Oleh
INDAH JUNIARTI
NPM.19142019315P
Oleh
INDAH JUNIARTI
NPM.19142019315P
i
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Juli 2021
INDAH JUNIARTI
ii
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEACTH SCIENCE
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
Student Thesis, Juli 2021
INDAH JUNIARTI
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Identitas
Nama : Indah Juniarti
Npm : 19.14201.93.15.P
Tempat/Tanggal Lahir : Peninjauan / 14Juni 1976
Agama : Islam
Anak Ke : 6 dari 6 bersaudara
Nama Orang Tua : H. M Salim (Alm) dan Hj. Rofiah (Almh)
Nama Saudara : 1. Khoiria
2. M. Aminullah
3. M. Ikhsan
4. Meiliana
5. Harun Arrasid (Alm)
Alamat : PJl. Kol. Wahab Sarobu Lrg. Harapan
Kelurahan Sekar Jaya Baturaja Timur OKU
No.Hp : 0821-86240240
Email/Fb : Indahjuniarti35@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. SD Mendala Peninkauan (Tahun 1989-1992)
2. SMP Negeri 2 Peninjauan (Tahun 1992-1995)
3. SMA Muhammadiyah 1 Baturaja (Tahun 1995-1999)
4. Akper Alma’arif Baturaja (Tahun 1999-2002)
5. STIK Bina Husada Palembang (Tahun 2019-2021)
vi
PERSEMBAHAN DAN MOTTO
PERSEMBAHAN
meskipun kalian tidak ada tapi cita-cita ayah dan ibu untuk
menjadi nyata
MOTTO
Bermakna
yang hakiki
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur kita sampaikan atas kehadiran Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Salawat dan salam kami sampaikan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia ke alam yang
penuh dengan pengetahua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Skripsi ini ditulis dengan judul : “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo
Baturaja Tahun 2021” guna memenuhi salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan
1. Ns. Ersita, S.Kep, M.Kes selaku Plt. Ketua STIK Bina Husada Palembang.
2. Ns. Kardewi, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Program Ilmu Keperawatan STIK Bina
Husada Palembang
3. Ns. Meta Nurbaiti, S.Kep,M.Kes selaku pembimbing saya yang telah menyediakan
viii
4. Ns. Mujahidin, S.Kep, M.Kes selaku penguji I yang telah meluangkan waktu
untuk menguji dan telah memberikan banyak saran dalam PenyusunanSkripsi ini
5. Ns. Raden Surahmat, S.Kep, M.Kes, M.Kep selaku penguji II yang telah
meluangkan waktu untuk menguji dan telah memberikan banyak saran dalam
PenyusunanSkripsi ini
6. Dr. Rynna Dyana R. Selaku Direktur RSUD Ibnu Sutowo Baturaja yang telah
harapkan saran dan masukan untuk kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya semoga
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................... 6
1.4.1 Tujuan umum .................................................................... 6
1.4.2 Tujuan khusus.................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................... 7
1.5.1 Bagi Peneliti ...................................................................... 7
1.5.2 Bagi RSUD dr. H. Ibnu Sutowo ........................................ 7
1.5.3 Bagi STIK Bina Husada Palembang ................................. 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 8
x
2.1.4 Manifestasi Klinis Melitus Tipe II .................................. 12
2.1.5 Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II ............................ 13
2.1.6 Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe II ...................... 14
2.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus Tipe II .............................. 15
DAFTAR PUSTAKA
xi
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk Diabetes, saat ini telah menjadi
ancaman serius kesehatan global. Dikutip dari data WHO 2016, 70% dari total
kematian di dunia dan lebih dari setengah beban penyakit. 90-95% dari kasus
Diabetes adalah Diabetes Tipe 2 yang sebagian besar dapat dicegah karena
terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di Dunia menderita diabetes pada
tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk
penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur 65-
79 tahun. Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai 578 juta ditahun
2030 dan 700 juta di tahun 2045. Negara di wilayah Arab-Afrika utara dan pasifik
barat menempati peringkat pertama dan ke-2 dengan prevalensi diabetes pada
penduduk umur 20-79 tahun tertinggi diantara 7 regional di dunia, yaitu sebesar
12,2% dan 11,4%. Wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia berada, menempati
DM tipe II di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 1,5 % atau sekitar 4,1 juta
pada tahun 2018 masih didominasi oleh kaum perempuan dengan total sebesar 1,8
% daripada laki-laki sebesar 1,2 %. Diperkirakan pada tahun 2030 dengan asumsi
21, 3 juta jiwa. Provinsi Sumatera Selatan berada di peringkat ke 32 untuk kasus
dengan tahun 2018 sebesar 17,9% (sebesar 10%) (Profil Kesehatan OKU, 2020).
poliuria, rasa haus, rasa lapar, badan kurus, kelemahan, asidosis, sering
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa
mencapai level 126 mg/dL atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam
diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200
Kasus diabetes yang paling banyak di Indonesia adalah kasus diabetes tipe-2
yang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Diabetes memang tidak bisa
(Kompas, 2020).
difokuskan pada pola makan, gaya hidup dan aktivitas fisik. Pada penderita
diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa
tindakan seperti diet, penurunan berat badan dan berolahraga (Haryono, 2013).
diperkenalkan oleh Jacobson pada tahun 1938 dan masih banyak digunakan saat
Karokaro (2019) dengan topik penelitian yang berjudul pengaruh tehnik relaksasi
otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus
Tipe 2 di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam, dengan hasil penelitian yaitu
rata-rata kadar gula darah pada pasien diabetes mellit us tipe 2 sebelum dan
sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif sebesar 43,100, dengan standar
deviasi (SD) 27, 795 dan standar error (SE) 8,789. Hasil uji statistik didapatkan
teknik relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Safitri (2019) dengan topik penelitian
yaitu pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap kadar gula darah pasien
173,07 mg/dL hasil pengukuran kadar gula darah sesudah perlakuan didapatkan
mengatakan tidak tahu tentang latihan relaksasi otot progresif. Dari 10 orang
pasien terdapat 6 orang yang yang melakukan aktivitas fisik selama dirumah sakit
dengan melakukan jalan pagi atau sore di sekitar ruang rawat. Sementara itu, 4
5
Data rekam medik RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja didapatkan data
pasien dengan diabetes melitus pada tahun 2018 yaitu sebanyak 250 orang pasien,
meningkat pada tahun 2019 yaitu sebanyak 358 orang pasien dan pada tahun 2020
yaitu sebanyak 223 orang pasien dengan diabetes melitus. Selanjutnya untuk data
tahun 2021 dari bulan januari sampai dengan maret didapatkan sebanyak 38 orang
kebutuhan aktivitas atau latihan fisik untuk pasien DM yang sedang dirawat inap
di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien
sistem tubuh, dan hanya dapat di kontrol dengan pengendalian kadar glukosa
6
darahnya. Oleh karena itu, selain mendapatkan terapi standar DM, pasien juga
Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien DM tipe II di RSUD Dr.
“Adakah pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien DM
1. Untuk Mengetahui rata-rata kadar gula darah pasien diabetes millitus tipe
Militus (DM) dan keluarga dapat menerapkan teknik relaksasi otot progresif ini
(DM).
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan dalam
dengan kadar gula darah, dan sebagai literasi serta bahan masukan dalam
melakukan penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan penelitian ini.
8
Penelitian ini termasuk dalam area keperawatan medikal bedah. Penelitian ini
gula darah pasien DM tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun
2021”. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 sampai dengan tanggal 19 Juni
Tahun 2021 dan dilakukan di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja. Sampel dalam
penelitian ini adalah Pasien dengan DM Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo
Baturaja yang berjumlah 32 orang pasien. Populasi pada penelitian ini adalah
pasien dengan diabetes melitus yang dirawat inap di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo
dengan pendekatan One Grup Pre-Post The Design, dengan uji alternatif
wilcoxon.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan
sistem metabolik dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi
(NIDDM) yaitu DM yang tidak tergantung pada insulin. Hal ini terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat dari penurunan
produksi insulin. Normalnya insulin terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel
dan mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme glukosa. Pada DM tipe II
reaksi dalam sel kurang efektif karena kurangnya insulin yang berperan dalam
(PERKENI, 2015).
10
Kelenjar pankreas terletak dekat ventriculuc (rongga perut sebelah kiri) yaitu di
antara duodenum dan limpa. Dengan panjang sekitar 15 cm dan lebar 5 cm. Pankreas
langerhans inilah terdapat sel-sel alfa dan sel-sel beta. Sel alfa menghasilkan hormon
dalam darah. Kelebihan glukosa akan dibawa ke sel hati dan selanjutnya akan
maltose
Gambar 2.1
Pankreas
Sumber : Kemdikbud.go.id
2. Badan Pankreas : Bagian yang berada diantara kepala dan ekor, Badan
3. Ekor Pankreas : Bagian meruncing yang ada di perut kiri. Bagian ekor
dalam mengolah makanan yang anda makan. Jika anda makan terlalu
dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat
kemasan, permen, aneka jajanan kue, dan lain-lain. Semua makanan dan
Yang patut diwaspadai adalah gula yang terkandung dalam makanan dan
3. Kurang tidur
diabetes.
4. Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik selain minum
Selain merusak paru-paru, merokok juga dapat merusak hati dan pankreas
Gaya hidup naik mobil ketika berangkat kerja, naik lift ketika berada
terjadilah penumpukan lemak didalam tubuh yang lambat laun berat badan
(sering kencing), polidipsia (sering merasa haus), dan polifagia (sering merasa lapar),
serta penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Selain hal-hal
tersebut, gejala penderita DM lain adalah keluhkan lemah badan dan kurangnya
energi, kesemutan di tangan atau kaki, gatal, mudah terkena infeksi bakteri atau
jamur, penyembuhan luka yang lama, dan mata kabur. Namun, pada beberapa kasus,
1. Sering Kencing
2. Cepat Lapar
3. Sering haus
2. Kesemutan.
7. Penglihatan kabur.
8. Cepat lelah.
15
9. Mudah mengantuk.
2.1.5 Patofisiologi
Dua patofisiologi utama yang mendasari terjadinya kasus diabetes melitus tipe
2 secara genetik adalah resistensi insulin dan defek fungsi sel beta pankreas.
Resistensi insulin merupakan kondisi umum bagi orang-orang dengan berat badan
overweight atau obesitas. Insulin tidak dapat bekerja secara optimal di sel-sel otot,
insulin lebih banyak. Ketika produksi insulin oleh sel beta pankreas tidak adekuat
huna mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka kadar glukosa darah akan
pada diabetes melitus tipe 2 semakin merusak sel beta di satu sisi dan memperburuk
resistensi insulin di sisi lain sehingga penyakit diabetes melitus tipe 2 semakin
Secara klinis, makna resistensi insulin adalah adanya konsentrasi insulin yang
lebih tinggi dari normal yang dibutuhkan untuk mempertahankan normal glikemia.
Pada tingkat seluler, resistensi insulin menunjukkan kemampuan yang tidak adekuat
dari insulin signaling milai dari pre reseptor, reseptor dan post reseptor. Secara
molekuler beberapa faktor yang diduga terlibat dalam patogenesis resistensi insulin
antara lain, perubahan pada protein kinase B, mutasi protein insulin reseptor subetrate
(PI3 Kinase), Protein Kinase C dan mekanisme molekuler dari inhibisi transkripsi gen
difokuskan kepada pola makan, gaya hidup dan aktivitas fisik. Pada penderita
diabetes melitus tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan
beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan berolah raga. Jika hal ini
tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet diabetik akan
diabetik tidak berhasil mengatasi pengontrolan kadar gula darah (Haryono &
Sutianingsih, 2013).
2. Mengatur pola makan sesuai dengan diet untuk penyakit diabetes melitus.
3. Melakukan latihan fisik secara teratur dan tepat dengan prinsip BBTT (Baik,
bila disertai dengan pola makan yang seimbang dan latihan fisik secara teratur
dan tepat
dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi metabolik yang paling sering terjadi
2013).
jantung, stroke, kebutaan akibat glukoma, penyakit ginjal, dan luka yang tidak
dapat sembuh hingga infeksi sehingga harus diamputasi bahkan taraf yang paling
Relaksasi otot progresif diperkenalkan pertama kali oleh Jacobson pada tahun
1938. Latihan ini dilakukan dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan otot-
otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu untuk memberikan perasaan relaksasi
secara fisik. Gerakan mengecangkan dan melemaskan otot secara progresif ini
dilakukan secara berturut-turut. Pada relaksasi ini perhatian pasien diarahkan untuk
Latihan otot progresif merupakan salah satu intervensi keperawatan yang dapat
pengelolaan diri. Latihan ini memberikan tegangan pada suatu kelompok otot, dan
bagaimana otot tersebut menjadi rileks, merasakan sensasi rileks, dan ketegangan
Tujuan dari terapi ini adalah dapat menurunkan ketegangan otot, kecemasan,
nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, dan laju
19
gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokuskan perhatian
otot, fobia tingan, gagap ringan, membangun emosi positif dari emosi negatif(Akbar
et al., 2018).
kelelahan, irritabilitas, spasme otot, nyeri leher, punggung, tekanan darah tinggi,
fobia ringan, dan gagap ringan, mengurangi masalah yang berhubungan dengan stres,
yang tinggi dapat menunjukkan efek fisiologi positif melalui latihan relaksasi.
relaksasi otot progresifjuga dapat dilakukan di pagi dan sore hari guna membantu
melepaskan tingkat ketegangan otot dalam aktifitas keseharian. Latihan PMR dapat
membutuhkan biaya yang mahal, dapat dipelajari sendiri oleh pasien dan hampir
Indikasi relaksasi otot progresif yaitu pada pasien dengan gangguan tidur
relaksasi otot progresif tidak memiliki efek yang membahayakan kesehatan. Dalam
praktiknya perlu diperhatikan beberapa hal antara lain keutuhan dari kelengkapan
fisik. Kemudian jika seseorang memiliki masalah mengenai otot ditarik atau
1. Persiapan alat dan lingkungan: tempat tidur/ kursi, bantal, serta lingkungan yang
tenang.
2. Persiapan pasien:
kepada klien.
b. Posisikan tubuh klien secara nyaman dengan berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan kepala
ditopang.
c. Pasien rileks dan nyaman yang ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas
d. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu serta
longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang, atau hal lain yang mengikat.
mendapatkan relaksasi pada otot melalui dua langkah, yaitu dengan memberikan
tegangan pada suatu kelompok otot, dan menghentikan tegangan tersebut kemudian
sensasi rileks, dan ketegangan menghilang. Untuk hasil yang maksimal dianjurkan
untuk melakukan PMR selama 30-40 menit. Latihan bisa dilakukan pagi dan malam
Penelitian yang dilakukan oleh Karokaro (2019) dengan topik penelitian yaitu
pengaruh tehnik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Granmed Lubuk Pakam, dengan hasil
penelituan yaitu rata-rata kadar gula darah pada pasien diabetes mellit us tipe 2
sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi otot progresif sebesar 43,100, dengan
standar deviasi (SD) 27, 795 dan standar error (SE) 8,789. Hasil uji statistik
pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pada pasien
diabetes mellitus tipe 2 di rumah sakit GRANDMED Lubuk Pakam tahun 2019.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Safitri (2019) dengan topik penelitian
yaitu pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap kadar gula darah pasien diabetes
mellitus Tipe 2. Dengan hasil penelitian yaitu Hasil penelitian menunjukkan kadar
gula darah sebelum perlakuan didapatkan rata-rata sebesar 173,07 mg/dL hasil
pengukuran kadar gula darah sesudah perlakuan didapatkan data rata-rata sebesar
161,68 mg/dL.
penelitian yang berjudul efektivitas relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah
: penelitian quasi eksperimen pada penderita diabetes melitus tipe 2 usia produktif,
dengan hasil penelitian yaitu mayoritas usia 45-59 tahun (41,7%), jenis kelamin
perempuan (75%), lama diagnosis penyakit diabetes melitus > 5 tahun (66,7%),
Obesitas (41,7%) dan sebagian bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (37,5%).
27
Perbedaan rata-rata nilai gula darah pada kelompok setelah latihan relaksasi otot
progresif (45,5 mg/dL) p value 0,000 (α 0,05), perbedaan antara kelompok latihan
relaksasi otot progresif dan kelompok kontrol menunjukan selisih (44,9 mg/dL) p
Penelitian lainnya yaitu yang dilakukan oleh Puspitasari (2020) dengan topik
penelitian yang berjudul pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kadar
glukosa darah dan ankle brachial index diabetes mellitus II, dengan hasil penelitian
yaituTerdapat perbedaan yang signifikan nilai kadar gula darah sebelum dan setelah
dilakukan tindakan (pvalue 0,000). Sedangkan nilai ABI tidak memiliki perbedaan
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien DM tipe 2 di RS
Wilcoxon t-test menunjukkan hasil pada kelompok intervensi dengan nilaiAsymp. Sig
(2-taileD)= .000 dan pada kelompok kontrol dengan nilai Asymp. Sig (2-taileD)=
.530. dan berdasarkan uji Mann Whitnney menunjukkan nilai signifikasi lebih kecil
BAB III
METODE PENELITIAN
one group pre test - post test desaign yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan
dan sesudah perlakuan (Supardi & Rustika, 2013). Dalam penelitian ini peneliti
Relaxation (PMR) pada kelompok eksperimen dan melihat efeknya pada variabel
Bagan 3.1
one group pre test - post test desain
X Pemberian Intervensi
Ibnu Sutowo Baturaja pada tanggal 05 sampai dengan 19 Juni Tahun 2021.
29
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subyek yang
penelitian ini adalah seluruh pasien DM tipe II yang dirawat di Ruangan Penyakit
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2020). Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 32 orang pasien dengan Kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Kriteria inklusi :
rumah sakit.
2. Kriteria eksklusi
b. Pasien pulang sebelum mencapai 6 kali perlakuan PMR selama 3 hari berturut-
turut.
c. Pasien meninggal.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar gula darah pasien DM tipe
II, sedangkan teknik PMR sebagai variabel independen. Penelitian ini dilakukan
dengan memberikan teknik PMR pada pasien DM tipe II yang menjalani rawat inap,
kemudian dilihat apakah ada pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan teknik PMR
Bagan 3.2
Kerangka Konsep
PMR
Tabel 3.1
Definisi Operasional
3.6 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih
Ha : Ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien
Metode dalam pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
data primer yang diperoleh langsung dari pasien DM tipe II dengan menggunakan
observasi pelaksanaan relaksasi otot progresif dan melakukan pemeriksaan kadar gula
darah. Untuk observasi yang peneliti lakukan untuk memperoleh data tersebut dengan
progresif.
langsung di Ruangan Penyakit Dalam RSUD dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja. Langkah-
ini dengan frekuensi 2 kali sehari selama tiga hari, yaitu satu jam setelah
sarapan pagi, satu jam setelah makan siang, dan satu jam setelah makan
33
variabel yang ada dalam pertanyaan, data yang terkumpul pada penelitian ini akan
1. Editing
mengukur kadar darah glukosa, apakah sudah lengkap, jelas dan relevan. Dalam
oleh peneliti.
2. Coding
responden. Menetapkan kode skoring untuk jawaban responden atau hasil observasi
yang telah dilakukan. Pada variable kadar glukosa darah diberikan kode (1) Jika gula
darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, (2) jika gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Pada variabel
PMR diberikan kode (1)jika mengikuti latihan PMR dari awal sampai selesai, dan
kode (2) jika tidak mengikuti latihan PMR dari awal sampai selesai.
34
3. Processing
dianalisis. Dalam penelitian ini peneliti memasukkan data yang sudah diberi kode
sebelumnya yang sudah dikelompokan oleh peniti, dan penliti menggunakan SPSS
4. Cleaning
dalam komputer untuk memastikan tidak terdapat kesalahan dalam data sehingga
1. Analisa Univariat
masing-masingvariabel yang diteliti. Analisa data yang disajikan adalah nilai statistik
deskriptif meliputi mean, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum dua
2. Analisa Bivariat
independen terhadap variabel dependen yang diteliti. Sebelum dilakukan uji hipotesis,
interprestasi kemaknaan (p) > 0,05. Untuk data yang terdistribusi normal digunakan
uji parametrik independent t-test dan paired t-test. Data yang terdistribusi tidak
normal akan dilakukan analisis dengan uji alternatif menggunakan uji wilcoxon.
36
BAB IV
BLUD RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja beralamat di jalan Dr. Mohd. Hatta
Merupakan pusat rujukan kesehatan regional bagi Rumah Sakit Kabupaten Ogan
Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ulu Selatan. Rumah
Sakit ini diresmikan menjadi fasilitas pelayanan kesehatan pada tanggal 24 oktober
1987 dan ditetapkan menjadi kelas “C” pada Januari 1993. Rumah Sakit Dr. H. Ibnu
Sutowo ini berjarak 4-5 jam menuju Rumah sakit Provinsi. Dengan luas lahan dan
bangunan yaitu luas areal sebesar 17.663, 75 m2 dan luas bangunan 8.269, 94 m2.
Jenis fasilitas yang ada di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja yaitu
6. Ambulance
11. Incenerator
13. CCTV
perlakuan secara langsung pada responden. Pengambilan data pada penelitian ini
dilakukan dua kali dengan pengukuran Glukosa darah sewaktu secara langsung pada
responden sebelum dilakukan relaksasi otot progresif dan setelah dilakukan relaksasi
otot progresif.
4.2.1.1 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Sebelum Dilakukan Relaksasi Otot
Progresif (PMR)
Relaksasi Otot Progresif dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :
38
Tabel 4.1
Distribusi FrekuensiKadar Glukosa Darah Sebelum Dilakukan Relaksasi Otot
Progresif di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021
sebagian besar responden memiliki Glukosa darah yang tinggi ≥ 200 mg/dl sebanyak
23 responden (71,9%) dan kadar glukosa darah ≤ 200 mg/dl sebanyak 9 responden
(28,1%)
4.2.1.2 Distribusi Frekuensi Kadar Glukosa Darah Setelah Dilakukan Relaksasi Otot
Progresif (PMR)
Tabel 4.2
Distribusi FrekuensiKadar Glukosa Darah Setelah Dilakukan Relaksasi Otot
Progresif di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021
responden (75,0%), dan responden dengan glukosa darah ≥ 200 mg/dl yaitu sebanyak
8 responden (25,0%).
Sebelum dilakukan analisis bivariat maka dilakukan uji normalitas data terlebih
dahulu untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, karena sampel
yang didapatkan berjumlah 32 responden (<50) maka dilakukan uji normalitas data
menggunakan Shapiro-wilk.
Tabel 4.3
Uji Normalitas Data
Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien
Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Glukosa Darah ,450 32 ,000 ,565 32 ,000
Sebelum Latihan
Glukosa Darah Setelah ,465 32 ,000 ,540 32 ,000
Latihan
Berdasarkan tabel uji normalitas diatas didapatkan nilai signifikan yaitu 0,000
(<0,05) yang berarti data diatas berdistribusi tidak normal, setelah dilakukan
transformasi data lalu dilakukan uji normalitas data ulang dan masih didapatkan
distribusi data yang tidak normal, Sehingga uji bivariat dilakukan dengan
darah sebelum dan setelah dilakukan relaksasi otot progresifdengan menggunakan uji
Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021
Untuk mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar Glukosa darah
sebelum dan setelah relaksasi maka dilakukan uji wilcoxon yang dapat dilihat pada
tabel 4.4 :
Tabel 4.4
Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah Relaksasi Otot Progresif
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja
Tahun 2021
sebelum relaksasi otot progresif didapatkan median sebesar 1,000 dan median setelah
relaksasi otot progresif yaitu 2,000. Nilai signifikasi 0,000 < 0,05 dengan demikian
41
disimpulkan bahwa ada pengaruh Relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah
pasien diabetes melitus tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II Sebelum dilakukan
Kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe II sebelum dilakukan relaksasi
otot progresif menunjukkan bahwa dari32 orang responden didapatkan sebagian besar
responden memiliki Glukosa darah yang tinggi ≥ 200 mg/dl sebanyak 23 responden
(71,9%) dan kadar glukosa darah ≤ 200 mg/dl sebanyak 9 responden (28,1%).
kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan
sistem metabolik dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi
(sering kencing), polidipsia (sering merasa haus), dan polifagia (sering merasa lapar),
serta penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Selain hal-hal
tersebut, gejala penderita DM lain adalah keluhkan lemah badan dan kurangnya
energi, kesemutan di tangan atau kaki, gatal, mudah terkena infeksi bakteri atau
jamur, penyembuhan luka yang lama, dan mata kabur. Namun, pada beberapa kasus,
difokuskan kepada pola makan, gaya hidup dan aktivitas fisik. Pada penderita
diabetes melitus tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan
beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan berolah raga. Jika hal ini
tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet diabetik akan
diabetik tidak berhasil mengatasi pengontrolan kadar gula darah (Haryono &
Sutianingsih, 2013).
Hasil penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh
Safitri (2019) dengan topik penelitian yaitu pengaruh terapi relaksasi progresif
terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus Tipe 2. Dengan hasil penelitian
yaitu Hasil penelitian menunjukkan kadar gula darah sebelum perlakuan didapatkan
rata-rata sebesar 173,07 mg/dL hasil pengukuran kadar gula darah sesudah perlakuan
Berdasarkan hasil penelitian, teori serta penelitian terkait diatas maka peneliti
berasumsi bahwa kadar gula darah pada responden sebelum dilakukan relaksasi otot
4.3.2 Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II Sesudah dilakukan
Kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe II setelah dilakukan relaksasi
(75,0%), dan responden dengan glukosa darah ≥ 200 mg/dl yaitu sebanyak 8
responden (25,0%).
(NIDDM) yaitu DM yang tidak tergantung pada insulin. Hal ini terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat dari penurunan
produksi insulin. Normalnya insulin terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel
dan mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme glukosa. Pada DM tipe II
reaksi dalam sel kurang efektif karena kurangnya insulin yang berperan dalam
(PERKENI, 2015).
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa
mencapai level 126 mg/dL atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam
setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 200 mg/dL. Sedangkan pemeriksaan
gula darah secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai
kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila
Puspitasari (2020) dengan topik penelitian yang berjudul pengaruh terapi relaksasi
otot progresif terhadap kadar glukosa darah dan ankle brachial index diabetes mellitus
II, dengan hasil penelitian yaitu Terdapat perbedaan yang signifikan nilai kadar gula
44
darah sebelum dan setelah dilakukan tindakan (pvalue 0,000). Sedangkan nilai ABI
tidak memiliki perbedaan yang signifikan baik sebelum dan setelah tindakan (0,187).
Berdasarkan hasil penelitian, teori serta penelitian terkait diatas maka peneliti
berasumsi bahwa kadar gula darah sewaktu yang diperiksa setelah dilakukan latihan
otot progresif terlihat terdapat penurunan dari kadar gula darah sebelum latihan dan
hal ini menunjukkan bahwa ada manfaat yang dihasilkan ketika responden rutin
4.3.3 Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar Glukosa darah Pasien
Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021
Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa kadar glukosa darah sebelum
relaksasi otot progresif didapatkan median sebesar 1,000 dan median setelah relaksasi
otot progresif yaitu 2,000. Dengan nilai p value 0,000 (<0,05) dengan demikian
disimpulkan bahwa ada pengaruh Relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah
pasien diabetes melitus tipe II di RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2021.
difokuskan kepada pola makan, gaya hidup dan aktivitas fisik. Pada penderita
diabetes melitus tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan
beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan berolah raga. Jika hal ini
tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet diabetik akan
diabetik tidak berhasil mengatasi pengontrolan kadar gula darah (Haryono &
Sutianingsih, 2013).
Latihan otot progresif merupakan salah satu intervensi keperawatan yang dapat
pengelolaan diri. Latihan ini memberikan tegangan pada suatu kelompok otot, dan
bagaimana otot tersebut menjadi rileks, merasakan sensasi rileks, dan ketegangan
Tujuan dari relaksasi otot progresif yaitu dapat menurunkan ketegangan otot,
kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, dan
gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokuskan perhatian
otot, fobia tingan, gagap ringan, membangun emosi positif dari emosi negatif(Akbar
et al., 2018).
Hasil penelitian diatas sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang diteliti
oleh Karokaro (2019) dengan topik penelitian yaitu pengaruh tehnik relaksasi otot
progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
46
Rumah Sakit Granmed Lubuk Pakam, dengan hasil penelituan yaitu rata-rata kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah dilakukan teknik
relaksasi otot progresif sebesar 43,100, dengan standar deviasi (SD) 27, 795 dan
standar error (SE) 8,789. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001 ≤ α = 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap
kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di rumah sakit GRANDMED
Penelitian lainnya yang juga sejalan yaitu yang dilakukan oleh Puspitasari
(2020) dengan topik penelitian yang berjudul pengaruh terapi relaksasi otot progresif
terhadap kadar glukosa darah dan ankle brachial index diabetes mellitus II, dengan
hasil penelitian yaitu Terdapat perbedaan yang signifikan nilai kadar gula darah
sebelum dan setelah dilakukan tindakan (pvalue 0,000). Sedangkan nilai ABI tidak
memiliki perbedaan yang signifikan baik sebelum dan setelah tindakan (0,187).
Penelitian lainnya yang juga sejalan dilakukan oleh Khusnaini (2019) dengan
judul pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien DM tipe 2 di
Wilcoxon t-test menunjukkan hasil pada kelompok intervensi dengan nilaiAsymp. Sig
(2-taileD)= .000 dan pada kelompok kontrol dengan nilai Asymp. Sig (2-taileD)=
.530. dan berdasarkan uji Mann Whitnney menunjukkan nilai signifikasi lebih kecil
dari 0,05(0,00).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat
pengaruh Relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien diabetes melitus
47
tipe II, hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa dengan menerapkan
latihan otot progresif pada pasien diabetes melitus dapat menurunkan ketegangan
otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung,
meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
kelelahan, irritabilitas, spasme otot, fobia tingan, gagap ringan, membangun emosi
positif dari emosi negative. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian terdahulu
yang telah dilakukan oleh Karokaro (2019), Puspitasari (2020) dan Khusnaini (2019)
dimana hasil dari penelitian terdahulu tersebut semuanya menyatakan bahwa terdapat
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah pasien diabetes melitus.
berasumsi bahwa latihan otot progresif yang dilakukan secara teratur dapat
memberikan efek positif berupa relaksasi berupa menurunnya ketegangan, stres pada
pasien, memperbaiki laju metabolik, dan meningkatkan gelombang alfa diotak yang
dapat memberikan berbagai manfaat pada pasien yang melakukannya secara teratur.
Sehingga akan berimbas pada penurunan kadar gula darah pasien secara berkala dan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
sebagai berikut :
progresif sebagian besar responden memiliki Glukosa darah yang tinggi ≥ 200
mg/dl sebanyak 23 responden (71,9%) dan kadar glukosa darah ≤ 200 mg/dl
24 responden (75,0%), dan responden dengan glukosa darah ≥ 200 mg/dl yaitu
3. Ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar glukosa darah pasien
5.2 Saran
berikut :
Relaksasi otot progresif ini pada intervensi untuk penanganan pasien diabetes melitus
49
tipe 2 selama masa perawatan di Rumah Sakit dan memberikan informasi kepada
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi peneliti
serta tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti untuk dapat menerapkan latihan otot
progresif ini kepada keluarga serta teman dan kenalan yang mengalami penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M. A., Malini, H., & Afiyanti, E. 2018. Progressive Muscle Relaxation (PMR)
Is Effectice To Lower Blood Glucose Levels of Patiens With Type 2 Diabetes
Mellitus. Jurnal keperawatan Soedirman, 13(2), 22-88.
doi:10.20884/1.jks.2018.13.2.808
Astuti, A., Anggorowati, A., & Johan, A. 2017. Effect of progressive muscular
relaxation on anxiety levels in patients with chronic kidney disease
undergoing hemodialysis in the general hospital of tugurejo semarang,
indonesia. Belitung Nursing Journal, 3(4), 383-389. doi:10.33546/bnj.88
Balakumar, P., Maung, U. K., & Jagadeesh, G. 2016. Prevalence and prevention of
cardiovascular disease and diabetes mellitus. Pharmacol Res, 113(Pt A), 600-
609. doi:10.1016/j.phrs.2016.09.040
Brunner, L. S., Smeltzer, S., & Bare, B. 2010. Brunner & Suddarth's textbook of
medical-surgical nursing (Vol. 27). Philadelphia: Willmians & Wilkins.
Decroli Eva. 2019. Diabetes Melitus Tipe 2. Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Http://repo.unand.ac.id
/21867/1/BukuDiabetesMelitus (lengkap).pdf.
Febrinasari Puspita Ratih, dkk. 2020. Buku Saku Diabetes Melitus Untuk Awam.
Cetakan 1 Edisi 1. Surakarta : UNS Press.
Haryono Rudi, Setianingsih Sulis. 2013. Awas Musuh-Musuh Anda Setelah Usia 40
Tahun. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
International Diabetes Federation. 2019. IDF Diabetes Atlas Ninth Edition. Genewa:
IDF.
51
Infodatin Kemenkes. 2020. Pusat Data & Informasi Kementerian Kesehatan RI.
www.Pusdatin.Kemkes.go.id
Karakoro Murni Tati, Muhammad Riduan, 2019. Pengaruh Tehnik Relaksasi Ptot
Progresif Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Gramed Lubuk Pakam. Jurnal Keperawatan
dan Fisioterapi (JFK) Volume 1 Nomor 2.
https://ejuournal.medistra.ac,id/index. php.JFK
Kemenkes RI. 2019. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2018. Suara Dunia Perangi Diabetes. Jakarta 10 Desember 2018.
http://www.kemkes.go.id.
Kompas. 2020. Naik 6,2 Persen Selama Pandemi, Pasien Diabetes Indonesia
Peringkat 7 di Dunia. https://www.kompas.com.
Lindquist, R., Tracy, M. F., & Snyder, M. (2018). Complementary & alternative
therapies in nursing. New York: Springer Publishing Company.
Meilani Rini, Fauzan Alfikrie, Aryanto Purnomo. 2020. Efektivitas Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Kadar Gula Darah : Penelitian Quasi Eksperimen Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Usia Produktif. Borneo Nursing Journal
(BNJ) Volume 2 Nomor 2. https://akperyarsismd.e-journal.id/BNJ.
Supardi Sudibyo & Rustika, 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta
: CV Trans Info Media
Sya’diyah Hidayatus. 2018. Keperawatan Lanjut Usia. Teori dan Aplikasi. Sidoarjo :
Indomedia Pustaka
53
54
55
56
57
58
59
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk turut
NPM : 19.14201.93.15.p
Judul Penelitian : Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar gula darah
Tahun 2021
merugikan bagi saya dan jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya sesuai
dengan apa yang saya ketahui tanpa ada paksaan dan pihak lain.
Responden
( )
60
LEMBAR OBSERVASI
No. Responden :
Usia :
Jenis Kelamin :
Sebelum Setelah
Relaksasi Otot Relaksasi
Progresif Otot Progresif
10
61
NO LANGKAH-LANGKAH Penatalaksanaan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Gerakan 1 : Ditujukan untuk melatih otot
tangan.
a. Genggam tangan kiri sambil membuat
suatu kepalan
b. Buat kepalan semakin kuat sambil
merasakan sensasi ketegangan yang
terjadi
c. Pada saat kepalan dilepaskan, klien
dipandu untuk merasakan relaks
d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan
dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara
ketegangan otot dan keadaan releks
yang dialami
e. Prosedur serupa juga dilatihkan pada
tangan kanan
2 Gerakan 2 : ditujukan untuk melatih otot
tangan bagian belakang.
Tekuk kedua tangan kebelakang pada
pergelangan tangan sehingga otot ditangan
bagian belakang dan lengan bawah
menegang, jari-jari menghadap ke langit-
langit.
3 Gerakan 3 : ditujukan untuk melatih otot
biseps (otot besar pada bagian atas
pangkal lengan).
a. Genggam kedua tangan sehingga
menjadi kepalan
b. Kemudian membawa kedua kepalan
ke pundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang
4 Gerakan 4 : ditujukan untuk melatih otot
bahu supaya mengendur
a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya
seakan-akan hingga menyentuh kedua
62
telinga
b. Fokuskan perhatian gerakan pada
kontras ketegangan yang terjadi di
bahu, punggung atas dan leher
5 Gerakan 5 dan 6 : ditujukan untuk
melemaskan otot-otot wajah (seperti otot
dahi, mata, rahang dan mulut).
a. Gerakkan otot dahi dengan cara
mengerutkan dahi dan alis sampai otot
terasa dan kulitnya keriput
b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat
dirasakan disekitar mata dan otot-otot
yang mengendalikan gerakan mata
6 Gerakan 7 : ditujukan untuk
mengendurkan ketegangan yang dialami
oleh otot rahang, katupkan rahang, diikuti
dengan menggigit gigi sehingga terjadi
ketegangan disekitar otot rahang.
7 Gerakan 8 : ditujukan untuk
mengendurkan otot-otot sekitar mulut,
bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya
sehingga akan dirasakan ketegangan di
sekitar mulut
8 Gerakan 9 : ditujukan untuk merilekskan
otot leher bagian depan maupun belakang.
a. Gerakan diawali dengan otot leher
bagian belakang baru kemudian otot
leher bagian depan
b. Letakkan kepala sehingga dapat
beristirahat
c. Tekan kepala pada permukaan
bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan
di bagian belakang leher dan
punggung atas
9 Gerakan 10 : ditujukan untuk melatih otot
leher bagian depan.
a. Gerakan membawa kepala ke muka
b. Benamkan dagu di dada, sehingga
dapat merasakan ketegangan di daerah
leher bagian muka
10 Gerakan 11 : ditujukan untuk melatih otot
63
punggung,
a. Angkat tubuh dari sandaran kursi
b. Punggung dilengkungkan
c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang,
sehingga rileks
d. Saat rileks, letakkan tubuh kembali ke
kursi sambil membiarkan otot menjadi
lemas
11 Gerakan 12 : ditujukan untuk melemaskan
otot dada.
a. Tarik nafas panjang untuk mengisi
paru-paru dengan udara sebanyak-
banyaknya
b. Ditahan selama beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan di bagian dada
sampai turun ke perut, kemudian
dilepas
c. Saat ketegangan dilepas, lakukan
napas normal dengan lega
d. Ulangi sekali lagi sehingga dapat
dirasakan perbedaan antara kondisi
tegang dan relaks
12 Gerakan 13 : ditujukan untuk melatih otot
perut.
a. Tarik dengan kuat perut kedalam
b. Tahan sampai menjadi kencang dan
keras, lalu dilepaskan bebas
c. Ulangi kembali seperti gerakan awal
perut ini
13 Gerakan 14-15 : ditujukan untuk melatih
otot-otot kaki (seperti paha dan betis)
a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga
otot paha terus tegang
b. Lanjutkan dengan mengunci lutut
sedemikian rupa sehingga ketegangan
pindah ke otot betis
c. Tahan posisi tegang lalu dilepas
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing
dua kali.
64
Frequency Table
Explore
Descriptives
Statistic Std. Error
Glukosa Darah Sebelum Mean 1,2813 ,08075
Latihan 95% Confidence Interval for Lower Bound 1,1166
Mean Upper Bound 1,4459
Median 1,0000
Variance ,209
Maximum 2,00
Range 1,00
Median 2,0000
Variance ,194
Minimum 1,00
Maximum 2,00
Range 1,00
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Glukosa Darah Sebelum ,450 32 ,000 ,565 32 ,000
Latihan
Glukosa Darah Setelah ,465 32 ,000 ,540 32 ,000
Latihan
a. Lilliefors Significance Correction
67
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Glukosa Darah Setelah Latihan Negative Ranks 1 9,00 9,00
b
- Glukosa Darah Sebelum Positive Ranks 16 9,00 144,00
Latihan c
Ties 15
Total 32
a. Glukosa Darah Setelah Latihan < Glukosa Darah Sebelum Latihan
b. Glukosa Darah Setelah Latihan > Glukosa Darah Sebelum Latihan
c. Glukosa Darah Setelah Latihan = Glukosa Darah Sebelum Latihan
Test Statisticsa
DOKUMENTASI PENELITIAN
RSUD Dr. H. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2021
73