Anda di halaman 1dari 11

PERIMENOPAUSE

1. Pengertian
Masa perubahan antara premenopause dan menopause, ditandai dengan siklus haid yang tidak
teratur dan disertai pula dengan perubahan-perubahan fisiologik, termasuk juga masa 12 bulan
setelah menopause.
Menurut WHO: definisi perimenopause adalah 2-8 tahun sebelum menopause dan 1 tahun setelah
berakhirnya haid.
Dr. Bachman dkk pada suatu seminar perimenopause, yaitu suatu fase sebelum menopause yang
umumnya terjadi antara umur 40-50 tahun, dimana terjadi transisi dari siklus haid yang teratur
menjadi suatu bentuk siklus yang tidak teratur dan periode amenore yang berhubungan dengan
perubahan hormonal.
2. Fisiologis
Dengan adanya perimenopause dan mengerti gejala-gejala yang menyertai periode ini,
kualitas hidup wanita perimenopause dapat diperbaiki dengan baik. Meskipun perimenopause
mempunyai pengaruh medis, perimenopause sendiri belum dapat dikenali secara keseluruhan.
Sebagian besar wanita hanya mengetahui tentang menopause saja. Ketika wanita mengeluh
adanya gejala-gejala pada usia 40 tahunan dengan haid yang masih teratur, mereka sering salah
menginterpretasikan gejala-gejala tersebut.
Perubahan pada kondisi ini dimulai dengan meningkatnya populasi wanita usia 40-45
tahun. Sekitar 16 juta wanita di AS berumur antara 40-54 tahun dan dengan perubahan waktu
jumlah ini akan mencapai 19 juta orang.
Diagnosa dan tersedianya penanganan yang sesuai untuk gejala-gejala perimenopause tidak
hanya memperbaiki kualitas hidup pasien selama beberapa tahun sebelum haidnya berhenti, tapi
juga mereka akan kelihatan menjadi lebih aktif dan akan setuju dengan terapi sulih hormon
selama masa menopause.
Tidak seperti menopause yang secara tepat didefinisikan sebagai 12 bulan sesudah haid
berakhir, waktu untuk perimenopause masih belum jelas. Sama halnya dengan terjadinya
peningkatan absolut dari FSH dan penurunan dramatis dari estradiol didefinisikan sebagai
menopause, sedangkan perimenopause ditandai dengan fluktuasi dari hormon yang didefinisikan
sebagai “irregularly irregular”.
Menurut WHO: definisi perimenopause adalah 2-8 tahun sebelum menopause dan 1 tahun
setelah berakhirnya haid. Definisi kerja yang lebih baik seperti yang dikatakan Dr. Bachman dkk
pada suatu seminar perimenopause, yaitu suatu fase sebelum menopause yang umumnya terjadi
antara umur 40-50 tahun, dimana terjadi transisi dari siklus haid yang teratur menjadi suatu
bentuk siklus yang tidak teratur dan periode amenore yang berhubungan dengan perubahan
hormonal.
Perimenopause merupakan hal yang terjadi individual. Tidak ada 2 orang wanita yang
mempunyai pengalaman atau waktu perimenopause yang sama. Tidak banyak penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui variasi dari lamanya perimenopause, tetapi baik McKinlay maupun
Trealor menyatakan lamanya ± 4 tahun dengan durasi berkisar 2-8 tahun. Secara klinik durasinya
bisa saja 10 tahun.
Perubahan dari masa ovarium sepanjang kehidupan secara keseluruhan dipengaruhi oleh
umur dan perubahan-perubahan ini telah diperlihatkan secara jelas dalam suatu penelitian oleh
Tevilla, dimana telah diautopsi 706 pasang ovarium. Tervilla menunjukkan bahwa berat ovarium
meningkat secara perlahan dalam awal perkembangannya, kemudian menurun secara tajam
sesudah umur 35 tahun. Penurunan masa ovarium ini menjadi lebih cepat setelah umur 45 tahun.
Pengurangan folikel primer dari ovarium terjadi secara terus-menerus mulai dari kehidupan
fetus sampai periode menopause. Pemeriksaan histologi dari ovarium wanita perimenopause
menunjukkan sejumlah pengurangan dari folikel primer, jarang pada folikel skunder atau folikel
Graff maupun korpus luteum (gambar 2). Penelitian siklus haid selama perimenopause
menunjukkan bahwa interval intermenstruasi kurang berarti sebelum onset dari siklus haid
dengan jelas berhubunngan dengan stadium lanjut dari perimenopause. Dilaporkan terjadi
pengurangan 3 hari dalam interval intermenstruasi seorang wanita. Percepatan folikulogenesis
merupakan penyebab dari proses ini. Dibandingkan dengan wanita muda, level FSH meningkat
pada wanita perimenopause. Ini dapat diartikan sebagai kompensasi akibat menurunnya folikel
ovarium atau sebagai akibat menurunnya sekresi dari inhibin.
Pengukuran FSH dan estradiol yang sangat bervariasi selama periode ini dan nilai
kliniknya yang terbatas, tidak begitu penting untuk proses diagnostik. Kadar LH yang bervariasi
dan kurang bernilai dalam mendiagnosis perimenopause.
Kadar FSH dapat berguna dalam menilai fertilitias wanita perimenopause yang ingin
hamil. Kadar FSH diukur pada hari ke-3 dari siklus haid yang dapat memperkirakan fungsi dari
ovarium dan cadangan folikel. Jika kadar FSH <20 mIU/ml, kehamilan masih mungkin terjadi;
jika kadarnya antara 20-30 mIU/ml kecil kemungkinan terjadi kehamilan dan kadar FSH 30
mIU/ml menunjukkan ovarium mengalami menopause dan tidak mungkin terjadi hamil.
(JAMA) Klimakterik merupakan terminologi umum untuk masa transisi dari usia
reproduktif ke masa paskareproduktif dalam kehidupan seorang wanita. Menurut WHO definisi
natural menopause sebagai berhentinya haid secara permanen sesudah 12 bulan amenorea tanpa
penyebab fisiologi atau patologi lain. Berhentinya haid sebagai akibat dari berkurangnya
cadangan folikel ovarium dan menurunnya fungsi dari ovarium itu sendiri yang mengakibatkan
produksi estrogen dan stimulasi lapisan endometrium berkurang. Dari analisis data secara
longitudinal menyatakan bahwa kemungkinan untuk haid spontan pada semua wanita yang telah
mengalami amenorea selama 12 bulan kurang dari 2%.
(JAMA) Selama perimenopause ovulasi terjadi secara tidak teratur karena fluktuasi
hormon yang dipengaruhi aksis hipotalamus-pituitari-ovarium. Sebagai contoh, pada wanita
yang mengalami perimenopause dengan cepat, kadar inhibin B menurun sehingga kadar FSH
meningkat tanpa perubahan berarti pada kadar inhibin A atau estradiol. Kadar FSH dapat naik
selama beberapa siklus tetapi kembali pada kadar premenopause pada siklus berikutnya. Sama
halnya juga konsentrasi estradiol juga dapat menurun atau kadang meningkat selama
perimenopause. Bervariasinya nilai hormonal ini menyulitkan interpretasi terhadap hasil dari
satu uji laboratorium.

III. GEJALA-GEJALA PERIMENOPAUSE


Bentuk dari gejala-gejala merupakan dasar diagnosis perimenopause. Gejala-gejala yang
ada sangat bervariasi diantara wanita-wanita. Oleh karena itu diperlukan pendekatan secara
individual dalam penilaian dan pengobatan.
Tabel 1 merupakan ringkasan dari gejala-gejala wanita perimenopause. Tabel 1. Gambaran
ringkas dari gejala-gejala perimenopause.

A. Perubahan pola haid

a. Siklus menjadi pendek (2-7 hari) :

- Siklus memanjang

- Haid tak teratur

b. Perubahan bentuk perdarahan

- Mula-mula banyak (akibat siklus anovulatoar) kemudian menjadi sedikit

- Spotting

- Perdarahan yang banyak, lama atau perdarahan intermenstrual

B. Ketidakstabilan vasomotor

- Hot flushes

- Keringat malam

- Gangguan tidur

C. Gangguan psikologis/kognitive
- Depresi

- Irritabilitas

- Perubahan mood

- Kurang konsentrasi, pelupa.

D. Gangguan seksual

- Kejadian gangguan seksual pada wanita perimenopause bervariasi dan meningkat dengan
bertambahnya umur.

- Gejala-gejala berupa; berkurangnya lubrikasi vagina, menurunnya libido, dispareuni dan


vaginismus.

E. Gejala-gejala somatik

- Sakit kepala

- Pembesaran mammae dan nyeri

- Palpitasi

Pusing
Faktor-faktor Penyebab
Usia Wanita
Penatalaksanaan

Periode menopause telah dikenal sebagai masa dimana terdapat p[erubahan fisiologis yang dramatis.
Pada periode ini faktor-faktor risiko penting dapat berkembang dengan percepatan penyakit seperti
osteoporesis. Gejala-gejala pada menopause seperti perdarahan uterus harus didiagnosa dan ditangani
secara tepat.
Terdapat perbaikan kualitas hidup secara berarti dengan pengobatan terhadap gejala-gejala
perimenopause. Perbaikan pengobatan tersebut meliputi hot flashes, gangguan tidur, kelelahan dan
moodiness. Gejala dapat diobati sebelum haid berhenti; menunggu sampai haid berhenti baru
kemudian diobati tidak mempunyai dasar fisiologi. Jika penderita masih dalam siklus, estrogen dosis
rendah dengan progesteron dapat digunakan
secara sinkron. Sebagai alternatif, kontrasepsi oral dosis rendah dapat digunakan dan kadang-kadang
estrogen dosis rendah tanpa progesteron dapat mengobati hot flashes dengan efektif pada wanita
yang tampak masih berovulasi.
Wanita dengan haid yang tak teratur harus dievaluasi adanya hiperplasia endometrium;
ketidakteraturan sering disebabkan oleh siklus anovulasi dan dapat diobati dengan progesteron untuk
mnecegah perdarahan yang memanjang. Kontrasepsi oral juga dapat mengobati masalah ini dengan
efektif, meskipun kandungan hormon pada pil ini lebih besar dari dosis hormon pengganti.
Morbiditas utama selama perdarahan pada masa perimenopause karena anovulasi atau adanya fibroid
atau polip. Meskipun anovulasi akan berespon terhadap pengobatan, lesi pada uterus seperti fibroid
atau polip akan menjadi parah dengan terapi hormonal.
Masalah lain yang dapat diobati dengan efektif pada periode perimenopause adalah sakit kepala
migren. Gejala ini sering dicetuskan oleh menurunnya dan berfluktuasinya kadar estrogen terutama
pada perimenopause. Penggunaan estrogen dosis rendah yang ditempel dapat membantu mencegah
fluktuasi hormon pada periode ini.
Onset penyakit kronis seperti osteoporesis dimulai pada masa menopause. Terdapat kehilangan
substansi tulang sebelum menopause, disarankaan agar pasien yang berisiko harus diobati selama
perimenopause. Sebagai tambahan, periode transisi yang panjang menjadi faktor risiko untuk
terjadinya osteoporesis. Intervensi menjadi bentuk pengobatan untuk menjaga agar kadar estrogen
normal, seperti digariskan di atas.
Wanita perimenopause juga kehilangan pengaruh kardioprotektif penting karena menurunnya kadar
estrogen. Terdapat pengaruh vasodilatasi pada arteri koronaria begitu juga pengaruh terhadap lipid.
Terapi sulih hormon merupakan suatu intervensi untuk pasien yang menderita angina dan palpitasi
jantung.
Perimenopause telah dikenal lebih jauh sebagai bagian terpisah dalam proses menopause.
Kenyataannya, perimenopause mungkin lebih penting
dalam hal gejala-gejalanya daripada periode postmenopause awal atau postmenopause lanjut.
Kejadian fisiologis ini memberikan kesempatan pada klinikus untuk melakukan pemeriksaan dalam
program kesehatan pencegahan yang akan memelihara atau memperbaiki kualitas hidup mereka.
secara sinkron. Sebagai alternatif, kontrasepsi oral dosis rendah dapat digunakan dan kadang-
kadang estrogen dosis rendah tanpa progesteron dapat mengobati hot flashes dengan efektif pada
wanita yang tampak masih berovulasi.
Wanita dengan haid yang tak teratur harus dievaluasi adanya hiperplasia endometrium;
ketidakteraturan sering disebabkan oleh siklus anovulasi dan dapat diobati dengan progesteron
untuk mnecegah perdarahan yang memanjang. Kontrasepsi oral juga dapat mengobati masalah
ini dengan efektif, meskipun kandungan hormon pada pil ini lebih besar dari dosis hormon
pengganti. Morbiditas utama selama perdarahan pada masa perimenopause karena anovulasi atau
adanya fibroid atau polip. Meskipun anovulasi akan berespon terhadap pengobatan, lesi pada
uterus seperti fibroid atau polip akan menjadi parah dengan terapi hormonal.
Masalah lain yang dapat diobati dengan efektif pada periode perimenopause adalah sakit kepala
migren. Gejala ini sering dicetuskan oleh menurunnya dan berfluktuasinya kadar estrogen
terutama pada perimenopause. Penggunaan estrogen dosis rendah yang ditempel dapat
membantu mencegah fluktuasi hormon pada periode ini.
Onset penyakit kronis seperti osteoporesis dimulai pada masa menopause. Terdapat kehilangan
substansi tulang sebelum menopause, disarankaan agar pasien yang berisiko harus diobati selama
perimenopause. Sebagai tambahan, periode transisi yang panjang menjadi faktor risiko untuk
terjadinya osteoporesis. Intervensi menjadi bentuk pengobatan untuk menjaga agar kadar
estrogen normal, seperti digariskan di atas.
Wanita perimenopause juga kehilangan pengaruh kardioprotektif penting karena menurunnya
kadar estrogen. Terdapat pengaruh vasodilatasi pada arteri koronaria begitu juga pengaruh
terhadap lipid. Terapi sulih hormon merupakan suatu intervensi untuk pasien yang menderita
angina dan palpitasi jantung.
Perimenopause telah dikenal lebih jauh sebagai bagian terpisah dalam proses menopause.
Kenyataannya, perimenopause mungkin lebih penting
dalam hal gejala-gejalanya daripada periode postmenopause awal atau postmenopause lanjut.
Kejadian fisiologis ini memberikan kesempatan pada klinikus untuk melakukan pemeriksaan
dalam program kesehatan pencegahan yang akan memelihara atau memperbaiki kualitas hidup
mereka.

Anda mungkin juga menyukai