Anda di halaman 1dari 5

DIAGNOSIS KECEMASAN UMUM

Kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan umum:


A. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan(harapan yang mengkhawatirkan) yang
lebih banyak dibandingkan tidak terjadi selama 6 bulan, tentang sejumlah kejadian atau
aktifitas ( seperti pekerjaan dan prestassi sekolah )
B. Orang yang merasa sulit mengemndalikan ketakutan
C. Kecemasan dan kekhawatiran adalah disertai oleh 3 ( atau lebih) dari ^ gejala berikut ini :
1. Kegelisah atau perasaan bersemgnat
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi
4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur
D. Kecemasan, kekhatiran atau gejla fisik yang menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan pada fungsi sosial
E. Gangguan bukan karena efek psikoilogis langsung dari suatu zat

DIAGNOSIS GGN STRESS PASCA TRUMATIK


Kriteria diagnosis DSM-IV untuk gangguan stress pascatraumatik ditulis untuk
memperjelas beberapa kriteria dalam DSM-III-R. Pertama DSM-IV-R menggambarkan stressor
diluar rentang pengalaman manusia pada umumnya. Karena kriteria adalah tidak jelas dan tidak
dapat dipercaya, DSM-IV memperjelas artinya (Kriteria A). Dalam DSM-IV, criteria B
menyebutkan, seperti dalam DSM-III-R, bahwa pasien secara menetap mengalami kembali
peristiwa traumatik. Kriteria C dan D pada DSM IV tetap sama dengan DSM-III-R, mereka
menyebutkan penghindaran persisten terhadap situasi tertentu dan peningkatan kesadaran pada
pasien. DSM-IV menyebutkan bahwa gejala pengalaman, menghindar dan kesadaran yang
berlebihan harus berlangsung lebih dari 1 bulan.

Kriteria diagnostik untuk gangguan stress pascatraumatik


A. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari berikut ini terdapat :
B. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu (atau lebih) cara berikut :
1) Rekoleksi yang menderitakan, rekuren, dan mengganggu tentang kejadian, termasuk
angan pikiran atau persepsi. Catatan : pada anak kecil, dapat menunjukkan
permainan berulang dengan tema aspek trauma.
2) Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian.
3) Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali.
4) Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal
yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik.
5) Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang
menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik.
C. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma dan kaku karena
responsivitas umum (tidak ditemukan sebelum trauma), seperti yang ditunjukkan oleh tiga
(atau lebih) berikut ini :
1) Usaha untuk menghindari pikiran, perasaan atau percakapan yang berhubungan
dengan trauma.
2) Tidak mampu untuk mengingat aspek penting dari trauma
3) Hilangnya minat atau peran serta yang jelas dalam aktivitas yang bermakna.
4) Perasaan terlepas atau asing dari orang lain
5) Rentang afek yang terbatas
6) Perasaan bahwa masa depan menjadi pendek.
D. Gejala menetap adanya peningkatan kesadaran yang ditunjukkan oleh dua (atau lebih)
berikut :
1) Kesulitan untuk tidur atau tetap tidur
2) Iritabilitas atau ledakan kemarahan
3) Sulit berkonsentrasi
4) Kewaspadaan berlebihan
5) Respon kejut yang berlebihan
E. Lama gangguan (gejala dalam kriteria b, c, d) adalah lebih dari satu bulan
F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.

Sebutkan jika :
Akut : jika lama gejala adalah kurang dari 3 bulan
Kronis : jika lama gejala adalah 3 bulan atau lebih
Sebutkan jika :
Dengan onset lambat : onset gejala sekurangnya enam bulan setelah stressor
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Stress Akut
A. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari berikut ini
ditemukan :
1) Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu kejadian atau
kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang sesungguhnya
atau cedera yang serius, atau ancaman kepada integritas fisik diri atau orang lain.
1) Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya atau horor.
Catatan : pada anak – anak hal ini dapat diekspresikan dengan prilaku yang
kacau dan terintegrasi. Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan
suatu kejadian atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau
kematian yang sesungguhnya atau cedera yang serius, atau ancaman kepada
integritas diri atau orang lain.
2) Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya atau horor.
B. Salah satu selama mengalami atau setelah mengalami kejadian yang menakutkan,
individu tiga (atau lebih) gejala disosiatif berikut :
1) perasaan subyektif kaku, terlepas, atau tidak ada responsivitas emosi
2) penurunan kesadaran terhadap sekelilingnya (misalnya, berada dalam keadaan
tidak sadar)
3) derelisasi
4) depersonalisasi
5) amnesia disosiatif (yaitu, ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari
trauma)
C. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali sekurangnya satu cara berikut:
bayangan, pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik yang rekuren, atau suatu perasaan
hidupnya kembali pengalaman atau penderitaan saat terpapar dengna pengingat kejadian
traumatic
D. Penghindaran jelas terhadap stimuli yang menyadarkan rekoleksi trauma (misalnya,
pikiran, perasaan, percakapan, aktivitas, tempat, orang).
E. Gejala kecemasan yang nyata atau pengingat kesadaran (misalnya, sulit tidur, iritabilias,
konsentrasi buruk, kewaspadaan berlebihan, respon kejut yang berlebihan, dan
kegelisahan motorik).
F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain, menganggu kemampuan individu untuk
mengerjakan tugas yang diperlukan, seperti meminta bantuan yang diperlukan atau
menggerakan kemampuan pribadi dengan menceritakan kepada anggota keluarga tentang
pengalaman traumatic.
G. Gangguan berlangsung selama minimal 2 hari dan maksimal 4 minggu dan terjadi dalam
4 minggu setelah traumatic
H. Tidak karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan,
medikasi) atau kondisi medis umum, tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan psikotik
singkat dan tidak semata-mata suatu eksaserbasi gangguan Aksis I atau Aksis II dan telah
ada sebelumnya.

Pasien dengan gangguan disosiatif biasanya tidak memiliki derajat perilaku menghindar,
kesadaran berlebih (hiperarousal) otonomik, atau riwayat trauma yang dilaporkan oleh pasien
gangguan stress pascatraumatik. Sebagian karena publikasi yang luas dan telah diterima, istilah
gangguan stress pascatraumatik dalam berita popular, klinisi harus juga mempertimbangkan
kemungkinan suatu gangguan buatan atau berpura-pura.
2)

Anda mungkin juga menyukai