Anda di halaman 1dari 71

SUSUNAN PENGURUS

Penasehat Pimpinan Redaksi


Nining Purnawati, S.KM Dian Sophi Pebri Ramadhani
Universitas Lambung Mangkurat

Penanggung Jawab
Dewan Redaksi
Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat Seluruh Indonesia Syifa Nurhakiki Universitas Muhammadiyah Jakarta
(ISMKMI) Rahma Ismayanti Universitas Negeri Malang
Fitrah Bintan Harisma Universitas Airlangga
Sri Purwanti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pimpinan Umum
Muhammad Zakki S. Universitas Negeri Semarang
Nadya Nova Evananda
Universitas Airlangga
Ngakan Putu Anom H. Universitas Udayana
Mutiara Shinta N. U. Universitas Indonesia
Dezembrix Taufik M. Universitas Ahmad Dahlan
Administrator
Isnaini Alfazcha Zukhruf
Universitas Negeri Semarang
Dian Pratiwi Abdullah Penanggung Jawab Public Relation
Universitas Hasanuddin Widya Nur Azizah Universitas Airlangga

Tim Public Relation


Puji Melati STIKES Cirebon
Aldian Noor Qolbi Universitas Udayana
Muhammad Asyrovi A. Universitas Udayana

Layout dan Multimedia


Nadhira Khairani UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mutiara Ramadhan Universitas Airlangga
Rini Puji Astuti Universitas Ahmad Dahlan
Anita Siti Fatonah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dedi Suhendi Universitas Siliwangi

i
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
MITRA BESTARI

Administrasi Kebijakan Kesehatan


Nurmaningsih Herya Ulfah, S.KM, M.Kes Gizi Kesehatan Masyarakat
Universitas Negeri Malang Septa Katmawanti, S.Gz, M.Kes
Universitas Negeri Malang
Sofwan Indarjo, S.KM, M.Kes
Universitas Negeri Semarang dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App Sc,
Ph.D
Universitas Udayana
Epidemiologi
Galuh Nita Prameswari, S.KM, M.Kes
Dr. drh. I Made Subrata, M.Erg Universitas Negeri Semarang
Universitas Udayana

Ni Luh Putu Suariyani, S.KM, M.Hlth-


IntDev Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Universitas Udayana
Perilaku
Desi Nurfita, S.KM, M.Kes
Universitas Ahmad Dahlan dr. Oedojo Soedirham, M.PH, M.A, Ph.D
Universitas Airlangga
Nur Siyam, S.KM, M.PH
Universitas Negeri Semarang Sofwan Indarjo, S.KM, M.Kes
Universitas Negeri Semarang

Kesehatan Lingkungan
Arum Sriwiendrayanti, S.KM, M.Kes
Universitas Negeri Semarang Biostatistika dan Kependudukan
Lukman Fauzi, S.KM, M.PH
Universitas Negeri Semarang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dani Hasirul Hagi, S.KM, M.KKK
Universitas Airlangga

ii
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
ISSN: 2302-7835
DAFTAR ISI
Susunan Pengurus............................................................................................................................................. i
Mitra Bestari…………………………………………………………………………………………………………….. ii
Daftar Isi................................................................................................................................................................. iii
Petunjuk Penulisan............................................................................................................................................ v
Sambutan Pimpinan Umum BIMKMI…..................................................................................................... x

Editorial
ROKOK ELEKTRIK: KAMUFLASE SEMU RASA AMAN MEROKOK
Luh Mery Wedayanthi
................................................................................................................................................................................................................................................. 1

Penelitian Asli
GAMBARAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) DI
PUSKESMAS KARANG INTAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2016
Ahmad Zaidan, Brenda Ellyse Sangari, Dian Sophi Pebri R, Yolanda Handayani, Abdurrahman Wahid, Kurniawati
................................................................................................................................................................................................................................................. 4
STUDI SISTEM PELAYANAN ADMINISTRATIF PENANGANAN KASUS RUJUKAN PERSALINAN
KOMPLIKASI IBU BERSALIN PESERTA BPJS DI RSUD KOTA SEMARANG
Chusna Meimuna
................................................................................................................................................................................................................................................. 11
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP KEIKUTSERTAAN JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL (JKN) DI DESAPOMAHAN BAURENO BOJONEGORO
Aulia Bahrani Alfi
................................................................................................................................................................................................................................................. 18
KUALITAS DATA PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT (PWS) KIA BIDAN DESA TERKAIT
FAKTOR ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KECAMATAN BANYUBIRU
KABUPATEN SEMARANG
Fifi Dwijayanti
................................................................................................................................................................................................................................................. 24
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN GIZI IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN (Studi Observasional
Analitik di Wilayah Kerja Puskesmas Melati Kabupaten Kapuas)
Yolanda Handayani, Atikah Rahayu, Musafaah
.............................................................................................................................. ................................................................................................................... 35

Tinjauan Pustaka
GAMBARAN KASUS KLINIS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) DI
KOTA SURABAYA
Miftahol Hudhah
................................................................................................................................................................................................................................................. 42

iii
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
ISSN: 2302-7835
DAFTAR ISI
STRATEGI PROGRAM E-BCA (BREAST CANCER AWARENESS BASED ON EDUCATION) DALAM
MELAKUKAN SADARI DENGAN PENDEKATAN HEALTH BELIEF MODEL SEBAGAI UPAYA
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA SEKA TERUNI BANJAR WANASARI TABAAN BALI
Putu Yunita, Widarini Prahesti, Muhammad Asyrovi Assegaf
................................................................................................................................................................................................................................................. 52

iv
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Petunjuk Penulisan
Pedoman Penulisan Artikel

Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (BIMKMI)


Indonesian Public Health Student Journal

Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (BIMKMI) adalah


publikasi per semester yang menggunakan sistem seleksi peer-review dan
redaktur.Naskah diterima oleh redaksi, mendapat seleksi validitas oleh mitra bestari, serta
seleksi dan pengeditan oleh redaktur. BIMKMI menerima artikel penelitian asli yang
berhubungan dengan dunia kesehatan masyarakat meliputi epidemiologi, kesehatan
lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, administrasi dan kebijakan kesehatan,
biostatistik dan kependudukan, promosi kesehatan dan ilmu perilaku , ilmu gizi
kesehatan masyarakat, kesehatan reproduksi, kesehatan global, dan one health baik
penelitian lapangan maupun laboratorium, artikel tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel
penyegar ilmu kesehatan masyarakat, advertorial, petunjuk praktis, serta editorial. Tulisan
merupakan tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa
kesehatan masyarakat.

Ketentuan Umum:
1. Penulis merupakan lulusan mahasiswa S1 atau masih menempuh jenjang pendidikan
S2 program studi kesehatan masyarakat saat mengirimkan artikel.
2. Bila penulis lebih dari satu orang, maka minimal salah satunya harus berasal dari
mahasiswa program studi kesehatan masyarakat. Maksimal terdiri dari enam orang
dalam satu kelompok.
3. BIMKMI hanya menerima tulisan asli yang belum pernah diterbitkan pada jurnal lain.
4. Penulisan naskah :
a. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik dan
benar, jelas, lugas, serta ringkas.
b. Naskah diketik menggunakan microsoft word 2003
c. Menggunakan ukuran kertas A4 dengan margin kanan 3 cm, kiri 4 cm, atas 3 cm,
dan bawah 3 cm
d. Naskah menggunakan 1 spasi dengan spacing after before 0 cm, jarak antar bab
atau antar subbab yaitu 1 spasi (1x enter)
e. Menggunakan jenis tulisan (font) Arial Reguler, ukuran 10, sentence case, justify
f. Naskah maksimal terdiri dari 15 halaman terhitung mulai dari judul hingga daftar
pustaka
5. Naskah dikirim melalui email ke alamat redaksibimkmi@bimkes.org dengan
menyertakan identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihbungi

Ketentuan Menurut Jenis Naskah:


1. Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kesehatan masyarakat. Format terdiri
atas judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, dan teks (pendahuluan,
metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran).
2. Tinjauan pustaka: tulisan artikel review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena
atau ilmu dalam dunia kesehatan masyarakat, ditulis dengan memperhatikan aspek
aktual dan bermanfaat bagi pembaca.

v
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Petunjuk Penulisan
3. Laporan kasus: artikel tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca.
Artikel ini ditulis sesuai pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan sesuai
kompetensi kesehatan masyarakat.
4. Artikel penyegar: artikel yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik -topik yang
sangat menarik dalam dunia kesehatan masyarakat, memberikan human interest
karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Artikel bersifat tinjauan serta
mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh pembaca.
5. Editorial: artikel yang membahas berbagai hal dalam dunia kesehatan masyarakat.
Memuat mulai dari ilmu dasar, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian,
penulisan di bidang kesehatan masyarakat, lapangan kerja sampai karir dalam dunia
kesehatan masyarakat. Artikel ditulis sesuai kompetensi mahasiswa.
6. Petunjuk praktis: artikel berisi panduan diagnosis atau tatalaksana yang ditulis secara
tajam, bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa
kesehatan).
7. Advertorial: Penulisan mengenai obat dan kandungannya berdasarkan metode studi
pustaka

Ketentuan Khusus:
1. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian Asli harus mengikuti
sistematika sebagai berikut:
a. Judul karangan (Title)
b. Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)
c. Abstrak (Abstract)
d. Isi (Text), yang terdiri atas:
i. Pendahuluan (Introduction)
ii. Metode (Methods)
iii. Hasil (Results)
iv. Pembahasan (Discussion)
v. Simpulan
vi. Saran
vii. Ucapan terima kasih
e. Daftar Pustaka (Reference)
2. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan Pustaka, Advertorial, dan
Artikel Editorial harus mengikuti sistematika sebagai berikut:
a. Judul
b. Nama penulis dan lembaga pengarang
c. Abstrak
d. Isi (Text), yang terdiri atas:
i. Pendahuluan (termasuk masalah yang akan dibahas)
ii. Pembahasan (Isi)
iii. Simpulan
iv. Saran
e. Daftar Rujukan (Reference)
3. Untuk keseragaman penulisan, naskah Artikel Penyegar harus mengikuti sistematika
sebagai berikut:
a. Pendahuluan
b. Isi
c. Kesimpulan

vi
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Petunjuk Penulisan
4. Judul ditulis dengan Sentence case, dan bila perlu dapat dilengkapi dengan subjudul.
Naskah yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan
berupa catatan kaki. Terjemahan judul dalam bahasa Inggris ditulis italic.
5. Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup
diikuti dengan kata-kata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan institusi
asal penulis. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email.
6. Abstrak harus ditulis dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak
tidak melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul naskah dan nama penulis.
7. Kata kunci (k ey words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih
dari 5 kata, dan sebaiknya bukan merupakan pengulangan kata-kata dalam judul.
8. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring
(italic).
9. Tabel dan gambar disusun terpisah dalam lampiran terpisah. Setiap tabel diberi judul
dan nomor pemunculan. Foto orang atau pasien apabila ada kemungkinan dikenali
maka harus disertai ijin tertulis.
10. Penulisan sitasi menggunakan sistem Vancouver dengan penomoran yang runtut dan
ditulis dengan nomor sesuai urutan. Apabila sitasi berasal dari 2 sumber atau lebih,
penomoran dipisah menggunakan koma. Nomor kutipan ditulis superskrip dan dibuat
dalam tanda kurung siku […]
11. Daftar pustaka disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan
pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad.

Contoh cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat sebagai berikut:


1. Naskah dalam jurnal
i. Naskah standar
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased
risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3.
atau
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased
risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3.
Penulis lebih dari enam orang
Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood
leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-
12.
ii. Suatu organisasi sebagai penulis
The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing.
Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4.
iii. Tanpa nama penulis
Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15.
iv. Naskah tidak dalam bahasa Inggris
Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos
tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2.
v. Volum dengan suplemen
Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational
lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82.
vi. Edisi dengan suplemen
Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast
cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97.

vii
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Petunjuk Penulisan
vii. Volum dengan bagian
Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in noninsulin
dependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6.
viii. Edisi dengan bagian
Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg
in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8.
ix. Edisi tanpa volum
Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in
rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4.
x. Tanpa edisi atau volum
Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of
blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33.
xi. Nomor halaman dalam angka Romawi
Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology.
Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.

2. Buku dan monograf lain


i. Penulis perseorangan
Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed.
Albany (NY): Delmar Publishers; 1996.
ii. Editor, sebagai penulis
Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York:
Churchill Livingstone; 1996.
iii. Organisasi dengan penulis
Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program.
Washington: The Institute; 1992.
iv. Bab dalam buku
Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM,
editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New
York: raven Press; 1995.p.465-78.
v. Prosiding konferensi
Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology.
Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical
Neurophysiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996.
vi. Makalah dalam konferensi
Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security
in medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors.
MEDINFO 92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics;
1992 Sep 6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5.
vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis
a. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor:
Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during
skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and
Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report
No.: HHSIGOEI69200860.
b. Diterbitkan oleh unit pelaksana
Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work
force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995.

viii
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Petunjuk Penulisan
Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care
Policy and research.
viii. Disertasi
Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization
[dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995.
ix. Naskah dalam Koran
Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions
annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5).
x. Materi audiovisual
HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby -Year
book; 1995.

3. Materi elektronik
i. Naskah journal dalam format elektronik
Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial
online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL:
http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid. htm
ii. Monograf dalam format elektronik
CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT,
Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2 nd ed. Version 2.0. San Diego:
CMEA; 1995.
iii. Arsip computer
Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program].
Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.

ix
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Sambutan Pimpinan Umum
BIMKMI
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena pada tahun ini, BIMKMI telah
memasuki tahun ke-limanya sebagai wadah publikasi tulisan ilmiah bagi mahasiswa
kesehatan masyarakat se-Indonesia. Jika diibaratkan sebagai manusia, lima tahun merupakan
usia balita yang aktif dan produktif dalam mengeksplorasi hal baru dalam kehidupan.
Demikian pula BIMKMI yang terus berupaya untuk tumbuh dan berkembang menyajikan
publikasi ilmiah yang berkualitas dan dapat diakses secara gratis oleh mahasiswa, mendukung
salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi di bidang penelitian.
Sebanyak delapan artikel, dengan rincian satu editorial, lima artikel penelitian, dan dua
artikel penelusuran pustaka, telah lolos melalui serangkaian proses yang dilakukan oleh tim
penyusun dan layak diterbitkan dalam BIMKMI volume 5 nomor 2. Kami selaku tim penyusun
selalu terbuka dalam menerima artikel karya rekan- rekan mahasiswa untuk dipublikasikan
dan menjadi referensi tulisan ilmiah sejenis ke depannya.
Terima kasih atas kontribusi dari seluruh penulis yang telah mengirimkan artikel untuk
dipublikasikan, tim penyusun BIMKMI, mitra bestari, dan pihak lain yang terlibat dalam
penerbitan BIMKMI edisi ini. Mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan yang
kurang berkenan dari tim penyusun selama proses penerbitan edisi ini. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami nantikan demi terwujudnya BIMKMI sebagai wadah publikasi ilmiah
yang kompeten dan selalu dinanti oleh mahasiswa serta praktisi kesehatan masyarakat.
Semoga dengan diterbitkannya satu edisi terbaru BIMKMI dapat menjadi pemicu yang
semakin meningkatkan eksistensi mahasiswa kesehatan masyarakat berpartisipasi menjadi
peneliti muda yang berbakat.

Selamat membaca.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Surabaya, Desember 2017


Pimpinan Umum BIMKMI 2017
Nadya Nova Evananda

x
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
ROKOK ELEKTRIK: KAMUFLASE
Editorial SEMU RASA AMAN MEROKOK
Luh Mery Wedayanthi 1

1 JurusanIlmu Kesehatan Masyarak at Fak ultas


Kesehatan Masyarak at Universitas Airlangga, Surabaya

1. PENDAHULUAN dihisap. Namun rokok elektrik


Rokok telah menjadi persoalan menggunakan tenaga listrik dari
pelik bagi bangsa Indonesia dan baterai untuk memberikan nikotin
dunia Internasional. World Health dalam bentuk uap. [4]
Organization (WHO) pada tahun 2016 Tren penggunaan rokok elektrik
menyebutkan bahwa Indonesia ini dengan cepat merambah di
menduduki posisi ke-28 perokok Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat
terbanyak di dunia dengan konsumsi dengan semakin mudahnya
rokok berkisar 1.085 batang rokok per ditemukan penjualan rokok elektrik
kepala per tahun. [1] melalui media online ataupun melalui
Rokok adalah sebuah benda toko-toko khusus yang menyediakan
berbentuk batangan dan berbagai macam jenis rokok elektrik.[6]
mengandung kurang lebih 4.000 zat Salah satu rokok elektrik yang
yang dapat mengganggu kesehatan terkenal di masyarakat Indonesia saat
manusia bahkan dapat menyebabkan ini adalah vape.[7] Vape telah menjadi
kematian. [2] Berdasarkan hal tersebut, tren masa kini bagi masyarakat
WHO membentuk WHO Framework Indonesia khususnya para generasi
Convention on Tobacco Control muda, [6] bahkan saat ini dapat dengan
(WHO-FCTC) dalam upaya mudah ditemukan komunitas
menangani epidemi tembakau yang pencinta vape di berbagai wilayah
telah mendunia[3]. WHO terus Indonesia, misalnya Lampung. [8]
mendorong masyarakat untuk Rokok elektrik awalnya
mengurangi penggunaan tembakau merupakan salah satu terapi
dengan metode nicotine replacement pengganti nikotin, namun
therapy (terapi pengganti nikotin) atau keberadaanya menjadi bumerang
yang disingkat dengan NRT.[4] Salah bagi perokok itu sendiri. Munculnya
satu contoh NRT adalah rokok rokok elektrik seolah-olah
elektrik, namun sayangnya rokok memberikan rasa aman semu bagi
elektrik justru menyebabkan perokok para perokok lama ataupun bagi
menjadi dual user yakni pengguna perokok pemula. Rasa aman yang
rokok elektrik dan konvensional .[5] ditimbulkan oleh penggunaan rokok
Selain itu, rokok elektrik juga elektrik pada akhirnya memicu
mengandung zat yang bersifat toksik lahirnya perokok-perokok baru yang
seperti tobacco specific nitrosamines awalnya mempunyai ketakutan
(TSNA), dan zat bersifat karsinogen tersendiri untuk menikmati rokok
seperti diethylene glycol (DEG). [4] tembakau. Hal ini dibuktikan pula
melalui kajian yang dilakukan oleh
2. PEMBAHASAN Liverpool John Moores University
Rokok elektrik merupakan salah yang mengemukakan fakta bahwa
satu metode terapi pengganti nikotin rokok elektrik digunakan oleh 5%
yang digunakan oleh WHO dalam remaja yang belum pernah merokok. [9]
rangka mengurangi tingkat konsumsi Selain menyerang perokok
tembakau. [4] Rokok elektrik memiliki pemula, keberadaan rokok elektrik
cara penggunaan yang sama dengan juga menjadi bumerang bagi para
rokok tembakau, yakni dengan mantan perokok. Para perokok yang

1
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
sudah lama menghentikan kebiasaan rokok elektrik hanya sebuah
merokoknya akan tergugah hatinya kamuflase manis dalam menarik
untuk merokok kembali dengan rokok minat perokok pemula ataupun
elektrik karena menganggap bahwa mantan perokok untuk kembali
rokok tersebut tidak mengandung zat merokok.
berbahaya seperti rokok tembakau. Sebuah kamuflase manis
Hal tersebut dibuktikan melalui kajian industri rokok secara perlahan hanya
kajian yang dilakukan oleh Liverpool akan merusak generasi penerus
John Moores University, disebutkan bangsa kedepannya. Dibutuhkan
bahwa rokok elektrik digunakan oleh generasi muda yang tangguh dan
50% mantan perokok. [9] cerdas pula untuk dapat membangun
Rokok elektrik atau yang dikenal bangsa yang tangguh. Generasi yang
dengan e-cigarette sebagai terapi tangguh adalah generasi yang sehat
pengganti nikotin merupakan sebuah secara fisik, mental, sosial, dan
kamuflase manis. Awal mampu menjadi produktif. Salah satu
kemunculannya dikatakan aman bagi cara menjadi generasi yang tangguh
kesehatan karena larutan nikotin yang dan siap membangun bangsa adalah
terdapat pada e-cigarette hanya dengan menjadikan diri sehat dan
terdiri dari campuran air, propylene bebas dari paparan racun yang dapat
glycol, zat penambah rasa, aroma menyebabkan diri menjadi
tembakau dan senyawa-senyawa lain ketergantungan dan membahayakan
yang tidak mengandung tar, kesehatan.
tembakau atau zat-zat toksik lain
yang umum terdapat pada rokok
tembakau. [9] Namun, pada tahun 2010 DAFTAR PUSTAKA
WHO tidak lagi merekomendasikan 1. Indonesia Urutan Ke-28 Negara
penggunaannya sebagai terapi dengan Perokok Terbanyak. Pik iran
pengganti nikotin karena rokok Rak yat. 2016. 11 Maret 2017
elektrik mengandung zat berbahaya <http://www.pikiran-rakyat.com>
seperti, tobacco specific nitrosamines 2. Pengertian Merokok dan Akibatnya.
(TSNA) yang bersifat toksik, dan 2017. 31 Juli 2017.
diethylene glycol (DEG) yang bersifat <http://dinkes.bantenprov.go.id>
karsinogen.[4] Selain itu, rokok 3. World Health Organization.
elektrik juga mengandung zat Implementing smoke-free
propylene glycol yang biasanya environments. WHO Report on the
digunakan untuk membuat fog pada Global Tobacco Epidemic. 2009
acara-acara di panggung, dan apabila 4. Tanuwihardja, Reza Kurniawan &
dihirup dapat menyebabkan iritasi Susanto, Agus Dwi. Rokok Elektronik
pernafasan dan berujung pada (Electronic Cigarette). J Respir Indo
penurunan fungsi paru-paru.[4] 32.1 (2012). 11 Maret 2017
http://jurnalrespirologi.org
3. SIMPULAN 5. Unit Kawalan dan Urusetia FCTC
Pada intinya, baik rokok elektrik Kementerian Kesihatan Malaysia.
ataupun rokok tembakau tidak ada 2015. Fakta Kesihatan berkaitan Isu
yang lebih baik dalam penggunaanya. Rokok Elektronik dan Vape.
Rokok elektrik dengan harapan dapat http://pulmonologykkm.org
menggantikan nikotin pada rokok, 6. Maraknya Orang Beralih ke Rokok
nyatanya justru membuat orang Elektrik. 2017. 3 April 2017.
menjadi dual user. Karena sejatinya, http://setara.net
kedua jenis rokok tersebut 7. Badan POM. Bahaya Rokok
mengandung zat yang dapat Elektronik, Racun Berbalut Teknologi.
menimbulkan adiksi bagi InfoPOM 16.5 (2015). 11 Maret
penggunanya, serta dapat 2017<
membahayakan kesehatan http://www.perpustakaan.pom.go.id >
penggunanya. Kata aman sebagai 8. Sari, Tia Fatma. 2017. Pengaruh
pengganti rokok tembakau pada Dimensi Komunitas Merek terhadap

2
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Word of Mouth pada Rokok Elektrik 9. E-cigarettes: Many Teenagers Trying
(Vapor) Merek Tesla Invader di Them, Survey Concludes. BBC News
Bandar Lampung (Studi pada website. 2015. 11 Maret 2017
Komunitas Vape Squad Lampung). http://www.bbc.com/news/health-
Skripsi. <http://digilib.unila.ac.id> 32117019

3
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
GAMBARAN SISTEM PENCATATAN
Penelitian DAN PELAPORAN TERPADU
PUSKESMAS (SP2TP) DI
Asli PUSKESMAS KARANG INTAN
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2016
Ahmad Zaidan1, Brenda Ellyse Sangari 1, Dian Sophi
Pebri R. 1, Yolanda Handayani 1, Abdurrahman Wahid 1,
Kurniawati 1

1 Program Studi Kesehatan Masyarak at Fak ultas


Kedok teran Universitas Lambung Mangk urat

ABSTRAK
Latar Belakang: Manajemen pelayanan kesehatan di seluruh tingkat fasilitas pelayanan
memerlukan informasi yang cukup agar dapat melakukan fungsi manajemennya, dimana
salah satu fungsi tersebut adalah monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini bergantung pada
sistem informasi yang berjalan dimana salah satu aktivitas sistem tersebut adalah
pencatatan dan pelaporan. Penggunaan sistem pencatatan dan pelaporan yang digunakan
oleh masing-masing Puskesmas masih beragam, sehingga proses pencatatan, penyajian
dan pelaporan juga menyebabkan analisis yang dilakukan dapat beragam. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk untuk menggambarkan mengenai sistem informasi (SP2TP)
di Puskesmas Karang Intan tahun 2016.
Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan desain c ase study,
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di Puskesmas Karang Intan.
Subjek dalam penelitian ini adalah Pengelola Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dan
Kepala Bagian Tata Usaha Puskesmas Karang Intan Kabupaten Banjar tahun 2016.
Pengolahan dan analisis data dilakukan melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
Hasil: Puskesmas Karang Intan masih menggunakan SP2TP yang formatnya diberikan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dan dilaporkan setiap bulannya. Puskesmas Karang
Intan menilai sistem ini lebih teratur, lengkap, tersusun dan terarah.
Simpulan: Berdasarkan hasil dari SP2TP yang disusun oleh Puskesmas akan digunakan
untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan program selanjutnya.

Kata Kunci: Informasi Kesehatan, Sistem Informasi Kesehatan, Puskesmas

ABSTRACT
Background: Management of health services at all levels of care facilities require sufficient
information in order to perform management functions, where one of these functions is the
monitoring and evaluation. This activity is depends on information systems that run which
one activity of the system is recording and reporting. The use of recording and reporting
system used by each health center is still diverse, so the process of recording, presentation,
and reporting also cause analysis performed may vary. Therefore, this study aim ed to
describe the information system (SP2TP) in Pusk esmas Karang Intan 2016.
Methods: This research is descriptive analytic study with case study design, using a
qualitative approach. The study was conducted in Pusk esmas Karang Intan, Kecamatan
Karang Intan, Banjar District of South Kalimantan. Subjects in this study is the business of
Health Information Systems (HIS) and the Head of Administration of Pusk esmas Karang
Intan District Banjar 2016. Data processing and analysis performed through the stages of
data reduction, data presentation, and conclusion.
Results: Pusk esmas Karang Intan was still use SP2TP that format given by District Health
Office and reported every month. Pusk esmas Karang Intan assessed this system was well
organized, more comprehensive, arranged and directed system.

4
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Conclusion: Based on SP2TP reporting results that arranged by this Public Health Center
will be used for mak ing some decision to the next program.

Keywords: Health Information, Health Information Systems, Public Health Center

1. PENDAHULUAN Penggunaan sistem


Penyelenggaraan pelayanan pencatatan dan pelaporan yang
kesehatan untuk masyarakat tingkat digunakan oleh masing-masing
dasar di Indonesia adalah melalui puskesmas masih beragam. Hal ini
Pusat Kesehatan Masyarakat menyebabkan perbedaan dalam
(Puskesmas). Puskesmas proses pencatatan, penyajian dan
merupakan unit organisasi fungsional pelaporan yang juga berbeda,
Dinas Kesehatan Kabupaten/ sehinggaanalisis yang dilakukan
Kotamadya yang diberi tanggung dapat beragam. Hal ini juga berlaku
jawab sebagai pengelola kesehatan pada Puskesmas Karang Intan yang
bagi masyarakat tiap wilayah masih menggunakan SP2TP sebagai
kecamatan dari Kabupaten/ sistem pencatatan dan pelaporan
Kotamadya bersangkutan. [1] Oleh tingkat puskesmas. Oleh karena itu,
karena itu, manajemen pelayanan penelitian ini bertujuan untuk
kesehatan di seluruh tingkat fasilitas menggambarkan mengenai sistem
pelayanan memerlukan informasi informasi (SP2TP) di Puskesmas
yang cukup agar dapat melakukan Karang Intan tahun 2016.
fungsi manajemennya, dimana salah
satu fungsi tersebut adalah 2. METODE
monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini Peneltian ini merupakan studi
bergantung pada sistem informasi deskriptif analitik dengan desain case
yang berjalan dimana salah satu study, menggunakan pendekatan
aktivitas sistem tersebut adalah kualitatif. Penelitian dilakukan di
pencatatan dan pelaporan. [2] Puskesmas Karang Intan pada Bulan
Diketahui ada 2 jenis sistem Maret 2016. Subjek dalam penelitian
pencatatan dan pelaporan yang ini adalah Pengelola Sistem Informasi
umum digunakan yaitu Sistem Kesehatan (SIK) dan Kepala Bagian
Informasi Puskesmas (SIMPUS) dan Tata Usaha Puskesmas Karang Intan
Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Kabupaten Banjar tahun 2016.
Terpadu Puskesmas (SP2TP). Pengolahan dan analisis data
Sistem Informasi Puskesmas dilakukan melalui tahapan reduksi
(SIMPUS) merupakan perangkat data, penyajian data, dan penarikan
lunak yang digunakan Puskesmas kesimpulan. Analisis data dilakukan
untuk merekam data kunjungan pada saat pengumpulan data dan
pasien rawat jalan. [3] Kemudian data setelah pengumpulan data. Data yang
tersebut disimpan dan digunakan didapat selanjutnya ditranskripsi
untuk membuat data pelaporan pada secara verbatim kemudian dilakukan
periode waktu tertentu yang analisis konten. [7]
selanjutnya data tersebut dikirimkan
ke dinas kesehatan. [4] 3. HASIL
Sedangkan sistem pencatatan Berdasarkan wawancara
dan pelaporan terpadu puskesmas kepada informan 1 pada Rabu, 20
(SP2TP) diartikan sebagai kegiatan April 2016, diketahui bahwa saat ini
dan pelaporan data umum, sarana, sistem pencatatan masih
tenaga dan upaya pelayanan menggunakan SP2TP dan program
kesehatan di masyarakat. [5] Dinas tersebut ada diberikan oleh inas
kesehatan kabupaten atau kota kesehatan dan belum menggunakan
mengolah kembali laporan software SIMPUS/ SIMPUS online.
puskesmas dan mengirimkan umpan “…paling yang tadi terlambat
baliknya ke dinas kesehatan provinsi seperti itu, k an berantai seperti
dan departemen kesehatan pusat. [6] itu pelaporannya, paling itu

5
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
saja, programnya sama saja berk esinambungan. Misal
cuma orangnya tidak sama rencana A dan rencana tindak
seperti mahasiswi juga ada lanjut A apak ah sudah
yang baru ada yang lama dik erjak an? Jik a sudah
(mungk in yang k eterlambatan k emudian di evaluasi
pengumpulan tadi, berhubung k eberhasilannya)” (Informan 2).
pembuat laporan berbeda-
beda orangnya, ada yang Informan 2 menambahkan
lama dan baru mesk ipun terkait hasil analisis laporan yang
programnya sama)” (Informan dibuat oleh Puskesmas Karang Intan
1). akan disajikan dalam bentuk tabel,
diagram, serta grafik garis.
Informan 2 menjelaskan lebih “…nanti hasilnya bisa dalam
lanjut terkait proses pembuatan bentuk narasi atau tabel. Untuk
laporan SP2TP. grafik itu masuk nya dalam
“… Kan SP2TP itu sistem laporan k inerja, k ita pak ai anu
pelaporan dan pencatatan tuh yang laba-laba (Kemudian
terpadu Pusk esmas. Itu hasilnya disajik an dalam bentuk
merupak an laporan tiap bulan narasi atau tabel. Laporan
yang dibuat dari tiap program. k inerja menggunak an grafik .
Tiap bulan tanggal 25 merek a Selain itu juga menggunak an
tutup laporan k emudian grafik garis sarang laba-laba)”
membuat laporan sesuai (Informan 2).
dengan program lewat SP2TP.
Nanti k ami menghimpun Informan 2 juga menjelaskan
setelah itu lalu dik irim k e terkait evaluasi data yang dilakukan
dink es (SP2TP merupak an oleh masing-masing unit program.
sistem pencatatan dan “… Itu k ita biasanya saban
pelaporan terpadu Pusk esmas. bulan mengadak an lok ak arya
Laporan tersebut dibuat oleh mini. Disitu k ita bisa melak uk an
tiap program setiap bulan yaitu evaluasi setiap program,
tanggal 25 ak an dilak uk an mak sudnya tapi ini berjadwal
tutup laporan. Kemudian, yaa. Jadi k adang-k adang 1
semua laporan ak an dihimpun program itu bisa dapat 2-3x
untuk dik irimk an k e dinas untuk mengevaluasi dalam 1
k esehatan k abupaten)” tahun. Jadi setiap di lok min itu
(Informan 2). nanti. Misalnya giliran hari ini
menyampaik an program KIA
Selain itu, dijelaskan pula oleh dia ak an mempresentasik an
Informan 2 terkait penggunaan hasil k egiatan ya hasil k egiatan
laporan SP2TP. pada bulan yang lalu k emudian
“… Ya biasanya k ita membuat nanti disitu dianalisak an
setelah itu k an nanti hasil rapat masalahnya k enapa nggak
lok min itu k ita buat dalam tercapai k emudian tindak
bentuk hasil rapat lok min bulan lanjutnya apa k ayak gitu
apa gitu k an nanti itu (Biasanya tiap bulan diadak an
berk esinambungan. Eh ini lok ak arya mini. Dalam
sudah rencananya ini, rencana lok ak arya mini k ita melak uk an
tindak lanjut k emaren sudah lah evaluasi tiap program secara
dik erjak an, k alau sudah k an terjadwal. Setiap program
evaluasinya berhasil atau dalam 1 tahun dapat
belum? Selalu begituu.. mempresentasik an hasil
(Biasanya setelah membuat program yang dipegang
laporan tersebut dilak uk an sebanyak 2-3 k ali. Misalnya
lok ak arya mini atau lok min dan penyampaian hasil program
dibuat hasil rapat lok min yang KIA pada bulan sebelumnya,

6
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
dilak uk an analisis pencapaian bener enggak sih laporan k ita
program tersebut. Apabila tidak barangk ali terus terang saja ya
tercapai sesuai dengan tujuan, saya juga ada hampir 3 tahun
ak an disampaik an untuk tindak sebagai pengelola SP2TP tu
lanjut k edepannya)” (Informan k ita enggak pernah ada
2). semacam pembelajaran.
Namanya manusia k an macem-
Adapun bentuk umpan balik macem artinya per format itu
atau feedback yang diberikan oleh k adang-k adang k an berbeda
kabupaten terhadap laporan SP2TP k arena DO (definisi
Puskesmas Karang Intan dijelaskan operasional) nya k an beda-
oleh informan 2 sebagai berikut. beda enggak ditetapk an. Jadi
“…Selama ini k ayak k ita yang k adang-k adang k ita seperti ini
buat laporan-laporan ndak orang mintanya yang lain
pernah. Cuma yang ada sudah (Feedback yang diberik an
yang ada sudah mulai Desk cuma laporan lengk ap dan
Profil. Kalau laporan SP2TP tepat wak tu, tidak pernah
ndak pernah ada k alau dianalisa apak ah laporan
feedback nya ya. Paling tersebut sudah sesuai atau
feedback cuma ada laporannya tidak )” (Informan 2).
lengk ap atau tidak lengk ap, tapi
didalamnya tidak pernah 4. PEMBAHASAN
dik orek si. Pernah saya dulu Berdasarkan hasil wawancara
mengatak an wak tu ada k epala dengan informan 1, sistem
dinas pak k ita ni k ok k aya pencatatan masih menggunakan
k antor pos ya, tok sudah. Yang SP2TP. Penggunaan sistem
penting asal gugur k ewajiban pencatatan ini diberikan oleh dinas
bik in tapi gak pernah dik orek si. kesehatan pencatatan dan pelaporan
Ternyata merek a lebih teratur, lebih lengkap, rapi dan
mengorek sinya nanti per terarah. Untuk mengevaluasi
program, jadi setiap bulan k an pelaksanaan pencatatan dan
nanti ada bintek (bimbingan pelaporan dalam pelaksanaan
tek nis) itu enggak perlu pak ai program, biasanya dilakukan
SP2TP, langsung programnya lokakarya mini yang dilaksanakan
dipecah dan programnya yang setiap 1 bulan. Setiap pemegang
menganalisis (Selama ini, program dapat mempresentasikan
laporan SP2TP yang dibuat progam yang telah dilaksanakan 2-3
belum pernah ada feedback . kali dalam 1 tahun. Ketidaktepatan
Yang ada feedback itu seperti waktu dalam mengumpulkan laporan
Desk Profil. Untuk feedback dari setiap pemegang program
laporan SP2TP hanya lengk ap menjadi salah satu kendala dari
atau tidak lengk ap, tetapi isi keterlambatan perekapan laporan.
laporannya tidak pernah Program SP2TP di Puskesmas
dik orek sik an. Ternyata merek a Karang Intan telah memenuhi
mengorek sinya itu per program kebutuhan semua unit pengelola
saat ada bintek atau bimbingan program. Data hasil laporan SP2TP
tek nis tanpa adanya laporan akan dilakukan analisis untuk
SP2TP)” (Informan 2). perencanaan selanjutnya. Data
laporan SP2TP tersebut akan
Informan 2 juga mengeluhkan digunakan kembali dalam
laporan yang mereka kerjakan. penyusunan bahan rapat bulanan,
“…Ya feedback nya gitu aja laporan tahunan serta perencanaan
feeback nya cuma laporan tingkat puskesmas.
lengk ap, tepat wak tu, segera, Data dan informasi yang
susulk an tapi nggak pernah k ita lengkap sangat dibutuhkan oleh
tu dianalisa, laporan k ita ni setiap pengguna informasi. Adanya

7
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
keterlambatan informasi yang masuk melakukan penilaian sekaligus
memengaruhi tepat atau tidaknya koreksi terhadap setiap kinerja
keputusan yang dibuat oleh para program dan pegawai untuk
pengambil keputusan. Karena sangat mencapai tujuan yang telah
bergantung dari informasi yang ditetapkan dalam rencana sehingga
didapat, jika informasi yang dihasilkan tujuan yang telah ditetapkan dapat
tidak lengkap dan salah, maka tercapai. Bentuk pengawasan
pengambilan keptusan akan menjadi Puskesmas Karang Intan yaitu
tidak tepat dan salah sasaran. Data melalui laporan lisan saat lokakarya
dan informasi yang lengkap akan mini dan laporan tertulis yang
membantu dalam pengambilan digunakan untuk memperoleh
keputusan yang tepat dan bermanfaat keterangan atau hasil pekerjaan yang
baik jangka pendek maupun jangka mencakup data yang komprehensif
panjang. [8] dan bermanfaat untuk penyusunan
Laporan bulanan mencakup statistik. [9]
data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, Bentuk umpan balik atau
KB, dan penggunaan obat-obat. feedback yang diberikan oleh
Laporan triwulan meliputi kegiatan kabupaten terhadap laporan SP2TP
puskesmas antara lain kunjungan yang dikirimkan oleh Puskesmas
puskesmas, rawat inap, kegiatan Karang Intan hanya berupa
rujukan puskesmas, pelayanan medik kelengkapan laporan saja setiap
dan kesehatan gigi. Laporan tahunan bulannya. Karena tidak adanya
terdiri dari data dasar yang meliputi feedback dari dinas kesehatan terkait
fasilitas pendidikan, kesehatan isi laporan, banyak keluhaan terkait
lingkungan, peran serta masyarakat laporan yang telah dikerjakan apakah
dan lingkungan kedinasan, data sudah benar atau belum.
ketenagaan puskesmas dan Sistem pencatatan dan
puskesmas pembantu. [9] Hasil pelaporan terpadu puskesmas
analisis tersebut kemudian akan (SP2TP) dikirim ke dinas kesehatan
disajikan dalam bentuk tabel, diagram, kabupaten atau kota setiap awal
serta grafik garis. bulan. Dinas kesehatan kabupaten
Data yang telah dikumpulkan atau kota mengolah kembali laporan
akan ditabulasi mengikuti format tabel puskesmas dan mengirimkan umpan
yang telah disiapkan. Analisis dan baliknya ke dinas kesehatan provinsi
interpretasi data dapat berupa dan departemen kesehatan pusat.
tekstual, numerik, ataupun model lain Feedback terhadap laporan
sesuai dengan perkembangan ilmu puskesmas harus dikirimkan kembali
pengetahuan dan teknologi atau secara rutin ke puskesmas untuk
disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dapat dijadikan evaluasi keberhasilan
chart, atau peta. [10,11] Adapun laporan program. [12]
SP2TP yang dibuat oleh setiap Dinas kesehatan dapat
pemegang program yang kemudian mengirimkan surat sebagai umpan
akan dihimpun kembali oleh baliknya setiap 3 bulan sekali serta
pengelola data puskesmas sebelum disampaikan saat evaluasi
dikirimkan ke dinas kesehatan. puskesmas. Padahal, SP2TP sangat
Pengawasan yang dilakukan diperlukan untuk mengetahui tingkat
pada SP2TP sudah berjalan di tiap keberhasilan pelaksanaan masing-
puskesmas karena setiap laporan masing program pokok, data SP2TP
yang masuk di dinas kesehatan selalu dianalisa dan dimanfaatkan secara
dilakukan analisis oleh pengurus rutin oleh staf puskesmas untuk
SP2TP Dinas Kesehatan terutama penilaian dan pengembangan
tentang adanya peningkatan 10 kasus perencanaan program, berupa
penyakit meskipun sudah ada analisis pemanfaatan data untuk P1
dari Dinas Kesehatan dan (perencanaan) tingkat puskesmas,
pengawasan oleh Kepala Puskesmas. penggerakan dan pelaksanaan (P2)
Pengawasan yang dilakukan yaitu

8
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
dan pengawasan, pengendalian serta UCAPAN TERIMAKASIH
penilaian (P3). [13] Terimakasih penulis ucapkan
Berdasarkan paparan dari kepada Pengelola Sistem Informasi
informan, bentuk feedback yang Kesehatan (SIK) dan Kepala Bagian Tata
diberikan hanya kelengkapan dan Usaha Puskesmas Karang Intan
ketepatan waktu dalam mengirimkan Kabupaten Banjar, teman-teman peneliti,
laporan. Hal ini menyebabkan umpan dosen pembimbing dan Program Studi
balik tersebut belum dapat dijadikan Kesehatan Masyarakat Fakultas
sebagai evaluasi keberhasilan Kedokteran Universitas Lambung
program, karena pihak puskesmas Mangkuratyang telah membantu atau
tidak mengetahui kesesuaian isi terlibat baik langsung maupun tidak
laporan yang dikerjakannya dengan langsung dalam penelitian ini.
arahan yang dikehendaki dinas
kesehatan terkait. DAFTAR PUSTAKA
1. Indriaty DR. “Analisis pengaruh
5. SIMPULAN DAN SARAN tingkat kualitas pelayanan jasa
Simpulan dari penelitian ini puskesmas terhadap kepuasan
adalah bahwa sistem pencatatan di pasien”. Skripsi. Semarang: Fakultas
Puskesmas Karang Intan, saat ini ekonomi Universitas Diponegoro,
masih menggunakan SP2TP dan 2010.
program tersebut ada diberikan oleh 2. Manjang S, Zainuddin Z, Rahmadani
dinas kesehatan dan belum S. “Implementasi aplikasi pelayanan
menggunakan software SIMPUS/ informasi kesehatan ibu dan anak
SIMPUS online. Data laporan SP2TP berbasis data center pada puskesmas
tersebut akan digunakan kembali kota Makassar”. Artikel ilmiah.
dalam penyusunan bahan rapat Makassar: STMIK Dipanegara, 2013.
bulanan, laporan tahunan serta 3. Wijaya RR, ifada N, Jauhari A.
perencanaan tingkat puskesmas. “Perancangan dan pengembangan
Adapun bentuk umpan balik atau sistem pelaporan terpadu sistem
feedback yang diberikan oleh informasi Puskesmas (SPT SIMPUS)
kabupaten terhadap laporan SP2TP dengan metode BPR”. Jurnal Ilmiah
yang dikirimkan oleh Puskesmas Kursor. 5: 2 (2009): 94-103.
Karang Intan hanya berupa 4. Hasil Wawancara Pengelola Sistem
kelengkapan laporan saja setiap Informasi Kesehatan (SIK) dan
bulannya. Kepala Bagian Tata Usaha
Saran yang dapat diberikan Puskesmas Karang Intan Kabupaten
yaitu puskesmas dapat meningkatkan Banjar tahun 2016.
kedisiplinan waktu dalam mengelola 5. Kementerian Kesehatan RI. Surat
laporan SP2TP sehingga Keputusan Menteri Kesehatan No
keterlambatan pengumpulan laporan 63/MENKES/SK/11/1981 tentang
tiap pemegang program dapat Pelaksanaan SP2TP. Jakarta:
dikurangi. Bagi Dinas Kesehatan Menkes RI, 1981.
hendaknya menyampaikan indikator- 6. Muninjaya AA. Manajemen
indikator pelaporan termasuk Kesehatan. Jakarta: EGC, 2004.
indikator kelengkapan serta umpan 7. Silverman D. Qualitative research
balik terhadap pelaporan yang dibuat (theory method and practice). Second
oleh pihak Puskesmas agar informasi Edition, 2011.
kesehatan yang dilaporkan dapat 8. Putri AT. “Analisis sistem pencatatan
dimanfaatkan untuk evaluasi dan dan pelaporan puskesmas (SP3)
perencanaan puskesmas di masa dengan penerapan simpus di
yang akan datang dan bukan hanya Puskesmas Karangmalang
sekedar melakukan pengumpulan Semarang 2012-2013”. Artikel Ilmiah.
data. Semarang: Universitas Dian
Nuswantoro, 2013.
9. Mangaro HA, Setyowati Maryani.
“Evaluasi penerapan simpus untuk

9
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
pencatatan dan pelaporan tentang sistem informasi kesehatan.
puskesmas di puskesmas Jakarta: Presiden Republik
pandanaran semarang tahun 2014”. Indonesia, 2014.
Artikel Ilmiah. Semarang: Universitas 12. Suryani DN. “Sistem pencatatan dan
Dian Nuswantoro, 2014. pelaporan terpadu puskesmas
10. Sutarman. “Faktor-faktor yang (SP2TP) di wilayah dinas kesehatan
berhubungan dengan keterlambatan Kabupaten Dompu Provinsi NTB”.
petugas dalam menyampaikan KESMAS. 7: 1(2013): 27-32.
laporan KLB dari puskesmas ke dinas 13. Puspita SJ, Eri W, Christyana S.
kesehatan (studi di Kota Semarang)”. “Kajian sistem pencatatan dan
Tesis. Semarang: Universitas pelaporan terpadu puskesmas
Diponegoro, 2008. (SP2TP) wilayah kerja Puskesmas
11. Presiden Republik Indonesia. Umbulasari Kabupaten Jember tahun
Peraturan Pemerintah Republik 2013”. Artikel Ilmiah. Jember:
Indonesia Nomor 46 tahun 2014 Universitas Jember, 2014.

10
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
STUDI SISTEM PELAYANAN
Penelitian ADMINISTRATIF PENANGANAN
KASUS RUJUKAN PERSALINAN
Asli KOMPLIKASI IBU BERSALIN
PESERTA BPJS DI RSUD KOTA
SEMARANG
Chusna Meimuna 1

1 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarak at Universitas


Indonesia

ABSTRAK
Latar Belakang: Sistem pelayanan administratif merupakan suatu tahapan yang dilakukan
di Rumah Sakit sebelum pasien melakukan registrasi untuk mendapatkan penanganan
yang tepat. Ibu bersalin yang melakukan rujukan merupakan pasien yang mengalami
kondisi membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan rancangan kualitatif
yang menggunakan pendekatan deskriptif. Metode pengumpulan data dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam. Respoden penelitian terdiri dari petugas
administrasi dengan jumlah informan 11 orang terdiri dari 5 informan utama dan 6 informan
triangulasi.
Hasil: Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat memiliki berbagai faktor yang dapat
menghambat dalam pelaksanaan administrasi yaitu sebagian besar informan menyatakan
bahwa ketersediaan pertugas administrasi masih tidak mencukupi jika dibandingkan
dengan mobilitas administrasi yang sangat tinggi. Sedangkan dengan mobilitas
administrasi yang sangat tinggi tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana yang
terbaharukan untuk membantu dalam pelaksanaan administrasi. Hal tersebut dapat
menjadikan terjadinya kesalahan dalam komunik asi antara pihak yang dirujuk maupun
pihak yang merujuk. Di sisi lain Pedoman Standar Operasional Prosedur pada pelayanan
administrasi masih belum tersedia dan hanya merujuk kepada uraian tugas yang telah ada.
Simpulan: Masih terdapat kendala yang terjadi terhadap pola pelayanan administrasi yang
masih harus diperbaiki yaitu sumber daya, sarana, prasarana, pemberian pedoman
mengenai standar pelayanan kesehatan terutama pada bidang administrasi.

Kata Kunci: Administratif, Rujukan, BPJS, Komplikasi

ABSTRACT
Background: The administrative service system is a stage performed in the Hospital
before the patient mak es a registration to get proper treatment. Maternity mothers who
mak e referrals are patients who experience the condition requires fast and precise handling.
Methods: This research uses an observational method with qualitative design using
descriptive approach. Using in-depth interview techniques. Study respondents consisted of
administrative staff with amount informant 11 people with consist of 5 main informants and
6 informants triangulation.
Discussion: Various factors that can hinder the implementation of administration are the
availability of administrative work ers are still not sufficient when compared with the very
high administrative mobility. While the mobility of administration is very high not balanced
with facilities and renewable infrastructure to assist the implementation of administration.
This may lead to errors in communication between the referred party and the referring party.
On the other hand, Pedoman Standar Operasional Prosedur on administrative services are
still not available and only refer to existing job descriptions.

11
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Conclusion: There are obstacles that occur to the pattern of service that must still be
selected resources, facilities, infrastructure, the provision of guidelines on health care
standards, especially in the field of administration.

Keywords: Administrative, Reference, BPJS, Complication

1. PENDAHULUAN BPJS pada tiap rumah sakit.


Menurut World Health Beberapa pasien menyatakan dalam
Organization (WHO), pada tahun sistem kerja BPJS itu sendiri masih
2010, angka kematian ibu (AKI) di terdapat kekurangan operasional
dunia mencapai 287 per 100.000 yang terkadang menjadi indikasi
kelahiran hidup yang disebabkan oleh dalam penyelamatan penanganan
komplikasi kehamilan dan persalinan. kasus rujukan persalinan komplikasi
Pada tahun 2012, jumlah kematian terhadap para peserta BPJS di rumah
ibu meningkat hingga 800 per sakit. Ibu hamil dengan komplikasi
100.000 kelahiran hidup disebabkan biasanya atas rujukan dari pihak
oleh komplikasi kehamilan dan pelayanan kesehatan tingkat primer
persalinan. Kematian ibu dan seperti bidan desa atau bidan praktek
perinatal sebagian besar terjadi di mandiri (BPM), dokter pribadi dan
negara berkembang seperti puskesmas. Biasanya kondisi ibu
indonesia. [1] hamil sudah mengalami gawat ketika
Berdasarkan data Survei berada di RSUD Kota Semarang.
Demografi dan Kesehatan Indonesia Berdasarkan data audit RSUD
(SDKI) penyebab langsung kematian Kota Semarang, jumlah rujukan
ibu di Indonesia pada tahun 2010 di komplikasi persalinan yang ditangani
antaranya adalah perdarahan (27%), pada tahun 2012 sebanyak 1.801
Eklampsia (23%), Infeksi (11%) orang, pada tahun 2013 meningkat
Komplikasi Puerpurium (8%), Trauma sebanyak 2.338 orang dan pada
Obstretrik (5%), Emboli Obstretrik tahun 2014 sampai dengan bulan mei
(5%), Partus lama/macet (5%), jumlah rujukan persalinan komplikasi
Abortus (5%) dan lain-lain (11%). yang ditangani sebanyak 664 orang.
Sedangkan penyebab tidak langsung Berdasarkan hasil observasi
kematian ibu disebabkan penyakit pendahuluan kepada petugas rumah
bawaan yang sudah ada pada saat sakit bahwa kasus yang dirujuk oleh
kehamilan seperti penyakit jantung, bidan tidak melakukan penanganan
hipertensi, diabetes, hepatitis, anemia, yang tepat sehingga mengakibatkan
malaria atau AIDS. [2] keadaan pasien mengalami
Salah satu upaya pemerintah komplikasi yang lebih lanjut. Selain itu,
dalam menurunkan AKI yaitu dengan data yang dibawa oleh pihak bidan
menyelenggarakan Rumah Sakit masih kurang seperti potograf. Hasil
Pelayanan Obstetri Neonatal observasi pada keluarga pasien,
Emergency Komprehensif (PONEK) diketahui bahwa pada saat proses
24 jam. Rumah Sakit PONEK 24 jam administrasi terdapat kesulitan
merupakan bagian dari sistem dikarenakan alur yang telah
rujukan dalam pelayanan kedaruratan disediakan oleh pihak rumah sakit
maternal dan neonatal. Saat ini, di untuk pendaftaran hanya dibagian
Indonesia tahun 2013 hanya ada tempat pendaftaran pasien rawat inap
sebagian Rumah Sakit yang mampu (TPPRI). Pada kenyataannya alur
melayani komplikasi maternal dan pendaftaran di setiap bagian ruangan
neonatal berkisar 42%. [3] Di Kota harus melengkapi persyaratan pasien.
Semarang, terdapat rumah sakit Berdasarkan uraian diatas, maka
PONEK yaitu Rumah Sakit Umum dapat dirumuskan permasalah
Daerah (RSUD) Kota Semarang yang penelitian yaitu bagaimana gambaran
merupakan rumah sakit rujukan tipe B. studi sistem pelayanan administrasi
Pada tahun 2014, terdapat penanganan kasus rujukan
kebijakan baru yakni adanya peserta persalinan komplikasi ibu bersalin

12
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
peserta BPJS di RSUD Kota dan keluarga pasien ibu hamil
Semarang. komplikasi rujukan. Setelah itu
Tujuan umum penelitian ini dilakukan triangulasi Kepala Seksi
adalah untuk menjelaskan sistem
pelayanan administratif penanganan 2.4 Alat dan Bahan Penelitian
kasus rujukan persalinan komplikasi Alat penelitian yang digunakan
ibu bersalin peserta BPJS di RSUD dalam pengumpulan data ini berupa
Kota Semarang. Sedangkan tujuan panduan wawancara mendalam
khusus yaitu mendeskripsikan aspek (indepth inteview) tentang sistem
input yang terdiri dari sumber daya pelayanan administratif penanganan
manusia, sarana dan prasarana, kasus rujukan persalinan komplikasi
metode prosedur administrasi. Dan ibu bersalin di RSUD Kota Semarang.
aspek proses yang terdiri dari Alat bantu lainnya untuk
perencanaan, pengorganisasian, pengumpulan data adalah daftar isian
pelaksanaan dan pengawasan. atau mencatat langsung pada buku
catatan, dan alat perekam serta
2. METODE PENELITIAN kamera untuk dokumentasi proses
2.1 Rancangan Penelitian penelitian.
Penelitian ini merupakan
penelitian observasional dengan 3. HASIL
rancangan kualitatif menggunakan Rumah Sakit Umum Daerah
pendekatan deskriptif (explanatory Semarang adalah Rumah Sakit yang
research) yaitu pengamatan terhadap terletak di bagian Timur wilayah Kota
objek yang diteliti, mengumpulkan Semarang kurang lebih 13 km dari
data dari fenomena yang telah pusat kota dengan luas tanah 9,2 ha
muncul untuk memberikan penafsiran didirikan pada tanggal 17 Desember
dan mendeskripsikan keadaan 1990. RSUD Kota Semarang mulai
secara objektif. [4] Penelitian dengan melaksanakan pelayanan kesehatan
pendekatan deksriptif dimaksudkan pada masyarakat sejak tanggal 17
untuk mendeskripsikan suatu Desember 1990 dengan berdasarkan
keadaan secara objektif. SK Walikota Madya Kepala Daerah
Tingkat II Semarang No.
2.2 Subjek dan Objek Penelitian 445/2063/tahun1990. Pada tahun
Subjek penelitian ini adalah 1993/1994 dibangun gedung
pihak-pihak yang terkait dalam sistem Instalasi Bedah Sentral, gedung
pelayanan administrasi penanganan Radiologi dan menambah ruang
kasus rujukan persalinan komplikasi perawatan kelas III sehingga pada
ibu bersalin peserta BPJS di RSUD periode ini rumah sakit sudah mampu
Kota Semarang. Objek penelitian ini mengoperasikan 80 tempat tidur. [5]
adalah pelayanan administrasi Berdasarkan SK Menkes RI No.
penanganan kasus rujukan 1183/MENKES/SK/XI/1994 RSUD
persalinan komplikasi ibu bersalin Kota Semarang ditetapkan sebagai
peserta BPJS di RSUD Kota Rumah Sakit Umum tipe D, pada saat
Semarang. itu rumah sakit berkapasitas 115
tempat tidur. Pada tahun 1996
2.3 Metode Pengumpulan Data berdasarkan SK Menkes No.
Metode pengumpulan data yang 536/MENKES/SK/VI/1996 RSUD
digunakan dalam penelitian ini adalah Kota Semarang berubah menjadi
teknik wawancara mendalam (indepth Rumah Sakit tipe C dengan kapasitas
interview) kepada petugas 125 tempat tidur. Berdasarkan SK
administrasi Instalasi Gawat Darurat Walikota No. 445/0215 tahun 2001
(IGD) PONEK, petugas administrasi RSUD Kota Semarang menjadi unit
ruang persalinan, petugas swadana darah. Pada tahun 2003
administrasi ruang inap, petugas RSUD Kota Semarang naik strata tipe
administrasi pelayanan BPJS, kepala berdasarkan SK Menkes No.
bidang pelayanan, kepala seksi
keperawatan, bidan yang merujuk

13
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
194/MENKES/SK/II/2003 menjadi dengan pedoman/prosedur yang
Rumah Sakit Umum Daerah tipe B. [5] telah disediakan.
RSUD Kota Semarang dipilih Prosedur atau petunjuk yang
menjadi Rumah Sakit PONEK sejak dimaksud berupa uraian tugas dan
tahun 2008, yang diperkuat dengan petunjuk tertulis terhadap teknis
adanya SK Direktur yang diterbitkan. pelayanan administrasi. Meskipun
Terdapat 3 kali perubahan Surat petunjuk telah tersedia, namun pihak
Keputusan yang semula SK tahun petugas administrasi terkadang tidak
2008 diperbaharui menjadi SK tahun menggunakan petunjuk tersebut.
2010, dan yang terakhir diperbaharui Pada kenyataannya, pelaksanaan
pada tahun 2013. Perubahan tersebut tugas yang sesuai dengan prosedur,
dikarenakan perubahan struktur dapat mengakibatkan timbulnya
organisasi dan penambahan kendala atau kesulitan pada saat
pelaksana PONEK di RSUD Kota pengajuan klaim BPJS oelh rumah
Semarang. Sudah terdapat SOP sakit karena kurangnya persyaratan
khusus PONEK yang dibuat sejak pasien saat pengecekan. Adapun
tahun 2008. [5] fungsi pengawasan pengawasan
Aspek variabel input di antaranya terhadap petugas administrasi
adalah sumber daya manusia, sarana dilakukan oleh kepala ruangan, dan
dan prasarana serta standar prosedur. untuk fungsi pelaporan keluhan
Untuk sumber daya manusia terdiri terhadap petugas administrasi
dua indikator yaitu kuantitas dan melalui kepala ruangan lalu bagian
kualitas. Kuantitas tenaga kasie penunjang non medik dan
administrasi yang telah disediakan kemudian dilaporkan ke bagian
oleh rumah sakit masih terdapat kepegawaian untuk dikonsultasikan
kekurangan di beberapa ruangan kebagian tim pembina.
dikarenakan jumlah pasien yang
melakukan rujukan kepada petugas 4. PEMBAHASAN
administrasi. Kualitas petugas 4.1 Pembahasan Variabel Input
administrasi masih terdapat petugas Pada aspek kuantitas meliputi
administrasi berpendidikan SMA dan ketersediaan jumlah petugas
belum terdapat pelatihan. Sarana dan administrasi dalam mengelola
prasarana beberapa alat seperti pelayanan administrasi kasus
komputer dan printer belum dapat rujukan masih belum cukup. Hal ini
diperbaharui dan beberapa alat dikarenakan mobilitas administrasi
seperti almari dan beberapa ruangan. sangat tinggi pada persalinan karena
Adapun standar operasional prosedur persalinan tidak bisa diprediksi atau
untuk petugas administrasi yaitu tidak bisa ditentukan kapan untuk
berbentuk uraian tugas. melakukan pesalinan. Sedangkan
Aspek variabel proses di petugas administrasi yang berada di
antaranya adalah perencanaan, RSUD Kota Semarang untuk
pengorganisasian, pelaksanaan dan ruangan IGD terdiri dari 4 petugas
pengawasan. Untuk perencanaan, administrasi, ruangan persalinan
terdapat rapat bagi petugas terdapat 1 petugas administrasi dan
administrasi yang dilakukan selama 3 ruang rawat inap terdapat 1 petugas
bulan sekali dan rapat dilakukan administrasi. Petugas administrasi
membahas mengenai perubahan hanya aktif bekerja pada saat jam
kebijakan atau peraturan baru. Untuk kerja mulai dari jam 7 pagi sampai
pengorganisasian, pendelegasi tugas dengan jam 2 siang. Terkecuali di
kepada petugas administrasi sudah bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD),
sesuai. Untuk pelaksanaan, dimana petugas administrasi
kelengkapan tugas administrasi memiliki shift kerja.
diketahui oleh pihak petugas Jumlah kunjungan pasien yang
administrasi sedangkan pihak atasan dirujuk terkait persalinan komplikasi
hanya mengetahui tugas administrasi berjumlah 7-15 pasien yang
sudah melakukan tugas sesuai melakukan persalinan di RSUD Kota

14
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Semarang. Adapun tugas lain dari petugas rumah sakit seperti bidan,
petugas administrasi yaitu perawat dan administrasi tidak
memasukkan data dan prasyaratan mempunyai ruang tersendiri.
pasien harus dilakukan pada saat Pedoman berupa Standar
persalinan sehingga terkadang perlu Operasional Prosedur (SOP) pada
bekerjasama dengan bidan yang pelayanan administratif penanganan
bekerja pada shift malam. kasus rujukan persalinan komplikasi
Aspek kualitas meliputi belum tersedia. Pedoman yang
tersedianya pelatihan bagi petugas digunakan oleh petugas administrasi
administrasi dan kesesuai petugas hanya berupa uraian tugas. Uraian
administrasi terhadap menjalankan tugas dibuat sesuai yang dilakukan
tugas/tanggung jawab sesuai oleh petugas administrasi dan
dengan profesinya. Untuk prosedur tetap yang berada di rumah
ketersediaan pelatihan bagi petugas sakit. Masa berlaku uraian tugas
administrasi, tidak ada pelatihan tidak bisa di tentukan, uraian tugas
khusus untuk petugas administrasi. bisa berubah jika kebijakan dalam
Pada saat petugas administrasi rumah sakit berubah dan tidak
diterima sebagai pegawai, dilakukan sesuai dengan kenyataan.
orientasi dan terkadang diajarkan
oleh senior yang sudah pernah 4.2 Pembahasan Variabel Proses
menjadi pegawai administrasi. Untuk Pada aspek ketersediaan rapat
kesesuaian petugas administrasi bagi petugas adminitrasi dari hasil
terhadap menjalankan tugas atau wawancara terhadap infroman
tanggung jawab sesuai dengan utama dengan informan triangulasi
profesi yaitu petugas administrasi menyatakan bahwa tersedianya
masih menjalankan tanggung jawab rapat bagi petugas administrasi
sesuai dengan profesinya. dilakukan sebanyak satu kali dalam
Pada aspek pengadaan sarana 3 bulan. Hal ini dapat berubah jika
dan prasarana yang dibutuhkan, terjadi perubahan kebijakan atau
setiap bulan diberikan formulir yang peraturan.
berisi kelengkapan yang harus di Pada aspek pengorganisasian,
penuhi oleh petugas. Setelah koordinasi dari pihak atasan sudah
formulir tersebut diisi maka dibawa baik tetapi untuk koordinasi sesama
ke bagian keperlengkapan. Jika pegawai seperti di ruang IGD yang
barang yang dibutuhkan tersedia mempunyai beberapa staf
maka bisa langsung diambil tetapi administrasi masih kurang. Hal ini
jika barang yang dibutuhkan tidak dikarenakan faktor budaya sehingga
tersedia, maka harus menunggu pada saat petugas administrasi
hingga barang tersebut telah senior melakukan kesalahan,
tersedia. Alat yang disediakan oleh pegawai junior cenderung tidak
pihak rumah sakit seperti komputer berani atau sungkan untuk menegur.
dan printer masih belum Untuk pembagian tugas dan
diperbaharui dan menggunakan wewenang dalam tatalaksana
kualitas komputer dan printer administratif kasus rujukan
dengan kapasitas rendah. persalinan komplikasi masih belum
Untuk ketersediaan barang di sesuai. Hal ini dikarenakan petugas
bidang administrasi masih dinilai administrasi masih memiliki latar
kurang, seperti lemari untuk belakang pendidikan tingkat SMA.
menyimpan dokumen-dokemen Selain itu, tidak dilakukannya
pasien. Gedung merupakan pelatihan terhadap petugas
bangunan lama tetapi dengan administrasi menyebabkan pada
adanya BPJS ini pasien yang saat penerimaan petugas
melakukan persalinan terutama administrasi baru, harus
persalinan komplikasi semakin mengajarkan terlebih dahulu yang
banyak sehingga untuk menampung akan di kerjakan di setiap ruangan.
pasien masih kurang cukup. Bahkan

15
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Pada aspek pelaksanaan tugas medik lalu di laporkan kepada bagian
yang dilakukan oleh petugas kepegawaian dan di kepala bagian
administrasi yaitu mendata pasien kepegawaian akan diserahkan oleh
yang masuk dan pasien keluar, tim pembina.
pelaksanaannya hanya berupa
pengecekan kelengkapan syarat- 5. SIMPULAN DAN SARAN
syarat data pasien dan mengantar 5.1 SIMPULAN
berkas-berkas ke rekam medik. Berdasarkan hasil studi sistem
Padahal di uraian tugas pada bidang pelayanan administratif penanganan
administrasi ruang bersalin juga kasus rujukan persalinan komplikasi
terdapat tugas lain, di antaranya: ibu bersalin peserta BPJS di RSUD
1) Pembuatan rekap pembayaran Kota Semarang pada variabel input
pasien yang keluar dari ruang seperti sumber daya manusia masih
bersalin, membutuhkan petugas karena tinggi
2) Melaksanakan entri data mobilitas administrasi dan dilakukan
pelayanan yang diberikan pelatihan kepada petugas
kepada pasien kedalam SIMRS, administrasi. Pada sarana dan
3) Melaksanakan pengisian buku prasarana telah tersedia tetapi masih
registrasi pasien yang dirawat di menggunakan tipe dengan tingkat
ruang bersalin, sangat rendah. Pada standar
4) Bertanggung jawab terhadap operational prosedur yang dilakukan
penyelesaian administrasi oleh petugas administrasi dan
pasien, prosedur tetap yang berada di rumah
5) Menyimpan file rekam medik sakit. Masa berlaku uraian tugas tidak
pasien yang telah keluar dari bisa di tentukan, uraian tugas bisa
ruang bersalin untuk dikirim ke berubah jika kebijakan dalam rumah
Instalasi Rekam Medik, sakit berubah dan ketidak sesuai
6) Mengirimkan sensus harian dengan kenyataan.
yang telah dibuat kepada unit Pada variabel Proses terdapat
terkait (Rekam Medik, Bidang tiga bagian yaitu perencanaan,
pelayanan), pengorganisasian, pelaksanaan dan
7) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan. Perencanaan dilakukan
penyimpanan file seluruh seperti rapat bagi petugas
petugas ruang bersalin, administrasi dilakukan 3 kali pebulan
8) Bertanggung jawab terhadap dan ketika terjadi perubahan
ketersediaan blangko catatan peraturan atau kebijakan baru dari
medik, pihak rumah sakit. Kegiatan yang
9) Serta membantu melakukan dilakukan pada saat rapat yaitu
pengadaan dan penyimpanan membahas mengenai perubahan
sarana perkantoran di ruang kebijkan dan peraturan baru.
bersalin. Pengorganisasian seperti
Pada aspek pengawasan yaitu pembagian tugas dan wewenang
melakukan pengawasan terhadap dalam sistem pelayanan administratif
pengawasan petugas administrasi kasus rujukan persalinan komplikasi
yaitu kepala ruangan. Alur pelaporan belum sesuai dikarenakan petugas
jika terjadi tenaga administrasi yang administrasi yang dimiliki latar
bermasalah yaitu pelaporan pertama belakang pendidikan tingkat SMA dan
melalui kepala ruangan,kepala belum mendapat pelatihan terhadap
ruangan tersebut akan memberikan petugas administrasi.
suatu peringatan kepada petugas Pada pelaksaaan administrasi
administrasi yang bermasalah. tugas yang dilakukan oleh petugas
Tetapi jika petugas administrasi tidak administrasi yaitu mendata pasien
mengalami perubahan maka kepala yang masuk dan pasien keluar,
ruangan berhak melaporkan kepada pengecekan kelengkapan syarat-
kepala seksi penunjang non medik. syarat data pasien dan mengantar
Dari kepala seksi penunjang non berkas-berkas ke rekam medik.Untuk

16
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
petunjuk tertulis terhadap teknis komplikasi, adanya pelatihan khusus
pelayanan administrasi dalam untuk petugas administrasi, sarana
penanganan kasus rujukan pesalinan dan prasarana seperti pembaharuan
komplikasi ibu bersalin peserta BPJS komputer dan printer, gedung untuk
untuk petunjuk tertulis telah tersedia dibuat lebih banyak ruangan terutama
tetapi para petugas administrasi untuk pegawai dan pemenuhan alat
belum melaksanakan tugas sesuai seperti almari untuk penyimpanan
dengan petunjuk yang telah tersedia. data-data pasien, dan adanya
Terakhir yaitu pengawasan alur koordinasi dengan pelayanan dasar
pelaporan jika petugas administrasi (Bidan, Puskesmas PONED dan
melakukan kesalahan yaitu dengan Dokter Keluarga) mengenai
melapor melalui kepala ruangan. administrasi rujukan ke Rumah Sakit.
setelah kepala ruangan menerima Bagi peneliti selanjutnya, perlu
laporan maka petugas administrasi dilakukan penelitain lebih lanjut lagi
akan diberikan suatu peringatan. mengenai studi sistem pelayanan
Setelah surat peringatan diterima oleh administratif penanganan kasus
petugas administrasi tetapi petugas rujukan persalinan komplikasi ibu
administrasi tidak ada perubahan bersalin peserta BPJS di RSUD Kota
maka kepala ruangan berhak Semarang melalui studi kuantitatif.
melaporkan kepada kepala seksi
penunjang non medik. Dari kepala
seksi penunjang non medik lalu di DAFTAR PUSTAKA
laporkan kepada bagian 1. WHO. Maternal Mortality 2012. [ cited
kepegawaian dan di kepala bagian 2014 23 Maret]; available from:
kepegawaian akan diserahkan oleh http://www.who.int/mediacentre/facts
tim pembina. heets/fs348/en/.
2. Saifudin AB. Kematian Maternal
5.2 SARAN dalam : Ilmu Kebidanan, edisi k etiga.
Berdasarkan hasil penelitian Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 1994
dapat disarankan antara lain perlu : 22-27
adanya sosialisasi bagi bidan praktek 3. Departemen Kesehatan R.I.
swasta untuk mempersiapkan Pedoman Penyelenggara Pelayanan
petugas kesehatan khususnya bidan Obsterti Neonatal Emergensi
praktek swasta bila melakukan Komprehensif (PONEK) 24 jam di
rujukan ke Rumah Sakit. Dalam Rumah Sak it. Jakarta : Depkes RI,
koordinasi antara dinas kesehatan 2008
dan RSUD Kota Semarang mengenai 4. Moleong, L.J. Metode Penelitian
rujukan yang berasal dari puskesmas Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT.
PONED dan bidan praktek swasta. Remaja Rosdakary,. 2007
Perlu dilakukan rekrutmen untuk 5. Profil Rumah Sak it Umum Daerah
tenaga administrasi terutama Kota SemarangTahun 2013
dibidang pelayanan persalinan

17
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
HUBUNGAN TINGKAT
Penelitian PENGETAHUAN TERHADAP
KEIKUTSERTAAN JAMINAN
Asli KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI
DESA POMAHAN BAURENO
BOJONEGORO
Aulia Bahrani Alfi 1

1 Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarak at Fak ultas
Kesehatan masyarak at Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK
Latar Belakang: Tahun 2019 pemerintah Indonesia menargetkan tercapainya Universal
Health Coverage, artinya seluruh penduduk harus tercakup dalam JKN agar mendapatkan
jaminan kesehatan dan kesejahteraan hidup dapat meningkat. Hingga April 2017 sekitar
43% penduduk Kabupaten Bojonegoro belum terdaftar dalam JKN. Partisipasi masyarakat
pada JKN dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan tentang JKN. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan masayrakat desa terkait JKN terhadap keikutsertaan
JKN, karena adanya pengetahuan yang baik diharapkan dapat mempengaruhi partisipasi
masyarakat sebagai peserta JKN.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian cross
sectional. Responden penelitian sebanyak 133 sampel dari total 270 KK di Dusun Semutan
dan Ngrandu, Desa Pomahan, Bureno, Kabupaten Bojonegoro. Pengumpulan data
menggunakan instrumen kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis bivariat yaitu
uji statistik chi-square dengan aplikasi komputer SPSS.
Hasil: Responden yang mempunyai pengetahuan kurang baik dan menjadi peserta JKN
sebesar 5.3% sedangkan yang tidak menjadi peserta sebesar 94.7%.
Simpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan keikutsertaan (JKN)

Kata Kunci: Pengetahuan, Partisipasi, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

ABSTRACT
Background: In 2019 Indonesian government is targeting the achievement of Universal
Health Coverage, meaning that all residents must be covered by JKN in order to obtain
health insurance and welfare of life able to increase. Until April 2017 about 43% of the
population of Bojonegoro Regency has not been registered in JKN. Community
participation in JKN can be influenced by factor k nowledge of JKN. It is necessary to
analyze community k nowledge related to JKN, because the existence of good k nowledge
is expected to influence community participation as participant of JKN.
Methods: This research is an observational research with cross sectional research design.
Research respondents were 133 samples from a total of 270 families in Semutan and
Ngrandu Hamlet, Pomahan Village, Bureno, Bojonegoro. Data collection using
questionnaire instruments. Data analysis was done by bivariate analysis that is chi -square
statistic test with computer application SPSS.
Discussion: Respondents who had poor k nowledge and become JKN participants were
5.3% while those who did not participated were 94.7%.
Conclusion: The results showed that there was a relationship between the level of
k nowledge and participation of the National Health Insurance (JKN).

Keywords: Knowledge, Participation, National Health Insurance (JKN).

18
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
1. PENDAHULUAN Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan Kesehatan Nasional yang sangat minim terutama di
(JKN) merupakan sistem asuransi daerah-daerah perlu diselesaikan
kesehatan sosial yang bersifat wajib secara bertahap.
sesuai dengan UU No.40 tahun 2004 Dalam mengatasi masalah ini,
tentang Sistem Jaminan Sosial kebijakan kesehatan pemerintah
Nasional (SJSN) yang menjelaskan harus hati-hati, cermat dan teliti
bahwa seluruh masyarakat Indonesia sehingga investasi yang dilakukan
ditargetkan untuk ikut berpartisipasi selama ini tidak sia-sia. Penelitian
dengan terdaftar sebagai peserta lainnya yang serupa dilakukan oleh
dalam sistem tersebut pada tahun Shari Agustina Tanjung (2015) yang
2019.[1] Penyelenggaraan JKN adalah menunjukkan bahwa terdapat
upaya untuk mencapai tujuan hubungan antara pengetahuan
pembangunan kesehatan yang tentang JKN dengan sikap
dilakukan pemerintah untuk kepesertaan JKN mandiri di
meningkatkan derajat kesehatan Puskesmas Mergangsan Yogyakarta
secara optimal. Dengan penetapan dari hasil uji Kendall Tau diperoleh
target Universal Health Coverage nilai koefisien korelasi (τ) sebesar 486
oleh pemerintah, diharapkan dapat dengan ρ-value sebesar 0,004 <
memenuhi kebutuhan dasar (0,005).[4] Berdasarkan latar belakang
kesehatan masyarakat yang layak tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
yang diberikan kepada setiap orang mengatahui hubungan pengetahuan
yang telah membayar iuran atau masayrakat terkait JKN terhadap
iurannya dibayarkan oleh pemerintah. keikutsertaan JKN di Kecamatan
Program yang diselenggarakan Baureno, Kabupaten Bojonegoro.
sejak 1 Januari 2014 secara
menyeluruh di Indonesia ini, pada 2. METODE PENELITIAN
kenyataannya, masih cukup banyak Jenis penelitian ini merupakan
masayarakat desa yang belum penelitian observasional dengan
berpartisipasi menjadi peserta JKN. desain penelitian cross sectional.
Bojonegoro merupakan salah satu Penelitian dilaksanakan di Dusun
kabupaten di Jawa Timur yang hingga Semutan dan Ngrandu, Desa
April 2017 masih sekitar 43% Pomahan, Kecamatan Baureno,
masyarakatnya belum menjadi Kabupaten Bojonegoro pada Juli –
anggota JKN. Pomahan yang Agustus 2017. Populasi dalam
termasuk menjadi salah satu desa di penelitian adalah masyarakat Dusun
Kabupaten Bojonegoro yang Semutan dan Ngrandu yang
mayoritas penduduknya bekerja berjumlah 270 KK. Pengambilan
sebagai petani juga masih menjadi sampel secara acak dengan
salah satu desa di Kecamatan menggunakan teknik probability
Baureno yang masih banyak sampling yang memberikan peluang
masyarakatnya belum mengetahui yang sama bagi setiap unsur
tentang program JKN dan angka (anggota) populasi untuk dipilih
ketidakikutsertaan JKN cukup menjadi anggota sampling dengen
tinggi.[2] menggunakan teknik simple random
Menurut penelitian Heni Febriani sampling diperoleh besar sampel
dan Prastiwi Putri Basuki (2016) yang sebanyak 133 responden.
dilakukan di Kelurahan Sindumartani, Sampel yang diambil harus pula
hasil analisis chi square menunjukkan memenuhi kriteria sampel sebagai
bahwa ada hubungan antara berikut:
Pengetahuan mengenai Jaminan Kriteria Inklusi:
Kesehatan Nasional (JKN) dengan berumur di atas 18 tahun dan
keikutsertaan JKN di Kelurahan sudah tinggal menetap minimal 1
Sindumartani, Ngemplak, Sleman, tahun.
Yogyakarta dengan nilai p=0,019. [3]
Pengetahuan masyarakat tentang

19
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Kriteria Ekslusi: 3. HASIL
tidak dapat berkomunikasi 3.1 Analisis Univariat
dengan baik dan tidak bersedia Berdasarkan penelitian yang
menjadi responden. telah dilakukan didapatkan hasil
Instrumen yang digunakan karakteristik responden meliputi umur,
dalam pengumpulan data primer jenis kelamin, pendidikan, dan
yaitu kuesioner dan analisis data pekerjaan responden. Tabel distribusi
bivariat menggunakan uji statistik frekuensi responden dapat dilihat
chi-square dengan aplikasi computer pada Tabel 1 – Tabel 4, sebagai
SPSS. berikut.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Responden n %


1. 20 – 30 tahun 24 18
2. 31 – 40 tahun 46 35
3. 41 – 50 tahun 33 25
4. 51 – 60 tahun 23 17
5. 61 – 70 tahun 7 5

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden). Pada umumnya semakin


karakteristik responden berdasarkan bertambahnya umur seseorang dapat
umur yang terbanyak pada rentang 31 pula berpengaruh pada pertambahan
– 40 tahun yaitu sebesar 35% (46 pengetahuan yang diperoleh.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin N %


1. Laki-Laki 35 26
2. Perempuan 98 74

Tabel 2 menunjukkan bahwa terdiri atas responden perempuan


karakteristik responden yang menjadi sebesar 74% yaitu 98 responden.
sampel penelitian sebagian besar

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan n %


1. Tidak Sekolah 3 2
2. Tamat SD/Sederajat 78 59
3. Tamat SMP/Sederajat 38 29
4. Tamat SMA/Sederajat 11 8
5. Sarjana 3 2

Tabel 3 menunjukkan bahwa yang tidak bersekolah. Hal ini dapat


sebanyak 59% masyarakat wilayah simpulkan bahwa tingkat pendidikan
Dusun Semutan dan Ngrandu masyarakat wilayah Dusun Semutan
memiliki pendidikan terakhir Sekolah dan Ngrandu masih rendah
Dasar dan terdapat 2% masyarakat

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan


No. Jenis Pekerjaan N %
1. PNS 3 2
2. Pedagang 8 6
3. Petani 80 60
4. Swasta 14 11
5. Lainnya 28 21

20
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Tabel 4 menunjukkan bahwa berdasarkan sumber informasi,
karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan, dan
pekerjaan mayoritas sebagai petani kepesertaan JKN. Distribusi frekuensi
sebesar 60% (80 responden). masing-masing variabel dapat dilihat
Analisis univariat selanjutnya pada Tabel 5 –Tabel 7 sebagai
menjelaskan distribusi responden berikut.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi JKN


No. Sumber Informasi n %
1. Tidak mendapatkan 32 24
informasi
2. Perangkat Desa 69 52
3. Bidan 13 10
4. Tetangga 7 5
5. Tempat Kerja 9 7
6. Media 3 2

Tabel 5 diketahui bahwa sebesar menyatakan mendapatkan informasi


52% yaitu 69 responden yang telah tersebut dari perangkat desa dan
memiliki pengetahuan tentang terdapat 24% yaitu 32 responden
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang belum terpapar informasi.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan JKN


No. Pengetahuan tentang JKN n %
1. Baik 95 71.4
2. Kurang 38 28.6

Tabel 6 diketahui bahwa sebesar terkait Jaminan Kesehatan Nasional


71% yaitu 94 responden telah (JKN). Sedangkan 29% lainnya belum
memiliki pengetahuan yang baik mengetahui JKN secara baik.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepesertaan JKN


No. Kepesertaan JKN N %
1. Peserta 67 50.4
2. Bukan Peserta 66 49.6

Tabel 7 menunjukkan bahwa 3.2 Analisis Bivariat


sebesar 51% yaitu 68 responden Berdasarkan penelitian yang
menyatakan telah menjadi bagian dari telah dilakukan didapatkan hasil
anggota Jaminan Kesehatan Hubungan antara Pengetahuan
Nasional (JKN) baik PBI maupun non Responden terkait Jaminan
PBI dan 49% lainnya yaitu 65 Kesehatan Nasional (JKN) dengan
responden belum terdaftar sebagai Kepesertaan JKN. Tabel hasil analisis
anggota JKN karena berbagai alasan. bivariat dapat dilihat pada Tabel 8,
sebagai berikut

Tabel 8. Hubungan Pengetahuan Responden terkait Jaminan Kesehatan Nasional


(JKN) dengan Kepesertaan JKN
Variabel Kepesertaan JKN
(Pengetahuan) Peserta Bukan Peserta p
N % N %
Baik 65 68.4 30 31.6
0.000*
Kurang baik 2 5.3 36 94.7
Keterangan: CI= Confidence Interval, *= Significance (p<0,05).

Tabel 8 menunjukkan bahwa pengetahuan dengan keikutsertaan


bahwa ada hubungan antara JKN dengan nilai p = 0,000 dan α

21
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
0,05. Responden yang mempunyai hanya terdapat 71,4% responden
pengetahuan kurang baik dan yang berpengetahuan baik dan hanya
menjadi peserta JKN sebesar 5.3% 50,4% responden yang tercatat
yaitu 2 responden sedangkan yang sebagai anggota Jaminan Kesehatan
tidak menjadi peserta sebesar 94.7% Nasional.
yaitu 36 responden. Keikutsertaan responden pada
Jaminan Kesehatan Nasional
4. PEMBAHASAN menurut (Green and Marshall, 2000)
Hasil penelitian terhadap 133 dan (Ajzen and Albarracin, 2007)
responden masyarakat Dusun merupakan perilaku yang ditimbulkan
semutan dan Ngrandu menunjukkan dari adanya faktor predisposisi
bahwa responden dominan pada usia (predisposing factor) yang terwujud
31 – 40 tahun (sebanyak 35%), dalam pengetahuan, sikap,
dimana usia tersebut masuk kedalam kepercayaan, keyakinan, dan faktor
usia dewasa muda dan akhir. Terkait pendukung (enabling factor) yang
dengan tingkat pendidikan terakhir terwujud dalam lingkungan fisik,
responden, sebanyak 59% tersedia atau tidaknya tersedianya
mendapatkan pendidikan formal sarana kesehatan, serta faktor
hanya pada tingkat SD/sederajat. pendorong (renforcing factor) yang
Mengacu pada penelitian yang telah terwujud dalam sikap dan perilaku
dilakukan oleh Julianty Pradono petugas kesehatan atau petugas lain
(2013) bahwa tingkat pendidikan yang hasil akhirnya akan
memiliki hubungan yang positif menghasilkan perilaku. [3] Perilaku
dengan status kesehatan masyarakat, dalam hal ini merupakan
sehingga dengan peningkatan faktor keikutsertaan pada Program JKN.
pendidikan maka diharapkan status Sesuai dengan penelitian yang
kesehatan masyarakat juga dapat dilakukan salah satu faktor
menjadi lebih baik.[5] predisposisi yang terkait dengan
Menurut Lofgren dkk., tingkat keikutsertaan respoden dalam
pendidikan memengaruhi kesadaran program JKN adalah faktor
individu untuk melakukan tindakan pengetahuan. Hasil penelitian
perencanaan dan pengendalian untuk menunjukkan bahwa ada hubungan
memahami risiko atas kesehatan antara pengetahuan dengan
dirinya.[6] Dikatakan bahwa semakin keikutsertaan JKN dengan nilai p =
tinggi tingkat pendidikan, maka 0,000 (α=0,05).
semakin bertambah pengetahuan Hasil penelitian yang serupa yang
dan semakin bertambah pula dilakukan oleh Debra S.S. Rumengan
kebutuhan akan pelayanan menyatakan bahwa ada hubungan
kesehatan. Hal ini akan meningkatkan antara pengetahuan dengan sikap
keinginan untuk menjadi peserta kepala keluarga tentang Jaminan
asuransi kesehatan. Terdapat 76% Kesehatan Nasional di Kelurahan
yang menyatakan telah mendapatkan Purwosari Kecamatan Laweyan Kota
informasi dari berbagai sumber, baik Surakarta dengan nilai p-value
dari perangkat desa, bidan desa, sebesar 0,022 < α (0,05). [7] Penelitian
tetangga, tempat kerja maupun media. di Kelurahan Sindumartani
Menurut WHO, seseorang berdasarkan analisis chi square juga
berperilaku antara lain karena alasan menunjukkan bahwa ada hubungan
pemikirandan perasaan (thoughts antara Pengetahuan mengenai
and feeling), yakni dalam bentuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
pengetahuan, persepsi, sikap, dengan keikutsertaan JKN di
kepercayaan, dan penilaian Kelurahan Sindumartani, Ngemplak,
seseorang terhadap objek. Sleman, Yogyakarta dengan nilai p =
Pengetahuan dapat diperoleh dari 0,019, dilakukan oleh Heni Febriani
pengalaman sendiri atau pengalaman tahun 2016.[3]
orang lain. Meskipun informasi sudah Agar tercapainya peningkatan
didapatkan dari berbagai sumber, keikutsertaan responden terhadap

22
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Jaminan Kesehatan Nasional, maka JKN secara menyeluruh kepada
diperlukan suatu upaya peningkatan masyarakat sehingga dapat
pengetahuan. Metode pendidikan mendapatkan informasi yang lebih
yang bersifat individual merupakan baik dan diharapkan masyarakat
salah satu cara yang dapat digunakan dapat segera mendaftarkan diri
sebagai upaya pembinaan perilaku sebagai peserta JKN.
baru, atau seseorang yang telah
mulai tertarik kepada suatu DAFTAR PUSTAKA
perubahan perilaku atau inovasi. 1. Republik Indonesia. Undang-Undang
Dasar digunakannya pendekatan RI Nomor 40 Tahun 2004 Tentang
individual disebabkan karena setiap Sistem Jaminan Sosial Nasional.
orang mempunyai masalah atau Pemerintah Republik Indonesia
alasan yang berbeda-beda 2. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
sehubungan dengan penerimaan Baru 40 desa daftarkan perangkat
atau perilaku baru.[8] Dalam penelitian desa di kepesertaan JKN [Internet].
ini terdapat keterbatasan penelitian 2017. Available from:
karena hanya meneliti variabel yang http://www.bojonegorokab.go.id/berit
masih sangat terbatas, sehingga a/baca/2652/Baru-40-Desa-
masih terdapat variabel-variabel Daftarkan-Perangkat-Desa-di-
lainnya yang diperkirakan dapat Kepesertaan-JKN
mempengaruhi masyarakat dalam 3. Febriana H, Basuki PP. Analisis
kepesertaan JKN. Keterbatasan Pengetahuan dan Keikutsertaan
penelitian tersebut menyebabkan Jaminan Kesehatan Nasional di
diperlukannya suatu penelitian lebih Kelurahan Sindumartani Sleman
lanjut dengan alat ukur yang lebih Yogjakarta. J Kesehat Samodra Ilmu.
baik dan variabel independen yang 2016;7(1):44–9.
lebih banyak. 4. Tanjung SA. Hubungan Pengetahuan
Tentang JKN Dengan Sikap
5. SIMPULAN DAN SARAN Kepesertaan JKN Mandiri Di
Hasil penelitian di Dusun Puskesmas Mergangsan Yogyakarta
Semutan dan Ngrandu, Desa Tahun 2015. 2015;Prodi Bida.
Pomahan, Kecamatan Bureno, 5. Pradono J, Sulistyowati N. Hubungan
Bojonegoro berdasarkan analisis chi Antara Tingkat Pendidikan,
square menunjukkan bahwa ada Pengetahuan tentang Kesehatan
hubungan antara Pengetahuan Lingkungan, Perilaku Hidup Sehat
mengenai Jaminan Kesehatan dengan Status Kesehatan. Bul Penelit
Nasional (JKN) dengan keikutsertaan Sist Kesehat. 2013;17(1):89–95.
JKN. Upaya untuk meningkatkan 6. Lofgren, C, dkk. People’s willingness
kepesertaan JKN pada masyarakat to pay for Health Insurance in Rural
dapat dilakukan melalui metode Vietnam, Cost Effectiveness and
pendekatan individu dan promosi Resource Allocation 2008. 2008;6:16,
kesehatan tentang JKN dapat Hano.
dilakukan sebagai bentuk 7. Rumengan DSS, Umboh JML,
peningkatan pengetahuan Kandou GD. Faktor-Faktor yang
masyarakat terhadap pentingnya Berhubungan dengan Pemanfaatan
kepemilikan JKN. Serta diperlukan Pelayanan Kesehatan Pada Peserta
suatu penelitian lebih lanjut dengan BPJS Kesehatan di Puskesmas
alat ukur yang baik dan variabel Paniki Bawah Kecamatan Mapanget
independen yang lebih beragam Kota Manado. Jikmu. 2015;5(1):88–
untuk pengembangan hasil penelitian. 100.
Pemerintah melalui instansi 8. Notoatmodjo. Pendidikan dan
terkait diupayakan dapat Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
melaksanakan program sosialisasi Cipta
dan menekankan persepsi manfaat

23
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
KUALITAS DATA PEMANTAUAN
Penelitian WILAYAH SETEMPAT (PWS) KIA
BIDAN DESA TERKAIT FAKTOR
Asli ORGANISASI DAN SUMBER DAYA
MANUSIA DI KECAMATAN
BANYUBIRU KABUPATEN
SEMARANG
Fifi Dwijayanti 1

1 JurusanIlmu Kesehatan Masyarak at Universitas


Diponegoro, Semarang

ABSTRAK
Latar Belakang: PWS KIA merupakan alat manajemen program KIA untuk memantau
cakupan pelayanan KIA secara terus menerus agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat terhadap desa dengan cakupan pelayanan KIA rendah. Kualitas data
merupakan syarat untuk menghasilkan informasi yang berkualitas. Kualitas data dilihat dari
segi kelengkapan, keakurasian dan ketepatan waktu pengumpulan laporan. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas data PWS KIA bidan desa terkait faktor
organisasi dan sumber daya manusia di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.
Metode: Rancangan penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian
yaitu bidan desa di Kecamatan Banyubiru sebanyak 9 orang. Objek dalam penelitian
berupa laporan PWS KIA yang dibuat oleh bidan desa di Kecamatan Banyubiru. Alat
penelitian ini menggunakan kuesioner dan lembar observasi (selama 4 bulan). Analisa data
dilakukan secara deskriptif dan menggunakan tabulasi silang.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kualitas data bidan desa masih
kurang, hanya Sepakung dan Ngrapah (82.14%). Berdasarkan hasil tabulasi silang,
kualitas data baik berasal dari kelompok organisasi dan SDM yang baik (100%).
Simpulan: Faktor Organisasi (Supervisi/pembinaan) dan faktor SDM (beban kerja ringan
dan masa kerja bidan desa) berpengaruh terhadap pencatatan Bidan Desa yang
berdampak pada kualitas data PWS KIA desa tersebut. Kualitas data dapat ditunjang
dengan meningkatkan ketersediaan fasilitas dengan menyediakan pengadaan barang
seperti form standar untuk pendataan dan perlunya pemberian reward atas prestasi bidan
sebagai motivasi dalam bekerja.

Kata Kunci: Kualitas data, Bidan desa, Faktor Organisasi, Faktor SDM

ABSTRACT
Background: PWS KIA is a tool for maternal and child health programs management to
continuously monitor the scope of service in a region (Pusk esmas) in order to establish the
follow-up action quick ly and accurately towards the low coverage of KIA service. The quality
of data is required to produce the qualified information. Data quality can be observed in
terms of completeness, accuracy, and punctuality of collection reports. The purpose of this
study is to describe the data quality of midwives’ PWS KIA related to organizational and
human resources factors in Banyubiru district, Semarang.
Methods: This study used a cross-sectional design. The samples of research are nine
midwives of the entire village in the district of Banyubiru. The object is The PWS KIA report
that was made by midwives in Banyubiru district. The tools of research are questionnaire
and observation sheets (for four months). The data analysis was conducted descriptively
and used cross tabulation.
Discussion: The results showed that the majority of midwives data quality is still lack ing
and only Sepak ung and Ngrapah village have good data quality (82.14%). Based on the

24
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
result of cross-tabulation, the quality of data both come from good organization and human
resources (100%).
Conclusion: Organization factor (supervision/coaching) and human factor (light work load
and midwives’ work ing period of time) influence the recording of Midwife which impact on
the quality of data in the village. Data quality can be supported by the improvement of the
facility availability by the means of providing things for example standard form for
registration and reward for midwives as a motivation and form of appreciation.
Keywords: Data Quality, Midwife, Organization Factor, Human Res ources Factor

1. PENDAHULUAN dikembangan suatu sistem yang akan


Angka Kematian Ibu di Indonesia memantau perkembangan program
ternyata masih tergolong tinggi. KIA di suatu daerah yaitu
Berdasarkan hasil SDKI tahun 2012, pemantauan wilayah setempat
Angka Kematian Ibu (AKI) di kesehatan ibu dan anak (PWS KIA).
Indonesia sebesar 359/100.000 PWS KIA adalah alat manajemen
kelahiran hidup. Tren AKI sejak tahun program KIA untuk memantau
1992 sampai 2007 cenderung turun, cakupan pelayanan KIA di suatu
akan tetapi pada tahun 2012 wilayah (Puskesmas/ Kecamatan)
mengalami peningkatan. Angka secara terus menerus agar dapat
kematian Ibu untuk lingkup Jawa dilakukan tindak lanjut yang cepat dan
Tengah dilaporkan bahwa pada tahun tepat terhadap desa yang cakupan
2012 sebesar 116.34/100.000 pelayanan KIA nya masih rendah.
kelahiran hidup dan masih tergolong PWS KIA diharapkan dapat
tinggi. meningkatkan pelayanan KIA dapat
Tingginya AKI merupakan faktor ditingkatkan dengan menjangkau
yang dapat dikendalikan dan dicegah seluruh sasaran di wilayah kerja
dengan melakukan usaha sehingga seluruh kasus dengan faktor
pemeliharaan dan pengawasan risiko atau komplikasi dapat
antenatal sedini mungkin oleh tenaga ditemukan sedini mungkin. [2]
kesehatan, disamping pertolongan Menurut Gibson, terdapat tiga
persalinan yang benar dan pelayanan variabel yang mempengaruhi kinerja
nifas yang baik yaitu dengan yaitu variabel individu, variabel
meningkatkan pelayanan antenatal. psikologi dan variabel organisasi.
Di Puskesmas, kegiatan tersebut Faktor organisasi dan sumber daya
dikenal dengan kegiatan K1-K4. K1 manusia dalam teori dijelaskan
adalah kunjungan ibu hamil yang bahwa faktor organisasi terdiri dari
pertama kali mendapat pelayanan kepemimpinan, supervisi/pembinaan,
antenatal pada kehamilan trimester imbalan dan sumber daya.
pertama, sedangkan K4 adalah Sedangkan faktor sumber daya
kunjungan ibu hamil yang mendapat manusia terdiri dari variabel individu
pelayanan antenatal minimal 4 kali dan psikologis. Semua variabel dan
selama kehamilannya. Indikator faktor tersebut sangat mempengaruhi
cakupan K1 dan K4 dapat kinerja. Dalam penelitian ini kinerja
menggambarkan jangkauan akses yang dilihat adalah kinerja bidan desa
pelayanan kesehatan ibu hamil ke dalam pencatatan dan pelaporan. [6]
tempat pelayanan kesehatan dan Berdasarkan uraian di atas,
kemampuan manajemen program penulis ingin meneliti kualitas data
KIA. [1] bidan desa terkait faktor organisasi
Pada pelaksanaannya, data dan dan sumber daya manusia di
informasi yang berkaitan dengan Kecamatan Banyubiru Kabupaten
program KIA sangat diperlukan untuk Semarang. Penelitian dilakukan
memantau keberhasilan pencapaian dengan mendeskripsikan kualitas
target dari program KIA sehingga data bidan desa yang terdiri dari
diperlukan manajemen pemantauan kelengkapan dokumen, keakurasian
yang terus menerus dan data dan ketepatan waktu bidan desa
berkesinambungan. Oleh karena itu, dalam mengumpulkan laporan PWS

25
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
KIA. Selain itu, mendeskripsikan 1), form persalinan dan nifas (Form
faktor organisasi yang meliputi 2), form neonatal (Form 3), form data
sumber daya, kepemimpinan, program PWS K1 dan K4 (Form 4),
supervisi/pembinaan, imbalan dan form data program PWS persalinan
faktor sumber daya manusia yang nakes dan KN (Form 5), form data ibu
meliputi kemampuan dan hamil (Form 6) dan form data ibu nifas
ketrampilan, persepsi, beban kerja (Form 7). Instrumen yang digunakan
dan masa kerja. Penelitian ini dapat berupa kuesioner dan lembar
mendukung penelitian sebelumnya, observasi. Analisis data
sehingga pemantauan wilayah menggunakan analisis univariat dan
setempat yang dilakukan oleh bidan tabulasi silang.
desa dapat ditingkatkan.
3. HASIL
2. METODE PENELITIAN 3.1. Kualitas Data
Penelitian ini termasuk jenis Penilaian kualitas data
penelitian observasional deksriptif menggunakan lembar observasi yang
yaitu mengetahui gambaran kualitas mengukur kelengkapan, keakuratan
data bidan desa di Kecamatan dan ketepatan waktu pengumpulan
Banyubiru terkait faktor organisasi laporan PWS KIA bidan desa ke
dan sumber daya manusia. Puskesmas. Nilai kualitas data
Pendekatan deskriptif ini berusaha merupakan hasil rata-rata dari jumlah
memberikan gambaran kualitas data kelengkapan, keakuratan dan
bidan desa dari segi kelengkapan ketepatan waktu dalam pengumpulan
dokumen, keakuratan data dan laporan PWS KIA setiap bulannya.
ketepatan waktu dalam pengumpulan
laporan PWS KIA. Desain penelitian 3.1.1 Kelengkapan
yang digunakan adalah cross Pengukuran kelengkapan
sectional study, yaitu penelitian yang menggunakan lembar observasi
dilakukan hanya pada satu periode dengan meninjau dokumen yang
waktu yang sama. digunakan oleh bidan desa.
Subjek dalam penelitian ini Kelengkapan dilihat berdasarkan
adalah seluruh bidan desa di dokumen pencatatan dan pelaporan
Kecamatan Banyubiru sebanyak 9 yaitu jumlah dokumen pencatatan
orang. Objek dalam penelitian ini yang tersedia atau dimiliki bidan desa
adalah berupa laporan PWS KIA yang dibandingkan dengan jumlah
dibuat oleh bidan desa di Kecamatan dokumen yang seharusnya tersedia
Banyubiru. Laporan PWS KIA terdiri atau seharusnya dimiliki oleh bidan
dari 7 form yaitu form ibu hamil (Form desa (dalam %).

Tabel 1. Hasil penghitungan kelengkapan dokumen bidan desa


di Kecamatan Banyubiru
No Desa Buku Bantu Kohort Kartu Ibu Buku KIA Kelengkapan
1 Wirogomo 100 0 71.43 71.43 60.72
2 Kemambang 100 0 0 100 50.00
3 Sepakung 100 71.43 71.43 85.71 82.14
4 Kebumen 100 71.43 0 85.71 64.29
5 Rowoboni 100 71.43 0 85.71 64.29
6 Tegaron 85.71 71.43 0 85.71 60.71
7 Kebondowo 100 57.14 0 100 64.29
8 Banyubiru 100 71.43 0 100 67.86
9 Ngrapah 100 57.14 71.43 100 82.14
Kelengkapan (%) 98.41 52.38 23.81 90.47

Tabel 1 menunjukkan bahwa Bidan Desa Sepakung dan Ngarapah


hampir semua bidan desa di (82.14%) yang memiliki dokumen
Kecamatan Banyubiru memiliki lengkap. Dilihat dari sumber datanya,
dokumen yang tidak lengkap, hanya dapat diketahui bahwa sumber data

26
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
yang paling rendah kelengkapannya menggunakan lembar observasi
yaitu kartu ibu (23.81%), sedangkan dengan melakukan penghitungan
sumber data yang paling lengkap ulang. Keakuratan dilihat
pencatatannya yaitu buku bantu berdasarkan data pelaporan hasil
(98.41%). pencatatan data yang dilakukan oleh
bidan desa, yaitu jumlah data hasil
3.1.2 Keakuratan pencatatan yang dilaporkan
Penghitungan keakuratan data dibandingkan dengan jumlah data
hasil pencatatan bidan desa hasil penghitungan ulang (dalam %).

Tabel 2. Hasil penghitungan keakuratan data bidan desa di Kecamatan Banyubiru


No Desa Jan Feb Mar Apr Keakuratan
1 Wirogomo 71.43 85.71 71.43 42.86 67.86
2 Kemambang 85.71 85.71 14.29 42.86 57.14
3 Sepakung 100 85.71 85.71 85.71 89.28
4 Kebumen 71.43 57.14 28.57 42.86 50.00
5 Rowoboni 57.14 71.43 57.14 28.57 53.57
6 Tegaron 85.71 57.14 71.43 28.57 60.71
7 Kebondowo 42.86 85.71 42.86 28.57 50.00
8 Banyubiru 57.14 42.86 57.14 57.14 53.57
9 Ngrapah 85.71 57.14 71.43 71.43 71.43
Keakuratan 73.01 69.84 55.56 47.62

Tabel 2 menunjukkan bahwa


hampir semua desa memiliki 3.1.3 Ketepatan Waktu
keakuratan yang rendah. Hanya 1 Penilaian ketepatan waktu
dari 9 desa yang memiliki tingkat pengumpulan laporan PWS KIA oleh
keakuratan data yang baik, yaitu bidan desa dengan melakukan
Desa Sepakung dengan hasil rata- wawancara langsung kepada bidan
rata keakuratan data sebesar desa dan bidan koordinator untuk
89.28%. Hasil persentase rata-rata pengecekan ulang. Hasil wawancara
kelengkapan dokumen lebih dari dimasukkan ke dalam lembar
sama dengan 80% maka observasi untuk dilakukan
keakuratannya baik, sehingga penghitungan. Perhitungan yang
kualitas data tergolong baik. [3] Desa dilakukan dengan menjumlahkan
yang memiliki tingkat keakuratan laporan yang dilaporkan tepat waktu
rendah yaitu Kebumen dan oleh bidan desa dibandingkan dengan
Kebondowo dengan hasil rata-rata jumlah bidan desa yang seharusnya
keakuratan data sebesar 50%, karena melapor sesuai dengan jadwal yang
hasil penghitungan menunjukkan ditetapkan (dalam %).
hasil rata-rata keakuratan data
.bernilai kurang dari 80%.

Tabel 3. Hasil penghitungan ketepatan waktu pelaporan bidan desa


di Kecamatan Banyubiru
Ketepatan
No Desa Jan Feb Mar Apr
Waktu
1 Wirogomo √ √ √ √ 100
2 Kemambang √ √ - - 50
3 Sepakung √ √ √ - 75
4 Kebumen √ √ - - 50
5 Rowoboni √ √ √ √ 100
6 Tegaron √ - √ √ 75
7 Kebondowo √ √ √ - 75
8 Banyubiru √ √ √ √ 100
9 Ngrapah √ √ √ √ 100
Ketepatan Waktu 100 88.89 77.78 55.56

27
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Berdasarkan Tabel 3, diketahui rata dari jumlah kelengkapan,
bahwa sebagian besar bidan desa keakuratan dan ketepatan waktu
tidak tepat waktu dalam pengumpulan dalam pengumpulan laporan PWS
laporan. Hal ini terlihat bahwa hanya KIA setiap bulannya. Berdasarkan
4 dari 9 bidan desa yang tabel hasil penghitungan diatas,
mengumpulkan laporan selalu tepat menunjukkan bahwa sebagian besar
pada waktunya. Sebagian besar hasil bidan desa memiliki tingkat
persentase rata-rata ketepatan waktu kelengkapan dokumen, keakuratan
pelaporan kurang dari 80% maka data dan ketepatan waktu pelaporan
ketepatan waktu pelaporannya tidak tidak baik, sehingga penilaian kualitas
tepat waktu, sehingga kualitas data data menunjukkan data PWS KIA di
tergolong tidak baik. Penilaian Kecamatan Banyubiru tergolong
kualitas data merupakan hasil rata- memiliki kualitas data tidak baik.

Tabel 4. Hasil penghitungan kualitas data Puskesmas Banyubiru


Ketepatan Kualitas
No Desa Keakuratan (%) Kelengkapan (%)
Waktu (%) Data (%)
1 Wirogomo 67.86 53.57 100 73.81
2 Kemambang 57.14 50.00 50 52.38
3 Sepakung 89.29 82.14 75 82.14
4 Kebumen 50.00 64.29 50 54.76
5 Rowoboni 53.57 64.29 100 72.62
6 Tegaron 60.71 60.71 75 65.48
7 Kebondowo 50.00 64.29 75 63.10
8 Banyubiru 53.57 67.86 100 73.81
9 Ngrapah 71.43 82.14 100 84.52

Berdasarkan tabel 4 diketahui sudah mendekati kualitas data baik


bahwa terdapat 2 dari 9 desa yang karena sudah di atas 70%.
memiliki kualitas data baik yaitu desa
Sepakung dan Ngrapah. Berdasarkan 3.2 Faktor Organisasi
perhitungan, hasil kualitas data Organisasi merupakan alat yang
bernilai 82.14% dan 84.52%. Hasil akan dapat merealisasikan tujuan dan
persentase kualitas data lebih dari sasaran. Hal yang paling pokok dalam
sama dengan 80% maka tergolong organisasi adalah pembagian tugas
kualitas data baik. [3] Sedangkan atau memadukan semua kegiatan
sebagian besar data bidan desa di yang beraspek personil, finansial,
Kecamatan Banyubiru memiliki material dan tatacara dalam rangka
kualitas data tidak baik, karena hasil mencapai tujuan. Berikut ini adalah
penghitungan menunjukkan hasil rekapitulasi hasil pengkategorian
kualitas data bernilai kurang dari 80%, faktor organisasi di Kecamatan
akan tetapi 3 dari 7 desa yang Banyubiru.
memiliki kualitas data tidak baik

Tabel 5. Distribusi Frekuensi kategori Faktor Organisasi


No Variabel Kategori f (%)
Buruk 5 55.6
1 Ketersediaan Fasilitas
Baik 4 44.4
Buruk 4 44.4
2 Kepemimpinan
Baik 5 55.6
Buruk 4 44.4
3 Supervisi/ pembinaan
Baik 5 55.6
Buruk 3 33.3
4 Imbalan
Baik 6 66.7

28
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Berdasarkan Tabel 5, dapat perannya sebagai makhluk hidup
diketahui bahwa dari semua faktor sosial yang adaptif dan transformatif
organisasi di Kecamatan Banyubiru yang mampu mengelola dirinya
sudah tergolong baik yaitu sendiri. Sumber daya manusia
kepemimpinan (55.6%), supervisi/ dalam penelitian ini yaitu bidan desa
pembinaan (55.6%) dan imbalan yang menjadi penggerak atas
(66.7%), hanya ketersediaan pencatatan dan pelaporan data PWS
fasilitas yang masih tergolong KIA. Berikut ini adalah rekapitulasi
kurang (44.4%). hasil pengkategorian faktor sumber
Sumber daya manusia adalah daya manusia di Kecamatan
potensi yang terkandung dalam diri Banyubiru.
manusia untuk mewujudkan

Tabel 6. Distribusi Frekuensi kategori Faktor Sumber Daya Manusia


No Variabel Kategori f (%)
Buruk 2 22.2
1 Kemampuan dan Ketrampilan
Baik 7 77.8
Buruk 4 44.4
2 Persepsi Pengelolaan Data
Baik 5 55.6
Ringan 5 55.6
3 Beban Kerja
Berat 4 44.4
Baru 3 33.3
4 Masa Kerja
Lama 6 66.7

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat melihat keterkaitan kualitas data


diketahui bahwa kemampuan dan dengan organisasi dan SDM serta
ketrampilan (77.8%) dan persepsi faktor-faktor organisasi dan sumber
pengelolaan data (55.6%) sudah daya manusia itu sendiri.
tergolong baik. Sebagian besar bidan
desa di Kecamatan Banyubiru 3.3.1 Faktor Organisasi
memiliki beban kerja yang ringan Organisasi merupakan suatu
sehingga dapat fokus dalam wadah kerja sama yang dilakukan
pekerjaannya sebagai bidan desa. beberapa orang, terdapat struktur
Selain itu bidan desa di Kecamatan pembagian kerja dan struktur tata
Banyubiru sudah memiliki hubungan untuk mencapai tujuan
pengalaman dan masa kerja yang bersama. Organisasi dalam penelitian
cukup lama (≥ 17 tahun). Berikut ini ini terdiri dari beberapa faktor yaitu
adalah penjelasan hasil penelitian ketersediaan sumber daya,
mengenai faktor sumber daya kepemimpinan, supervisi/pembinaan
manusia di Kecamatan Banyubiru. dan imbalan. Berikut ini adalah hasil
tabulasi silang kualitas data dengan
3.3 Tabulasi Silang faktor organisasi.
Tabulasi silang ini dilakukan
untuk melihat keterkaitan variabel
penelitian. Tabulasi ini dibuat untuk

Tabel 6. Tabulasi Silang Kualitas Data terkait Faktor Organisasi


Kualitas Data
Variabel Tidak Baik Baik Total
f % f %
Ketersediaan Buruk 4 80 1 20 100
Fasilitas Baik 3 75 1 25 100
Buruk 3 75 1 25 100
Kepemimpinan
Baik 4 80 1 20 100
Supervisi/ Buruk 4 100 0 0 100
Pembinaan Baik 3 60 2 40 100
Buruk 2 66.7 1 33.3 100
Imbalan
Baik 5 83.3 1 16.7 100

29
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari terbentuknya pola silang pada
kualitas data yang tidak baik lebih setiap variabel.
banyak berasal dari kelompok
ketersediaan fasilitas buruk (80%). 3.3.2 Faktor Sumber Daya Manusia
Kualitas data tidak baik lebih banyak Sumber daya manusia
berasal dari kepemimpinan yang merupakan aset utama suatu
buruk (80%). Kualitas data yang tidak organisasi yang menjadi perencana
baik lebih banyak berasal dari dan pelaku aktif dari setiap aktifitas
supervisi/pembinaan yang buruk organisasi. Sumber daya dalam
(100%). Sedangkan kualitas data penelitian ini yang diukur terdiri dari
yang tidak baik lebih banyak berasal beberapa faktor, yaitu kemampuan
dari imbalan yang baik (83.3%). dan ketrampilan, persepsi
Berdasarkan tabulasi silang di atas pengelolaan data, beban kerja dan
dapat disimpulkan bahwa semua masa kerja bidan desa. Berikut ini
faktor organisasi memiliki keterkaitan adalah hasil tabulasi silang kualitas
dengan kualitas data. Hal ini terlihat data dengan faktor sumber daya
manusia.

Tabel 7. Tabulasi Silang Kualitas Data terkait Faktor Sumber Daya Manusia
Kualitas Data
Variabel Tidak Baik Baik Total
f % f %
Kemampuan dan Buruk 0 100 0 0 100
Ketrampilan Baik 7 77.8 2 22.2 100
Persepsi Pengelolaan Data Buruk 2 100 0 0 100
Baik 5 71.4 2 28.6 100
Beban Kerja Ringan 3 60 2 40 100
Berat 4 100 0 0 100
Masa Kerja Baru 3 100 0 0 100
Lama 4 66.7 2 33.3 100

Tabel 7 menunjukkan bahwa 4. PEMBAHASAN


kualitas data yang tidak baik lebih Kualitas data merupakan salah
banyak berasal dari kelompok bidan satu bentuk kinerja bidan dalam
desa yang memilliki kemampuan dan pencatatan dan pelaporan data PWS
ketrampilan buruk (100%). Kualitas KIA. Kinerja bidan desa dalam
data yang tidak baik lebih banyak pencatatan dan pelaporan ini
berasal dari persepsi pengelolaan dipengaruhi oleh dua hal yaitu
data bidan desa yang buruk (100%). organisasi dan sumber daya manusia.
Kualitas data yang tidak baik lebih Kualitas suatu data merupakan syarat
banyak berasal dari bidan desa yang untuk menghasilkan informasi yang
memiliki beban kerja berat (100%). berkualitas.
Sedangkan kualitas data yang tidak Hasil penelitian menunjukkan
baik lebih banyak berasal dari bidan bahwa sebagian besar kualitas data
desa yang memiliki masa kerja baru bidan desa masih kurang, hanya desa
yang belum cukup lama (<17 tahun) Sepakung dan Ngrapah (82.14%)
dengan persentase sebesar 100%. yang memiliki kualitas data yang baik.
Berdasarkan tabulasi silang di Bidan desa yang memiliki
atas juga dapat disimpulkan bahwa kelengkapan dokumen baik yaitu
semua variabel faktor sumber daya desa Sepakung dan Ngrapah
manusia memiliki keterkaitan dengan (82.14%). Bidan desa yang memiliki
kualitas data. Hal ini terlihat dari keakuratan data baik yaitu Desa
terbentuknya pola silang pada setiap Sepakung (89.28%). Bidan desa yang
variabel. selalu mengumpulkan laporan PWS
KIA tepat pada waktunya yaitu Desa

30
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Wirogomo, Rowoboni, Banyubiru dan supervisor menyebabkan bidan desa
Ngrapah. Berdasarkan tabulasi silang, menjadi tidak disiplin dalam
kualitas data yang baik lebih banyak melakukan pencatatan. Pencatatan
berasal dari kelompok organisasi dan yang tidak sesuai dengan keadaan
sumber daya manusia yang baik sebenarnya disebabkan oleh tekanan
(100%). atasan yang mengharuskan mencatat
Data yang berkualitas dapat sesuai dengan target yang sudah
dilihat dari terpenuhinya dimensi ditentukan.
fungsional kualitas data yaitu Ketepatan waktu pelaporan data
kelengkapan dokumen, keakuratan PWS KIA di Kecamatan Banyubiru
data dan ketepatan waktu pelaporan. sebagian besar sudah cukup baik dan
Sistem pencatatan dan pelaporan beberapa desa tingkat ketepatan
PWS KIA merupakan komponen yang waktu sudah mendekati baik yaitu
sangat penting, selain sebagai alat diatas 70%. Hal ini menunjukkan
untuk memantau kesehatan ibu hamil, bahwa masih ada bidan desa yang
bayi baru lahir, bayi dan balita juga tidak disiplin dalam mengumpulkan
untuk menilai sejauh mana laporan data. Ketepatan waktu dalam
keberhasilan program tersebut pengumpulan laporan data sangat
dijalankan serta sebagai bahan untuk penting. Laporan data yang tepat
membuat perencanaan di tahun- waktu akan memudahkan dalam
tahun berikutnya. Untuk membuat menganalisis data untuk pengambilan
perencanaan yang baik, dibutuhkan keputusan, sehingga tindak lanjut
data yang lengkap, akurat dan tepat yang dilakukan untuk mengatasi
waktu. masalah cepat dan tepat.
Kelengkapan dokumen bidan Berdasarkan hasil tabulasi silang,
desa di Kecamatan Banyubiru masih diketahui bahwa menurut faktor
tergolong rendah, karena masih sumber daya manusia, kualitas data
banyak bidan desa yang tidak yang baik lebih banyak berasal dari
memiliki beberapa dokumen dalam kelompok beban kerja yang ringan
melakukan pencatatan dan pelaporan (40%) dan masa kerja bidan desa
data KIA yang seharusnya dimiliki yang lama (33.3%).
oleh setiap bidan desa. Sumber data Organisasi merupakan suatu
pencatatan bidan desa yang berasal wadah kerja sama yang dilakukan
dari banyak kegiatan membuat bidan beberapa orang terdapat struktur
desa kesulitan dalam mencatat hasil pembagian kerja dan struktur tata
kegiatan. Kegiatan pelayanan hubungan untuk mencapai tujuan
kesehatan bidan desa yang sangat bersama. Organisasi dalam penelitian
banyak seperti posyandu, ini terdiri dari beberapa faktor yaitu
pemeriksaan kesehatan bagi pasien ketersediaan sumber daya,
umum, imunisasi dan masih banyak kepemimpinan, supervisi/pembinaan
lagi membuat bidan desa bingung dan imbalan.
dalam pencatatan dan hanya di satu Ketersediaan fasilitas atau
sumber yang lengkap yaitu buku sumber daya menurut Stoner,et.al,
bantu. (1995) menyatakan bahwa disamping
Keakuratan data bidan desa di motivasi, kemauan, hal yang juga
Kecamatan Banyubiru masih rendah, tidak kalah pentingnya dalam kinerja
hanya dua desa yang memiliki seseorang adalah kemampuan,
keakuratan baik yaitu Desa Sepakung sumberdaya dan kondisi dimana
dan Desa Ngrapah. Keakuratan data seseorang bekerja. Alat kerja yang
yang semakin menurun selama 4 canggih disertai pedoman dan
bulan tersebut, dikarenakan bidan pelatihan penggunaannya secara
desa sudah mengalami kejenuhan lengkap dan sempurna akan
dalam pencatatan sehingga berpengaruh terhadap produktivitas
keakuratan data mulai menurun. kerja dan kualitas kerja yang baik. [5]
Tidak adanya monitoring dan evaluasi Gibson berpendapat bahwa
dalam melakukan pencatatan oleh kepemimpinan merupakan fungsi

31
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
pokok dari segala jenis organisasi. meningkatkan kinerja seseorang yaitu
Kepemimpinan adalah sebagai suatu sebagai sistem pembayaran
proses untuk dapat mempengaruhi berdasarkan prestasi kerja. [9]
perilaku pengikutnya. Kepemimpinan Kompensasi atau imbalan dalam
terjadi dalam dua bentuk yaitu: formal bentuk gaji bukan suatu hal yang
dan informal. [6] Kepimpinan formal mudah dalam lingkungan PNS,
terbentuk melalui pemilihan atau pemberian bonus atau imbalan ini
pengangkatan dengan wewenang perlu dipertimbangkan bila ingin
formal, sedangkan kepemimpinan meningkatkan kinerja pegawai.
informal terbentuk karena Pemberian intensif atau imbalan
keterampilan, keahlian atau karena bukan kebijakan pemerintah tetapi
wibawa yang dapat memenuhi kebijakan organisasi (Puskesmas).
kebutuhan orang lain. Siagian Puskesmas dalam hal ini bisa
menyebutkan bahwa kepemimpinan memberikan insentif atau imbalan dari
merupakan inti manajemen, karena pendapatan Puskesmas.
kepemimpinan adalah motor Sumber daya manusia
penggerak bagi sumber daya merupakan asset utama suatu
manusia dan sumber daya alam organisasi yang menjadi perencana
lainnya. Pemeliharaan dan dan pelaku aktif dari setiap aktifitas
pengembangan sumber daya organisasi. Sumber daya dalam
manusia merupakan keharusan penelitian ini yang diukur terdiri dari
mutlak. [8] beberapa faktor,yaitu kemampuan
Supervisi dari atasan merupakan dan ketrampilan, persepsi
salah satu faktor dalam sistem pengelolaan data, beban kerja dan
manajemen, tujuannya adalah masa kerja bidan desa.
memberikan bantuan pada bawahan Pendapat Muklas tentang
secara langsung sehingga bawahan kemampuan kerja adalah kapasitas
memiliki bekal yang cukup untuk individu dalam menyelesaikan
melaksanakan pekerjaan. Penelitian berbagai tugas dalam sebuah
Jacobson menyatakan bahwa pekerjaan, kemampuan menyeluruh
implementasi suatu program harus seorang karyawan meliputi
diusahakan dapat dilaksanakan kemampuan intelektual dan
kegiatan supervisi sesering mungkin. kemampuan fisik. Kemampuan
Supervisi sebagai upaya yang Intelektual dibutuhkan untuk
meningkatkan pentingnya kesehatan menunjukan aktivitas-aktivitas mental.
masyarakat untuk menyelesaikan Kemampuan fisik diperlukan untuk
pekerjaan. Supervisi yang suportif, melakukan tugas yang menuntut
terencana dan baik adalah penting stamina koordinasi tubuh atau
dalam keberhasilan suatu program keseimbangan, kekuatan, kecepatan
kesehatan, termasuk dalam hal dan kelenturan atau fleksibilitas tubuh.
pencatatan dan pelaporan untuk Kemampuan fisik ini terutama penting
meningkatkan kualitas data bidan pada pekerjaan-pekerjaan yang
desa. Pedoman supervisi yang tepat sifatnya rutin dan yang lebih
mutlak diperlukan untuk melakukan terstandar di tingkat bawah dari hirarki
pembinaan. Untuk mencapai perusahaan. [10]
efektifitas kinerja maka penyelia Keterampilan yang memadai
harus bertanggung jawab dan harus akan meningkatkan kemampuan
menjamin bahwa kegiatan yang kerja karyawan sehingga apabila
dilakukan tidak menyimpang dari manajemen kurang tanggap prestasi
tujuan dengan meningkatkan kerja karyawan akan rendah. Peranan
supervisi/pembinaan yang tepat dan manajer dalam meningkatkan
teratur sistematis, terhadap karyawan ketrampilan karyawannya sangat
(bidan desa) berdasarkan pedoman diperlukan baik keterampilan teknis,
yang ada. [8] keterampilan manusiawi ataupun
Menurut Muchlas, kompensasi keterampilan konsepsi. Keterampilan
berdasarkan prestasi dapat teknis berarti memiliki kemampuan

32
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
untuk mengaplikasikan pengetahuan terjadi kompetensi prioritas antar
atau keahlian khusus, sedangkan tugas-tugas tersebut. [13]
keterampilan manusiawi berarti Kualitas data dalam hal ini
memiliki kemampuan untuk bekerja merupakan hasil kinerja dari
dengan orang lain, mengerti orang pencatatan dan pelaporan bidan desa.
lain dan memotivasi orang lain, baik Masa kerja juga memiliki keterkaitan
secara perorangan maupun dalam dengan kualitas data. Pengalaman
kelompok dan yang dimaksudkan merupakan salah satu composite
dengan keterampilan konsepsi variable dari variabel individu yang
adalah berupa kemampuan mental berpengaruh terhadap perilaku atau
untuk menganalisa dan mendiagnosa kinerja. [11] Hal itu berarti masa kerja
situasi-situasi yang kompleks. [10] memiliki keterkaitan dengan kinerja,
Hasil penelitian ini karena masa kerja identik dengan
menggambarkan bahwa tidak ada pengalaman. [14]
keterkaitan antara persepsi Masa kerja adalah lamanya
pengelolaan data bidan dengan bekerja, berkaitan erat dengan
kinerja bidan, dalam hal ini adalah pengalaman-pengalaman yang telah
kualitas data. Hal ini disebabkan didapat selama menjalankan tugas.
antara lain karena persepsi bidan Mereka yang berpengalaman
mengenai pengelolaan data masih dipandang lebih mampu dalam
merasa rumit dan kesulitan dalam pelaksanaan tugas, makin lama masa
melakukan pencatatan dan kerja seseorang kecakapan mereka
pendataan dengan menggunakan akan lebih baik,karena sudah
formulir pendataan yang memiliki menyesuaikan dengan pekerjaannya.
tabel yang kecil/rumit dan harus [15]

melakukan pencatatan di beberapa Masa kerja dikaitkan dengan


dokumen. Hal ini dipertegas oleh waktu mulai bekerja, dimana
Gibson yang mengatakan bahwa pengalaman, masa kerja juga ikut
variabel psikologik (persepsi) menentukan kinerja kerja seseorang,
merupakan hal yang komplek dan karena semakin lama masa kerja
sulit diukur, karena individu masuk seseorang, maka kecakapan mereka
dalam organisasi kerja pada usia, akan lebih baik karena sudah
etnis, latar belakang budaya dan menyesuaikan diri dengan pekerjaan.
keterampilan yang berbeda satu Dengan banyak pengalaman yang
dengan yang lainnya. [11] dimiliki, maka semakin banyak pula
Beban kerja adalah berat keterampilan yang pernah
ringannya suatu pekerjaan yang diketahuinya dan hal ini akan
dirasakan oleh karyawan yang memberikan rasa percaya diri dan
dipengaruhi pembagian kerja akan mempunyai sikap ketika
(distribution of work ), ukuran menghadapi suatu pekerjaan atau
kemampuan kerja (standard rate of persoalan, sehingga kualitas kinerja
performance) dan waktu (time) yang kerja akan lebih baik. [15]
tersedia. [12]
Penelitian ini dikuatkan dengan 5. SIMPULAN DAN SARAN
teori yang dikemukakan Ruhimat 5.1 SIMPULAN
apabila para pekerja merasa beban Hasil penelitian menunjukkan
kerja yang harus ditanggung terasa bahwa sebagian besar kualitas data
semakin berat, itu berarti pekerjaan PWS KIA bidan desa di Puskesmas
yang ditugaskan kepada mereka tidak Banyubiru masih kurang. Hanya ada
sesuai dengan kemampuan untuk 2 dari 9 Bidan desa yang memiliki
menyelesaikan tugas tersebut. kelengkapan dokumen baik. Hanya 1
Manusia hanya memiliki kapasitas dari 9 Bidan desa yang memiliki
energi yang terbatas apabila dalam keakurasian data baik dan 4 dari 9
waktu yang bersamaan harus Bidan desa yang selalu
mengerjakan beberapa tugas akan mengumpulkan laporan PWS KIA
tepat pada waktunya. Berdasarkan

33
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
tabulasi silang, kualitas data yang Direktorat Jendral PL & Departemen
baik lebih banyak berasal dari Kesehatan RI, 2012.
kelompok organisasi dan sumber 4. Stoner, James. Management Sixth
daya manusia yang baik. Menurut Edition. Penerjemah Alexander
faktor organisasi, kualitas data yang Sindoro. Jakarta; PT Prenhallindo,
baik lebih banyak berasal dari 1996. Manajemen Edisi Keenam,
kelompok supervisi/ pembinaan 1995.
yang baik. Dan menurut faktor 5. Suyadi, P. Kebijak an Kinerja
sumber daya manusia, kualitas data Karyawan; Kiat Membangun
yang baik lebih banyak berasal dari Organisasi Kompetitip Menjelang
kelompok beban kerja yang ringan Perdagangan Bebas Dunia. Edisi I.
dan masa kerja bidan desa yang Yogyakarta: BPEE, 1999.
lama. 6. Gibson. Organisasi, Perilak u,
Struk tur, Proses. Jilid I. Jakarta:
5.2 SARAN Erlangga, 2000.
Saran bagi Puskesmas yaitu: 7. Siagian Sondang P. Teori Motivasi
a. Puskesmas melaksanakan dan Aplik asi. Jakarta: Bina Aksara,
supervisi di semua desa secara 1995.
merata untuk menggali 8. Haryanto, Edi M. Beberapa Fak tor
permasalahan yang terdapat di yang Berhubungan dengan Kinerja
bidan desa terutama dalam hal Koordinator Imunisasi Pusk esmas di
pencatatan dan pelaporan. Kota Semarang. Program
b. Memberikan solusi dalam Pascasarjana. Semarang: Universitas
memecahkan masalah yang Diponegoro, 2001.
ada. 9. Muchlas, M. Perilak u Organisasi.
c. Supervisor memeriksa kualitas Program Pascasarjana. Tempat:
data Bidan Desa (kelengkapan, Universitas Gadjah Mada, 1997.
keakuratan dan ketepatan 10. Rivai, Veithzal. Manajemen Sumber
waktu). Daya Manusia untuk Instansi (dari
d. Meningkatkan ketersediaan Teori k e Prak tek ). Jakarta: PT Raja
fasilitas terutama dalam hal Grafindo Persada, 2006.
pencatatan dan pelaporan untuk 11. Gibson, James L, John M. Ivancevich,
bidan desa dengan pengadaan James H. Donnelly. Organization:
barang seperti form standar Behavior, Structure, Processes. Jilid
untuk pendataan, agar ketujuh. Boston: University of
pencatatan bidan tidak Houston, 1996.
terhambat. 12. Bernadin dan Russel. Human
e. Pemberian reward atas prestasi Resourcess Management. Second
bidan di desa dalam pencatatan Edition MGIH, Boston : University of
dan pelaporan data KIA. Houston, 1998
13. Winardi. Kepemimpinan dalam
DAFTAR PUSTAKA Manajemen Cetak an k e-2. Jakarta:
1. Depkes RI. Materi Ajar Modul Safe Rineka Cipta, 2000.
Motherhood. Jakarta: FKM UI, 1999. 14. Karim, Oscar. Hubungan Antara
2. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Supervisi oleh Pusk esmas dengan
Masyarakat. Pedoman Pemantauan Kinerja Bidan Desa Di Kabupaten
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Merangin Propinsi Jambi. Program
Anak . Jakarta: Departemen Pascasarjana. Universitas Indonesia,
Kesehatan RI, 2009. 2002.
3. Kementerian Kesehatan RI. Penilaian 15. Agus, Tulus. Manajemen Sumber
Mandiri Kualitas Data Rutin (PMKDR) Daya Manusia. Jakarta: PT.Gramedia
Sistem Informasi Kesehatan. Jakarta: Pustaka, 1992.

34
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT
Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN
DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
Asli PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI PADA
BAYI USIA 6-12 BULAN (Studi
Observasional Analitik Di Wilayah
Kerja Puskesmas Melati Kabupaten
Kapuas)
Yolanda Handayani 1, Atikah Rahayu2, Musafaah3

1 Program Studi Kesehatan Masyarak at Fak ultas


Kedok teran Universitas Lambung Mangk urat, Banjarbaru
2 Bagian Gizi dan KIA Program Studi Kesehatan

Masyarak at Fak ultas Kedok teran Universitas Lambung


Mangk urat, Banjar Baru
2 Bagian Biostatistik a Program Studi Kesehatan

Masyarak at Fak ultas Kedok teran Universitas Lambung


Mangk urat, Banjar Baru

ABSTRAK
Latar Belakang: Bayi dengan rentang usia 6-12 bulan merupakan masa kritis sehingga
perlu makanan tambahan untuk asupan gizinya. Namun, pemberian makanan tambahan
terlalu dini dapat mengakibatkan obesitas serta gangguan pada pencernaan seperti diare,
muntah, dan sulit buang air besar. Sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu dan dukungan keluarga dengan perilaku
pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah bayi usia 6-12 bulan yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Melati Kabupaten Kapuas dengan jumlah sampel 167 responden.
Analisis data secara univariat dan bivariat dengan uji Chi Square.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi
ibu dengan perilaku pemberian MP-ASI (p-value=0,090) serta ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan perilaku pemberian MP-ASI (p-value=0,019; OR=3,96; CI 95%
OR= 1,30-12,09).
Pembahasan: Pengetahuan tentang MP-ASI seorang ibu besar pengaruhnya bagi
perubahan perilaku dalam pemilihan bahan makanan yang berpengaruh pada tumbuh
kembang dan gizi bayi. Sedangkan dukungan keluarga juga sangat dibutuhkan, terlebih
kultur masyarakat Indonesia yang bersifat kolektif, yaitu keluarga berperan dalam
pengurusan bayi khususnya pemberian makanan pendamping ASI.
Simpulan: Hal ini dapat membuktikan bahwa dukungan keluarga yang baik akan
membentuk perilaku pemberian MP-ASI yang sesuai dengan umur bayi saat diberikan.
Kata Kunci: perilaku pemberian MP-ASI, pengetahuan gizi, dukungan keluarga, bayi usia
6-12 bulan

ABSTRACT
Background: Baby aged 6-12 months is a critical period so that the need of additional food
for nutritional intak e. However, the provision of supplementary food too early may lead to
obesity and digestive problems such as diarrhea, vomiting, and constipation. So, that
research is need to determine correlation between the level of nutrition k nowledg’s mothers
and famiy support with behavior of complementary feeding in baby aged 6-12 months.
Methods: This research is a quantitative research using cross sectional approach. The
population in this study were baby aged 6-12 months who are in Primary Health Center

35
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Melai District Kapuas with total sample of 167 respondents. Data analysis of univariate and
bivariate with Chi squre.
Results: The results showed no correlation between the level of nutrition k nowledg’s
mothers to behavior behavior of complementary feeding (p-value=0.090) and there is a
correlation between family support with behavior of complementary feeding (p-value =
0.019; OR=3,96; CI 95% OR= 1,30-12,09).
Discussion: Knowledge of mother about complementary feeding has a big influence on
behavioral changes in the selection of foodstuffs that affect baby's growth and nutrition.
While family support is also very necessary, especially the culture of Indonesian society is
collective, family plays a role in baby care, especially complementary feeding ASI.
Conclusion: It can prove that a good family support will mak e behavior of complementary
feeding appropriate to the child's age when it given.
Keywords: provision of complementary feeding behavior, k nowledge of nutrition, family
support, baby aged 6-12 months

1. PENDAHULUAN diberikan makanan prelakteal


Bayi dengan rentang usia 6-12 (makanan pendamping) di Provinsi
bulan memiliki masa kritis dalam Kalimantan Tengah yaitu 62,7%.
pertumbuhan dan perkembangan Menurut data Riskesdas Provinsi
anak. Hal ini dikarenakan masa inilah Kalimantan Tengah tahun 2013,
periode tumbuh kembang anak yang diketahui bahwa persentase bayi
paling optimal baik untuk intelegensi yang diberikan makanan prelakteal
maupun fisiknya. Periode ini dapat di Kabupaten Kapuas yaitu 41,8%.
terwujud apabila anak mendapatkan Sedangkan hasil survei pendahuluan
asupan gizi sesuai dengan di wilayah kerja Puskesmas Melati
kebutuhannya secara optimal. [1,2] Kabupaten Kapuas pada tahun 2015
Pemberian makanan pendamping air menunjukkan data cakupan
susu ibu (MP-ASI) bertujuan untuk pemberian MP-ASI pada anak usia
memenuhi seluruh kebutuhan anak 7-24 bulan terbagi menjadi dua
dan merupakan proses pendidikan kategori, yaitu pemberian MP-ASI
bagi anak untuk mengunyah.[3] sebelum anak usia 6 bulan dan
Dalam perilaku pemberian MP-ASI, setelah berusia 6 bulan. Hal ini
salah satu yang harus diperhatikan diketahui dari 30 responden, 12
yaitu kesesuaian jenis MP-ASI responden (40%) di antaranya
terhadap usia anak. [3] memberikan MP-ASI secara dini
Adapun kesesuaian jenis MP- kepada bayi, yaitu sebelum usia 6
ASI terhadap usia anak terbagi bulan. Adapun pemberian MP-ASI
dalam 4 tahapan, yaitu usia 6-7 secara dini tersebut bervariasi,
bulan, 7-9 bulan, 9-12 bulan, dan seperti bubur saring, bubur, dan
usia di atas 12 bulan. Jenis makanan buah. Padahal, pemberian MP-ASI
yang diberikan kepada anak, turut berperan dalam pertumbuhan
khususnya bayi pada usia 6-12 bulan dan perkembangan anak.
juga beragam. Hal ini bertujuan Pemberian MP-ASI pada anak
untuk memperkenalkan tekstur dan usia 6-24 bulan telah disesuaikan
rasa dari setiap jenis makanan. Jenis dengan rekomendasi dari WHO dan
makanan yang diberikan pada anak UNICEF yang diadopsi oleh semua
usia di atas 12 bulan merupakan negara di dunia termasuk Indonesia.
makanan padat seperti orang Namun, pemberian makanan
dewasa. Oleh karena itu, bayi usia 6- tambahan terlalu dini dapat
12 bulan merupakan usia yang tepat menimbulkan gangguan pada
untuk mengenalkan dan memberikan pencernaan seperti diare, muntah,
makanan pendamping kepada dan sulit buang air besar.[5]
anak.[4] Pemberian MP-ASI terlalu dini dapat
Menurut data Riskesdas dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
Indonesia tahun 2010, diketahui antaranya yaitu tingkat pengetahuan
bahwa persentase bayi yang

36
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
ibu tentang gizi dan dukungan Variabel dukungan keluarga
keluarga. merupakan pemberian dukungan
informasi atau penguatan dari
2. METODE PENELITIAN keluarga (suami, orang tua, kakak/
Penelitian ini merupakan studi adik) kepada ibu agar dapat
observasional analitik dengan desain memberikan jenis MP-ASI yang
cross sectional, untuk mengetahui sesuai dengan usia anak responden
ada hubungan antara tingkat saat kini, dengan kategori didukung
pengetahuan gizi ibu dan dukungan jika keluarga memberikan dukungan
keluarga dengan perilaku pemberian informasi dan tidak didukung jika
MP-ASI pada bayi 6-12 bulan. keluarga tidak memberikan
Penelitian dilakukan di wilayah kerja dukungan informasi. Data masing-
Puskesmas Melati Kabupaten masing variabel diperoleh
Kapuas. Populasi penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner.
adalah bayi usia 6-12 bulan yang
berada di wilayah kerja Puskesmas 3. HASIL
Melati Kabupaten Kapuas yang 3.1 Analisis Univariat
berjumlah 284 orang yang tersebar Berdasarkan hasil penelitian
di 19 posyandu. Besar sampel terhadap 167 responden, didapatkan
sebanyak 167 orang menggunakan distribusi frekuensi tingkat
rumus Slovin. Pengambilan sampel pengetahuan gizi ibu pada Tabel 1.
yang dipilih secara simple random
sampling. Pengolahan dan analisis
data dilakukan dengan program
SPSS terdiri dari analisis univariat
untuk mengetahui sebaran data
melalui distribusi frekuensi dan
analisis secara bivariat
menggunakan uji Chi Square.
Variabel-variabel yang diteliti
yaitu perilaku pemberian MP-ASI,
tingkat pengetahuan gizi ibu, dan
dukungan keluarga. Variabel
perilaku pemberian MP-ASI
merupakan kesesuaian jenis MP-ASI
dengan usia anak responden saat ini,
dengan kategori sesuai jika anak
diberikan jenis makanan yang sesuai
dengan usianya dan kategori tidak
sesuai jika anak diberikan jenis
makanan yang tidak sesuai dengan
usianya.
Variabel tingkat pengetahuan
gizi ibu merupakan pengetahuan dan
pemahaman ibu responden tentang
gizi yang meliputi kesesuaian jenis
MP-ASI dengan usia anak
responden saat kini, dengan kategori
baik jika hasil skor dari jawaban
benar kuisioner menunjukkan nilai
lebih dari atau sama dengan median
dan kategori kurang jika hasil skor
dari jawaban benar kuisioner
menunjukkan nilai kurang dari
median.

37
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Tabel 1 Distribusi dan Frekuensi Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Variabel Kategori Frekuensi %
Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu Kurang 79 47,3
Baik 88 52,7
Dukungan Keluarga Tidak Didukung 26 15,6
Didukung 141 84,4
Perilaku Pemberian MP-ASI Tidak Sesuai 104 62,3
Sesuai 63 37,7

Berdasarkan tabel 1 dapat pemberian MP-ASI yang tidak sesuai


diketahui, 79 responden (47,3%) dengan umur dan jenis makanan
memiliki tingkat pengetahuan gizi anak. Diketahui pula bahwa alasan
yang masih kurang terkait pemberiak pemberian MP-ASI pada anak yaitu
MP-ASI. Diketahui pula 26 responden karena anak rewel/menangis
(15,6%) tidak mendapatkan diutarakan oleh 57 responden
dukungan keluarga terkait perilaku (54,8%), karena anak yang meminta
pemberian MP-ASI. Diketahui pula makanan tambahan diutarakan oleh
dari 26 responden yang tidak 10 responden (9,6%), serta alasan
mendapatkan dukungan keluarga, agar anak naik berat badan/gemuk
sebanyak 8 responden (30,8%) tidak diutarakan oleh 37 responden
didukung oleh suami, 4 responden (35,6%).
(15,4%) tidak didukung oleh ibu atau
bapak (orang tua), 1 responden (3,8%) 3.2 Analisis Bivariat
tidak didukung oleh kakak atau adik, Berdasarkan hasil penelitian
serta 13 responden (50,0%) tidak hubungan antara tingkat
didukung oleh anggota keluarga lain. pengetahuan gizi ibu dengan perilaku
Selain itu, terdapat 104 pemberian MP-ASI dapat dilihat pada
responden (62,3%) memiliki perilaku Tabel 2.

Tabel 2 Hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat


Perilaku CI
p-
Variabel Total OR 95%
Tidak Sesuai Sesuai value
OR
Tingkat Pengetahuan
Gizi Ibu
Kurang 55 (69,6%) 24 (30,4%) 79 (100,0%)
0,090 - -
Baik 49 (55,7%) 39 (44,3%) 88 (100,0%)
Dukungan Keluarga
Tidak Didukung 22 (84,6%) 4 (15,4%) 26 (100,0%) 1,30-
0,019 3,96
Didukung 82 (58,2%) 59 (41,8%) 141 (100,0%) 12,09

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat (84,6%) memiliki perilaku pemberian


diketahui dari 79 responden yang MP-ASI yang tidak sesuai. Serta dari
memiliki tingkat pengetahuan gizi 141 responden yang mendapatkan
kurang, sebanyak 55 responden dukungan keluarga, sebanyak 82
(69,6%) memiliki perilaku pemberian responden (58,2%) memiliki perilaku
MP-ASI yang tidak sesuai. Serta dari pemberian MP-ASI yang tidak sesuai
88 responden yang memiliki tingkat pula. Berdasarkan hal tersebut, dapat
pengetahuan gizi baik, sebanyak 49 disimpulkan bahwa terdapat
responden (55,7%) memiliki perilaku hubungan antara dukungan keluarga
pemberian MP-ASI yang tidak sesuai dengan perilaku pemberian MP-ASI.
pula.
Diketahui pula dari 26 responden 4. PEMBAHASAN
yang tidak mendapat dukungan Perilaku pemberian MP-ASI
keluarga, sebanyak 22 responden bertujuan untuk memenuhi seluruh

38
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
kebutuhan anak. Selain itu, pemberian makanan pendamping ASI
pemberian MP-ASI merupakan suatu kepada anak yang sudah mengakar
proses pendidikan bagi anak. Jika secara turun temurun.[6] Selain itu, hal
makanan tidak diberikan pada saat yang dapat mempengaruhi
kepandaian mengunyah sedang pemberian MP-ASI adalah
muncul, maka mengejar kepandaian lingkungan hal tersebut dipengaruhi
ini di masa berikutnya akan lebih sulit. oleh kebiasaan keluarga dalam pola
Pemberian MP-ASI juga dapat pemberian MP-ASI yang salah.
mempengaruhi perkembangan Pengetahuan atau kognitif
kebiasaan makan pada masa-masa merupakan domain yang sangat
berikutnya.[3] penting dalam membentuk tindakan
Makanan pendamping ASI seseorang. Pengetahuan merupakan
sebaiknya diberi pada umur 6 bulan, hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
karena pencernaan anak sebelum orang melakukan penginderaan
umur 6 bulan belum sempurna. Bila terhadap suatu objek tertentu.[7]
dipaksa bisa menyebabkan Para ibu yang menyusui bayinya
pencernaan sakit karena pemberian masih beranggapan bahwa ASI dapat
terlalu cepat. Di samping itu, memenuhi kebutuhan bayi sampai si
kekebalan terhadap bakteri masih anak dapat mengajukan permintaan
kecil dan makanan dapat tercemar untuk makan sendiri, sebaliknya
melalui alat akan dan cara apabila orang tua sudah memberikan
pengolahan yang kurang higienis. makanan tambahan maka pemberian
Selain itu, pemberian MP-ASI ASI dengan segera dapat dihentikan.
sebelum umur 6 bulan juga dapat Anggapan demikian merupakan
menyebabkan anak kurang selera anggapan yang keliru, sehingga oleh
untuk minum ASI. [3] para ibu dijadikan pedoman dalam
Berdasarkan Tabel 2, dapat berperilaku terhadap pemberian MP-
disimpulkan bahwa tidak terdapat ASI pada bayi. Bagi ibu yang kurang
hubungan antara tingkat akan pengetahuan tentunya dapat
pengetahuan gizi ibu dengan perilaku memberikan kekeliruan dalam
pemberian MP-ASI. Sehingga pemberian MP-ASI yang
diketahui bahwa tidak terdapat mengakibatkan dampak negatif dan
hubungan antara tingkat resiko infeksi saluran pencernaan
pengetahuan gizi ibu dengan perilaku bayi. Seperti diketahui pada Tabel 2,
pemberian MP-ASI di Wilayah Kerja sebanyak 55 responden (69,6%)
Puskesmas Melati Kabupaten masih memiliki pengetahuan gizi yang
Kapuas (p-value=0,090) > 0,05. Hal kurang dan perilaku pemberian MP-
ini sejalan dengan penelitian Rahman, ASI yang tidak sesuai.
dkk (2014) yang menunjukkan tidak Sedangkan hasil analisis Tabel 2
adanya hubungan tingkat juga menunjukkan hubungan antara
pengetahuan tentang pemberian MP- dukungan keluarga dengan perilaku
ASI dengan pemberian MP-ASI.[12] pemberian MP-ASI di Wilayah Kerja
Akan tetapi, hasil OR dengan CI 95% Puskesmas Melati Kabupaten
sebesar 1,82 kali, artinya responden Kapuas (p-value=0,019) < 0,05. Hasil
yang memiliki tingkat pengetahuan OR dengan CI 95% sebesar 3,96 kali
gizi kurang berpotensi 1,82 kali lebih lebih besar, artinya responden yang
besar untuk melakukan pemberian tidak mendapat dukungan keluarga
MP-ASI yang tidak sesuai berpotensi 3,96 kali lebih besar untuk
dibandingkan dengan responden melakukan pemberian MP-ASI yang
yang memiliki tingkat pengetahuan tidak sesuai dibandingkan dengan
gizi baik. responden yang mendapatkan
Hal ini dapat disebabkan karena dukungan keluarga. Hasil penelitian
perilaku ibu dalam pemberian ini sejalan dengan penelitian Tiasna
makanan pendamping ASI (2015) dan Rahman, dkk (2014) yang
dipengaruhi oleh kebiasaan- menyebutkan ada hubungan
kebiasaan yang terjadi dalam

39
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
dukungan keluarga dengan 5. SIMPULAN DAN SARAN
pemberian MP-ASI. [8,9] Berdasarkan hasil penelitian,
Diketahui nilai lower odds ratio dapat disimpulkan bahwa tidak ada
sebesar 1,30 dan dan nilai upper odds hubungan antara tingkat
ratio sebesar 12,09 menunjukkan pengetahuan gizi ibu dengan perilaku
batas atas dan batas bawah odds pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-
ratio, yang artinya: setidaknya 12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
responden yang mendapat dukungan Melati Kabupaten Kapuas serta ada
sekurang-kurangnya berpotensi hubungan antara dukungan keluarga
sebesar 1,296 kali lebih besar untuk dengan perilaku pemberian MP-ASI
melakukan pemberian MP-ASI dan pada bayi usia 6-12 bulan di Wilayah
paling besar lebih berpotensi sebesar Kerja Puskesmas Melati Kabupaten
12,088 kali lebih besar 12,088 untuk Kapuas. Adapun bagi penelitian
melakukan pemberian MP-ASI. selanjutnya dapat melakukan
Dukungan keluarga didefinisikan penelitian terkait perilaku MP-ASI
sebagai segala bentuk bantuan verbal dengan variabel bebas lain, seperti
dari orang terdekat seperti suami, pendidikan, sikap, tradisi, sosial
orang tua dan mertua yang budaya, pendapatan, sarana dan
memberikan dukungan pemberian prasarana kesehatan, serta peran
MP-ASI.[10] Keluarga merupakan tenaga kesehatan.
lingkungan sosial yang sangat dekat Adapun saran dari penelitian ini
hubungannya dengan seseorang. Di adalah sebagai berikut:
keluarga itu seseorang dibesarkan, a. Bagi ibu yang memiliki tingkat
bertempat tinggal, berinteraksi satu pengetahuan gizi baik agar dapat
dengan yang lain, dibentuknya nilai- mempertahankan pengetahuan
nilai, pola pemikiran, dan yang telah dimiliki dan
kebiasannya dan berfungsi sebagai mengaplikasikannya pada
saksi segenap budaya luar, dan kehidupan sehari-hari dalam
mediasi hubungan anak dengan memberikan MP-ASI pada bayi
lingkungannya. Peran keluarga dalam usia 6-12 bulan agar sesuai jenis
pemberian makanan pendamping ASI makanan yang diberikan dengan
usia 6 bulan sangat dibutuhkan, usia anak saat diberikan.
terlebih kultur masyarakat Indonesia b. Bagi ibu yang masih memiliki
yang masih bersifat kolektif, yaitu tingkat pengetahuan gizi yang
keluarga berperan dalam pola kurang dapat diberikan edukasi
pengurusan anak khususnya dalam dari bidan dan petugas puskesmas
pengurusan bayi dalam hal berupa pengetahuan dasar
pemberian makanan pendamping tentang ASI eksklusif serta MP-
ASI. [9] ASI.
Selain itu, keluarga memberikan c. Bagi anggota keluarga yang lain
peran atau dukungan yang baik akan diharapkan agar dapat
mendorong ibu untuk tidak memberikan dukungan, baik
memberikan makanan pendamping dukungan emosional maupun
ASI kepada bayi mereka saat usia 0- dukungan informasi oleh keluarga
6 bulan, untuk itu dukungan informatif sehingga dapat menambah
tentang MP-ASI bukan hanya pengetahuan yang dimiliki ibu
diberikan kepada ibu-ibu saja tetapi dalam memberikan MP-ASI.
suami dan keluarga, sehingga d. Bagi kader kesehatan di wilayah
mereka juga memperoleh kerja puskesmas diharapkan
pengetahuan tentang MP-ASI dan dapat memantau pemberian MP-
membantu untuk mencegah atau ASI sehingga dapat sesuai dengan
mendukung ibu untuk tidak usia anak saat diberikan dan dapat
memberikan MP-ASI secara dini.[8] mempertahankan status gizi anak
serta meningkatkan tumbuh
kembang anak.

40
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
DAFTAR PUSTAKA Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
1. Nilakesuma, Aisyah., Yusri Dianne Barusjahe Kabupaten Karo Provinsi
Jurnalis, dan Selfi Renita Rusjdi. Sumatera Utara”. Artikel Penelitian.
“Hubungan Status Gizi Bayi dengan Bandung: Universitas Padjadjaran,
Pemberian ASI Ekslusif, Tingkat 2012.
Pendidikan Ibu dan Status Ekonomi 7. Tungka, Y. “Faktor-faktor yang
Keluarga di Wilayah Kerja Berhubungan dengan Pemberian
Puskesmas Padang Pasira’. Jurnal MP-ASI pada Bayi di Wilayah Kerja
Kesehatan Andalas. 4:1 (2015): 37- Puskesmas Gintu Kecamatan Lore
44. Selatan Kabupaten Poso tahun
2. Lestari, Mahaputri Ulva., Gustina 2014”. Artikel Penelitian. Makassar:
Lubis, dan Dian Pertiwi. “Hubungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Pemberian Makanan Pendamping (STIK) Makassar, 2014.
ASI (MP-ASI) dengan Status Gizi 8. Rahman, Riskiah, Buraerah H. Abd.
Anak Usia 1-3 tahun di Kota Padang Hakim, dan Andi Ummu Salmah.
Tahun 2012”. Jurnal Kesehatan “Determinan yang Berhubungan
Andalas.3:2 (2014): 188-190. dengan Pemberian MP-ASI pada
3. Itriani, Agustina. “Hubungan antara Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan
Tingkat Pendidikan dan Lalombaa Kecamatan Kolaka
Pengetahuan Ibu Balita dengan Pola Kabupaten Kolaka”. Artikel
Pemberian MP-ASI pada Anak Usia Penelitian. Makassar: Universitas
6-24 Bulan di Posyandu Menur IV Hasanuddin, 2014.
Kelurahan Jebres Kecamatan 9. Tiasna, Apriani. “Hubungan
Jebres Surakarta”. Karya Tulis Dukungan Keluarga dalam
Ilmiah. Surakarta: Universitas Pemberian MP-ASI dengan
Muhammaddiyah Surakarta, 2009. Pemberian Makanan Pendamping
4. Sulistyoningsih, Hariyani. Gizi Untuk ASI Dini pada Bayi Usia 0-6 Bulan di
Kesehatan Ibu dan Anak . Wilayah Kerja Puskesmas Sewon 1
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Bantul tahun 2015”. Naskah
5. Susanty, Mery., et al. “Hubungan Publikasi. Yogyakarta: Sekolah
Pola Pemberian ASI dan MP ASI Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
dengan Gizi Buruk pada Anak 6-24 Yogyakarta, 2015.
Bulan di Kelurahan Pannampu 10. Arianti, Mahayu. “Faktor-faktor yang
Makassar”. Media Gizi Masyarak at berhubungan dengan pemberian
Indonesia. 1:2 (2012): 97-103. makanan pendamping ASI pada bayi
6. Ginting, Daulat., Nanan Sekarwarna, di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo
dan Hadyana Sukandar. “Pengaruh Sragen”. Naskah Publikasi.
Karakteristik, Faktor Internal dan Surakarta: Universitas
Eksternal Ibu terhadap Pemberian Muhammadiyah Surakarta, 2014
MP-ASI Dini pada Bayi Usia <6

41
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
GAMBARAN KASUS KLINIS
Tinjauan PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH
DENGAN IMUNISASI (PD3I) DI KOTA
Pustaka SURABAYA
Miftahol Hudhah1

1 Departemen Epidemiologi Fak ultas Kesehatan


Masyarak at Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK
Latar Belakang: Kasus PD3I di Provinsi Jawa Timur masih tinggi pada tahun 2015. Kasus
PD3I didominasi oleh kasus Campak dan kasus Difteri. Surabaya merupakan daerah
dengan jumlah kasus klinis PD3I yang juga masih tinggi. Tujuan penulisan ini untuk
memberikan gambaran kasus PD3I di Kota Surabaya dan pemetaan kasus PD3I.
Metode: Metode dalam penulisan ilmiah ini menggunakan metode deskriptif
Hasil: Kasus campak, difteri dan Hepatitis B mengalami angka peningkatan pada tahun
2015-2016 dan masing-masing kasus didominasi oleh jenis kelamin yang berbeda.
Pemetaaan kasus mengalami hasil dominan pada daerah Surabaya bagian utara.
Simpulan: Kasus PD3I di Kota Surabaya pada tahun 2015-2016 mengalami peningatan
pada kasus campak, difteri dan hepatitis B. Kasus PD3I di Kota Surabaya mayoritas
berjenis kelamin perempuan untuk kasus campak dan Hepatitis B, sedangkan kasus difteri
di dominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Pemetaaan kasus mengalami hasil dominan pada
daerah Surabaya bagian utara.
Kata Kunci: PD3I, campak, difteri, Hepatitis B

ABSTRACT
Background: Case of PD3I in East Java province is highest in 2015. Case of PD3I is
dominated by measles and diphtheria cases. Surabaya is an highest area of PD3I clinical
cases. The purpose of this study give a picture of PD3I cases in Surabaya and also give a
PD3I case mapping.
Methods: The method in this study is using a descriptive method
Discussion: Case of measles, diphtheria and hepatitis B have increased in 2015-2016 and
each case was dominated by a different gender. Mapping of PD3I case have dominantin
the northern part of Surabaya.
Conclusion: Case of PD3I in Surabaya city on 2015-2016 has increased on measles,
diphtheria and hepatitis B. Case of PD3I in Surabaya city of female majority for measles
and hepatitis B cases, while diphtheria cases dominated by male. Mapping of PD3I case
have dominantin the northern part of Surabaya.
Keywords: PD3I, measles, diphtheria, Hepatitis B

1. PENDAHULUAN juta anak meninggal akibat Penyakit


Berdasarkan data WHO terjadi yang Dapat Dicegah Dengan
penurunan angka kematian balita Imunisasi (PD3I). Angka tersebut
(AKB). Pada tahun 1990 kematian berbeda di tahun 2015, pada tahun
balita sebesar 12,6 juta anak, 2015 lebih dari 1,4 juta anak di dunia
sedangkan pada tahun 2013 meninggal karena PD3I. [2] Meskipun
kematian balita sebesar 6,3 juta anak. terjadi penurunan kematian dari tahun
Estimasi kematian balita antara tahun sebelumnya, perlu adanya upaya
1990-2013 sebesar 90 per 1.000 preventif untuk mengatasi PD3I.
kelahiran hidup. [1] Salah satu cara Imunisasi seharusnya dapat
untuk mengurangi angka kematian menekan angka kematian pada anak
pada bayi ataupun anak yaitu dengan akibat PD3I melalui peningkatan
pemberian imunisasi. [1] Data WHO cakupan imunisasi lengkap.
tahun 2013 menyebutkan bahwa 1,5

42
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Prevalensi kasus PD3I akan melebihi target dari renstra tahun
menunjukkan peningkatan maupun 2015 (91 %). Meskipun Provinsi Jawa
penurunan tergantung jenis Timur telah melebihi target Kemenkes
penyakitnya. [3] Berdasarkan riset RI terkait capaian imunisasi dasar
kesehatan dasar Indonesia tahun lengkap, akan tetepai masih dijumpai
2007, prevalensi nasional penyakit kasus PD3I yang terdapat di Provinsi
campak sebesar 1,8%. [4] Hasil riset Jawa Timur. Berdasarkan data
kesehatan dasar Indonesia tahun Kemenkes RI (2016) ada beberapa
2007 juga menyebutkan bahwa kasus penyakit yang tergolong PD3I
prevalensi Hepatitis B sebesar 9,4%, di Provinsi Jawa Timur. [6]
prevalensi penyakit Tuberkulosis Ada beberapa kasus PD3I di
sebesar 0,4%. [5] Provinsi Jawa Timur tahun 2015 yakni
Imunisasi adalah suatu upaya kasus tetanus neonatrum dengan
untuk menimbulkan/meningkatkan jumlah kasus sebanyak 21 kasus
kekebalan seseorang secara aktif dengan CFR 61,9%, kasus berikutnya
terhadap suatu penyakit, sehingga yaitu kasus campak dengan jumlah
bila suatu saat terpapar dengan kasus sebesar 1072 kasus dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit Insiden Rate (per 100.000 penduduk)
atau hanya mengalami sakit ringan. sebesar 2,76. Kasus terakhir yaitu
Apabila anak tidak mendapat kasus difteri dengan jumlah kasus 67
imunisasi lengkap maka akan kasus. [6]
berdampak pada PD3I dan Berdasarkan data dari profil
memberikan risiko AKB. Beberapa Kesehatan Kota Surabaya 2015
penyakit menular PD3I yang didapatkan bahwa cakupan imunisasi
menyerang anak berumur 0-11 bulan bayi di Kota Surabaya dengan hasil
antara lain: Tuberkulosis (TBC), sebagai berikut: Imunisasi Hepatitis
Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, <7 hari (84,95%), BCG (92,15%),
Campak, Polio. [6] Keberhasilan Imunisasi DPT3+HB3 (92,18%),
imunisasi di Indonesia dapat dilihat Imunisasi Polio 4 (91,71%), Imunisasi
dari suatu cakupan imunisasi dasar Campak (93,75%). Cakupan
lengkap di setiap daerah. [2] imunisasi dasar lengkap di Kota
Berdasarkan data Kemenkes RI Surabaya tahun 2015 sebesar
(2016), capaian imunisasi dasar 93,77 %. [7]
lengkap di Indonesia pada tahun 2015, Data cakupan imunisasi dasar
Provinsi Jawa Timur mendapat lengkap di Kota Surabaya (93,77 %)
presentase sebesar 98,43 %. [6] Hasil telah melebihi target dari renstra
tersebut sudah mencapai target tahun 2015 (91 %). Namun, terdapat
renstra kemenkes RI (91%). Hal ini beberapa kasus PD3I yang masih
menandakan bahwa imunisasi dasar tinggi seperti kasus campak dan
lengkap di Jawa Timur sudah bagus. kasus difteri. [7] Data kasus PD3I dapat
Data capaian imunisasi dasar lengkap dilihat pada Tabel 1 di bawah ini .
di Jawa Timur (98,43 %) telah

Tabel 1 Jumlah Kasus PD3I di Kota Surabaya


Jumlah Kasus
PD3I Meninggal CFR
(Klinis)
Difteri 27 - -
Tetanus Neonatrum 1 1 100%
Campak 655 - -

Berdasarkan kasus PD3I di Kota imunisasi di seluruh puskemas di


Surabaya, Permasalahan tersebut Surabaya. Maka dari itu, tujuan
membutuhkan beberapa alternatif penulisan ini yaitu memberikan
untuk mengatasinya. Salah satu gambaran kasus Penyakit yang dapat
alternatifnya adalah adanya informasi dicegah dengan imunisasi (PD3I)
penting terhadap pemegang program Kota Surabaya.

43
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
2. METODE 3. HASIL
Metode yang digunakan dalam 3.1 Distribusi kasus Klinis PD3I di
penulisan ilmiah ini dengan Kota Surabaya dari tahun 2014-
menggunakan metoode deskriptif 2016
dengan menjelaskan beberapa kasus a. Distribusi kasus Klinis Campak
PD3I di Kota Surabaya serta dari tahun 2014-2016
membuat suatu pemetaan kasus Berdasarkan data yang telah
PD3I. didapatkan dari Dinas Kesehatan
Kota Surabaya terdapat banyak
kasus klinis campak di setiap
tahunnya, Tabel 2 berikut ini
merupakan distribusi kasus klinis
campak dari tahun 2014-2016.

Tabel 2 Distribusi Kasus Kilinis Campak tahun 2014-2016


Kasus Campak
Tahun
Jumlah Kasus (Klinis) Meninggal
Tahun 2014 711 1
Tahun 2015 655 -
Tahun 2016 839 -

Pada tahun 2014-2016, jumlah campak hanya terjadi di tahun 2014


kasus Campak mengalami fluktuasi dengan CFR sebesar 0,14%.
kasus yang sangat tinggi. Angka Berdasarkan capaian imunisasi
kasus dari ketiga tahun tersebut campak di Dinas Kesehatan Kota
diatas 600 kasus. Hal ini menunjukan Surabaya didapatkan data bahwa dari
masih tingginya kasus campak di tiga tahun terakhir mengalami
Kota Surabaya. Hasil Tabel 2 penurunan. Berikut merupakan data
menyatakan bahwa angka kasus capaian imunisasi campak di Kota
campak terbanyak pada tahun 2016. Surabaya.
Akan tetapi, jumlah kematian kasus

Gambar 1. Capaian Imunisasi Campak tahun 2014-2016

Berdasarkan Gambar 1 mengalami penurunan dari tahun


didapatkan data bahwa pada tahun sebelumnya, meskipun dari ketiga
2014[8] , tahun 2015[7] dan pada tahun tahun mengalami penurunan namun
2016[9] mengalami penurunan masih sesuai dengan target
disetiap tahunnya. Hal ini kemenkes RI yakni 91,5%. [6] Akan
menandakan bahwa peningkatan tetapi, data tersebut menandakan
kasus campak di tahun terakhir masih ada beberapa anak yang
diakibatkan oleh capaian imunisasi belum mendapatkan imunisasi
campak yang mengalami penurunan. campak. Sehinga hal ini
Capaian imunisasi campak

44
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
memungkinkan untuk bertambahnya Kota Surabaya terdapat banyak
kasus campak di tahun setelahnya. kasus klinis difteri di setiap tahunnya,
Tabel 3 berikut ini merupakan
b. Distribusi kasus Klinis Difteri distribusi kasus klinis difteri dari tahun
dari tahun 2014-2016 2014-2016.
Berdasarkan data yang telah
didapatkan dari Dinas Kesehatan

Tabel 3 Distribusi Kasus Kilinis Difteri tahun 2014-2016


Kasus Difteri
Tahun
Jumlah Kasus (Klinis) Meninggal
Tahun 2014 47 -
Tahun 2015 27 -
Tahun 2016 29 -

Pada tahun 2014-2016 kasus. Apabila ditinjau dari capaian


mengalami fluktuasi kasus difteri. imunisasi DPT-HB-Hib Dinas
Hasil ini menunjukkan bahwa pada Kesehatan Kota Surabaya, capaian
tahun 2014 kasus defteri mencapai imunisasi DPT-HB-Hib pada tiga
47 kasus. Pada tahun tersebut tahun terakhir mengalami fluktuasi.
menunjukkan kasus terbanyak dari Berikut merupakan data capaian
tiga tahun terakhir. Jumlah kasus imunisasi DPT-HB-Hib di Kota
terendah terjadi pada tahun 2015 Surabaya.
dengan jumlah kasus sebesar 27

Gambar 2. Capaian Imunisasi DPT-HB-Hib tahun 2014-2016

Berdasarkan Gambar 2 tahun 2016 capaian imunisasi DPT-


didapatkan data bahwa pada tahun HB-Hib mengalami penurunan
2014[8] , tahun 2015[7] dan pada tahun sehingga jumlah kasus mengalami
2016[9] mengalami fluktuasi. Hal ini peningkatan dari tahun sebelumnya.
sama dengan jumlah kasus difteri Meskipun pada tahun 2016 capaian
yang juga mengalami fluktuasi. Pada imunisasi mencapai target
tahun 2014, capaian imunisasi DPT- kemenkes RI yakni 91,5%, [6] akan
HB-Hib menunjukkan angka tetapi data tersebut menandakan
terendah dari 3 tahun terakhir. Hal ini masih ada beberapa anak yang
sejalan dengan jumlah kasus difteri. belum mendapatkan imunisasi DPT-
Pada tahun 2014 merupakan tahun HB-Hib. Hal ini memungkinkan untuk
dengan jumlah kasus difteri terbesar bertambahnya kasus difteri di tahun
dari tiga tahun terakhir. Hasil sama setelanya.
juga terjadi pada tahun 2015 dan
2016, Pada tahun 2015 capaian c. Distribusi kasus Klinis
imunisasi DPT-HB-Hib mengalami Hepatitis B dari tahun 2014-
peningkatan sehingga jumlah kasus 2016
difteri mengalami penurunan. Pada

45
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Berdasarkan data yang telah Tabel 4 berikut ini merupakan
didapatkan dari Dinas Kesehatan distribusi kasus klinis Hepatitis B dari
Kota Surabaya terdapat banyak tahun 2014-2016.
kasus klinis Hepatitis B di tahun 2014,

Tabel 4 Distribusi Kasus Kilinis Hepatitis B tahun 2014-2016


Kasus Hepatitis B
Tahun
Jumlah Kasus (Klinis) Meninggal
Tahun 2014 0 -
Tahun 2015 0 -
Tahun 2016 223 -

Pada tahun 2014-2016, kasus pengantin, sehingga pada tahun


klinis Hepatitis B mengalami 2016 banyak data calon pengantin
peningatan pada kasus Hepatitis B. yang terdiagnosa kasus klinis
Peningkatan penemuan kasus Hepatitis B. Tabel 1.4 memberikan
Hepatitis B dikarenakan ada informasi bahwa angka kasus
pemeriksaan reagen RTD pada catin tertinggi terjadi di tahun 2016. Pada
(calon pengantin) dii tahun 2016. tahun sebelumnya tidak terdapat
Namun, pada tahun 2014 dan 2015 kasus Hepatitis B di Kota Surabaya,
tidak ada pemeriksaan tersebut namun di tahun 2016 kasus
sehingga pada tahun tersebut tidak mencapai puncaknya. Berdasarkan
ditemui kasus Hepatitis B. data capaian imunisasi DPT-HB-Hib
Pemeriksaan reagen pada calon di Dinas Kesehatan Kota Surabaya,
pengantin menandakan bahwa capaian imunisasi DPT-HB-Hib pada
prevensi untuk para catin tersebut. tiga tahun terakhir mengalami
Dari pemeriksaan ini memungkinkan fluktuasi. Berikut merupakan data
penemuan kasus klinis yang capaian imunisasi DPT-HB-Hib di
mengarah pada ditemukannya Kota Surabaya.
kasus klinis hepatitis B pada calon

Gambar 3 : Capaian Imunisasi DPT- HB-Hib tahun 2014-2016

Pada tahun 2014[8] dan 2015[7] , capaian imunisasi DPT-HB-Hib tidak


capaian imunisasi DPT-HB-Hib sejalan dengan jumlah kasus yang
menunjukkan capaian yang tinggi dialami di Kota Surabaya. Kejadian
dan tidak ada pemeriksaan reagen tersebut disebabkan oleh faktor yang
RTD sehingga tidak terdapat kasus mungkin dapat menyebabkan
Hepatitis B. Pada tahun 2016[9] Hepatitis B. Faktor tersebut yaitu
capaian imunisasi mencapai target adanya kontak darah dengan orang
kemenkes RI, akan tetapi pada yang terinfeksi Hepatitis B, seperti
tahun tersebut merupakan puncak melalui transfusi darah, penggunaan
kasus Hepatitis B dengan jumlah obat suntik (narkoba), pemakaian
kasus diatas 200 kasus. Jumlah tato di kulit, bayi baru lahir yang
kasus Hepatitis B ditahun 2016 ini tertular ibunya, dan lain
merupakan kasus klinis. Hal ini sebagainya. [10] Namun, faktor
menandakan bahwa peningkatan tersebut harus dikaji lebih lanjut

46
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
terhadap pasien (orang) yang Jumlah kasus klinis PD3I
terdiagnosis virus Hepatitis B menunjukkan angka yang tinggi.
dengan reagen uji Hepatitis B di Kasus tersebut dibutukan
rumah sakit maupun di laboratorium pengkajian mengenai faktor jenis
tingkat kota. kelamin. Berikut adalah tabel
distribusi kasus klinis campak, difteri
3.2 Distribusi kasus Klinis PD3I dan Hepatitis B berdasarkan jenis
berdasarkan jenis kelamin di Kota kelamin pada tahun 2016 di Kota
Surabaya pada tahun 2016 Surabaya

Tabel 5 Distribusi kasus klinis campak, difteri dan Hepatitis B berdasarkan jenis
kelamin di kota Surabaya
Jenis Kelamin
Penyakit Laki-laki Perempuan
n % n %
Campak 406 48 433 52
Difteri 19 66 10 34
Hepatitis B 20 9 203 91

a. Distribusi kasus Klinis dari jumlah persentase jenis kelamin


Campak berdasarkan jenis perempuan. Menurut laporan
kelamin tahun 2016 tahunan program imunisasi Dinas
Tabel 3 menunjukkan data Kesehatan Kota Surabaya tahun
bahwa sebanyak 48% memiliki jenis 2016 menyatakan bahwa mayoritas
kelamin laki-laki dan sebanyak 52% pasien yang terkena difteri berjenis
adalah berjenis kelamin perempuan. kelamin laki-laki (sebanyak 66%).
Jenis kelamin perempuan lebih Hal ini Sesuai dengan penelitian
banyak dari jumlah persentase jenis Lestari (2012) yang menyatakan
kelamin laki-laki. Berdasarkan data bahwa penderita difteri di Kabupaten
distribusi kasus campak, Mayoritas Sidoarjo dengan jenis kelamin laki-
pasien yang terkena campak laki lebih banyak yakni 62,1%. [13]
berjenis kelamin perempuan Namun hal ini tidak sesuai dengan
(sebanyak 52%). Hal ini tidak sesuai Alfiana dan Isandiari (2015) yang
dengan penelitian Suwono dalam menyebutkan bahwa jenis kelamin
Muchlastriningsih (2005) yang yang sering terkena difteri adalah
menyatakan bahwa berdasarkan wanita karena daya imunitasnya
jenis kelamin, penderita campak lebih rendah. [14] Difteri menyerang
lebih banyak pada laki-laki yakni seseorang yang memiliki imunitas
62%. [11] Penelitian Suwono ini yang rendah, sehingga tidak ada
dilakukan di Kota Kediri. Hal ini beda antara jenis kelamin laki-laki
menandakan bahwa kasus campak dan perempuan.
didapat di generalisasikan
berdasarkan jenis kelamin. c. Distribusi kasus Klinis
Berdasarkan beberapa penelitian Hepatitis B berdasarkan jenis
menyebutkan bahwa tidak kelamin tahun 2016
berhubungan antara jenis kelamin Hasil ini menunjukkan bahwa
dengan kejadian kasus campak. [12] jenis kelamin perempuan lebih
banyak dari jumlah persentase jenis
b. Distribusi kasus Klinis Difteri kelamin laki-laki. Berdasarkan data
berdasarkan jenis kelamin distribusi kasus Hepatitis B pada
tahun 2016 laporan tahunan program imunisasi
Hasil pada Tabel 5 Dinas Kesehatan Kota Surabaya
menunjukkan sebanyak 66% kasus tahun 2016, mayoritas pasien yang
difteri ialah jenis kelamin laki-laki dan terkena Hepatitis B berjenis kelamin
sebanyak 34% kasus difteri ialah perempuan (sebanyak 91%). Hal ini
dengan jenis kelamin perempuan. sesuai dengan penelitian Amtarina,
Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dkk yang menyatakan bahwa Jenis

47
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
kelamin yang terbanyak adalah Kecamatan Sawahan dengan jumlah
perempuan yaitu (86,4%). [15] Namun, kasus lebih dari angka 3 kasus dan
hal ini tidak sesuai dengan penelitian Kecamatan Rungkut dengan jumlah
Rezeki, dkk (2015) yang kasus lebih dari 6 kasus. Secara
menyatakan bahwa berdasarkan keseluruhan daerah Kota Surabaya
jenis kelamin, penderita Hepatitis B bagian utara seperti Kecamatan
lebih banyak pada laki-laki yakni Pabean Cantian, Kecamatan
78,7% di Rumah Sakit Tingkat II Semampir, Kecamatan Kenjeran
Putri Hijau Kesdam. [16] dan Kecamatan Tambaksari
merupakan kecamatan yang
3.3 Pemetaan kasus klinis PD3I di memiliki kasus cukup tinggi terhadap
Kota Surabaya pada tahun 2016 kejadian kasus campak tersebut.
Kota Surabaya merupakan kota Selain itu, daerah Kota Surabaya
yang memiliki 31 kecamatan. bagian tenggara seperti Kecamatan
Berdasarkan jumlah penyakit PD3I Rungkut, Kecamatan Gunung Anyar,
yang tersebar di seluruh Kota Kecamatan Tenggilis dan
Surabaya, diketahui terdapat Kecamatan Wonocolo juga memiliki
bebrapa kecamatan dengan jumlah kasus difteri cukup tinggi. Hal ini
kasus PD3I terbanyak pada tahun menandakan bahwa daerah tersebut
2016. merupakan daerah yang harusnya
diwaspadai untuk kegiatan
a. Pemetaan kasus Campak klinis monitoring surveilans difteri dan
di Kota Surabaya tahun 2016 terlebih harus memaksimalkan
Berdasarkan gambar 4, capaian imunisasi dasar lengkap di
didapatkan informasi bahwa kecamatan tersebut (kecamatan
kejadian kasus campak terbanyak bagian utara Kota Surabaya). Selain
yaitu di Kecamatan Tegalsari itu, pemetaan ini ditujukan sebagai
dengan jumlah kasus lebih dari langkah awal gambaran untuk
angka 100 kasus. Secara mengambilan keputusan
keseluruhan daerah Kota Surabaya menanggulangi kasus difteri yang
bagian utara seperti Kecamatan tergolong dalam dalam PD3I.
Krembangan, Kecamatan Pabean
Cantian, Kecamatan Semampir, c. Pemetaan kasus Hepatitis B
Kecamatan Genteng dan klinis di Kota Surabaya tahun
Kecamatan Tambaksari merupakan 2016
kecamatan yang memiliki kasus Berdasarkan gambar 6,
cukup tinggi terhadap kejadian kasus didapatkan informasi bahwa
campak tersebut. Hal ini kejadian kasus Hepatitis B terbanyak
menandakan bahwa daerah tersebut yaitu di Kecamatan Semampir dan
merupakan daerah yang harusnya Kecamatan Kenjeran dengan jumlah
diwaspadai untuk kegiatan kasus lebih dari angka 20 kasus.
monitoring surveilans campak dan Secara keseluruhan daerah Kota
terlebih harus memaksimalkan Surabaya bagian utara seperti
capaian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan Semampir, Kecamatan
kecamatan tersebut. Selain itu, Kenjeran merupakan kecamatan
pemetaan ini ditujukan sebagai yang memiliki kasus tinggi terhadap
langkah awal gambaran untuk kejadian kasus Hepatitis B tersebut.
mengambilan keputusan Selain itu, daerah Kota Surabaya
menanggulangi kasus campak yang bagian barat seperti Kecamatan
tergolong dalam dalam PD3I. Benowo, Kecamatan Tandes,
Kecamatan Lakarsari memiliki kasus
b. Pemetaan kasus Difteri klinis difteri cukup tinggi. Selain itu, daerah
di Kota Surabaya tahun 2016 Kota Surabaya bagian timur seperti
Berdasarkan gambar 5, Kecamatan Mulyorejo dan
didapatkan informasi bahwa Kecamatan gubeng juga memiliki
kejadian kasus difteri terbanyak yaitu kasus Hepatitis B cukup tinggi. Hal
di Kecamatan Semampir,

48
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
ini menandakan bahwa daerah kecamatan. Selain itu, pemetaan ini
tersebut merupakan daerah yang ditujukan sebagai langkah awal
harusnya diwaspadai untuk kegiatan gambaran untuk mengambilan
monitoring surveilans Hepatitis B keputusan menanggulangi kasus
dan terlebih harus memaksimalkan Hepatitis B yang tergolong dalam
capaian imunisasi dasar lengkap di dalam PD3I.

Gambar 4 : Peta Kasus Klinis Campak tahun 2016 di Kota Surabaya

49
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Gambar 5 : Peta Kasus Klinis Difteri tahun 2016 di Kota Surabaya

Gambar 6 : Peta Kasus Klinis Hepatitis B tahun 2016 di Kota Surabaya

50
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
4. SIMPULAN DAN SARAN 7. Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Profil Kesehatan Tahun 2015.
Kasus PD3I di Kota Surabaya Surabaya : Dinas Kesehatan Kota
pada tahun 2015-2016 mengalami Surabaya 2015
peningatan pada kasus campak, 8. Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
difteri dan hepatitis B. Kasus PD3I di Profil Kesehatan Kota Surabaya
Kota Surabaya mayoritas berjenis Tahun 2014. Surabaya : Dinas
kelamin perempuan untuk kasus Kesehatan Kota Surabaya 2014
campak dan Hepatitis B, sedangkan 9. Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
kasus difteri di dominasi oleh jenis Profil Kesehatan Kota Surabaya
kelamin laki-laki. Pemetaan kasus Tahun 2016. Surabaya : Dinas
PD3I di Kota Surabaya terbentang Kesehatan Kota Surabaya 2016
pada daerah Kota Surabaya bagian 10. Arifianto. Pro Kontra Imunisasi.
utara. Capaian Imunisasi Dasar Jakarta: Noura Books. 2014
Lengkap tahun 2014, 2015 dan 11. Muchlastriningsih, Enny. Penyak it-
tahun 2016 di Surabaya mengalami penyak it Menular yang Dapat
fluktuatif. Dicegah dengan Imunisasi di
Mayoritas kasus PD3I terdapat Indonesi. Jurnal Pusat Penelitian dan
di daerah Surabaya utara, maka dari Pengembangan Pemberantasan
itu dibutuhkan adanya penanganan Penyakit, Departemen Kesehatan RI.
lebih lanjut mengenai program Cermin 2 Dunia Kedokteran 2005
pemberian imunisasi sehingga dapat 12. Susilaningsih dan Tutik Inayah.
menekan angka kasus PD3I. Selain Gambaran Epidemiologi Kasus
itu, adanya peningkatan kinerja Campak dan Indik ator Kinerja
petugas puskesmas pemegang Surveilans Campak Rutin di
program imunisasi untuk menambah Indonesia Tahun 2005-2008 (Studi
pengetahuan masyarakat mengenai Kasus data sub-Direk torat Surveilans
imunisasi dan PD3I sehingga Epidemiologi Departemen Kesehatan
masyarakat sadar dan capaian Republik Indonesia). Semarang:
imunisasi meningkat serta angka FKM-UNDIP.2008.
PD3I menurun. 13. Lestari, Kusuma Scorpia. Fak tor-
fak tor yang berhubungan dengan
DAFTAR PUSTAKA k ejadian difteri di Kabupaten
1. WHO. Levels and Trends In Child Sidoarjo. Tesis. Jakarta: Universitas
Mortality 2014. 2014.(diunduh 3 Indonesia. 2012
Maret 2017) 14. Alfina, Riza dan Muhammad
www.who.int/entity/maternal_child_a Athoillah Isfandari. Fak tor yang
dolescent/documents/levels_trends_ Berhubungan dengan Peran Ak tif
child_mortality_2014/en/. Kader dalam Penjaringan Kasus
2. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Probable Difteri. Jurnal Berkala
Indonesia Tahun 2014. Jakarta : Epidemiologi Vol. 3 No.3 September
Kementrian Kesehatan RI 2015 2015 : 353-365
3. Depkes RI. Profil Kesehatan 15. Amtarina, Rina, Arfandi, Andi Zainal,
Indonesia 2005. Jakarta: Fifia Chandra. Fak tor resik o Hepatitis
Departemen Kesehatan RI 2005 B pada tenaga k esehatan Kota
4. Depkes RI. Profil Kesehatan Pek anbaru. Jurnal Fakultas
Indonesia 2007. Jakarta : Kedokteran Universitas Riau.
Departemen Kesehatan RI 2007 16. Rezeki, Sri, Sori Muda, Rasmaliah.
5. Kemenkes RI. Data dan Informasi Karak teristik penderita Hepatitis B
Tahun 2013 (Profil Kesehatan rawat inap di Rumah Sak it Tingk at II
Indonesia). Jakarta : Kemenkes RI Putri Hijau KESDAM I/Buk it Barisan
2014 Medan tahun 2010-2013. Jurnal
6. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Universitas Sumatra Utara.
Indonesia Tahun 2015. Jakarta : Medan.2015
Kementrian Kesehatan RI 2016

51
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
STRATEGI PROGRAM E-BCA
Tinjauan (BREAST CANCER AWARENESS
BASED ON EDUCATION) DALAM
Pustaka MELAKUKAN “SADARI” DENGAN
PENDEKATAN HEALTH BELIEF
M ODEL SEBAGAI UPAYA DETEKSI
DINI KANKER PAYUDARA PADA
SEKA TERUNI BANJAR WANASARI
TABANAN BALI
Putu Yunita 1, Widarini Prahesti 1, Muhammad Asyrovi
Assegaf1

1 Kesehatan Masyarak at, Fak ultas Kedok teran


Universitas Udayana, Denpasar

ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker payudara merupakan penyakit yang tertinggi pada wanita.
Berdasarkan Data GLOBOCAN menjelaskan bahwa pada tahun 2012 kanker payudara
merupakan urutan pertama jenis kanker dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol
dengan umur) tertinggi yaitu sebesar 43.3% dan persentase mortalitas sebesar 12.9%.
Sehingga apabila dapat dilakukan upaya preventif terkait kanker payudara sedini mungkin
maka persentase kesembuhan juga akan semakin tinggi. WHO telah memberikan
pedoman upaya preventif kanker payudara dengan melakukan deteksi dini yaitu
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Upaya SADARI sangat penting karena hampir
85% benjolan pada payudara wanita dapat ditemukan oleh penderita sendiri. Tindakan ini
sangat efektif dilakukan terutama pada usia remaja. Adapun tulisan ini untuk mengulas
usulan program E-BCA dengan menggunakan pendekatan health belief model (HBM) pada
seka teruni Banjar Wanasari Tabanan.
Metode: Teknik penulisan yang digunakan adalah analisis deskriptif argumentatif dengan
didukung sumber data dan literatur yang relevan dan akurat.
Hasil:
Simpulan: Program E-BCA adalah sebuah usulan program untuk memfasilitasi upaya
deteksi dini kanker payudara dan terdiri dari tiga tahap yaitu Pre-test, penyuluhan dan
workshop SADARI dengan mengakses aplikasi “Pita Pink” pada 54 perempuan dan
terakhir yaitu tahap konseling dimana seka teruni nantinya dapat melakukan konseling
terhadap petugas kesehatan mengenai keluhan pasca melakukan SADARI disertai dengan
pemberian post-test. Sehingga akan tercipta kesadaran remaja untuk mau dan mampu
melakukan deteksi dini SADARI.
Kata Kunci: Kanker payudara,Teori Health Belief Model,SADARI, E-BCA

ABSTRACT
Background: Breast cancer is the highest disease in women. Based on data GLOBOCAN
explained that breast cancer is the first order of the type of cancer with the highest
percentage of new cases (after controlling with age) of 43.3% and a percentage of mortality
of 12.9% in 2012. So that way, if preventive of breast cancer can be done as early as
possible then the percentage of healing will also be higher. WHO has provided guidelines
for breast cancer preventive efforts by early detection of Breast Self -Examination (SADARI).
SADARI effort is very important because almost 85% of lumps in the female breast can be
found by the patient itself. This action is very effective especially in adolescence. As for this
paper to review the proposed E-BCA program by using the health belief model (HBM)
approach to the sek a teruni Banjar Wanasari Tabanan.

52
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Methods: The writing technique used is descriptive argumentative analysis with supported
sources of data and literature relevant and accurate.
Discussion:
Conclusion: The E-BCA program is a program proposal to facilitate the early detection of
breast cancer and consist of three stages of pre-test, counseling and the SADARI work shop
by accessing the "Pink Ribbon" application in 54 women and the last stage of the
counseling phase where the sek a teruni conduct counseling to the health officer about the
complaint after SADARI accompanied by post-test. So that will create awareness of
addolensce to be willing and able to do early detection of SADARI.
Keywords: Breast Cancer, Health belief model theory, SADARI, E-BCA

1. PENDAHULUAN kanker payudara di Kabupaten


Penyakit kanker merupakan Tabanan Bali. [7]
salah satu penyebab kematian utama Tingginya angka kejadian
di seluruh dunia. Menurut World kanker payudara pada remaja bisa
Health Organization (WHO) pada dicegah apabila tanda dan gejala
tahun 2012 menunjukkan bahwa kanker payudara dapat dideteksi
kanker menjadi penyebab kematian sedini mungkin sehingga tingkat
sekitar 8,2 juta orang [5] . Salah satu kesembuhan akan semakin tinggi
penyakit kanker yang saat ini angka pula. Salah satu upaya yang bisa
kejadiannya masih tinggi yaitu kanker dilakukan untuk mencegah kanker
payudara. Kanker payudara payudara ini adalah dengan
merupakan penyebab kematian ke-2 melakukan pemeriksaan payudara
setelah kanker mulut rahim dan sendiri atau SADARI. [3] Tindakan ini
termasuk jenis kanker tertinggi yang sangat penting karena hampir 85%
terjadi pada perempuan di dunia benjolan di payudara pada wanita
dengan jumlah kasus 38 per 100.000 ditemukan oleh penderita sendiri. [2]
perempuan dan sedikitnya 40.000 Berdasarkan hasil penelitian
meninggal per tahunnya. [6] Firmaneni,Malini dan Jamil (2007)
Berdasarkan Data GLOBOCAN didapatkan rata-rata wanita yang
International Agency For Researcher terdiagnosa stadium lanjut kanker
on Cancer (IARC) tahun 2012 kanker payudara, pada awalnya menemukan
payudara merupakan urutan pertama adanya benjolan di payudara namun
jenis kanker dengan persentase menganggap benjolan tersebut
kasus baru (dikontrol umur) dan sebagai satu hal yang biasa saja.
mortalitas tertinggi yaitu sebesar 43,3% Ketika diidentifikasi faktor-faktor
dan 12,9%. [1]. penyebab para wanita yang
Berdasarkan data profil menderita kanker payudara stadium
kesehatan Provinsi Bali tahun 2013 lanjut datang terlambat ke rumah sakit.
menunjukkan data bahwa sampai Didapatkan data bahwa rata-rata
dengan tahun 2013 estimasi jumlah responden memiliki pengetahuan
kasus kanker payudara di Provinsi yang kurang sebesar 71,43% terkait
Bali masih menduduki jumlah kasus tanda, pemeriksaan dini dan waktu
yang tinggi dengan jumlah 1.233 pemeriksaan dini. [8] Pada penelitian
kasus kanker payudara.[7] Sedangkan yang dilakukan terkait pengaruh
jumlah kasus kanker payudara di pengetahuan terhadap tindakan
Kabupaten Tabanan Bali jika dilihat SADARI remaja putri pada tahun
berdasarkan faktor risiko kanker 2014 di SMK Negeri 8 Medan
payudara masih menduduki menunjukkan hasil yaitu secara
prevalensi yang tinggi meliputi kurang statistik ada hubungan yang
konsumsi buah dan sayur sebesar bermakna antara pengetahuan
96,5%, obesitas sebesar 12,6%, berat dengan tindakan SADARI karena p
badan berlebih sebesar 10,6%. Hal value (0.000) < dari α 0.05, setelah
tersebut dapat menjadi salah satu dilakukan analisis multivariate
faktor risiko peningkatan kasus dengan uji regresi logistik,didapatkan
hasil bahwa pengetahuan

53
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
mempengaruhi tindakan SADARI 2. METODE
dengan nilai p= 0.077 < 0.05. [9] Teknik penulisan yang digunakan
Seka teruni di Bali merupakan adalah analisis deskriptif argumentatif
salah satu organisasi yang hanya dengan didukung sumber data dan
terdapat di Bali yaitu perkumpulan literatur yang relevan dan akurat.
pemudi yang berfungsi sebagai
wadah dalam mengembangkan 3. PEMBAHASAN
kreatifitas remaja serta menjadi Deteksi dini SADARI penting
tempat untuk melestarikan budaya dilakukan sedini mungkin karena
dan tradisi setempat. Anggota terbukti 95 % wanita yang terdiagnosa
kelompok seka teruni adalah para pada tahap awal kanker payudara
remaja putri yang telah berusia 16 dapat bertahan hidup lama dari lima
tahun atau telah berada pada jenjang tahun setelah terdiagnosis sehingga
sekolah setara SMA. [10] Hasil studi banyak tenaga kesehatan banyak
pendahuluan pada 5 orang anggota merekomendasikan agar para wanita
teruni bahwa tingkat pengetahuan melakukan deteksi dini SADARI. [12]
responden masih kurang mengenai SADARI dapat dilakukan sejak usia
kanker payudara dan deteksi dini remaja karena pada seiring
SADARI. meningkatnya usia remaja, maka
Program E-BCA (breast diiringi juga meningkatnya hormon
cancer awareness based on estrogen yang dapat mengakibatkan
education) yaitu program yang fibroadenoma mammae.
bertujuan untuk meningkatkan Fibroadenoma mammae inilah yang
kesadaran deteksi dini SADARI pada dapat dideteksi melalui SADARI.
kelompok remaja putri seka teruni Apabila fibroadenoma mammae tidak
Banjar Wanasari Tabanan Bali yang ditangani sampai membesar bahkan
berbasis edukasi dengan pendekatan sampai menyusui maka akan
Health Belief Model. Health Belief meningkatkan kepekaan terhadap
Model merupakan teori yang estrogen dapat menyebabkan
mendukung untuk mendorong hyperplasia kelenjar susu dan akan
masyarakat dalam melakukan berkembang menjadi karsinoma. [13]
tindakan kesehatan ke arah yang Strategi usulan program E-
positif. [11] Pendekatan Health Belief BCA merupakan usulan program
Model dalam strategi pelaksanaan yang dilakukan untuk meningkatkan
SADARI dengan program E-BCA kesadaran dalan melakukan SADARI
dilakukan dengan tiga tahap yaitu di usia remaja. Strategi program E-
tahap pertama adalah penyuluhan BCA dilakukan dengan pendekatan
SADARI diawali dengan pre-test. health belief model. Health belief
Tahap kedua yaitu perkenalan model merupakan salah satu model
aplikasi pita pink. Aplikasi pita pink yang mendukung dalam promosi
merupakan aplikasi buatan dalam kesehatan. Pada dasarnya teori
negeri untuk mempermudah akses health belief model ditekankan pada
informasi mengenai kanker payudara kepercayaan bahwa perilaku individu
dan cara pencegahannya Penulisan ditentukan oleh persepsi kerentanan
ini bertujuan untuk mengetahui terhadap terjadinya kanker payudara,
strategi dan manfaat dari usulan persepsi keseriusan terhadap
program E-BCA sebagai upaya terjadinya kanker payudara, persepsi
deteksi dini penyakit kanker payudara manfaat dari upaya pencegahan
pada seka teruni Banjar Wanasari deteksi dini kanker payudara yaitu
Tabanan Bali. Sehingga diharapkan SADARI yang dilakukan, persepsi
penulisan ini dapat memberikan hambatan dalam hal yang dapat
sumbangsih sumber referensi dalam mengganggu tindakan pencegahan
melakukan penelitian di masa kanker payudara dan persepsi
mendatang. kemampuan diri untuk melakukan
tindakan pencegahan kanker
payudara. (11)

54
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Gambar 1. Kerangka Teori HBM dalam upaya SADARI pada implementasi usulan
program E-BCA
(Sumber: Tarkang EE, Zotor FB. Application of the Health Belief Model ( HBM ) in HIV Prevention : A Literature
Review . 2015;1(1):1–8)

Dalam upaya melakukan mengetahui manfaat/keuntungan dan


SADARI dengan pendekatan HBM sedikit memiliki persepsi bahwa
dapat dijelaskan melalui bagan SADARI merupakan kegiatan yang
diatas [14] ,bagan tersebut diadopsi dari merugikan sehingga akan lebih
teori HBM pada pencegahan HIV. termotivasi untuk melakukan SADARI.
Adapun dalam konteks usulan Pengetahuan mengenai SADARI
program E-BCA, upaya SADARI berhubungan dengan faktor
dapat dilakukan melalui peningkatan sosiodemografi (umur, ras, agama,
pengetahuan kanker payudara (faktor status dan pendapatan) seorang
risiko dan gejala) serta pengetahuan remaja dalam meningkatkan praktik
mengenai pentingnya melakukan SADARI. Berdasarkan hasil survey
SADARI untuk pencegahan kanker pendahuluan yang dilakukan oleh
payudara. Peningkatan pengetahuan penulis bahwa faktor sosiodemografi
mengenai bahaya atau ancaman 54 remaja putri pada seka teruni
kanker payudara serta manfaat banjar wanasari yaitu rata-rata umur
melakukan SADARI sebagai upaya remaja adalah 15-28 tahun ada 39
deteksi dini pencegahan akan dapat orang (72,2%), kurang dari 15 Tahun
merubah persepsi remaja mengenai ada 12 orang (22,2%) dan remaja
penyakit kanker payudara dan remaja maksimal 30 tahun ada 3 orang
akan percaya bahwa kanker (5,6%). Untuk rata-rata remaja putri
payudara adalah penyakit yang serius bersatus sebagai siswa ada 16 orang
dan perlu dicegah sejak dini dengan (29.6%), mahasiswa (13%), dan ada
deteksi dini SADARI. [15] yang sudah bekerja (57.4%).
Remaja yang memiliki motivasi
mengenai sehat yang tinggi, akan

55
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
Gambar 2. Kerangka Rencana Kegiatan Usulan Program E-BCA

Usulan program E-BCA pengetahuan remaja. Berikut


(Breast Cancer Awareness Based on penjelasan alur rencana
Education) adalah sebuah gagasan pelaksanaan strategi program E-
inovatif untuk meningkatkan BCA yaitu:
pengetahuan dan kesadaran
mengenai kanker payudara dan 1. Studi pendahuluan
pentingnya untuk melakukan deteksi Pada tahap awal akan
dini SADARI. Kegiatan ini didominasi dilakukan pre-test untuk mengetahui
pada upaya pencegahan secara tingkat pengetahuan remaja putri
buttom-up dan intervensi yang seka teruni Banjar Wanasari
diberikan sesuai dengan kebutuhan Tabanan, Bali menganai kanker
dan tingkat pengetahuan remaja payudara dan praktik SADARI
akan penyakit kanker payudara. sebelum mendapatkan interevensi
Program E-BCA akan dilakukan program E-BCA.
dalam tiga kegiatan utama yaitu
tahap pertama dilakukan pre-test 2. Penyuluhan mengenai Kanker
terlebih dahulu, selanjutnya Payudara dan deteksi dini
dilakukan penyuluhan dengan SADARI
memberikan informasi mengenai Setelah diketahui hasil pre-
penyakit kanker payudara serta test akan dilanjutkan dengan
upaya deteksi dini melalui SADARI kegiatan penyuluhan mengenai
kepada seluruh seka teruni di Banjar kanker payudara dilakukan kepada
Wanasari, kedua yaitu pengenalan remaja putri seka teruni banjar
aplikasi pita pink untuk membantu Wanasari yang berjumlah 54 orang.
remaja dalam mempermudah Penyuluhan tersebut akan
melakukan praktik SADARI, dan diberikan informasi mengenai
yang ketiga adalah memberikan bahaya kanker payudara meliputi
konseling kepada remaja yang faktor risiko, gejala, serta upaya
memiliki keluhan setelah melakukan pencegahan deteksi dini SADARI.
praktik SADARI. untuk menggali Penyuluhan akan dilakukan di balai

56
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
banjar wanasari sebagai tempat melakukan praktik SADARI dengan
perkumpulan seka teruna-teruni. bantuan langkah-langkah dalam
Pada saat pemberian penyuluhan, modul dan dengan bantuan aplikasi
remaja putri akan dibekali modul pita pink maka remaja dapat
yang berisi konten diantaranya memberikan informasi mengenai
informasi mengenai payudara yang apa yang dirasakan terhadap
normal, kesadaran akan pentingnya petugas kesehatan melalui
kesehatan payudara, kanker konseling. Konseling bertujuan
payudara, dan terakhir adalah untuk memfasilitasi remaja dalam
deteksi dini SADARI. Penyuluhan megutarakan keluhan setelah
tersebut akan dilakukan selama melakukan praktik SADARI
dua kali yaitu pertama dilakukan maupun permasalahan lain terkait
pemberian informasi mengenai kanker payudara. Konseling
payudara yang normal dan sehat, dilakukan dua kali selama sebulan.
kesadaran kesehatan payudara Pertama dilakukan pada minggu
dan kanker payudara (faktor risiko ketiga dan keempat setelah
dan gejala). Penyuluhan pertama diadakan penyuluhan dan
dilakukan pada minggu pertama perkenalan aplikasi pita pink.
dan minggu kedua dilakukan Dalam pelaksanaan ketiga
penyuluhan mengenai deteksi dini kegiatan utama strategi E-BCA
SADARI. Penyuluhan yang kedua dilakukan kerja sama dengan
dilakukan agar remaja putri berbagai pihak yakni keterlibatan
mengetahui langkah-langkah dalam puskesmas dan berbagai
melakukan SADARI. Dalam modul organisasi yang ada di Desa
yang diberikan saat penyuluhan Wanasari Tabanan yang menaungi
diberikan informasi langkah- keberadaan seka teruni.
langkah dalam melakukan SADARI. Keterlibatan Dinas Kesehatan
Seiring dengan kegiatan Kabupaten Tabanan juga penting
penyuluhan, remaja akan diajak karena diharapkan di akhir program
untuk melaksanakan deteksi dini E-BCA, hasil pelaksanaan program
SADARI dengan dibantu dengan akan di evaluasi yang dinilai
Aplikasi pita pink. Aplikasi pita pink berdasarkan hasil post test yang
merupakan aplikasi buatan dalam diberikan setelah melakukan
negeri untuk mempermudah akses konseling. Hasil evaluasi diberikan
informasi mengenai kanker kepada Dinas Kesehatan
payudara dan cara pencegahannya. Kabupaten Tabanan untuk sebagai
Aplikasi pita pink dibuat untuk pertimbangan dalam perencanaan
meningkatkan kesadaran maupun pelaksanaan program
masyarakat mengenai kanker pencegahan kanker payudara
payudara. Aplikasi pita pink dapat untuk deteksi dini SADARI yang
mempermudah remaja dalam dapat diterapkan menjadi program
mengakses informasi untuk resmi Dinas Kesehatan Kabupaten
mengetahui semua tentang kanker Tabanan Bali.
payudara mulai dari pencegahan, Sehingga rencana kegiatan
pengobatan, mendeteksi sejak dini program E-BCA akan memberikan
kanker payudara, informasi rumah dampak positif yang dapat diterima
sakit spesialis dan klinik hingga tips seperti:
menjaga kesehatan tubuh 1. Dapat meningkatkan
menghindari kanker payudara. kesadaran untuk mencegah
kanker payudara sejak usia
3. Konseling Setelah Praktik dini. Usulan program E-BCA
SADARI akan meningkatkan kesadaran
Setelah remaja putri dan pengetahuan remaja
memperoleh penyuluhan dan tentang kanker payudara dan
informasi melalui modul yang dapat menambah keyakinan
diberikan, kemudian telah remaja bahwa penyakit kanker

57
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
payudara adalah penyakit 4. SIMPULAN DAN SARAN
degeneratif yang dapat Program E-BCA (Breast
mengancam sehingga health Cancer Awareness Based On
belief mereka akan meningkat Education) adalah sebuah gagasan
sehingga remaja akan terpacu program inovatif untuk meningkatkan
kemauan dan kemampuan pengetahuan mengenai kanker
untuk mencegah kanker payudara dan kesadaran pentingnya
payudara dengan melakukan untuk melakukan deteksi dini
deteksi dini SADARI. SADARI.Strategi E-BCA dilakukan
2. Usulan Program E-BCA dapat dengan tiga kegiatan utama yaitu
membantu untuk meminimalisr pertama adalah pre-test disertai
kejadian kanker payudara dengan penyuluhan dengan
dengan upaya pencegahan dan memberikan informasi mengenai
edukasi sejak dini untuk penyakit kanker payudara serta
melakukan SADARI. Penelitian upaya deteksi dini melalui SADARI
menunjukkan bahwa apabila kepada seluruh seka teruni di Banjar
seorang wanita melakukan Wanasari, kedua yaitu pengenalan
deteksi dini kanker payudara aplikasi pita pink untuk membantu
sedini mungkin maka remaja dalam mempermudah
kemungkinan akan mencegah melakukan praktik SADARI, dan yang
kematian akibat kanker ketiga adalah memberikan konseling
payudara. kepada remaja yang memiliki keluhan
3. Dapat meningkatkan setelah melakukan praktik SADARI.
pengetahuan remaja mengenai Hasil yang didapatkan apabila
kanker payudara melalui usulan program E-BCA ini dapat
rencana kegiatan program E- diimplementasikan secara optimal
BCA meliputi faktor risiko, yaitu dapat memberikan sumbangsih
gejala, dan upaya pencegahan seperti:
deteksi dini SADARI. Pada 1. Peningkatan kesadaran dengan
tahap pertama strategi program peningkatan health belief mereka
E-BCA penyuluhan yang meningkat dan mau untuk
dilakukan pada remaja putri mencegah dengan melakukan
seka teruni Banjar Wanasari deteksi dini SADARI
Tabanan Bali dan harapannya 2. Penurunkan kejadian kanker
dapat meningkatkan payudara. Program E-BCA dapat
pengetahuan remaja putri seka menurunkan kejadian kanker
teruni di Banjar Wanasari. payudara karena deteksi dini
4. Usulan program E-BCA dapat dilakukan sedini mungkin
merupakan salah satu wadah 3. Peningkatkan pengetahuan
yang dapat dimanfaatkan remaja mengenai kanker
remaja untuk mengatakan payudara meliputi faktor risiko,
keluhan-keluhan yang gejala, dan upaya pencegahan
dirasakan/dialami oleh remaja deteksi dini SADARI
putri seka teruni Banjar 4. Sebagai wadah yang dapat
Wanasari Tabanan Bali dimanfaatkan remaja untuk
mengenai kesehatan mengatakan keluhan
payudaranya. Sebelumnya dirasakan/dialami oleh remaja
belum ada program menyasar putri mengenai kesehatan
remaja putri seka teruni Banjar payudaranya.
Wanasari mengenai kesehatan
payudara. Sehingga, program DAFTAR PUSTAKA
ini potensial untuk 1. Kementerian Kesehatan RI. Panduan
dikembangkan. Nasional Penanganan Kank er
"Kank er Payudara". Jakarta:
Kemenkes RI, 2015.
2. Hasibuan R, Heru Santosa Y Yusad.

58
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
"Pengaruh Pengetahuan Dan Sadari Remaja Putri Dalam Upaya
Motivasi Terhadap Sikap Remaja Deteksi Dini Kanker Payudara Di
Putri Yang Melakukan Pemeriksaan SMK Negeri 8 Medan Tahun 2014".
Payudara Sendiri (Sadari) Sebagai Artikel Ilmiah. Medan: Universitas
Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Sumatera Utara, 2014.
Di SMA Negeri 1 Marbau Kabupaten 10. Laksmiwati I ayu alit. "Transformasi
Labuhanbatu Utara Tahun 2014" Sosial Dan Perilaku Reproduksi
Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Remaja". Jurnal Studi Jender Srik andi.
Utara, 2014. 3: 1(2003): 1-11.
3. Putri DI. "Gambaran Perilaku 11. Cici kurniawati M sulistyowati.
Pemeriksaan Payudara Sendiri "Aplikasi Teori Health Belief Model
(SADARI) Pada Mahasiswi Fakultas Dalam Pencegahan Keputihan
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Patologis". Jurnal Promk es. 2:
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2(2014): 117–127.
2015". Skripsi. Jakarta: UIN Syarif 12. Purnama Dian E. "Efektifitas
Hidayatullah, 2015. Pendidikan Kesehatan Terhadap
4. Handayani OS. "Perilaku Mahasiswi Tingkat Pengetahuan Remaja
Tentang Periksa Payudara Sendiri Perempuan Tentang Pencegahan
(Sadari) Di Prodi D Iii Keperawatan Keputihan Di SMK YMJ Ciputat".
Stikes Kusuma Husada Surakarta" Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: Hidayatullah, 2013.
STIKES Kusuma Husada, 2013. 13. Sebastiani F, Cortesi L, Sant M,
5. "Cancer Breast Cancer : Prevention Lucarini V, Cirilli C, Matteis E De, et al.
And Control". World Health "Increased Incidence of Breast
Organization. 2016. Cancer in Postmenopausal Women
6. Hartiningsih, Ni Made D dan I Wayan with High Body Mass Index at the
S. "Kanker Payudara Pada Wanita Modena Screening Program". J
Usia Muda Di Bagian Bedah Onkologi Breast Cancer. 19: 3(2016): 283–291.
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah 14. Tarkang EE, Zotor FB. "Application of
Denpasar Tahun 2002-2012". E- the Health Belief Model (HBM) in HIV
Jurnal Medik a Udayana. 3: 6(2014): Prevention: A Literature Review".
1-14. Central African Journal of Public
7. Bali DKP. Profil Kesehatan Provinsi Health. 1: 1(2015): 1–8.
Bali. Bali: Dinas Kesehatan Provinsi, 15. Cho KR, Seo BK, Woo OH, Song SE,
2014 ;111. Choi J, Whang SY, et al. "Breast
8. Sari TMIA, Sari TMIA. "Faktor-Faktor Cancer Detection In A Screening
Yang Berhubungan Dengan Perilaku Population : Comparison Of Digital
Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mammography , Computer-Aided
Wanita Pasangan Usia Subur Di Desa Detection Applied To Digital
Dawung Kebakkramat Karanganyar". Mammography And Breast
Tesis. Surakarta: Universitas Ultrasound". J Breast Cancer. 19:
Muhammadiyah Surakarta, 2013. 3(2016): 316–323.
9. Sari Y Puspita. "Determinan Perilaku

59
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017
60
BIMKMI Volume 5 No.2 | Agustus - Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai