Anda di halaman 1dari 88

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS


TIPE IIDI RSUD DR. H. IBNU SUTOWO BATURAJA
TAHUN 2021

Oleh

INDAH JUNIARTI
NPM.19142019315P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021
PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP
KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE IIDI RSUD DR. H. IBNU SUTOWO BATURAJA
TAHUN 2021

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA KEPERAWATAN

Oleh
INDAH JUNIARTI
NPM.19142019315P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2021

i
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Juli 2021

INDAH JUNIARTI

Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar Gula Darah Pasien


Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021
(xvii + 63 halaman, 6 tabel + 2 bagan + 9 lampiran)

Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolik dimana ditemukan ketidak


mampuan untuk mengoksidasi karbohidrat. Salah satu terapi yang dapat dilakukan
yaitu dengan latihan pergerakan, Relaksasi otot progresifmerupakan jenis latihan
yang berfokus pada pengencangan dan relaksasi kelompok otot berurutan. Relaksasi
otot progresif dapat memfasilitasi konsumsi oksigen tubuh, meningkatkan
metabolisme, mempercepat pernapasan, mengendurkan ketegangan otot,
menyeimbangkan tekanan darah sistolik dan diastolik, dan meningkatkan gelombang
otak alfa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif
terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes melitus tipe II di RSUD Dr. H.
Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni tahun
2021. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif quasy eksperimental dengan
pendekatan one group pre test - post test desaign. Populasi dalam penelitian ini
adalah pasiendiabetes melitus tipe II dengan tehnik Accidental sampling. Analisis
data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian ini menunjukkan Ada pengaruh relaksasi otot progresif
terhadap kadar glukosa darah pasien Diabetes Melitus Tipe 2di RSUD Dr. H. Ibnu
Sutowo Baturaja Tahun 2021 dengan p value (0,000). Diharapkan kepada pihak
Rumah Sakit untuk dapat menerapkan terapi Relaksasi otot progresif ini pada
intervensi untuk penanganan pasien diabetes melitus tipe 2 dan memberikan
informasi kepada keluarga pasien tentang manfaat relaksasi otot progresif.

Kata Kunci : Relaksasi Otot Progresif, Pasien Diabetes Melitus


Daftar Pustaka : 26 (2013-2021)

ii
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEACTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
Student Thesis, Juli 2021

INDAH JUNIARTI

The Effect of Progressive Muscle Relaxation on Blood Sugar Levels in Type II


Diabetes Mellitus Patients at RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021
(xvii + 63 pages, 6 tables, 2 charts, 9 attachments)

Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disorder in which the inability to


oxidize carbohydrates is found. Progressive muscle relaxation is a type of exercise
that focuses on the tightening and relaxation of sequential muscle groups.Progressive
muscle relaxation can facilitate the body's oxygen consumption, increase metabolism,
speed up breathing, relax muscle tension, balance systolic and diastolic blood
pressure, and increase alpha brain waves.
This study aims to determine the effect of progressive muscle relaxation on
blood sugar levels in patients with type II diabetes mellitus in RSUD Dr. H. Ibnu
Sutowo Baturaja in 2021. The study was carried out in June 2021. This study used a
quasi-experimental quantitative method with a one group pre test - post test design
approach. The population in this study were patients with type II diabetes mellitus
using accidental sampling technique. Data analysis was carried out univariate and
bivariate using the Wilcoxon test.
The results of this study indicate that there is an effect of progressive muscle
relaxation on blood glucose levels in Type 2 Diabetes Mellitus patients at Dr.
Hospital. H. Ibnu Sutowo Baturaja in 2021 with p value (0.000). It is hoped that the
hospital will be able to apply this progressive muscle relaxation therapy to
interventions for treating type 2 diabetes mellitus patients and provide information to
the patient's family about the benefits of progressive muscle relaxation.

Keywords : Progressive Muscle Relaxation, Diabetes Mellitus Patients


Bibliography : 26 (2013-2021)

iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Identitas
Nama : Indah Juniarti
Npm : 19.14201.93.15.P
Tempat/Tanggal Lahir : Peninjauan / 14Juni 1976
Agama : Islam
Anak Ke : 6 dari 6 bersaudara
Nama Orang Tua : H. M Salim (Alm) dan Hj. Rofiah (Almh)
Nama Saudara : 1. Khoiria
2. M. Aminullah
3. M. Ikhsan
4. Meiliana
5. Harun Arrasid (Alm)
Alamat : PJl. Kol. Wahab Sarobu Lrg. Harapan
Kelurahan Sekar Jaya Baturaja Timur OKU
No.Hp : 0821-86240240
Email/Fb : Indahjuniarti35@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. SD Mendala Peninkauan (Tahun 1989-1992)
2. SMP Negeri 2 Peninjauan (Tahun 1992-1995)
3. SMA Muhammadiyah 1 Baturaja (Tahun 1995-1999)
4. Akper Alma’arif Baturaja (Tahun 1999-2002)
5. STIK Bina Husada Palembang (Tahun 2019-2021)

vi
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

PERSEMBAHAN

 Untuk Ayah dan Ibuku, Terima Kasih atas semuanya,

meskipun kalian tidak ada tapi cita-cita ayah dan ibu untuk

menyelesaikan kuliahku kini terwujud

 Untuk Suamiku Tercinta, Terima kasih atas semua

dukungannya dan motivasi untuk mewujudkan impianku

menjadi nyata

 Saudaraku tersayang terima kasih support dan dukungan

yang tiada henti

MOTTO

 Berbuat Baiklah Tanpa Perlu Alasan

 Diamku Lebih Berarti Daripada Kata-Kata Yang Tak

Bermakna

 Disiplin Diri Adalah Sebenar-benarnya wujud kebebasan

yang hakiki

vii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur kita sampaikan atas kehadiran Allah SWT, yang senantiasa

memberikan rahmat dan karunia-Nya. Salawat dan salam kami sampaikan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia ke alam yang

penuh dengan pengetahua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai

salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIK) Bina Husada Palembang Program Studi Ilmu Keperawatan.

Skripsi ini ditulis dengan judul : “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap

Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo

Baturaja Tahun 2021” guna memenuhi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan

Pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada Palembang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Ns. Ersita, S.Kep, M.Kes selaku Plt. Ketua STIK Bina Husada Palembang.

2. Ns. Kardewi, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Program Ilmu Keperawatan STIK Bina

Husada Palembang

3. Ns. Meta Nurbaiti, S.Kep,M.Kes selaku pembimbing saya yang telah menyediakan

waktu dan tenaga dalam mengarahkan dan membimbing saya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

viii
4. Ns. Mujahidin, S.Kep, M.Kes selaku penguji I yang telah meluangkan waktu

untuk menguji dan telah memberikan banyak saran dalam PenyusunanSkripsi ini

5. Ns. Raden Surahmat, S.Kep, M.Kes, M.Kep selaku penguji II yang telah

meluangkan waktu untuk menguji dan telah memberikan banyak saran dalam

PenyusunanSkripsi ini

6. Dr. Rynna Dyana R. Selaku Direktur RSUD Ibnu Sutowo Baturaja yang telah

memberikan ijin untuk saya melakukan penelitian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak terdapat kesalahan dan

kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan keahlian. Untuk itu penulis

harapkan saran dan masukan untuk kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya semoga

proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya Amin.

Palembang, Juli 2021

Peneliti

ix
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ......................................... ii
ABSTRAK....................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI .......................................................... vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ...................................................................... vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO ................................................................. viii
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................... 6
1.4.1 Tujuan umum .................................................................... 6
1.4.2 Tujuan khusus.................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................... 7
1.5.1 Bagi Peneliti ...................................................................... 7
1.5.2 Bagi RSUD dr. H. Ibnu Sutowo ........................................ 7
1.5.3 Bagi STIK Bina Husada Palembang ................................. 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Diabetes Melitus Tipe II.. ........................................................... 9
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus Tipe II.................................... 9
2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi Kelenjar Pankreas...................... 9
2.1.3 Etiologi Diabetes Melitus Tipe II.................................... 10

x
2.1.4 Manifestasi Klinis Melitus Tipe II .................................. 12
2.1.5 Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II ............................ 13
2.1.6 Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe II ...................... 14
2.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus Tipe II .............................. 15

2.2 Relaksasi Otot Progresif ............................................................. 16


2.2.1 Definisi Relaksasi Otot Progresif....................................... 16
2.2.2 Tujuan Relaksasi Otot Progresif ..................................... 17
2.2.3 Manfaat Relaksasi Otot Progresif ................................... 17
2.2.4 Indikasi dan Kontra Indikasi ........................................... 18
2.2.5 Langkah-langkah Relaksasi Otot Progresif ..................... 19
2.2.6 Frekuensi Relaksasi......................................................... 24
2.3 Penelitian Terkait ........................................................................ 25

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 27
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 27
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 28
3.4 Kerangka Konsep ........................................................................ 29
3.5 Definisi Operasional ................................................................... 30
3.6 Hipotesis ..................................................................................... 31
3.7 Pengumpulan Data ...................................................................... 31
3.8 Pengolahan Data ......................................................................... 32
3.9 Analisa Data ................................................................................ 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja ............. 35
4.2 Hasil Penelitian ........................................................................... 36
4.2.1 Analisis univariat ............................................................ 37
4.2.2 Uji Normalitas Data ........................................................ 38
4.2.3 Analisis bivariat .............................................................. 39
4.3 Pembahasan ................................................................................ 40
4.3.1 Kadar Glukosa Sebelum Relaksasi Otot Progresif ........ 40
4.3.2 Kadar Glukosa Sesudah Relaksasi Otot Progresif .......... 41
4.3.3 Pengaruh Relaksasi Otot Progresif ................................. 43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ..................................................................................... 46
5.2 Saran ......................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA

xi
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Langkah-Langkah PMR ...................................................................... 15


3.1 Definisi Operasional............................................................................ 24

xii
DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman


3.1 One Group Pre Test-Post Test Desain...................................................... 22
3.2 Kerangka Konsep ..................................................................................... 24

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Lampiran 1 : Surat Persetujuan Pembimbing


Lampiran 2 : Surat Pengambilan data awal dari STIK Bina Husada
Lampiran 3 : Surat Balasan Pengambilan Data Awal Dari tempat penelitian
Lampiran 4 : Surat Penelitian Dari STIK Bina Husada
Lampiran 5 : Surat Selesai Penelitian Dari tempat penelitian
Lampiran 6 : Hasil SPSS
Lampiran 7 : Dokumentasi Penelitian

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk Diabetes, saat ini telah menjadi

ancaman serius kesehatan global. Dikutip dari data WHO 2016, 70% dari total

kematian di dunia dan lebih dari setengah beban penyakit. 90-95% dari kasus

Diabetes adalah Diabetes Tipe 2 yang sebagian besar dapat dicegah karena

disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat (Kemenkes, 2018).

Organisasi Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya

terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di Dunia menderita diabetes pada

tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk

pada usia yang sama. Prevalensi diabetes diperkirakan meningkat seiring

penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur 65-

79 tahun. Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai 578 juta ditahun

2030 dan 700 juta di tahun 2045. Negara di wilayah Arab-Afrika utara dan pasifik

barat menempati peringkat pertama dan ke-2 dengan prevalensi diabetes pada

penduduk umur 20-79 tahun tertinggi diantara 7 regional di dunia, yaitu sebesar

12,2% dan 11,4%. Wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia berada, menempati

peringkat ke-3 dengan prevalensi sebesar 11,3% (Infodatin Kemenkes, 2020).


2

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa populasi penderita

DM tipe II di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 1,5 % atau sekitar 4,1 juta

jiwa dari jumlah penduduk. Proporsi jumlah penderita DM tipe II di Indonesia

pada tahun 2018 masih didominasi oleh kaum perempuan dengan total sebesar 1,8

% daripada laki-laki sebesar 1,2 %. Diperkirakan pada tahun 2030 dengan asumsi

tanpa adanya perbaikan, angka DM tipe II di Indonesia akan meningkat sebesar

21, 3 juta jiwa. Provinsi Sumatera Selatan berada di peringkat ke 32 untuk kasus

DM tipe II di Indonesia. (Kemenkes RI, 2019).

Penderita DM di kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2019 sebesar 22.343

orang. Jumlah penderita DM yang mendapat pelayanan sesuai standar sebanyak

6.224 (27,9%), terjadi peningkatan cakupan pelayanan DM jika dibandingkan

dengan tahun 2018 sebesar 17,9% (sebesar 10%) (Profil Kesehatan OKU, 2020).

Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolik dimana ditemukan

ketidakmampuan untuk mengoksidasi karbohidrat, akibat gangguan pada

mekanisme insulin yang normal, menimbulkan hiperglikemia, glukosuria,

poliuria, rasa haus, rasa lapar, badan kurus, kelemahan, asidosis, sering

menyebabkan dispnea, lipemia, ketonuria dan akhirnya koma (Sya’diyah, 2018).

Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa

mencapai level 126 mg/dL atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam

setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 200 mg/dL. Sedangkan

pemeriksaan gula darah secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa


3

diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200

mg/dL, terlebih lagi bila diatas 200 mg/dL (Haryono, 2013).

Kasus diabetes yang paling banyak di Indonesia adalah kasus diabetes tipe-2

yang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Diabetes memang tidak bisa

disembuhkan, tetapi manajemennya sangat perlu diperhatikan. Selain itu

dukungan dari support system di sekitar diabetes juga sangat diperlukan

(Kompas, 2020).

Penatalaksanaan pengobatan dan penanganan penderita diabetes melitus tipe 2

difokuskan pada pola makan, gaya hidup dan aktivitas fisik. Pada penderita

diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa

tindakan seperti diet, penurunan berat badan dan berolahraga (Haryono, 2013).

Sebagian besar manajemen DM di rumah sakit masih terkonsentrasi pada

pengobatan dan diet, sedangkan perhatian terhadap pemenuhan aktivitas fisik

masih rendah.Aktivitas fisik akan membuat metabolisme tubuh bekerja lebih

optimal yang mengakibatkan kadar glukosa darah akan terkontrol sehingga

penanganan holistik diperlukan(Akbar, 2018). Salah satu aktivitas fisik yang

dapat diterapkan yaitu relaksasi otot progresif.

Relaksasi otot progresif adalah jenis latihan yang berfokus pada

pengencangan dan relaksasi kelompok otot berurutan. PMR pertama kali

diperkenalkan oleh Jacobson pada tahun 1938 dan masih banyak digunakan saat

ini. Jacobson menjelaskan bahwa relaksasi otot progresif dapat memfasilitasi

konsumsi oksigen tubuh, meningkatkan metabolisme, mempercepat pernapasan,


4

mengendurkan ketegangan otot, menyeimbangkan tekanan darah sistolik dan

diastolik, dan meningkatkan gelombang otak alfa (Lindquist et al., 2018).

Pernyataan diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Karokaro (2019) dengan topik penelitian yang berjudul pengaruh tehnik relaksasi

otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus

Tipe 2 di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam, dengan hasil penelitian yaitu

rata-rata kadar gula darah pada pasien diabetes mellit us tipe 2 sebelum dan

sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif sebesar 43,100, dengan standar

deviasi (SD) 27, 795 dan standar error (SE) 8,789. Hasil uji statistik didapatkan

nilai p = 0,001 ≤ α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

teknik relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 di rumah sakit GRANDMED Lubuk Pakam tahun 2019.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Safitri (2019) dengan topik penelitian

yaitu pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap kadar gula darah pasien

diabetes mellitus Tipe 2. Dengan hasil penelitian yaitu Hasil penelitian

menunjukkan kadar gula darah sebelum perlakuan didapatkan rata-rata sebesar

173,07 mg/dL hasil pengukuran kadar gula darah sesudah perlakuan didapatkan

data rata-rata sebesar 161,68 mg/dL.

Study pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dari 10 orang pasien

mengatakan tidak tahu tentang latihan relaksasi otot progresif. Dari 10 orang

pasien terdapat 6 orang yang yang melakukan aktivitas fisik selama dirumah sakit

dengan melakukan jalan pagi atau sore di sekitar ruang rawat. Sementara itu, 4
5

orang pasien mengatakan mereka hanya beristirahat di tempat tidur. Dari ke 10

pasien tersebut, 7 orang diantaranya memiliki gula darah ≥200mg/dL walaupun

sudah diberikan terapi pengobatan.

Data rekam medik RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja didapatkan data

pasien dengan diabetes melitus pada tahun 2018 yaitu sebanyak 250 orang pasien,

meningkat pada tahun 2019 yaitu sebanyak 358 orang pasien dan pada tahun 2020

yaitu sebanyak 223 orang pasien dengan diabetes melitus. Selanjutnya untuk data

tahun 2021 dari bulan januari sampai dengan maret didapatkan sebanyak 38 orang

pasien (Data RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja, 2021).

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan perawat yang bekerja di ruang

penyakit dalam RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja untuk mengetahui

penatalaksanaan DM tipe IImenyatakan bahwa belum adanya intervensi relaksasi

otot progresifyang dilakukan oleh perawat sebagai alternatif pemenuhan

kebutuhan aktivitas atau latihan fisik untuk pasien DM yang sedang dirawat inap

di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja sehingga perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien

DM tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Diabetes Melitus merupakan penyakit menahun dan membutuhkan

penanganan seumur hidup karena dapat menyebabkan komplikasi pada berbagai

sistem tubuh, dan hanya dapat di kontrol dengan pengendalian kadar glukosa
6

darahnya. Oleh karena itu, selain mendapatkan terapi standar DM, pasien juga

perlu mendapatkan terapi komplementer berupa relaksasi otot progresif atau

Progressive Muscle Relaxation (PMR) untuk mengontrol kadar gula darahnya.

Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien DM tipe II di RSUD Dr.

H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian adalah

“Adakah pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien DM

tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021”

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk Mengetahui pengaruh relaksasi otot progresifterhadap kadar gula darah

pasien diabetes mellitus tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk Mengetahui rata-rata kadar gula darah pasien diabetes millitus tipe

IIsebelum melakukan relaksasi otot progresif

2. Untuk Mengetahuirata-rata kadar gula darah pasien diabetes millitus tipe II

sesudah melakukan relaksasi otot progresif


7

3. Untuk Mengetahuipengaruh relaksasi otot progresifterhadap kadar gula darah

pasien diabetes mellitus tipe II

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Tindakan relaksasi otot progresif ini diharapkan dapat mengaplikasikan

danmengontrol ketidakseimbangan kadar glukosa darah pada penderita Diabetes

Militus (DM) dan keluarga dapat menerapkan teknik relaksasi otot progresif ini

dirumah tanpa menimbulkan kontrakindikasi untuk pasien Diabetes Militus

(DM).

1.5.2Bagi RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan dalam

menentukan kebijakan-kebijakan serta memberikan masukan bagi perawat

untuk meningkatkan perannya dalam perawatan khususnya dalam pencegahan

dan penatalaksanaan pasien diabetes millitus.

1.5.3Bagi STIK Bina Husada

Diharapkan dapat menjadi informasi dalam meningkatkan pengetahuan bagi

penelitian selanjutnya tentang relaksasi otot progresif yang berhubungan

dengan kadar gula darah, dan sebagai literasi serta bahan masukan dalam

melakukan penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan penelitian ini.
8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam area keperawatan medikal bedah. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar

gula darah pasien DM tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun

2021”. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 sampai dengan tanggal 19 Juni

Tahun 2021 dan dilakukan di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja. Sampel dalam

penelitian ini adalah Pasien dengan DM Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo

Baturaja yang berjumlah 32 orang pasien. Populasi pada penelitian ini adalah

pasien dengan diabetes melitus yang dirawat inap di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo

Baturaja.teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik

pengambilan sampel secara Accidental samplingPenelitian ini menggunakan

metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan

bivariat. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian Pre Ekperiment

dengan pendekatan One Grup Pre-Post The Design, dengan uji alternatif

wilcoxon.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus Tipe II

2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus Tipe II

Diabetes mellitus (DM) atau dikenal juga di masyarakat sebagai penyakit

kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang

ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan

sistem metabolik dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi

hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Haryono, 2013).

Diabetes Melitus Tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus

(NIDDM) yaitu DM yang tidak tergantung pada insulin. Hal ini terjadi akibat

penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat dari penurunan

produksi insulin. Normalnya insulin terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel

dan mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme glukosa. Pada DM tipe II

reaksi dalam sel kurang efektif karena kurangnya insulin yang berperan dalam

menstimulasi glukosa masuk ke jaringan dan pengaturan pelepasan glukosa dihati

(PERKENI, 2015).
10

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Pankreas

Kelenjar pankreas terletak dekat ventriculuc (rongga perut sebelah kiri) yaitu di

antara duodenum dan limpa. Dengan panjang sekitar 15 cm dan lebar 5 cm. Pankreas

tersusun dari pulau-pulau langerhans yang tersebar di seluruh pankreas. Dipulau

langerhans inilah terdapat sel-sel alfa dan sel-sel beta. Sel alfa menghasilkan hormon

glucagon sedangkan sel-sel beta menghasilkan hormon insulin (Sutanta, 2021).

Kelenjar pankreas menghasilkan (Sutanta, 2021) :

a. Hormon insulin yang berfungsi untuk mengatur (menurunkan) kadar gula

dalam darah. Kelebihan glukosa akan dibawa ke sel hati dan selanjutnya akan

dirombak menjadi glikogen untuk disimpan. Kekurangan hormon ini akan

menyebabkan penyakit diabetes.

b. Berfungsi untuk menghasilkan getah pankreas yang banyak mengandung

enzim. Enzim tersebut yaitu :

a) Amylopsin/amylase pankreas berfungsi untuk mengubah amilum menjadi

maltose

b) Steapsin/lipase pankreas berfungsi untuk mengubah lipid menjadi asam

lemak dan gliserol

c) Tripsinogen dengan bantuan enterokinase akan diubah menjadi tripsin.

Tripsin berfungsi untuk memecahkan pepton menjadi asam amino

d) Karbohidrase pankreas berfungsi mengubah disakarida menjadi

monosakarida. Disakarida yang penting adalah maltase, sukrase, lactase


11

e) Garam NaHCO3 dan bersifat basa yang berfungsi untuk menetralkan

keasaman kim/chyme yang keluar dari ventriculus

Gambar 2.1

Pankreas

Sumber : Kemdikbud.go.id

Bagian utama pankreas terdiri dari :

1. Kepala Pankreas : Menempel pada usus halus, kepala merupakan bagian

terluas dari pankreas.

2. Badan Pankreas : Bagian yang berada diantara kepala dan ekor, Badan

merupakan bagian paling penting pada pankreas.

3. Ekor Pankreas : Bagian meruncing yang ada di perut kiri. Bagian ekor

merupakan bagian terakhir dari tubuh pankreas.


12

Pankreas memiliki saluran (duktus pankreatikus) menuju duo denum, berfungsi

menyalurkan enzimenzim yang dihasilkan pankreas untuk membantu sistem

pencernaan. (fungsi eksokrin pankreas).

2.1.3 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

Ada beberapa faktor penyebab penyakit diabetes mellitus menjangkiti

seseorang antara lain (Haryono, 2013) :

1. Terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat

Perlu anda ketahui bahwa tubuh mempunyai kemampuan yang terbatas

dalam mengolah makanan yang anda makan. Jika anda makan terlalu

banyak karbohidrat, maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula

dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat

dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh.

Inilah pemucu awal terjadinya gejala diabetes.

2. Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung gula

Kita semakin sulit menghindari makanan yang mengandung gula, hal

tersebut sangat mudah dijumpai seperti es cream, sirup, minuman dalam

kemasan, permen, aneka jajanan kue, dan lain-lain. Semua makanan dan

minuman tersebut kadang tanpa kita sadari mengandung banyak gula.

Yang patut diwaspadai adalah gula yang terkandung dalam makanan dan

minuman tersebut tidak pernah kita ketahui takarannya.


13

3. Kurang tidur

Kurang tidur dapat menyebabkan berkurangnya sistem kekebalan tubuh

sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Selain itu kebiasaan begadang

sambil minum kopi dan merokok mempunyai resiko terkena penyakit

diabetes.

4. Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik selain minum

minuman beralkohol merokok dapat menjadi pemicu terjadinya diabetes.

Selain merusak paru-paru, merokok juga dapat merusak hati dan pankreas

dimana hormon insulin diproduksi sehingga dapat mengganggu produksi

insulin di dalam kelenjar pankreas.

5. Kurangnya aktivitas fisik

Gaya hidup naik mobil ketika berangkat kerja, naik lift ketika berada

dikantor, duduk terlalu lama didepan komputer serta kurangnya aktivitas

fisik lainnya membuat sistem sekresi tubuh berjalan lambat. Akibatnya

terjadilah penumpukan lemak didalam tubuh yang lambat laun berat badan

menjadi berlebih. Sebagai pencegahannya, anda dapat memperbanyak

aktivitas fisik selama bekerja. Misalnya jalan kaki ketika berangkat

kekantor, naik tangga, melakukan senam ringan sehabis duduk terlalu

lama dan lain-lain.


14

2.1.4 Manifestasi Klinis

Seseorang yang menderita DM dapat memiliki gejala antara lain poliuria

(sering kencing), polidipsia (sering merasa haus), dan polifagia (sering merasa lapar),

serta penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Selain hal-hal

tersebut, gejala penderita DM lain adalah keluhkan lemah badan dan kurangnya

energi, kesemutan di tangan atau kaki, gatal, mudah terkena infeksi bakteri atau

jamur, penyembuhan luka yang lama, dan mata kabur. Namun, pada beberapa kasus,

penderita DM tidak menunjukkan adanya gejala (Febrinasari, dkk. 2020).

Menurut Kemenkes RI (2019) menjelaskan bahwa gejala utama (klasik) Penyakit

Diabetes Melitus yaitu :

1. Sering Kencing

2. Cepat Lapar

3. Sering haus

Sedangka Gejala Tambahan yaitu :

1. Berat badan menurun cepat tanpa penyebab yang jelas.

2. Kesemutan.

3. Gatal didaerah kemaluan wanita.

4. Keputihan pada wanita.

5. Luka sulit sembuh.

6. Bisul yang hilang timbul.

7. Penglihatan kabur.

8. Cepat lelah.
15

9. Mudah mengantuk.

10. Impotensi pada pria.

2.1.5 Patofisiologi

Dua patofisiologi utama yang mendasari terjadinya kasus diabetes melitus tipe

2 secara genetik adalah resistensi insulin dan defek fungsi sel beta pankreas.

Resistensi insulin merupakan kondisi umum bagi orang-orang dengan berat badan

overweight atau obesitas. Insulin tidak dapat bekerja secara optimal di sel-sel otot,

lemak dan hati sehingga memaksa pankreas mengkompensasi untuk memproduksi

insulin lebih banyak. Ketika produksi insulin oleh sel beta pankreas tidak adekuat

huna mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka kadar glukosa darah akan

meningkat, pada saatnya akan terjadi hiperglikemia kronik. Hiperglikemia kronik

pada diabetes melitus tipe 2 semakin merusak sel beta di satu sisi dan memperburuk

resistensi insulin di sisi lain sehingga penyakit diabetes melitus tipe 2 semakin

progresif (Decroli, 2019).

Secara klinis, makna resistensi insulin adalah adanya konsentrasi insulin yang

lebih tinggi dari normal yang dibutuhkan untuk mempertahankan normal glikemia.

Pada tingkat seluler, resistensi insulin menunjukkan kemampuan yang tidak adekuat

dari insulin signaling milai dari pre reseptor, reseptor dan post reseptor. Secara

molekuler beberapa faktor yang diduga terlibat dalam patogenesis resistensi insulin

antara lain, perubahan pada protein kinase B, mutasi protein insulin reseptor subetrate

(IRS), peningkatan fosforilasi serin dari protein IRS, phosphatidylinositol 3 kinase


16

(PI3 Kinase), Protein Kinase C dan mekanisme molekuler dari inhibisi transkripsi gen

IR (Insulin Reseptor) (Decroli, 2019).

2.1.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe II

Penatalaksanaan pengobatan dan penanganan penderita diabetes melitus tipe 2

difokuskan kepada pola makan, gaya hidup dan aktivitas fisik. Pada penderita

diabetes melitus tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan

beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan berolah raga. Jika hal ini

tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet diabetik akan

diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan apabila tablet

diabetik tidak berhasil mengatasi pengontrolan kadar gula darah (Haryono &

Sutianingsih, 2013).

Menurut Kemenkes RI (2019) penatalaksanaan diabetes melitus yaitu :

1. Mengikuti Edukasi (penyuluhan dan konseling) tentang diabetes melitus di Pos

Pembinaan Terpadu (Posbindu PTM), Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/FKTP

(Puskesmas, Klinik Pratama), Fasilitas kesehatan lainnya seperti Rumah Sakit.

2. Mengatur pola makan sesuai dengan diet untuk penyakit diabetes melitus.

3. Melakukan latihan fisik secara teratur dan tepat dengan prinsip BBTT (Baik,

Benar, Terukur dan Teratur).

4. Mengonsumsi obat secara teratur sesuai petunjuk dokter.


17

5. Monitoring kadar glukosa darah sesuai petunjuk dokterObat hanya bermanfaat

bila disertai dengan pola makan yang seimbang dan latihan fisik secara teratur

dan tepat

2.1.7 Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe II

1. Komplikasi Metabolik Akut

Komplikasi metabolik diabetes disebabkan oleh perubahan yang relatif akut

dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi metabolik yang paling sering terjadi

pada diabetes adalah hipoglikemi dan ketoasidosis diabetik (DKA)(Haryono,

2013).

2. Komplikasi Kronik Jangka Panjang

Diabetes dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti serangan

jantung, stroke, kebutaan akibat glukoma, penyakit ginjal, dan luka yang tidak

dapat sembuh hingga infeksi sehingga harus diamputasi bahkan taraf yang paling

mengerikan adalah kematian. Komplikasi-komplikasi ini disebabkan oleh

kerusakan pembuluh darah, kerusakan saraf, dan ketidaksanggupan tubuh

melawan infeksi. Namun, tidak semua penderita diabetes mengalami masalah-

masalah jangka panjang ini (Haryono, 2013).


18

2.2 Relaksasi Otot Progresif

2.2.1 Definisi Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi otot progresif diperkenalkan pertama kali oleh Jacobson pada tahun

1938. Latihan ini dilakukan dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan otot-

otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu untuk memberikan perasaan relaksasi

secara fisik. Gerakan mengecangkan dan melemaskan otot secara progresif ini

dilakukan secara berturut-turut. Pada relaksasi ini perhatian pasien diarahkan untuk

membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot dilemaskan dan

dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang (Lindquist et al., 2018).

Latihan otot progresif merupakan salah satu intervensi keperawatan yang dapat

diberikan kepada pasien DM untuk meningkatkan relaksasi dan kemampuan

pengelolaan diri. Latihan ini memberikan tegangan pada suatu kelompok otot, dan

menghentikan tegangan tersebut kemudian memusatkan perhatian terhadap

bagaimana otot tersebut menjadi rileks, merasakan sensasi rileks, dan ketegangan

menghilang. Latihan ini dapat membantu mengurangi ketegangan otot, stres,

menurunkan tekanan darah, meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari,

meningkatkan imunitas, sehinga status fungsional dan kualitas hidup

meningkat(Avianti & Rumarhobo, 2016).

2.2.2 Tujuan Relaksasi Otot Progresif

Tujuan dari terapi ini adalah dapat menurunkan ketegangan otot, kecemasan,

nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, dan laju
19

metabolik, mengurangi disritmia jantung dan kebutuhan oksigen, meningkatkan

gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokuskan perhatian

serta relaks, meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi, memperbaiki kemampuan

untuk mengatasi stress, mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, irritabilitas, spasme

otot, fobia tingan, gagap ringan, membangun emosi positif dari emosi negatif(Akbar

et al., 2018).

2.2.3 Manfaat Relaksasi Otot Progresif

Manfaat yang didapat dari relaksasi otot progresif adalah memberikan

kesempatan yang baik untuk latihan sehingga meningkatkan keterampilan dasar

relaksasi, untuk menurunkan ketegangan otot, kecemasan, insomnia, depresi,

kelelahan, irritabilitas, spasme otot, nyeri leher, punggung, tekanan darah tinggi,

fobia ringan, dan gagap ringan, mengurangi masalah yang berhubungan dengan stres,

dan mengurangi tingkat kecemasan(Brunner et al., 2010).

Beberapa bukti telah menunjukkan bahwa individu dengan tingkat kecemasan

yang tinggi dapat menunjukkan efek fisiologi positif melalui latihan relaksasi.

relaksasi otot progresifjuga dapat dilakukan di pagi dan sore hari guna membantu

melepaskan tingkat ketegangan otot dalam aktifitas keseharian. Latihan PMR dapat

dilakukan di rumah sehingga memungkinkan pasien untuk melakukannya, tidak

membutuhkan biaya yang mahal, dapat dipelajari sendiri oleh pasien dan hampir

tidak ada kontraindikasi(Astuti, 2017).


20

2.2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Relaksasi Otot Progresif

Indikasi relaksasi otot progresif yaitu pada pasien dengan gangguan tidur

(insomnia), stres, kecemasan, depresi. Sedangkan kontraindikasi selama melakukan

relaksasi otot progresif tidak memiliki efek yang membahayakan kesehatan. Dalam

praktiknya perlu diperhatikan beberapa hal antara lain keutuhan dari kelengkapan

fisik. Kemudian jika seseorang memiliki masalah mengenai otot ditarik atau

terjadinya distres otot dianjutkan untuk mengentikannya. Kadangan masalah patah

tulang dalam melakukan kegiatan fisik harus berkonsultasi dengan tenaga

kesehatan(Lindquist et al., 2018).

2.2.5 Langkah-Langkah Relaksasi Otot Progresif

Persiapan untuk melakukan teknik PMR yaitu

1. Persiapan alat dan lingkungan: tempat tidur/ kursi, bantal, serta lingkungan yang

tenang.

2. Persiapan pasien:

a. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi

kepada klien.

b. Posisikan tubuh klien secara nyaman dengan berbaring dengan mata tertutup

menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan kepala

ditopang.

c. Pasien rileks dan nyaman yang ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas

normal, pasien tampak tidak cemas, dan tidak stres.


21

d. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu serta

longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang, atau hal lain yang mengikat.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah PMR

Gerakan 1 : ditujukan untuk melatih otot tangan.


1. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu
kepalan.
2. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan
sensasi ketegangan yang terjadi.
3. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu
untuk merasakan relaks selama 10 detik.
4. Gerakan pada tangan kiri dilakukan dua kali
sehingga klien dapat membedakan perbedaan
antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami.
5. Prosedur serupa juga dilatih pada tangan kanan.
Gerakan 2 : ditujukan untuk melatih otot tangan
bagian belakang.
Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot di tangan bagian belakang dan
lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke
langit-langit.
Gerakan 3 : ditujukan untuk melatih otot biseps
(otot besar pada bagian atas pangkal lengan).
1. Gengam kedua tangan sehingga menjadi
kepalan.
2. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak
sehinga otot biseps akan menjadi tegang.
22

Gerakan 4 : ditujukan untuk melatih otot bahu


supaya mengendur.
1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-
akan hinga menyentuh kedua telinga.
2. Fokuskan perhatian gerakan pada kontras
ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas,
dan bahu.

Gerakan 5 dan 6 : ditujukan untuk melemaskan


otot-otot wajah (seperti otot dahi, mata, rahang, dan
mulut).
1. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan
dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya
keriput.
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.
23

Gerakan 7: ditujukan untuk mengendurkan


ketegangan yang dialami oleh otot rahang.
Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.

Gambaran 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-


otot sekitar mulut.
Bibir dimonyongkan sekuat-kuatnya sehingga akan
dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

Gerakan 9 : ditujukan untuk merelaksasikan otot


leher bagian belakang baru kemudian otot leher
bagian depan.
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian
belakang baru kemudian otot leher bagian depan.
2. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi
sedemikian rupa sehingga dapat merasakan di
bagian belakang leher dan punggung atas.
24

Gerakan 10 : ditujukan untuk melatih otot leher


bagian depan.
1. Gerakan membawa kepala ke muka.
2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat
merasakan ketegangan di daerah leher bagian
muka.

Gerakan 11 : ditujukan untuk melatih otot


punggung.
1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2. Punggung dilengkungkan.
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10
detik, kemudian relaks.
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi
sambil membiarkan otot menjadi lemas.

Gerakan 12 : ditujukan untuk melemaskan otot


dada.
1. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru
dengan udara sebanyak-banyaknya.
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut,
kemudian dilepas.
3. Saat ketegangan dilepaskan, lakukan napas
normal dengan lega.
4. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan
perbedaan antara kondisi tegang dan rileks.
25

Gerakan 13 : ditujukan untuk melatih otot perut.


1. Tarik dengan kuat perut ke dalam.
2. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama
10 detik, lalu dilepaskan bebas.
3. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut
ini

Gerakan 14 : ditujukan untuk melatih otot-otot


kaki seperti paha dan betis
1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha
terasa tegang.
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian
rupa sehingga ketegangan pindah ke otot betis.

Sumber : (Avianti & Rumarhobo, 2016)

2.2.6 Frekuensi Relaksasi Otot Progresif

Progressive Muscle Relaxation (PMR) merupakan suatu prosedur untuk

mendapatkan relaksasi pada otot melalui dua langkah, yaitu dengan memberikan

tegangan pada suatu kelompok otot, dan menghentikan tegangan tersebut kemudian

memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot tersebut menjadi rileks, merasakan

sensasi rileks, dan ketegangan menghilang. Untuk hasil yang maksimal dianjurkan

untuk melakukan PMR selama 30-40 menit. Latihan bisa dilakukan pagi dan malam

hari, dilakukan 3 hari berturut sebanyak 6 kali (Akbar et al., 2018).


26

2.3 Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Karokaro (2019) dengan topik penelitian yaitu

pengaruh tehnik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Granmed Lubuk Pakam, dengan hasil

penelituan yaitu rata-rata kadar gula darah pada pasien diabetes mellit us tipe 2

sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif sebesar 43,100, dengan

standar deviasi (SD) 27, 795 dan standar error (SE) 8,789. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p = 0,001 ≤ α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pada pasien

diabetes mellitus tipe 2 di rumah sakit GRANDMED Lubuk Pakam tahun 2019.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Safitri (2019) dengan topik penelitian

yaitu pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap kadar gula darah pasien diabetes

mellitus Tipe 2. Dengan hasil penelitian yaitu Hasil penelitian menunjukkan kadar

gula darah sebelum perlakuan didapatkan rata-rata sebesar 173,07 mg/dL hasil

pengukuran kadar gula darah sesudah perlakuan didapatkan data rata-rata sebesar

161,68 mg/dL.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Meilani (2020) dengan topik

penelitian yang berjudul efektivitas relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah

: penelitian quasi eksperimen pada penderita diabetes melitus tipe 2 usia produktif,

dengan hasil penelitian yaitu mayoritas usia 45-59 tahun (41,7%), jenis kelamin

perempuan (75%), lama diagnosis penyakit diabetes melitus > 5 tahun (66,7%),

Obesitas (41,7%) dan sebagian bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (37,5%).
27

Perbedaan rata-rata nilai gula darah pada kelompok setelah latihan relaksasi otot

progresif (45,5 mg/dL) p value 0,000 (α 0,05), perbedaan antara kelompok latihan

relaksasi otot progresif dan kelompok kontrol menunjukan selisih (44,9 mg/dL) p

value 0,000 (α 0,05).

Penelitian lainnya yaitu yang dilakukan oleh Puspitasari (2020) dengan topik

penelitian yang berjudul pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kadar

glukosa darah dan ankle brachial index diabetes mellitus II, dengan hasil penelitian

yaituTerdapat perbedaan yang signifikan nilai kadar gula darah sebelum dan setelah

dilakukan tindakan (pvalue 0,000). Sedangkan nilai ABI tidak memiliki perbedaan

yang signifikan baik sebelum dan setelah tindakan (0,187).

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Khusnaini (2019) dengan judul

pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien DM tipe 2 di RS

PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dengan hasil penelitian yaitu berdasarkan hasil

Wilcoxon t-test menunjukkan hasil pada kelompok intervensi dengan nilaiAsymp. Sig

(2-taileD)= .000 dan pada kelompok kontrol dengan nilai Asymp. Sig (2-taileD)=

.530. dan berdasarkan uji Mann Whitnney menunjukkan nilai signifikasi lebih kecil

dari 0,05 (0,00).


28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasy eksperimental dengan pendekatan

one group pre test - post test desaign yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan

satu kelompok yang diberikan perlakuan tertentu, kemudian diobeservasi sebelum

dan sesudah perlakuan (Supardi & Rustika, 2013). Dalam penelitian ini peneliti

melakukan perlakuan terhadap variabel independen yaitu Progressive Muscle

Relaxation (PMR) pada kelompok eksperimen dan melihat efeknya pada variabel

dependen. Rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagan 3.1
one group pre test - post test desain

Pretest Perlakuan Postest


Kelompok Eksperimen Q1 X Q2
Keterangan :

Q1 Pengukuran Kadar Gula Darah sebelum diberi Intervensi

X Pemberian Intervensi

Q2 Pengukuran Kadar Gula Darah sesudah diberi Intervensi

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Dr. H.

Ibnu Sutowo Baturaja pada tanggal 05 sampai dengan 19 Juni Tahun 2021.
29

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subyek yang

mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu (Sujarweni, 2020). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh pasien DM tipe II yang dirawat di Ruangan Penyakit

Dalam RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja sebanyak 38 orang pasien.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2020). Sampel dalam penelitian ini

berjumlah 32 orang pasien dengan Kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Kriteria inklusi :

a. Pasien bersedia menjadi responden.

b. Pasien DM Tipe II tanpa penyakit penyerta yang dirawat di Ruangan Penyakit

Dalam RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja.

c. Mendapatkan program pengobatan (farmakologi dan diet) yang dijalankan di

rumah sakit.

d. Memiliki gurah darah sewaktu ≥ 200 mg/dl.

e. Pasien berada dalam status compos mentis.

2. Kriteria eksklusi

a. Menolak menjadi responden.


30

b. Pasien pulang sebelum mencapai 6 kali perlakuan PMR selama 3 hari berturut-

turut.

c. Pasien meninggal.

3.4 Kerangka Konsep

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar gula darah pasien DM tipe

II, sedangkan teknik PMR sebagai variabel independen. Penelitian ini dilakukan

dengan memberikan teknik PMR pada pasien DM tipe II yang menjalani rawat inap,

kemudian dilihat apakah ada pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan teknik PMR

terhadap kadar gula pasien DM Tipe II.

Bagan 3.2

Kerangka Konsep

PMR

Kadar Gula Darah Kadar Gula Darah

Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi

(Pretest) (Post test)


31

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
1. Kadar Hasil pengukuran Diukur Glukometer 1. Jika gula Ratio
Glukosa kadar gula darah sebelum darah
Darah pasien diabetes dilakukan sewaktu ≥
sebelum mellitus tipe II PMR. 200 mg/dl
dilakukan 2. jika gula
PMR darah
sewaktu ≤
200 mg/dl
Sumber :
Decoli, 2019

2 Kadar Hasil pengukuran Diukur Glukometer 1. Jika gula -


Glukosa kadar gula darah setelah darah
Darah setelah pasien diabetes dilakukan sewaktu ≥
dilakukan mellitus tipe II PMR. 200 mg/dl
PMR 2. jika gula
darah
sewaktu ≤
200 mg/dl
Sumber :
Decoli, 2019

3.6 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih

variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian

(Nursalam, 2013). Hipotesa dalam penelitian ini yaitu :

Ha : Ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien

DM Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021.


32

3.7 Pengumpulan Data

Metode dalam pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

data primer yang diperoleh langsung dari pasien DM tipe II dengan menggunakan

observasi pelaksanaan relaksasi otot progresif dan melakukan pemeriksaan kadar gula

darah. Untuk observasi yang peneliti lakukan untuk memperoleh data tersebut dengan

cara pengamatan langsung ke pasien DM tipe II dalam melaksanakan relaksasi otot

progresif.

Dalam melaksanakan proses pengambilan data primer dilakukan secara

langsung di Ruangan Penyakit Dalam RSUD dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja. Langkah-

langkah pengumpulan data primer yaitu sebagai berikut:

a. Menjaga protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19 berupa

mencuci tangan/memakai handsanitaizer, menggunakan masker dan

menjaga jarak fisik.

b. Memberikan salam dan memperkenalkan diri kepada responden

c. Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden

d. Mengajukan lembar informed concentkepada responden penelitian

e. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian pada pasien serta keluarga pasien

f. Peneliti dibantu dengan 3 orang enumerator yaitu teman sebagai

dokumentasi melakukan dan perawat ruangan, keluarga pasien untuk

mengobservasi responden dalam melakukan teknik relaksasi otot progresif

ini dengan frekuensi 2 kali sehari selama tiga hari, yaitu satu jam setelah

sarapan pagi, satu jam setelah makan siang, dan satu jam setelah makan
33

malam. Peneliti atau enumerator mendokumentasikan pelaksanaan PMR

dalam lembar observasi (check list).

g. Setiap selesai pelakukan penelitian, peneliti memberikan salam dan

mengucapkan terima kasih pada pasien dan keluarga yang mendampingi.

3.8 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, diklasifikasikan dalam beberapa kelompok menurut

variabel yang ada dalam pertanyaan, data yang terkumpul pada penelitian ini akan

diolah melalui langkah sebagai berikut :

1. Editing

Kegiatan untuk melakukan pengecekan melalui lembar observasi untuk

mengukur kadar darah glukosa, apakah sudah lengkap, jelas dan relevan. Dalam

penelitian ini peneliti mengecek lembar observasi, identitas responden dan

kelengkapan responden sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi

oleh peneliti.

2. Coding

Memberi kode identitas responden untuk menjaga kerahasiaan identitas

responden. Menetapkan kode skoring untuk jawaban responden atau hasil observasi

yang telah dilakukan. Pada variable kadar glukosa darah diberikan kode (1) Jika gula

darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, (2) jika gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Pada variabel

PMR diberikan kode (1)jika mengikuti latihan PMR dari awal sampai selesai, dan

kode (2) jika tidak mengikuti latihan PMR dari awal sampai selesai.
34

3. Processing

Proses pengentryan data dari kuesioner ke program komputer agar dapat

dianalisis. Dalam penelitian ini peneliti memasukkan data yang sudah diberi kode

sebelumnya yang sudah dikelompokan oleh peniti, dan penliti menggunakan SPSS

for windows versi 16.0

4. Cleaning

Kegiatan pengecekan kembali data yang dientri kedalam komputer tidak

terdapat kesalahan. Peneliti mengecek kembali data-data yang sudah dimasukkan

dalam komputer untuk memastikan tidak terdapat kesalahan dalam data sehingga

apabila apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi oleh peneliti.

3.9 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusifrekuensi dari tiap

variabel yang diteliti. Melalui analisis ini dapat mendeskripsikan karakteristik

masing-masingvariabel yang diteliti. Analisa data yang disajikan adalah nilai statistik

deskriptif meliputi mean, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum dua

pengukuran (sebelum dan sesudah dilakukan intervensi).

2. Analisa Bivariat

Data diolah secara komputerisasi untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen yang diteliti. Sebelum dilakukan uji hipotesis,

peneliti melakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan


35

interprestasi kemaknaan (p) > 0,05. Untuk data yang terdistribusi normal digunakan

uji parametrik independent t-test dan paired t-test. Data yang terdistribusi tidak

normal akan dilakukan analisis dengan uji alternatif menggunakan uji wilcoxon.
36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja

BLUD RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja beralamat di jalan Dr. Mohd. Hatta

No. 1 Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan.

Merupakan pusat rujukan kesehatan regional bagi Rumah Sakit Kabupaten Ogan

Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ulu Selatan. Rumah

Sakit ini diresmikan menjadi fasilitas pelayanan kesehatan pada tanggal 24 oktober

1987 dan ditetapkan menjadi kelas “C” pada Januari 1993. Rumah Sakit Dr. H. Ibnu

Sutowo ini berjarak 4-5 jam menuju Rumah sakit Provinsi. Dengan luas lahan dan

bangunan yaitu luas areal sebesar 17.663, 75 m2 dan luas bangunan 8.269, 94 m2.

Jenis fasilitas yang ada di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja yaitu

1. Peralatan media penunjang kesehatan

2. Jaringan air bersih

3. Bangunan gedung perawatan dan perkantoran

4. Jaringan listrik dan ganset

5. Sistem pendingin ruangan

6. Ambulance

7. Sistem informasi managemen Rumah Sakit

8. Instalasi gas medik


37

9. Tempat penyimpanan bahan berbahaya dan beracun

10. Sistem komunikasi

11. Incenerator

12. Gudang, peralatan listrik

13. CCTV

14. Instalasi pengelolaan air limbah

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Penelitian ini merupakan penelitian eksperiman sehingga peneliti melakukan

perlakuan secara langsung pada responden. Pengambilan data pada penelitian ini

dilakukan dua kali dengan pengukuran Glukosa darah sewaktu secara langsung pada

responden sebelum dilakukan relaksasi otot progresif dan setelah dilakukan relaksasi

otot progresif.

4.2.1.1 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Sebelum Dilakukan Relaksasi Otot

Progresif (PMR)

Distribusi frekuensi kadar Glukosa Darah Sewaktu Sebelum dilakukan

Relaksasi Otot Progresif dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :
38

Tabel 4.1
Distribusi FrekuensiKadar Glukosa Darah Sebelum Dilakukan Relaksasi Otot
Progresif di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021

No Kadar Glukosa Darah Frekuensi (n) Persentase (%)


1 ≥ 200 mg/dl 23 71,9
2 ≤ 200 mg/dl 9 28,1
Jumlah 32 100
Sumber : Hasil Penelitian di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 32 orang responden didapatkan

sebagian besar responden memiliki Glukosa darah yang tinggi ≥ 200 mg/dl sebanyak

23 responden (71,9%) dan kadar glukosa darah ≤ 200 mg/dl sebanyak 9 responden

(28,1%)

4.2.1.2 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Setelah Dilakukan Relaksasi Otot

Progresif (PMR)

Distribusi frekuensi kadar Glukosa Darah Sewaktu Setelah dilakukan Relaksasi

Otot Progresif dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.2
Distribusi FrekuensiKadar Glukosa Darah Setelah Dilakukan Relaksasi Otot
Progresif di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021

No Kadar Glukosa Darah Frekuensi (n) Persentase (%)


1 ≥ 200 mg/dl 8 25,0
2 ≤ 200 mg/dl 24 75,0
Jumlah 32 100
Sumber : Hasil Penelitian di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 32 orang responden didapatkan

sebagian besar responden memiliki Glukosa darah ≤ 200 mg/dl sebanyak 24


39

responden (75,0%), dan responden dengan glukosa darah ≥ 200 mg/dl yaitu sebanyak

8 responden (25,0%).

4.2.2 Uji Normalitas Data

Sebelum dilakukan analisis bivariat maka dilakukan uji normalitas data terlebih

dahulu untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, karena sampel

yang didapatkan berjumlah 32 responden (<50) maka dilakukan uji normalitas data

menggunakan Shapiro-wilk.

Tabel 4.3
Uji Normalitas Data
Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien
Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Glukosa Darah ,450 32 ,000 ,565 32 ,000
Sebelum Latihan
Glukosa Darah Setelah ,465 32 ,000 ,540 32 ,000
Latihan

Berdasarkan tabel uji normalitas diatas didapatkan nilai signifikan yaitu 0,000

(<0,05) yang berarti data diatas berdistribusi tidak normal, setelah dilakukan

transformasi data lalu dilakukan uji normalitas data ulang dan masih didapatkan

distribusi data yang tidak normal, Sehingga uji bivariat dilakukan dengan

menggunakan uji alternatif dengan uji wilcoxon.


40

4.2.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat terhadap 32 responden dilakukan terhadap kadar Glukosa

darah sebelum dan setelah dilakukan relaksasi otot progresifdengan menggunakan uji

alternatif wilcoxon dikarenakan distribusi data tidak berdistribusi normal dengan

batas kemaknaan (α = 0,05).

1. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar Glukosa darah Pasien

Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021

Untuk mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar Glukosa darah

sebelum dan setelah relaksasi maka dilakukan uji wilcoxon yang dapat dilihat pada

tabel 4.4 :

Tabel 4.4
Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah Relaksasi Otot Progresif
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja
Tahun 2021

Variabel Median Standar Confidence P Value


Deviation Interval
Kadar Glukosa Darah 1,000 ,45680 1,1166-
Sebelum Relaksasi Otot 1,4459
Progresif 0,000
Kadar Glukosa Darah 2,000 ,43994 1,5914-
Setelah Relaksasi Otot 1,9086
Progresif

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa kadar glukosa darah

sebelum relaksasi otot progresif didapatkan median sebesar 1,000 dan median setelah

relaksasi otot progresif yaitu 2,000. Nilai signifikasi 0,000 < 0,05 dengan demikian
41

disimpulkan bahwa ada pengaruh Relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah

pasien diabetes melitus tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II Sebelum dilakukan

Relaksasi Otot Progresif

Kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe II sebelum dilakukan relaksasi

otot progresif menunjukkan bahwa dari32 orang responden didapatkan sebagian besar

responden memiliki Glukosa darah yang tinggi ≥ 200 mg/dl sebanyak 23 responden

(71,9%) dan kadar glukosa darah ≤ 200 mg/dl sebanyak 9 responden (28,1%).

Diabetes mellitus (DM) atau dikenal juga di masyarakat sebagai penyakit

kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang

ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan

sistem metabolik dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi

hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Haryono, 2013).

Seseorang yang menderita DM dapat memiliki gejala antara lain poliuria

(sering kencing), polidipsia (sering merasa haus), dan polifagia (sering merasa lapar),

serta penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Selain hal-hal

tersebut, gejala penderita DM lain adalah keluhkan lemah badan dan kurangnya

energi, kesemutan di tangan atau kaki, gatal, mudah terkena infeksi bakteri atau

jamur, penyembuhan luka yang lama, dan mata kabur. Namun, pada beberapa kasus,

penderita DM tidak menunjukkan adanya gejala (Febrinasari, dkk. 2020).


42

Penatalaksanaan pengobatan dan penanganan penderita diabetes melitus tipe 2

difokuskan kepada pola makan, gaya hidup dan aktivitas fisik. Pada penderita

diabetes melitus tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan

beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan berolah raga. Jika hal ini

tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet diabetik akan

diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan apabila tablet

diabetik tidak berhasil mengatasi pengontrolan kadar gula darah (Haryono &

Sutianingsih, 2013).

Hasil penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh

Safitri (2019) dengan topik penelitian yaitu pengaruh terapi relaksasi progresif

terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus Tipe 2. Dengan hasil penelitian

yaitu Hasil penelitian menunjukkan kadar gula darah sebelum perlakuan didapatkan

rata-rata sebesar 173,07 mg/dL hasil pengukuran kadar gula darah sesudah perlakuan

didapatkan data rata-rata sebesar 161,68 mg/dL.

Berdasarkan hasil penelitian, teori serta penelitian terkait diatas maka peneliti

berasumsi bahwa kadar gula darah pada responden sebelum dilakukan relaksasi otot

progresif sebagian besar memiliki kadar gula darah yang tinggi.

4.3.2 Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II Sesudah dilakukan

Relaksasi Otot Progresif

Kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe II setelah dilakukan relaksasi

otot progresif menunjukkan bahwa dari 32 orang responden didapatkan sebagian


43

besar responden memiliki Glukosa darah ≤ 200 mg/dl sebanyak 24 responden

(75,0%), dan responden dengan glukosa darah ≥ 200 mg/dl yaitu sebanyak 8

responden (25,0%).

Diabetes Melitus Tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus

(NIDDM) yaitu DM yang tidak tergantung pada insulin. Hal ini terjadi akibat

penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat dari penurunan

produksi insulin. Normalnya insulin terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel

dan mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme glukosa. Pada DM tipe II

reaksi dalam sel kurang efektif karena kurangnya insulin yang berperan dalam

menstimulasi glukosa masuk ke jaringan dan pengaturan pelepasan glukosa dihati

(PERKENI, 2015).

Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa

mencapai level 126 mg/dL atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam

setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 200 mg/dL. Sedangkan pemeriksaan

gula darah secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai

kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila

diatas 200 mg/dL (Haryono, 2013).

Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Puspitasari (2020) dengan topik penelitian yang berjudul pengaruh terapi relaksasi

otot progresif terhadap kadar glukosa darah dan ankle brachial index diabetes mellitus

II, dengan hasil penelitian yaitu Terdapat perbedaan yang signifikan nilai kadar gula
44

darah sebelum dan setelah dilakukan tindakan (pvalue 0,000). Sedangkan nilai ABI

tidak memiliki perbedaan yang signifikan baik sebelum dan setelah tindakan (0,187).

Berdasarkan hasil penelitian, teori serta penelitian terkait diatas maka peneliti

berasumsi bahwa kadar gula darah sewaktu yang diperiksa setelah dilakukan latihan

otot progresif terlihat terdapat penurunan dari kadar gula darah sebelum latihan dan

hal ini menunjukkan bahwa ada manfaat yang dihasilkan ketika responden rutin

melakukan latihan otot progresif.

4.3.3 Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar Glukosa darah Pasien

Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021

Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa kadar glukosa darah sebelum

relaksasi otot progresif didapatkan median sebesar 1,000 dan median setelah relaksasi

otot progresif yaitu 2,000. Dengan nilai p value 0,000 (<0,05) dengan demikian

disimpulkan bahwa ada pengaruh Relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah

pasien diabetes melitus tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021.

Penatalaksanaan pengobatan dan penanganan penderita diabetes melitus tipe 2

difokuskan kepada pola makan, gaya hidup dan aktivitas fisik. Pada penderita

diabetes melitus tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan

beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan berolah raga. Jika hal ini

tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet diabetik akan

diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan apabila tablet


45

diabetik tidak berhasil mengatasi pengontrolan kadar gula darah (Haryono &

Sutianingsih, 2013).

Latihan otot progresif merupakan salah satu intervensi keperawatan yang dapat

diberikan kepada pasien DM untuk meningkatkan relaksasi dan kemampuan

pengelolaan diri. Latihan ini memberikan tegangan pada suatu kelompok otot, dan

menghentikan tegangan tersebut kemudian memusatkan perhatian terhadap

bagaimana otot tersebut menjadi rileks, merasakan sensasi rileks, dan ketegangan

menghilang. Latihan ini dapat membantu mengurangi ketegangan otot, stres,

menurunkan tekanan darah, meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari,

meningkatkan imunitas, sehinga status fungsional dan kualitas hidup

meningkat(Avianti & Rumarhobo, 2016).

Tujuan dari relaksasi otot progresif yaitu dapat menurunkan ketegangan otot,

kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, dan

laju metabolik, mengurangi disritmia jantung dan kebutuhan oksigen, meningkatkan

gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokuskan perhatian

serta relaks, meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi, memperbaiki kemampuan

untuk mengatasi stress, mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, irritabilitas, spasme

otot, fobia tingan, gagap ringan, membangun emosi positif dari emosi negatif(Akbar

et al., 2018).

Hasil penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang diteliti

oleh Karokaro (2019) dengan topik penelitian yaitu pengaruh tehnik relaksasi otot

progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
46

Rumah Sakit Granmed Lubuk Pakam, dengan hasil penelituan yaitu rata-rata kadar

gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah dilakukan teknik

relaksasi otot progresif sebesar 43,100, dengan standar deviasi (SD) 27, 795 dan

standar error (SE) 8,789. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001 ≤ α = 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap

kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di rumah sakit GRANDMED

Lubuk Pakam tahun 2019.

Penelitian lainnya yang juga sejalan yaitu yang dilakukan oleh Puspitasari

(2020) dengan topik penelitian yang berjudul pengaruh terapi relaksasi otot progresif

terhadap kadar glukosa darah dan ankle brachial index diabetes mellitus II, dengan

hasil penelitian yaitu Terdapat perbedaan yang signifikan nilai kadar gula darah

sebelum dan setelah dilakukan tindakan (pvalue 0,000). Sedangkan nilai ABI tidak

memiliki perbedaan yang signifikan baik sebelum dan setelah tindakan (0,187).

Penelitian lainnya yang juga sejalan dilakukan oleh Khusnaini (2019) dengan

judul pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien DM tipe 2 di

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dengan hasil penelitian yaitu berdasarkan hasil

Wilcoxon t-test menunjukkan hasil pada kelompok intervensi dengan nilaiAsymp. Sig

(2-taileD)= .000 dan pada kelompok kontrol dengan nilai Asymp. Sig (2-taileD)=

.530. dan berdasarkan uji Mann Whitnney menunjukkan nilai signifikasi lebih kecil

dari 0,05(0,00).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat

pengaruh Relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien diabetes melitus
47

tipe II, hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa dengan menerapkan

latihan otot progresif pada pasien diabetes melitus dapat menurunkan ketegangan

otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung,

dan laju metabolik, mengurangi disritmia jantung dan kebutuhan oksigen,

meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak

memfokuskan perhatian serta relaks, meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi,

memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress, mengatasi insomnia, depresi,

kelelahan, irritabilitas, spasme otot, fobia tingan, gagap ringan, membangun emosi

positif dari emosi negative. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian terdahulu

yang telah dilakukan oleh Karokaro (2019), Puspitasari (2020) dan Khusnaini (2019)

dimana hasil dari penelitian terdahulu tersebut semuanya menyatakan bahwa terdapat

pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien diabetes melitus.

Berdasarkan hasil penelitian, teori serta penelitian terkait maka peneliti

berasumsi bahwa latihan otot progresif yang dilakukan secara teratur dapat

memberikan efek positif berupa relaksasi berupa menurunnya ketegangan, stres pada

pasien, memperbaiki laju metabolik, dan meningkatkan gelombang alfa diotak yang

dapat memberikan berbagai manfaat pada pasien yang melakukannya secara teratur.

Sehingga akan berimbas pada penurunan kadar gula darah pasien secara berkala dan

membuat pasien menjadi lebih bugar.


48

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Distribusi frekuensi kadar glukosa darah sebelum dilakukan relaksasi otot

progresif sebagian besar responden memiliki Glukosa darah yang tinggi ≥ 200

mg/dl sebanyak 23 responden (71,9%) dan kadar glukosa darah ≤ 200 mg/dl

sebanyak 9 responden (28,1%).

2. Distribusi frekuensi kadar glukosa darah sebelum dilakukan relaksasi otot

progresifsebagian besar responden memiliki Glukosa darah ≤ 200 mg/dl sebanyak

24 responden (75,0%), dan responden dengan glukosa darah ≥ 200 mg/dl yaitu

sebanyak 8 responden (25,0%).

3. Ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar glukosa darah pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 dengan p value 0,000.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka penulis memberikan saran-saran sebagai

berikut :

5.2.1 Bagi RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja

Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit untuk dapat menerapkan terapi

Relaksasi otot progresif ini pada intervensi untuk penanganan pasien diabetes melitus
49

tipe 2 selama masa perawatan di Rumah Sakit dan memberikan informasi kepada

keluarga pasien tentang manfaat relaksasi otot progresif.

5.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang

Diharapkan bagi institusi pendidikan hasil penelitian ini dapat menjadi

referensi tambahan dalam melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat

tentang manfaat relaksasi otot progresif untuk pasien diabetes melitus.

5.2.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi peneliti

serta tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti untuk dapat menerapkan latihan otot

progresif ini kepada keluarga serta teman dan kenalan yang mengalami penyakit

Diabetes melitus tipe 2.


50

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. A., Malini, H., & Afiyanti, E. 2018. Progressive Muscle Relaxation (PMR)
Is Effectice To Lower Blood Glucose Levels of Patiens With Type 2 Diabetes
Mellitus. Jurnal keperawatan Soedirman, 13(2), 22-88.
doi:10.20884/1.jks.2018.13.2.808

Astuti, A., Anggorowati, A., & Johan, A. 2017. Effect of progressive muscular
relaxation on anxiety levels in patients with chronic kidney disease
undergoing hemodialysis in the general hospital of tugurejo semarang,
indonesia. Belitung Nursing Journal, 3(4), 383-389. doi:10.33546/bnj.88

Avianti, N., & Rumarhobo, H. 2016. Progressive Muscle Relaxation Effectiveness of


the Blood Sugar Patients with Type 2 Diabetes. Open Journal of Nursing, 6,
248-254. doi:10.4236/ojn.2016.63025.

Balakumar, P., Maung, U. K., & Jagadeesh, G. 2016. Prevalence and prevention of
cardiovascular disease and diabetes mellitus. Pharmacol Res, 113(Pt A), 600-
609. doi:10.1016/j.phrs.2016.09.040

Brunner, L. S., Smeltzer, S., & Bare, B. 2010. Brunner & Suddarth's textbook of
medical-surgical nursing (Vol. 27). Philadelphia: Willmians & Wilkins.

Decroli Eva. 2019. Diabetes Melitus Tipe 2. Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Http://repo.unand.ac.id
/21867/1/BukuDiabetesMelitus (lengkap).pdf.

Febrinasari Puspita Ratih, dkk. 2020. Buku Saku Diabetes Melitus Untuk Awam.
Cetakan 1 Edisi 1. Surakarta : UNS Press.

Hamarno, R. 2017. Correlation on the compliance control with the chronic


complication among diabetes mellitus type 2 at the Janti Community Health
Centre Malang.Jurnal Keperawatan, 7(2), 126-134.

Haryono Rudi, Setianingsih Sulis. 2013. Awas Musuh-Musuh Anda Setelah Usia 40
Tahun. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

International Diabetes Federation. 2019. IDF Diabetes Atlas Ninth Edition. Genewa:
IDF.
51

Infodatin Kemenkes. 2020. Pusat Data & Informasi Kementerian Kesehatan RI.
www.Pusdatin.Kemkes.go.id

Karakoro Murni Tati, Muhammad Riduan, 2019. Pengaruh Tehnik Relaksasi Ptot
Progresif Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Gramed Lubuk Pakam. Jurnal Keperawatan
dan Fisioterapi (JFK) Volume 1 Nomor 2.
https://ejuournal.medistra.ac,id/index. php.JFK

Kemenkes RI. 2019. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2018. Suara Dunia Perangi Diabetes. Jakarta 10 Desember 2018.
http://www.kemkes.go.id.

Khusnaini al Agustina Nur, Widiastuti, Ruhyana. 2019. Pengaruh Relaksasi Otot


Progresif Terhadap Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe 2 di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Dspace UNISA Yogyakarta.
Http://digilib2.Unisayogya.ac.id.

Kompas. 2020. Naik 6,2 Persen Selama Pandemi, Pasien Diabetes Indonesia
Peringkat 7 di Dunia. https://www.kompas.com.

Lindquist, R., Tracy, M. F., & Snyder, M. (2018). Complementary & alternative
therapies in nursing. New York: Springer Publishing Company.

Meilani Rini, Fauzan Alfikrie, Aryanto Purnomo. 2020. Efektivitas Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Kadar Gula Darah : Penelitian Quasi Eksperimen Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Usia Produktif. Borneo Nursing Journal
(BNJ) Volume 2 Nomor 2. https://akperyarsismd.e-journal.id/BNJ.

Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika

PERKENI. (2015). Konsesus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2


di Indonesia 2015. Jakarta: PB Perkeni.

Puspitasari Nengke, Deno Hermanto. 2020. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot


Progresif Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Ankle Brachial Index
Diabetes Melitus II. Journal of Nursing and Public Health Volume 8 Nomor 2.
Hrrps://jurnal.unived.ac.id.

Profil Kesehatan Ogan Komering Ulu Tahun 2020


52

Safitri Wahyuningsih, Rahajeng Putriningrum, 2019. Pengaruh Terapi Relaksasi


Progresif Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
Profesi (Profesional Islam) Media Publikasi Penelitian Volume 16 Nomor 2.
http://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/view/275.

Sujarweni Wiratna V. 2020. Metodologi Penelitian Keperawatan.Yogyakarta : Gava


Media.

Supardi Sudibyo & Rustika, 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta
: CV Trans Info Media

Sya’diyah Hidayatus. 2018. Keperawatan Lanjut Usia. Teori dan Aplikasi. Sidoarjo :
Indomedia Pustaka
53
54
55
56
57
58
59

SURAT PERNYATAAN

BERSEDIA JADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk turut

berpartisipasi menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa, Program

Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang.

Nama Peneliti : Indah Juniarti

NPM : 19.14201.93.15.p

Judul Penelitian : Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah

pasien DM Tipe II di RSUD dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja

Tahun 2021

Saya menyadari bahwa penelitian tidak akan menimbulkan akibat yang

merugikan bagi saya dan jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya sesuai

dengan apa yang saya ketahui tanpa ada paksaan dan pihak lain.

Demikianlah surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Palembang, Juni 2021

Responden

( )
60

LEMBAR OBSERVASI

KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE II

No. Responden :

Usia :

Jenis Kelamin :

No Nama Hasil Pengukuran Gula Darah Keterangan

Sebelum Setelah
Relaksasi Otot Relaksasi
Progresif Otot Progresif

10
61

LEMBAR CHEKLIST PENETALAKSANAAN

RELAKSASI OTOT PROGRESI

NO LANGKAH-LANGKAH Penatalaksanaan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Gerakan 1 : Ditujukan untuk melatih otot
tangan.
a. Genggam tangan kiri sambil membuat
suatu kepalan
b. Buat kepalan semakin kuat sambil
merasakan sensasi ketegangan yang
terjadi
c. Pada saat kepalan dilepaskan, klien
dipandu untuk merasakan relaks
d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan
dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan releks
yang dialami
e. Prosedur serupa juga dilatihkan pada
tangan kanan
2 Gerakan 2 : ditujukan untuk melatih otot
tangan bagian belakang.
Tekuk kedua tangan kebelakang pada
pergelangan tangan sehingga otot ditangan
bagian belakang dan lengan bawah
menegang, jari-jari menghadap ke langit-
langit.
3 Gerakan 3 : ditujukan untuk melatih otot
biseps (otot besar pada bagian atas
pangkal lengan).
a. Genggam kedua tangan sehingga
menjadi kepalan
b. Kemudian membawa kedua kepalan
ke pundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang
4 Gerakan 4 : ditujukan untuk melatih otot
bahu supaya mengendur
a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya
seakan-akan hingga menyentuh kedua
62

telinga
b. Fokuskan perhatian gerakan pada
kontras ketegangan yang terjadi di
bahu, punggung atas dan leher
5 Gerakan 5 dan 6 : ditujukan untuk
melemaskan otot-otot wajah (seperti otot
dahi, mata, rahang dan mulut).
a. Gerakkan otot dahi dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai otot
terasa dan kulitnya keriput
b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat
dirasakan disekitar mata dan otot-otot
yang mengendalikan gerakan mata
6 Gerakan 7 : ditujukan untuk
mengendurkan ketegangan yang dialami
oleh otot rahang, katupkan rahang, diikuti
dengan menggigit gigi sehingga terjadi
ketegangan disekitar otot rahang.
7 Gerakan 8 : ditujukan untuk
mengendurkan otot-otot sekitar mulut,
bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya
sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut
8 Gerakan 9 : ditujukan untuk merilekskan
otot leher bagian depan maupun belakang.
a. Gerakan diawali dengan otot leher
bagian belakang baru kemudian otot
leher bagian depan
b. Letakkan kepala sehingga dapat
beristirahat
c. Tekan kepala pada permukaan
bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan
di bagian belakang leher dan
punggung atas
9 Gerakan 10 : ditujukan untuk melatih otot
leher bagian depan.
a. Gerakan membawa kepala ke muka
b. Benamkan dagu di dada, sehingga
dapat merasakan ketegangan di daerah
leher bagian muka
10 Gerakan 11 : ditujukan untuk melatih otot
63

punggung,
a. Angkat tubuh dari sandaran kursi
b. Punggung dilengkungkan
c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang,
sehingga rileks
d. Saat rileks, letakkan tubuh kembali ke
kursi sambil membiarkan otot menjadi
lemas
11 Gerakan 12 : ditujukan untuk melemaskan
otot dada.
a. Tarik nafas panjang untuk mengisi
paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya
b. Ditahan selama beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan di bagian dada
sampai turun ke perut, kemudian
dilepas
c. Saat ketegangan dilepas, lakukan
napas normal dengan lega
d. Ulangi sekali lagi sehingga dapat
dirasakan perbedaan antara kondisi
tegang dan relaks
12 Gerakan 13 : ditujukan untuk melatih otot
perut.
a. Tarik dengan kuat perut kedalam
b. Tahan sampai menjadi kencang dan
keras, lalu dilepaskan bebas
c. Ulangi kembali seperti gerakan awal
perut ini
13 Gerakan 14-15 : ditujukan untuk melatih
otot-otot kaki (seperti paha dan betis)
a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga
otot paha terus tegang
b. Lanjutkan dengan mengunci lutut
sedemikian rupa sehingga ketegangan
pindah ke otot betis
c. Tahan posisi tegang lalu dilepas
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing
dua kali.
64

Frequency Table

Glukosa Darah Sebelum Latihan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >200mg/dl 23 71,9 71,9 71,9
<200mg/dl 9 28,1 28,1 100,0
Total 32 100,0 100,0

Glukosa Darah Setelah Latihan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >200mg/dl 8 25,0 25,0 25,0
<200mg/dl 24 75,0 75,0 100,0
Total 32 100,0 100,0

Explore

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Glukosa Darah Sebelum 32 100,0% 0 0,0% 32 100,0%
Latihan
Glukosa Darah Setelah 32 100,0% 0 0,0% 32 100,0%
Latihan
65

Descriptives
Statistic Std. Error
Glukosa Darah Sebelum Mean 1,2813 ,08075
Latihan 95% Confidence Interval for Lower Bound 1,1166
Mean Upper Bound 1,4459

5% Trimmed Mean 1,2569

Median 1,0000

Variance ,209

Std. Deviation ,45680


Minimum 1,00

Maximum 2,00

Range 1,00

Interquartile Range 1,00

Skewness 1,022 ,414

Kurtosis -1,025 ,809

Glukosa Darah Setelah Mean 1,7500 ,07777


Latihan 95% Confidence Interval for Lower Bound 1,5914
Mean Upper Bound 1,9086

5% Trimmed Mean 1,7778

Median 2,0000

Variance ,194

Std. Deviation ,43994

Minimum 1,00

Maximum 2,00

Range 1,00

Interquartile Range ,75

Skewness -1,212 ,414

Kurtosis -,570 ,809


66

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Glukosa Darah Sebelum ,450 32 ,000 ,565 32 ,000
Latihan
Glukosa Darah Setelah ,465 32 ,000 ,540 32 ,000
Latihan
a. Lilliefors Significance Correction
67

Glukosa Darah Sebelum Latihan


68
69

Glukosa Darah Setelah Latihan


70
71

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Glukosa Darah Setelah Latihan Negative Ranks 1 9,00 9,00
b
- Glukosa Darah Sebelum Positive Ranks 16 9,00 144,00
Latihan c
Ties 15
Total 32
a. Glukosa Darah Setelah Latihan < Glukosa Darah Sebelum Latihan
b. Glukosa Darah Setelah Latihan > Glukosa Darah Sebelum Latihan
c. Glukosa Darah Setelah Latihan = Glukosa Darah Sebelum Latihan

Test Statisticsa

Glukosa Darah Setelah Latihan -


Glukosa Darah Sebelum Latihan
b
Z -3,638

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.


72

DOKUMENTASI PENELITIAN
RSUD Dr. H. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2021
73

Anda mungkin juga menyukai