Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH HUKUM BISNIS

KERJASAMA BISNIS FRANCHISE

Dosen Pembimbing
Hj. Susiladewi, SE.MM.MH

Kelompok I (Satu)
Disususn Oleh:
Helmi Fuadi : 18310823
Monica Wulan S : 18310869
Sherly Amelia : 18310818

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keadaan sosial ekonomi Indonesia telah menunjukkan pada kita semua bahwa sebagian besar
aktifitas dunia usaha di Indonesia ini dilakukan oleh para pelaku usaha yang menyadarkan
diri pada Buku II dan Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Hal ini membuat kita
mengakui bahwa beberapa bagian dari ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, khususnya yang mengatur tentang kebendaan dan perikatan ternyata masih relevan
bagi kehidupan dan aktifitas ekonomi. Meskipun dalam praktik kehidupan masyarakat saat
ini tumbuh dan berkembang kontrak innominat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja yang menjadi ciri-ciri kontrak Franchise?
2. Apa saja ruang lingkup kontrak Franchise?
3. Apa saja teori yang mendukung tentang kontrak Franchise?
4. Bagaimana cara beralihnya kontrak Franchise?
5. Bagaimana penyelesaian sengketa kontrak Franchise?

1.3. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Supaya kita mengetahui kerjasama bisnis Franchise.
2. Membahas tentang kerjasama bisnis Franchise.

Manfaatnya:

Agar mahasiswa dapat lebih memahami masalah tentang kerjasama bisnis ini dan juga agar lebih
meningkatkan pengetahuan yang lebih luas tentang hukum-hukum bisnis di Negeri berkembang
ini
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Ciri-Ciri Kontrak Franchise


1. Konsep bisnis yang menyeluruh dari Franschise
2. Adanya proses permulaan dan pelatihan atas seluruh aspek pengelolaan bisnis yang
sesuai dengan konsep franchisor.
3. Proses bantuan dan bimbingan yang terus menerus dari pihak franchisor.

2.2. Ruang Lingup Kontrak Franchise

Jika dilihat dari ruang lingkup dan konsepnya, kontrak Franchise berada pada kontrak lisensi
dan distributor. Dengan adanya pemberian izin oleh pemegang Hak Milik Intelektual atau
know-how lainnya kepada pihak lain untuk menggunakan merek ataupun prosedur tertentu
merupakan unsure dari perjanjian lisensi, sedangkan disisi lain adanya quality control dari
franchisor terhadap produk-produk pemegang lisensi yang harus sama dengan produk-produk
lisensor yang seakan-akan franchisor merupakan distributor.

2.3. Teori yang Mendukung Kontrak Franchise

Kontrak Sosial: Hobbes


Hobbes menyatakan bahwa secara kodrat manusia ini sama satu sama lainnya. Masing-
masing mempunyai hasrat atau nafsu (appetite) dan keengganan (aversions), yang
menggerakkan tindakkan mereka, . Hobbes menegaskan pula bahwa hasrat manusia itu tidak
terbatas.

Dengan demikian Hobbes menyatakan bahwa dalam kondisi alamiah, terdapat perjuangan
unntuk kekuatan dari manusia atas manusia yang lain. Dalam kondisi alamiah seperti itu
manusia menjadi tidak aman dan ancaman kematian menjadi semakin mencekam.

Kontrak Sosial: Locke


Locke memulai dengan mengatakan kodrat manusia adalah sama antara satu dengan lainnya.
Akan tetapi berbeda dari Hobbes, Locke mengatakan bahwa ciri-ciri manusia tidaklah ingin
memenuhi hasrat dengan power tanpa memindahkan manusia lainnya.

Menurut Locke, dalam kondisi alamiah sudah terdapat pola-pola pengaturan dan hokum
alamiah yang teratur karena manusia mempunyai akal yang dapat menentukan apa yang
benar dan apa yang salah dalam pergaulan antar sesama.
2.4. Cara Berakhirnya Kontrak Franchise

Berakhirnya kontrak selesai atau hapusnya sebuah kontrak yang dibuat antara dua pihak,
yaitu pihak kreditur dan pihak debitur tentang sesuatu hal. Pihak kreditur adalah pihat atau
orang yang berhak atas suatu prestasi. Sedangkan debitur adalah pihak yang berkewajiban
untuk memenuhi prestasi. Sesuatu hal disini bisa berarti segala perbuatan hokum yang
dilakukan oleh kedua pihak, bisa jual beli utang oiutang, sewa menyewa dan lain-lain.

Di dalam Rancangan Undang-Undang Kontrak telah ditentukan tentang berakhirnya kontrak.


Pengakhiran kontrak dalam rancangan itu diatur dalam Pasal 7.3.1 sampai dengan pasal
7.3.5.
Ada 5 hal yang diatur dalam pasal tersebut, yaitu:
1. Hak untuk mengakhiri kontrak.
2. Pemberitahuan pengakhiran.
3. Ketidak pelaksanaan yang sudah di antisipasi.
4. Jaminan yang memadai dati ketidak pelaksanaan tersebut.
5. Pengruh dari pengakhiran secara umum.

Setiap kontrak yang diakhiri salah satu pihak maka ia harus memberitahukannya kepada
pihak lainnya. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional juga
diatur secara rinci tentang berakhirnya perjanjian internasional.
Ada 8 cara berakhirnya perjanjian internasional, yaitu:
1. Terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang diciptakan dalam perjanjian.
2. Tujuan perjanjian telah tercapai.
3. Terdapat perubahan mendasar yang mempengaruhi pelaksanaan perjanjian.
4. Salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan perjanjian.
5. Dibuat suatu perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama.
6. Muncul norma-norma baru dalam Hukum Internasional.
7. Objek perjanjian hilang.
8. Terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan nasional.
Disamping ke delapan cara berakhirnya perjanjian sebelum waktunya. Di dalam pasal itu
disebutkan bahwa:
“Perjanjian internasional berakhir sebelum waktunya, berdasarkan kesepakatan para pihak,
tidak mempengaruhi penyelesaian setiap pengaturan yang menjadi bagian perjanjian dan
belum dilaksanakan secara penuh pada saat berakhirnya perjanjian tersebut”.

2.5. Penyelesaian Sengketa Kontrak Franchise


A. Jalur pengadilan.
Proses di pengadilan ini pada umumnya akan diselesaikan melalui usaha perdamaian oleh
hakim pengadilan perdata. Perdamaian biasa dilakukan di luar pengadilan ataupun di
dalam pengadilan.

B. Jalur Arbitrase.
Kebijaksanaan yang dimaksud tidaklah berarti mengindahkan nomra-norma hukum dan
semata-mata hanya bersandarkan kebijaksanaan saja. Dengan kata lain, Arbitrase adalah
proses penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau para hakim yang
berdasarkan persetujuan bahwa mereka akan tunduk kepada keputusan yang diberikan
oleh para hakim yang mereka pilih atau mereka tunjuk.

Hukum arbitrase yaitu bahwa menurut hukum dianggap wajar apabila 2 orang atau pihak
yang terlibat dalam suatu sengketa mengadakan persetujuan dan mereka menunjuk
seorang pihak ke tiga yang mereka berikan wewenang untuk memutuskan sengketa. Para
pihak dalam perjanjian yang menghendaki agar penyelesaian sengketa yang timbul akan
diselesaikan dengan arbitrase, dapat mempergunakan salah satu dari 2 cara yang dapat
membuka jalan timbulnya perwasitan, yaitu:
 Dengan mencantumkan klausul dalam perjanjian pokok, yang berisi bahwa
penyelesaian sengketa yang mungkin timbul akan diselesaikan dengan peradilan
wasit. Cara ini disebut dengan pactum de compromittendo.
 Dengan suatu perjanjian tersendiri, di luar perjanjian pokok. Perjanjian ini dibuat
secara khusus bila telah timbul sengketa dalam melaksanakan perjanjian pokok.
Surat perjanjian semacam ini disebut “akta kompromis”.
BAB III

PENUTUP

1.1.Kesimpulan

Dalam perkembangan zaman, banyak hal yang berubah dari segala hal, maupun dari cara pandang,
cara hidup, bahkan aturan-aturan barupun bermunculan, sehingga banyak hal yang berubah,
sehingga aturan yang mengaturpun ikut berubah. Namun dari hal ini hanya membahas bentuk
kontrak diluar Kibat Undang-Undang Perdata, yaitu Franchise yang memberi wawasan yang sangat
baik untuk perkembangan ilmu pendidikan saat ini.

Dalam kontrak inipun akan membawa kita tentang semua hal yang baru, karena kontrak ini adalah
kontrak yang baru berkembang dalam dunia usaha. Dengan begitu makalah ini akan membimbing
kita semua kea rah yang lebih modern dalam menjalani perjanjian sehari-hari. Dengan contoh yang
ada makan akan lebih mempermudahkan kita dalam mempelajari kontrak ini.

1.2.Saran

Pada masa sekarang dalam menjalani kehidupan tidak hanya terpaku dalam sebuah permasalahan
yang lama saja, seperti kontrak yang hanya ada dalam BW saja, tetapi kontrak semua ini sudah
berkembang secara pesat dalam masyarakat saat ini.

Maka diharapkan kepada semua teman-teman kelas reg c pagi ini semoga dapat memahami semua
isi yang tertulis dalam makalah ini agar dapat memahami kontrak-kontrak yang ada di luar dari
hukum perdata yang telah diatur dalam BW.
DAFTAR PUSTAKA

 http://adityoariwibowo.wordpress.com./2013/02/05/551/
 http://radhitisme,blogspot.com/2009/02/teori-kontrak-sosial-ldari-hobbes-locke.html
 http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/07/berakhirnya-perjanjian.html
 http://adityoariwibowo.wordpress.com/2013/02/09/tinjauan-tentang-perjanjian-kontrak-
franchise-waralaba/
 https://www.academia.edu/14785349/Makalah_hukum_bisnis?auto=donwload

Anda mungkin juga menyukai