Anda di halaman 1dari 2

Pembuatan undang-undang yang dilakukan pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

menetapkan beberapa peraturan perundang-undangan yang memuat sistem straf minimum rules
(aturan hukum minimal). Sistem pidana minimum memberi batasan terhadap kebebasan yang
dimiliki hakim dalam menjatuhkan putusan. Apabila dikaitkan antara asas kebebasan hakim dengan
penjatuhan pidana, seorang hakim memiliki asas kekuasaan yang bebas dalam menjatuhkan pidana
terhadap seorang terdakwa. Akan tetapi, putusan berupa pemidanaan di bawah umur minimum dari
ancaman pidana yang telah diatur dan ditetapkan dalam undang-undang akan menimbulkan
kontroversi atau pun perdebatan.1

Pada umumnya, pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul harta
kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana dengan berbagai cara agar hartanya sulit
ditelusuri dan mereka dapat dengan leluasa memanfaatkan harta kekayaan tersebut untuk kegiatan
yang sah ataupun tidak sah. Oleh karena itu, untuk membuktikan asal-usul harta kekayaan yang
berasal dari tindak pidana tersebut hanya dapat melalui 3 cara, yaitu:

Dengan mengetahui dan meminta keterangan dari para saksi, ahli, dan menggali fakta dari alat bukti,
surat dan petunjuk serta keterangan dari pelaku tindak pidana asal tentang asal usul harta kekayaan
yang dimaksud;

Dengan mendasarkan pada keterangan berupa pengakuan tersangka atau terdakwa atau
menggunakan penjelasan pasal 5 ayat 1 tentang makna patut diduganya yaitu suatu kondisi yang
memenuhi setidak-tidaknya pengetahuan, keinginan atau tujuan pada saat terjadinya transaksi yang
diketahuinya, yang mengisyaratkan adanya pelanggaran hukum;

Menggunakan instrumen pasal 77 UU nomor 8 tahun 2010 tentang pembalikan beban pembuktian,
yang berbunyi, "Untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, terdakwa wajib membuktikan
bahwa harta kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana."

Pengungkapan tersebut harus tertuang di dalam berkas acara pemeriksaan dengan ketentuan teknik
pengungkapannya tidak bersifat self-incrimination bagi diri terdakwa. Selain itu, penyidik dalam
mengumpulkan alat bukti di tingkat penyidikan atau pembuktian di tingkat penuntutan oleh
penuntut umum, tidak ada kewajiban bagi penyidik untuk mencari alat bukti yang mendukung
pembuktian atas seluruh unsur pidana asal, begitu pun bagi penuntut umum, cukup yang diungkap
adalah bahwa harta kekayaan yang dimiliki oleh terdakwa yang memenuhi rumusan pasal 3, 4, dan 5
tersebut diketahuinya atau patut diduganya berasal dari tindak pidana (tidak perlu dibuktikan siapa
pelaku tindak pidana asal tersebut) .2

1
https://ugm.ac.id/id/berita/16313-
mengkaji.asas.kebebasan.hakim.dalam.penjatuhan.pidana.dengan.ancaman.minimum.khusus
2
https://acch.kpk.go.id/id/artikel/fokus/pencucian-uang-anas-urbaningrum
berdasarkan uraian pertimbangan unsur yang terpenuhi. Unsur yang Yang diketahuinya atau
diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

(dengan alat-alat bukti yang disebut dalam undang-undang yakni dalam Pasal 184 KUHAP) maka
harus dinyatakan bersalah dan dihukum. Pasal 184 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa alat bukti
yang sah dalam perkara pidana adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan
keterangan terdakwa.

Hal ini sejalan dengan pendapat M. Yahya Harahap mengatkan ketentuan-ketentuan yang berisi
penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan
kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. 3

3
Jurnal, Latief Abd Rahman, 2019, Money Laundry Kaitannya Dengan Pemeriksaan Tindak Pidana Asal,
Sulawesi.

Anda mungkin juga menyukai