Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian maternal dan perinatal merupakan tolak ukur kemampuan pelayanan
kesehatan suatu negara. Di negara ASEAN, Indonesia mempunyai angka kematian tertinggi
330/100.000 perpersalinanan hidup. Angka kematian ibu bervariasi di berbagai daerah dengan
rentang 330-700/100.000. Angka kematian perinatal dengan cepat dapat dirasakan
penurunannya, tetapi angka kematian ibu belum banyak terjadi penurunan. Memperhatikan
kenyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa perjalanan terjadinya angka kematian ibu cukup
panjang yang memberi peluang untuk melakukan intervensi pelayanan yang lebih mantap.
(Manuaba, 2008)
Pemeriksaan setelah kala nifas tidak banyak mendapat perhatian ibu karena sudah
merasa baik dan selanjutnya semua berjalan lancar. Pemeriksaan setelah kala nifas sebenarnya
sangat penting dilakukan untuk mendapatkan penjelasan yang berharga dari bidan yang
menolong perpersalinanan itu. diantara masalah penting tersebut adalah melakukan evaluasi
secara menyeluruh tentang alat kelamin dan terutama mulut rahim yang masih luka akibat
persalinan. (Manuaba, 1999)
Bidan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya pemerintah untuk
meningkatkan kesehatan dan pengertian masyarakat melalui konsep promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Dalam standar pelayanan kebidanan, bidan memberikan pelayanan bagi ibu
pada masa nifas. dimana bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah perpersalinanan untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan
dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, personal hygiene, nutrisi, perawatan
bayi baru lahir, pemberian asi, imunisasi, dan KB(Keluarga Berencana).(IBI, 2000) Para bidan
harus memastikan bahwa keuntungan perawatan pascanatal terbukti dengan jelas. Di masa yang
akan datang, efektifitas input kebidanan pada saat ini akan dinilai dalam hal meningkatkan
kepuasan pasien, mengurangi biaya dan membatasi angka morbiditas maternal. Oleh karena itu
aktifitas asuhan yang diberikan oleh bidan harus relevan dengan kebutuhan setiap wanita dan
keluarganya untuk memastikan bahwa tingkat optimum dari perawatan pascanatal
dipertahankan dan wanita mendapat pengalaman orang tua yang memuaskan. ( Handerson, dkk,
2006)

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep Home Care

1.2.2 Tujuan Khusus


Mengetahui pengertian Home Care
Mengetahui Perkembangan Home Care
Mengetahui Faktor yang Mendukung Home Care
Mengetahui Tujuan Dilakukannya Home Care
Mengetahui Jenis Institusi Pemberi Layanan Home Care
Mengetahui Jenis Pelayanan Home Care
Mengetahui Pemberi Pelayanan Home Care
Mengetahui Manajemen Home Care
Mengetahui Peran Bidan Dalam Home Care

1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat memahami konsep Home Care yang meliputi pengertian
Home Care, Perkembangan Home Care, Faktor yang Mendukung Home Care,
Tujuan Dilakukannya Home Care, Jenis Institusi Pemberi Layanan Home Care,
Jenis Pelayanan Home Care, Pemberi Pelayanan Home Care, Manajemen Home
Care dan Peran Bidan Dalam Home Care

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Home Care


Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan
kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home
care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah
melalui sejarah yang panjang.
Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari perawatan jangka
panjang (long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga professional maupun non-profesional
yang telah mendapatkan pelatihan. Perawatan kesehatan di rumah yang merupakan salah satu
bentuk pelayanan kesehatan adalah suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka dengan tujuan meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan,
serta memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk
penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan klien individual dan keluarga harus
direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisasi untuk
member perawatan kesehatan di rumah (home care) melalui staf atau pengaturan berdasarkan
perjanjian atau kombinasi dari keduanya(C. Warhola, 1980).

2.2 Perkembangan Home Care


2.2.1 Di Luar Negeri
Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak sekitar
tahun 1880- an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan
angka kematian yang tinggi. Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah
sakit modern, namun pemanfaatannya masih sangat rendah, hal ini dikarenakan
masyarakat lebih menyukai perawatan dirumah. Kondisi ini berkembang secara
professional, sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat terlatih di
seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan keperawatan dirumah
pada keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi dan
prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri

3
yang melakukan asuhan keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya).
(Lerman D. & Eric B.L, 1993).
Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan Home Care terus
meningkat sekitar 10% perthun dari semula layanan hanya diberikan oleh
organisasi perawat pengunjung rumah (VNA = Visiting Nurse Association) dan
pemerintah, kemudian berkembang layanan yang berorientasi profit (Proprietary
Agencies) dan yang berbasis RS (Hospital Based Agencies) Kondisi ini terjadi seiring
dengan perubahan system pembayaran jasa layanan Home Care (dapat dibayar
melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan spesialisasi di berbagai
layanan kesehatan termasuk berkembangnya Home Health Nursing yang
merupakan spesialisasi dari Community Health Nursing (Allender & Spradley,
2001)
Di UK, Home Care berkembang secara professional selama pertengahan
abad 19, dengan mulai berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya
dimulai oleh para Biarawati yang merawat orang miskin yang sakit dirumah.
Kemudian merek mulai melatih wanita dari kalangan menengah ke bawah untuk
merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan Biarawati tersebut
(Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini terus
berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District Nurse (DN)
adalah :
a. merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri
b. merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan
damai
c. mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar
dapat digunakan pada saat kunjungan perawat telah berlalu.
Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health Visitor (HV)
yang berperan sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran lain ialah :
a. melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun
masyarakat luas dalam upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
b. memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.

4
2.2.2 Di Dalam Negeri
Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal
yang baru, karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh anggota
keluarga yang dilatih dan atau oleh tenaga keperawatan melalui kunjungan rumah
secara perorangan, adalah merupakan hal biasa sejak dahulu kala. Sebagai contoh
dapat dikemukakandalam perawatan maternitas, dimana RS Budi Kemulyaan di
Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan tertua di Indonesia, sejak berdirinya
sampai sekitar tahun 1975 telah melakukan program Home Care (HC) yang disebut
dengan “Partus Luar”. Dalam layanan “Partus Luar”, bidan dan siswa bidan RS
Budi Kemulyaan melakukan pertolongan persalinan normal dirumah pasien,
kemudian diikuti dengan perawatan nifas dan neonatal oleh siswa bidan senior
(kandidat) sampai tali pusat bayi puput (lepas). Baik bidan maupun siswa bidan
yang melaksanakan tugas “Partus Luar” dan tindak lanjutnya, harus membuat
laporan tertulis kepada RS tentang kondisi ibu dan bayi serta tindakan yang telah
dilakukan. Kondisi ini terhenti seiring dengan perubahan kebijakan Depkes yang
memisahkan organisasi pendidikan dengan pelayanan.

2.3 Faktor yang Mendukung Home Care


Faktor-faktor yang mendukung perawatan kesehatan di rumah adalah berikut ini
(Depkes RI, 2002):
1. Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi apabila
dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya, klien kanker stadium akhir yang
secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan.
2. Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus-kasus
penyakit degenerative yang memerlukan perawatan yang relative lama. Dengan
demikian berdampak pada semakin meningkatnya kasus-kasus yang memerlukan
tindak lanjut perawatan di rumah. Misalnya, klien pasca stroke yang mengalami
komplikasi kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang
membutuhkan waktu relative lama.
3. Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit merasakan bahwa perawatan
klien yang sangat lama (lebih dari satu minggu) tidak menguntungkan bahkan
menjadi beabn manajemen.

5
4. Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan
membatasi kehidupan manusia karena seseorang tidak dapat menikmati kehidupan
secara optimal dan terikat dengan aturan-aturan yang ditetapkan.
5. Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian klien
dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat mempercepat
kesembuhan.

2.4 Tujuan Dilakukannya Home Care


2.4.1 Bagi Klien dan Keluarga
a. Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap
yang makin mahal, karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien,
transportasi dan konsumsi keluarga
b. Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat
anggoa keluarga ada yang sakit
c. Merasa lebih nyaman karena berada dirumah sendiri
d. Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat
orang sakit yang biasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran
perawat untuk menggantikannya

2.4.2 Bagi Pemberi Layanan


a. Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan
yang tetap sama
b. Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan
kesehatan yang diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien,
dengan begitu kepuasan kerja pemberi layanan akan meningkat.
Berbagai alasan tersebut membuat program layanan Home Care (HC) mulai
diminati baik oleh pihak klien dan keluarganya, pemberi layanan maupun pihak
rumah sakit.

2.5 Jenis Institusi Pemberi Layanan Home Care


Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home Care (HC),
antara lain:

6
1. Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung dilakukan
adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita
maupun lansia) yang akan dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji
oleh pemerintah). Klien yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan
menengah ke bawah. Di Amerika hal ini dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)
2. Institusi Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela dan tidak
memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan
penyandang dananya dari donatur, misalnya Bala Keselamatan yang melakukan
kunjungan rumah kepada keluarga yang membutuhkan sebagai wujud pangabdian
kepadan Tuhan.
3. Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk praktik mandiri
baik perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan pelayanan HC dengan
menerima imbalan jasa baik secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui
pihak ke tiga (asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan swasta, tentu tidak
berorientasi “not for profit service”
4. Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)
Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat dirumah sakit, karena
masih memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan
munculnya jenis program ini selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan Home
Care (HC) diatas, adalah :
a. Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga kesempatan
untuk melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang (misalnya ibu post partum
normal hanya dirawat 1-3 hari, sehingga untuk mengajarkan bagaimana cara
menyusui yang baik, cara merawat tali pusat bayi, memandikan bayi, merawat
luka perineum ibu, senam post partum, dll) belum dilaksanakan secara optimum
sehingga kemandirian ibu masih kurang.
b. Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada klien yang
dirawat dirumah sakit.

7
c. Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu memerlukan
biaya yang besar
d. Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke rumah, sehingga
akan meningkatkan kepuasan klien maupun perawat. Hasil penelitian dari
“Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di
RSHS Bandung menunjukkan bahwa konsumen RSHS cenderung menerima
program HHC (Hospital Home Care) dengan alasan ; lebih nyaman, tidak
merepotkan, menghemat waktu & biaya serta lebih mempercepat tali
kekeluargaan (Suharyati, 1998)

Kelembagaan Home Care:


Secara kelembagaan, home care melekat dengan Rawat Inap (Palaran) sebagai
salah satu bentuk layanan medis yakni Rawat Inap yang memiliki hirarki baku. Dalam
institusi layanan kesehatan (dalam hal ini milik pemerintah) semua sistem ada
aturannya, dan sudah tentu kompetensi medis diserahkan kepada dokter. Selanjutnya
dokter dapat mendelegasikan tindakan medis kepada paramedis berdasarkan indikasi
dan protap (prosedur tetap). Ini dimaksudkan untuk melindungi pasien dan petugas,
sehingga jika terjadi sesuatu berkenaan dengan tindakan medis, dapat dipertanggung
jawabkan sesuai undang-undang dan kompetensi. Kecuali jika Homecare tidak ada
tindakan medis, maka perawatan bersifat follow up, bisa jadi tidak diperlukan
penanggung jawab dokter.
Adanya kelembagaan Home Care mengacu pada UU No. 12 Tahun 1992 dan UU
No. 29 tahun 2004, kompetensi tindakan medis (praktek, homecare, klinik, balai
pengobatan, RS dan lain-lain) adalah seorang dokter sesuai Ketentuan Konsil Kedokteran
Indonesia. Artinya penanggung jawabnya seorang dokter atau dokter gigi (dalam hal
perawatan kesehatan gigi dan mulut).
Health home care dilakukan oeh tiga kelompok lembaga berwenang, yaitu:
Lembaga Kesehatan di Rumah Bersertifikat (certified home health agency / CHHA);
Program Perawatan Kesehatan di Rumah Jangka Panjang (the long-term home health
care program (LTHHCP); dan Lembaga Berlisensi. Rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Lembaga Kesehatan di Rumah Bersertifikat (CHHA)

8
Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan bagi individu yang mengalami
penyakit akut untuk menerima perawatan terampil yang dibutuhkan di rumah
mereka sendiri. CHHA memenuhi kebutuhan individu dengan memberi ber diki jenis
pelayanan, termasuk pelayanan keperawatan terampil, terapi wicara, terapi fisik dan
terapi okupasi, pelayanan sosial medis, asisten perawatan kesehatan di rumah (HHA),
konseling nutrisi, transportasi, peralatan, dan terapi pernapasan.
CHHA juga memiliki program khusus, seperti pelayanan kesehatan mental, pelayanan
pediatrik, program untuk anak dan ibu, dan program AIDS, terdapat juga pelayanan
berteknologi tinggi seperti terapi intravena, kemoterapi di rumah, dan
penatalaksanaan nyeri. CHHA dikenal sebagai program jangka pendek karena
pelayanan yang diberikan biasanya singkat.
2. Program Perawatan Kesehatan di Rumah Jangka Panjang (LTHHCP)
Program Perawatan Kesehatan di Rumah Jangka Panjang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan individu yang menderita penyakit kronis di rumah. Merupakan program
yang memberikan pelayanan sosial dan kesehatan kepada masyarakat yang
membutuhkan perawatan kesehatan di rumah dalam waktu yang lama. Biaya
pelayanan kesehatan pasien tidak boleh lebih dari 75% biaya rata-rata perawatan
institusional jangka panjang di wilayah setempat. Pelayanan keperawatan yang
diberikan meliputi terapi fisik, okupasi, dan wicara, pelayanan sosial medis, dukungan
nutrisi serta pelayanan perawatan personal.
3. Lembaga Berlisensi
Lembaga berlisensi bukan merupakan lembaga medicare bersertifikat. Lembaga
berlisensi dapat memiliki komponen pelayanan profesional yang menyediakan
pelayanan terampil yang diberikan CHHA. Lembaga ini juga dapat meniru banyak
program khusus CHHA. Bagian perawatan terbesar yang diberikan berasal dan
pelayanan perawatan personal. Lembaga berlisensi menyediakan pelayanan
profesional, termasuk pengaturan rumah, ibu rumah tangga, pegawai perawatan
personal (Personal Care Workers /PCW), dan perawatan seperti yang diberikan HHA

2.6 Jenis Pelayanan Home Care


Menurut R. Rice (2001), jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan
kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca-perawatan di rumah sakit

9
dan kasus-kasus khusus yang dijumpai di komunitas. Kasus umum yang merupakan
pasca-perawatan di rumah sakit adalah klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
gangguan oksigenasi, penyakit gagal jantung, perlukaan kronis, diabetes mellitus yang
disertai gangrene, gangguan fungsi perkemihan, kondisi pemulihan kesehatan atau
rehabilitasi, mendapat terapi cairan infus di rumah, gangguan fungsi persarafan, dan
dengan HIV/AIDS. Sedangkan, kasus dengan kondisi khusus adalah klien setelah
melahirkan (post-partum), mempunyai gangguan kesehatan mental, lanjut usia, dan
pada kondisi terminal.

2.7 Pemberi Pelayanan Home Care


Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga, yaitu :
2.7.1 Tenaga Informal
Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan layanan
kepada klien tanpa dibayar. Diperkirakan 75% lanjut usia di Amerika dirawat oleh
jenis tenaga ini (Allender & Spradley, 2001)
2.7.2 Tenaga Formal
Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga harus memperhatikan semua aspek
kehidupan keluarga. Oleh karena itu perawat di masyarakat dituntut untuk
mampu berfikir kritis dan menguasai ketrampilan klinik dan harus seorang RN.
Dengan demikian diharapkan perawat dapat memberikan layanan sesuai dengan
standard yang telah ditetapkan.

2.8 Persyaratan Pelayanan Home Care


1. Memiliki anggota keluarga atau kerabat yang bertanggung jawab menjadi
pendamping bagi klien atas tindakan dan asuhan yang diberikan oleh pemberi
perawatan.
2. Bersedia membuat kesepakatan dan persetujuan perawatan kesehatan klien di
rumah baik secara informal (lisan) maupun secara formal (tulisan) dalam bentuk
kontrak/informed concent.
3. Bersedia membuat kesepakatan kerja dengan pengelola home care untuk memenuhi
kewajiban, tanggung jawab dan haknya dalam menerima pelayanan.

10
2.9 Manajemen Home Care
Struktur Organisasi dan Tupoksi:

Penanggung Jawab
(Dokter)

Ketua umum.
(perawat)

Koordinator keuangan. Ketua pelayanan.


(perawat majemen financial) (perawat)

Ketupel 1. Ketupel 2 Ketupel 3


(perawat) perawat perawat

PelaksanaPelayanan PelaksanaPelayanan PelaksanaPelayanan


(tim perawat) (terapi dan,ahli gizi) (farmako dan dokter)

KLIEN

Adapun Tupoksi dari organisasi home care ini adalah:


 Penanggung Jawab
Bertanggung jawab atas sagala bentuk pelayanan home cara

11
Menerima konsultasi dari pelaksanaan home care
Mengetahui segela bentuk perawtan bagi klien
 Ketua Umum
Mengkoordinasikan tim pelayanan
Mengelola segala bentuk pelayanan yang diberikan
Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap kinerja
pelayanan.
Membuat laporan kegiatan pelayanan
 Ketua Pelayanan
a.Mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan perawatan
b.Menjalin komunikasi antar ketua pelaksanaan Home Care
c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan pelayanan Home Care.
 Ketua Pelaksana 1, 2 dan 3
a. Mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan perawatan dengan timnya
b. Mengatur proses pelayanan Home Care
c. Menjalin kerjasama antar tim
d. Menyusun laporan kegiatan pelayanan keperawatan di rumah
 Pelaksana Pelayanan 1
Melaksanakan pengkajian dan menentukan diagnosa keperawatan
Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan
Melaksanakan intervensi / tindakan keperawatan sesuai rencana yang ditentukan
Mengevaluasi kegiatan/ tindakan yang diberikan dg. berpedoman pada renpra.
Membuat dokumentasi tertulis pada rekam kep. setiap selesai melaksanakan tugas
Memberikan pendidikan kesehatan
Melakukan usha promotif, preventif dan edukasi.
 Pelaksana Pelayanan 2
Memberikan terapi pada klien
Memantau perkembangan dan kemampuan klien
Memberikan pengetahuan keluarga dan klien tentang gizi yang tepet bagi klien
 Pelaksana Pelayanan 3
Memberikan terapi medis yang sesuai
Menerima konsulan dari tim perawat
12
Mendiagnosa kemajuan klien.

Mekanisme perawatan di rumah:


Klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah mendapat rujukan dari klinik
rawat jalan maupun unit rawat inap rumah sakit atau puskesmas. Klien dapat langsung
menghubungi agen pelayanan kesehatan di rumah atau praktik keperawatan mandiri
untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme perawatan kesehatan di rumah adalah
sebagai berikut.
1. Klien pasca-rawat inap, rawat jalan, maupun langsung atas pemintaan klien atau
keluarga harus dilakukan pengkajian ke tempat tinggalnya oleh koordinator kasus
yang merupakan staf dari unit perawatan kesehatan di rumah. Pengkajian dilakukan
untuk menentukan apakah layak untuk dirawat di rumah atau tidak.
2. Setelah dilakukan pengkajian, bersama klien dan keluarganya, dilakukan perencanaan
dan membuat kesepakatan mengenai apa saja yang akan diterima oleh klien.
Kesepakatan tersebut juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, pelaksana
pelayanan, system pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
3. Selanjutnya, klien akan menerima pelayanan dari pelaksana asuhan keperawatan di
rumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut
oleh pengelola perawatan di rumah. Pelayanan dikoordinasi dan dikendalikan oleh
coordinator kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana
pelayanan harus diketahui oleh coordinator kasus.
4. Secara periodic coordinator kasus akan melakukan pemantauan (monitoring) dan
evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan
kesepakatan atau belum.

Tahap-tahap perawatan kesehatan di rumah, sebagai berikut :


1. Fase Persiapan :
Pada fase pertama ini, pemberi perawatan mendapatkan data tentang keluarga yang
akan dikunjungi dari puskesmas atau ibu kader. Pemberi perawatan perlu membuat
laporan pendahuluan untuk kunjungan yang akan dilakukan. Kontrak waktu
kunjungan perlu dilakukan fase ini.
2. Fase Inisiasi :

13
Fase ini mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama fase ini pemberi
perawatan dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga
menanggapi suatu masalah kesehatan.
3. Fase Implementasi
Pada fase ini, pemberi perawatan melakukan pengkajian dan perencanaan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dimiliki oleh klien dan keluarga. Melakukan
intervensi sesuai rencana. Eksploitasi nila-nilai keluarga dan persepsi keluarga
terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan tingkat
pendidikan klien dan keluarga serta sediakan pula informasi tertulis.
4. Fase Terminasi :
fase ini, pemberi perawatan membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada
pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga. Menyusun rencana tindak
lanjut terhadap masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh keluarga sangat
penting dilakukan pada fase terminasi. Tinggalkan nama, alamat, dan nomor telepon
pemberi perawatan agar mudah dihubungi jika sewaktu-waktu klien membutuhkan.
5. Fase Pasca Kunjungan :
Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membantu dokumentasi lengkap tentang
hasil kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan, dokumentasi tersebut harus
memenuhi aspek lengkap (complete), jelas (clear), dan dapat dibaca (legible).
(Keperawatan Kesehatan Komunitas, Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009)

2.10 Penjadwalan Home Care


Penjadwalan kegiatan ditetapkan berdasarakan kesepakatan bersama dengan
klien. Jadwal pelaksanaan kegiatan ini biasanya lebih sering dilakukan pada saat
pertama kemudian secara bertahap akan berkurang seiring dengan kemajuan klien.
Akan tetapi pemantauan perkembangan klien tidak dibiarkan begitu saja melainkan
melalui via telepon dan kunjungan bulanan saja.

2.11 Hak dan Kewajiban Klien atau Keluarga dalam Home Care
Klien mempunyai hak untuk diberi informasi secara tertulis sebelum
pengobatan diberikan. Klien dan petugas mempunyai hak dan kewajiban untuk saling

14
menghargai dan menghormati. Petugas dilarang menerima pemberian pribadi
maupun meminjam sesuatu dari klien.
 Klien mempunyai hak untuk :
a. Membina hubungan dengan petugas sesuai dengan standar etik
b. Memperoleh informasi tentang prosedur-prosedur yang harus diikuti
c. Mengekspresikan kesedihan dan ketakutannya
d. Klien mempunyai hak dalam pengambilan keputusan, dalam hal ini klien
mempunyai hak untuk diberi tahu secara tertulis tentang g beaturan, jenis
pelayanan yang diberikan, dan jumlah kunjungan rumah yang akan dilakukan
e. Klien mempunyai hak untuk memperoleh nasehat-nasehat tentang rencana-
rencana perubahan yang akan dilakukan
f. Mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam perencanaan pelayanan
keperawatan, perencanaan perubahan pelayanan serta nasehat-nasehat
lainnya
g. Klien mempunyai hak untuk menolak rencana perubahan tersebut
h. Dalam hal “privacy”, klien mempunyai hak untuk dijaga kerahasiaan kondisi
kesehatannya, hal-hal yang berhubungan dengan sosial ekonomi, serta hal-
hal yang dilakukan di rumahnya
i. Perawat atau petugas hanya akan memberikan informasi bila diperlukan
secara hukum atau bila diperlukan oleh klien atau keluarganya
j. Dalam hal finansial, klien mempunyai hak untuk diberi informasi tentang
biaya yang harus dikeluarkan, memberikan informasi pembiayaan dengan
jelas.
k. Klien mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan dengan kualitas yang
tinggi, serta berhak mendapat informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan keadaan emergensi.
 Kewajiban Klien :
a. Mematuhi segala perjanjian pelayanan yang telah disepakati
b. Bekerja sama seluas mungkin dengan perawat pelaksana perawatan di
rumah, ahli terapi, asisten dan pemberian perawatan lain.
c. Mengikuti rencana perawatan yang disusun berdasarkan pemahaman,
persetujuan dan kerja sama sendiri.

15
d. Membayar biaya perawatan yang telah dilaksanakan.

2.12 Peran Bidan Dalam Home Care


1. Sebagai perencana perawatan di rumah

Perencana perawatan di rumah harus memiliki kemampuan untuk mengantisipasi


dan memenuhi kebutuhan perawatan klien yang kompleks. Perawat tidak hanya
harus sangat terlatih dalam praktik keperawatan, tetapi juga harus mengetahui
dengan baik tentang pembiayaan perawatan kesehatan, regulasi yang mendasari
praktik, dan sumber di komunitas serta teknologi yang tersedia.
Tanggung jawab perencana perawatan di rumah adalah menjamin semua kebutuhan
klien di rumah terpenuhi dengan aman dan dengan pembiayaan yang efektif.
Peranan ini melibatkan kolaborasi dengan profesional kesehatan lain saat
pertemuan tentang rencana pemulangan klien, guna memastikan keberhasilan
transisi ke rumah. Perencana perawatan di rumah menyediakan informasi tentang
sumber komunitas yang akan membantu dokter dan klien dalam membuat rencana
pulang yang tepat. Perawat juga harus menggunakan keterampilan klinis untuk
mengkaji kerusakan fisik klien, status psikologis, kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang sederhana, dan prosedur perawatan terampil.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Rangkuman
Home care merupakan bentuk pelayanan kesehatan masa depan karena dengan
home care, pasien dapat dirawat dirumahnya sendiri dengan ditemani oleh anggota
keluarga yang lain sehingga kecemasan pasien dapat diminimalkan. Perawatan di rumah
selain dapat mengurangi kecemasan juga dapat menghemat biaya dari beberapa segi
misal biaya kamar, biaya transpor dan biaya lain-lain yang terkait dengan penjaga yang
sakit.Tetapi perlu diingat bahwa pasien yang dapat layanan home care adalah pasien
yang secara medis dinyatakan aman untuk dirawat di rumah dengan kondisi rumah yang
memadai.

3.2 Saran
Segala bentuk pelayan home care yang diberikan semata adalah untuk
membantu kesejahteran dan meningkatkan kesehatan klien. Untuk itu segala proses
pelaksaan perlu kerjasam dan komunikasi antar pihak.

17

Anda mungkin juga menyukai