Anda di halaman 1dari 2

CONTOH KASUS AUDIT DI INDONESIA:

SURYADHARMA ALI MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA (KORUPSI DANA HAJI)

KASUSNYA:
Suryadharma Ali (SDA) merupakan mantan Menteri Agama yang didakwa melakukan
penyelewengan dana pada kasus penyelengaraan biaya haji di Kementrian Agama tahun 2012 –
2013. Pada saat itu KPK mulai menyelidiki kasus dugaan tindak pidana korupsi dana haji sejak
awal tahun 2013.
Kasus ini mencuat setelah adanya laporan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) yang pada saat itu dijabat oleh Muhammad Yusuf selaku Ketua PPATK, mengatakan
sepanjang tahun 2004 – 2012 ada dana biaya penyelenggaraan ibadah Haji (BPIH) sebesar Rp.
80 triliun dengan bunga sekitar Rp. 2,3 Triliun. Berdasarkan audit PPATK, ada transaksi
mencurigakan sebesar Rp. 230 miliar yang tidak jelas penggunaanya. Ini lah yang mengindikasi
dana haji ditempatkan di bank tanpa ada standarisasi penempatan yang jelas. Modus pencucian
uang inilah yang disampaikan pihak PPATK kepada pihak KPK untuk ditindak lanjuti.

KPK menyambut temuan dengan penyelidikan hampir setahun. Mulai Januari 2015, KPK
melakukan penyelidikan atas dugaan penyimpangan dana haji tahun anggaran 2012 – 2013.
Selain pengadaan barang dan jasa, KPK juga menyelidki biaya penyelengaraan ibadah Haji
(BPIH) dan pihak – pihak yang diduga mendapatkan fasilitas haji. Februari 2015, Suryadharma
Ali (SDA) merupakan mantan Menteri Agama yang didakwa melakukan penyelewengan dana
pada kasus penyelengaraan biaya haji di Kementrian Agama tahun 2012 – 2013. Pada saat itu
KPK mulai menyelidiki kasus dugaan tindak pidana korupsi dana haji sejak awal tahun 2013.
Kasus ini mencuat setelah adanya laporan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) yang pada saat itu dijabat oleh Muhammad Yusuf selaku Ketua PPATK, mengatakan
sepanjang tahun 2004 – 2012 ada dana biaya penyelenggaraan ibadah Haji (BPIH) sebesar Rp.
80 triliun dengan bunga sekitar Rp. 2,3 Triliun. Berdasarkan audit PPATK, ada transaksi
mencurigakan sebesar Rp. 230 miliar yang tidak jelas penggunaanya. Ini lah yang mengindikasi
dana haji ditempatkan di bank tanpa ada standarisasi penempatan yang jelas. Modus pencucian
uang inilah yang disampaikan pihak PPATK kepada pihak KPK untuk ditindak lanjuti.
KPK menyambut temuan dengan penyelidikan hampir setahun. Mulai Januari 2015, KPK
melakukan penyelidikan atas dugaan penyimpangan dana haji tahun anggaran 2012 – 2013.
Selain pengadaan barang dan jasa, KPK juga menyelidki biaya penyelengaraan ibadah Haji
(BPIH) dan pihak – pihak yang diduga mendapatkan fasilitas haji.

ANALISIS KASUS:
Dari analisis saya sendiri disini terdapat 2 kejadian yang menimbulkan problem, yaitu:
a) Tindakan Kecurangan
Dari uraian diatas modus penyalahgunaan wewenang dan memperkaya diri dan orang
lain itulah yang digunakan oleh SDA. Selain menerima uang, SDA juga diduga
melakukan korupsi dana haji, antara lain :
 Menunjuk orang tertentu yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi Petugas
Penyelengara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, yakni 180 orang petugas PPIH yang
tidak memenuhi syarat dengan nilai sebesar Rp. 12,778 miliar.
 Mengangkat Petugas Pendampingan Amirul Haji tidak sesuai kriteria dengan nilai
sebesar Rp. 354,273 juta.
 Menggunakan Dana Operasional Menteri (DOM).
 Perbuatan memperkaya orang lain.
 Perbuatan Memperkaya pihak Korporasi seperti pihak Hotel.
 Memberangkatkan 1.771 jemaah tidak sesuai nomor antrian dengan nilai Rp. 12,328
miliar.
 Mengarahkan tim penyewaan Perumahan Jamaah Haji Indonesia di Arab Saudi untuk
menunjukan penyedia perubahan jamaah Indonesia yang tiak sesuai ketentuan dan
memanfaatkan sisa kuota haji nasional tidak berdasarkan prinsip keadilan dan
proporsionalitas.
b) Kerugian Negara
Keuangan negara mengalami kerugian sebesar Rp. 27,283 Miliar dan 17,967 juta Riyal.

KESIMPULAN KASUS:
Dalam kasus Suryadharma Ali ini, kelemahan dari pihak auditor internal di Departemen Agama
untuk mendeteksi sejak dini terhadap bukti – bukti “ penyimpangan transaksi “ ini lah yang
menjadi sumber terjadinya tindakan Fraud atas biaya haji di Kementrian Agama tahun 2012 –
2013. Pihak Suryadharma Ali tidak mampu menyajikan pembuktian atas pembengkakan biaya –
biaya yang terjadi. Baik secara fisik, perhitungan, maupun secara lisan.
Setelah dilakukan penyelidikan yang intens oleh pihak KPK dan pihak pembuktian dari tenaga
ahli maka diputuskanlah bahwa Suryadharma Ali terbukti melakukan tindakan pencucian uang,
korupsi dengan modus memperkaya pihak laIn dan diri sendiri dengan kerugian negara mencapai
hampir Rp. 1,821miliar.
Semoga dengan semakin banyaknya terungkap modus penyelewengan di Lembaga Negara, hal
ini dapat membuat kesadaran internal dari pihak akuntannya maupun auditor atas pentingnya
laporan keuangan yang didukung dengan bukti yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai