Anda di halaman 1dari 10

PERJUANGAN POLITIK KAUM FEMINISME UNTUK MEMASUKAN

SUARA PEREMPUAN KEDALAM ATURAN HUKUM

Frenky Andriawan Lubis, Novan wijaya, Riski Kelvin, Mat Fajeri, Pura Wijaya
Universitas Bandar Lmpung
Fakultas Hukum
Prodi Ilmu Hukum
Email: Frenkyandriawanlubis0@gmail.com

ABTRACK

feminist jurisprudence atau bisa disebut feminist legal theory adalah sebuah filsafat hukum
yang didasarkan pada kesetaraan gender dibidang politik, ekonomi dan sosial, dimana kita
mempelajari hukum dari optik teori-teori feminisme dan didasarkan pada pandangan gerakan
feminise sedangkan munculnya semangat feminisme di indonesia dimulai sejak masa
prakemerdekaan yang dipengaruhi kondisi dan sejarah panjang perjuangan bangsa
indonnesia. Gerakan feminisme di indonesia ditandai dengan munculnya beberapa tokoh
perempuan yang rata-rata kalangan atas/bangawan seperti Dewi sartika, R.A Kartini, Cut nya
dien, dan lain-lain tetapi yang paling tua dari segi tahun itu kartini. gerakan luas yang
berusaha menunjukkan bagaimana teori hukum konvensional, jauh dari buta gender,
mengabaikan posisi dan perspektif perempuan. Kaum feminist menunjukkan kesenjangan
yang dapat ditemukan dalam hukum pidana (terutama dalam pemerkosaan dan kekerasan
dalam rumah tangga,dalam perjalanan perjuangannya Raden Ajeng Kartini selalu
menyuarakan gagasan-gagasannya tentang bagaimana seorang perempuan mampu untuk ikut
andil dalam menggeluti dunia akademisi untuk mencapai tingkat intelektual sebagaimana
kaum laki-laki. sebab pentingnya intelektual bagi kaum perempuan untuk bersaing dan
menghapus narasi-narasi yang di bangun oleh kaum laki laki, setidaknya dibidang
perundang-undangan,Indonesia mempunyai UU (PKDRT), Lahirnya Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah buah
perjuangan politik kaum feminisme untuk memasukkan suara wanita kedalam aturan hukum,
sehingga wanita bebas dari segala tindakan kekerasan dan diskriminasi, apalagi di masa ini
indonesia menggunakan sistem demokrasi yang mana setiap warga negara mmempunyai
kesamaan hak sebagai warga negara dan di lindungi UUD 1945 dan juga tertuang pada
Pancasila sila kelima yang berbunyi ’KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA
PENDAHULUAN tahun itu kartini. Diantaranya yang
mengglorifikasi peran kartini untuk
A.Latar belakang perjuangan adalah soekarno karena dia
Ketika membahas tentang sejarah melihat ada potensi besar, semangat
feminisme ada banyak versi tetapi yang revolusioner kartini penting untuk revolusi
paling banyak diulas adalah dimana pada indonesia meskipun pada zaman soeharto
abad ke 18 sampai abad ke 20 dieropa, orde baru tidak terlalu populer selain
mulainya gelombang pertama pada abad perayaan yang sama-sama pakai konde
18 menyuarakan hak politik bagi kaum dan jarik tapi sering visi besar kartini kita
perempuan untuk mendapatkann hak yang lupakan. kartini yang membuahkan
sama dengan kaum laki-laki yaitu hak gagasan-gagasannya, kegalauannya,
untuk memilih bagi kaum perempuan. Dua kemudian tawarannya mengenai keadan
tokoh utama pergerakan ini adalah Susan perempuan jawa yang tidak diberikan
dan Elizabeth. memasuki abad ke 19 kesempatan mengecap pendidikan yang
dengan dipelopori oleh Lady Mary setara dengan laki-laki (emansipasi).
Wortley Montagu dan Marquis de Kartini juga menyimpulkan bahwa sistem
Condoracet, gerakan ini terus berkembang budaya masyarakat adalah biang keladi
hingga ke negara jajahan eropa. setelah dibalik terbelenggunya perempuan2.
revolusi amerika tahun 1776 dan revolusi Sebagian besar gagasan-gagasannya yang
prancis tahun 1792, Berkembangnya luar bisa itu diambil dari surat-suratnya
pemikiran bahwa Dalam realitas sosial yang berbahasa belanda karena kartini
perempuan merasa dinomor duakan oleh korespondensi dengan sahabatnya dari
kaum laki-laki1, dalam hal politik, belanda diantara suratnya-suratnya
pendidikan, dan pekerjaan, mereka merasa berbunyi;
tidak mendapatkan hak untuk itu semua. “Kami di sini mohon diusahakan
sehingga kedudukan mereka tidak sama pengajaran dan pendidikan anak-anak
dihadapan hukum seolah ada diskriminasi perempuan. Bukan sekali-sekali kami
pada kaum perempuan, Mengingat gerakan ingin anak-anak perempuan itu jadi
feminisme awal mengedepankan pesaing laki-laki dalam hidupmya. Tetapi
perubahan sosial. karena kami yakin pengaruhnya akan besar
sedangkan munculnya semangat sekali bagi kaum perempuan. Agar kaum
feminisme di indonesia dimulai sejak masa perempuan lebih cakap dalam menjalankan
prakemerdekaan yang dipengaruhi kondisi kewajibannya yang secara sunatullah telah
dan sejarah panjang perjuangan bangsa diserahkan kepadanya. Menjadi ibu,
indonnesia. Gerakan feminisme di pendidik pertama manusia.” (R.A Kartini)3
indonesia ditandai dengan munculnya
beberapa tokoh perempuan yang rata-rata
kalangan atas/bangawan seperti Dewi 2
Arivia, Gadis,. dan Subono, Nur Iman. 2017.
“Seratus Tahun Feminisme di Indonesia-Analisis
sartika, R.A Kartini, Cut nya dien, dan terhadap Para Aktor Debat dan Strategi”. Jakarta.
lain-lain tetapi yang paling tua dari segi Friedrich-Ebert-Stiftung.
3
Nurani, Farida. 2017. “Buruh Migran Perempuan
1
Anynklms, Mahi. 2018. “Feminisme[1]”. Afirmasi Kebijakan bagi Kaum Marjinal”. Malang.
https://www.scribd.com/doc/383350335 UB Press. Hlm. 1.
“Seorang gadis jawa itu adalah sebutir PEMBAHASAN
permata, pendiam, tak bergerak-gerak
seperti boneka kayu; bicara hanya bila
benar-benar perlu dengan suara berbisik, Pengertian feminist jurisprudence
sampai semut pun tak sanggup
mendengarnya; berjalan setindak demi feminist jurisprudence atau bisa
setindakseperti siput; tertawa halus tanpa disebut feminist legal theory adalah sebuah
suara, tanpa membuka bibir; sumgguh filsafat hukum yang didasarkan pada
buruk nian kalau giginya tampak seperti kesetaraan gender dibidang politik,
luwak.” (R.A Kartin, Surat kepada Ny. ekonomi dan sosial, dimana kita
Abendanon, AGUSTUS 1900) mempelajari hukum dari optik teori-teori
feminisme dan didasarkan pada pandangan
Surat-surat kartini menjadi salah gerakan feminise4. Sementara Feminist
satu cikal bakal timbulnya semangat Legal Theory dalam Oxford Dictionary of
feminisme di indonesia, kartini tidak hanya Law diartikan sebagai;
membangkitkan gairah kaum perempuan
indonesia tetapi juga banyak perempuan “A broad movement that seeks to show
diluar untuk berjuang mendapatkan how conventional legal theory, far from
kesamaan hak dengan kaum laki-laki. being gender-blind, ignores the position
and perspective of women. Feminist write
examine the inequalities to be found in the
criminal law (especially in rape and
B.Rumusan Masalah domestic violence), family law, contract,
Sejarah feminisme di indonesia dan aliran- tort, property, and others branches of the
aliran feminisme hukum? substantive law, including aspects of
public law”5
Dampak yang timbul dari mengakarnya
feminisme di indonesia? (gerakan luas yang berusaha
menunjukkan bagaimana teori hukum
C.Tujuan konvensional, jauh dari buta gender,
mengabaikan posisi dan perspektif
Untuk mengetahui konsep feminisme
perempuan. Kaum feminist menunjukkan
hukum
kesenjangan yang dapat ditemukan dalam
Untuk mengetahui dan menganalis hukum pidana (terutama dalam
undang-undang yang memliki spirit pemerkosaan dan kekerasan dalam rumah
feminisme tangga), hukum keluarga , kontrak,
kesalahan, properti, dan cabang-cabang

4
Setiawan, Heri,. dkk. 2018. “Isu Kesetaraan
Gender Dalam Optik Feminist Jurisprudence dan
Implementasinya di Indonesia”. Makasar.
Jurisprudentie Jurusan Ilmu Hukum Fakultas
Syariah dan Hukum. 5 ( 2). 121-140.
5
Martin, Elizabeth A., and Jonathan Law. 2006.
“OxfordDictionary of Law sixth eds”. New York.
Oxford University Press. Hlm. 221.
lain dari hukum substantif, termasuk aspek karena disebabkan oleh kesalahan
hukum publik6. perempuan itu sendiri. Perempuan harus
mempersiapkan diri agar mereka bisa
Dapat kita fahami bahwa feminisme bersaing di dunia dalam kerangka
jurisprudensi atau feminist legal theory persaingan bebas dan punya kedudukan
adalah lahir dari pemikiran kaum feminis setara dengan laki-laki. Feminisme liberal
gerakan yang digaungi oleh perempuan berpandangan bahwa kaum perempuan
dengan tujuan pembebasan perempuan harus mempersiapkan dirinya untuk dapat
akan diskriminatif yang dilakukkan oleh mensejajarkan kedudukannya dengan laki-
kaum laki-laki menutut emansipasi atau laki dengan cara mengambil berbagai
kesamaan dan keadilan hak dengan laki- kesempatan yang menguntungkan serta
laki juga memperjuangkan kebebasan dan mengenyam pendidikan, mengingat bahwa
kesetaraan hak-hak kaum perempuan perempuan adalah mahluk yang rasional
dalam segala aspek kehidupan, mereka dan bisa berpikir seperti laki-laki. Mereka
merasa tidak mendapatkan haknya. berpendapat bahwa sistem hukum dan
sehingga mereka merasa kedudukan politik sangat patriarkis, dan karenanya
mereka tidak sama dihadapan hukum. ada dua pilihan yang tersedia bagi
perempuan untuk dapat memperbaikinya.
Yang pertama untuk menuntut adanya
Aliran-aliran dalam feminist kesetaraan didasarkan pada kesamaan
jurisprudence dengan laki-laki dan yang kedua
mendapatkan 'special treatment yang
Feminist legal theory
didasarkan pada adanya perbedaan esensial
menggunakan konsep aliran-aliran feminis.
mereka. Wendy Williams menyatakan
Konsep aliran-aliran tersebut menjadi alat
bahwa pendekataan kesetaraan lebih baik
kaji bagi feminist legal theory unntuk
karena special treatment akan memerlukan
membongkar doktrin hukum sebelumnya,
banyak biaya7. Pada dasar nya seorang
menurut Patricia A Chain Pemikiran-
perempuan harus berintelektual agar
pemikiran yang terdapat dalam feminist
mampu membuktikan dan layak bersaing
jurisprudence dapat digolongkan menjadi 4
dengan laki-laki, sebagaimana perempuan
(empat) aliran pemikiran utama, yaitu:
adalah guru pendidik dari anak anak nya
Feminisme liberal nanti.

Aliran ini menyatakan bahwa Feminisme Radikal


kebebasan dan kesamaan berakar pada
Aliran ini bertumpu pada
rasionalitas dan pemisahan antara dunia
pandangan bahwa penindasan terhadap
pribadi dan umum. Setiap manusia
perempuan terjdi akibat sistem patriarki.
mempunyai kapasitas untuk berpikir dan
mereka berpendapat wanita tidak akan
bertindak secara rasional, terutama pada
mencapai posisi yang sama dengan laki-
perempuan, akar ketertindasan dan
keterbelakangan pada perempuan ialah 7
Savitri, Niken. 2006. “Feminist Legal Theory
dalam Teori Hukum”, dalam Sulistyowati Irianto.
6
Rasyd, Majd. “Feminist Legal Theory”. “Perempuan dan Hukum Menuju Hukum yang
https://www.academia.edu/25359712/Feminist_Leg Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan”. Jakarta.
al_Theory. Yayasan Obor Indonesia. Hlm. 43.
laki jika sistem dominasi laki-laki dan bisa jadi merupakan sumber kekuatan yang
reproduksi tidak diubah. Tubuh perempuan lebih sehat dan apa yang dimiliki
merupakan objek utama penindasan oleh perempuan tersebut adalah dasar dari visi
laki-laki. oleh karena itu, feminisme pembebasan10.
radikal mempermasalahkan antara lain
tubuh serta hak hak reproduksi, seksualitas Feminisme Postmodern
(termasuk lesbianisme), seksisme, relasi Feminisme postmodern
kuasa, perempuan dan laki laki. aliran ini memandang bahwa ketertindasan
juga gencar menentang pornografi yang perempuan terjadi karena mengalami
menempatkan perempuan sebagai objek alienasi yang disebabkan oeh cara beradaa,
seks serta meminta adanya penilaian ulang berfikir dan bahasa perempuan yang tidak
terhadap hukum pidana yang di dalamnya memungkinkan terjadinya keterbukaan,
ditemukan konsep- konsep ketidak- pluralism, diversifiksi, dan perbedaan.
setaraan. Aliran ini sangat mengandalkan Keterasingan tersebut terjadi secara
hukum sebagai tema pokok yang akan seksual, psikologis dan sastra dengaan
selalu dirujuk.8 bertumpu pada bahasa sebagai sistem.
Feminisme kultural Dengan kata lain perempuan dilihat
sebagai “yang lain”, yang memiliki
Fokus feminisme kultural adalah perbedaan cara berada, berpikir dan
tentang pandangan bahwa feminitas “berbahasa” yang berbeda dari laki-laki.
merupakan bentuk perilaku manusia yang Sedangkan, selama ini aturan-aturan
paling diperlukan, kaum feminis kultural simbolis sarat dengan “aturan laki-laki”
mendefinisikan kembali feminis dalam yang sangat maskulin. Hal ini yang
suatu kerangka positif, tidak seperti aliran menyebabkan penindasan terhadap
feminis radikal yang lebih perempuan terus terjadi secara berulang11
mengonsentrasikan pada dimensi Feminisme Postmoderen menolak narasi-
negatifnya .9
Feminisme kultural narasi yang diciptakan oleh laki laki,
memusatkan perhatian pada eksplorasi kelompok ini menganggap
nilai-nilai yang dianut perempuan yaitu termarjinalkannya posisi perempuan
bagaimana mereka berbeda dari laki-laki. dibentuk oleh struktur narasi-narasi besar
memusatkan diri pada pandangan tentang budaya yang dibangun laki-laki12. Lebih
perbedaan antara perempuan dan laki-laki jelasnya aliran ini menolak adanya
dengan melihat perbedaan psyce antara otoritas.
keduanya, mereka berpandangan bahwa
ketertindasan perempuan karena
perempuan terisolasi dalam dirinya. Fungsi feminis jurisprudence
Karenanya perempuan perlu
mengkonstruksi konsep dirinya dan
mendefinisikan sendiri apa itu perempuan. 10
Arivia, Gadis. 2003. “Filsafat Berperspektif
Proses berada dan mengetahui perempuan Feminis”. Jakarta. Yayasan Jurnal Perempuan.
Hlm. 124
8
Ibid. 11
Ibid. Hlm. 129.
9
Umar, Tia Muthiah. 2005. “Propaganda 12
Amin, Saidul. 2013. “Pasang Surut Gerakan
Feminisme dan Perubahan Sosial”. Bandung. Feminisme. Pekanbaru”. Marwah Jurnal
Mediator Jurnal Komunikasi. 6 (2). 205-214. Perempuan, Agama dan Jender. 12 (2).
Dengan demikian dapat kita hal ini dapat terlihat dari isi Undang-
pahami bahwa feminist jurisprudence undang Dasar tahun 1945 yang
adalah upaya untuk menguji dan mencantumkan dalam Pasal 27 ayat (1)
merumuskan kembali doktrin hukum bias, bahwa, semua orang mempunyai
pasal-pasal yang dikenakan untuk kedudukan yang sama di muka hukum.
menghukum perempuan yang sangat Jadi sejak tahun 1945 indonesia telah
banyak terjadi, serta ketidaksetaraan yang mengakui kesetaraan laki-laki dan
ada di masa lalu demi membangun konsep perempuan didepan hukum13.
dari manusia dan intuisi di masa yang akan
datang dengan sudut pandang feminisme Kedudukan yang dimaksud adalah tingkat
karena pemikiran feminist jurisprudence atau martabat/status tingkatan seseorang,
itu sendiri muncul mengikuti gelombang makuksudnya adalah posisi atau keadaan
pemikiran feminis. walaupun secara seseorang dalam suatu kelompok sosial
objektif teori ini tidak dapat dikatakan atau kelompok masyarakat berkaitan
netral dan universal disebabkan hanya dengan hak dan kewajibannya.14 Misalnya
mengutamakan perspektif kaum Presiden Megawati beliau bisa menjadi
perempuan tetapi ini dijadikan dasar presiden Negara Republik Indonesia ini
pembenar bagi feminist jurisprudence. membuktikan bahwasan nya perempuan di
karena pada kenyataannya bahwa konsep berikan kebebasan atau di berikan ruang
dan prinsip hukum itu sendiri tidak bersifat untuk mencapai kedudukan atau status di
netral dan universal sebab dalam praktinya dalam perpolitikan yang di dasari oleh
hukum melihat permasalahan dari hukum untuk mencapai puncak eksistensi
perspektif kaum laki-laki(maskulin), di tengah kelompok masyarakat.
sehingga teori ini muncul sebagai jawaban. Feminisme Jurisprudence mendorong
emansipatoris kaum perempuan dibidang
hukum di Indonesia, yaitu dimana kaum
Dampak yang timbul dari mengakarnya perempuan banyak melakukan usaha
feminisme di indonesia perubahan kearah kesetaraan gender di
Indonesia telah mulai terasa dengan segala
Feminist jurisprudensi mempengaruhi polemiknya. Usaha pembuatan Rancangan
pemikiran hukum dalam setiap bidang Undang-Undang seperti perlindungan
hukum, diantaranya hubungan rumah kekerasan dalam rumah tangga,
tangga, seperti perkawinan, perceraian, perlindungan pekerja wanita migran,
dan keluarga, kekerasan dalam rumah perlindungan korban anak perempuan telah
tangga, pekerjaan, pelecehan seksual, hak- diperjuangkan. Berdirinya lembaga-
hak sipil, perpajakan, hak asasi manusia, lembaga yang memperjuangkan hak-hak
dan hak-hak reproduksi. Adat istiadat di perempuan dan LSM banyak menyadarkan
indonesia menganggap kedudukan kaum perempuan atas adanya struktur
perempuan lebih rendah dibanding laki-
13
laki, namun pergerakan kaum pejuang Retnani, Siti Dana Panti. 2017. “Feminisme
Dalam Perkembangan Aliran Pemikiran dan
perempuan seperti R.A Kartini yang Hukum Di Indonesia”. Salatiga. Jurnal Ilmu
menyuarakan suara agar perempuan Hukum Alethea. 1 (1) 95-109.
14
mempunyai kedudukan yang sama dengan Mohammad Kasim, Nur. 2014. Keterlibatan
Perempuan Dalam Dinamika Hukum Di Indonesia.
laki-laki pada akhirnya membuahkan hasil, Palu. Jurnal Musawa IAIN. 6 (2) 341-369.
dominasi kaum laki-laki yang tertanam 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, Undang-
didalam pikiran, struktur dan budaya Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
dengan melakukan kajian kritis terhadap Kewarganegaraan, Undang-Undang
berbagai produk kebijakan yang tidak Pornografi, Undang-Undang Nomor 16
berperspektif gender serta melakukan Tahun 2019 tentang Perkawinan, dan lain-
berbagai upaya untuk mengadvokasi lain.
usulan-usulan perubahan kebijakan dalam
berbagai bentuk seperti, dialog publik, Meski demikian, beberapa
seminar, talkshow, dan loka karya. perundangan tersebut masih memerlukan
kajian gender yang lebih mendalam,
Melalui pendekatan di atas, nampaknya terutama soal implementasi di lapangan.
sudah sejak lama upaya berkaitan dengan Dalam kaitan antara feminist dan sistem
kesetaraan gender diperjuangkan. Terlepas hukum, Sulistyowati Irianto
dari apakah seseorang akan cenderung mengemukakan bahwa, teori feminist
pada salah satu isme, tetapi perjuangan perlu dikembangkan, hal ini didasarkan
para pegiat gender melalui feminisme atas pertimbangan, untuk menganalisis
terbukti sedikit demi sedikit dan perlahan- produk hukum yang bias gender dan juga
lahan telah mengubah persepsi, bias kelas, baik peraturan perundang-
pemahaman, dan perlakuan masyarakat undangan maupun putusan hakim.
secara luas. menganalisis praktik penerapan hukum
dalam praktik sistem peradilan pidana,
Setidaknya dibidang perundang-undangan, contohnya dalam kasus pemerkosaan yang
Indonesia mempunyai UU (PKDRT), korbanya adalah perempuan, ini tak mudah
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 bagi perempuan ia harus menjawab
Tahun 2004 tentang Penghapusan pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh
Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah hakim tentang kronologis tindakan
perjuangan politik kaum feminisme untuk pemerkosaan tersebut. Ia terpaksa
memasukkan suara wanita kedalam aturan mengulas dan menerangkan kembali
hukum, sehingga wanita bebas dari segala tentang peristiwa detik-detik saat dimana
tindakan kekerasan dan diskriminasi, harga dirinya direndahakan yang menurut
karena bahwa korban kekerasan banyak akal sehat hal tersebut tidak wajar dan
terjadi pada perempuan, sehingga sangat traumatik bagi korban (perempuan).
perempuan harus mendapat perlindungan Kondisi demikian dalam kajian feminist
dari negara dan/atau masyarakat agar disebut sebagai stereotype, yang mana
terhindar dan terbebas dari kekerasan atau asumsi bahwa perempuan berdandan untuk
ancaman kekerasan, penyiksaan, atau menarik perhatian lawan jenis, maka setiap
perlakuan yang merendahkan derajat dan ada kasus kekerasan atau pelecehan
martabat kemanusiaan, Undang-Undang seksual selalu dikaitkan
Nomor 23 Tahun 2003 tentang dengan stereotype tersebut sehingga
Perlindungan Anak, Undang-Undang menimbulkan anggapan negatif bahwa
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak yang menjadi penyebab perempuan
Pidana Perdagangan Manusia, Undang- dilecehkan secara seksual adalah akibat
Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang kesalahan perempuan itu sendiri.
Partai Politik dan Undang-Undang Nomor perjuangan untuk melakukan pembuktian
kadang kala membutuhkan proses hukum (2) Apakah hukum merefleksikan realitas
yang begitu lama, tetapi hukuman yang pengalaman perempuan? Perempuan yang
diberikan paada pelaku hanya beberapa mana? (3) Isu apa yang diatur oleh
hukum?
bulan. Tentu ini tidak memberikan
keadilan bagi korban. KUHPidana di (4) Apakah hukum melindungi dan
Indonesia juga tidak menganggap memberi keuntungan pada perempuan?
perempuan sebagai manusia yang
bermartabat, yaitu manusia yang punya (5) Apakah aspirasi dan perspektif
perempuan diperhitungkan oleh hukum?
individualitas seperti pria. Sebaliknya
perempuan dianggap sebagai makhluk Hukum harusnya memberikan keadilan
tubuh seksualitas belaka. Salah satunya bagi perempuan, namun dalam beberapa
adalah tentang pemerkosaan (pasal 285) kasus instrumen hukum malah merugikan
yang mengisyaratkan korban harus bukan perempuan . Poin penting dari pendekatan
isteri sendiri dan harus terjadi dalam ini adalah diperlukannya studi terhadap
bentuk “hubungan seksual” yang hukum dari pengalaman perempuan yang
keputusan Hooge Raad (Mahkamah Agung menyeluruh dan kritik terhadap sejarah
Hindia Belanda) tanggal 5 Februari untuk menjadikan pengalaman perempuan
diartikan sebagai “penetrasi penis ke sebagai stand-point. hukum dibuat
vagina”15.  Dengan kata lain, kekerasan berdasarkan sudut pandang laki-laki
seksual terhapad perempuan yang tidak termasuk sejarah juga dibuat oleh laki-laki
dalam bentuk “penetrasi penis ke vagina” 16
. karenanya tidak merekam kiprah
tidak akan dianggap sebagai kejahatan perempuan dalam kontribusinya terhadap
terhadap HAM perempuan, mungkin kehidupan bangsa. sibuk dengan narasi-
hanya dianggap sebagai kejahatan biasa narasi besar, sehingga melupakan narasi-
menyebabkan Kekerasan terhadap narasi keseharian yang adalah narasi
Perempuan Terganjal Proses Pembuktian. perempuan. Pengabaian terhadap narasi
perempuan terefleksi dalam berbagai
Dalam feminist jurisprudence atau
perumusan hukum, yang berimpilkasi pada
feminist legal theory yang digunakan
tidak terjaminnya keadilan bagi
sebagai tolak ukur untuk melihat
perempuan.
bagaimana hukum secara desain
merugikan perempuan meliputi: PENUTUP

(1) Bagaimana identitas dan imajinasi Kesimpulan


tentang perempuan, termasuk seksualitas,
kapasitas, peranan dan nilai-nilai tentang Dalam feminisme Hukum ada empat
perempuan diproyeksikan oleh hukum? pembagian teori yaitu

Teori liberal yang di mana Feminisme


15
liberal berpandangan bahwa kaum
Harkrisnowo, H. 2009. “Hukum Pidana dan perempuan harus mempersiapkan dirinya
Kekerasan Terhadap Perempuan”, dalam Achie
Sudiarti Luhulima. “Pemahaman Bentuk-Bentuk 16
Savitri, Niken. 2008. “HAM Perempuan Kritik
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Alternatif
Pemecahannya”. Jakarta. Kelompok Kerja Teori Hukum Feminis Terhadap KUHP”. Jakarta.
Convention Watch Pusat Kajian Wanita dan jender, Refika Aditama. Hlm. 27.
Universitas Indonesia bekerjasama dengan
kedutaan Selandia Baru. hlm. 85.
untuk dapat mensejajarkan kedudukannya mengekang perempuan perempuan jawa.
dengan laki-laki dengan cara mengambil Di mana pada masa itu perempuan di
berbagai kesempatan yang menguntungkan tuntut untuk tunduk dan patuh pada adat
serta mengenyam pendidikan.
dan tidak bisa memiilih jalan hidup nya
Teori feminisme radikal dalam teori ini sendiri, apalagi di masa ini indonesia
perempuan beranggapan bahwasaan nya menggunakan sistem demokrasi yang
penindasan tehadap perempuan karena mana setiap warga negara mmempunyai
sisitem patriarki, ada pun dalam teori ini kesamaan hak sebagai warga negara dan di
perempuan menggaungkan kesamaan lindungi UUD 1945 dan juga tertuang pada
gender.
Pancasila sila kelima yang berbunyi
Teori feminisme kultural dalam teori ini ’KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH
lebih cenderung menjauhi pembahasaan RAKYAT INDONESIA’ dan perjuangan
pembahsan cnegatif tentang feminise atau pada masa lalu kini membuahkan hasil
isu gender berkebalikan dengan feminisme dibidang perundang-undangan, Indonesia
radikal, dalam feminisme kultural seorang mempunyai UU (PKDRT), Lahirnya
perempuan lebih di tekan kan untuk
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
memaahami diri nya sendiri untuk
mencapai titik hakikat feminisme. tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga adalah perjuangan politik
Teori feminisme postmodern lebih kaum feminisme untuk memasukkan suara
menggaungkan penoolakan simbolisasi wanita kedalam aturan hukum. Namun
terhadap laki-laki dan penolakan terhadap pada hari ini masih banyak perempuan
narasi-narasi yang memarjinalkan
yang belum mengetahui makna feminisme
perempuan.
yang dulu pernah di- perjuangkan raden
Ke-4 teori di atas adalah jalan untuk ajeng kartini.
menuju hakikat feminisme atau alat yang
berupa literasi agar perempuan di belahan Saran
bumi mana pun paham dan sadar atas
keperempuan nya dan memberikan ruang Dalam pembahsan jurnal ini yang
untuk bereksistensi di tengah tengah menyangkut feminisme dan hukum dua hal
simbolisme laki laki. Namun pada hakikat yang sulit di pisahkan namun dalam
nya manusia baik perempuan atau laki-laki perjalanan pembuatan jurnal ini masih
mempunyai kedudukan sama di mata banyak hal hal yang perlu di perhatikan
tuhan. Sebagai mana kita sebagai manusia dan di perbaiki sebab jurnal ini
yang di ciptakan oleh sanng pencipta tidak
lah elok membedakan dalam sudut mana menyangkut masalah perempuan di mata
pun sedangkan sang pencipta sendiri tidak hukum, masih banyak perempuan yang
membedakan kedudukan sesama ciptaan belum mengetahui secara penuh makna
nya. dari feminisme dan ada pula penegak
penegak hukum yang masih memandang
Dalam sejarah indonesia banyak pahlawan
sebelah mata terkait isu isu feminisme,
pahlawan perempuan yang
agar semua nya berjalan dengan baik dann
memperjuangkan feminisme seperti hal
benar maka sejatinya kelompok kelompok
nya raden ajeng kartini di mana pada
yang terkait isu ini bisa memahami dan
masaa penjajahan beliau menggaungkan
menelaah dengan bijak sana, jurnal ini di
kesataraan gender, kesamaan di mata
buat agar kita semua paham dan
hukum, dan menentang sistem adat yang
mengetahui apa yang harus kita lakukan
untuk mewujudkan feminisme perempuan
setera dan adil di mata hukum tidak ada
lagi kesenjangan gender.
Buku-buku
Jurnal
Arivia, Gadis. 2003. “Filsafat Berperspektif
Amin, Saidul. 2013. “Pasang Surut Gerakan Feminis”. Jakarta. Yayasan Jurnal Perempuan.
Feminisme. Pekanbaru”. Marwah Jurnal Hlm. 124.
Perempuan, Agama dan Jender. 12 (2).
Martin, Elizabeth A., and Jonathan Law. 2006.
Anynklms, Mahi. 2018. “Feminisme[1]”. “OxfordDictionary of Law sixth eds”. New York.
https://www.scribd.com/doc/383350335 Oxford University Press. Hlm. 221.

Arivia, Gadis,. dan Subono, Nur Iman. 2017. Nurani, Farida. 2017. “Buruh Migran Perempuan
“Seratus Tahun Feminisme di Indonesia-Analisis Afirmasi Kebijakan bagi Kaum Marjinal”. Malang.
terhadap Para Aktor Debat dan Strategi”. Jakarta. UB Press. Hlm. 1.
Friedrich-Ebert-Stiftung.
Savitri, Niken. 2008. “HAM Perempuan Kritik
Harkrisnowo, H. 2009. “Hukum Pidana dan Teori Hukum Feminis Terhadap KUHP”. Jakarta.
Kekerasan Terhadap Perempuan”, dalam Achie Refika Aditama. Hlm. 27.
Sudiarti Luhulima. “Pemahaman Bentuk-Bentuk
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Alternatif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Pemecahannya”. Jakarta. Kelompok Kerja Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Convention Watch Pusat Kajian Wanita dan jender,
Universitas Indonesia bekerjasama dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang
kedutaan Selandia Baru. hlm. 85. Perlindungan Anak
Mohammad Kasim, Nur. 2014. Keterlibatan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Perempuan Dalam Dinamika Hukum Di Indonesia.
Tindak Pidana Perdagangan Manusia
Palu. Jurnal Musawa IAIN. 6 (2) 341-369.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Savitri, Niken. 2006. “Feminist Legal Theory
dalam Teori Hukum”, dalam Sulistyowati Irianto. Partai Politik
“Perempuan dan Hukum Menuju Hukum yang
Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan”. Jakarta. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Yayasan Obor Indonesia. Hlm. 43. Pemilu

Rasyd, Majd. “Feminist Legal Theory”. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
https://www.academia.edu/25359712/Feminist_Leg Kewarganegaraan
al_Theory.
Undang-Undang Pornografi
Retnani, Siti Dana Panti. 2017. “Feminisme Dalam
Perkembangan Aliran Pemikiran dan Hukum Di Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang
Indonesia”. Salatiga. Jurnal Ilmu Hukum Alethea. Perkawinan
1 (1) 95-109.

Setiawan, Heri,. dkk. 2018. “Isu Kesetaraan Gender


Dalam Optik Feminist Jurisprudence dan
Implementasinya di Indonesia”. Makasar.
Jurisprudentie Jurusan Ilmu Hukum Fakultas
Syariah dan Hukum. 5 ( 2). 121-140.

Umar, Tia Muthiah. 2005. “Propaganda Feminisme


dan Perubahan Sosial”. Bandung. Mediator Jurnal
Komunikasi. 6 (2). 205-214.

Anda mungkin juga menyukai