Anda di halaman 1dari 42

USULAN PENELITIAN

PENGARUH PENGETAHUAN, SANKSI, DAN PELAYANAN TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNANAN-PERDESAAN DAN

PERKOTAAN (PBB-P2) PADA BAPENDA KABUPATEN LOMBOK BARAT

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana (S1)
Jurusan Akuntansi Program Studi S1 Akuntansi

diajukan oleh

M. ARIFULMINAN
NPM. 161424SA

JENJANG PENDIDIKAN PROGRAM SARJANA (S1)


JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM

2020
LEMBAR PENGESAHAN USULAN PENELITIAN

PENGARUH PENGETAHUAN, SANKSI DAN PELAYANAN

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNANAN-


PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) PADA BAPENDA
KABUPATEN LOMBOK BARAT

Diajukan oleh

M. ARIFULMINAN
NPM. 161424 SA

Mataram,……….......................... Mataram,…………………………

Pembimbing I Pembimbing II

Rusli Amrul, SE., M.Ak Anna Apriana Hidayanti, S.Si., M.Si


NIDN. 0830057304 NIDN. 0825048901

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Sampul Depan…………………………………………………………………
Lembar Persetujuan…………………………………………………………...
Daftar Isi……………………………………………………………………....
Daftar Gambar………………………………………………………………...
Daftar Tabel…………………………………………………………………...
Daftar Lampiran………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..
1.1. Latar Belakang………………………………………………………..
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………….
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………………………..
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………………
1.4.1. Manfaat Akademis…………………………………………….
1.4.2. Manfaat Teoritis……………………………………………….
1.4.3. Manfaat Praktis………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………...
2.1. Landasan Teori……………………………………………………….
2.1.1. Pajak…………………………………………………………..
2.1.2. Fungsi Pajak……………………...……………………………
2.1.3. Pengelompokan Pajak…………….…………………………...
2.1.4. Syarat Pemungutan Pajak…………….……………………….
2.1.5. Tata Cara Pemungutan Pajak………………………………….
2.1.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib pajak...
2.1.7. Efektivitas ……………………...……………………………..
2.1.8. Pajak Bumi dan Bangunan…………………………………….
2.1.9. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ………………..
2.1.10. Pengenan Pajak Bumi dan Bangunan……………...………….
2.1.11. Pengelolaan pajak Bumi dan Bangunan
2.1.12. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan………………………...

iii
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu…………………………………………...
2.3. Rerangka Konseptual ………………………………………………...
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………
3.1. Jenis Penelitian……………………………………………………….
3.2. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………...
3.3. Jenis dan Sumber Data……………………………………………….
3.4. Identifikasi dan Definisi Oprasional Variabel………………………..
3.4.1. Identifikasi Variabel…………………………………………..
3.4.2. Definisi Oprasional Variabel………………………………….
3.5. Teknik Analisis Data………………………………………………....
Daftar Pustaka…………………………………………………………………
Lampiran……………………………………………………………………….

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1. Penelitian Terdahulu……………………………………………….

3.1. Indikator-Indikator Kepatuhan Wajib Pajak……………………..

3.2. Indikator-Indikator Pengetahuan Wajib Pajak …………………..

3.3. Indikator-Indikator Kualitas Pelayanan…………………………..

3.4. Indikator-Indikator Sanksi Pajak…………………………………

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Kerangka Berpikir……………………………………………….

vi
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Judul Halaman

1 Daftar Kuesioner……………………………………….

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN

Pajak merupakan pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Setiap

pajak yang dibayarkan rakyat akan masuk dalam pos pendapatan negara dari

sektor pajak. Penggunaannya untuk membiayai belanja pemerintah pusat

maupun daerah demi kesejahteraan masyarakat. Uang pajak digunakan untuk

kepentingan umum bukan untuk kepentingan pribadi. Menurut UU No. 28

Tahun 2007 tentang perpajakan, dijelaskan bahwa pajak kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Dalam sistem perpajakan jika wajib pajak tidak membayar setoran pajak

maka wajib pajak akan dikenakan sanksi pajak dan merupakan hal yang sangat

dihindari wajib pajak tetapi masih banyak wajib pajak yang terkena sanksi

pajak. Rupanya banyak wajib pajak yang tidak sadar bahwa mereka sering

mengulang kesalahan yang sama saat menyelesaikan kewajiban

perpajakan. Oleh sebab itu, untuk menghindari sanksi pajak, kita harus

mengetahui apa saja kesalahan yang dapat menimbulkan sanksi pajak.

Penghasilan dari sumber pajak meliputi berbagai sektor perpajakan antara

lain diperoleh dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak Bumi dan

Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) merupakan salah satu sumber

1
2

penerimaan utama pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran pemerintah dan pembangunan daerah. Pajak Bumi dan Bangunan

Pedesaan dan Perkotaan merupakan wujud dari peran serta masyarakat dalam

mendukung pembangunan maupun perekonomian di daerah. Pajak Bumi dan

Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dipungut berdasarkan ketentuan UU

Perpajakan tanpa jasa timbal balik secara langsung dari daerah. Pendapatan

dari sektor pajak setiap tahun selalu diupayakan mengalami kenaikan(Tawas,

Poputra, & Lambey, 2016).

Strategisnya Pajak Bumi dan Bangunan tersebut tidak lain karena

objeknya meliputi seluruhnya bumi dan bangunan yang berada dalam wilayah

Republik Indonesia. Keberadaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai salah satu

jenis pajak dapat dimengerti mengingat bumi dan bangunan telah memberikan

keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau

badan yang mempunyai sesuatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari

bumi dan bangunan tersebut.

Dalam rangka mendukung pencapaian target penerimaan dari sektor pajak,

pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam bidang perpajakan yaitu

dengan reformasi perpajakan (tax reform) yang mencakup usaha dan

penyempurnaan sistem serta mekanisme perpajakan dari yang sebelumnya

telah ada. Salah satu contoh perubahan yang terjadi di dalamnya adalah

perubahan dari official assessment system menjadi self assessment system.

Beralihnya sistem perpajakan dari official assessment system menjadi self

assessment system bukan karena salah satu diantara kedua sistem tersebut
3

lebih baik, melainkan adanya upaya dari pemerintah untuk menyesuaikan

sistem perpajakan sesuai dengan tuntutan perubahan sistem perekonomian dan

perkembangan dalam masyarakat(Tawas, Poputra, & Lambey, 2016).

Untuk memberikan pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan secara prima, di

tuntut reformasi kebijakan pelayanan publik seperti penguatan unsur

kelembagaan penyelenggara pelayanan, proses pelayanannya serta sumber

daya manusia pemberi layanan, pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan yang

dapat memberi kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dicapai

apabila pelaksanaan otonomi daerah di laksanakan secara transparan dan

bertanggung jawab oleh seluruh komponen pemerintahan di daerah. Menurut

Abdullah, (2000:47) untuk dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dari sumber pajak dan retribusi daerah seperti Pajak Bumi dan

Bangunan, pemerintah daerah harus meningkatkan kualitas sumber daya

manusia yang dimilikinya terutama aparat perpajakan, baik kualitas intelektual

maupun kualitas moralnya, sehingga mampu menggali sumber-sumber pajak

dan retribusi daerah baik melalui cara intensifikasi maupun melalui cara

ekstensifikasi dengan menggali obyek-obyek yang baru.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat No 3 Tahun

2012 Tentang Pajak Bumi dan Bangun Pajak Bumi dan Bangunan adalah

pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan

untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Bumi

adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut
4

wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam

atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau

laut.

Undang-undang Pajak dan Retribusi Daerah dilakukan dalam rangka

mendukung reformasi perpajakan, seperti Undang-undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mengatur tentang

administrasi pengelolaan pajak daerah, salah satunya adalah dengan

pelimpahan kewenangan dari pusat kepada daerah dalam pengelolaan pajak

bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan (PBB-P2).

Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dalam hal ini Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Lombok Barat mencatat bahwa dalam dua

Tahun terakhir tidak mencapai target. Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) Kabupaten Lombok Barat pada Tahun 2018 dengan target Rp.

13.000.000.000,- dengan realisasi sebesar 9.562.771.218,- (74%) dan tahun

2019 berjumlah Rp. 12.357.316.162,- (77,2 %) dari target yang di rencanakan

sebesar Rp. 16.000.000.000,-. Realisasi penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan di Kabupaten Lombok Barat belum mecapai target sesuai dengan

yang ditentukan, disebabkan karena kondisi objektif pelayanan pemungutan

Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Lombok Barat masih dihadapkan

pada sistem pelayanan yang belum berjalan dengan maksimal atau dengan

kata lain masih manual karena faslitas pelayanan yang belum memadai seperti

sistem pembayaran pajak yang belum bisa secara online, pernyataan atau

pendapat tersebut saya peroleh berdasarkan wawancara langsung dilapangan


5

dengan bapak Wirya Kurniawan, S.H selaku Kasubid Pelayanan dan

Informasi pada bidang PBB-P2 :

“Pelayanan pajak bumi dan bangunan di bapenda kabupaten Lombok


barat masih kurang maksimal. Faktor tersebut terjadi karena kurangnya
SDM yang memadai maupun fasilitas pendukung pelayanan yang masih
belum memadai. Seperti pelayanan pembayaran pajak bumi dan
bangunan yang belum bisa dilaklukan secara online membuat masyarakat
menjadi lebih sulit untuk melakukan pembayaran pajak bumi dan
bangunannya”.

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa sistem pelayanan yang

belum memadai menjadi salah satu kendala bagi wajib pajak untuk membayar

kewajiban pajaknya. Karena wajib pajak yang mempunyai objek pajak di

Kabupaten Lombok Barat tidak hanya berdomisili dikawasan tersebut, tetapi

juga banyak dari daerah luar Lombok Barat bahkan luar Pulau Lombok. Jadi

apabila pelayanan pajak PBB-P2 di BAPENDA bisa dilakukan secara online

akan lebih memudahkan wajib pajak untuk melakukan pembayaran PBB-P2.

Pelayanan yang kurang memadai tersebut akan berdampak terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunannya. Dari wajib pajak

juga masih banyak keluhan dan pengaduan baik secara langsung maupun

melalui keluhan-keluhan yang terdengar, seperti: prosedur yang berbelit-belit,

tidak ada kepastian jangka waktu penyelesaian, biaya yang harus dikeluarkan,

sikap petugas yang kurang responsif, dan lain-lain sebagainya sehingga

menimbulkan citra yang kurang baik terhadap pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan di Kabupaten Lombok Barat.

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan peneliti dalam

melakukan penelitian seperti penelitian yang dilakukan Erawati & Parera


6

(2017) dengan judul “Pengaruh Kesadran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan,

Pengetahuan Perpajakan, Dan Pelayanan Fiskus”. Hasil penelitian

menunjukkan kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan, pengetahuan

perpajakan, dan pelayanan fiskus tentang perpajakan berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan. Penelitian ini bertolak

belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Juwanti (2017)

Penelitian Warouw, Sondakh, & Walandouw (2015) dengan judul

“pengaruh sosialisasi perpajakan dan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan

pelaporan SPT Tahunan wajib pajak badan”. hasil dari penelitian ini secara

parsial Sanksi Perpajakan memberikan pengaruh yang signifikan positif

terhadap Kepatuhan Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan. Penelitian

ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Juwanti (2017)

yang menyatakan bahwasanya variabel sanksi tidak berpengaruh signifikan

terhadapa kepatuhan wajib pajak.

Penelitian ini akan dilakukan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Lombok Barat. Alasan pemilihan Kabupaten Lombok Barat dikarenakan

jumlah Wajib Pajak yang banyak, akan tetapi tingkat keputuhanya wajib pajak

tersebut belum maksimal dan efektif. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PENGETAHUAN,

SANKSI, DAN PELAYANAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN-PERDESAAN DAN PERKOTAAN

(PBB-P2) PADA BAPENDA KABUPATEN LOMBOK BARAT”.


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik

untuk meneliti :

1. Apakah pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

Wajib Pajak dalam membayar PBB-P2 ?

2. Apakah sanksi berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib

Pajak dalam membayar PBB-P2 ?

3. Apakah pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

Wajib Pajak dalam membayar PBB-P2 ?

4. Apakah pengetahuan, sanksi dan pelayanan berpengaruh secara

simultan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PBB-

P2?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui apakah pengetahuan berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PBB-P2.

2. Untuk mengetahui apakah sanksi berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PBB-P2.

3. Untuk mengetahui apakah pelayanan berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PBB-P2.


8

4. Untuk mengetahui apakah pengetahuan, sanksi dan pelayanan

berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan Wajib Pajak

dalam membayar PBB-P2

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat akademis

Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada STIE

AMM Mataram. Dan menambah wawasan terutama dalam ilmu

perpajakan.

1.4.2 Manfaaat Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

atau masukan bagi perkembangan ilmu akuntansi dan menambah kajian

ilmu akuntansi khususnya perpajakan.

1.4.3 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perencanaan dan

kebijakan strategis khususnya di bidang perpajakan di Kabupaten Lombok

Barat. Dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi

pemerintah Kabupaten Lombok Barat terkait dengan peningkatan

kepatuhan wajib pajak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pajak

Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

tentang perubahann keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan pada pasal 1 Ayat 1

berbunyi sebagai berikut :

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-

undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara lansung dan dignakan

untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemamuran rakyat”.

Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., dalam

Mardiasmo (2018 : 3), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

mendapat jasa timbal (Kontraprestasi) yang langsung dapat di tunjukkan

dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulan bahwa pajak memiliki unsur-

unsur:

1. Iuran dari rakyat kepada negara. Pajak hanya berhak di pungut

oleh negara dan iuran tersebut berupa uang.

2. Pajak di pungut berdasarkan undang-undang.

9
10

3. Tanpa kontraprestasi dari negara secara langsung dan individual,

tetapi dapat dinikmati dan dirasakan oleh semua kalangan

masyarakat.

4. Digunakan untuk membiayai kebutuhan dan kepeluan negara.

2.1.2 Pengetahuan Wajib Pajak

Doktrin dan pendapat ahli dibidang perpajakan yang telah diakui

dan teruji kebenarannya seperti asas-asas perpajakan, justifikasi

pemungutan pajak, fungsi pajak, ungkapan, slogan dan sebagainya

tentang pajak ataupun perpajakan pada dasarnya merupakan ilmu

pengetahuan perpajakan (Ayza, 2017 : 42 ).

Pengetahuan perpajakan adalah kemampuan atau seorang wajib

pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak

berdasarkan undang-undang yang akan mereka bayar maupun manfaat

pajak yang akan berguna bagi kehidupan mereka(Erawati & Parera

2017). Jadi pengetahuan wajib pajak adalah pengetahuan yang dimiliki

oleh wajib pajak itu sendiri terkait dengan kewajiabnnya sebagai wajib

pajak.

2.1.3 Sanksi Pajak

Sanksi merupakan sebuah tindakan hokum yang dilakukan oleh

pihak berwenang ketika terdapa pelanggaran terhadap sebuah peraturan

perundang-undangan perpajakan ( Kurniawan, 2019 : 1 ). Sanksi pajak

memiliki peran penting guna memberikan pelajaran bagipelanggar

pajak agar tidak meremehkan peraturan perpajakan. Untuk mencegah


11

ketidakpatuhan dan untuk mendorong wajib pajak untuk memenuhi

kewajiban perpajakannya maka haruslah diberlakukan sanksi yang

tegas dalam rangka untuk memajukan keadilan dan efektivitas sistem

pajak. Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan akan ditaati atau dipatuhi

(Cahyadi & Jati 2016). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

sanksi pajak adalah hukuman yang diberikan kepada wajib pajak yang

tidak menaati peraturan yang telah ditetapkan.

2.1.4 Pelayanan Pajak

Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau

menyiapkan segala kebutuhan yangdiperlukan seseorang). Sementara

itu, fiskus merupakan petugas pajak. Jadi, pelayanan fiskus dapat

diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu, mengurus, atau

menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam

hal ini adalah wajib pajak (Erawati & Parera 2017).

Peningkatan kualitas dan pelayanan diharapkan dapat

meningkatkan kepuasan kepada Wajib Pajak sebagai pelanggan

sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan. Upaya

peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara

peningkatan kualitas dan kemampuan teknis pegawai dalam bidang

perpajakan, perbaikan dalam insfrastruktur seperti perluasan tempat

pelayan terpadu (TPT), penggunaan sistem informasi dan teknologi


12

untuk dapat memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya (Mahardika, 2015).

2.1.5 Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan

patuh adalah suka menurut perintah, taat pada aturan atau perintah,

bedisiplin. Jadi kepatuhan adalah ketaatan, patuh, tunduk dalam

menjalankan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Kepatuhan wajib

pajak didefinisikan sebagai memasukkan dan melaporkan pada

waktunya informasi yang diperlukan, mengisi secara benar jumlah

pajak yang terutang, dan membayarkan pajak pada waktunya tanpa

tindakan pemaksaan. Ketidakpatuhan timbul kalau salah satu syarat

definisi tidak terpenuhi(Amalia, Topowijono, & Dwiatmanto,2016).

Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu tindakan patuh dan sadar

terhadap ketertiban pembayaran dan pelaporan kewajoban perpajakan

masa dan tahunan dari wajib pajak yang berbentuk badan atau

perorangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

dalam membayar pajak (Rahayu, 2010) yaitu:

1. Faktor pendidikan wajib pajak, yang meliputi pendidikan formal

dan pengetahuan wajib pajak.

2. Faktor pendapatan wajib pajak, yang meliputi besarnya pendapatan

bersih wajib pajak dari pekerjaan pokok dan sampingannya, serta

jumlah anggota keluarga yang masih harus dibiayai.

3. Faktor pelayanan aparatur pajak, disaat pelayanan penyampaian


13

informasi, pelayanan pembayaran, maupun pelayanan keberatan

dan penyaranan.

4. Faktor penegakan hukum pajak, yang terdiri dari saksi-saksi,

keadilan dalam penentuan jumlah pajak yang dipungut,

pengawasan dan pemeriksaan.

5. Faktor sosialisasi, diantaranya pelaksanaan sosialisasi dan media

sosialisasi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Penelitian Terdahulu Persamaan Perbedaan


1 Erawati & Parera. Menggunakan Menggunakan
(2017). Pengaruh variabel yang sama variabel yang
kesadaran wajib pajak, yaitu pengetahuan berbeda yaitu
sanksi perpajakan, dan sanksi pajak. kesadaran wajib
pengetahuan pajak dan pelayanan
perpajakan, dan fiskus terhadap
pelayanan fiskus kepatuhan wajib
terhadap kepatuhan pajak
wajib pajak bumi dan
bangunan
2 Warouw, Sondakh, & Menggunakan Menggunakan
Walandouw. (2015). variabel yang sama variabel yang
pengaruh sosialisasi yaitu sanksi berbeda yaitu
perpajakan dan sanksi perpajakan dan sosialisai
perpajakan terhadap kepatuhan wajib perpajakan.
kepatuhan pelaporan pajak
SPT Tahunan wajib
pajak badan.
3 Riyanda,Putra,& Menggunakan Menggunakan
Handayani. (2014). variabel yang sama variabel yang
pengaruh sanksi yaitu sanksi dan berbeda yaitu
14

administrasi, kepatuhan wajib sosialisai perpajakan


sosialisasi pajak. dan kesadaran wajib
perpajakan dan pajak.
kesadaran wajib
pajak terhadap
kepatuhan wajib
pajak orang
pribadi dalam
menyampaikan
SPT Tahunan
4 Muslim. (2018). Menggunakan Menggunakan
Pengaruh pengetahuan, variabel yang sama variabel yang
kesadaran, pelayanan, yaitu pengetahuan, berbeda yaitu
sanksi dan sosialisai sanksi, pelayanan kesadaran dan
pajak terhadap dan kepatuhan wajib tingkat pendidikan
kepatuhan wajib pajak pajak
dalam membayar pajak
bumi dan bangunan
dengan tingkat
pendidikan sebagai
variabel control.
5 Juwanti. (2017). Menggunakan Menggunakan
Pengaruh pengetahuan variabelyang sama variabel yang
perpajakan, kesadaran yaitu pengetahuan berbeda yaitu
wajib pajak, norma perpajakan, sanksi kesadaran dan norma
social, kepercayaan dan kepatuhan wajib social
pada pemerintah dan pajak
sanksi pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak
dalam melakukan
pembayaran pajak
bumi dan banguan
15

2.3 Kerangka Berpikir

Sumber : data dikelola (2020)

Gambar 2.1
Kerangka berpikir
Keterangan ;
Pengetahuan wajib pajak (X1) : Variabel Independen
Sanksi Pajak (X2) : Variabel Independen
Pelayanan (X3) : Variabel Independen
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) : Variabel Dependen
: Uji Parsial
: Uji Simultan

2.4 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak

Berdasarkan teori atribusi, perilaku seseorang dalam memenuhi

kewajiban pajak mereka didasari oleh salah satunya adalah faktor internal

yaitu pengetahuan wajib pajak(Susilawati & Budiartha 2013).

Dikutip dari Muslim (2018) pemahaman mengenai arti dan


16

manfaat pajak dapat meningkatkan kesadaran dari wajib pajak. Tanpa

adanya pengetahuan tentang pajak dan manfaatnya tidak mungkin orang

secara ikhlas membayar pajak. Kekhawatiran masyarakat dalam

membayar pajak disebabkan maraknya kasus yang sering terjadi

khususnya bidang perpajakan. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi

kepatuhannya, karena para wajib pajak tidak ingin pajak yang telah

dibayarkan disalahgunakan oleh aparat pajak itu sendiri (Susilawati &

Budiartha, 2013).

Hasil penelitian Erawati & Parera (2017)membuktikan

pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertamapenelitian ini

adalah :

H1 : Pengetahuan wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan

wajib pajak.

2.4.2 Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Pengetahuan Wajib Pajak

Dikutip dari Muslim (2018) menurut Mardiasmo (2016), sanksi

perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/dipatuhi, dengan

kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar

wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Sanksi pajak memiliki

peran penting guna memberikan pelajaran bagi pelanggar pajak agar tidak

meremehkan peraturan perpajakan.


17

Wajib pajak yang berpikir mengenai sanksi pajak tidak akan

melakukan pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dan akan mematuhi

kewajiban perpajakannya.Kekhawatiran yang dirasakan oleh wajib pajak

dapat menyebabkan terpenuhinya kewajiban perpajakan sehingga dapat

meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu sendiri dalam membayar pajak.

Hal ini terjadi karena wajib pajak akan merasa takut dan terbebani oleh

sanksi yang akan dikenakan kepadanya karena melalaikan kewajiban

perpajakannya.

Menurut Purnamasari (2016), sanksi perpajakan yaitu persepsi

masyarakat terhadap hukuman atas pelanggaran dalam memenuhi

ketentuan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB). Dalam penelitian Purnamasari (2016), sanksi pajak

bepengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak.

H2 : Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

2.4.3 Pengaruh Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Teori atribusi membahas tentang memahami penyebab perilaku

seseorang atau diri kita sendiri, yang mana nantinya akan membentuk

suatu kesan. Pelayanan yang terjadi melalui interaksi antara wajib pajak

dengan karyawan/petugas pajak saat wajib pajak membayar pajak akan

membentuk suatu kesan. Wajib pajak akan menganggap pelayanan itu

berkualitas saat petugas pajak memberikan kesan yang baik seperti ramah,

bersikap hormat, menjaga sopan santun, serta mempunyai pengetahuan


18

untuk memberi informasi yang jelas terhadap wajib pajak.

Apabila wajib pajak sudah merasa pelayanan yang diberikan

berkualitas maka akan berdampak pada meningkatnya kepatuhan wajib

pajak. Oleh karena itu agarself assessment dapat berjalan dengan baik,

pemerintah dalam hal ini Badan Pendapatan Daerah menjalankan salah

satunya fungsinya yaitu fungsi pelayanan. Implikasi dari hasil penelitian

ini adalah dengan adanya peningkatan kepatuhan wajib pajak melalui

perbaikan mutu pelayanan pajak maka akan berdampak pada

meningkatnya penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pemerintah

Kabupaten Lombok Barat. Hasil ini sesuai penelitian sebelumnya oleh

Putra, Pascarani, & Supriliyani (2015) dan Erawati & Parera (2017)

menjelaskan bahwa kualitas pelayanan fiskus berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak.

H3 : Pelayanan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Wajib Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di

Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Lombok Barat.

3.2 Jenis Penelitian

Dalam penelitian maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat

berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala

(Sugiyono, 2016 : 55). Penelitian ini akan mencari pengaruh variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel independennya

adalah pengetahuan, sanksi, dan pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pengetahuan, sanksi, dan pelayanan terhadap tingkat

kepatuhan Wajib Pajak Kabupaten Lombok Barat

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik kemudian ditarik kesimpulan

(Sugiyono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak PBB-P2 di

Kabupaten Lombok Barat yang melakukan pembayaran 2 tahun terakhir yaitu

tahun 2018 - 2019 sebanyak 157.416.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian wajib pajak adalah Wajib

Pajak PBB-2 yang mempuyai obyek pajak di kabupaten lombok barat. Ukuran

19
20

sampel yang digunakan pada penelitian ini mengunakan rumus solvin. Rumus

solvin digunakan peneliti untuk mempermudah peneliti menentukan jumlah

minimal sampel pada penelitian ini. Rumus solvin yaitu sebagai berikut:

Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Batas Toleransi Kesalahan (Taraf signifikan 15%)
(Sumber: Riduwan, 2013)

Perhitungan ukuran sampel pada penelitian ini, sebagai berikut:

n = 45
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka ukuran sampel minimal yang

digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 45 responden.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dimana data yang

diperoleh dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan. Data primer

disini berupa kuesioner yang dibagikan kepada Wajib Pajak PBB di Kabupaten

Lombok Barat.

Data pada kuesioner tersebut berupa:

1. Karakteristik responden yaitu nama, jenis kelamin, umur, tingkat

pendidikan.

2. Tanggapan responden tentang variabel penelitian


21

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden dalam bentuk daftar

pertanyaan yang disusun secara tertulis. Kuesioner ini bertujuan untuk

memperoleh data yang berupa jawaban dari responden. Data kuesioner terdiri

dari profil responden, beberapa bagian pertanyaan, masing-masing bagian

terdapat beberapa item pertanyaan.

3.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

3.6.1 Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel

dependen, dan variabel independen. Penjelasan masing-masing variabel adalah

sebagai berikut :

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah merupakan variabel yang mempunyai

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

independen (terikat) (sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini variabel

independen adalah Pengetahuan wajib pajak, Pelayanan wajib pajak dan

Sanksi wajib pajak.

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014). Dalam

penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah kepatuhan wajib

pajak.
22

Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan skala interval. Skala interval adalah skala pengukuran

dimana jarak satu tingkat dengan tingkat yang lainnya sama, oleh karena

itu skala interval dapat juga disebut skala unit yang sama (equel unit

scale). Dimana tingkat preferensi responden menggunakan skala likert 5

(lima) poin yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat

setuju. Item likert sebuah pernyataan yang responden diminta untuk

mengevaluasi sesuai dengan segala jenis kriteria subjektif atau objektif,

umumnya tingkat persetujuan atau ketidak setujuan diukur.

3.6.2 Definisi Operasional Variabel

1. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak didefinisikan sebagai memasukkan dan

melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan, mengisi secara

benar jumlah pajak yang terutang, dan membayarkan pajak pada waktunya

tanpa tindakan pemaksaan. (Amalia, Topowijono, & Dwiatmanto 2016).

Untuk variabel ini, peneliti mengadopsi 5 (lima) item pernyataan dari

(Muliasari dan Setiawan, 2011) :

Tabel 3.1
Indikator-Indikator Kepatuhan Wajib Pajak

Variabel Pernyataan
Kepatuhan Menurut saudara membayar pajak PBB-2 adalah
Wajib Pajak hal yang penting
Menurut saudara melaporkan kepemilikan bumi
dan bangunan secara benar adalah hal yang
penting
23

Menurut saudara melakukan pembayaran tepat


waktu merupakan prioritas yang utama

Menurut saudara melakukan pelaporan tepat


waktu merupakan prioritas yang Utama

Menurut saudara mendapat sanksi atau denda


pajak adalah sesuatuyang memalukan

Sumber : Mulyasari (2011)


2. Pengetahuan Wajib Pajak

Pengetahuan perpajakan adalah kemampuan atau seorang wajib

pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak

berdasarkan undang-undang yang akan mereka bayar maupun manfaat pajak

yang akan berguna bagi kehidupan mereka(Erawati &Parera 2017). Untuk

variabel ini, peneliti mengadopsi 5 (lima) item pertanyaan dari (Sari dan

Fidiana,2017):

Tabel 3.2
Indikator-Indikator Pengetahuan Wajib Pajak
Variabel Pernyataan
Menurut saudara mengetahui ketentuan terkait
kewajiban perpajakan PBB-2 yang berlaku
adalah hal yang penting
Menurut saudara mengetahui seluruh peraturan
mengenai bataswaktu pelaporan Pajak Bumi
dan Bangunan Pedesaan Perkotaan (PBB-P2)
adalah hal yang penting
Pengetahuan Wajib
Pajak Pajak PBB-2 berfungsi sebagai sumber
penerimaan daerah
Pajak PBB -2 yang disetor dapat digunakan
untuk pembiayaan oleh pemerintah daerah

Menurut saudara dengan mengetahui sistem


PBB-P2 yang digunakan saat ini adalah hal
yang penting
Sumber : Sari dan Fidiana (2017)
24

3. Pelayanan

Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau

menyiapkan segala kebutuhan yangdiperlukan seseorang). Sementara itu,

fiskus merupakan petugas pajak. (Erawati & Parera 2017). Untuk variabel

ini, peneliti mengadopsi 5 (lima) item pernyataan dari Arifin dan Nasution

(2017):

Tabel 3.3
Indikator-Indikator Kualitas Pelayanan

Variabel Pernyataan
Fiskus (petugas pajak) telah memberikan
pelayanan pajak dengan baik
Penyuluhan yang dilakukan fiskus dapat
membantu pemahaman mengenai hak dan
kewajiban wajib pajak
Kualitas
Fiskus senantiasa memperhatikan
Pelayanan
keberatan wajib pajak atas pajak yang
dikenakan
Kemudahan untuk mendapatkan pelayanan
dalam pembayaran pajak PBB-P2
Kemudahan dan efisien dalam membayar
dan melunasi pajak
Sumber : Arifin dan Nasution, (2017)

4. Sanksi Pajak

Sanksi pajak memiliki peran penting guna memberikan pelajaran

bagipelanggar pajak agar tidak meremehkan peraturan perpajakan. (Cahyadi

& Jati 2016). Untuk variabel ini, peneliti mengadopsi 5 (lima) item

Pernyataan dari (Mulisari & Setiawan, 2011):


25

Tabel 3.4
Indikator-Indikator Sanksi Pajak

Variabel Pernyataan
Sanksi pidana yang dikenakan bagi
pelanggar aturan pajak cukupberat
Sanksi administrasi yang dikenakan bagi
pelanggar aturan pajak sangatringan
Pengenaan sanksi yang cukup berat
Sanksi Pajak merupakan salah satu sarana untuk
mendidik wajib pajak
Sanksi pajak harus dikenakankepada
pelanggarnya tanpa toleransi
Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak
dapat dinegosiasikan
Sumber : Mulyasari (2011)

3.7 Teknik Pengujian Data dan Hipotesis

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu data dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut (Ghozali, 2013). Suatu instrument dikatakan valid jika mampu

mengukur apa yang diinginkannya. Untuk itu dilakukan analisis item

dengan metode korelasi product moment pearson (r). Uji validitas dengan

metode ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor jawaban yang

diperoleh pada masing-masing item dengan skor total dari keseluruhan

item. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan tingkat

signifikansi sebesar α = 5%. Uji validitas menggunakan 60 responden.


26

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas variabel adalah tingkat kehandalan kuesioner,

mengungkap variabel penelitian. Suatu data dikatakan reliabel jika

jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu (Ghozali, 2013). Metode yang digunakan untuk mengukur

reliabilitas adalah Cronbach Alpha dari hasil pengolahan data dengan

program SPSS. Suatu pertanyaan / pertanyaan dikatakan reliabel jika nilai

koefisien alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2013).

3. Uji Asumsi Klasik

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

berganda. Sebelum melakukan pengujian regresi, terdapat beberapa asumsi

yang harus dipenuhi agar data yang akan dimasukkan dalam model regresi

telah memenuhi ketentuan dan syarat dalam regresi. Uji asumsi klasik dalam

penelitian ini mencakup uji normalitas, multikolinearitas, dan

heteroskedastisitas.

4. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi,

residual memiliki distribusi normal. (Ghozali 2013). Model regresi yang

baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Teknik pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Sample

Kolmogorov SminorvTest.

5. Uji Multikolinearitas
27

Uji Multikolinearitas dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi

antara variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lain.

Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi antara

variabel independen. Uji Multikolinearitas dapat dilakukan dengan 2 cara

yaitu dengan melihat VIF (Variance Inflation Faktors) dan nilai tolerance.

Jika VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,10 maka terjadi gejala

Multikolinearitas (Ghozali,2013).

6. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah data dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain.Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara

untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot

antara lain prediksi variable terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan

residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot

antara SRESID dan ZPRED. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, B maka tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).


28

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi berganda,

untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak

PBB di Kabupaten Lombok Barat Model regresi moderasi ditunjukan oleh

persamaan berikut ini :

Y = α + β1X1 + β2X2+ β3X3 +ε

Keterangan:

Y = kepatuhan wajib pajak

α = Konstanta

β = Koefisienregresi

X1= Pengetahuan

X2= Sanksi Pajak

X3= Pelayanan

ε = Error

3.8 Uji Model

1. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan antara

variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Apabila

tingkat signifikansi ≤ 0,05 maka dapat dikatakan secara bersama- sama

variabel independen berpengaruh signifikansi terhadap variabel dependen.

Namun jika nilai signifikansi > 0,05 maka signifikan secara bersama-

samaantara variabel independen tidak terdapat pengaruh terhadap variabel

dependen.
29

2. Analisis Koefisien Determinasi (UjiR2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui sampai seberapa

besar presentase variasi variabel terikat pada model dapat diterangkan oleh

variabel bebas. Koefisien detrminasi (R2) dinyatakan dalam persentase yang

nilainya berkisar antara 0 < R2< 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen

amat terbatas (Ghozali, 2013). Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3. Uji T

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji Parsial (Uji t).

Uji Parsial (Uji t) digunakan untuk melakukan pengujian untuk mengetahui

kemampuan masing-masing variabel independen dalam menjelaskan

perilaku variabel dependen. Peneliti menggunakan α= 5%. Langkah-langkah

yang di tempuh dalam pengujian ini adalah (Ghozali, 2013):

a. Menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternative (H1).

H0 : β1 = β2 = β3 = 0, diduga variabel independen secara parsial

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabeldependen.

H1 : β1 ≠0, diduga variabel independen secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap variabeldependen.

b. Menetapkan kriteria pengujian yaitu:

Tolak H0 jika angka signifikansi lebih kecil dari α=5%

Terima H0 jika angka signifikansi lebih besar dari α=5%


30

Lampiran 1. Daftar Kuesioner

KUESIONER
Mataram, 4 Juli 2020
Kepada Yth.
Bapak/ibu Wajib Pajak Kabupaten Lombok Barat
di -
Tempat

Dengan Hormat,
Sehubung dengan dilaksanakannya penelitian untuk penulisan skripsi pada
strata 1 (S1) Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram
yang berjudul: Pengaruh Pengetahuan, Sanksi dan Pelayanan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2) Pada Bapenda Kabupaten Lombok Barat, saya memohon kesedian
Bapak/ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini.
Bapak/ibu dimohon membaca petunjuk pengisian pada bagan atas kuesioner
dan menjawab pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan yang dirasakan selama
ini. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam pengisian kuesioner ini,
karena hanya menanyakan perpsepsi Bapak/ibu, jawaban dan identitas responden
hanya digunakan untuk kepentingan akademis dan akan dijaga kerahasiaannya.
Keberhasilan penelitian ini sangat bergantung pada perhatian dan kesungguhan
Bapak/ibu dalam mengisi kuesioner ini.
Atas bantuan dan kesediaan Bapak/ibu dalam mengisi kuesioner penelitian
ini, saya ucapkan banyak terima kasih.
Hormat saya,
Peneliti

(M. Arifulminan)
31

Petunjuk pengisian

Isilah masing-masing pertanyaan sesuai dengan petunjuk masing-


masing instrumen. Bapak/Ibu dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan
memberi tanda silang (X) atau cek (√) pada salah satu dari angka 1 hingga 5.

Identitas Responden:

1 Nama Responden : ......................................................................................

2 Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan

3 Umur : ......................................................................................

4 Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. D3

e. S1 f. S2 g. S3
32

Daftar pertanyaan berikut, bertujuan untuk mengungkapkan


persepsi bapak/ibu mengenai penggunaan software akuntansi. Pastikan setiap
jawaban bapak/ibu dan berilah tanda silang (X) atau cek (√) pada kolom
jawaban yang tersedia.
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Tidak Setuju Ragu -Ragu Setuju Sangat Setuju
Setuju (TS) (N) (S) (SS)
(STS)

Kepatuhan Wajib Pajak


1 2 3 4 5
No Pernyataan
STS TS N S SS
1 Menurut saudara membayar pajak PBB-P2
adalah hal yang penting
Menurut saudara melaporkan kepemilikan
2 bumi dan bangunan secara benar adalah hal
yang penting
Menurut saudara melakukan pembayaran
3 tepat waktu merupakan prioritas yang
utama
Menurut saudara melakukan pelaporan
4 tepat waktu merupakan prioritas yang
utama
Menurut saudara mendapat sanksi atau denda
5
pajak adalah sesuatu yang Memalukan

Pengetahuan Wajib Pajak


1 2 3 4 5
No Pernyataan
STS TS N S SS
Menurut saudara mengetahui ketentuan
1 terkait kewajiban perpajakan PBB-P2 yang
berlaku adalah hal yang penting
2 Menurut saudara mengetahui seluruh
peraturan mengenai batas waktu
pelaporan Pajak Bumi dan Bangunan
33

Pedesaan Perkotaan(PBB-P2) adalah hal yang


penting
3 Pajak PBB-P2 berfungsi sebagai sumber
penerimaan daerah
Pajak PBB-P2 yangdisetor dapat
4 digunakan untuk pembiayaan oleh
pemerintah daerah
Menurut saudara dengan mengetahui sistem
5 PBB-P2 yang digunakan saat ini adalah hal
yang penting

Sanksi Pajak
1 2 3 4 5
No Pernyataan
STS TS N S SS
1 Sanksi pidana yang dikenakan bagi
pelanggar aturan pajak cukup berat
2 Sanksi administrasi yang dikenakan bagi
pelanggar aturan pajak sangatringan
Pengenaan sanksi yang cukup berat
3 merupakan salah satu sarana untuk
mendidik wajib pajak
4 Sanksi pajak harus dikenakan kepada
pelanggarnya tanpa toleransi
5 Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak
dapat dinegosiasikan

Kualitas Pelayanan
1 2 3 4 5
No Pernyataan
STS TS N S SS
1 Fiskus (petugas pajak) telah memberikan
pelayanan pajak dengan baik
Penyuluhan yang dilakukan fiskus dapat
2 membantu pemahaman mengenai hak dan
kewajiban wajib pajak
Fiskus senantiasa memperhatikan
3 keberatan wajib pajak atas pajak yang
Dikenakan
4 Kemudahan untuk mendapatkan pelayanan
dalam pembayaran pajak PBB-P2
Kemudahan dan efisien dalam membayar dan
5
melunasi pajak
34

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R., Topowijono, & Dwiatmanto. 2016. Pengaruh Pengenaan Sanksi
Administrasi dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan
Kendaraan Bermotor (Studi pada Kantor Samsat Kabupaten Bengkalis
Riau). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 31(1), 35–41.
Arifin, S. B., & Nasution, A. A. 2017. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Sanksi
Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama
Medan Belawan. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis, 3(2), 177–186.
Ayza. 2017. “ Hukum Pajak Indonesia”. Prenada Media Grup. Bandung.
Cahyadi, I. M. W., & Jati, I. K. 2016. Pengaruh Kesadaran, Sosialisasi,
Akuntabilitas Pelayanan Publik dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 16(3), 2342–2373.
Erawati, T., & Parera, A. M. W. 2017. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi
Perpajakan, Pengetahuan Perpajakan, dan Pelayanan Fiskus terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan. Jurnal Akuntansi, 5(1), 37–
48. https://doi.org/10.24964/ja.v5i1.255.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Juwanti. 2017. “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak,
Norma Sosial, Kepercayaan Pada Pemerintah Dan Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi Dan
Bangunan (Studi Pada Wajib Pajak Bumi Dan Bangunan Kecamatan
Colomadu Kabupaten Karanganyar). Skripsi. Institut Agama Islam Negeri
Surakarta.
Kurniawan. 2019. Pahami Ketentuannya hindari Sanksinya : Kupas Tuntas Sanksi
Perpajakan. Uwais Inspirasi Indonesia. Ponorogo
Mahardika, I. Gusti N. P. 2015. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Sikap Wajib
Pajak Pribadi di KPP Pratama Singaraja. Jurnal Jurusan Pendidikan
Ekonomi, 5 Nomer 1.
Mardiasmo. 2018. “Perpajakan”. Cv. Andi Offset. Jakarta.
Muliari, N. K., & Setiawan, P. E. 2011. Pengaruh Persepsi tentang Sanksi
Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan
Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Denpasar Timur. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 6(1), 1–23.
https://doi.org/23031018.
35

Muslim. 2018. “Pengaruh Pengetahuan, Kesadaran, Pelayanan, Sanksi Dan


Sosialisasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar
Pajak Bumi Dan Bangunan Dengan Tingkat Pendidikan Sebagai Variabel
Kontrol”. Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Pajak
Bumi Dan Bangunan.
Putra, R. R. R., Handayani, S. R., & Topowijono. 2014. Pengaruh Sanksi
Administrasi Sosialisasi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap
Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Singosari, Kabupaten Malang).
Jurnal E- Perpajakan, 1(1), 1–10.
Rahayu, N. (2017). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Ketegasan Sanksi Pajak,
dan Tax Amnesty terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi
Dewantara, 1(1), 15–30.
Ridwan. 2013. “Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika”. Bandung. Alfabeta.
Sari, V. A. P., & Fidiana. (2017). Pengaruh Tax Amnesty, Pengetahuan
Perpajakan, dan Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 6(2), 744–760.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Susilawati, K. E., & Budiartha, K. 2013. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan dan Akuntabilitas Pelayanan
Publik pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 4(2), 345–357. https://doi.org/ISSN:
2302-8556.
Tawas, V. B. J., Poputra, A. T., & Lambey, R. 2016. Pengaruh Sosialisasi
Perpajakan, Tarif Pajak, dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan
Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus pada
KPP Pratama Bitung). Jurnal EMBA, 4(4), 912–921.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Tentang Perpajakan.
Warouw, J. S. S., Sondakh, J. J., & Walandouw, S. K. 2015. Pengaruh Sosialisai
Perpajakan dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Pelaporan SPT
Tahunan Wajib Pajak Pribadi (Studi Kasus pada KPP Pratama Manado
dan KPP Pratama Bitung). Jurnal EMBA, 3(4), 585–592.

Anda mungkin juga menyukai