Puji Astiti Angayubagia dipanjatkan atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang
Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, “Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014” dapat
diterbitkan untuk merespon tingginya kebutuhan akan data dan informasi kesehatan, di
tengah-tengah banyaknya tantangan yang dihadapi terkait pemenuhan data dan informasi
sebagai landasan pengambilan keputusan yang evidence based.
Profil kesehatan Provinsi Bali tahun 2014 merupakan kelanjutan dari profil-profil
sebelumnya yang merupakan penyajian yang relative komprehensif terdiri dari data derajat
kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan data umum serta lingkungan yang
berhubungan dengan kesehatan.
Penyediaan data dan informasi dilaksanakan melalui serangkaian proses panjang mulai
dari pengumpulan data dan informasi dari tingkat layanan kesehatan masyarakat, dilanjutkan
dengan pengelolaan data dan informasi di masing-masing unit program di tingkat
kabupaten/kota dan provinsi. Untuk itu, diperlukan komitmen bersama antara provinsi dan
kabupaten/kota dalam mewujudkan penyediaan data yang lengkap, akurat dan tepat waktu.
Pengelola data dan informasi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota juga harus menjadikan
pengelolaan data dan informasi sebagai komponen prioritas dalam pelaksanaan pembangunan
kesehatan.
Data yang ditampilkan pada Profil Kesehatan Provinsi Bali dapat membantu kita
dalam membandingkan capaian pembangunan kesehatan antar Kabupaten/Kota, capaian
pembangunan kesehatan di Provinsi Bali dengan capaian pembangunan kesehatan secara
nasional. Dengan demikian akan dapat diketahui posisi pembangunan kesehatan Provinsi Bali
bila dilihat secara nasional.
Meskipun Profil ini sudah berpedoman pada petunjuk teknis penyusunan profil yang
terbaru dengan data terpilah menurut jenis kelamin, namun dalam kenyataannya belum juga
dapat menampilkan data terpilah secara keseluruhan karena belum semua program dapat
menampilkan data terpilah secara utuh. Oleh karena itu untuk tahun selanjutnya diharapkan
semua program menyesuaikan instrumen pelaporannya dengan data terpilah menurut jenis
kelamin. Data terpilah berbasis gender dapat membantu proses identifikasi ada tidaknya
maupun besaran kesenjangan mengenai kondisi kebutuhan, dan persoalan yang dihadapi laki-
laki dan perempuan terkait dengan akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat dalam
pembangunan bidang kesehatan.
Tabel 2.2. Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio, Kepadatan Serta
Rata-rata Jiwa per keluarga, dirinci per Kabupaten/Kota Keadaan Terakhir
Tahun 2014.
Tabel 3.1. Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2009-
2013
Tabel 3.2. Pola 10 Besar Penyakit pada Pasien di Puskesmas di Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 3.3. Pola 10 Besar Penyakit pada Pasien Rawat Inap di RSUD Di Provinsi Bali tahun
2014.
Tabel 3.4. Pola 10 Besar Penyakit pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Di Provinsi Bali
tahun 2014.
Tabel 5.1. Standar Ratio Tenaga Kesehatan Berdasarkan Indikator Indonesia Sehat
2010.
Tabel 5.2. Jumlah Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 5.3. Jumlah Pustu Dan Pusling Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun
2014.
Tabel 6.3. Jumlah Kunjungan di Rumah Sakit Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 2.1. Piramida Penduduk Bali Tahun 2010 dan Tahun 2014.
Gambar 2.2. Persentase Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak Di Provinsi
Bali Tahun 2014.
Gambar 2.3. Persentase Penduduk Terhadap Air Minum Layak Di Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 2.4. Persentase Penduduk dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak
(Jamban Sehat) Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 2.5. Persentase Rumah Sehat Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 2.6. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi Bali Tahun 2007-2014.
Gambar 2.7. Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Per Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun
2014.
Gambar 3.1. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 KH Tahun 2000–2013 Di Provinsi Bali
Tahun 2005 s/d 2014.
Gambar 3.2. Cakupan AKI Per Kab/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 3.3. Angka Kematian Bayi (AKB) Per 1000 KH Tahun 2005-2014.
Gambar 3.6. Angka Kematian Balita (AKABA) 1000 KH Thn 2006 s/d 2014.
Gambar 3.8. Angka Harapan Hidup Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2005-2013.
Gambar 3.9. Angka Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Bali Tahun 2004-2013.
Gambar 3.10. CNR Seluruh Kasus TB Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 3.11. Angka Kesembuhan TB Paru Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 3.12. Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali
Tahun 2014.
Gambar 3.15. Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit (AFP) Per 100.000
Penduduk < 15 Tahun.
Gambar 3.16. Trend Incidence Rate (IR) DBD Provinsi Bali Tahun 2005 s.d. 2014.
Gambar 3.17. Trend CFR DBD Provinsi Bali Tahun 2005 s.d. 2014.
Gambar 3.18. Jumlah Kasus GHPR dan Pasien Diberikan VAR Tahun 2012-2014.
Gambar 4.4. Trend Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Dengan AKI
Di Provinsi Bali Tahun 2009–2014.
Gambar 4.6. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun
2014.
Gambar 4.10. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali
Tahun 2014.
Gambar 4.13. Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi & Mulut Anak SD & Setingkat Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 4.14. Prevalensi Gizi Kurang dan Gizi Lebih Provinsi Bali 2014.
Gambar 4.16. Persentase Pemberian Asi Eksklusif Di Provinsi Bali Tahun 2008-2014.
Gambar 4.17. Persentase pemberian Asi Eksklusif Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali
Tahun 2014.
Gambar 4.18. Cakupan Rumah Tangga Dengan Garam Beryodium Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Bali Tahun 2013-2014.
Gambar 4.19. Perbandingan Cakupan Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe3 dengan Ibu
Hamil K4 Di Provinsi Bali Tahun 2009-2014.
Gambar 4.20. Persentase Ibu Hmail Yang Mendapatkan Tablet Fe3 Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 4.21. Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Anak Balita Menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 4.22. Persentase Imunisasi Dasar Lengkap Di Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 4.24. Cakupan TT2+ Pada Ibu Hamil Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali
Tahun 2014.
Gambar 4.25. Persentase Peserta KB Aktif & KB Baru Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi
Bali Tahun 2014.
Gambar 4.26. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi Di Provinsi Bali
Tahun 2014.
Gambar 4.27. Cakupan IVA Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 4.28. Pencapaian LOS dan TOI Rumah sakit di Prov. Bali Tahun 2005–2014.
Gambar 4.29. Pencapaian GDR dan NDR Per 1.000 Pasien Keluar Rumah Sakit di Prov. Bali
Tahun 2005–2014.
Gambar 4.30. Cakupan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Menurut Jenis Jaminan Provinsi
Bali Tahun 2014.
Gambar 5.1. Data Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan Di Provinsi Bali Menurut
kabupaten/Kota Tahun 2014.
Gambar 5.2. Distribusi Dokter Umum, Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 5.3. Proporsi Dokter Umum, Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 5.5. Proporsi Tenaga Keperawatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun
2014.
Gambar 5.6. Distribusi Tenaga Kefarmasian Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun
2014.
Gambar 5.7. Proporsi Tenaga Kefarmasian Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun
2014.
Gambar 5.10. Distribusi Tenaga Gizi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar 5.11. Proporsi Tenaga Gizi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014.
Gambar5.12. Distribusi Tenaga Keteknisian Medis Menurut Kabupaten /Kota di Provinsi Bali
Tahun 2014.
Gambar 5.13. Proporsi Tenaga Keteknisian Medis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Tahun 2014.
Gambar 5.15. Persentase Desa Siaga Aktif Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun
2014.
Gambar 6.3. Alur Rujukan Pelayanan Kesehatan JKBM Di Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 2 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Provinsi Bali
Tahun 2014.
Tabel 3 : Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf dan Ijazah Tertinggi
yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 4 : Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun
2014.
Tabel 5 : Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita Menurut Jenis Kelamin,
Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 6 : Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kabupaten/Kota Provinsi Bali
Tahun 2014.
Tabel 7 : Kasus Baru TB BTA+, Seluruh Kasus TB, Kasus pada TB pada Anak, dan Case
Notification Rate (CNR) Per 100.000 Penduduk Menurut Jenis Kelamin,
Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 8 : Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ Menurut Jenis
Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 11 : Jumlah Kasus HIV, AIDS, dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin Provinsi Bali
Tahun 2014.
Tabel 12 : Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 13 : Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi
Bali Tahun 2014.
Tabel 14 : Jumlah Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi
Bali Tahun 2014.
PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI | xi
Tabel 15 : Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin,
Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 16 : Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/Jenis, Jenis
Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 18 : Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun
2014.
Tabel 19 : Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Menurut
Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 20 : Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Menurut
Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014-Lanjutan.
Tabel 21 : Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin,
Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 26 : Cakupan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode IVA dan Kanker
Payudara dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Bali Tahun 2014.
Tabel 27 : Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa
(KLB) Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 28 : Kejadian Luar Biasa (KLB) di Desa/Kelurahan yang Ditangani < 24 Jam
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 29 : Cakupan Kunjungan Ibi Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan
Pelayanan Ibu Nifas Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 36 : Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali
Tahun 2014.
Tabel 37 : Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin,
Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 39 : Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota
Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 42 : Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari dan BCG pada Bayi Menurut Jenis
Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 44 : Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita Menurut Jenis
Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 45 : Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota
Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 47 : Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali
Tahun 2014.
Tabel 48 : Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis
Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 50 : Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota
Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 51 : Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat Menurut
Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 54 : Cakupan Jaminan Kesehatan Menurut Jenis Jaminan dan Jenis Kelamin
Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 55 : Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa
di Sarana Pelayanan Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 56 : Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 57 : Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 58 : Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ber-PHBS)
Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 59 : Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 61 : Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggara Air Minum yang Memenuhi
Syarat Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 62 : Penduduk dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak (Jamban
Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 63 : Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 65 : Tempat Pengelolaan Makan (TPM) Menurut Status Higiene Sanitasi Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 66 : Tempat pengelolaan Makanan Dibina dan Diuji Petik Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 67 : Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 70 : Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 72 : Jumlah Desa Siaga Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 73 : Jumlah Tenaga Medis di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 74 : Jumlah Tenaga Keperawatan di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 75 : Jumlah Tenaga Kefarmasian di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 77 : Jumlah Tenaga Gizi di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 78 : Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014.
Tabel 79 : Jumlah Tenaga Teknisi Medis dan Fisioterapis di Fasilitas Kesehatan Provinsi
Bali Tahun 2014.
Tabel 80 : Jumlah Tenaga Kesehatan Lain di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun
2014.
Tabel 81 : Jumlah Tenaga Non Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Provinsi Bali Tahun
2014.
A. LATAR BELAKANG
Profil Kesehatan Provinsi Bali merupakan salah satu sarana yang dapat
digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian
hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan standar
pelayanan minimal di bidang kesehatan, dan pencapaian target indicator Millenium
Development Goals bidang kesehatan, serta berbagai upaya terkait dengan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan lintas sektor seperti Badan Pusat
Statistik.
C. SISTEMATIKA
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang Latar Belakang disusunnya Profil Kesehatan,
maksud dan tujuan serta Sistematika dari penyajiannya.
LAMPIRAN
A. GEOGRAFI
Provinsi Bali terdiri dari beberapa pulau yaitu Pulau Bali sebagai Pulau
terbesar, Pulau Nusa Penida, Ceningan, Nusa Lembongan dan Pulau Serangan yang
terletak di sekitar kaki Pulau Bali serta Pulau Menjangan yang terletak di bagian
Barat Pulau Bali.
1. Letak Wilayah
Secara geografis Provinsi Bali terletak pada posisi antara 114 0 25l 53ll– 80 50l
48ll Lintang Selatan dan 1140 25l 53ll– 1150 42l 40ll Bujur Timur.Provinsi Bali
berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur yang dibatasi oleh Selat Bali pada bagian
Barat sedangkan pada bagian Timur berbatasan dengan Pulau Lombok dengan
dibatasi oleh Selat Lombok. Pada bagian Utara terdapat Laut Jawa dan bagian Selatan
terdapat Samudra Indonesia.
2. Luas Wilayah
Luas wilayah Provinsi secara keseluruhan sebesar 5.636,66 km2 atau 0,29 %
dari luas kepulauan Indonesia. Daerah Pemerintahan Provinsi Bali saat ini terbagi
menjadi 9 (sembilan) Kabupaten/Kota. Sembilan Kabupaten/Kota yang dimaksud
adalah:
Tabel 2.1.
Nama-Nama Kabupaten/Kota dan Ibukotanya di Provinsi Bali
N0 KABUPATEN/KOTA IBUKOTA
1 Buleleng Singaraja
2 Jembrana Negara
3 Tabanan Tabanan
4 Badung Mangupura
5 Denpasar Denpasar
3. Iklim
Provinsi Bali memiliki iklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musim
dan terdapat musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim pancaroba.
Suhu rata-rata di Bali sekitar 23,5–32,4oCdengan kelembaban udara rata-rata
70-92 %. Curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara 1747,9s/d 2610,3 mm dan
tertinggi terjadi pada bulan Desember, Januari dan Pebruari, sedang terendah pada
bulan Juni, Juli dan Agustus.
B. KEADAAN PENDUDUK
Jumlah penduduk Bali pada tahun 2014 berdasarkan hasil proyeksi BPS yang
didasarkan pada hasil sensus penduduk tahun 2010 Provinsi Bali sebesar 4.104.900
jiwa. Adapun rincian kependudukan Provinsi Bali secara garis besar sebagai tabel
berikut ini.
Tabel 2.2.
Jumlah Keluarga dan Penduduk, Luas Wilayah, Sex Ratio,
Kepadatan Serta Rata-rata Jiwa per Keluarga, Dirinci per Kabupaten/Kota
Keadaan Terakhir Tahun 2014
Berdasarkan jumlah penduduk hasil sensus tahun 2010 dan perhitungan proyeksi
untuk penduduk tahun 2014, dapat diperoleh gambaran piramida penduduk sebagai
berikut :
Gambar 2.1.
Piramida Penduduk Bali Tahun 2010 dan Tahun 2014
95,62 94,77
100 89,84 89,04 88,28 88,08 86,17
82,65
90
80 69,5 67,82
70
60
50
40
30
20
10
0
Pada gambar 2.2. terlihat bahwa sebagian besar (82,65%) penduduk di Provinsi Bali
sudah memiliki akses air minum layak. Jika dibandingkan dengan capaian nasional
85% dan MDGs 68,87%, ternyata cakupan untuk tahun 2014 sudah berada diatasnya,
oleh karena itu diharapkan kepada pemegang program selalu dapat memantau dengan
seksama dan bahkan meningkatkan angka cakupan ini agar seluruh (100%) keluarga
di provinsi Bali memiliki akses terhadap air minum layak, sehingga dapat
menurunkan kejadian penyakit yang tertular melalui air minum.
Gambar 2.4
Persentase Penduduk Dengan Akses Terhadap Fasilitas
Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Kabupaten/ Kota
Provinsi Bali 2014
95,5 94 92,9 90,4
100 84,1 83,6 80,6 73,9 71,6
63,4
50
3. Rumah Sehat
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 162 dan 163
mengamanatkan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pada pasal 163 ayat 2 mengamanatkan bahwa lingkungan sehat antara lain mencakup
lingkungan permukiman.Untuk menjalankan amanat dari pasal tersebut, maka untuk
penyelenggaraan penyehatan permukiman difokuskan pada peningkatan rumah sehat.
Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal : akses air minum, akses
jamban sehat, lantai, ventilasi, dan pencahayaan (Kepmenkes Nomor
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Permenkes
Nomor 1077/PER/V/ MENKES/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam
Ruang Rumah).
Gambar 2.5
Persentase Rumah Sehat per Kab/Kota Provinsi Bali 2014
150 127,43
98,03 94,67 92,77
88,03 87,19 80,27
100 79,64 75,89
68,57
50
PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat.
Bagi Masyarakat:
Gambar 2.6
Persentase Rumah Tangga ber-PHBS Provinsi Bali
Tahun 2007 - 2014
90
80 76,11 74,25
69,4 69.95
70 64,42
58,83
60 52,35
50 Jumlah RT ber-PHBS
40,36
40
Linear (Jumlah RT ber-
30
PHBS)
20
10
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
100 86,99
79,14 78,74 78,41 76,68 74,78
72,44 69,95
80 65,65
53,56
60
40
20
0
Berdasarkan gambar 2.7 Persentase rumah tangga yang ber PHBS di Provinsi
Bali Tahun 2014 dengan persentase tertinggi ada Kabupaten Jembrana (86,99%),
Kabupaten Badung (79,14%) dan Kabupaten Klungkung (78,74%), sedangkan
terendah berada di Kabupaten Buleleng (53,56%).
A. MORTALITAS
Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan
tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit
maupun sebab lainnya. Angka Kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKI,
AKB, AKN, AKABA.
Pada gambar 3.1. terlihat bahwa AKI di Provinsi Bali dari tahun 2005 sampai
dengan 2014 sudah mencapai target yaitu kurang dari 102/100.000 KH. Namun
demikian, trendnya sangat fluktuatif masih naik turun, harapan kita AKI setiap
tahunnya dapat diturunkan.
Memperhatikan gambar 3.3. terlihat bahwa AKB di Provinsi Bali dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2014 menunjukan trend yang fluktuatif, meski sudah lebih
rendah dari angka kematian bayi secara nasional, tapi masih perlu mendapat perhatian
kita bersama. Angka ini tetap lebih rendah dibandingkan dengan target Renstra
Kemenkes yaitu 24 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2014 dan target MDGs yaitu
23 per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran AKB per kabupaten/kota dapat dilihat pada
Gambar 3.4. di bawah ini.
Dari gambar 3.9. terlihat bahwa antara IPM Provinsi Bali dengan IPM
Nasional cenderung berimpitan, tapi pada tahun 2013 IPM Bali lebih tinggi dari IPM
Nasional.
Tabel 3.2
Pola 10 Besar penyakit pada Pasien di Puskesmas
Di Provinsi Bali tahun 2014
Tabel 3.4
Pola 10 Besar Penyakit pada Pasien Rawat Jalan di RSUD
Di Provinsi Bali tahun 2014
Sumber : Bidang Bina Yan. Rujukan Dinkes Prov. Bali tahun 2014
Selama kurun waktu 3 tahun terakhir CNR Provinsi Bali secara umum sudah
terjadi peningkatan walaupun tidak signifikan. Tahun 2012 CNR Provinsi Bali
sebesar 71/100.000 penduduk dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 74/100.000
penduduk, sedangkan tahun 2014 angka tersebut tetap sebesar 74/100.000 penduduk.
Case Notification Rate secara nasional ditargetkan naik 5% setiap tahun, berdasarkan
hasil capaian tahun 2013, maka target di tahun 2014 sebesar 78/100.000 penduduk.
b. Pengendalian ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode
per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara
maju. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan
memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia
diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan
c. HIV/AIDS
HIV/AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami
penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam
penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang terjadi
melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang
terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan
melalui plasenta dan kegiatan menyusui.
Kasus HIV/AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahun. Sampai
dengan Desember 2014 jumlah kasus HIV mencapai 1.352 kasus dan AIDS
mencapai 869 kasus. Gambar berikut menampilkan jumlah kumulatif kasus
HIV/AIDS berdasarkan golongan usia di Bali.
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa jumlah terbanyak kasus HIV
dan AIDS terdapat pada golongan usia 20-29 tahun dan 30-39 tahun, dimana
golongan usia ini adalah golongan usia produktif. Penyebaran kasus HIV/AIDS di
Bali saat ini lebih banyak ditularkan melalui hubungan seksual. Jumlah kematian
akibat AIDS tahun 2014 sebanyak 54 orang; laki-laki 34 orang dan perempuan 20
orang.
d. Kusta
Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta
menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak
dan mata. Tahun 2000 mempunyai arti penting bagi program pengendalian kusta.
PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI | 31
Pada tahun 2000, dunia dan khususnya negara Indonesia berhasil mencapai eliminasi
penyakit kusta. Eliminasi didefinisikan sebagai pencapaian jumlah penderita terdaftar
kurang dari 1 kasus per 100.000 penduduk. Dengan demikian, sejak tahun tersebut di
tingkat dunia maupun nasional, kusta bukan lagi menjadi masalah kesehatan bagi
masyarakat.
Diagnosis dini dan pengobatan dengan menggunakan MDT (Multi Drug
Therapy) merupakan kunci utama keberhasilan mengeliminasi kusta sebagai masalah
kesehatan masyarakat. Pengobatan dengan MDT berhasil menurunkan 84,6% kasus
penyakit kusta di Indonesia sejak tahun 1985 hingga akhir tahun 2011.
Target yang ditetapkan secara Nasional untuk angka penemuan kasus baru
penyakit kusta tahun 2014 adalah kurang dari 5/100.000 penduduk. Sedangkan angka
penemuan kasus baru (New Case Detection Rate) penyakit kusta untuk Provinsi Bali
tahun 2014 adalah 1,66/100.000 penduduk. Situasi ini menunjukkan kondisi yang
relatif statis. Hal ini dapat dilihat dari angka penemuan kasus baru kusta yang
berkisar antara 1-2 kasus per 100.000 sejak tahun 2012 hingga 2014 ini.
e. Penyakit Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya
menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria
disebabkan oleh hewan bersel satu (protozoa) plasmodium yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anopheles. Wilayah endemis malaria pada umumnya adalah wilayah
terpencil dengan kondisi lingkungan yang tidak baik, sarana transportasi dan
komunikasi yang sulit, akses pelayanan kesehatan kurang, tingkat pendidikan dan
sosial ekonomi masyarakat yang rendah serta buruknya perilaku masyarakat terhadap
kebiasaan hidup sehat.
Di Jawa Bali, masih terjadi fluktuasi dari angka kesakitan malaria yang diukur
dengan Annual Paracite Incidence (API). Dilihat dari indikator program
penanggulangan malaria (API) sejak 5 tahun terakhir walaupun angka API
berfluktuasi namun sudah mencapai target nasional < 1 per 1000 penduduk, baik
capaian API di kabupaten/kota maupun capaian secara provinsi. Tahun 2014
indikator API Provinsi Bali menunjukkan 0,01 per 1000 penduduk. Berikut Tren API
di Provinsi Bali tahun 2009-2014.
a. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang
masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah
satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus
TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang rendah.
Di Provinsi Bali pada tahun 2014 tidak ada kasus Tetanus Non Neonatorum
yang dilaporkan. Sementara itu, kasus Tetanus Neonatorum terlaporkan 1 kasus anak
perempuan dan meninggal setelah tertangani di Kabupaten Karangasem.
c. Campak
Campak disebabkan oleh virus campak. Sebagian besar kasus campak
menyerang anak-anak. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah
terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi.
Tahun 2014 dilaporkan 971 kasus campak, kondisi ini meningkat drastis
dibandingkan kondisi tahun 2013 yang ditemukan 8 kasus di Kabupaten Buleleng dan
di Kabupaten Badung. Sehingga tahun ini Campak termasuk Kejadian Luar Biasa, hal
ini kemungkinan disebabkan oleh perubahan cuaca dan iklim, yang membuat virus
berkembang biak dengan baik.
Jika dibandingkan CFR tahun 2014 dengan tahun 2013, CFR tahun 2014
sebesar 0,2/100.000 penduduk lebih tinggi dari pada tahun 2013 sebesar 0,11/100.000
penduduk, hal ini berbanding lurus dengan IR yang meningkat di tahun 2014 ini.
CFR tahun 2014 kalau dibandingkan dengan target Renstra Dinas Kesehatan tahun
2013-2018 sebesar < 1 %, CFR tahun 2014 sudah melampaui target. Jumlah kematian
tertinggi pada tahun 2014 terdapat di kota Denpasar yaitu 7 kematian, Kabupaten
Gianyar 3 kematian, Badung 3 kematian, Buleleng 3 kematian dan Tabanan 1
kematian sehingga total kasus kematian karena DBD di Provinsi Bali sebanyak 17
kasus (CFR 0,2/100.000 penduduk).
c. Penyakit Diare
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi
feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila
feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau
buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Penyakit Diare
d. Rabies
Rabies merupakan penyakit zoonosa yang disebabkan oleh Lyssa-virus (virus
rabies) dan ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing,
kelelawar, kera, musang dan srigala yang di dalam tubuhnya mengandung virus
rabies. Penyakit ini dikenal di Indonesia sejak diketahui dan dilaporkan adanya
seekor kerbau menderita rabies oleh Esser pada tahun 1884, kemudian pada tahun
1894 pertama kali dilaporkan rabies pada manusia oleh E.V. de Haan. Berikut ini
jumlah kasus GHPR dan pasien yang diberikan VAR di Provinsi Bali tahun 2012-
2014.
Dilihat dari gambar 3.16, dapat dilihat kasus GPHR tahun 2014 kembali
meningkat demikian juga dengan penggunaan VAR di tahun 2014, dengan kematian
yaitu 2 orang terlaporkan di Kabupaten Buleleng 1 orang dan Kabupaten Karangasem
1 orang.
Penderita rabies sekali gejala klinis timbul biasanya diakhiri dengan kematian.
Untuk itulah setiap kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) harus ditangani
sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI.
PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI | 38
Kasus GHPR yang melapor atau yang diketahui oleh petugas kesehatan dan
peternakan sudah ditangani sesuai dengan SOP yang berlaku. Tetapi yang masih
menjadi masalah adalah adanya kasus GHPR yang tidak terlaporkan atau tidak
diketahui petugas terkait sehingga tidak mendapat penanganan sesuai standar. Hal ini
disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat tentang rabies atau cenderung
mengabaikan kasus gigitan karena luka yang ditimbulkan tidak parah. Untuk
mengatasi hal tersebut Dinas Kesehatan tidak henti-hentinya melakukan sosialisasi
atau penyuluhan hingga ke pelosok-pelosok desa dengan melibatkan semua
komponen masyarakat.
Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat
adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan
masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan
lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa,
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif
dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat aditif dan
bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan
dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.
Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan selama beberapa tahun terakhir,
khususnya tahun 2014 di Provinsi Bali.
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa ada kesenjangan yang terjadi antara
cakupan K1 dan K4. Pada tahun 2013 terjadi selisih antara cakupan K1 dan K4
sebesar 4,1%, kemudian sampai dengan tahun 2014 selisih itu terjadi perubahan
cenderung melebar menjadi 4,5%. Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4
menunjukkan angka drop out K1-K4, dengan kata lain jika kesenjangan K1 dengan
K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama
Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa capaian kunjungan neonatal yang
lengkap sebesar 100,03%, sudah sesuai dengan target renstra yang ditentukan yaitu
85%. Dengan demikian berarti neonatus telah mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus
sedikitnya 3 kali selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas
pelayanan kesehatan maupun kunjungan rumah. Berdasarkan kabupaten/kota capaian
tertinggi dicapai oleh Kabupaten Buleleng sebesar 106,45% dan terendah Kabupaten
Gianyar sebesar 91,92%. Kabupaten/kota di Provinsi Bali pada tahun 2014
seluruhnya telah melampaui target renstra yang ditentukan yaitu 85%.
Data prevalensi pada gambar diatas bersumber dari data Riskesdas 2013,
prevalensi gizi kurang Provinsi Bali (10,2) lebih rendah dari prevalensi gizi kurang
secara nasional. Demikian juga dengan prevalensi gizi buruk Provinsi Bali (3) lebih
rendah dari nasional (5,7). Balita gizi buruk yang terlaporkan di tahun 2014 sebanyak
Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat realisasi cakupan rumah tangga yang
mengkonsumsi garam beryodium pada tahun 2014 sebesar 76,12%, cakupan ini
masih jauh dibawah target yang ditetapkan yaitu 85%. Hal ini disebabkan oleh masih
banyak masyarakat yang mengkonsumsi garam non yodium dan terdapat beberapa
merk dagang garam dengan kemasan beryodium yang tidak mengandung zat yodium
sesuai standar.
Cakupan ibu hamil yang mendapatkan tablet penambah darah (Fe) selama
tahun 2005-2014 terlihat fluktuatif. Pada tahun 2014 capaian pemberian Fe3 sebesar
95,19% yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2013 cakupan
sebesar 93,79%, capaian ini belum mencapai target renstra yaitu 98%. Cakupan
pemberian tablet tambah darah terkait erat dengan antenatal care (ANC). Analisis
cakupan K4 dengan Fe3 sering menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar,
seperti pada gambar diatas pada tahun 2014 terdapat kesenjangan 1,09%, hal ini
disebabkan karena belum optimalnya koordinasi sistem pencatatan dan pelaporan
antar program terkait. Sebaran cakupan pemberian tablet tambah darah (Fe3) pada ibu
hamil menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Dari capaian tahun 2014, pemberian Vitamin A pada bayi usia 6-11 bulan dan
anak balita sudah melampaui target yaitu 90%. Dan semua kabupaten/kota di Provinsi
Bali telah melampaui target 90%.
Bahwa di Provinsi Bali, selama 3 tahun terakhir capaian UCI desa di Provinsi
Bali mengalami peningkatan yakni 94.3% (2012), 96.0% (2013) dan 98,5% (2014).
Akan tetapi capaian tersebut belumlah mencapai target 100% pada akhir tahun 2014,
yang ditetapkan sesuai dengan RPJMN 2013-2018. Hal ini dikarenakan beberapa hal
antara lain : jumlah bayi yang menjadi sasaran program Imunisasi diperoleh
Dari gambar diatas terlihat bahwa dari tahun 2005 sampai dengan 2014 angka LOS di
Provinsi Bali berkisar antara 1,79 hari sampai 4,43 hari dan belum mencapai angka
ideal karena masih dibawah 6-9 hari. Begitu pula halnya dengan angka TOI dari
tahun 2005 sampai dengan 2010 berkisar antara 3,12 sampai 4,77 hari dan bahkan
selama 6 tahun tersebut belum mencapai angka ideal. Mulai tahun 2011 angka TOI
mencapai angka ideal sebesar 2,76 , tahun 2012 sebesar 1,94, tahun 2013 sebesar 2,9
dan tahun 2014 sebesar 1,57 (berada pada angka ideal 1-3 hari).
GDR adalah angka kematian umum setiap 1.000 penderita keluar rumah sakit.
Pada GDR, tidak melihat berapa lama pasien berada di rumah sakit dari masuk
sampai meninggal. Nilai ideal GDR adalah < 45 per 1.000 pasien keluar. Pada tahun
2014 angka GDR di Provinsi Bali sebesar 1,35 kematian per 1.000 pasien, dari
seluruh rumah sakit yang ada ternyata masih ada rumah sakit di Provinsi Bali
memiliki GDR di atas 45 per 1.000 pasien.
NDR adalah angka kematian pasien setelah dirawat ≥ 48 jam per 1.000 pasien
keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Asumsinya jika pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan 48 jam berarti ada
faktor pelayanan rumah sakit yang terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien.
Namun jika pasien meninggal < 48 jam masa perawatan, dianggap faktor
keterlambatan pasien datang ke rumah sakit yang menjadi penyebab utama pasien
meninggal. Nilai NDR yang ideal adalah < 25 per 1.000 pasien keluar. NDR sejak
tahun 2005 sampai 2014 berkisar antara 8,85 sampai 17,6 per 1.000 pasien keluar.
Dengan demikian NDR telah mencapai angka ideal yaitu < 25 per 1.000 pasien
keluar.
Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan
sumber daya tenaga, pembiayaan dan sarana kesehatan dapat memadai dan seimbang
dengan kebutuhan. Sumber daya kesehatan dapat diukur dengan beberapa indikator
kecukupan sebagai berikut :
A. TENAGA KESEHATAN
Sumber daya manusia (SDM) Kesehatan adalah seseorang yang bekerja
secara efektif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan
maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan
upaya kesehatan.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Sedangkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
tenaga kesehatan, maka tenaga kesehatan terbagi atas 7 (tujuh) jenis tenaga yaitu
tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik dan tenaga keteknisian medis.
Dalam melakukan pengelolaan atau manajemen Sumber Daya Manusia
Kesehatan (SDMK) diperlukan informasi yang berbasis fakta atau gambaran empiris,
sehingga pengelolaan SDMK dapat sesuai dengan kebutuhan. Informasi tersebut
dapat disusun dalam sebuah Dokumen Data dan Informasi PPSDM Kesehatan
Provinsi Bali sehingga dapat memberikan gambaran terkait dengan indikator, sumber
data SDMK, cara pengelolaan analisis dan penyajian data SDMK.
Ratio method/ratio terhadap nilai adalah metode perhitungan yang
diperkirakan untuk menghitung kebutuhan tenaga kesehatan di suatu wilayah
berdasarkan ratio terhadap penduduk. Perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan dalam
penyusunan Dokumen Data dan Informasi PPSDM Kesehatan di Provinsi Bali
sampai dengan Tahun 2014 menggunakan ratio kebutuhan per 100.000 penduduk
perjenis tenaga kesehatan. Untuk menghitung kekurangan perjenis tenaga
PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI | 72
menggunakan perhitungan jumlah kebutuhan dikurangi jumlah tenaga yang ada saat
ini. Jumlah tenaga yang ada saat ini dihitung tenaga kesehatan yang ada di unit
pelayanan kesehatan yaitu puskesmas dan rumah sakit daerah seperti tabel berikut ini.
Tabel 5.1
Standar Ratio Tenaga Kesehatan
Berdasarkan Indikator Indonesia Sehat 2010.
6000
5454
5000 4823
Ada
4105 Kebutuhan
4000
Kekurangan
3000
2786
-1000
1. Tenaga Medis
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan, yang dimaksud dengan Tenaga Medis meliputi dokter dan
dokter gigi, termasuk didalamnya tenaga dokter spesialis. Tenaga medis merupakan
Berdasarkan data diatas dapat dilihat jumlah tenaga dokter umum terbanyak di
Kota Denpasar sejumlah 352 orang, disusul Kabupaten Badung sejumlah 125 orang
dan Kabupaten Buleleng 62 orang, sedangkan jumlah tenaga dokter umum paling
sedikit di Kabupaten Klungkung sejumlah 50 orang.
Untuk dokter spesialis terbanyak di Kota Denpasar sejumlah 412 orang, disusul
Kabupaten Badung sejumlah 65 orang dan Kabupaten Gianyar 120 orang, sedangkan
jumlah tenaga dokter spesialis paling sedikit di Kabupaten Karangasem dan Jembrana
sejumlah 17 orang.
Sedangkan dokter gigi terbanyak di Kabupaten Gianyar sejumlah 54 orang,
disusul Kota Denpasar dan Kabupaten Tabanan sejumlah 49 orang, sedangkan jumlah
tenaga dokter gigi paling sedikit di Kabupaten Jembrana sejumlah 12 orang.
Dari gambaran data perkembangan jumlah tenaga medis di Kabupaten/Kota
menunjukkan bahwa persebaran tenaga medis masih belum merata terlihat masih
berpusat di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, sementara di kabupaten lain,
jumlah tenaga medis masih jauh lebih kecil. Proporsi tenaga medis yang bekerja
sesuai dengan kabupaten/kota dapat digambarkan sebagai berikut:
2. Tenaga Keperawatan
Tenaga Keperawatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan terdiri atas tenaga perawat dan bidan. Tenaga perawat
terdiri atas tenaga perawat dan tenaga perawat gigi.
Perawat sesuai dengan Permenkes Nomor 148 Tahun 2010 adalah seseorang yang
telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun definisi bidan sesuai
dengan Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 adalah seorang perempuan yang lulus
dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan perundang-undangan
253 Karangasem
558
304
752 Bangli
Perawat 2110
418 Klungkung
721
190
591 Gianyar
210 Denpasar
267
199
369 Badung
Bidan 529
255 Tabanan
330
222
405 Jembrana
Buleleng
0 500 1000 1500 2000 2500
3. Tenaga Kefarmasian
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang pekerja
kefarmasian, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian. Tenaga kefarmasian terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
Tenaga teknis kefarmasian terdiri atas Sarjana Farmasi, ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Adapun gambaran
distribusi tenaga kefarmasian menurut kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2014
dapat dilihat pada gambar berikut:
3 Karangasem
14
10
31 Bangli
14
3 Klungkung
13
4
14 Gianyar
14 Denpasar
35
16
38 Badung
158
35 Tabanan
55
19
27 Jembrana
38
44 Karangasem
Sanitarian
17
48 Bangli
37
25
52 Klungkung
13
46 Gianyar
15 Denpasar
41
Masyarakat
Kesehatan
8 Badung
30
54
70 Tabanan
33
19 Jembrana
16
Buleleng
0 20 40 60 80
19,883 12,001
11,614
6,253 4,148
4,577
4,284
6,116 9,725 9,786
Buleleng Jembrana Tabanan
Badung Denpasar Gianyar
Klungkung Bangli Karangasem
5. Tenaga Gizi
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 menyebutkan bahwa
tenaga gizi terdiri atas nutrisionis dan dietisien. Akan tetapi pada profil ini, hanya
nutrisionis yang terlaporkan. Adapun distribusinya seperti gambar berikut:
Gambar 5.10
Distribusi Tenaga Gizi Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Bali Tahun 2014
120 105
100
80 52 53
60 34 36
40 19 21 23 21
20
0
Gambar 5.11
Proporsi Tenaga Gizi Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Bali Tahun 2014
5,165 Buleleng
7,042
8,096
Jembrana
16,268
Tabanan
12,232
Badung
13,158
Denpasar
6,932 12,158 Gianyar
3,484
Klungkung
Bangli
250 204
200
150
100 69
32 31 34 44
24 19 21
50
0
Dari gambaran diatas sebaran tenaga keteknisian medis lebih terkonsentrasi di Kota
Denpasar sejumlah 204 orang, sedangkan jumlah tenaga keteknisian medis paling
sedikit terdapat di Kabupaten Badung sejumlah 19 orang. Hal ini disebabkan karena
sebagian fasilitas pelayanan kesehatan termasuk didalamnya swasta sebagian besar
berada di Kota Denpasar.
Berikut digambarkan proporsi tenaga keteknisian medis menurut kabupaten/kota di
Provinsi Bali tahun 2014;
Gambar 5.13
Proporsi Tenaga Keteknisian Medis Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Bali Tahun 2014
5,165 4,982 8,895
19,883
15,924
19,451
23,622 3,152
6,320
Buleleng Jembrana Tabanan Badung Denpasar
Gianyar Klungkung Bangli Karangasem
B. SARANA KESEHATAN
Sarana pelayanan kesehatan di Provinsi Bali relatif cukup banyak baik dari segi
jumlah maupun jenisnya. Sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah
(puskesmas) telah menjangkau keseluruhan kecamatan yang ada di kabupaten/kota,
bahkan jika digabungkan dengan puskesmas pembantu sebagai jaringan
pelayanannya dan UKBM, telah mampu menjangkau seluruh desa yang ada.
Perkembangan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan di sektor swasta juga
bekembang pesat dengan munculnya berbagai sarana pelayanan seperti rumah sakit
swasta, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta, klinik dan lain-lain.
1. Puskesmas
Sesuai dengan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor 75 tahun
2014, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Berdasarkan kemampuan penyelenggaraannya, puskesmas dikategorikan menjadi
puskesmas non rawat inap dan puskesmas rawat inap. Puskesmas non rawat inap
adalah puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali
pertolongan persalinan normal. Sedangkan puskesmas rawat inap adalah puskesmas
yang diberi tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Jumlah puskesmas di Provinsi Bali pada tahun 2014 adalah 120 puskesmas.
Dari 120 puskesmas yang ada terdiri dari 37 buah diantaranya merupakan puskesmas
disertai dengan layanan rawat inap dan sisanya sebanyak 83 buah adalah puskesmas
yang tidak memiliki fasilitas rawat inap. Jumlah dan persebaran puskesmas yang
mencakup layanan rawat inap dan layanan rawat jalan di puskesmas yang ada di
Provinsi Bali pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.
Di Provinsi Bali rasio puskesmas per 30.000 penduduk sebesar 0,88 per 30.000
penduduk. Angka ini tetap sejak tahun 2013. Rasio puskesmas per 30.000 penduduk
belum menggambarkan kondisi real aksessibilitas masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar. Sebagai perbandingan, di Indonesia tahun 2013, 3 provinsi dengan
ratio tertinggi semuanya berada di wilayah timur yaitu Papua Barat, Papua dan
Maluku, hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang relatif sedikit sedangkan
wilayah kerja sangat luas.
Di Provinsi Bali, ratio puskesmas per 30.000 penduduk sebesar 0,88, hal ini
disebabkan karena jumlah dan kepadatan penduduk yang tinggi. Jika dilihat dari rasio
terhadap jumlah penduduk, Provinsi Bali angkanya masih rendah. Walaupun
demikian dalam hal sarana pelayanan kesehatan dasar, Bali memiliki kondisi yang
baik yang berasal dari sektor swasta, dipertegas lagi dengan capaian kesehatan di
Provinsi Bali yang menunjukkan angka yang baik. Akan tetapi kondisi ini sebetulnya
tetap harus diperhatikan, karena meskipun kebutuhan pelayanan kesehatan dasar
2. Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana
dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup
wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan
dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Jumlah puskesmas pembantu
Tahun 2014 sebanyak 523 pustu, jika dibandingkan dengan tahun 2013 jumlahnya
sebanyak 522 pustu.
Tabel 5.3
Jumlah Pustu Dan Pusling Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Bali Tahun 2014
3. UKBM
Pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan telah diakui
oleh semua pihak, hasil pengamatan, pengalaman sampai peningkatan catatan
program yang dikaji secara statistik semuanya membuktikan bahwa peran serta
masyarakat amat menentukan terhadap keberhasilan, kemandirian, dan
kesinambungan pembangunan kesehatan. Peran serta masyarakat itu semakin
1 Buleleng 714 0 82
2 Jembrana 330 0 51
3 Tabanan 828 23 67
4 Badung 573 0 1
5 Denpasar 461 0 0
6 Gianyar 565 0 12
7 Kungkung 294 0 59
8 Bangli 353 6 72
9 Karangasem 673 3 80
Tahun 2014 4.791 32 424
Tahun 2013 4.783 6 594
Gambar 5.14
Persentase Strata Posyandu Di Provinsi Bali Tahun 2014
Pratama Madya Purnama Mandiri
5% 2%
30%
63%
Posyandu pratama adalah posyandu yang belum mantap, ditandai oleh kegiatan
posyandu belum terlaksana secara rutin setiap bulan dan jumlah kader kurang dari 5.
Persentase posyandu pratama di Provinsi Bali sangat kecil, hanya sebesar 2%.
Posyandu madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi
cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Persentase
posyandu madya sebesar 30%. Posyandu purnama adalah posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader sebanyak 5
orang atau lebih, cakupan kelima kegiatannya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan
dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang kepesertaannya masih kurang
dari 50% KK di wilayah kerja posyandu. Persentasenya paling besar sebanyak 63%,
artinya sebagian besar posyandu di Provinsi Bali termasuk kategori posyandu
purnama. Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata kader sebanyak 5 orang atau
lebih, cakupan kelima kegiatannya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang
dikelola oleh masyarakat yang kepesertaannya lebih dari 50% KK di wilayah kerja
Posyandu. Persentasenya sebesar 5%.
Gambar 5.15
Persentase Desa Siaga Aktif Menurut Kabupaten/Kota Di
Provinsi Bali Tahun 2014
100 100 100 100 100 100
92,31 92,18 88,57
100
80 68,42
60
40
20
0
Dari gambar diatas dapat dilihat, hanya Kabupaten Tabanan yang belum
memenuhi target, capaiannya sebesar 68,42%. Data Provinsi Bali pada tahun 2014
telah mencapai target nasional yang telah ditetapkan (target 70%, pencapaian 92,18
%). Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan capaian dari tahun sebelumnya yaitu
38% (246 desa) pada tahun 2013. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya sosialisasi
dan pembinaan yang terus dilakukan dari tingkat kabupaten sampai ke tingkat
puskesmas. Beberapa kendala yang menyebabkan rendahnya pencapaian desa siaga
aktif pada tahun 2013 telah berhasil dicari upaya pemecahannya. Kendala-kendala
tersebut adalah dalam melakukan stratifikasi, kabupaten belum mengacu pada
pedoman yang ada (8 indikator), belum adanya penyamaan persepsi dalam
melakukan stratifikasi dan belum dibuatkannya SK Forum desa siaga di banyak desa.
Kendala tersebut menyebabkan ada beberapa salah persepsi dalam melakukan upaya
pentahapan desa siaga aktif di desa/kelurahan. Data tahun 2014 juga menunjukkan
adanya variasi pada pentahapan desa siaga aktif di Bali tahun 2014 yaitu srata
Tabel 5.5
Jumlah
No. Kab/Kota TT
RSU RS ABRI RSK Total
1. Buleleng 1 1 0 2 354
2. Jembrana 1 0 0 1 137
3. Tabanan 1 0 0 1 222
4. Badung 1 0 0 1 134
5. Denpasar 2 2 1 5 1.354
6. Gianyar 1 0 0 1 269
7. Klungkung 1 0 0 1 193
8. Bangli 1 0 1 2 614
9. Karangasem 1 0 0 1 218
Untuk keadaan rumah sakit swasta di Provinsi Bali pada tahun 2014 seluruhnya ada
40 buah terjadi peningkatan sebanyak 2 buah bila dibandingkan dengan tahun 2013
yaitu sebanyak 38 buah. Rumah sakit swasta terdiri dari rumah sakit umum sebanyak
33 buah dan rumah sakit khusus sebanyak 7 buah dengan jumlah tempat tidur
sebanyak 2.685 buah, jumlah tempat tidur meningkat dibandingkan dengan tahun
2013 yaitu sebesar 336 buah. Rumah sakit tersebar di semua kabupaten/kota kecuali
ada 1 kabupaten yang tidak memiliki rumah sakit swasta yaitu : Kabupaten
Karangasem. Jumlah rumah sakit swasta yang terbanyak ada di Kota Denpasar yaitu
sebanyak 14 buah.
Menurut standar WHO, ratio ideal jumlah Tempat Tidur (TT) RS terhadap
jumlah penduduk adalah 1 Tempat Tidur untuk 1.000 orang dan dalam Permenkes No
56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit, rasio tempat tidur
kelas III di rumah sakit pemerintah adalah 30% dari jumlah tempat tidur keseluruhan
dan untuk rumah sakit swasta adalah 20% dari jumlah tempat tidur keseluruhan . Di
Bali jumlah penduduk mencapai 4.140.900 jiwa ditambah dengan jumlah kunjungan
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Anggaran pembangunan kesehatan bersumber dari APBN, APBD kabupaten/kota,
APBD Provinsi, BLN dan lain-lain.
Tabel 5.7.
Jumlah Anggaran Pembangunan Kesehatan Menurut Sumber Pembiayaan Di
Provinsi Bali Tahun 2012 s/d 2014
N SUM- JUMLAH ANGGARAN (Rp) PERSENTASE
O BER 2012 2013 2014 2012 2013 2014
1 APBN 171.958.551.847 387.790.745.618 143.715.305.702 14,14 13,68 6,44
Dari tabel diatas dapat dilihat, anggaran kesehatan yang bersumber dari APBD
kabupaten/kota semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini menunjukkan respon
positif dari pemerintah daerah kabupaten/kota dalam merencanakan anggaran
kesehatan lebih dari 10% dari APBD kabupaten/kota. Persentase anggaran kesehatan
terhadap APBD Provinsi Bali tahun 2014 sebesar 10,07%. Sedangkan anggaran
kesehatan perkapita Provinsi Bali tahun 2014 sebesar Rp. 159.645,77.
A. PENDAHULUAN
Kesehatan adalah hak asasi setiap manusia yang harus dipenuhi. Kesehatan
menjadi salah satu penentu kesejahteraan manusia dan kualitas dari sumberdaya
manusia. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan
berkesinambungan, dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya. Untuk mencapai hal tersebut, Visi Kementerian
Kesehatan RI adalah “Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” dengan misi: “
Membuat Masyarakat Sehat” yang akan tercapai dengan salah satu strateginya adalah
meningkatkan pembiayaan kesehatan. Sejalan dengan Visi Bali Mandar yaitu “Bali
Maju, Aman, Damai dan Sejahtera” dengan salah satu misi dari tiga misi yang ada
yakni “Mewujudkan Bali yang sejahtera dan sukerta lahir batin”.
Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat diperlukan adanya
kegiatan yang dapat menyentuh langsung kebutuhan masyarakat akan kesehatan yang
paling mendasar untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Disadari bahwa
kesehatan masih merupakan prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya disamping pendidikan. Dalam upaya melindungi dan meningkatkan derajat
kesehatan diperlukan adanya upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dan
untuk meningkatkan mutu upaya tersebut diatas perlu dilakukan revitalisasi system
kesehatan secara menyeluruh sehingga masalah kesehatan mulai dari hulu sampai
kehilir dapat diatasi dengan baik.
Gambaran masyarakat Bali yang telah tercakup dengan Jaminan Kesehatan
(JK) adalah sebagai berikut :
1) Tanggal 1 Januari 2014, di Indonesia secara Nasional mulai berlaku Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), sehingga Asuransi Kesehatan yang dilaksanakan
sebelumnya seperti, Askes, Jamkesmas, ASABRI dan Jamsostek bergabung
menjadi satu jaminan kesehatan yakni Jaminan Kesehatan Nasional dengan
penyelenggaranya adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bidang Kesehatan
(BPJS Kesehatan). Saat ini jumlah pesertanya mencapai 1.417.894 jiwa atau
34,54% dari jumlah penduduk Bali Tahun 2014 (4.104.900 jiwa), dengan rincian:
C. TRIAS MANAJEMEN
1. Kepesertaan
a) Kepemilikan Jaminan Kesehatan
Kepemilikan Jaminan Kesehatan Provinsi Bali tahun 2014 dapat dilihat pada
gambar 6.1 berikut:
Dari data diatas dapat dilihat kepesertaan JKBM semakin menurun, hal ini
disebabkan oleh masyarakat yang mulai beralih menggunakan JKN.
Gambar 6.2
Prosedur Kepesertaan JKBM Di Provinsi Bali
Banjar Desa Kecamatan
Puskesmas
Input data
Kabupaten/Kota
Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan
Provinsi
Daerah Kab/ kota :
Tim Pengelola JKBM 1. Penetapan/pengesahan
PPK I, II, III 1. Cetak Kartu peserta JKBM mll KEP
Database sebagai 2. Bimtek Bupati/Walikota
dasar yankes 3. Monev 2. Entry Data Base Peserta
4. Pengembangan JKBM
JKBM 3. Bimtek dan monev
Alur Pendataan
Alur Distribusi Kartu E-JKBM
2. Pelayanan Kesehatan
a) Alur Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat dilayani di 9 kabupaten/kota di Provinsi Bali.
Pemberi pelayanan kesehatan adalah puskesmas dan jaringannya, rumah sakit
pemerintah dan rumah sakit swasta jejaring JKBM, dengan mendapatkan fasilitas
rawat inap kelas III. Mekanisme pelayanan kesehatan JKBM mengacu pada
Pergub No.39 Tahun 2004. Berikut ini adalah gambar alur pelayanan rujukan
pada peserta JKBM :
Peserta JKBM
KTP Bali /KK
EMERGENCY
Identitasdapatdileng
kapi 2x24 jam
PULANG
f) Jumlah Kunjungan
Jumlah kunjungan peserta JKBM di puskesmas dan rumah sakit dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 6.3
Jumlah Kunjungan di Rumah Sakit Provinsi Bali Tahun 2014
3. Pembiayaan
a) Ketentuan Umum Pendanaan
(1) Pendanaan untuk pembiayaan program JKBM merupakan sharing
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada peserta JKBM
b) Sumber Dana
Sumber dana berasal dari APBD Provinsi Bali dan APBD
kabupaten/kota yang ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk yang belum
memiliki jaminan kesehatan dan PAD kabupaten/kota. Dana tersebut 100%
dialokasikan untuk membiayai dana pelayanan kesehatan langsung.
Disamping dana pelayanan kesehatan langsung untuk mendukung berjalannya
program JKBM ini, perlu juga dianggarkan dana pelayanan kesehatan tidak
langsung atau operasional manajemen untuk tim koordinasi dan tim pengelola
JKBM di tingkat kabupaten/kota dan provinsi melalui DPA masing-masing
Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota.
Tabel 6.4
Alokasi Anggaran JKBM Provinsi Bali Tahun 2014
Tabel 6.5
Realisasi Penggunaan Dana JKBM
Tahun 2010-2014
A. SIMPULAN.