Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga atas izin-Nya pula kami dapat menyusun
profil ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Profil Puskesmas Batee Tahun 2020 ini mengacu kepada petunjuk teknis penyusunan
Profil Kesehatan Kabupaten/Kota edisi data terpilah menurut jenis kelamin yang diterbitkan
oleh pusat data dan informasi dinas kesehatan kabupaten Pidie yang diharapkan dapat
memberikan informasi yang menggambarkan Derajat Kesehatan Masyarakat, Hasil Upaya
Kesehatan, Situasi Sumber Daya Kesehatan, Data Umum Dan Lingkungan Berupa Data
Geografis, Adminstratif, Kependudukan, Sosial Ekonomi dan lain-lain di Kecamatan Batee
Kabupaten Pidie, sehingga dapat berguna bagi yang memerlukannya dan menjadi acuan
untuk penyusunan buku profil Puskesmas di masa yang akan datang.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan
masukan dan bantuan, baik dari rekan-rekan sejawat terutama petugas pengelola program
kesehatan yang ada di puskesmas Induk, Pustu maupun Poskesdes, sehingga “Profil
Puskesmas Batee Tahun 2020” ini dapat terselesaikan. Mudah-mudahan profil ini
bermanfaat dalam mengisi kebutuhan Data dan Informasi di bidang Kesehatan.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB V SITUASI SUMBER DAYA MANUSIA....................................................................29
A. Sarana Kesehatan ......................................................................................................................30
a. Jaringan Puskesmas ..............................................................................................................30
b. Jejaring Puskesmas ...............................................................................................................30
B. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).....................................................................30
C. Tenaga Kesehatan .....................................................................................................................32
D. Pembiayaan Kesehatan .............................................................................................................33
BAB VI PENUTUP .................................................................................................................34
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
GAMBAR 1 PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATEE
GAMBAR 2 ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)
GAMBAR 3 ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)
GAMBAR 4 KUNJUNGAN K1 DAN K4
GAMBAR 5 PERSALINAN DITOLONG OLEH NAKES
GAMBAR 6 KUNJUNGAN KF3
GAMBAR 7 CAPAIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS
GAMBAR 8 CAPAIAN PEMBERIAN TABLET FE PADA BUMIL
GAMBAR 9 CAPAIAN IMUNISASI ( HB0, BCC, POLIO 1)
GAMBAR 10 CAPAIAN DPT1, POLIO 3
GAMBAR 11 CAPAIAN IMUNISASI CAMPAK
GAMBAR 12 CAPAIAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU (D/S)
GAMBAR 13 CAPAIAN VITAMIN A PADA BAYI
GAMBAR 14 CAPAIAN VITAMIN A PADA BALITA
GAMBAR 15 CAPAIAN VITAMIN A PADA BADUTA
GAMBAR 16 CAPAIAN ASI EKSKLUSIF
GAMBAR 17 BALITA BAWAH GARIS MERAH (BGM)
GAMBAR 18 PERSENTASE RUMAH SEHAT
GAMBAR 19 PERSENTASE AIR MINUM LAYAK
GAMBAR 20 DESA YANG MENJALANKAN STBM
GAMBAR 21 PERSENTASE JAMBAN SEHAT
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah
berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun
masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan
pembangunan kesehatan. Target Pemerintah yang kini terus dikejar bangsa Indonesia
adalah Sustainable Development Goals (SDG’s), yaitu program dunia yang menjadi
acuan untuk mengukur tingkat kemajuan suatu negara yang memfokuskan diri pada
upaya peningkatan taraf kesehatan masyarakat perlu dukungan dari berbagai pihak
terkait.
Profil Kesehatan Puskesmas dibuat dalam rangka sebagai sarana penyedia data
dan informasi dalam rangka evaluasi tahunan kegiatan – kegiatan dan pemantapan
pencapaian program untuk mencapai Capaian Program Kesehatan. Adapun Profil
Puskesmas Batee mencakup tentang data penduduk dan keadaan umum daerah, tenaga
kesehatan, sarana kesehatan, sarana obat, sarana lingkungan, serta pencapaian hasil
upaya dibidang kesehatan.
Data dan informasi bidang kesehatan diperoleh melalui penyelenggaraan
system informasi kesehatan baik dari fasilitas kesehatan, unit-unit kesehatan lainnya,
sector terkait maupun dari hasil berbagai survei. Dengan adanya penyusunan profil
kesehatan di Puskesmas Batee diharapkan dapat tersedianya data/informasi yang akurat,
tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen
kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna sehingga dapat dimanfaatkan untuk
mengambil kebijakan dan keputusan.
B. Tujuan
Secara umum tujuan dari penyusunan Profil Puskesmas Batee adalah:
1. Diperolehnya data tentang kondisi umum, demografi serta perilaku masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Batee
2. Diperolehnya data dasar tentang gambaran situasi derajat kesehatan masyarakat di
wilayah Kecamatan batee
3. Diketahui analisa dan faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di
wilayah Kecamatan Batee
1
4. Untuk pengambilan keputusan dan kebijakan dibidang kesehatan berdasar pada data
dan fakta.
C. Sistematika Penulisan
Agar profil kesehatan ini lebih informatif, maka Profil Puskesmas Batee disusun dengan
sitematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN.
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil kesehatan
Puskesmas batee
BAB II : GAMBARAN UMUM.
Bab ini menyajikan data gambaran umum dan keadaan geografis,
demografi, keadaan lingkungan dan keadaan perilaku masyarakat di
wilayah kecamatan Batee
BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT.
Bab ini berisi uraian tentang indikator keberhasilan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan Tahun 2020 yang mencakup angka kematian, angka
kesakitan di wilayah kerja Puskesmas Batee
BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN.
Bab ini merupakan gambaran dari pelayanan kesehatan dasar, pembinaan
kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit dan perbaikan gizi
masyarakat
BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN.
Bab ini menguraikan tentang keadaan sarana kesehatan, tenaga
kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan
BAB VI : PENUTUP.
Bab ini memuat hal-hal yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut
terkait dengan keberhasilan dan hal yang masih dianggap kurang dalam
rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan serta pembangunan
kesehatan di Kecamatan Batee
2
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografis
Puskesmas Batee berlokasi di Desa Tuha Kecamatan Batee Kabupaten Pidie.
Memiliki luas wilayah + 104,74 Km2 dengan titik kordinat berada pada 5.412’N-
95.892’E. Visi dan Misi Puskesmas Batee, yaitu” Meningkatkan pelayanan terbaik untuk
masyarakat agar derajat kesehatan masyarakat terus membaik” dan Misi Puskesmas yaitu
”Meningkatkan kinerja staf puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
masyarakat, Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat, Meningkatkan
kesedaran masyarakat untuk peduli derajat hidup sehat”. Kecamatan Batee adalah salah
satu dari 26 Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Pidie dengan batas wilayah
terdiri dari:
- Sebelah utara berbatas dengan selat malaka
- Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Padang Tiji
- Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Muara Tiga
- Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Pidie
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Batee
3
Puskesmas Batee berada di desa Tuha . Wilayah kerja Puskesmas Batee terdiri atas
dua puluh delapan desa, yaitu :
Tabel 1. Jumlah Desa dan Luas wilayah
No Desa Luas Gampong m2
1 Kulee 5.70
2 Kulaam 3.20
3 Kareung 7.40
4 Rungkom 4.80
5 Pasi Beurandeh 2.60
6 Awee 3.95
7 Neuheun 4.50
8 Pulo Pande 4.50
9 Mee 2.50
10 Alue Lada 3.50
11 Seulatan 3.80
12 Teupin jeu 2.40
13 Tuha 4.50
14 Teupin raya 3.90
15 Meucat 2.30
16 Aron 5.89
17 Dayah 2.50
18 Mesjid calong 3.30
19 Bintang Hue 2.90
20 Dayah Tuha 2.80
21 Dayah baroh 3.90
22 Pulo bungong 2.50
23 Pulo Tukok 2.70
24 Crueng 5.30
25 Geulumpang lhe 3.60
26 Genteng timu 3.20
27 Genteng barat 3.90
28 Calong cut 2.70
4
B. Keadaan Penduduk
Sesuai dengan hasil Sensus Penduduk, jumlah penduduk kecamatan Batee
pada tahun 2020 yaitu: 21.493 jiwa. Desa yang memiliki kepadatan penduduk
tertinggi adalah Desa Crueng yaitu sebesar 2.296 jiwa dan Desa dengan kepadatan
penduduk terendah adalah Desa Meucat yaitu 262 jiwa. Komposisi penduduk
Kecamatan Batee menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang
berusia muda (0-14 tahun) sebesar 3,7 %, yang berusia produktif (15-64 tahun)
sebesar 780 (4%) dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar (8,9%).
Jumlah penduduk perempuan relatif seimbang dibandingkan penduduk laki-
laki, masing-masing sebesar 10.896 jiwa penduduk perempuan dan 10.597 jiwa
penduduk laki-laki. Menurut jenis kelamin yang tertinggi berada di Desa Crueng
yaitu 1209 jiwa penduduk Perempuan sedangkan Laki-Laki Sebanyak 1087 Jiwa.yang
terendah Adalah di Desa Meucat yaitu 134 jiwa penduduk laki-laki dan 128 jiwa
penduduk perempuan.
Komposisi penduduk Kecamatan Batee dirinci menurut kelompok umur dan
jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar
berada pada kelompok umur 15 – 19 tahun dan umur 10 – 14 tahun. Berikut table
jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Batee.
Tabel 2. Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin
NO DESA JUMLAH PENDUDUK 2020 JUMLAH
LK PR
1 Kareung 593 644
1.237
2 Awe 189 185
374
Rungkom 540 561
3 1.101
Pulo Pande 235 254
4 489
Mee 349 376
5 725
Alue Lada 235 235
6 470
Seulatan 230 270
7 500
Tuha 250 239
8 489
Teupin Raya 345 345
9 690
5
Calong Cut 180 207
10 387
Dayah 157 149
11 306
Meucat 134 128
12 262
Aron 402 413
13 815
Mesjid 278 289
14 567
Bintang Hu 249 286
15 535
Dayah Tuha 155 171
16 326
Dayah Baro 236 262
17 498
Pulo Tukok 310 297
18 607
Glumpang Lhee 376 403
19 779
Geunteng Timur 694 665
20 1.359
Geunteng Barat 602 567
21 1.169
Pulo Bungong 357 368
22 725
Teupin Jeue 192 228
23 420
Neuheun 848 824
24 1.672
Crueng 1087 1209
25 2.296
Kulam 326 331
26 657
Kulee 819 786
27 1.605
Pasi Beurandeh 229 204
28 433
Jumlah 10597 10896
21.493
Sumber: Profil Kecamatan Batee, 2020
6
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Situasi Derajat Kesehatan adalah gambaran utama dari beberapa indikator tentang
angka kesakitan dan status gizi masyarakat. Dimana indikator yang digunakan dalam
memantau derajat kesehatan seperti Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Umur Harapan Hidup dan Prevalensi Kurang Gizi pada Anak Balita yang
dapat dilihat dari tabel-tabel dalam lampiran Profil Kesehatan Puskesmas Batee Tahun 2020
yang merupakan gambaran keberhasilan dari upaya-upaya yang telah dilakukan.
Derajat kesehatan suatu masyarakat dipengaruhi antara lain empat faktor, yaitu faktor
lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Tercapainya
derajat kesehatan masyarakat dan keluarga berkualitas yang optimal secara nasional memiliki
indikator dengan rendahnya angka kematian ibu melahirkan (AKI), angka kematian bayi
(AKB), meningkatnya umur harapan hidup masyarakat,rendahnya kasus kesakitan dan
kematian yang disebabkan penyakit menular serta terkendalinya pertumbuhan penduduk
dengan senantiasa meningkatnya keluarga berkualitas.
Masalah kesehatan adalah merupakan masalah nasionla yang tidak dapat terlepas dari
berbagai kebijakan sektor lain sehingga upaya pemecahannya harus melibatkan sektor terkait.
Untuk itu diperlukan pendekatan lintas sektor yang sangat baik agar dapat selalu
memperhitungkan dampak programnya terhadap kesehatan masyarakat. Demikian pula
peningkatan upaya dan manajemen pelayanann kesehatan tidak terlepas dari peran sektor-
sektor yang membidangi pembiayaan, pemerintahan dan pembangunan daerah, ketenagaan,
pendidikan dan sosial budaya lainnya.
Gambaran derajat kesehatan masyarakat Puskesmas Batee berikut ini disajikan dalam
situasi Mortalitas, Morbiditas dan Status Gizi Masyarakat..
A. Mortalitas
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian
kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga
dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
Program Pembangunan Kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat
dihitung dengan melalui berbagai survei dan penelitian.
Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai
penyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Secara umum kejadian kematian
7
pada manusia berhubungan erat dengan permasalahan kesehatan sebagai akibat dari
gangguan penyakit atau akibat dari proses interaksi berbagai faktor yang secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama mengakibatkan kematian dalam masyarakat. Salah satu alat
untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan
selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun.
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi adalah banyaknya bayi yang
meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak
termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih menggambarkan
kesehatan reproduksi. AKB relevan dipakai untuk memonitor pencapaian target
program karena mewakili komponen penting pada kematian balita. Data kematian yang
terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar
kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas pelayanan kesehatan
hanya memperlihatkan kasus rujukan. Berikut grafik angka kematian bayi di wilayah
Puskesmas Batee.
Gambar 2. Angka kematian Bayi (AKB)
Berdasarkan grafik diatas kematian Bayi di Puskesmas Batee pada tahun 2019
sebanyak 10 bayi sementara pada tahun 2020 sebanyak 7 bayi dari 325 bayi atau
sebanyak 2,15% dari seribu kelahiran bayi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam dua
tahun terakhir AKB di Puskesmas Batee mengalami penurunan. Beberapa faktor
8
penyebab kematian bayi pada tahun 2020, diantaranya BBLR, anensefali, atresia anim,
asfiksia, demam, KJDK dan kelainan jantung. Dengan pola penurunan tersebut maka
diprediksikan pada tahun berikutnya angka kematian bayi di Puskesmas Batee akan
mencapai angka lebih rendah lagi. Pola penurunan dan kenaikan angka kematian bayi
sensitif terhadap berbagai faktor yang berdampak secara langsung maupun tidak
langsung kepada peningkatan angka kematian bayi. Beberapa penyebab kematian bayi
diatas dapat dilihat pada tabel berikut.
9
Dari hasil survei (SKRT 2001) diketahui bahwa komplikasi penyebab kematian
ibu yang terbanyak adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (eklampsia), infeksi,
partus lama dan komplikasi keguguran. Angka kematian bayi baru lahir terutama
disebabkan oleh antara lain infeksi dan berat bayi lahir rendah. Kondisi tersebut
berkaitan erat dengan kondisi kehamilan, pertolongan persalinan yang aman, dan
perawatan bayi baru lahir. Berikut gambaran dari jumlah kematian ibu di Puskesmas
Batee.
Gambar 3. Jumlah Kematian Ibu di wilayah Puskesmas Batee
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2019 tidak ada
kasus kematian ibu di wilayah kerja puskesmas batee, sedangkan pada tahun 2020
angka kematian ibu sebanyak 2 orang dari 659 atau 0,30% dari Angka Kelahiran
Hidup. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kenaikan AKI dalam dua tahun terakhir.
Oleh karena itu hal ini menjadi tugas utama tenaga kesehatan untuk menekan serendah
mungkin kematian ibu di Puskesmas Batee dengan berbagai terobosan seperti
peningkatan kualitas layanan bagi petugas kesehatan terutama di pedesaan.
B. Angka Kesakitan (Morbiditas)
Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insidemaupun prevalen
dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi
pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat
kesehatan masyarakat.
10
1. Pola Penyakit
Tabel. 4 Penyakit terbanyak di Puskesmas Batee
No Nama Penyakit Jumlah Kasus per tahun 2020
1 ISPA 3925
2 CC 104
3 DM (Diabetes Melitus) 533
4 Penyakit jaringan otot 1944
5 Asma 508
6 Hipertensi 423
7 Hipotensi 85
8 Kulit 2418
9 Diare 436
10 Lambung 1533
Total 11909
11
b. Tuberkulosis
Penanggulangan penyakit tuberculosis menerapkan strategi DOTS (
Directly Observed Treatment Short-course) yang dilaksanakan Pemerintah
Indonesia di seluruh Puskesmas yang diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan
dasar. Tujuan dari program pemberantasan TB Paru adalah menurunkan angka
kesakitan dan menurunkan angka kematian yang diakibatkan penyakit tuberculosis,
memutuskan mata rantai penularan serta mencegah terjadinya MDR Tuberkulosis.
Target program ini adalah tercapainya penemuan pasien baru TB BTA positif paling
sedikit 70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua pasien tersebut serta
mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat menurunkan tingkat prevalensi
dan kematian akibat tuberculosis. Pada puskesmas Batee ditemukan jumlah kasus
TB Paru padsa tahun 2020 sebesar 10 kasus, dengan jumlah pasien laki-laki sebesar
6 orang dan pereempuan sebesar 4 orang. Jumlah kasus tertinggi ditemukan kasus
TB berada pada Desa Crueng dan Desa Rungkom. Sementara data suspek TB pada
tahun 2020 sebesar 38 orang. sampai akhir tahun 2020 penganan pasien TB paru
sudah dilakukan oleh petugas TB di Puskesmas Batee melalui pemberian obat TB
dan dipantau secara berkala.
12
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
13
pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat diharapkan sebagian besar masalah
kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang
dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
14
kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran
ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut
memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat
kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.
Neonatal yaitu bayi hingga usia kurang dari satu bulan (0-28 hari) merupakan
golongan umur yang paling rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling
tinggi. Dalam melaksanakan kunjungan pelayanan neonatal, petugas kesehatan
disamping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling
perawatan bayi kepada ibu. Berikut cakupan kunjungan Ibu hamil K1 dan K4 di
Puskesmas Batee Tahun 2020.
Gambar 4. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)
15
kesehatan (Cakupan PN). Indikator ini menunjukkan tingkat kemampuan
pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas yang ditolong
oleh tenaga kesehatan terlatih. Penekanan persalinan yang aman sudah dilakukan di
beberapa tahun terakhir oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Batee, berikut capaian
persalinan oleh nakes yang disajikan dalam bentuk gambar dibawah ini.
Gambar 5 Cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Dari data diatas dapat dilihat bahwa persalianan oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas Bate sudah mencapai 100% pada tahun 2019 dan tahun 2020. Hal ini
menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat tentang pentingnya persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan sudah sangat baik karena semua persalinan sudah ditolong
oleh tenaga kesehatan.
c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas
sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang
dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada
hari keempat sampai dengan hari ke 28 pasca persalinan, dan pada hari ke 29
sampai dengan hari ke 42 pasca persalinan. Masa nifas dimulai dari enam jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
16
Gambar.6 Cakupan Kunjungan Nifas (KF3)
17
Gambar 7. Capaian Vitamin A pada ibu nifas
18
Gambar. 8 Pemberian Tablet Fe pada Ibu hamil
19
kali) yang dilakukan melalui pelayanan rutin di Posyandu dan Fasilitas Pelayanan
kesehatan lainnya.
Adapun cakupan Pelayanan imunisasi bayi di Puskesmas Batee pada 2020
adalah : BCC sebesar 55,90 %, DPT1 + HB 1 sebesar 7,41%, DPT 3 + HB 3
sebesar 3,90 %, Polio 1 sebesar 36,40 %, Polio 4 sebesar 12,40%, Campak sebesar
0 %. Sedangkan Jumlah desa/kelurahan yang telah mencapai UCI di wilayah kerja
Puskesmas Batee belum ada dari 28 Desa yang ada di Kecamatan Bate.
b. Cakupan Bayi diimunisasi
Pelayanan imuniasi ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi
penyakit-penyakit melalui imunisasi yang dilaksanakan secara rutin maupun
khusus dengan sasaran bayi, balita, anak sekolah maupun wanita usia subur. Bayi
dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang
mematikan. Salah satu pencegahan terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko
ini terlindungi adalah melalui imunisasi.
Bayi seharusnya mendapatkan imunisasi secara lengkap yang terdiri dari
BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, polio 4 kali, HB uniject 1 kali dan campak 1 kali.
Sebagai indicator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap pada bayi dapat
dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan
imunisasi terakhir yang diberikan pada bayi 9 bulan dengan harapan imunisasi
sebelumnya sudah diberikan secara lengkap
1. Cakupan vaksin Hb0, BCC, Polio 1
Gambar 9. Capaian Hb0, BCC dan polio 1
20
3. Capaian vaksin DPT 1, DPT 3 dan Polio 4
Gambar. 10 Capaian DPT1, DPT 3 dan Polio 4
21
2. Perbaikan Gizi Masyarakat
Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya dimaksudkan untuk
menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalahan gizi
yang sering dijumpai ada kelompok masyarakat seperti kekurangan kalori protein,
kekurangan vitamin A, gangguan kekurangan yodium dan anemia zat besi.
a. Capaian balita ditimbang (D/S)
22
b. Cakupan pemberian kapsul vitamin A
1) Capaian Vitamin A pada bayi 6-11 bulan
Gambar. 13 Capaian Vitamin A pada bayi
23
3) Capaian Vitamin A Baduta
Gambar 15. Capaian Vitamin A pada baduta
24
sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dari berbagai kalangan misalnya
dengan disediakannya ruang khusus menyusui/ perah ASI di setiap tempat kerja.
25
terbiasa dengan pola hidup bersih dan sehat hingga mereka sudah terbiasa dengan pola
hidup bersih dan sehat hingga mereka dewasa.
Kesehatan adalah investasi kita di masa kini dan masa depan. Masyarakat juga
harus disadarkan bahwa kesehatan dibangun bukan oleh obat-obatan atau tindakan kuratif
lainnya, tapi 75 % kesehatan kita dibangun oleh lingkungan yang sehat dan perilaku hidup
bersih dan sehat. Tidak ada yang bisa kita kerjakan bila badan kita sakit. Bahkan, tidak ada
artinya perjalanan karier yang menanjak bila kondisi fisik, psikis, dan lingkungan kita
makin buruk. Data capaian PHBS Rumah Tangga diwilayah kerja puskesmas Batee
mencapai 65% pada tahun 2020. Capaian ini masih belum memenuhi target, sehingga
perlu adanya upaya perbaikan dan mennggencarkan PHBS di Rumah tangga.
C. Kesehatan Lingkungan
Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat
dari lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai upaya peningkatan kualitas
lingkungan, antara lain dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi yang
dilakukan secara berkala. Upaya yang dilakukan mencakup pemantauan dan pemberian
rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas sanitasi dasar.
1. Persentase Rumah
Gambar 18. Persentase Rumah Sehat
26
2. Akses Air minum berkualitas (layak)
Gambar 19. Persentase Air Minum Layak
Persentase air minum layak di kecamatan bate mencapai 63%. Hal ini sudah
cukup baik jika dilihat dari indikator capaian sebelumnya,
3. Capaian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Gambar 20. Desa STBM
27
4. Jamban keluarga
Gambar 21. Akses Jamban Sehat
Capaian jamban keluarga di wilayah puskesmas bate mencapai 587 dari total
pengguna 7193 atau sebesar 8,1%.
28
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA MANUSIA
29
A. Sarana Kesehatan
1. Jaring dan jejaring Puskesmas
a. Jaringan Puskesmas
Poskesdes merupakan pengembangan dariu pondok bersalin desa (Polindes).
Jumlah poskesdes di wilayah kerja Puskesmas Batee berjumlah 6 gedung poskesdes
yang berdiri di beberapa desa. Berikut daftar ketersediaan poskesdes:
Tabel. 7. Jenis sarana pelayanan kesehatan
No Jenis Sarana Yankes Jumlah Keterangan
1 Pustu 2 Baik
2 Poskesdes 9 Baik
3 Desa Siaga 0
4 Posbindu 28
5 Rumah Tunggu Kelahiran 1 Baik
b. Jejaring Puskesmas
Jejaring puskesmas adalah fasilitas kesehatan lainnya yang berada diwilayah
kerja Puskesmas Batee. Berikut tabel jejaring puskesmas yang ada diwilayah kerja
Puskesmas Batee.
Tabel 8. Jejaring Puskesmas
No Jejaring puskesmas Jumlah
1 Toko obat 3
2 Bidan Praktek Mandiri 7
3 Laboratorium kesehatan 0
TOTAL 10
30
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh , untuk dan Bersama masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat terutama ibu, bayi dan anak
balita. Posyandu memiliki 5 program prioritas, yaitu KIA, Keluarga Berencana (KB),
Imunisasi, gizi serta penganggulangan pencegahan dan penanggulangan diare.
1. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
Posyandu merupakan kegiatan yang diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat
terutama ibu, bayi dan anak balita. Sasaran posyandu adalah Pasangan Usia Subur
(PUS), bumil, bayi dan anak usia dibawah 5 tahun (balita) serta masyarakat umum.
Sedangkan kegiatannya meliputi pelayanan keluarga berencana, pelayanan kesehatan
ibu dan anak, imunisasi, gizi dan pecegahan diare serta kegiatan lain sebagai upaya
pengembangan posyandu. Di Puskesmas Batee terdapat 28 posyandu dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel. 9 Data Jumlah Posyandu Balita
31
16 Meucat 1 gaseh poma purnama 0 8 100%
17 S
Aron 1 aron mandiri 0 8 100%
a 18 Deyah 1 deyah madya 0 8 100%
l 19 Mesjid Calong 1 harapan bunda madya 0 8 100%
a 20 Bintang Hue 1 madya madya 0 8 100%
h 21 Dayah Tuha 1 dayah tuha madya 8 8 100%
22 Dayah Baroh 1 dayah baroh purnama 0 8 100%
s 23 Pulo Bungong 1 purnama purnama 0 8 100%
a 24 Pulo tukok 1 pulau tukok madya 0 8 100%
t 25 Glp. Lhee 1 gelumpang lhee madya 0 8 100%
u 26 Genteng Timu 1 genting timu Madya 0 8 100%
27 Genteng Barat 1 genting barat purnama 0 8 100%
i
28 Calong Cut 1 calong cut Purnama 3 5 100%
n
Jumlah 28 33 221 100%
d
ikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan UKBM adalah persentase desa
yang memiliki posyandu. Dari 10 desa yang ada di Puskesmas Balai Karangan pada
2015 terdapat 45 buah posyandu. Dari keseluruhan posyandu tersebut 73,3 % adalah
posyandu Madya dan 26,7 % adalah posyandu Purnama. Indikator yang lain adalah
jumlah polindes, dimana pada 2015 tercatat sebanyak 9 polindes hampir semua desa
ada polindes dan semua polindes ditempati bidan penanggjung jawab di desa.
C. Tenaga Kesehatan
Untuk kebutuhan tenaga kesehatan telah dilakukan pemenuhan kebutuhan dengan
menempatkan pegawai yang diangkat oleh pemerintah pusat maupun daerah, baik sebagai
PNS, Pegawai Tidak Tetap, Nusantara Sehat, Tenaga bakti. berikut rincian jenis dan
jumlah ketenagaan di wilayah Puskesmas Bate.
1 Dokter Umum 0 1 2 0 3
2 Dokter gigi 0 1 0 0 1
32
3 Laboratorium 0 0 0 0 0
4 Kesmas 3 1 0 2 6
5 Perawat 9 0 0 25 34
6 Bidan 21 0 0 56 77
7 D3 Farmasi 1 0 0 2 3
8 Kesling 5 0 0 3 8
9 Ahli gizi 1 0 0 0 1
10 Apoteker 0 0 0 0 0
11 Supir 0 0 1 0 1
Ambulance
12 Cleaning service 0 0 1 0 1
13 Komputer 0 0 0 2 2
14 Security 0 0 1 0 1
15 Manajemen 0 0 2 0 2
TOTAL 40 3 1 99 143
(sumber: data kepegawaian, 2020)
D. Pembiayaan Kesehatan
Anggaran untuk pembiayaan kesehatan berasal dari berbagai sumber yaitu
Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD)) Kabupaten, Anggaran Pendapatan
Belanja Aceh (APBA) Provinsi, Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Alokasi Umum
(DAU) bidang kesehatan, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Total anggaran pembiayaan kesehatan di Puskesmas Batee pada tahun 2020
sebesar Rp. 2.869.188.075,00. Jumlah alokasi dana bersumber dari Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) sebesar Rp. 792.052.000,00, Dana Jaminan Kesehatan Nasional/ BPJS
sebesar Rp 1.285.084.075,00 serta dana BPJS Persalinan sebesar Rp.
792.052.000,00. Pembiyaan kesehatan ini dipergunakan berdasarkan juknis, yakni
kegiatan program kesehatan dilapangan maupun didalam gedung puskesmas.
33
BAB VI
PENUTUP
Buku profil kesehatan Puskesmas Batee Tahun 2020 merupakan salah satu
bentuk output dari sistem informasi kesehatan, semoga profil kesehatan ini dapat
bermanfaat untuk memantayu dan mengevaluasi hasil kinerja pembangunan kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas batee dan dapat memberikan gambara secara garis besar dan
menyeluruh tentang kondisi kesehatan masyarakat yang mneggambarkan keberhasilan
program kesehatan yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan program pembangunan kesehatan di tahun berikutnya.
Secara umum dapat disampaikan bahwa pencapaian upaya kesehatan
menunjukkan kecenderungan yang baik, namun masih perlu dilakukan upaya
peningkatan partisipasi masyarakat didalam peningkatan pengetahuan kesehatan
masyarakat baik kegiatan preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitatif serta masih
perlunya peningkatan pembiayaan kesehatan secara menyeluruh untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat di wilayah Puskesmas Batee.
Demikian kami sampaikan, ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam menyampaikan data yang diperlukan dalam penyusunan “Profil
Puskesmas Batee Kabupaten Pidie tahun 2020”. Kritik dan saran senantiasa kami
terima untuk mewujudkan profil kesehatan yang lebih baik lagi kedepan.
Terimakasih
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
34