALISASI DAN CAVITY DENGAN

MENGGUNAKAN METODE GPR PADA DEERAH KASINAN –


SONGGORITI

Krisnoadi Triharto

Mahasiswa Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Matematika dan ilmu


pengetahuan alam Universitas Brawijaya
Teknik Geofisika Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia
Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia

Abstrak
Secara garis besar Ground Penetrating Radar (GPR) adalah metode geofisika yang
digunakan untuk mendeteksi benda-benda yang berada di bawah permukaan dengan tingkat
kedalaman tertentu, dan menggunakan sumber gelombang elektromagnetik berupa radar
(radio detection and ranging) biasanya dalam range 10 MHz sampai 1 GHz, Penelitian ini
GPR di gunakan untuk mendeteksi adanya void dan zona mineralisasi yang di lakukan di
daerah kasinan dan songgoriti. Kemudian dilakukan pengolahan dan di intepretasi yang di
dapatkan dari line 1 – 4 terdapat beberapa gradasi warna dalam hasil data yaitu warna hijau
menunjukkan tanah (soil), warna orange menunjukkan kandungan mineral logam, warna
kuning merupakan lapisan yang termineralisasi serta warna biru menunjukkan daerah tersebut
merupakan daerah yang basah atau daerah yang berrongga. Pada kelompok 1 di dominasi
dengan batuan breksi vulcano, breksi tufan, dan lava gunung api. Hal ini dapat di
identifikasikan adanya warna kuning dan orange pada daerah penelitin merupakan suatu
daerah yang termineralisasi sedangkan pada kelompok 2 di dominasi dengan batuan breksi
vulcano, breksi tufan, dan lava gunung api. Hal ini dapat di identifikasikan adanya warna
kuning dan orange pada daerah penelitin merupakan suatu daerah yang termineralisasi.
Sedangkan pada kelompok 3 di dominai dengan warna biru Dapat diintepretasikan bahwa
daerah penelitian terdapat aliran air resapan dari sisi kanan ke sisi kiri akibat pengaruh dari
topografi dan pada kelompok 4 didominasi oleh warna biru . Hal ini dapat diindikasikan
bahwa pada daerah penelitian didominasi sebagai rongga atau cavity dengan area yang cukup
luas

Kata Kunci : GPR, Akuisisi, Processing, Intepretasi


kurang lebih 1,5 km dari daerah kasinan
dan di daerah cangar. Beberapa manfaat
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang adanya mata air panas tersebut adalah
Daerah sumber mata air panas di dapat di gumakan untuk berbagai
Kasinan. Desa Pesanggrahan Kecamatan keperluan seperti di gunakan sebagai objek
Batu terletak pada ketinggian kurang lebih wisata ,Seperti yang sudah di lakukan di
sekitar antara 1175 mdpl, letak mata air daerah cangar dan songgoriti yang dapat
panas ini di kaki.Gunung Panderman yang meningkatkan perekonomian di daerah
merupakan rangkaian gunung api padam tersebut, pengering bahan pertanian, dan
akan tetapi masih memiliki potensi di juga pembangkit listrik tenaga panas bumi
dalamnya karena daerah ini berada di (PLTB) sebagai energi alternatif
sekitar deretan gunung api Arjuno- pengganti minyak dan gas bumi serta
Wellirang yang masih terdapat aktivitas batuara yang jumlahnya kian lama
didalamnya meskipun sudah tidak pernah semakin menipis,serta manfaat lainnya.
meletus. Menurut beberapa warga, di Pada dasarnya sistem pembangkit listrik
daerah Kasinan tersebut memiliki potensi tenaga panas bumi hampir sama seperti
geothermal. Hal ini terbukti dengan seperti pembangkit listrik tenaga UAP
munculnya sumber air panas di permukaan (PLTU), namun pada PLTU uap dibuat di
yang dapat memberikan suatu indikasi permukaan menggunakan boiler,
adanya aktivitas hidrothermal panas bumi sedangkan pada pembangkit listrik tenaga
di bawah permukaan. Selain itu di daerah panas bumi uap berasal dari reservoir
tersebut terdapat endapan berwarna panas bumi. Untuk pengembangan daerah
kekuning- kuning an yang terletak di kasinan maka perlu di lakukan kajian lebih
sekitaran mata air panas, di perkirakan lanjut di daerah sumber air panas kasinan,
bahwa hal tersebut merupakan endapan dalam paper ini akan menitik beratkan
dari silika. pada penyelidikan derah cavity dan zona
Pada daerah tersebut sumber mata mineralisasi.Yang dapat diguakan untuk
air panas yang ada kemungkinan berasal bahan pertimbangan dalam pembangunan
dari adanya aktifitas gunung api yang apabilaa di lakukan esploitasi lebih lanjut.
memungkinkan terbentuknya sistem dengan menggunakan metode ground
geothermal di bawah permukaan. Selain penetring radar. Selain itu dalam kajian ini
itu didaerah sekitaran kasinan juga perlu di lakukan data pendukung dan
terdapat beberapa sumber mata air panas, pembanding dalam mengkaji pada daerah
Seperti di daerah songgoriti yang letaknya
penelitian, meningat dari penetrasi
kedalaman metode GPR yang rendah.
1.2 Maksud dan tujuan
Tujuan di lakukannya penelitian ini adalah
Dapat mengetahui kontras suatu batuan di
daerah kasinan dan songgoriti berdasarkan
kontras warna yang di tampilkan, Dapat
mengetahui zona – zona mineralisasi pada
daerah penelitian ,Dapat mengetahui
adanya void pada daerah penelitian

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Geologi Regional Songgoriti
Secara umum geologi daerah Gambar 1 Geologi Songgoriti yang berada

Songgoriti terletak pada endapan vulkanik di 3 kaki gunung

kuarter. endapan ini berasal dari letusan


gunung api kuarter. Berdasarkan Peta
Hasil aktivitas ketiga gunung-api
Geologi Lembar Kediri (Santosa dan
inilah yang mempengaruhi kondisi geologi
Atmawinata, 1992) daerah Songgoriti
daerah Songgoriti. Berdasarkan peta
berada di 3 kaki gunung yaitu Gunung
tersebut dapat diuraikan kejadian geologi
Butak - Kawi, Gunung Arjuna Welirang
yang terjadi di daerah songgoriti. Awal
dan Gunung Anjasmara Tua. 
kegiatan didahului oleh aktivitas Gunung
Anjasmara Tua (Qpat) yang diperkirakan
berumur Plistosen Awal - Tengah. hasil
aktivitas ini menghasilkan breksi gunung-
api,breksi tuf,tuf dan lava. Kemudian pada
Akhir Plistosen terjadi aktivitas
vulkanisme di 2 gunung yaitu Gunung
Kawi - Butak (Qpvp) dan Gunung Arjuna
Welirang (Qvaw). Hasil letusan Gunung
Kawi - Butak berada di Selatan Songgoriti
sedangkan hasil aktivitas Gunung Arjuna -
Welirang berada di sisi Timur dan Utara
Songgoriti. Hasil letusan Gunung api terkena gelombang ini, sinyal akan
Gunung Kawi - Butak (Qpvp) berupa lava dipantulkan oleh objek dan diterima
andesit, tuf, dan breksi vulkanik. kembali oleh penerima. Sinyal pantulan ini
Sedangkan Gunung Arjuna - Welirang akan memberikan informasi keberadaan
(Qvaw) berupa breksi gunung api, lava, objek yang ada di bawah permukaan tanah
breksi tufan dan tuf. Pada umur Holosen yang akan ditampilkan oleh layar radar.
kemudian diperkirakan terbentuk Gunung
Panderman yang berada di selatan
Songgoriti. Hasil endapan aktifias Gunung
Panderman (Qvp) ini berupa breksi
gunungapi, tuf breksi, lava dan tuf. Ketiga
gunung api inilah yang akan
mempengaruhi potensi panasbumi di
Songgoriti, Kota Batu. Struktur geologi
yang mempengaruhi daerah ini berupa Gambar 2 Spektrum Gelombang Elektromagnetik
sesar-sesar mendatar di bagian Selatan dan Gelombang elektromagnet
sebagian berupa sesar turun akibat dari mempunyai prinsip dasar dari persamaan
letusan gunungapi. Sesar-sesar inilah yang Maxwell. Persamaan Maxwell terdiri dari
membawa manisfestasi dari dalam keluar empat. persamaan. Persamaan-persamaan
permukaan. Maxwell menjelaskan bagaimana medan
listrik dan medan magnet dapat terjadi.

2.2 Gelombang Elektromagnetik Persamaan persamaan Tersebut adalah


Hal yang paling mendasar
dalampenelitian ini adalah masalah
gelombang.Definisi gelombang adalah
sebuah getaran yang merambat dalam
ruang dan waktu.Gelombang
elektromagnetik yang digunakan dalam
penelitian ini termasuk dalam
spektrumgelombang mikro.Dalam suatu
sistem radar,gelombang mikro
dipancarkan terus meneruske segala arah
oleh pemancar. Jika ada objek yang
di mana : elektromagnetik yang mempunyai rentang
frekuensi antara 1-1000 MHz dan dapat
ε0 = permitivitas listrik ruang hampa ( 8, 85 × mendeteksi parameter permitivitas listrik
-12
10 C /Nm )
2 2
(e), konduktivitas (s) dan permeabilitas
ρ = tahanan jenis ( Ω.m ) magnetik (µ). GPR dapat disebu t juga
B = medan magnet ( tesla ) dengan metode refleksi elektromagnetik
E = medan listrik (N/C) karena memanfaatkan sifat radiasi
µ = permeabilitas magnetik
elektromagnetik yang memperlihatkan
2
J = rapat arus (A/m
refleksi separti pada metode seismik.
2.3 Ground Penetrating Radar (GPR) Sistem GPR terdiri atas pengirim
Ground Penetrating Radar (GPR)
(trasmiter), antena yang terhubung ke
adalah metode geofisika yang digunakan
sumber pulsa, dan penerima (receiver),
untuk mendeteksi benda-benda yang
antena yang terhubung ke unit pengolahan
berada di bawah permukaan dengan
sinyal dan citra. Dalam menentukan tipe
tingkat kedalaman tertentu, dan
antena yang digunakan, sinyal yang
menggunakan sumber gelombang
ditransmisikan dan metode pengolahan
elektromagnetik berupa radar (radio
sinyal tergantung pada beberapa hal, yaitu:
detection and ranging) biasanya dalam
• Jenis objek yang akan dideteksi
range 10 MHz sampai 1 GHz [1].
• Kedalaman Objek, dan
Metode ini dapat mendeteksi parameter • Karakteristik elektrik medium tanah
permitivitas listrik (ε), konduktivitas (σ) Dari proses pendeteksian seperti di atas,
dan permeabilitas magnetik (μ) [2]. maka akan didapatkan suatu citra dari letak
Metode ini dapat disebut juga dengan dan bentuk objek yang terletak di bawah
metode refleksi elektromagnetik karena tanah atau dipermukaan tanah. (Syukur,
metode ini memanfaatkan sifat radiasi Fajri. 2012)
elektromagnetik yang memperlihatkan Persamaan Maxwell merupakan
refleksi seperti pada metode gelombang dasar dari penggunaan gelombang
seismik [2], dan digunakan dalam elektromagnetik dalam GPR. Persamaan
berbagai macam aplikasi, termasuk ini juga perumusan matematis untuk
stratigrafi tanah, studi air tanah, hukum-hukum alam yang melandasi

GPR adalah salah satu metode semua fenomena elektromagnetik.

geofisika yang mempelajari kondisi bawah Perumusan tersebut dirumuskan sbagai

permukaan berdasarkan sifat berikut :


∂D μr = Permeabilitas magnetik relatif
∇ xH = +J
∂t σ
P = loss factor, dimaa P= ,σ
−∂ B ωε
∇ xE=
∂t
adalah konduktifitas
∇ xB=0
(Oktafiani, Folin., Sulistyaningsih, Yusuf
ρ
∇ xE= Nur Wijayanto 2010 )
ε

Pada dasarnya seperti yang kita


ketahui bersama Prinsip kerja dari
Dimana :
Instrumen GPR yang dimiliki oleh Oleh
E = Kuat medan listrik
unniversitas Brawijaya secara garis besar
H = Fluks medan magnet
hampir sama dengan GPR pada umumnya
B = Permeabilitas magnetik
yaitu dengan mentransmisikan Suatu
J = Rapat arus listrik
gelombang radar Radio Detection and
e = Dielektrik
Ranging) ke dalam medium target dan
s = Konduktifitas
selanjutnya gelombang tersebut akan
ρ = Tahanan jenis
dipantulkan kembali ke permukaan dan
Dari persamaan Maxwell di atas dapat diterima oleh alat penerima radar
diperoleh nilai kecepatan gelombang EM (receiver), Kemudian dari Hasil refreksi
pada berbagai medium, kecepatan ini yang dihasilkan itulah akan di dapatkan
tergantung kepada kecepatan cahaya (c), berbagai macam objek bawah permukaan
konstanta relatif dielektrik (er) dan yang dapat di deteksi dalam bentuk
permeabilitas magnetic (µr = 1 untuk radargram.
material non magnetik). Persamaan (Jayanto, Agustinus Dwi. 2009)
kecepatan gelombang EM dalam suatu
medium adalah :

c
v m=

(√ ∈2μ )[ (1+ P )+ 1]
r r 2

Dimana :
c =Kecepatan cahaya dalam yang
hampa (3 x 108)
εr = Konstanta dielektrik relatif
Gambar 3 Akuisisi GPR
Mulai

GPR yang dimiliki oleh


Universitas Brawijaya , Seperti GPR Pada
umumnya dimana memiliki Rangkaian Data Data Primer
(Transmitter) yaitu suatu system antena Sekunder

dimana antena tersebut akan Akuisisi


menghubungkan ke sumber pulsa. Dan GPR

Rangkaian penerima ( re-Ceiver ) , yang


merupkan istem antena yang akan
Pengolahan data
menghubungkan ke unit pengolahan
sinyal. Pada GPR yang digunakan
Buka pada software
merupakan GPR monostatic dimana Future 2005
Monostatic radar merupakan jenis radar
yang hanya memiliki sebuah antenna yang Screenshot data 2D/3D
digunakan untuk memancarkan maupun
menerima sinyal. Radar ini memiliki suatu
Data Ekstensi Gambar
bagian yang disebut duplexer untuk (bitmap)
memisahkan antara penerima dan
pemancar. Untuk radar monostatic Interpretasi

digunakan suatu alat yang disebut


circulator yang untuk memisahkan antara
gelombang yang dipancarkan dan diterima
Selesai
dalam satu perangkat.
(Murwanto, Eko Joko. 2009) yang dipantulkan akan sangat kecil.
Data
Kemudian rangkaian pemacar ini Apabila Pulsa tersebut menabrak suatu
Geologi
akan menghasilkan pulsa listrik dalam inho- mogenitas di dalam tanah, maka
bentuk , prf (pulse repetition frequency), akan ada sinyal yang dipantulkan ke
energi, dan durasi tertentu. Kemudian antena penerima. Sinyal ini kemudian
Pulsa ini akan dipancarkan oleh antena ke diproses oleh rangkaian penerima.Untuk
dalam tanah. Yang kemudian pulsa ini kedalaman Objeknya dapat ditentukan
akan mengalami atenuasi dan cacat sinyal dengan mengukurselang waktu antara
lainnya selama perambatannya di tanah. pemancar dan receiver. Dalam selang
Jika tanah bersifat homogen, maka sinyal waktu ini, pulsa akan bolak balik dari
antena ke objek dan kembali lagi ke Penelitian dilaksanan di daerah kasinan,
antena. Yang didapatkan parameter berupa kelurahan pesanggahan, Kota Batu. Kota
Parameter kelistrikan , permitivitas batu sendiri terletak di kaki pegunungan
listrik ,konduktivitas dan permeabilitas. dan termasuk daerah dataran tinggi.Denga
(Oktafiani, Folin., Sulistyaningsih, Yusuf ketinggian kurang lebih 680 – 1200 meter
Nur Wijayanto 2010 ) dari permukaan laut.Dengan suhu rata –
rata 15-19 °C. Dengan batas wilayah
3. Metodologi
sebagai berikut :
3.1 Diagram alir Penelitian
 Batas Utara : Kab. Mojokerto &
Kab.
Pasuruan.
 Batas Selatan : Kab.
Malang.
 Batas Timur : Kota Malang &
Kab.
Gambar 4 Diagram alir peneliian
Malang.
 Batas Barat : Kab. Malang &
Kab
Kediri.
Pengambilan data GPR di desain menjadi
3 line, yang berlokasi di dekat sumber
mata air panas kasinan dan berada di
daerah atas mata air panas kasinan.
Dengan arah turunan mengikuti aliran
fluida. Penentuan lintasan tersebut di
3.2 Desain Pengambilan GPR
ambil dengan menyesuaikan keadaan di
lapangan.

3.2.1 Akuisisi
Hal yang harus dilakukan sebelum
akuisisi adalah merangkaian alat GPR.
Pertama, power tank dirangkai dengan
control unit. Selanjutnya control unit
dihubungkan dengan headset, bluetooth
Gambar 5 Desain survey
dan receiver-transmitter. Selanjutnya
receiver-transmitter dipasang pada daerah konduktif dari batuan atau mineral
pegangan dan diikatkan pada pembawa dibawah permukaan sedangkan warna biru
control unit lalu diatur posisi dan panjang menunjukan daerah cavity atau
peganagan agar tingginya tepat di atas rongga.Warna kuning menunjukkan daerah
permukaan tanah. Dan pada receiver- tersebut adalah daerah kering Dan warna
transmitter terdapat panah yang dimana hijau yang agak gelap menunjukkan
panahnya harus menghadap kebawah agar daerah tersebut merupakan daerah basah.
sinyal impuls dipancarkan kebawah
4. Pembahasan
3.2.2 Pengolahan 4.1 Kelompok 1
Processing data GPR dilakukan
secara langsung dengan menggunakan 3D
software yaitu Future 2005. Software ini
akan langsung menampilkan kondisi area
yang disurvey, melalui warna . Gambar
keluaran dari GPR Future Series 2005
adalah pola-pola gambar, yang disebut
sebagai difraksi. Sumbu horizontal adalah
sampling impuls yang dipancarkan. Gambar 6 Kelompok 1-A
Sumbu vertikal adalah jarak kedalaman
atau waktu tempuh sinyal impuls dari
pemancar ke penerima.yang diindikasikan
sebagai metal, cavity, native, dan mineral.
Hal yang perlu dilakukan adalah
mengubah arahnya, ini ditunjukan untuk
memperjelas tampilan dari hasil yang
diperoleh
Gambar 7 Kelompok 1-B
3.2.3 Intepretasi
Dari data kelompok 1, Yang
Pada pengintepretasian metode GPR
kemudian di lakukan pengolahan pada
ini dapat dilakukan dengan melihat gradasi
software visualizer 3D, terlihat bahwa
warna dan nilai kedalaman, Gradasi warna
terdapat beberapa warna dalam hasil data
yang tampak pada software visualizer 3D
yaitu warna hijau menunjukkan tanah
adalah warna merah, Hijau dan warna
(soil), warna orange menunjukkan
biru. Pada warna merah menunjukan
kandungan mineral logam, warna kuning 4.2 Kelompok 2
merupakan lapisan yang termineralisasi
serta warna biru menunjukkan daerah
tersebut merupakan daerah yang basah
atau daerah yang berrongga. Dilihat dari
data tersebut dapat dikatakan bahwa dalam
area penelitian didominasi oleh warna
hijau. Pada gambar terlihat line horizontal
1-6 diperoleh kedalaman maksimal yaitu
16,28 meter, 16,87 meter, 18,54 meter,
Gambar 8 Kelompok 2-A
17,00 meter, 16,10 meter, dan 14,10
meter. Adanya variasi ini di karenakan
kemampuan atenuasi dari gelombang.
Pada line vertikal dengan memotong line
horizontal diperoleh kedalaman maksimal
yaitu 17,90 dan 16,40 meter. batuan
penyusun yang berada di daerah tersebut
di dominasi dengan batuan breksi vulcano,
breksi tufan, dan lava gunung api. Hal ini
dapat di identifikasikan adanya warna
Gambar 9 Kelompok 2-B
kuning dan orange pada daerah penelitin
merupakan suatu daerah yang Dari data yang di dapaat yang kemudian di
termineralisasi, Hal ini bukanlah tanpa lakukan lanjut dapat diidentifikasikan
alasan, selain itu kita juga dapat melihat dari kelompok 2, terlihat bahwa terdapat
adanya pola yang tidak terjadi gradasi warna dalam hasil data yaitu
kemenerusan. Biasanya apabila adanya warna hijau menunjukkan tanah (soil),
kemenerusan pada warna orangedengan warna orange menunjukkan kandungan
rentan yang tidak begitu jauh dapat mineral logam, warna kuning merupakan
diidentifikasikan adanya pipa bawah lapisan yang termineralisasi serta warna
tanah. biru menunjukkan daerah tersebut
merupakan daerah yang basah atau daerah
yang berrongga. Dilihat dari data tersebut
dapat dikatakan bahwa dalam area
penelitian didominasi oleh warna biru
yang kemungkinan adalah void atau dapat
juga batuan yang terisi fluida. Kedalaman
maksimal yang diperoleh adalah 13,37
meter, 13,76 meter, 13,14 meter, 15,50
meter, 14,20 meter, dan 13, 40 meter.

4.3 Kelompok 3 Gambar 12 Overlay dengan Google Earth


Dari data kelompok 3, Yang
kemudian di lakukan pengolahan pada
software visualizer 3D, terlihat bahwa
terdapat beberapa gradasi warna dalam
hasil data yaitu warna hijau menunjukkan
tanah (soil), warna orange menunjukkan
kandungan mineral logam, warna kuning
merupakan lapisan yang termineralisasi
serta warna biru menunjukkan daerah
Gambar 10 Kelompok 3-A
tersebut merupakan daerah yang basah
atau daerah yang berrongga. Dilihat dari
data tersebut dapat dikatakan bahwa
dalam area penelitian didominasi oleh
warna hijau biru berada pada sisi kiri
adalah pengaruh dari sisi tersebut
merupakan daerah rendahan jika
dibandingkan dengan sisi kanannya.
Dapat diintepretasikan bahwa daerah

Gambar 11 Kelompok 3-B penelitian terdapat aliran air resapan dari


sisi kanan ke sisi kiri akibat pengaruh
dari topografi kedalaman maksimal yang
dapat diperoleh yaitu 7,4 meter, 10,4
meter, dan 11,4 meter. Yang telah di olah
dengan software visualizer 3D.
4.4 Kelpmpok 4 Dari data yang didapat kelompok 4,
Yang kemudian di lakukan pengolahan
pada software visualizer 3D, terlihat
bahwa terdapat beberapa gradasi warna
dalam hasil data yaitu warna hijau
menunjukkan tanah (soil), warna orange
menunjukkan kandungan mineral logam,
warna kuning merupakan lapisan yang
termineralisasi serta warna biru
menunjukkan daerah tersebut merupakan
Gambar 13 Kelompok 4-A
daerah yang basah atau daerah yang
berrongga. Dilihat dari data tersebut dapat
dikatakan bahwa dalam area penelitian
didominasi oleh warna biru . Hal ini dapat
diindikasikan bahwa pada daerah
penelitian didominasi sebagai rongga atau
cavity dengan area yang cukup luas.
Namun juga dapat diakibatkan kesalahan
pada saat akuisisi seperti yang kita ketahui
pengangkatan probe yang terlalu tinggi
Gambar 14 Kelompok 4-B dapat membuat gradasi warnabiru pada
tampilan namun karene penilaian nya secra
objektif maka diintepretasikan daerah
tersebut terdapat suatu void. Kedalaman
yang diperoleh dari line 1 hingga line 8
berturut - turut adalah 15 meter, 14,25
meter, 17,00 meter, 13,10 meter, 15,18
meter, 12,66 meter, 13,44 meter dan 13,32
meter

5. Kesimpulan
Dari data yang telah di olah
Gambar 15 Kelompok 4-C
denngan menggunkan software visualizer
3D dapat di simpulkan bahwa pada daerah
penelitian dari line 1 – 4 terdapat beberapa DAFTAR PUSAKA
gradasi warna dalam hasil data yaitu
Jayanto, Agustinus Dwi. 2009. Ground
warna hijau menunjukkan tanah (soil),
Penetrating
warna orange menunjukkan kandungan Radar.http://www.scribd.com/doc/49
mineral logam, warna kuning merupakan 007472/METODE-GROUND-
PENETRATINGRADAR.
lapisan yang termineralisasi serta warna
Murwanto, Eko Joko. 2009. Aplikasi
biru menunjukkan daerah tersebut Teknologi Ground Penetrating
merupakan daerah yang basah atau daerah Radar (GPR) Untuk Deteksi Struktur
Tanah/Batuan dan Material
yang berrongga. Pada kelompok 1 di
Terpendam. Buletin Balitbang
dominasi dengan batuan breksi vulcano, Kemenhan RI No. 23 Tahun 2009.
breksi tufan, dan lava gunung api. Hal ini
dapat di identifikasikan adanya warna Oktafiani, Folin., Sulistyaningsih, Yusuf
Nur Wijayanto. Sistem Ground
kuning dan orange pada daerah penelitin Penetrating Radar Untuk
merupakan suatu daerah yang Mendeteksi Benda-benda di Bawah
termineralisasi sedangkan pada kelompok Permukaan Tanah.Jurnal
Informatika LIPI.
2 di dominasi dengan batuan breksi
vulcano, breksi tufan, dan lava gunung api. Syukur, Fajri. 2012. Ground Penetrating
Hal ini dapat di identifikasikan adanya Radar
(GPR).http://fajrisyukurwordpress.
warna kuning dan orange pada daerah
com/intrumentasi geofisika/ground-
penelitin merupakan suatu daerah yang penetratingradgpr/. Diakses pada
termineralisasi. Sedangkan pada kelompok tanggal 10 Juni 2012, Pukul 13.15
WIB.
3 di dominai dengan warna biru Dapat
diintepretasikan bahwa daerah penelitian
terdapat aliran air resapan dari sisi kanan
ke sisi kiri akibat pengaruh dari topografi
dan pada kelompok 4 didominasi oleh
warna biru . Hal ini dapat diindikasikan
bahwa pada daerah penelitian didominasi
sebagai rongga atau cavity dengan area
yang cukup luas

Anda mungkin juga menyukai