Anda di halaman 1dari 61

SUSUNAN PENGURUS

Pelindung Penyunting Ahli


Sekretaris Jendral Persatuan Senat Mahasiswa Dr. drg. Haris Budi Widodo, M.Kes, A.P, S.I.P
Universitas Jenderal Soedirman
Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI)
drg. Helmi Hirawan, Sp. BM
Universitas Jenderal Soedirman

Pimpinan Umum drg. Fani Tuti Handayani, M.Med.Ed


Universitas Jenderal Soedirman
Citra Veony Finastika
Universitas Jenderal Soedirman drg. Irfan Dwiandhono, Sp. KG
Universitas Jenderal Soedirman

drg. Fanni Kusuma Djati, M.Sc


Universitas Jenderal Soedirman
Pimpinan Redaksi
Ziyada Salisa drg. Dian Noviyanti Agus Imam, M.D.Sc
Universitas Jenderal Soedirman Universitas Jenderal Soedirman

Sekretaris Penyunting Pelaksana


Dewi Sisma Putriasari AryaniUniversitas Jenderal Soedirman
Universitas Jenderal Soedirman
Annida Fatiya ZahraUniversitas Jenderal Soedirman
Ichsani AlfinaUniversitas Jenderal Soedirman
Bendahara Hikmah FajarositaUniversitas Jenderal Soedirman
Rinda Dini Papista Rahmah HayatiUniversitas Jenderal Soedirman
Universitas Jenderal Soedirman

Humas dan Promosi


Dedeh PitrianiUniversitas Jenderal Soedirman
RakhmawatiUniversitas Jenderal Soedirman
Minda AnitaUniversitas Jenderal Soedirman
Dian WulandariUniversitas Jenderal Soedirman
Wulan RatnasariUniversitas Jenderal Soedirman
Sri WulandariUniversitas Jenderal Soedirman
Arcadia Sulistijo Junior Universitas Jenderal Soedirman

Tata Letak dan Layout


Putri Risma DewiUniversitas Jenderal Soedirman
Fitria Ayu MutiarasariUniversitas Jenderal Soedirman
Eka NoviantiUniversitas Jenderal Soedirman
Eka Novita SariUniversitas Jenderal Soedirman

BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016


ISSN : 2302-6448
DAFTAR ISI

Susunan Pengurus................................................................................................................................... i
Daftar Isi...................................................................................................................................................... ii
Petunjuk Penulisan ……......................................................................................................................... iii
Sambutan Pimpinan Umum.............................................................................................................. viii

Research
Efek Gel Ekstrak Kulit Kodok pada Fase Inflamasi Penyembuhan Luka Pasca Biopsi
Mukosa Tikus Wistar
Hans Kristian Wibowo, Mega Denada Aldila, Afina Alfasia, Bayu Anggoro Aji, Berilla Silsila Surbakti

.................................................................................................................................................................................................................................. 1
Perbedaan Kadar Imunoglobulin A (IgA) pada Saliva Sebelum dan Setelah Pengunyahan
Permen Karet Xylitol
Adrian Yohanes Vianney, Niartanty Nirmala Saleh, Andi Pratiwi Iljas
.................................................................................................................................................................................................................................. 9

Perbedaan Bahan Irigasi Ekstrak Kulit Manggis dan Naocl 2,5% terhadap Kebersihan
Dinding Saluran Akar
Cornelia Melinda A.S., Nayu Nur Annisa Sholikhin
.................................................................................................................................................................................................................................. 17

Literature Study
Pemanfaatan Interaksi Biophysical Transduction Antara Emf, Osteoblas, dan Osteoklas
sebagai Terapi Penyakit Periodontal Wanita Menopause
Jauharotul Millah, Amalia Hanum Marissa
................................................................................................................................................................................................................................. 24
Peran Periodontitis terhadap Patogenesis Penyakit Alzheimer
Nadia Desty Fadhilah, Rahmi Ulfiana, Frisky Amanda Putri

................................................................................................................................................................................................................................. 31

Kolagen Sisik Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) sebagai Barrier Membrane Alternatif
untuk Meregenerasi Tulang Alveolar pada Kasus Periodontitis
Adrian Rustam, Amalia Nur Syahbani, dan Andi Muhammad Fahruddin

.............................................................................................................................................................................................................................. 35

Advetorial
Fish Albumin Ikan Gabus (Channa striatta) sebagai Terapi Pencegahan Dry socket Pasca
Bedah Odontektomi
Retno Kanthiningsih, Intan Vallentin Dwi Hariyati
................................................................................................................................................................................................................................. 42

ii

BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016


PETUNJUK PENULISAN

Pedoman Penulisan Artikel

Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI)


Indonesian Dental Student Journal

Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI) merupakan publikasi ilmiah yang terbit
setiap 6 bulan sekali setiap bulan maret dan September berada dibawah Dirjen Perguruan Tinggi.
Dalam mempublikasikan naskah ilmiah dalam berkala ini, maka penulis diwajibkan untuk menyusun
naskah sesuai dengan aturan penulisan BIMKGI.

Ketentuan umum :
1. BIMKGI hanya memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan oleh publikasi ilmiah lain.
2. Naskah dengan sampel menggunakan manusia atau hewan coba wajib melampirkan lembar pengesahan
laik etik dari institusi yang bersangkutan.
3. Penulisan naskah :
a. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan baik dan benar, jelas, lugas,
serta ringkas.
b. Naskah diketik menggunakan microsoft word dengan ukuran kertas A4, dua (2) spasi, kecuali untuk
abstrak satu (1) spasi, dengan batas margin atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2,5
cm.
c. Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul.
d. Naskah terdiri dari minimal 3 halaman dan maksimal 15 halaman.
4. Naskah dikirim melalui email ke alamat bimkes1516@gmail.comdengan menyertakan identitas penulis
beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

Ketentuan menurut jenis naskah :


1 Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu kedokteran gigi, kesehatan gigi masyarakat, ilmu dasar
kedokteran. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, dan isi
(pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran).
2 Tinjauan pustaka: tulisan naskah review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam
dunia kedokteran dan kesehatan gigi, ditulis dengan memperhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi
pembaca.
3 Laporan kasus: naskah tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Naskah ini ditulis
sesuai pemeriksaan, diagnosis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi dokter gigi dan dokter gigi
muda. Format terdiri dari pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan.
4 Artikel penyegar ilmu kedokteran dan kesehatan gigi: naskah yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat
topik-topik yang sangat menarik dalam dunia kedokteran atau kesehatan gigi, memberikan

iii
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
humaninterest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Naskah bersifat tinjauan serta
mengingatkan pada hal-hal dasar atau klinis yang perlu diketahui oleh pembaca.
5 Editorial: naskah yang membahas berbagai hal dalam dunia kedokteran dan kesehatan gigi, mulai dari
ilmu dasar, klinis, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang kedokteran,
lapangan kerja sampai karir dalam dunia kedokteran. Naskah ditulis sesuai kompetensi mahasiswa
kedokteran gigi.
6 Petunjuk praktis: naskah berisi panduan diagnosis atau tatalaksana yang ditulis secara tajam, bersifat
langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa kedokteran gigi).
7 Advertorial: naskah singkat mengenai obat atau material kedokteran gigi dan kesimpulannya. Penulisan
berdasarkan metode studi pustaka.

Ketentuan khusus :
1. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika sebagai
berikut:
a. Judul karangan (Title)
b. Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)
c. Abstrak (Abstract)
d. Isi (Text), yang terdiri atas:
i. Pendahuluan (Introduction)
ii. Metode (Methods)
iii. Hasil (Results)
iv. Pembahasan (Discussion)
v. Kesimpulan
vi. Saran
vii. Ucapan terima kasih
e. Daftar Rujukan (Reference)
2. Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti sistematika sebagai
berikut:
a. Judul
b. Nama penulis dan lembaga pengarang
c. Abstrak
d. Isi (Text), yang terdiri atas:
i. Pendahuluan (termasuk masalah yang akan dibahas)
ii. Pembahasan
iii. Kesimpulan
iv. Saran
e. Daftar Rujukan (Reference)
3. Judul ditulis dengan Sentence case, dan bila perlu dapat dilengkapi dengan subjudul. Naskah yang telah
disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan kaki. Terjemahan judul
dalam bahasa Inggris ditulis italic.

iv
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
4. Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup diikuti dengan kata-
kata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan institusi asal penulis. Alamat korespondensi
ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email.
5. Abstrak harus ditulis dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 200
kata dan diletakkan setelah judul naskah dan nama penulis.
6. Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata
kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan sebaiknya bukan
merupakan pengulangan kata-kata dalam judul.
7. Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring (italic).
8. Tabel dan gambar disusun terpisah dalam lampiran terpisah. Setiap tabel diberi judul dan nomor
pemunculan. Foto orang atau pasien apabila ada kemungkinan dikenali maka harus disertai ijin tertulis.
9. Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam
keseluruhan teks, bukan menurut abjad.

Contoh cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat sebagai berikut :


1. Naskah dalam jurnal
i. Naskah standar
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for
pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3.
atau
Vega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for
pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3.
Penulis lebih dari enam orang
Parkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood
leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12.
ii. Suatu organisasi sebagai penulis
The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety
and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4.
iii. Tanpa nama penulis
Cancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15.
iv. Naskah tidak dalam bahasa Inggris
Ryder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk
kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2.
v. Volum dengan suplemen
Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung
cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82.
vi. Edisi dengan suplemen
Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer.
Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97.

v
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
vii. Volum dengan bagian
Ozben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in noninsulin dependent
diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6.
viii. Edisi dengan bagian
Poole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing
patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8.
ix. Edisi tanpa volum
Turan I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid
arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4.
x. Tanpa edisi atau volum
Browell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood
transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33.
xi. Nomor halaman dalam angka Romawi
Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction.
Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii.

2. Buku dan monograf lain


i. Penulis perseorangan
Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY):
Delmar Publishers; 1996.
ii. Editor, sebagai penulis
Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill
Livingstone; 1996.
iii. Organisasi dengan penulis
Institute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington:
The Institute; 1992.
iv. Bab dalam buku
Philips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors.
Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven
Press; 1995.p.465-78.
v. Prosiding konferensi
Kimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings
of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-
19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996.
vi. Makalah dalam konferensi
Bengstsson S, Solheim BG. Enforcement of data protection, privacy and security in
medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO

vi
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
92. Proceedings of the 7th World Congress on Medical Informatics; 1992 Sep 6-10;
Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5.
vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis
a. Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor:
Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during
skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and
Human Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.:
HHSIGOEI69200860.
b. Diterbitkan oleh unit pelaksana
Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work
force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995.
Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care
Policy and research.
viii. Disertasi
Kaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization
[dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995.
ix. Naskah dalam Koran
Lee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions
annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5).
x. Materi audiovisual
HIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book;
1995.

3. Materi elektronik
i. Naskah journal dalam format elektronik
Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online]
1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK
http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm
ii. Monograf dalam format elektronik
CDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H.
CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995.
iii. Arsip computer
Hemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version
2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993.

vii
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
SAMBUTAN PIMPINAN UMUM

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Salam Sejahtera untuk kita semua. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
kelancaran dan kesuksesan sehingga Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (BIMKGI)
Volume Empat Nomor Satu dapat diterbitkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kedokteran gigi menuntut para praktisi di bidang kedokteran gigi untuk terus mengikuti
perkembangan tersebut demi memberikan pelayanan terbaik bagi pasien. Karya-karya terbaik yang
diwujudkan melalui penelitian dan penemuan terbaru diperlukan untuk menjawab tuntutan tersebut.
Banyak ide cemerlang yang terlahir khususnya di kalangan mahasiswa kedokteran gigi, namun masih
sedikit yang muncul ke permukaan karena masih sedikit yang mewadahi. BIMKGI inilah salah satu
wadah bagi seluruh mahasiswa kedokteran gigi se-Indonesia untuk mempublikasikan karya terbaiknya.
Publikasi karya ilmiah ini tidak hanya suatu usaha apresiasi dengan menampilkan karya tetapi
juga suatu bentuk usaha ikut mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Kedokteran
Gigi. Selain itu, merupakan suatu usaha untuk bertukar ilmu pengetahuan bagi sesama. Proses
pembelajaran dalam penulisan, dari munculnya ide sampai terealisasikan menjadi sebuah karya tulis
akan tersirat dan menjadi motivasi bagi yang lain untuk ikut berkontribusi. Semoga harapan ini dapat
menjadi pemicu dan pemacu semua mahasiswa kedokteran gigi di Indonesia untuk turut berpartisipasi
aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui karya nyata yang dilandasi
semangat pengabdian berdedikasi tinggi.
Sebagai pimpinan umum, saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus BIMKGI
atas kerja sama dan kerja kerasnya sehingga dapat menerbitkan berkala ilmiah ini. Terima kasih dan
apresiasi kepada seluruh penulis atas kerja keras yang dilakukan dalam usaha ikut mengembangkan
ilmu pengetahuan, serta kepada Mitra Bestari yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk
menilai karya ilmiah ini demi hasil yang terbaik. Semoga seluruh karya yang dipublikasikan dalam
BIMKGI kali ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
masyarakat luas, serta motivasi bagi seluruh mahasiswa kedokteran gigi untuk ikut berkontribusi
dalam BIMKGI.
Akhir kata, semoga seluruh harapan kami tercapai dan mohon maaf apabila terjadi kesalahan
selama proses penyusunan hingga diterbitkannya Berkala Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia
ini. Kritik dan saran sangat kami nantikan demi perbaikan di edisi selanjutnya.
Together We Can, Together We Serve The Best!

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Purwokerto, Februari 2016

Citra Veony F.
(Pimpinan Umum)

viii
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Research EFEK GEL EKSTRAK KULIT KODOK PADA
FASE INFLAMASI PENYEMBUHAN LUKA
PASCA BIOPSI MUKOSA TIKUS WISTAR
1 1 1
Hans Kristian Wibowo , Mega Denada Aldila , Afina Alfasia ,
1 1
Bayu Anggoro Aji , Berilla Silsila Surbakti
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Jl. Denta No. 1, Sekip Utara, Bulaksumur
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

ABSTRAK

Latar Belakang: Biopsi adalah metode diagnostik dengan mengambil sampel jaringan
sehat dan patologis. Prosedur biopsi menyebabkan luka. Luka yang tidak diobati dapat
menimbulkan infeksi. Kulit kodok diketahui dapat membantu proses penyembuhan luka
karena mengandung senyawa bioaktif seperti saponin dan alkaloid yang berperan
sebagai agen antiinflamasi. Penelitian sebelumnya, ekstrak kulit kodok dapat
mempercepat proses penyembuhan luka bakar pada kulit. Tujuan: Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh gel ekstrak kulit kodok 70% dalam mempercepat
fase inflamasi pada proses penyembuhan luka pasca biopsi mukosa tikus. Metode:
Penelitian ini menggunakan 27 ekor tikus jantan yang dibagi menjadi 3 kelompok. Biopsi
dilakukan pada mukosa bukal kemudian diaplikasikan gel ekstrak kulit kodok 70% pada
kelompok perlakuan, povidone iodine pada kontrol positif, dan akuades pada kontrol
negatif menggunakan mikropipet, selanjutnya diratakan dengan cotton bud. Tikus
didekapitasi pada hari ke-1, 3, dan 7 setelah perlakuan. Mukosa pasca biopsi dan
jaringan sehat disekitarnya diproses secara histologis dan dicat dengan Hematoksilin
Eosin (HE). Sel inflamasi dihitung di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x.
Hasil dan Pembahasan: Hasil uji Anova 2 arah dan least significant differences (LSD)
menunjukkan adanya perbedaan bermakna jumlah sel inflamasi antarkelompok yang
mengindikasikan bahwa gel ekstrak kulit kodok 70% mempengaruhi jumlah sel inflamasi
(p<0,050). Kesimpulan: Gel ekstrak kulit kodok 70% dapat mempercepat fase inflamasi
pada proses penyembuhan luka pasca biopsi mukosa tikus.

Katakunci: kulit kodok, penyembuhan luka, inflamasi.

ABSTRACT

Background: Biopsy is the removal of tissues from any part of the body to get
histopatological speciment in order to aid diagnosis. This procedure causes a wound.
Untreated wound can lead an infection. Frog skin are known can help the healing process
because of its bioactive compounds such as saponins and alkaloids that act as anti-
inflammatory agents. Previous research showed that frog skin extract can accelerate the
healing process in patient with burn. Purpose: The aim of this study was to determine the
effect of frog skin extract gel 70% in accelerating the inflammatory phase post mucosal
biopsy wound healing process of Wistar rats. Methods: This study comprises of 27 male
rats which were divided into 3 groups. Biopsy was performed on the buccal mucosa. The
material were applied into the wound by using micropipet and smoothed with cotton bud.
The material were frog skin extract gel 70% for treatment group, povidone iodine for
positive control group, and aquadest for negative control group. Rats were sacrificed on
the 1st, 3rd, and 7th day after the treatment. The rat‟s muccosal and surrounding normal
tissues were processed histologically and stained with hematoxylin eosin. Inflammatory
cells were counted under a light microscope with a magnification of 400x. Results and
Discussion: The results of 2-way Anova and post-hoc LSD showed a significant
difference of inflammatory cells among the groups (p<0,050), which was indicated that
frog skin extract gel 70% affect inflammation phase in wound healing process.

1
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Conclusion: Frog skin gel extract can accelerate the inflammation phase in post
muccosal biopsy wound healing process.

Keywords: frog skin, wound, healing, inflammation.

1. PENDAHULUAN Kodok banyak dibudayakan di


1.1. Latar Belakang Indonesia khususnya di Pulau Jawa,
[9]
Biopsi adalah metode untuk Sumatra, dan Bali. Kodok terutama
mendiagnosis suatu lesi. Metode ini genus Rana sp. banyak dikonsumsi
[10]
sangatlah penting dilakukan jika sebagai makanan di Indonesia Daging
ditemukan adanya kecurigaan keganasan kodok mengandung sumber protein
[1]
klinis. Biopsi dapat pula digunakan untuk hewani yang banyak mengandung gizi.
mengevaluasi perjalanan penyakit dan Salah satu bagian dari kodok yang jarang
[2]
pengobatan. Prosedur biopsi dapat dimanfaatkan oleh konsumen adalah
dilakukan pada semua jaringan tubuh, kulitnya. Limbah kulit kodok yang telah
salah satunya pada jaringan mukosa terlepas dari badannya bisa didaur ulang
[9]
dalam rongga mulut yang rentan dan menjadi kerupuk kulit kodok. Kulit kodok
[1]
mudah terkena penyakit. Prosedur ini juga banyak digunakanmasyarakat
dilakukan dengan mengambil sepotong sebagai alternatif pengobatan tradisional
jaringan hidup dan memeriksa secara di berbagai daerah. Sekret pada kulit
[2]
mikroskopis. kodok daun (Phyllomedusa bicolor) dapat
Satu hal penting yang perlu diekstrak menjadi obat yang dapat
diperhatikan setelah dilakukan biopsi mengobati depresi, stroke, dan penyakit
adalah bagaimana cara merawat luka Alzheimer di China. Kulit kodok digunakan
biopsi supaya tidak terjadi infeksi. Infeksi untuk membalut luka oleh masyarakat
[11]
adalah salah satu komplikasi pasca biopsi Nagaland, India. Ekstrak lipid kulit
yang sering terjadi sebagai akibat kodok mempercepat fase inflamasi pada
[12]
masuknya kuman pada luka yang tidak proses penyembuhan luka.
segera ditutup. Segala macam bentuk Kulit kodok mengandung berbagai
komplikasi tentu saja akan memperlambat macam molekul bioaktif seperti peptida,
[2]
proses penyembuhan luka pasca biopsi. protein, steroid, alkaloid, saponin, opiod,
[13]
Proses penyembuhan luka adalah dan lysine. Molekul bioaktif yang
suatu fenomena yang kompleks dan berpengaruh dalam proses penyembuhan
melalui tahapan-tahapan yang tidak luka diantaranya alkaloid sebagai
[3]
sederhana. Penyembuhan luka terbagi antiinflamasi dan saponin yang berperan
[14]
atas 3 fase yaitu fase inflamasi, fase dalam stimulasi pembentukan kolagen.
[4]
proliferasi, dan fase remodelling. Ketiga Berdasarkan pernyataan di atas,
fase ini bersifat saling berkaitan dan perlu dilakukan penelitian untuk
[5]
overlapping. mengetahui pengaruh kulit kodok
Inflamasi merupakan respon terhadap fase inflamasi pada proses
perlindungan host yang bertujuan untuk penyembuhan luka pasca biopsi mukosa
menghilangkan penyebab jejas serta sel- rongga mulut disamping memanfaatkan
sel dan jaringan nekrotik, sehingga akan kulit kodok yang fungsinya masih belum
terjadi proses penyembuhan dan maksimal dan sebagian besar menjadi
[6]
perbaikan jaringan. Akan tetapi, jika limbah.
inflamasi terjadi secara terus-menerus 1.2. Tujuan Penelitian
dapat menyebabkan luka tidak dapat Penelitian ini bertujuan untuk
mengalami proses penyembuhan luka mengetahui pengaruh gel kulit kodok
yang normal serta akan menjadi inflamasi terhadap fase inflamasi pada proses
yang patologis sehingga fase inflamasi penyembuhan luka pasca biopsi mukosa
[7]
harus dibatasi. Penurunan jumlah sel bukal tikus.
inflamasi merupakan parameter
keberhasilan proses penyembuhan luka 2. TINJAUAN PUSTAKA
yang dapat diamati secara 2.1. Kodok
[8]
histopatologis. Kodok adalah hewan berdarah
dingin yang akan merubah suhu tubuhnya

2
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
sesuai dengan lingkungannya. Kodok 2.4. Biopsi
memiliki tubuh yang sempit, kaki belakang Biopsi adalah proses pengangkatan
yang panjang untuk melompat, dan kaki sampel jaringan dari tubuh yang hidup
berselaput untuk berenang. Mereka yang bertujuan sebagai obyek
memiliki jari tangan dan kaki, eksternal pemeriksaan patalogis, spesimen
gendang telinga, kelopak mata, kelenjar intepretasi histopatologis, dan sebagai
kulit, lidah, sternum, dan hati berbilik tiga diagnosis. Prosedur ini dapat dilakukan
[11]
buah. pada semua jaringan tubuh, termasuk
Kodok termasuk filum Chordata, dalam rongga mulut yang rentan dan
[1]
kelas Amfibi, ordo Naurans, famili mudah terkena penyakit.
Ranidae, genus Rana. Hewan ini Dalam rongga mulut, pemeriksaan
sebenarnya hidup di daratan dan biopsi dilakukan untuk menegakkan
bernapas dengan paru-paru akan tetapi diagnosis lesi yang dicurigai sebagai
tidak dapat hidup jauh dari air karena keganasan dan juga sebagai alat bantu
dibutuhkan untuk terjadinya ampleksus, diagnostik untuk mengevaluasi lesi yang
[20]
pembuahan, perkembangan telur, dan bukan keganasan. Lesi baru, terutama
[15]
perkembangan berudu. untuk lesi dengan batasan tidak teratur
dan warna homogeni harus dibiopsi untuk
[1]
2.2. Kulit Kodok menyingkirkan melanoma mukosa.
Kulit kodok mengandung berbagai Punch biopsy umumnya digunakan
macam molekul bioaktif (peptida, protein, di bidang dermatologi untuk mengambil
steroid, alkaloid, opiod) yang memiliki sampel kulit. Sesudah dianestesi,
aktivitas terapeutik seperti antibakteri, dilakukan pengambilan jaringan dengan
antifungi, antidiabetik, dan analgesik. diameter 3-4 mm dengan alat punch dan
[20]
Salah satu kelompok peptida tertentu, kemudian dijahit. Salah satu hal yang
yakni opioid mengandung dermorphins penting diperhatikan setelah dilakukan
dan deltorphins yang memberikan sifat biopsi adalah cara merawat luka biopsi
[16] [2]
analgesik yang besar. Alkaloid memiliki supaya tidak terjadi infeksi.
kegunaan untuk memacu sistem saraf, 2.5. Penyembuhan Luka
menaikan atau menurunkan tekanan Luka adalah rusaknya kulit atau
[17]
darah dan melawan infeksi mikrobial. mukosa dan gangguan jaringan-jaringan
yang berada di dalamnya, seperti
2.3. Mukosa Bukal pembuluh darah, saraf, dan otot. Pada
Mukosa mulut terdiri dari lapisan jaringan yang rusak ini selanjutnya akan
[21]
luar yang berupa epitelium pipih berlapis. terjadi proses penyembuhan luka.
Di bawahlapisan tersebutterdapat Penyembuhan luka adalah proses
sebuahmembran basal dan sebuahlamina penggantian jaringan yang rusak atau
propria yang diikuti oleh lapisan mati oleh jaringan yang baru dan sehat.
submucosa sebagailapisan palingdalam. Proses yang kompleks ini dibagi menjadi
Epitelini mirip denganepitel pipih berlapis tiga fase penyembuhan yaitu fase
pada bagiantubuh lainnya yang inflamasi, fase proliferasi, dan fase
[21]
memilikilapisansel basal yang secara aktif remodelling.
[18]
bermitosis. Fase inflamasi terjadi sejak
Mukosa mulut berbeda satu sama terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-5
lain dari segi anatomi, permeabilitas yang ditandai dengan banyaknya sel
terhadap obat, dan kemampuan untuk radang seperti leukosit
[7,21]
mempertahankan sistem dalam waktu polimorfonuklear. Pada fase ini terjadi
tertentu. Meskipun mukosa bukal kurang perdarahan, kemudian pembekuan atau
permeabel dibandingkan mukosa penghentian perdarahan akibat kontraksi
sublingual dan tidak menghasilkan onset otot polos dinding pembuluh darah yang
cepat, mukosa daerah bukal memiliki terluka dan penggumpalan darah oleh
permukaan halus dan relatif tidak trombin dan fibrin. Terjadi pula
bergerak sehingga lebih tepat untuk vasodilatasi pembuluh darah dan
[22]
pengiriman obat sistemik untuk jangka oedema. Fase ini berakhir ditandai
[19]
waktu lama. dengan menurunnya jumlah sel inflamasi
kemudian dilanjutkan fase proliferasi dan
[7]
remodelling.

3
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
dan jaringan sehat disekitarnya diproses
3. METODE PENELITIAN secara histologis dan dicat dengan
Jenis penelitian ini adalah Hematoksilin Eosin (HE). Sel inflamasi
eksperimental laboratoris yang dilakukan dihitung di bawah mikroskop cahaya
di Laboratorium Taksonomi Hewan dengan perbesaran 400x. Sebelum
Fakultas Biologi UGM, Laboratorium dikorbankan, tikus dieutanasi.
Farmasi Fakultas Farmasi UGM, Pengorbanan dilakukan dengan cara
Laboratorium Farmasi unit VII UGM dan memotong leher tikus dengan gunting
Laboratorium Histologi Fakultas kemudian jaringan lunak bagian bukal di
Kedokteran UGM. Seluruh prosedur lokasi perlukaan diambil dan dibersihkan
penelitian ini telah disetujui oleh Komisi dengan NaCl 0,9%. Jaringan lunak yang
Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Gigi diambil tersebut kemudian difiksasi
UGM. Gel kulit kodok 70% dibuat dari dengan buffered formalin 10% selama 24
ekstrak kulit kodok yang berasal dari kulit jam dan dilanjutkan dengan pembuatan
kodok genus Fejervarya kemudian dibuat sediaan histologis dengan ditanam dalam
secara maserasi dengan pelarut etanol blok parafin dan dipotong dengan
70% dan selanjutnya diencerkan dengan ketebalan 5 μm. Selanjutnya, spesimen
akuades steril. Ekstrak kulit kodok dilakukan pewarnaan Hematoksilin Eosin
ditambahkan carboxymethyl cellulose (HE) untuk menghitung sel inflamasi. Sel
natrium (CMC-Na) 2% untuk dibuat gel inflamasi (netrofil, makrofag, dan limfosit)
ekstrak kulit kodok 70%. dihitung jumlahnya di bawah mikoskop
Sediaan ekstrak pada penelitian ini dengan perbesaran 400x pada 5 lapang
menggunakan sediaan gel ektrak kulit pandang yang berbeda. Data selanjutnya
kodok dengan konsentrasi 70%. dianalisis dengan menggunakan two-way
Penelitian sebelumnya menggunakan ANOVA dan LSD.
ekstrak kulit kodok 100% sediaan salep
untuk menyembuhkan luka pada 4. HASIL
[32]
punggung tikus. Sediaan gel lebih Berdasarkan Gambar 1, rerata
banyak digunakan pada pengobatan jumlah sel inflamasi pada kelompok yang
mukosa rongga mulut dibandingkan diberi gel ekstrak kulit kodok pada hari ke-
[33,34]
dengan krim dan salep. Sediaan gel 1 ditemukan paling banyak, kemudian
dapat meresap masuk ke dalam soket gigi menurun pada hari ke-3, dan jumlahnya
dengan sempurna dan tidak terus menurun sampai hari ke-7. Pada
meninggalkan residu yang lengket. Untuk kontrol positif, rerata jumlah sel inflamasi
memperoleh sediaan ekstrak kulit kodok meningkat pada hari ke-3, dan menurun
dalam bentuk gel, pada penelitian ini akan jumlahnya pada hari ke-7. Pada kontrol
dibuat gel ekstrak kulit kodok dengan negatif, rerata jumlah sel inflamasi
konsentrasi 70%. Sediaan ini diperoleh meningkat pada hari ke-3 dan menurun
dari ekstrak kulit kodok konsentrasi 100% jumlahnya pada hari ke-7. Hasil penelitian
ditambah dengan Carboxymethyl kemudian dianalisis dengan uji normalitas
Cellulose-Natrium (CMC-Na) dan akuades Shapiro-Wilk. Berdasarkan uji Shapiro
yang dicampur pada ukuran tertentu. Wilk pada kelompok hari dan perlakuan
Penelitian ini menggunakan tikus galur didapatkan p>0,05 yang menyatakan
Wistar jantan sebanyak 27 ekor. Tikus bahwa data pada kelompok hari dan
diinjeksi ketamin 10 mg/kgBB secara perlakuan terdistribusi normal.
intramuscular pada paha bagian atas Selanjutnya, data dianalisis dengan uji
untuk memberikan efek analgesik Anova 2-arah.
sebelum dilakukan biopsi. Biopsi Hasil Anova 2 arah (Tabel 1)
dilakukan pada mukosa bukal menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
menggunakan punch biopsy berdiameter bermakna (p<0,05) antarperlakuan. Hasil
2,5 mm, kemudian diaplikasikan gel tersebut menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak kulit kodok 70% pada kelompok gel ekstrak kulit kodok berpengaruh
perlakuan, povidone iodine pada kontrol bermakna terhadap jumlah sel inflamasi.
positif, dan akuades pada kontrol negatif Nilai R Squared memberi arti bahwa
menggunakan mikropipet, selanjutnya pengaruh variabel kelompok perlakuan,
diratakan dengan cotton bud. Tikus waktu pengamatan, dan interaksi
didekapitasi pada hari ke-1, 3, dan 7 antarkelompok dan waktu secara
setelah perlakuan. Mukosa pasca biopsi

4
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
bersamaan memberi kontribusi terhadap antara kelompok perlakuan dengan
jumlah sel inflamasi sebesar 97,8%. Kelom Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-7
pok
P (-) P (-) P (-)
120
Rerata jumlah sel inflamasi

Gel ekstrak P - 0,00 - 0,00 - 0,00


100
kulit kodok 0* 0* 0*
80 (+) 0,00 0,26 0,00 0,00 0,00 0,03
0* 3 0* 0* 6* 3*
60 Kontrol kelompok kontrol positif dan negatif pada
40 Positif
semua waktu pengamatan, sedangkan
20 terdapat perbedaan yang tidak bermakna
Kontrol antara kelompok kontrol positif dan kontrol
0 Negatif negatif pada hari ke-1 setelah perlakuan.
Hari Hari Hari
ke-1 ke-3 ke-7
Jangka waktu pengamatan 5. PEMBAHASAN
Berdasarkan nilai rerata jumlah sel
Gambar 1. Rerata dan simpangan baku jumlah
inflamasi, pada hari ke-1 kelompok
sel inflamasi berdasarkan kelompok perlakuan perlakuan memiliki jumlah sel inflamasi
dan jangka waktu pengamatan. yang paling banyak, kemudian menurun
jumlahnya pada hari ke-3 sampai hari ke-
Tabel 1. Tabel Anova 2-arah antar waktu 7. Berdasarkan hasil LSD terdapat
pengamatan, kelompok perlakuan, dan interaksi
waktu pengamatan dan kelompok.
perbedaan yang bermakna antara
kelompok perlakuan dengan kelompok
kontrol positif dan kontrol negatif pada
Sumber Sig.
ketiga waktu pengamatan. Hal ini
Antar waktu kemungkinan disebabkan oleh kandungan
0,000 gel ekstrak kulit kodok yang mampu
pengamatan
menginisiasi infiltrasi sel inflamasi ke area
luka sehingga proses inflamasi terjadi
Antar kelompok lebih cepat pada kelompok perlakuan.
0,000
perlakuan Ekstrak kulit kodok mengandung
senyawa bioaktif yang berperan dalam
Interaksi waktu proses inflamasi pada penyembuhan luka,
[23,29]
pengamatan & 0,000 seperti saponin dan alkaloid. Alkaloid
kelompok adalah aktivator kuat bagi makrofag untuk
[24]
memproduksi TGF-β. Transforming
R Squared = 0,978 growth factor-β mampu menstimulasi
ekspresi interleukin-1 dan tumor necrosis
Hasil uji LSD, kelompok yang diberi factor-α oleh makrofag yang berperan
gel ekstrak kulit kodok pada hari ke-1, 3, penting pada respon inflamasi sehingga
dan 7 menunjukkan terdapat perbedaan pada hari ke-1 infiltrasi jumlah sel
yang bermakna dengan kontrol positif hari inflamasi paling banyak. Proses ini
ke-1, 3, dan 7 dan dengan kontrol negatif kemudian didukung oleh aktivitas saponin.
pada hari ke-1 dan 3. Perbedaan yang Saponin juga memiliki aktivitas
tidak bermakna terdapat pada kelompok antiinflamasi dengan cara memblokir jalur
yang diberi gel ekstrak kulit kodok pada produksi prostaglandin sehingga terjadi
hari ke-1 dengan kontrol negatif pada hari penurunan produksi prostaglandin.
[25]
ke-3, dan pada hari ke-3 dengan kontrol Penurunan produksi prostaglandin
negatif hari ke-1. sebagai mediator inflamasi dapat
mengurangi terjadinya vasodilatasi
Keterangan pembuluh darah dalam aliran darah lokal
P = kelompok perlakuan sehingga kemungkinan pada hari ke-3
(+) = kelompok kontrol positif migrasi sel inflamasi akan menurun.
[26]
(-) = kelompok kontrol negatif Penurunan sel inflamasi menyebabkan
(*) = bermakna (p<0,050) fase inflamasi berlangsung singkat dan
segera menginisiasi terjadinya fase
Hasil uji LSD menunjukkan bahwa proliferasi.
terdapat perbedaan yang bermakna

5
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-7

Gel ekstrak
kulit kodok
70%

Kontrol
Positif

Kontrol
negative

Gambar 2. Pada hari ke-1, tampak infiltrasi sel inflamasi pada semua kelompok. Infiltrasi sel inflamasi pada
kelompok yang diberi gel ekstrak kulit kodok 70% tampak paling banyak pada hari ke-1 dan
jumlahnya terus menurun sampai hari ke-7. Pewarnaan HE, perbesaran 400x.

Berdasarkan hasil uji LSD, menunjukkan perubahan yang bermakna


[31]
terdapat perbedaan yang bermakna terhadap jumlah sel inflamasi.
antara kelompok kontrol perlakuan Dari hasil pembahasan dapat
dengan kelompok kontrol positif pada disimpulkan bahwa gel ekstrak kulit kodok
ketiga waktu pengamatan. Povidone 70% dapat mempercepat fase inflamasi
iodine lebih efektif sebagai antiseptik pada proses penyembuhan luka pasca
sehingga umumnya digunakan sebagai biopsi mukosa pada tikus Wistar. Gel
penutup luka, khususnya luka infeksi dan ekstrak kulit kodok 70% secara signifikan
bukan untuk luka bersih yang tidak mempercepat infiltrasi sel inflamasi ke
[27]
terinfeksi. Povidone iodine arah luka sehingga mempercepat fase
membutuhkan waktu untuk membunuh inflamasi pada proses penyembuhan luka.
bakteri gram positif dan gram negatif,
[28]
jamur/ragi, virus, dan protozoa. Hal 6. KESIMPULAN
tersebut mungkin menjadi penyebab Gel ekstrak kulit kodok 70% secara
pengaruh pemberian povidone iodine signifikan mempercepat infiltrasi sel
terjadi lebih lambat dibandingkan inflamasi ke arah luka sehingga
kelompok perlakuan dalam menstimulasi mempercepat fase inflamasi pada proses
sel inflamasi. penyembuhan luka pasca biopsi mukosa
Berdasarkan hasil uji LSD, terdapat bukal tikus.
perbedaan yang bermakna antara
kelompok kontrol positif dengan kelompok DAFTAR PUSTAKA
kontrol negatif pada hari ke-3 dan ke-7,
namun terdapat perbedaan yang tidak 1. Avon SL, Klieb HBL. “Oral Soft-Tissue
bermakna dengan kelompok kontrol Biopsy: An Overview.” J Can Dent
negatif pada hari ke-1 setelah perlakuan. Assoc. 78(2012) : 75.
Akuades hanya berisi H2O yang tidak ada 2. Wardhani SR. “Biopsi dalam Bidang
campuran lain dan dihasilkan melalui Dermatologi.” JKM, 5:2(2005) : 16.
destilasi sehingga akuades tidak 3. Triyono B. “Perbedaan Tampilan
memberikan efek apapun terhadap proses Kolagen di Sekitar Luka Insisi pada
[30]
penyembuhan luka. Hasil penelitian Tikus Wistar yang Diberi Infiltrasi
sebelumnya menunjukkan bahwa tidak Penghilang Nyeri Levobupivakain dan
terdapat perubahan yang bermakna yang Tidak Diberi Levobupivakain.”
terhadap jumlah sel inflamasi pada hari Tesis, Program Magister Biomedik
ke-0 setelah pemberian povidone iodine
pada luka insisi punggung tikus, sehingga
kemungkinan pada hari ke-1 juga belum

6
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari- Juni 2016
dan PPDS I Universitas Diponegoro, 15. Pujaningsih RI. Kodok Lembu.
Semarang, 2005. Yogyakarta: Kanisius, 2007.
4. Kircik LH. “Study of Trolamine- 16. Lazarus LH, Bryant SD, Marttiattila,
Containing Tropical Emulsion for Salvadori S. “Frog Skin Opioid
Wound Healing after Shave Biopsy.” Peptides: A Case for Environmental
CUTIS. 83 (2009): 330 (Abstr.). Mimicry”, Environmental Health
5. Diegelmann RF, Evans MC, “Wound Perspective. 8:102(1994):648-654.
Healing: An Overview of Acute, 17. Widi RK, Indriati T, “Penjaringan dan
Fibrotic, and Delayed Healing”, Front Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam
Bios. 9 (2004): 283. Batang Kayu Kuning (Arcangelisia
6. Fatimatuzzahro N, Haniastuti T, Flava Merr).” Jurnal Ilmu Dasar.
Handajani, J. “Respon Inflamasi Pulpa 8:1(2007): 24-29.
Gigi Tikus Sprague Dawley setelah 18. Nishant B, Sayanran M, Pranshu T,
Aplikasi Bahan Etsa Ethylene Diamine Laxmi G. “Buccal Mucosa: A
Tetraacetic Acid 19% dan Asam Novelistic Route of Drug Delivery.”
Fosfat 37%.” Dent. J. 46:4(2013): International Journal of
190-195. Pharmatceutical and Chemical
7. Izzaty A, Dewi N, Pratiwi DIN. Sciences. 1:3(2012).
“Ekstrak Haruan (Channa stiata) 19. Chaudhary et.al. “Formulation,
Secara Efektif Menurunkan Jumlah Development, and In-Vitro Evaluation
Limfosit Fase Inflamasi dalam of Mucoadhesive Buccal Patches Of
Penyembuhan Luka.” Dentofasial. Methotrexate.” IJPSR. 1:9(2010): 357-
13:3(2014): 176-181. 365.
8. Putra PA. “Pengaruh penambahan 20. Sudiono J. Pemeriksaan Patologi
Katekin Daun Teh Hijau (Camelia untuk Diagnosis Neoplasma Mulut,
sintesis) pada Periodontal Dressing Jakarta: EGC, 2008.
terhadap Kepadatan Serabut Kolagen 21. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL,
dalam Proses Penyembuhan Luka Buku Ajar Patologi Robbins (terj.),
Gingiva.” Skripsi. Fakultas Kedokteran Jakarta: EGC, 2007.
Gigi Universitas Gadjah Mada, 22. Bisono. Petunjuk Praktis Operasi
Yogyakarta, 2011. Kecil. Jakarta: EGC, 2003.
9. Anonim. Budidaya Kodok. 2010. 23. Imanishi A, Grazia AD, Mangoni M,
http://www.warintek.ristek.go.id/petern Haslam I, Ishibashi I, Dubaissi E,
akan /budidaya/kodok.pdf, 26/1/2015. Amaya E, Tsuruta D, Sepp N, Paus,
10. Kanna IA. Bullfrog Pembenihan dan R. “Pointers from Frog Skin Organ
Pembesaran. Yogyakarta: Kanisius, Culture to The Identification of Novel
2005. Wound Healing Promoters: Esculentin
11. Govender T, Dawood A, Esterhuyse, to the Front.” J. Invest. Dermatol.
AJ, Katerere DR. “Antimicrobial (2014): 134.
Properties of The Skin Secretions of 24. Olivia F, Alam S, Hadibroto I. Seluk
Frogs.” S Afr J Sci, 108:5/6(2012): 1- Beluk Food Supplement. Jakarta:
6. Gramedia, 2006.
12. Raghavan V, Babu M, Rajaram R, 25. Meilawati Z. “Efek Ekstrak Daun
Sai, KP. “Efficacy of Frog Skin Lipids Singkong (Manihot ulitissima)
in Wound Healing, Lipids in Health terhadap Ekspresi COX-2 pada
and Disease.” 9:74(2010): 1-7. Monosit yang Dipapar LPS E.coli”,
13. Laverty G, Gorman SP, Gilmore, BF. Dent. J. 45:4(2013): 196-201.
“The Potential of Antimicrobial 26. Balqis U, Masyitha D, Febrina F.
Peptides as Biocides.” Int J Mol ScI. “Proses Penyembuhan Luka Bakar
12(2011): 6566-6596. dengan Gerusan Daun Kedondong
14. Sabirin IP, Maskoen AM, Hernowo, (Spondias dulcis F.) dan Vaselin pada
BS. “Peran Ekstrak Etanol Topikal Tikus Putih (Rattus novergicus)
Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) secara Histopatologis.” Jurnal Medika
pada Penyembuhan Luka ditinjau dari Veterinaria. 8:1(2014): 9-13.
Imunoekspresi CD34 dan Kolagen 27. Miladiyah I, Prabowo BR, Ethanolic.
pada Tikus Galur Wistar.” MKB. “Extract of Anredera cordifolia (Ten.)
4:4(2013): 227. Steenis Leaves Improved Wound

7
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari- Juni 2016
Healing in Guinea Pigs.” Univ. Med. Topical Agents (Silver Sulfadiazine,
31:1(2012): 4-11. Povidone-Iodine, and Sodium
28. Adriani WP, Ardianingtiyas I, Chloride 0.9%) on Burn Injuries in
Wulansari NH, Safitri DN, Primalia I, Rats.” Plastic Surgery International,
Mahanani ES. “Uji Pemanfaatan Daun Article ID 907082. (2014): 1-6,
Binahong (Anredera cardifolia steenis) 32. Mashreghi M, Rezazade BM, Mahdavi
pada Proses Penyembuhan Luka SN, Asoodeh A, Mashreghi M,
Gingiva Tikus Wistar.” Insisiva Dental Behnam RM, Golmohammadzadeh S.
Journal. 1:2 (2012): 10-16. “Topical Effects of Frog Rana
29. Lofrano-Alves MS, Oliveira EL, Ridibunda Skin Secretions on Wound
Damiani CE, Kassouf-Silva L, Foqaca Healing and Reduction of Wound
RT. “Eugenol-induced Contractions of Microbial Load.” J. Ethnopharmacol.
Saponin-Skinned Fibers are Inhibited 145:3 (2012): 793-797.
by Heparin or by A Ryanodine 33. Miller WH, Griffin CE. Campbell KL,
Receptor Blocker.” Can. J. Physiol. Muller & Kirk‟s Small Animal
Pharm. 83:12(2005): 1093-100, Dermatology 7th ed. China: Elsevier,
(Abstr.). 2001.
30. Sandra E. Kultur Jaringan Anggrek 34. Yanhendri, Yenny SW. “Berbagai
Skala Rumah Tangga, Agromedia, Sediaan Topikal dalam Dermatologi.”
Jakarta, 2004. CDK-194. 39:6(2012): 423-429.
31. Yuksel BE, Yildirim AM, Bal A,
Kuloglu T. “The Effect of Different

8
7
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari- Juni 2016
Research PERBEDAAN KADAR IMUNOGLOBULIN A (IgA)
PADA SALIVA SEBELUMDAN SETELAH
PENGUNYAHAN PERMEN KARETXYLITOL
1 1
Adrian Yohanes Vianney , Niartanty Nirmala Saleh , Andi
1
Pratiwi Iljas
1
MahasiswaFakultasKedokteranGigi, Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRAK

Latar Belakang: Xylitol merupakan pemanis yang non-kariogenik dan biasanya


ditambahkan pada permen karet. Xylitolmempunyai kemampuan untuk meningkatkan
sekresi saliva. Tujuan: Mengetahui perbedaan kadar imunoglobulin A pada saliva
sebelum dan setelah mengunyah permen karet xylitol. Tinjauan pustaka:Permen karet
xylitol bermanfaat untuk merangsang sekresi saliva, meningkatkan pH plak dan saliva.
Saliva adalah produk dari beberapa kelenjar ludah yang mengandung mineral, elektrolit,
enzim, sitokin, immunoglobulin, musin dan glikoprotein lainnya. Imunoglobulin A
merupakan immunoglobulin utama yang ditemukan pada mukosa yang berperan besar
pada imunitas adaptif dan alami. IgA berfungsi menghambat ikatan mikroba, kolonisasi
dan penetrasi pada permukaan mukosa. Metode: Jenis penelitian ini adalah quasi
eksperimental dengan desain pretest-post test with control group dengan teknik
purposive sampling, masing-masing 16 orang yang mengunyah permen karet xylitol
(n=32). Kadar imunoglobulin A (IgA) saliva diambil sebelum dan setelah pengunyahan
permen karet xylitol di Laboratorium Biologi Molekuler dan Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Unhas. Uji statistik yang digunakan adalahuji t berpasangan menggunakan
program SPSS 18,0 untuk windows. Hasil:Hasil uji t berpasangan menunjukkan
perbedaan yang signifikan pada kadar IgA saliva sebelum dan setelah pengunyahan
permen karet xylitol (p<0,05). Pembahasan:Setelah pengunyahan permen karet xylitol
terjadi peningkatan pH dan kadar IgA saliva. Peningkatan tersebut signifikan
dibandingkan dengan pengunyahan permen karet jenis lain serta pengunyahan juga
mampu meningkatkan respon imun dalam saliva dan mampu menekan jumlah koloni
s.mutans dalam saliva.Kesimpulan: Terdapat perbedaan kadar IgA pada saliva yang
signifikan sebelum dan setelah pengunyahan permen karet xylitol.
Katakunci: kadar IgA, xylitol, permen karet.

ABSTRACT

Background:Xylitol is a sweetener that is non-cariogenic and usually added to the


chewing gum. Xylitol has the ability to increase the secretion of saliva. Purpose:
Determine the difference significant levels of immunoglobulin A in saliva before and after
chewing xylitol gum. Literature: Useful xylitol chewing gumto stimulate salivary secretion,
increasing the pH of plaque and saliva. Saliva is the product of some salivary gland which
contains minerals, electrolytes, enzymes, cytokines, immunoglobulins, mucins and other
glycoproteins. Immunoglobulin A is the main immunoglobulin found inmucous which plays
a major rolein adaptive andinnate immunity. Methods: The study is a quasi experimental
with pretest-posttest design with control group with purposive sampling, each of the 16
people who chew xylitol gum (n = 32). Levels of immunoglobulin A (IgA) saliva was taken
before and after chewing xylitol gum in the Laboratory of Molecular Biology and
Microbiology, Faculty of Medicine Unhas. The statistical test used is paired t test using
SPSS 18.0 for Windows. Results: The results of paired t test showed significant
differences in salivary IgA levels before and after chewing xylitol gum (p <0.05).
Discussion: After chewing xylitol gum increased pH and salivary IgA levels. The
increase was significant compared with other types of chewing gum and chewing are also

BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari- Juni 2016 97


able to enhance the immune response in saliva and can suppress the number of colonies
of S. mutans in saliva. Conclusions:There are significant differences in the levels of IgA
in saliva before and after chewing xylitol gum.

Keywords: IgA level, xylitol, chewing gum.

1. PENDAHULUAN hampir semua produk yang terbuat dari


[2]
1.1. Latar Belakang buah-buahan.
Pencegahan karies memiliki Permen karet dapat meningkatkan
beberapa strategi. Prosedur berbasis sekresi saliva dan komponen saliva. Saliva
fluoridemerupakan pencegahan yang merupakan cairan yang terdiri dari sekresi
cukup berhasil. Selain itu,pembatasan kelenjar ludah dan cairan krevikular
jangka panjang konsumsi gula kariogenik gingiva. Terdapat 90 % saliva diproduksi
tidak diragukan lagi juga dapat mengurangi oleh kelenjar ludah mayor, antara lain
karies secara signifikan. Imunitas individu kelenjar parotis dengan sekresi cairan
itu sendiri dapat berperan dalam serosa, kelenjar submandibula dan kelenjar
[1]
pencegahan infeksi bakteri. sublingual dengan sekresi cairan
Pada tahun 1975, permen karet seromukosa. Sekitar 10% saliva diproduksi
xylitol pertama diluncurkan hampir secara oleh kelenjar ludah minor yang terdapat
serempak di Finlandia dan United States. pada mukosa rongga mulut di bagian
Konsumsi xylitol, yang merupakan gula lingual, labial, bukal, palatinal, dan
alkohol dari tipe pentitol, telah ditemukan glossopalatinal. Pada rongga mulut dengan
pada tahun 1970-an dapat mengurangi kondisi sehat, volume saliva tiap harinya
insidensi karies gigi. Pada tahun-tahun berkisar antara 500 ml hingga 1,5 liter.
selanjutnya, penggunaan permen karet Pada saliva mengandung beberapa
meningkat. Permen karet merupakan elektrolit (Na+, K+, Cl-, HCO3-, Ca2+,
sediaan yang berbahan dasar karet yang Mg2+, HPO42-, SCN-, dan F-), protein
seharusnya dikunyah dan tidak ditelan, dan (amilase, musin, histatin, cystatin,
melepaskan secara perlahan obat yang peroksidase, lisozim, dan laktoferin),
[1]
dikandungnya. immunoglobulin (sIgA, Ig G, dan Ig M),
Rongga mulut merupakan pintu masuk molekul organik (glukosa, asam amino,
[3,17]
utama mikroorganisme, oleh karena itu urea, asam urik, dan lemak).
banyak faktor yang terlibat dalam Imunoglobulin A (IgA) adalah
mekanisme pertahanan bakteri patogen. antibodi yang diproduksi di jaringan limfoid
Beberapa cara dilakukan untuk mengurangi mukosa, disalurkan secara aktif melalui
populasi bakteri dalam rongga mulut yaitu epitel, dan berikatan dengan mikroba untuk
menyikat gigi dengan teratur, berkumur menetralisir mikroba yang menyerang
dengan menggunakan antiseptik, organisme melalui organ mukosa. Antibodi
membersihkan interdental dengan dental yang disekresi di epitel berikatan dengan
floss, membersihkan lidah dan mengunyah mikroba untuk mencegah pembentukan
permen karet. Permen karet yang kolonisasi di inang. Tipe imunitas ini
mengandung sukrosa dipasarakan sudah disebut imunitas mukosa atau secretory
[8]
sejak lama, sedangkan yang mengandung immunity.
xylitolbaru dipasarkan beberapa tahun Penelitian mengenai pengaruh
[17]
terakhir. permen karet pada sekresi saliva telah
Xylitol adalah karbohidrat kristal banyak dilakukan, namun penelitian
manis yang telah dikenal oleh ilmu mengenai pengaruh permen karet terhadap
pengetahuan selama hampir 100 tahun. antibodi yang dikandung dalam saliva
Nama ini berhubungan dengan kata belum pernah dilakukan. Oleh karena itu,
“xylose” (gula kayu) dimana xylitol pertama peneliti tertarik untuk meneliti“Perbedaan
kali dibuat dan berasal dari struktur tertentu Kadar Imunoglobulin A pada Saliva
(xylene) dari kayu xylose dapat diperoleh. Sebelum dan Setelah Pengunyahan
Kemudian studi menunjukkan bahwa xylitol Permen Karet Xylitol”.
dapat dijumpai secara bebas dalam buah-
buahan dan bagian tanaman lainnya dan di

7
10
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari- Juni 2016
2. TINJAUAN PUSTAKA komponen-komponen inilah yang
2.1. Xylitol bertanggung jawab untuk sebagian besar
[5]
Xylitol merupakan gula alkohol dan fungsi saliva.
terdapat secara alamiah di alam. Xylitol Saliva diproduksi dan disekresikan
dibuat secara komersial dari kayu pohon dari kelenjar ludah. Unit pensekresi dasar
beech dan bahan ini tidak dapat kelenjar ludah adalah kelompok sel
difermentasi oleh bakteri kariogenik. Pada yangdisebut sebagai Asinus. Sel-sel ini
saat ini, bahan pengganti gula xylitol sudah mensekresikan cairan yang mengandung
disertakan dalam kandungan permen karet, air, elektrolit, mukus, dan enzim, yang
karena permen karet merupakan makanan semuanya mengalir keluar dari asinus ke
ringan yang potensial untuk menurunkan saluran pengumpul. Komposisi dan sekresi
aktivitas karies gigi. Permen karet dari saliva diubah di dalam
bermanfaat untuk merangsang sekresi saluran.Potassium disekresikan, sebagian
saliva, meningkatkan pH plak dan saliva, besar sodium diserap dan ion bikarbonat
[6]
sehingga sangat baik digunakan sebagai disekresidalam jumlah besar.
[15]
pembersih rongga mulut.
Xylitol juga ada dalam metabolisme 2.2.2 Fungsi Saliva
manusia sebagai metabolisme normal
(dalam siklus glukuronat-xylulose). Dalam Beberapa fungsi saliva adalah
nomenklatur kimia, xylitol diklasifikasikan memulai pencernaan, mempermudah
mirip dengan sorbitol dan maltitol (yaitu, proses menelan dengan membasahi
sebagai gula alkohol atau poliol). Nilai partikel-partikel makanan, memiliki efek
kalori teoritis xylitol adalah sama seperti antibakteri melalui efek ganda, pertama
dengan karbohidrat diet lainnya (yaitu, oleh lisozim (suatu enzim yang melisiskan
sekitar 4 kkal/g).
[2] atau menghancurkan bakteri tertentu) dan
Pemberian permen karet xylitol 3 kedua dengan membilas bahan yang
sampai 5 kali sehari dikunyah minimal mungkin digunakan bakteri sebagai
selama 5 menit setelah makan dapat sumber makanan, membantu berbicara
menghambat akumulasi plak dan dengan mempermudah gerakan bibir dan
[3]
demineralisasi enamel, meningkatkan lidah.
remineralisasi pada karies awal dan dapat Saliva memainkan peran penting
mengurangi jumlah Streptococcus dalam pemeliharaan kesehatan mulut. Air
mutans.
[14] liur menyediakan banyak peran, seperti
pelumasan dan perlindungan, tindakan
2.2. Saliva buffering dan pembersihan, pemeliharaan
2.2.1. Pengertian Saliva integritas gigi, dan aktivitas antibakteri. Laju
Saliva adalah produk dari beberapa aliran air liur, kapasitas buffer dan konten
kelenjar ludah yang terletak di bawah mikroorganisme sangat penting untuk
[7]
mukosa mulut. Setiap hari, kelenjar ludah kesehatan mulut.
manusia memproduksi hampir 600 ml Anatomi rongga mulut dan organ-
serosa dan musin. Saliva mengandung organ pernafasan saling berhubungan satu
mineral, elektrolit, buffer, enzim dan enzim sama lain. Adanya hubungan anatomi ini
inhibitor, faktor pertumbuhan dan sitokin, menyebabkan dimungkinkannya terjadi
imunoglobulin (misalnya, sekretori penyakit pernafasan yang disebabkan
immunoglobulin A (sIgA), musin dan karena kondisi rongga mulut maupun
glikoprotein lainnya.
[4] sebaliknya. Berdasarkan uraian tersebut,
Saliva adalah sekresi kelenjar ludah dapat diartikan pula bahwa terdapat
yang menentukan stabilitas di lingkungan hubungan antara organ-organ pernafasan
rongga mulut. "Cairan mulut" terdiri dari dengan saliva yang ada di rongga mulut.
saliva, cairan serviks gingiva terkandung Oleh karena itu, saliva dapat digunakan
dalam sulkus dentogingival, transudat sebagai deteksi dini resiko penyakit paru
mukosa, detritus sel, bakteri dan sisa-sisa obstruktif kronis (PPOK) pada penderita
[3]
makanan.
[5] periodontitis.
Total protein saliva adalah
komponen penting dari saliva, dengan 2.3. Imunoglobulin A
protein saliva, terutama terdiri prolin kaya IgA adalah immunoglobulin yang
protein, mucin, amilase, imunoglobulin, jumlahnya paling besar di mamalia. Sekitar
statherin dan faktor antibakteri, dan 70-75% dari seluruh immunoglobulin yang

11
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
diproduksi terdiri dari IgA. Imunoglobulin A sebagai golongan utama antibodi di
[8]
merupakan imunoglobulinutama yang jaringan mukosa.
ditemukan pada mukosa, sehinggadisebut
juga sebagai secretory 2.3.1. Fungsi Imunoglobulin A
immunoglobulin(sIgA). SIgA berperan Antibodi sIgA menghambat ikatan
besar pada imunitas adaptif dan imunitas mikroba, kolonisasi, dan penetrasi pada
alami. Rasio IgA:IgG pada sekresi glandula permukaan mukosa, menghambat jalur
parotis ke dalam kavitas oral 500 kali lebih metabolisme, menetralisir enzim, virus dan
besar dibanding sekresi di dalam serum. racun, memediasi pengusiran plasmid dan
Densitas IgA plasma sel di glandula parotis aglutinasi mikroba dan menghambat
2-3 kali lebih tinggi dibanding densitas IgA pertumbuhan organisme tertentu. Sel
di glandula labial dan submandibula. plasma di dekat sel epitel sekretori
Tampak jelas bahwa IgA berperan penting mensekresi IgA. Peningkatan sekresi saliva
[8],[13]
pada mikrobiologi oral. IgA cenderung menguntungkan mukosa
[11]
Imunoglobulin A sekretori (sIgA) mulut dengan mencegah penyakit.
banyak dijumpai pada saliva dan sekresi Meskipun kelenjar ludah minor
eksokrin yang lain seperti saluran memainkan peran penting dalam sIgA yang
pencernaan, pernafasan dan saluran urin. dimediasi rongga mulut, sel-sel dalam
Mekanisme utama proteksi terhadap kelenjar parotid bertanggung jawab atas
antigen patogen oleh imunitas mukosa mayoritas IgA ditemukan dalam air liur.
adalah diperantarai lewat sel-sel penghasil SIgA merupakan mekanisme pertahanan
IgA dan IgA sekretori yang dapat utama spesifik dalam air liur dan mungkin
menetralisir dan mencegah masuknya penting dalam mempertahankan
antigen berbahaya ke dalam inang. homeostasis dalam rongga mulut. SIgA
Stimulasi respon imun lokal efektif terhadap dapat mengontrol mikrobiota rongga mulut
pencegahan penyakit oleh mikroorganisme dengan mengurangi perlekatan sel bakteri
[11]
yang masuk ke dalam tubuh inang melalui pada mukosa mulut dan gigi.
jalur oral. sIgA berfungsi pada sekresi IgA sejak lama diketahui
mukosa sebagai pertahanan garis depan menetralkan racun dan bakteri (virus) pada
dengan cara membatasi invasi patogen. permukaan mukosa, dengan mengganggu
Proteksi barrier epitelial mukosa oleh sIgA motilitas mereka, dengan bersaing untuk
melalui berbagai mekanisme. Pertama, daerah adesi epitel, dan meningkatkan sifat
yaitu pembentukan kompleks dengan viskoelastik jalan nafas. Menariknya, telah
antigen lokal yang melapisi jaringan, dikemukakan bahwa IgA juga dapat
diambil oleh fagosit, kemudian diabsorpsi langsung mengurangi respon inflamasi
ke dalam sistem vaskular atau ditransport dengan menghambat fungsi efektor sel-sel
[8] [11]
melalui epitelium ke dalam lumen. inflamasi.
Paparan antigen pada mukosa Sekretori IgA menghambat
mengaktifkan sel T dan sel B untuk mikroorganisme melekat pada epitel atau
menghantarkan induksi aktifasi efektor gigi. Banyaknya antigen akan menginduksi
mukosa. Sistem imun mukosa peningkatan kadar s-IgA melaui dua
mengaktifkan awal antigen. Jalur ini disebut mekanisme. Pertama, antigen
jalur respon antibodi sIgA di mukosa yang menstimulasi proliferasi dandiferensiasi sel
dimediasi oleh sel B dan sel T. Membran limfoid secara lokal; kedua melibatkan
mukosa yang melapisi sistem pencernaan, migrasi antigen-sensitized IgA prekursor
respirasi dan urogenital merupakan pintu sel B dari GALT (gut-associated limphoid
[9,12]
masuk sebagian besar patogen. tissue) ke kelenjar saliva.
Pertahanan permukaan mukosa berasal
dari mucosal-associated lymphoid tissue 3. METODE PENELITIAN
(MALT). SIgA berbentuk dimer atau Jenis penelitian yang digunakan
tetramer, polipeptida rantai J, dan rantai adalah quasi eksperimental. Desain
polipeptida yang disebut secretory penelitian ini menggunakan metode pre
component. Komponen sekretori terdiri dari and post test with control group
reseptor yang mampu menghantar polimer design.Penelitian ini dilakukan di Fakultas
IgA menuju membran sel. Polipeptida Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
rantai J pada IgA identik dengan IgM dan Fakultas Kedokteran Universitas
pentamer dan memiliki fungsi dalam Hasanuddin yaitu di Laboratorium Biologi
memfasilitai polimerisasi IgA dan sIgA, Molekuler dan Mikrobiologi Fakultas

12
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
Kedokteran Universitas Hasanuddin untuk bidang kedokteran gigi manfaat
melakukan pemeriksaan ELISA (Enzyme pengunyahan terbukti berpengaruh dalam
Linked Immunosorbant Assay) dan peningkatan kadar immunoglobulin A.
mengukur kadar imunoglobulin A. Kadar IgA saliva berkisar antara
Penelitian dilakukan pada bulan 20 April-28 0,05ng/ml-0,09ng/ml pada keadaan
Mei 2015. Populasi merupakan mahasiswa normal. Kadar immunoglobulin A
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas dipengaruhi oleh volume sekresi saliva dan
Hasanuddin angkatan 2012 dan 2014. rangsangan kecepatan sekresi. Pemberian
Sampelberjumlah 16 orang. Metode rangsanganmekanik dan kimiawi berupa
pengambilan sampel yang digunakan pengunyahan permen karet xylitol dan rasa
adalah purposive sampling. dari permen karet xylitol dapat
Kriteria penilaianalat ukur untuk meningkatkan sekresi saliva sehingga laju
menghitung kadar imunoglobulin A pada saliva dan volume saliva pun meningkat.
penelitian ini adalah dengan melakukan uji Tujuan penelitian ini adalah untuk
ELISA. Kadar IgA normal berkisar antara mengetahui perbedaan kadar
2,16±0,24. Alat yang dibutuhkan imunoglobulin A (IgA) dalam saliva
diantaranya wells microplate, micropipette, sebelum dan setelah pengunyahan permen
multichannel pipette, ELISA test kit, karet xylitol sehingga dapat diketahui
Parameter utama yakni solid phase pengunyahan permen karet xylitol
(microplate) reactant separation bound dan meningkatkan atau menurunkan kadar IgA
free reagen color development enzyme, dalam saliva. Pada penelitian ini diambil
danbotol penampungan saliva. Bahan pada sampel yang tidak menggunakan alat
penelitian ini yaitu permen karet xylitol, orthodonsi karena dikhawatirkan
NaCl 0,9%, dan saliva. Kadar penggunaan alat orthodonsi dapat
imunoglobulin A (IgA) saliva diambil mempengaruhi kadar IgA dalam saliva
sebelum dan setelah pengunyahan permen akibat kandungan logam serta perbedaan
karet xylitol. Uji statistik yang digunakan laju aliran saliva sehingga kadar IgA
adalahuji t berpasangan menggunakan dipengaruhi oleh alat orthodonsi. Sampel
program SPSS 18,0 untuk windows. tidak menderita penyakit sistemik, tidak
sedang mengonsumsi obat-obatan, serta
4. HASIL DAN PEMBAHASAN tidak merokok karena terdapat perbedaan
Beberapa cara dilakukan untuk yang signifikan pada kadar IgA saliva pada
mengurangi jumlah populasi bakteri di perokok dan bukan perokok.
dalam mulut yaitu dengan menyikat gigi Telah dilakukan penelitian mengenai
yang benar dan teratur, kumur dengan perbedaan kadar imunoglobulin A (IgA)
menggunakan antiseptik, membersihkan pada saliva sebelum dan setelah
interdental dengan dental floss, pengunyah permen karet xylitol. Penelitian
menghindari konsumsi makanan yang ini merupakan penelitian eksperimental dan
banyak mengandung sukrosa, dilakukan di dua tempat, yaitu Fakultas
membersihkan lidah dan mengunyah Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
[14]
permen karet. Permen karet xylitol adalah (Unhas) untuk pengambilan sampel saliva
produk kesehatan gigi yang biasa dan eksekusi prosedur intervensi, serta
dikonsumsi dan digunakan sehari-hari Laboratorium Biologi Molekuler dan
untuk meningkatkan kesehatan gigi dan Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unhas
[8]
mulut. Tujuan pengunyahan permen karet untuk pemeriksaan ELISA dan perhitungan
xylitol yaitu meningkatkan sekresi saliva kadar IgA. Penelitian dilakukan pada
dan komponen dalam saliva seperti sistem tanggal 20 April-28 Mei 2015. Sampel
imun saliva yaitu imunoglobulin A yang merupakan mahasiswa fakultas kedokteran
mampu meningkatkan perlindungan rongga gigi Unhas angkatan 2012 dan 2014 yang
mulut dari bakteri sehingga meminimalkan memenuhi kriteria seleksi sampel.
pembentukan asam oleh bakteri pada Sebanyak 16 sampel dilakukan
permukaan gigi dan menjaga kesehatan pengambilan saliva dan pengukuran kadar
[14]
jaringan gusi. Permen karet xylitol IgA. Pengukuran dilakukan sebelum dan
memiliki komponen gula xylitolyang dapat setelah intervensi, yaitu mengunyah
meningkatkan sekresi saliva melalui permen karet xylitol. Pengunyahan permen
rangsangan secara kimiawi dan mekanik karet xylitol dilakukan selama 5 menit
sehingga dapat meningkatkan sebanyak 4 butir permen karet.
[1]
immunoglobulin A dalam saliva. Dalam Pengambilan saliva dilakukan dengan

13
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
caradraining. Kadar IgA dihitung dengan tinggi daripada laki-laki. Berdasarkan usia,
metode ELISA dan diukur dalam satuan kadar IgA sebelum intervensi paling tinggi
ng/ml. Data dasar sampel juga diambil ditemukan pada usia 20 tahun, yaitu 2,54
dengan metode wawancara langsung. ng/ml, sedangkan kadar terendah
Seluruh hasil penelitian selanjutnya ditemukan pada kelompok usia 19 tahun,
dikumpulkan dan dicatat, serta dilakukan dengan kadar 2,15 ng/ml. Setelah
pengolahan dan analisis data dengan intervensi diberikan, terlihat adanya
menggunakan program SPSS versi 18 peningkatan kadar IgA pada seluruh
(SPSS Inc., Chicago, IL, USA). kelompok usia. Walaupun peningkatan
terbanyak ditemukan pada kelompok usia
18 tahun, namun kadar akhir tertinggi tetap
ditemukan pada kelompok usia 20 tahun,
yaitu sebesar 3,70 ng/ml.
Hal ini sejalan dengan penelitian
[17]
yang dilakukan oleh Soesilawati P. yang
menunjukan bahwa rangsangan mekanik
berupa pengunyahan dapat meningkatkan
sekresi saliva dan respon imun dalam
saliva.Hasil uji beda (Tabel 1) pada sampel
yang mengunyah permen karet xylitoldan
oklusi maksimum menunjukkan terdapat
perbedaan signifikan pada kadar IgA
Gambar 1. Sampel dimasukkan ke dalam ELISA saliva. Perbedaan kadar IgA dalam saliva
Reader akibat pengunyahan dan oklusi maksimum
Tabel 1. Distribusi rata-rata kadar IgA sebelum dan (gigit teether) menunjukkan peningkatan
setelah mengunyah permen karet xylitol berdasarkan
jenis kelamin dan usia
yang signifikan. Hal ini sejalan dengan
[3]
penelitian yang dilakukan oleh Bailey BJ.
Kadar IgA (ng/ml) yang menunjukkan perbedaan kadar IgA
Sebelum Setelah dalam saliva akibat adanya rangsangan
mengunyah mengunyah atau perubahan keadaan dalam rongga
Jenis mulut akibat adanya benda asing.
permen permen
kelamin &
karet xylitol karet xylitol
Usia Tabel 2. Perbedaan rata-rata kadar IgA sebelum dan
Rerata ± Rerata ± sesudah mengunyah permen karet xylitol
Simpangan Simpangan a
Uji normalitas data: Shapiro-Wilk test;
baku baku p>0.05; distribusi data normal
Jenis kelamin *Paired sample t-test: p<0.05; significant
Laki-laki 2.17 ± 0.19 3.48 ± 0.27
Perempuan 2.25 ± 0.30 3.58 ± 0.25 Kadar IgA
Selisih 95%
(ng/ml)
Usia CI
p-
18 tahun 2.16 ± 0.24 3.55 ± 0.27 Intervensi (Min
Rerata ± value
Rerata ± –
19 tahun 2.15 ± 0.14 3.40 ± 0.16 Simpangan
Simpangan Max)
baku
20 tahun 2.54 ± 0.27 3.70 ± 0.29 baku

Sebelum
Tabel 1. memperlihatkan distribusi mengunyah 2.22 ±
rata-rata kadar IgA sebelum dan setelah permen 0.26a
karet xylitol 1.31 1.204
mengunyah berdasarkan jenis kelamin dan ± – 0.000*
Sesudah 0.21 1.428
usia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengunyah 3.54 ±
rata-rata kadar IgA perempuan sebelum permen 0.26a
intervensi lebih tinggi daripada laki-laki, karet xylitol

yaitu 2.25 ng/ml pada perempuan dan 2.17


ng/ml pada laki-laki. Setelah intervensi, Tabel 2. memperlihatkan perbedaan
yaitu mengunyah permen karet xylitol, rata-rata kadar IgA sebelum dan sesudah
terlihat adanya peningkatan kadar IgA mengunyah permen karet xylitol. Secara
pada laki-laki maupun perempuan. keseluruhan, kadar IgA sebelum
Peningkatan kadar IgA perempuan lebih mengunyah permen karet xylitol hanya
tinggi daripada laki-laki dan jumlah akhir mencapai 2,22 ng/ml, sedangkan setelah
kadar Imunoglobulin A perempuan lebih mengunyah permen karet xylitol, kadar IgA

14
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
mencapai 3,54 ng/ml. Terlihat adanya Tool for Chronic Obstructive Pulmonary
peningkatan rata-rata sebesar 1,31 ng/ml Disease Risk In Patients With
sebelum dan setelah mengunyah permen Periodontitis.”Journal of Dentistry
karet xylitol. Selain itu estimasi rentang nilai Indonesia.17:3 (2010):87-92.
confidenceinterval 95% menunjukkan nilai 4. Madalli VB, Basavaraddi SM, Burde K,
1,20-1,42 ng/ml. Rentang nilai positif Horatti P. “Saliva-A Diagnostic Tool.”
menunjukkan nilai sesudah lebih tinggi JDMS. 11:6 (2013):96-99.
daripada sebelum atau dengan kata lain 5. Panchbhai AS, Degwekar SS, Bhowte
adanya peningkatan. Rentang ini RR. “Estimation of Salivary Glucose,
menunjukkan bahwa bila pengukuran Salivary Amylase, Salivary Total Protein
dilakukan pada populasi, akan terdapat and Salivary Flow Rate In Diabetics In
selisih atau peningkatan antara sebelum India.”Journal of Oral Science. 52:3
dan sesudah sebesar 1,20 hingga 1,42. (2010):359-368.
Dengan demikian, menurut hasil 6. Shetty C. “Correlation Between Dental
penelitian, setiap saat akan menimbulkan Caries Salivary Flow, pH, and Buffering
peningkatan berkisar 1,20 hingga 1,42 dan Capacity In Adult South Indian
tidak akan pernah memiliki selisih 0 (tidak Population: An In Vivo Study.” Int. J.
ada perubahan), ataupun mengalami Res. Ayurveda Pharm. 4:2 (2013).
penurunan. Hal ini juga didukung dengan 7. Erdem V, Yildiz M, Erdem T. “The
hasil uji statistik, paired sample t-test, yang Evaluation of Saliva Flow Rate, pH,
menunjukkan nilai p=0.000 (p<0.05), yang Buffer Capacity, Microbiological Content
berarti bahwa terdapat perbedaan kadar and Indice of Decayed, Missing and
IgA yang signifikan antara sebelum dan Filled Teeth In Behçet‟s
setelah mengunyah permen karet xylitol. Patients.”Balkan Med J. 30 (2013):211-
4.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 8. Pratiwi Soesilawati, Harianto Notopuro,
Berdasarkan hasil penelitian yang Istiati Soehardjo, Afaf Baktir. “Peran
dilakukan dapat ditarik simpulan bahwa TGF- 1 Sebagai Regulator Switching
terdapat peningkatan kadar IgA saliva yang Isotype Sekresi Siga Saliva.”JBP
signifikan sebelum dan sesudah Airlangga. 13:3 (2011):137–41.
penguunyahan permen karet xylitol yang 9. Olayanju OA, Rahamon SK, Joseph
berarti permen karet xylitol cukup efektif IO, Arinola OG. “Salivary
dalam meningkatkan kadar IgA saliva. Immunoglobulin Classes In Nigerians
Sebaiknya dilakukan penelitian With Periodontitis.”The Journal of
lanjutan tentang kadar IgA saliva dengan Contemporary Dental Practice.13:2
menambah jumlah sampel dan juga (2012):163-66.
dilakukan penelitian lanjutan tentang kadar 10. Gupta P. “Salivary IgA Levels In
IgA saliva dengan jenis permen karet yang Patient with Oral Submucous Fibrosis:
lebih beragam sehingga dapat diketahui A Study.”Journal of Indian Academy of
permen karet mana yang paling baik dalam Oral Medicine and Radiology.23:4
meningkatkan kadar IgA pada saliva. (2011):536-38.
11. Gloudemans AK, Lambrecht BN,
Smits HH. “Potential of
DAFTAR PUSTAKA Immunoglobulin A to Prevent Allergic
1. Marwa M, Manohar B. “Evaluation Of Asthma.”Clinical and Developmental
The Antimicrobal Effectiveness And The Immunology. (2013): 1-12.
Effect of Dosage And Frequency of 12. Indo S, Raden S, Linda K, Sutji PR.
Sugar-Free Chewing Gums on “Kadar Imunoglobulin A Sekretori
Streptococcus Mutans Count an In Vivo pada Penderita Tonsilitis Kronik
Microbiologiccal Study.” International Sebelum dan Setelah
Journal of Clinical Pediatric Dentistry. Tonsilektomi.”ORLI. 41:1 (2011).
4:1(2011): 29-34. 13. Yoseph I, Diding HP. “Efek Probiotik
2. Hanson J, Campbell L.“Xylitol and terhadap Mortalitas, Derajat Inflamasi
Caries Prevention.”Journal of the Intestinal, dan Kadar IgA pada Mencit
Massachusetts Dental Society. 60:2 Model Sepsis.”MKB. 45:1 (2013).
(2011): 18-21. 14. Nina AH, Siti K, Bayu IS. “Efek
3. Saputri TO, Zala HQ, Arnanda BB, Pengunyahan Permen Karet yang
Ardhani R. “Saliva As an Early Detection Mengandung Xylitol terhadap

15
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
Peningkatan pH Saliva.”Dentino Jurnal School of Dentistry Indiana University,
Kedokteran Gigi. 2:1 (2014):51-54. 2010.
15. Sari N. Permen Karet Xylitol yang 17. Rodian M, Mieke HS, Edeh R. “Efek
Dikunyah selama 5 Menit Mengunyah Permen Karet yang
Meningkatkan dan Mempertahankan Mengandung Sukrosa, Xylitol,
pH Saliva Perokok selama 3 Probiotik terhadap Karakteristik
Jam[Tesis]. Denpasar: Universitas Saliva.” Dentika Dental Jurnal. 16:1
Udayana, 2011. (2011): 44-48.
16. Van Wallace. Immunogenetic of
Dental Caries [Disertation]. USA:

16
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
PERBEDAAN BAHAN IRIGASI EKSTRAK KULIT
Research MANGGIS DAN NAOCL 2,5% TERHADAP
KEBERSIHAN DINDING SALURAN AKAR

1 1
Cornelia Melinda A.S., Nayu Nur Annisa Sholikhin,
1
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga,Surabaya

ABSTRAK

Latar Belakang: Preparasi merupakan salah satu tahapan dalam perawatan saluran
akar yang menghasilkan debris, sebagai hasil instrumensasi dinding saluran akar. Debris
terdiri dari bahan organik dan inorganik. Irigasi harus dilakukan setiap preparasi sehingga
debris dan mikroorganisme dapat dibersihkan dari dinding saluran akar melalui
mekanisme flushing. NaOCl 2,5% merupakan bahan irigasi yang paling umum
digunakan. Meskipun demikian, NaOCl 2,5% hanya bekerja melarutkan jaringan organik
saja. Ekstrak kulit manggis mengandung berbagai senyawa aktif, seperti saponin.
Saponin bekerja sebagai surfaktan sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan
dan membersihkan debris dari dinding saluran akar. Tujuan: Mengetahui perbedaan
kebersihan dinding saluran akar yang diirigasi dengan NaOCl 2,5% dan ekstrak kulit
manggis. Metode: Delapan belas premolar rahang bawah yang diekstraksi untuk
keperluan ortodonti digunakan dalam penelitian ini. Sampel tersebut dibagi menjadi tiga
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari enam sampel. Semua sampel diinstrumentasi
menggunakan Pro Taper for Hand Use dan diirigasi. Kelompok 1 menggunakan
aquadest sebagai bahan irigasi, kelompok 2 menggunakan NaOCl 2,5%, dan kelompok 3
menggunakan ekstrak kulit manggis 400 ug/ml. Semua sampel dibelah menjadi dua
bagian dan dipotong pada bagian 1/3 apikal. Pengamatan pada permukaan dinding
saluran akar menggunakan Scanning Electron Microscope. Penilaian photomicrographs
dilakukan oleh tiga orang pengamat yang berbeda dan dilanjutkan dengan uji statistik.
Hasil: Ada perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok (p<0.05). Kelompok 3
memiliki nilai skor median terkecil, yaitu1, yang berarti kelompok yang diirigasi dengan
ekstrak kulit manggis memiliki dinding saluran akar paling bersih dibandingkan kelompok
lainnya. Kesimpulan: Ekstrak kulit manggis membersihkan dinding saluran akar dari
debris lebih efektif daripada NaOCl 2,5%.

Katakunci: durasi hemodialisis, periodontitis, gagal ginjal kronik.

ABSTRACT

Background: Preparation, one of the stages in endodontic treatment, producesdebrisas


aresultof instrumentation onroot canalwalls.Debrisconsistsoforganicand
inorganicmaterials. Irrigation need to be performed in every preparationin order to
removedebrisandmicroorganisms from root canal wallsthrough flushingmechanism.
NaOCl 2.5% is the most popular irrigant. However, NaOCl only works on organic tissue.
Mangosteenpeel extractcontainsvariousactive compounds, such as saponin. Saponin
acts as surfactant so as tolower thesurface tension and remove debris from root
canalwalls. Purpose: to compare the cleanliness of root canal walls following irrigation
with NaOCl 2.5% and mangosteen peel extract.Methods: Eighteen mandible premolar
extracted for orthodontics necessity were used in this study. The teeth were divided into
three groups, in which each group consists of six teeth. All of them were instrumented
with ProTaper for Hand Use and irrigated. Group 1 used aquadest as irrigant, group 2
used NaOCl 2,5%, and group 3 used mangosteen peel extract 400 ug/ml. The roots were
split longitudinally into halves and in 1/3 of apex. The surface of the canal walls were
examined using Scanning Electron Microscope. Photomicrographs were scored by three
independent observers and statistically tested.Result: There were significant differences

17
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
between three groups (p<0.05). Group 3had the smallest median score that was 1, which
means the group irrigated by mangosteen peel extract had the cleanest root canal walls
among the others. Conclusion: Mangosteen peel extract is moreeffective thanNaOCl
2.5% incleaningroot canalwall from debris.

Keywords: root canal cleanliness, irrigant, mangosteen peel extract, sodium


hypochlorite, debris

1. PENDAHULUAN Saat ini, istilah back to nature


1.1. Latar Belakang sering digunakan. Masyarakat mulai
Preparasi saluran akar merupakan menggunakan produk alam sebagai
salah satu tahapan terpenting dalam alternatif pengobatan karena obat herbal
perawatan saluran akar, yang bertujuan secara umum lebih aman digunakan dan
[7]
untuk membersihkan saluran akar dari memiliki efek samping yang lebih kecil.
jaringan nekrotik, jaringan vital, dentin Penggunaan produk herbal banyak juga
yang terinfeksi, dan untuk membentuk digunakan dalam bidang endodontik,
dinding saluran akar sebelum dilakukan seperti sebagai bahan irigasi saluran akar.
[1,2]
obturasi. Alat endodontik yang Hal ini dikarenakan alternatif herbal
bergesekan dengan dinding saluran akar tersedia dengan mudah, murah, shelf life
[8]
dapat membentuk lapisan debris yang lebih baik, dan toksisitas rendah.
mengandung partikel organik maupun Manggis(Garcinia mangostana
anorganik, seperti jaringan nekrotik, Linn) merupakan salah satu tanaman
dentin, sisa jaringan pulpa, sisa yang banyak ditemukan di Indonesia.
[3,4]
odontoblas, dan mikroorganisme. Ekstrak kulit manggis terbukti memiliki
Debris yang tertinggal dapat melindungi aktivitas farmakologi, yaitu sebagai
biofilm yang melekat pada dinding saluran antibakteri, antifungi, antivirus, anti-
akar, menjadi tempat pertumbuhan yang inflamasi, antioksidan, dan lain-lain.
baik bagi bakteri, mengurangi perlekatan Berbagai kandungan senyawa aktif yang
bahan pengisi saluran akar pada dentin dimiliki ekstrak kulit manggis, antara lain
sehingga menyebabkan terjadinya saponin, steroid/triterpenoid, xanthone,
[3,5] [9]
microleakage. flavonoid, tanin, alkaloid.
Tindakan irigasi harus dilakukan Saponin merupakan deterjen alami,
setiap preparasi saluran akar, dengan yang memiliki sifat sebagai surfaktan.
tujuan membersihkan debris dan Saponin mampu menurunkan tegangan
mikroorganisme dari saluran akar melalui permukaan dinding saluran akar sehingga
[6]
mekanisme flushing. Bahan irigasi yang debris dentin, partikel organik, dan
ideal seharusnya memiliki kemampuan anorganik pada dinding saluran akar
[10]
melarutkan smear layer, bersifat dapat dilarutkan. Konsentrasi efektif
antibakteri, non-karsinogen, non-toksik, ekstrak kulit manggis untuk
non-antigenik, tidak mempengaruhi membersihkan dinding saluran akar
[11]
sealing dari bahan obturasi, harga adalah 400ug/ml.
ekonomis, mudah digunakan, dan tidak Berdasarkan latar belakang
[4]
menyebabkan perubahan warna gigi. tersebut, penulis ingin membandingkan
Salah satu bahan irigasi saluran ekstrak kulit manggis dengan NaOCl 2,5%
akar yang paling sering digunakan saat ini terhadap kebersihan dinding saluran akar.
adalah Natrium Hipoklorit (NaOCl) 2,5%.
Kekurangan utama larutan ini, yaitu hanya 1.2. Rumusan Masalah
bekerja pada jaringan organik sehingga Bagaimana perbedaan ekstrak kulit
tidak mampu membersihkan saluran akar manggis dengan NaOCl 2,5% terhadap
secara menyeluruh.Kerugian lain dari kebersihan dinding saluran akar?
NaOCl, yaitu bersifat sitotoksik dan
dekstruktif jika berkontak dengan jaringan 1.3. Tujuan Penelitian
lunak yang vital, tidak mampu membunuh Penelitian ini bertujuan untuk
semua bakteri, menyebabkan perubahan mengetahui perbedaan ekstrak kulit
karakteristik dentin, bau dan rasa tidak manggis dengan NaOCl 2,5% terhadap
[4]
enak, korosif pada objek logam. kebersihan dinding saluran akar.

18
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
2. TINJAUAN PUSTAKA saponifikasi, yang menyebabkan turunnya
2.1. Preparasi dan Irigasi Saluran Akar tegangan permukaan.Natrium hipoklorit
Prinsip preparasi saluran akar juga mampu menetralisasi asam amino
adalah untuk menghilangkan debris, dan mengubahnya menjadi air dan garam
jaringan nekrotik maupun vital, jaringan (reaksi neutralisasi). Ion hidroksil yang
dentin yang terinfeksi, dan dilepaskan dapat menyebabkan
mikroorganisme dari saluran akar penurunan pH dan denaturasi protein
[16]
(cleaning) dan membentuk dinding membran.
[12]
saluran akar (shaping). Preparasi Selain itu, di dalam larutan natrium
kemomekanis meliputi instrumensasi hipoklorit juga terdapat substansi asam
mekanis dengan menggunakan hand atau hipoklorus (HOCl), yang berperan dalam
rotary instrument, dengan dilakukan irigasi aktivitas antibakteri. HOCl dapat
[13]
secara konstan. mengganggu fungsi vital mikroba
[6]
Selama dan setelah instrumensasi, sehingga menyebabkan kematian sel.
dilakukan tindakan irigasi yang bertujuan Ketika HOCl berkontak dengan jaringan
untuk menghilangkan sisa jaringan, organik, klorin akan dilepaskan. Reaksi
dentin, mikroorganisme dari saluran akar. kloraminasi merupakan reaksi antara
Irigasi memiliki dua efek dalam klorin dengan kelompok protein amino
menghilangkan smear layer, yaitu secara menjadi kloramin, yang menyebabkan
mekanis dan kimiawi. Efek mekanis irigasi gangguan pada metabolisme sel. Asam
- -
diperoleh karena adanya aliran back and hipoklorus (HOCl ) dan ion hipoklorit(OCl )
forth atau mekanisme flushing. Beberapa menyebabkan degradasi asam amino dan
penelitian menunjukkan bahwa bahan hidrolisis. Klorin merupakan oksidator kuat
irigasi yang memiliki sifat antibakteri yang memiliki daya antibakteri dengan
memiliki efektivitas yang lebih tinggi dalam cara menghambat enzim bakteri sehingga
mengurangi dan mengeliminasi bakteri, menyebabkan oksidasi irreversible SH
[4,6]
dibandingkan dengan larutan saline. grup (sulphydryl grup) pada enzim
[16]
Bahan irigasi saluran akar yang ideal essential bakteri (cystein).
seharusnya memiliki kemampuan NaOCl merupakan basa kuat
melarutkan smear layer, yang berupa dengan pH>11. Tingginya pH NaOCl ini
jaringan anorganik (dentin) dan jaringan dapat menyebabkan gangguan integritas
organik (kolagen dentin, jaringan pulpa, membran sitoplasma dengan hambatan
biofilm), daya antimikroba, non-toksik, enzim irreversible, mengubah biosintesis
non-karsinogenik, non-antigenik, tidak metabolisme sel, dan degradasi fosfolipid.
memiliki efek samping pada dentin dan Aktivitas antibakteri NaOCl tersebut juga
sealing bahan pengisi. Selain itu, bahan didapatkan karena aksi ion hidkrosil dan
irigasi seharusnya juga murah, mudah reaksi kloraminasi, sedangkan
didapat dan digunakan, dan tidak kemampuannya dalam melarutkan
[4,6]
menyebabkan perubahan warna gigi. jaringan didapatkan melalui reaksi
[17]
saponifikasi.
2.2. Natrium Hipoklorit (NaOCl) Meskipun demikian, NaOCl juga
NaOCl merupakan bahan irigasi memiliki beberapa kekurangan antara lain,
saluran akar yang masih sering digunakan tidak menghilangkan seluruh smear layer
hingga saat ini. NaOCl digunakan sebagai (hanya melarutkan jaringan organik),
bahan irigasi saluran akar karena memiliki bersifat toksik dan iritan pada jaringan
efek antimikroba dan kemampuan dalam vital, bersifat korosif pada logam, bau dan
melarutkan jaringan. Kerja NaOCl dalam rasa tidak menyenangkan, mengubah
[6,14]
menguraikan jaringan organik adalah karakteristik dentin.
dengan bereaksi dengan asam lemak dan Konsentrasi larutan NaOCl yang
[14]
asam amino. Pada saat preparasi biasa digunakan berkisar antara 0,5%-
saluran akar, NaOCl akan melarutkan 5,25%. Peningkatan konsentrasi NaOCl
kolagen pada dentin saluran akar bukan hanya meningkatkan efek
[15]
sehingga memudahkan preparasi. antimikroba dan kemampuan melarutkan
Natrium hipoklorit bekerja jaringannnya saja, tetapi sekaligus
melarutkan jaringan organik dan lemak, meningkatkan toksisitasnya. Hal itu juga
[6,14]
yaitu mendegradasi asam lemak menjadi berlaku sebaliknya. Konsentrasi yang
garam asam lemak (sabun) dan gliserol digunakan harus seimbang antara daya
(alkohol). Reaksi ini merupakan reaksi antibakteri dan biokompabilitas bahan

19
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
irigasi. Konsentrasi NaOCl 2,5% dianggap kering atau masak, sehat, dan tidak
sebagai yang paling seimbang antara berpenyakit. Umur pohon manggis kurang
[18]
0,5% dan 5,25%. dari 10 tahun.Ekstraksi kulit manggis
dilakukan dengan metode maserasi. Hasil
2.3. Manggis akhir yang diperoleh adalah crude ekstrak
Manggis (Garcinia mangostana kulit manggis berwarna coklat kental dan
Linn)merupakan tanaman yang banyak jumlah ekstrak yang didapatkan sekitar
[9]
ditemukan di kawasan tropis Asia 5% dari berat kulit manggis semula.
Tenggara, seperti Indonesia. Kulit buah Ekstrak tersebut diencerkan dengan
manggis diketahui memiliki aktivitas aquadest sehingga didapatkan ekstrak
farmakologi sebagai antioksidan, kulit manggis dengan konsentrasi 400
antikanker, antiinflamasi, antialergi, ug/ml. Kemudian dilakukan pengenceran
antibakteri, antifungi, antivirus, larutan Natrium Hipoklorit (NaOCl).
antimalaria. Berbagai senyawa yang Sebanyak 18 gigi premolar
diketahui terdapat dalam ekstrak kulit permanen rahang bawah manusia yang
manggis, antara lain xanthone, flavonoid, telah memenuhi kriteria sampel, direndam
tanin, alkaloid, saponin, triterpenoid, dalam larutan saline dan dikelompokkan
[9]
steroid, phenolic, glikosida. menjadi 3 kelompok, yaitu: kelompok I
(aquadest steril), kelompok II (NaOCl
2.4. Saponin 2,5%), kelompok III (ekstrak kulit manggis
Saponin merupakan glikosida 400 ug/ml). Masing-masing kelompok
steroid atau triterpenoid, yang banyak terdiri dari 6 sampel.
ditemukan pada tanaman dan dikenal Pembuatan access opening
sebagai deterjen alami. Adanya kedua dilakukan dengan menggunakan endo
komponen hidrofilik (gugus gula) dan access bur. Panjang kerja gigi dapat
lipofilik (sapogenin),menyebabkan ditentukan melalui pengukuran panjang
saponin memiliki sifat sebagai surfaktan; gigi dikurangi 1 mm. Teknik preparasi
mampu membentuk buih seperti sabun yang digunakan adalah teknik crown-
[19,20]
pada larutan air. Saponin mampu down pressureless dengan menggunakan
menurunkan tegangan permukaan dan ProTapper for Hand Use. Satu instrumen
memiliki kemampuan untuk melarutkan digunakan untuk preparasi 6 sampel.
bahan organik, anorganik, dan Teknik irigasi menggunakan alat yang
mikroorganisme pada saluran akar. telah dirancang sedemikian rupa dengan
Komponen lipofilik dalam saponinakan jarum Maxi-Probe No. 28. Setiap
menguraikan kotoran menjadi partikel pergantian instrumen, dilakukan irigasi
yang lebih kecil sehingga air dapat saluran akar sebanyak 3 ml dengan
dengan mudah membentuk emulsi tekanan 1 atm. Setelah itu, saluran akar
dengan kotoran tersebut, dan dapat dikeringkan dengan paper point sebanyak
dipisahkan juga dengan mudah. 3 kali dan ditutup dengan tumpatan
Komponen hidrofilik dalam saponin dapat sementara.
larut dalam air, membentuk buih, dan Sampel dibuat keratan sebagai
berikatan dengan partikel sehingga pedoman pemotongan pada bagian bukal
[10]
membentuk emulsi. dan lingual gigi dengan menggunakan
Mekanisme kerja saponin sebagai diamond bur. Sampel dibelah menjadi dua
antibakteri adalah dengan menurunkan bagian dengan menggunakan chiseldan
tegangan permukaan sehingga mallet, kemudian dilakukan pemotongan
permeabilitas membran sel meningkat. pada bagian 1/3 apikal (sejauh 4 mm dari
Hal ini mengakibatkan keluarnya senyawa apeks).
intraselular dari sel sehingga bakteri lisis. Masing-masing sampel yang telah
Selain itu, saponin juga mampu dipotong tersebut diberi kode, diletakkan
menghambat sintesis enzim esensial pada sample holder, dan dilakukan
bakteri. coating emas. Sampel diperiksa dengan
menggunakan Scanning Electron
3. METODE PENELITIAN Microscope (SEM). Scanning pada
Buah manggis dalam penelitian ini seluruh permukaan spesimen saluran
diperoleh dari Materia Medica, Batu, akar gigi, kemudian dicari daerah yang
Malang. Kulit manggis yang digunakan dapat mempresentasikan bagian 1/3
diambil dari buah manggis yang sudah apikal. Photomicrographs diambil pada

20
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
daerah 1/3 apikal dengan pembesaran
1000x.

3.1. Penilaian Kebersihan Saluran


Akar
Penilaianphotomicrographs
dilakukan oleh 3 orang pengamat yang
berbeda. Alat bantu plastik transparan
(ukuran 16 cm x 12 cm) yang sebelumnya
telah dibagi menjadi 768 kotak kecil
dengan ukuran masing-masing kotak 0,5
cm x 0,5 cm, digunakan untuk membantu A
penilaian terhadap tiap photomicrograph
ini. Ketiga pengamat tersebut sebelumnya
telah melakukan kesepakatan tentang
cara penilaian untuk pemberian skor tiap
foto.Tiap kotak kecil yang mana
ditemukan debris dihitung,
kemudiandiprosentasekan dengan jumlah
kotak kecil keseluruhan. Hasil yang
diperoleh dalam bentuk presentase
tersebut kemudian dikonversikan ke
bentuk skor.
B
Skor yang digunakan untuk evaluasi
[21]
debris adalah sebagai berikut.
Skor 1: sedikit atau tidak ada debris yang
menutupi <25% spesimen
Skor 2: sedikit atau sedang debris yang
menutupi 25-50% spesimen
Skor 3: sedang atau banyak debris yang
menutupi 50-75% spesimen
Skor 4: banyak debris yang menutupi
>75% spesimen.

3.2. Analisis Data


Dari data tersebut, dilakukan uji C
statistik sebagai berikut.
Gambar 1. Hasil pemotretan SEM dengan
- Friedman Test untuk melihat validitas pembesaran 1000x pada permukaan
dinding saluran akar, yang diirigasi
data hasil penelitian. dengan:(A) aquadest(B) NaOCl
- Kruskal-Wallis untuk mengetahui 2,5%(C) ekstrak kulit manggis 400
perbedaan secara keseluruhan. ug/ml.
- Mann-Whitney Test untuk mengetahui
perbedaan masing-masing kelompok
- Uji median kontrol untuk mengetahui Skor hasil penilaian
median masing-masing kelompok photomicrographs SEM untuk masing-
penelitian. masing kelompok penelitian adalah
sebagai berikut.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian Dan Analisis
Data
Hasil pengamatan sampel dengan
menggunakan SEM dapat dilihat dari
gambar berikut.

21
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Tabel 1. Skor Hasil Penilaian Photomicrographs SEM kelompok aquadest

Aquadest

Foto 1 Foto 2 Foto 3 Foto 4 Foto 5 Foto 6


Pengamat 1 3 2 3 4 2 2
Pengamat 2 3 3 3 4 2 2
Pengamat 3 3 3 2 4 2 2

Tabel 2. Skor Hasil Penilaian Photomicrographs SEM kelompok NaOCl 2,5%

NAOCL 2,5%

Foto 1 Foto 2 Foto 3 Foto 4 Foto 5 Foto 6

Pengamat 1 1 2 2 2 2 2
Pengamat 2 2 2 3 2 2 2
Pengamat 3 2 2 2 2 2 2

Tabel 3. Skor Hasil Penilaian Photomicrographs SEM kelompok ekstrak kulit manggis

EKSTRAK KULIT MANGGIS

Foto 1 Foto 2 Foto 3 Foto 4 Foto 5 Foto 6


Pengamat 1 1 1 1 1 1 1
Pengamat 2 1 2 1 1 1 1
Pengamat 3 1 1 1 1 1 1

Tabel 4. Hasil Mann-Whitney Test antara masing-


masing kelompok penelitian
Hasil uji Friedman untuk kelompok
aquadest, NaOCl 2,5%, dan ekstrak kulit Ekstrak
manggis 400ug/ml masing-masing kulit
adalah 0,607, 0,223, dan 0,368. Ketiga Perlaku- Aqua- NaOCl
manggis
nilai tersebut lebih besar dari 0,05 an dest 2,5%
400
(P>0.05). Hal ini menunjukkan tidak ada ug/ml
perbedaan yang signifikan antara ketiga
pengamat tersebut sehingga data hasil Aqua- P=0.02
P=0.002
penelitian valid. dest 1
Hasil perhitungan Kruskal-Wallis
Test adalah 0.001. Nilai tersebut lebih NaOCl
P=0.021 P=0.001
kecil dari 0.05 (p<0.05) sehingga 2,5%
menunjukkan ada perbedaan yang
Ekstrak
signifikan antara ketiga kelompok
kulit
penelitian tersebut. P=0.00
manggis P=0.002
Hasil uji Mann-Whitney dapat 1
400
dilihat dari Tabel 4 berikut ini.
ug/ml

22
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Hasil uji Mann-Whitney antara Tujuan utama irigasi adalah untuk
kelompok aquadest dengan NaOCl membersihkan debris dan
2,5% adalah 0,021, antara kelompok mikroorganisme dari saluran akar
[1,6]
aquadest dengan ekstrak kulit manggis melalui mekanisme flushing.
adalah 0,002, antara NaOCl 2,5% Penilaian photomicrographs hasil SEM
dengan ekstrak kulit manggis adalah dilakukan oleh tiga orang pengamat
0,001. Semua nilai uji Mann-Whitney berbeda, yang dilanjutkan dengan uji
tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). statistik.Hasil penilaian
Hal ini menunjukkan ada perbedaan photomicrographstersebut menunjukkan
yang bermakna antara masing-masing bahwa dinding saluran akar yang
kelompok, yaitu aquadest dibandingkan diirigasi dengan ekstrak kulit manggis
NaOCl 2,5%, aquadest dibandingkan 400ug/ml lebih bersih dibandingkan
ekstrak kulit manggis, dan NaOCl 2,5% dengan aquadest maupun NaOCl 2,5%.
dibandingkan ekstrak kulit manggis. Sebaliknya, kelompok kontrol yang
Setelah itu, dilakukan uji median diirigasi dengan aquadest memiliki
masing-masing kelompok yang dinding saluran akar yang paling kotor
bertujuan untuk melihat kelompok dibandingkan dengan kelompok
penelitian mana yang memberikan penelitian lainnya.
hasilterbaik. Semakin kecil nilai median, Pada kelompok sampel yang
maka hasil yang diperoleh semakin baik. diirigasi dengan NaOCl 2,5% masih
Tabel 5. Hasil median skor penilaian ditemukan debris dalam jumlah yang
photomicrographs setiap kelompok penelitian
cukup banyak pada permukaan dinding
saluran akarnya. Natrium hipoklorit
Kelompok Median
hanya bekerja pada jaringan organik
dengan cara bereaksi dengan asam
Aquadest 3 lemak dan asam amino. Reaksi
saponifikasi dari NaOCl 2,5% akan
NaOCl 2,5% 2 mendegradasi asam lemak menjadi
garam asam lemak (sabun) dan gliserol
Ekstrak Kulit Manggis
1 (alkohol) sehingga menurunkan
400 ug/ml tegangan permukaan. Reaksi
neutralisasi NaOCl 2,5% akan
mengubah asam amino menjadi air dan
Nilai median skor pada kelompok garam. Selain itu, NaOCl 2,5% juga
penelitian yang diirigasi ekstrak kulit mengandung komponen HOCl, yang jika
manggis 400 ug/ml adalah 1, yang berkontak dengan asam amino akan
merupakan nilai terkecil dibandingkan menghasilkan air dan kloramin, yang
kelompok penelitian lainnya. Hal ini dapat menyeabkan gangguan pada
[16]
menunjukkan bahwa ekstrak kulit sel.
manggis 400 ug/ml memberikan hasil Pada penelitian ini, sampel yang
yang lebih baik dalam membersihkan digunakan merupakan gigi non-vital
dinding saluran akar dari debris, yang masih utuh sehingga sebagian
dibandingkan dengan NaOCl 2,5% dan besar debris yang ada pada dinding
aquadest. saluran akar merupakan jaringan
anorganik yang berasal dari dentin.
4.2. Pembahasan NaOCl 2,5% dapat melarutkan
Salah satu tahapan terpenting komponen kolagen dari dentin saluran
dalam perawatan saluran akar adalah akar dan beberapa sisa jaringan organik
preparasi, yang bertujuan untuk pulpa lainnya, tetapi tidak dapat
membersihkan saluran akar dari melarutkan jaringan anorganik. Oleh
jaringan nekrotik, jaringan vital, dentin karena itu, NaOCl 2,5% hanya dapat
yang terinfeksi, dan membentuk saluran membersihkan saluran akar dari debris
akar. Tindakan irigasi harus dilakukan organik saja, tetapi tidak dapat
setiap preparasi saluran akar. Hal ini membersihkan debris secara
dikarenakan preparasi saluran akar menyeluruh.
akan membentuk debris sebagai hasil Pada kelompok sampel yang
dari instrumensasi dinding saluran akar. diirigasi dengan ekstrak kulit manggis
400 ug/ml, debris yang ditemukan

23
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
sedikit atau hampir tidak ada sama inilah yang menjadikan ekstrak kulit
sekali. Ekstrak kulit manggis manggis efektif dalam membersihkan
mengandung berbagai senyawa saluran akar dari debris.
fitokimia, seperti saponin, steroid atau Berdasarkan penilaian hasil
triterpenoid, xanthone, flavonoid, tanin, photomicrographs, dinding saluran akar
[9]
alkaloid. Salah satu senyawa yang yang diirigasi dengan aquadest
berperan dalam membersihkan saluran merupakan yang paling kotor,
akar adalah saponin karena dibandingkan dengan ekstrak kulit
kemampuan surfaktan yang dimilikinya. manggis 400 ug/ml dan NaOCl 2,5%.
Saponin merupakan deterjen alami, Aquadest tidak memiliki kemampuan
yang memiliki dua komponen, yaitu sebagai surfaktan sehingga tidak
komponen polar (berupa gugus gula) mampu melarutkan debris pada dinding
dan komponen non-polar (berupa saluran akar. Dalam hal ini,
steroid atau triterpenoid). Komponen kemampuanaquadest membersihkan
polar merupakan komponen hidrofilik saluran akar hanya terbatas pada efek
sehingga mudah larut dalam air, mekanis dari tindakan irigasi itu sendiri,
sedangkan komponen non-polar yaitu aliran back and forth.
merupakan komponen hidrofobik
sehingga mudah larut dalam minyak 5. KESIMPULAN DAN SARAN
atau kotoran. Adanya kedua komponen Kesimpulan dari hasil penelitian
ini menjadikan saponin mampu ini adalah ekstrak kulit manggis mampu
diardsorpsi pada permukaan antarmuka membersihkan dinding saluran akar dari
yang berbeda sehingga menurunkan debris lebih baik daripada NaOCl 2,5%.
tegangan permukaan dan Dari penelitian ini, diharapkan ada
[19]
memungkinkan terbentuknya emulsi. penelitian lebih lanjut mengenai
Cara kerja saponin dalam biokompatibilitas ekstrak kulit manggis
membersihkan dinding saluran akar dari dan berbagai komposisi kimiawi yang
debris, yaitu bagian hidrofilik dari dikandungnya.
saponin akan berinteraksi dengan air,
sedangkan bagian hidrofobiknya akan
berikatan dengan debris. Molekul- DAFTAR PUSTAKA
molekul surfaktan tersebut dapat
1. Carrotte P. „„Practice Endodontics:
berinteraksi dan membentuk suatu
Part 7 Preparing The Root Canal.‟‟
struktur yang disebut misele. Pada
British Dental Journal.
struktur tersebut, bagian kepala hidrofilik
197:10(2004):603-613.
mengarah keluar dan bagian ekor
2. Hulsmann M, Peters OA, Dummer
hidrofobik mengarah ke dalam pusat
PMH. „„Mechanical Preparation of
misele sehingga debris seolah-olah
Root Canals: Shaping Goals,
terbungkus dalam kumpulan molekul
Techniques and Means‟‟
surfaktan, yang kemudian dapat larut
Endodontic Topics, 10(2005):30-
dalam air. Bagian hidrofobik dari
76.
saponin akan mengubah debris menjadi
3. Zehnder M. „„Root Canal Irrigants.‟‟
partikel yang lebih kecil sehingga
Journal of Endodontic.
memudahkannya membentuk emulsi
32:5(2006):389-398.
dengan air. Bagian hidrofiliknya terlarut
4. Torabinejad M. „‟Root Canal
dalam air, membentuk buih, mengikat
[10] Irrigants and Disinfectants.‟‟
partikel sehingga membentuk emulsi.
Edondontics:Colleages for
Saponin dapat menurunkan
Excellence. Chicago: American
tegangan permukaan dan membentuk
Association of Endodontics, 2011.
emulsi sehingga debris yang berupa
5. Wintarsih O, Partosoedarmo M,
bahan organik maupun anorganik dapat
and Santoso P. „„Kebocoran Apikal
terlepas dari dinding saluran akar dan
pada Irigasi dengan EDTA Lebih
larut dalam air. Melalui aliran back and
Kecil Dibandingkan yang Tanpa
forth atau mekanisme flushing dari
EDTA.‟‟ Jurnal PPDGI.
tindakan irigasi, debris tersebut dapat
58:2(2009):14-19.
dikeluarkan dari dalam saluran akar.
6. Haapasalo M, Shen Y, Qian W,
Adanya kandungan saponin sebagai
Gao Y. „‟Irrigation in Endodontics.‟‟
surfaktan dalam ekstrak kulit manggis

24
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Dent Clin N Am. 54(2010):291– 18. Aubut V, Pommel L, Verhille B,
312. Orsière T, Garcia S, About I,
7. Sari LORK. „‟Pemanfaatan Obat Camps A. „„Biological Properties of
Tradisional dengan Pertimbangan a Neutralized 2,5% Sodium
Manfaat dan Keamanannya.‟‟ Hypochlorite Solution.‟‟ Oral Surg
Majalah Ilmu Kefarmasian. Oral Med Oral Pathol Oral Radiol
3:1(2006):1-7. Endod. 109:2(2010):120-125.
8. Jain P, Ranjan M. „„Role of Herbs 19. Cheeke PR. ‟‟Actual and Potential
In Root Canal Irrigation-A Review.‟‟ Applications of Yucca Schidigera
Journal of Pharmacy and Biological and Quillaja Saponaria Saponins In
Sciences, 9:2(2014):6-10. Human and Animal Nutrition.‟‟
9. Poeloengan M, Praptiwi. „„Uji Journal of Animal
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Science.77(2000):1-10.
Buah Manggis (Gardnia 20. Francis G, Kerem Z, Makkar HPS,
mangostana Linn).‟‟ Media Litbang Becker K. „„The Biological Action of
Kesehatan. 20:2(2010):65-69. Saponins In Animal Systems: a
10. Pangabdian F, Soetanto S, Review.‟‟ British Journal of
Suardita K. „‟The Effective Nutrition, 88:2002:587–605.
Concentration of Red Betel Leaf 21. Drukteinis S, Balciuniene I. „„A
(Piper crocatum) Infusion As Root Scanning Electron microscopic
Canal Irrigant Solution.‟‟ Dental Study of Debris and Smear Layer
Journal. 45:1(2012):12-16. Remaining Following Use of AET
11. Ramayanti FE, Sudirman A, Instruments and K-flexofiles.‟‟
Prasetyo EP. „‟The Effectiveness of Stomatologija, Baltic Dental and
Mangosteen Peel Extracts Maxillofacial Journal. 8:3(2006):70-
(Garcinia Mangostana L.) Againts 75.
Root Canal Cleanliness.‟‟ Journal
Media Conservative Dentistry
Journal. 4:1(2014): 12-17.
12. Carrotte P. „„Practice Endodontics:
Part 8 Filling The Root Canal
System.‟‟British Dental Journal.
197:11(2004):667-672.
13. Young GR, Parashos P, Messer
HH. „„The Principles of Techniques
for Cleaning Root Canals.‟‟
Australian Dental Journal
Supplement. 52:1(2007):52-63.
14. Spencer HR, Ike V, Brennan PA.,
„„Review: The Use of Sodium
Hypochlorite In Endodontics-
Potential Complications and Their
Management.‟‟ British Dental
Journal. 202:9(2007): 555-559.
15. Mulyawati E. „'Peran Bahan
Desinfeksi pada Perawatan
Saluran Akar.‟‟ Maj Ked Gi.
18:2(2011):205-209.
16. Estrela C, Estrela CRA, Barbin EL,
Spanó JCE, Marchesan MA,
Pécora JD. „„Mechanism of Action
of Sodium Hypochlorite.‟‟ Braz Dent
J. 13:2(2002):113-117.
17. MohammadiZ. „„Sodium
Hypochlorite In Endodontics: An
Update Review.‟‟ International
Dental Journal, 58:2008:329-341.

25
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Literature PEMANFAATAN INTERAKSI BIOPHYSICAL
TRANSDUCTION ANTARA EMF, OSTEOBLAS, DAN
OSTEOKLAS SEBAGAI TERAPI PENYAKIT
Study PERIODONTAL WANITA MENOPAUSE

1 1
Jauharotul Millah , Amalia Hanum Marissa
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Latar Belakang: Di Indonesia sebanyak 23% wanita menopause yang berusia 50-80
tahun mengalami osteoporosis. Ada semakin banyak bukti bahwa osteoporosis dan
hilangnya masa tulang mendasari karakteristik penyakit periodontal. Tujuan: Mengetahui
manfaat dari interaksi Biophysical Transduction antara EMF, osteoblas, dan osteoklas
sebagai terapi penyakit periodontal pada wanita menopause. Pembahasan: Penyakit
periodontal pada wanita menopause berkaitan erat dengan faktor resiko osteoporosis.
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan penurunan densitas
massatulang. Gambaran radiograf osteoporosis pada tulang rahang menunjukkan
penurunan kepadatan tulang kortikal, lamina dura menipis, dan trabekula semakin
jarang. Terjadinya osteoporosis pada wanita menopause berhubungan dengan keadaan
hipoestrogen. Hormon estrogen yang dihasilkan di folikel ovarium bekerja langsung pada
osteoblas dengan meningkatkan sekresi kalsitonin yang akan menghambat resorpsi
tulang. Keadaan hipoestrogen pada wanita menopause akan menyebabkan peningkatan
aktivitas osteoklas dan penurunan aktivitas osteoblas. Electromagnetic
field (EMF) dapat mengontrol proliferasi dan diferensiasi osteoklas melalui perubahan
frekuensi. EMF berpotensi mengaktifkan osteoblas secara langsung melalui jalur kalsium
dimana akan mencegah hilangnya tulang pada model osteoporosis yang diinduksi secara
hormonal. Sel dan jaringan dapat merespon berbagai macam sinyal ekstraseluler,
termasuk medan elektromagnetik. Mekanisme interaksi Biophysical Transduction antara
EMF dan jaringan biologis dilihat melalui pendekatan linear physicochemical. Ion/ligan
mengikat pada sel dan junction yang memodulasi rangkaian proses biokimia
menghasilkan proses fisiologis yang dapat diamati. Kesimpulan: Interaksi Biophysical
Transduction antara EMF, osteoblas, dan osteoklas dapat dijadikan terapi penyakit
periodontal pada wanita osteoporosis pasca menopause.

Kata kunci:Biophysical Transduction,EMF, osteoblas, osteoklas, penyakit periodontal.

ABSTRACT

Background: In Indonesia, as much as 23 % of menopausal women aged 50-80 years


have osteoporosis. There is increasing evidence that osteoporosis, and the underlying
loss of bone mass characteristic of this disease, is associated with periodontal disease
and tooth loss. Purpose: To determine the usages of biophysical interaction between
EMF transduction, osteoblasts, and osteoclasts as periodontal disease therapy for
postmenopausal women. Discussion: Periodontal disease in postmenopausal women
closely related to risk factors : osteoporosis. Osteoporosis is a bone disease
characterized by decreased of bone mineral content. Osteoporosis affects porosity of the
mandibular cortical. Osteoporosis in the jawbone showed a decrease in cortical bone
density, thinning of the lamina dura, and trabecular more rarely seen through
radiographs. The occurrence of osteoporosis in postmenopausal women associated with
the hipoestrogen circumstances. The estrogen hormone is produced in ovarian follicles
works directly on osteoblasts by increasing the secretion of calcitonin which will inhibit

26
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
bone resorption. Hipoestrogen circumstances in menopausal women will causing an
increase in osteoclast activity and decreased osteoblast activity. Electromagnetic fields
(EMF) could control the proliferation and the differentiation of osteoclasts through the
frequency changes. EMF potentially activate osteoblasts directly through the calcium
pathway which will prevent bone loss in osteoporosis model induced by hormonal. Cells
and tissues can respond any variety of the extracellular signals , including the
electromagnetic fields. Mechanism interaction of the biophysical transduction between
EMF and biological tissues viewed through approachment from linear physicochemical.
Ion / ligand binding on the cell and junction which can modulate the series of biochemical
processes can produced the physiological processes that can be observed. Conclusion:
Electromagnetic fields (EMF) can control cell proliferation and osteoclast differentiation
through the changing in the frequency and can activated osteoblasts.

Keywords: biophysical transduction, EMF, osteoblast, osteoclast, periodontal disease.

1. PENDAHULUAN osteoblas secara langsung melalui jalur


1.1. Latar Belakang kalsium. Adapun sel dan jaringan tubuh
Insidensi osteoporosis pada wanita dapat merespon berbagai macam sinyal
pasca menopause terus meningkat seiring ekstraseluler,termasukmedan
dengan tingginya populasi lansia. Standar elektromagnetik. Melalui biophysical
utama untuk mendiagnosa osteoporosis transduction,sinyalEMF dari eksposuryang
adalah dengan pengukuran bone mineral diberikan pada benda yang diamati dapat
density (BMD) menggunakan dual energy diprediksi
[2] [6,7]
x-ray absorptiometry (DXA). menimbulkanefekfisiologisklinis.
Perhimpunan Osteoporosis Indonesia Berdasarkan teori di atas, penulis
melaporkan sebanyak 90% wanita sudah ingin membahas suatu inovasi terapi
memiliki gejala osteoporosis, sedangkan penyakit periodontal dengan
32,3% wanita sudah menderita memanfaatkan interaksi biophysical
osteoporosis dan sebanyak 23% wanita transduction antara EMF, osteoblas, dan
menopause yang berusia 50-80 tahun osteoklas, sehingga apabila dapat
[1]
mengalami osteoporosis. Penyakit dikembangkankedepannya angka
periodontal adalah inflamasi kronis yang penyakit periodontal pada wanita
menyebabkan kerusakan jaringan osteoporosis pasca menopause dapat
[3]
penyangga gigi. berkurang.
Osteoporosis maupun penyakit
periodontal merupakan penyakit yang 1.2. Tujuan
merusak tulang.Banyak studi Untuk melakukan studi pustaka
menyebutkan bahwa osteoporosis atau serta mengetahui manfaat interaksi
rendahnya BMD seseorang merupakan biophysical transduction antara EMF,
salah satu faktor risiko terjadinya penyakit osteoblas, dan osteoklas sebagai terapi
[2]
periodontal. Terjadinya osteoporosis penyakit periodontal pada wanita
pada wanita menopause berhubungan osteoporosis pasca menopause.
dengan keadaan hipoestrogen yang akan
menyebabkan peningkatan aktivitas 2. PEMBAHASAN
osteoklas dan penurunan aktivitas 2.1. Biophysical Transduction
osteoblas. Penelitian yang dilakukan Biophysical Transduction pada
Nakamura dkk. pada tikus betina yang umumnyaadalahion/ligan yang mengikat
mana reseptor estrogennya dihilangkan, padaselpermukaanyangdapat
menunjukkan penurunan volume tulang memodulasiproses biokimia sehingga
[4,5]
karena terjadi peningkatan osteoklas. mengakibatkanefekfisiologispada benda
Stimulasi electromagnetic field yang diamati.Mekanismebiofisikyang
(EMF) telah tercatat dapat mengobati terjadi dapat
masalah sistem muskuloskeletal. EMF menjelaskanberbagaimacamhasil yang
dapat mengontrol proliferasi dan dilaporkandan memungkinkan sinyal
diferensiasi osteoklas melalui perubahan eksposur EMF dapat
[6,7]
frekuensi dan berpotensi mengaktifkan menimbulkanefekfisiologisklinis.

27
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Efek dan sangat menunjukkan ion/ligan yang
biologiselektromagneticdarisinyal yang terikatdalam kaskade bisa menjadi jalur
relatif lemah(di bawahpemanasan transduksi sinyal (biophysical
daneksitasiambang batas) dapat transduction).Dengan meningkatnyadosis
diproduksi oleh variasi waktu medan harianrata-rata, waktu yanglebih
listrikE(t) serta dari induksi akibat terapan pendekadalah waktu untukpenyembuhan.
variasi waktu medan magnettersebut EMFyang diaktivasi selama8jam/hari
B(t).Sejumlahbesar dari dalam inkubator dapat mengekspresikan
perangkatkliniselektromagnetikyang fenotip osteoblas berdasarkan aktivitas
digunakan saat ini (terutamauntuktulang spesifik ALP (alkaline phosphatase), dan
danperbaikan luka) menginduksi1- mencapai puncaknya setelah 20 hari, dan
[7]
100mV/cmpuncakEdi lokasipengobatan. terjadi puncak peningkatan osteokalsin
[7,8]
Berbagai konfigurasimedan pada hari ke 24. Pada pendekatan in
magnetditransduksibiofisikdapatmenghasil vivo, EMF meningkatkan induksi
kan efekfisiologisyang osteogenesis dengan demineralisasi
menguntungkanuntuk kondisiberagam matrik tulang (DMB), pada tahap
sepertisakit kronisdanakut, luka selanjutnya akan meningkatkan masa
[24]
kronisdanpatah tulang. Hal ini dapat kartilago.
dicapai dengan baik apabila digunakan
dengan intensitas rendah,non-termal,tidak 2.3. Osteoblas
dengan paparan dengan waktu yang Osteoblas adalah sel-sel
sangat lama, dan memiliki konfigurasi pembentuk tulang yang berasal dari sel-
[7]
dengan rentang frekuensi yang luas. sel stem mesenkimal. Protein tulang,
platelet-derived growth factor, fibroblast
2.2. Electromagnetic Field (EMF) growth factor, dan transforming growth
Stimulasi elektrik telah banyak factor B merupakan faktor penting dalam
diaplikasikan dalam kesehatan terutama menstimulasi pertumbuhan osteoblas
untuk proses perbaikan jaringan. Banyak dimana kemudian osteoblas menjadi
[12]
penelitian dilakukan oleh ahli bedah tulang osteosit.
untuk meningkatkan proses perbaikan Osteoblasmuncul darisel
tulang setelah fraktur, dengan cara stromamultipotendisumsum tulangdan
aplikasi langsung elektroda atau dengan menghasilkanmatriks tulangselama
menginduksi arus elektromagnetik atau pengembangan, setelah cederatulang,
dengan membuat ikatan antar tegangan dan selamaremodeling tulang
[8] [6]
listrik. EMF dapat meningkatkan atau normal. Osteoblas bertanggung jawab
menghambat diferensiasi osteoklastik pada pembentukan serabut kolagen dan
dengan cara mengontrol frekuensi substansi dasar yang menyusun matriks
elektromagnetik.Exogenously organik tulang (osteosit). Penampakan
electromagnetic fields (EMF) sel-sel ini bervariasi sejalan dengan
mempengaruhi metabolisme tulang aktivitasnya. Aktivitasnya berkaitan
seperti osteogenesis dan osteopenia dengan adanya osteogenesis. Osteoblas
[6]
dengan in vivo. berasal dari prekursor sel stroma di
Waktu yang bervariasi medan sumsum tulang. Sel-sel ini menyekresikan
elektromagnetik yang terdiri dari sejumlah besar kolagen tipe I, protein
bentukrektangular atau arbitrary matriks tulang yang lain, dan fosfatase
waveforms disebut sebagai pulsing alkali. Sel-sel ini berdeferensiasi menjadi
[11,12]
electromagnetic fields (PEMF), arus osteosit.
termodulasi oleh gelombang frekuensi
radio, terutama berkisar pada 15-40 MHz, 2.4. Osteoklas
disebut pulsed radio frequency fields Osteoklas adalah sel yang berinti
(PRF) dan frekuensi rendah sinusoidal banyak yang terlibat dalam proses
bentuk gelombang (<100Hz) telah resorbsi tulang. Sel-sel ini sering terletak
ditunjukkan untuk meningkatkan pada cekungan dangkal pada permukaan
penyembuhan bila digunakan terapi tulang (Howship‟s lacunae).Osteoklas
tambahan untuk berbagai cedera merupakan sel yang besar mengandung
muskuloskeletal. Mekanisme kerja dari banyak nucleus (dapat sampai 100),
sinyal EMF pada tingkat molekuler dan banyak mengandung badan golgi dan
[11]
seluler sekarang jauh lebih baik dipahami mitokondria.

28
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Osteoklas adalah sel raksasa abnormalitas bone turnover. Pada
berinti yang berasal dari sel-sel remodeling, tulang secara kontinyu
hematopoietic darimonosit-makrofag mengalamipembentukan dan penyerapan.
disumsum tulangdanmenyerapmatriks Sel yang bertanggung jawab dalam
tulang. Osteoklas berasal dari sel-sel proses pembentukan disbut osteoblas,
prekusor pada monosit menarche lineage sedangkan sel yang bertanggung jawab
sistem hemopoetik. Osteoklas diaktifkan dalam proses penyerapan disebut
untuk mereabsorbsi tulang dan kemudian osteoklas. Pertumbuhan dan penyerapan
mengalami apoptosis. Sitokin, hormon tulang terjadi keseimbangan pada usia 30-
sistemik serta keadaan di sekitar tulang 40 tahun. Keseimbangan ini terganggu
berperan dalam pembentukan osteoklas dan lebih berat kearah penyerapan ketika
melalui produksi macrophage colony- wanita mencapai menopause dan ketika
stimulating factordan reseptoractivator of pria mencapai usia 60 tahun.
nuclear-kB ligand (RANKL)oleh sel-sel Peningakatan proses penyerapan tulang
[6,10]
stroma atau osteoblas. pada wanita pasca menopause antara lain
Osteoklas berfungsi mereabsorbsi disebabkan oleh karena defisiensi hormon
tulang pada keadaan normal maupun estrogen,yang lebih lanjut akan
keadaan patologis dengan mensekresi merangsang keluarnya mediator-mediator
protease yang melarutkan matriks tulang, yang berpengaruh pada aktivitas sel
dan menghasilkan asam, yang osteoklas. Secara tidak langsung estrogen
melepaskan mineral tulang ke ruang juga mempengaruhi deferensiasi, aktivasi,
[13,14]
ekstraselular di bawah membran plasma maupun apoptosis osteoklas.
osteoklas.Membran plasma ini Perubahan hormonal selama
berhadapan langsung dengan permukaan menopause, perempuan lebihrentan
tulang.Perlekatan osteoklas dengan terhadap penyakit periodontal.
permukaan tulang sangat penting dalam Terutamajika tidak terpenuhi dalam
proses resorpsi tulang karena ada faktor- periode ini wanita menunjukkan
[2]
faktor yang menghambat resorpsi tulang peningkatan risiko periodontitis.
[10]
seperti chatepsin k.
Ketidakseimbanganosteoblasdanos 2.6. Menopause
teoklasfungsidapatmengakibatkankelainan Menopause merupakan fase dalam
tulangyang ditandai dengan peningkatan kehidupan seorang wanita yang ditandai
(osteopetrosis) atau menurun dengan beberapa perubahan fisiologis
(osteoporosis) massa tulang matriks antara lain berhentinya masa subur,
[6]
tulang. keluhan di bidang vasomotor, somatic,
urogenitas, dan juga psikis. Masa
2.5. Osteoporosis klimakterium dari menopause ini
Osteoporosis adalah suatu kondisi berlangsung secara bertahap yaitu pre
tulang yang bercirikan pengurangan menopause, menopause, dan post
[15,18]
densitas massa dan perburukan mikro menopause.
arsitektur tulang sehingga tulang menjadi Ovulasi yang terhenti disaat
rapuh dan resiko kejadian patah tulang menopause disebabkan tidak adanya
meningkat. Insidensi osteoporosis respon oosit ovarium. Menopause
postmenopause terus meningkat seiring bersamaan dengan penurunan estrogen
[15]
dengan meningkatnya populasi lansia. menjadi 1/10 dari jumlah sebelumnya.
Osteoporosis adalah ancaman Penurunan hormon estrogen akan
kesehatan yang mempengaruhi lebih dari berlangsung dimulai pada awal masa
setengah penduduk berusia diatas 50 klimakterium dan makin menurun pada
tahun.Darilaporan Perhimpunan menopause, serta mencapai kadar
Osteoporosis Indonesia, sebanyak 41,8% terendah pada saat post menopause.
laki-laki dan 90% perempuan sudah Gejala-gejala yang umum terjadi pada
memiliki gejala osteoporosis, 28% laki-laki wanita menopause adalah gejala fisik
dan 32,3% perempuan diantaranya telah seperti ketidakteraturan siklus haid, hot
[17]
mengalami osteoporosis. fluses atau rasa panas pada wajah, leher
Menurunnya massa tulang dan dan dada yang berlangsung selama
memburuknya arsitektur jaringan tulang beberapa menit, berkeringat di malam
ini, berhubungan erat dengan proses hari, susah tidur, gangguan libido, sakit
remodelling tulang yaitu terjadi kepala, gejala osteoporosis dsb.

29
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Sedangkan gejala psikologis seperti 2.8. Biophysical Transductionsebagai
mudah tersinggung, cemas, depresi, Terapi Penyakit Periodontal
sering lupa, dan susah berkonsentrasi. Wanita Menopause
[15,21]
Pada wanita pasca menopause,
wanita akan mengalami keadaan
2.7. Penyakit Periodontal kekurangan hormon estrogen bahkan bisa
Penyakit periodontal adalah suatu sama sekali tidak memproduksi estrogen.
inflamasi kronis pada jaringan pendukung Sehingga kondisi ini menyebabkan
gigi (periodontium). Penyakit periodontal beberapa perubahan fisiologis salah
dapat mengenai gingiva (gingivitis) atau satunya yaitu osteoporosis.Penyakit
dapat menyerang struktur yang lebih periodontal memiliki kemiripan dengan
dalam (periodontitis). Umumnya, penyakit osteoporosis berkaitan dengan
periodontal bersifat kronis sehingga ketidakseimbangan proses remodelling
keluhan atau gejala yang timbul baru tulang yang disebabkan oleh gangguan
disadari oleh penderitanya apabila hormon estrogen dan asupan kalsium. Hal
keadaan sudah lanjut. Beberapa macam ini disebabkan peran estrogen yang
faktor yang menyebabkan penyakit terbukti dapat membantu dalam proses
periodontal mulai dari dari faktor lokal, remodelling tulang dan jaringan
faktor sistemik serta faktor hormonal. periodontal terutama pada proses
Pada faktor hormonal, penyakit proliferasi fibroblas dan osteoblas. Apabila
periodontal sering ditemukan khususnya hormon estrogen sedikit atau berhenti
pada wanita. Dimana peran faktor produksi, maka proliferasi fibroblas dan
kandungan hormon seperti estrogen dan osteoblast berkurang, dan proliferasi
progesteron akan membentuk suatu osteoklas meningkat sehingga
pembengkakan pada gingiva sehingga remodelling tulang terganggu sehingga
bisa menyebabkan terjadinya gingivitis bermanifestasi pada beberapa penyakit
[19,20]
dan periodontitis tersebut. tulang seperti osteoporosis maupun
Menopause menyebabkan penyakit periodontal.
beberapa perubahan fisiologis dalam Adapun stimulasi EMF yang terbukti
tubuh berkaitan dengan defisiensi dapat mengontrol diferensiasi osteoklas
estrogen, yaitu osteoporosis. Penyakit dan berpotensi mengaktifkan osteoblas
periodontal memiliki kemiripan dengan dapat menjadi salah satu alternatif terapi
osteoporosis yaitu akan tampak osteoporosis maupun penyakit
kelainannya apabila sudah tahap lanjut. periodontal. Pada keadaan seperti ini,
Identifikasi atau diagnosis penyakit EMF akan berperan menggantikan
osteoporosis dan penyakit periodontal hormon estrogen yang telah berhenti
dengan menggunakan pemeriksaan klinis diproduksi. Selain itu, EMF sangat
dan konvensional hanya dapat melihat kompatibel dengan fisiologis tubuh
[16,20]
kerusakan tahap lanjut penyakit ini. dikarenakan sel dan jaringan dapat
Pada wanita usia pertengahan merespon berbagai macam sinyal
adanya osteoporosis dan periodontitis ekstraseluler. EMF juga telah terbukti
dihubungkan dengan ketidakseimbangan menjadi alternatif berbagai terapi
proses remodeling tulang yang farmakologikal yang tidak beracun dan
disebabkan oleh gangguan hormon tidak memiliki efek saming negatif.
estrogen dan asupan kalsium. Hormon Sedangkan biophysical transduction
estrogen ini mempunyai reseptor di adalahionyang memberikan efekfisiologis
jaringan periodontal dan tulang yang klinispada sel dan jaringan sertadapat
mana pada jaringan periodontal dan memprediksisinyalEMF, dengan berbagai
tulang akan membantu dalam proses konfigurasi medan magnet yang diatur
remodeling tulang dan jaringan dengan tepat baik jumlah eksposur,
periodontal terutama pada proses intensitas waktu, maupun frekuensinya.
pembentukan. Hormon estrogen telah Mekanisme kerja dari sinyal EMF pada
terbukti dapat meregulasi proliferasi tingkat molekuler dan seluler sangat
[16]
fibroblas dan osteoblas. menunjukkan ion/ligan yang terikat dalam
kaskade bisa menjadi jalur biophysical
transduction.
Berdasarkan pemikiran di atas,
penulis menggagaskan suatu inovasi

30
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
alternatif terapi pada pasien penyakit umum, namun belum spesifik pada tulang
periodontal, khusunya pada wanita pasca rahang dan jaringan periodontal, sehingga
menopause, dengan memanfaatkan dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk
interaksi biophysical transduction antara mengetahui intensitas, frekuensi, dan
EMF, osteoblas, dan osteoklas sebagai waktu yang efektif terhadap jaringan
terapi penyakit periodontal wanita periodontal.
menopause. Optimalisasi interaksi Dalampengembangannya,
tersebut dapat didapatkan dengan: dibutuhkan kerjasama berbagi disiplin ilmu
a. Intensitas rendah, non-termal, tidak pengetahuan, agar tercipta instrumentasi
dengan paparan dengan waktu yang efektif dan memberikan dampak
yangsangat lama, dan memiliki sesuai yang diinginkan.
konfigurasi dengan rentang frekuensi
[7]
yang luas. DAFTAR PUSTAKA
b. Pulsa EMF yang termodulasi pada
frekuensi gelombang radio berkisar 1. Tandra, Hans.2009. Osteoporosis
pada 15-40 MHz, dan pada frekuensi Mengenal, Mengatasi, dan
gelombang sinusoidal yaitu <100 Mencegah Tulang Keropos. Jakarta:
[22,23]
Hz. Gramedia Pustaka Utama.
c. Arus DC (direct current) sebesar 5- 2. Esfahanian V, Shamami MS,
100 µA cukup untuk menstimulasi Shamami MS. “Relationship Between
osteogenesis (proliferasi Osteoporosis and Periodontal
[24]
osteoblast). Disease: Review of the Literature.”
d. Gelombang sinus sebesar 20-200 kHz Journal of Dentistry, Tehran
dapat digunakan untuk menginduksi University of Medical Sciences.
1-100 mV/cmelectrical field pada sisi 9:4(2012).
[7]
tulang yang diperbaiki. 3. White MG. The Role of IRS-1 during
e. Besarnya aliran magnet yang insulin signaling. dalam: Diabetes
digunakan sebesar 0,1-20 G, dengan Mellitius. 1st ed. Philadelophia, New
induksi sebesar 150 mV/cm medan York: Lippincott-Raven
listrik, menggunakan metode Pub.,2004.154-6.
penggabungan kapasitas (capacitive 4. Martin-Millan M,Almeida M,
coupling/CC) yang menempatkan Ambrogini E, Han L, Zhao H,
elektroda pada kulit luar di sisi Weinstein RS,Jilka RL, O‟Brien CA,
berlawanan dari target, sebesar Manolagas SC. “The Estrogen
diameter 3 cm (seperti daerah fraktur, Receptor-in Osteoclasts Mediates the
[7]
dsb). Protective Effects of Estrogens on
f. Paparan efektif secara in vivo terjadi Cancellous But Not Cortical Bone.”
setelah terapi selama 24 hari dengan Mol Endocrinol,24:2(2010): 323-334
paparan EMF selama 8 jam per mend.endojournals.org.
[24]
hari. 5. Saygun I, Kubar A, Ozdemir A, Slots
g. Stimulasi induksi osteoblas pada J. “Periodontitis lesions are a source
akhirnya didapatkan dari adanya of salivary cytomegalovirus and
[24]
lingkungan osteogenik. Epstein-Barr virus.” J Periodontal
Res. 40:2(2005):187-91.
3. KESIMPULAN 6. Chang K, Chang WHS, Huang S,
Paparan EMF (electromagnetic Huang S, Shih C. “Pulsed
field) dengan memanfaatkan interaksi Electromagnetic Fields Stimulation
biophysical transduction dengan osteoblas Affects Osteoclast Formation by
dan osteoklas dapat menjadi alternatif Modulation of Osteoprotegerin,
terapi penyakit periodontal kronis pada RANK Ligand and Macrophage
wanita pasca menopause. Hasil yang Colony-Stimulating Factor.” Journal
optimal dapat dilakukan dengan intensitas ofOrthopedicResearch, 23 (2005):
rendah, non-termal, tidak dengan paparan 1308-1314.
dengan waktu yang sangat lama, dan 7. Arthur A, PIlla. Mechanisms and
memiliki konfigurasi dengan rentang Therapeutic Applications of Time-
frekuensi yang luas. Varying and Static Magnetic Fields.
Sejauh ini, terapi EMF telah sukses Handbook of Biological Effects of
rd
diberikan pada perbaikan tulang secara Electromagnetic Fields, 3 Edition.

31
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Barnes F, Greenebaum B, eds, CRC Periodontal.Fakultas Kedokteran Gigi
Press, 2006. Universitas
8. Pickering SAW,Scammell BE. Hassanuddin,Makassar,2013.
"Electromagnetic fields for bone 20. Dharmayanti S. “Deoxypyridinoline
healing.”The international journal of level in gingival crevicular fluid as
lower extremity wounds. 1:3(2002): alveolar bone loss biomarker in
152-160. periodontal disease.” Dental Journal,
9. Dimitriou R, Babis GC. "Biomaterial 45:2(2012): 102-106.
osseointegration enhancement with 21. Sugiyarti LR, Widyawati S, Br R.
biophysical stimulation.”J “Pengaruh Kepercayaan Diri Dan
Musculoskelet Neuronal Interact. Dukungan Keluarga Terhadap
7:3(2007): 253-265. Kecemasan Menghadapi Menopause
10. Herijulianti E, Indriani, Suasti IT, Sri Pada Ibu Rumah Tangga.”Jurnal
A. 2002.Pendidikan Kesehatan Gigi. Penelitian Psikologi Pendidikan dan
Jakarta: EGC. Bimbingan (JP3B).1:1(2012).
11. Ganong WF. 1995. Buku Ajar 22. Akai M, Hayashi K. “Effect of
Fisiologi Kedokteran. Edisi 14. Electrical Stimulation on
Terjemahan Petrus Andrianto dari Musculoskeletal Systems:A
“Review of Medical Physiology”. Metaanalysis of Controlled Clinical
Jakarta:EGC. Hal:366-377. Trials.”Bioelectromagnetics.
12. Djuwita F, Defrizal. “Radiasi pada 23(2002): 132-143.
Metatastasis Tulang.” Indonesia 23. Akai M, Kawashima N, Kimura T, et
Cancer Journal, 4(2007): 135-139. al. “Electrical Stimulation as An
13. Kawiyana, Siki IK. “Osteoporosis Adjunct to Spinal Fusion: A meta
Patogenesis Diagnosis dan Analysis ofcontrolled Clinical Trials.”.
Penanganan Terkini.” Jurnal Penyakit Bioelectromagnetics. 23(2002):496-
Dalam. 4:2(2009). 504.
14. Manolagas SC, Jilka RL. “Bone 24. Z.Schwartz, B.J.Simon, M.A.Duran,
Marrow Cytokines and Bone G.Barabino, R.Chaudhri,
Remodeling Emerging Insight into B.D.Boyan.“Pulsed Electromagnetic
The Pathophysiology Of Fields Enhance BMP-2 Dependent
Osteoporosis.” N Eng J Osteoblastic Differentiation of Human
Med.332(5):3(1995): 05-10. Mesenchymal Stem Cells.” Journal of
15. Rohmatika, Dewi dkk. “Pengaruh Orthopaedic Research. September
Usia Menarche terhadap Usia 2008.
Menopause pada Wanita Menopause 25. Black J. Electrical Stimulation:Its
di Desa Jingkang Babakan Role in Growth, Repair, and
Kecamatan Ajibarang Kabupaten Remodeling of the Musculoskeletal
Banyumas Tahun 2012.” Jurnal System. New York: Praeger; 1987.
Kebidanan. 3:2(2012).
16. Wulan A. 2013. Deoxypiridinoline
sebagai Salivary Biomarker Resorpsi
Tulang Penyakit Periodontal disertai
Osteoporosis.
17. Permatasari, Defitaria dkk. 2012.
Hubungan Aktivitas Fisik dan
Terjadinya Osteoporosis pada
WanitaPasca Menopause di Poliklinik
Bedah Tulang RSUD Dokter
Soedarso Pontianak.
18. Soedirham O, Sulistyowati M, Devy
SR.“Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perempuan Dalam
Menghadapi Menopause.” J. Penelit.
Med. Eksakta. 7:1(2008): 70-82.

19. Lebukan, Jaica B. Faktor-faktor


Penyebab Penyakit

32
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Literature PERAN PERIODONTITIS TERHADAP
PATOGENESIS PENYAKIT ALZHEIMER
Study 1 1
Nadia Desty Fadhilah , Rahmi Ulfiana , Frisky Amanda
1
Putri
1
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, Depok

ABSTRAK

Latar Belakang: Periodontitis merupakan infeksi pada jaringan periodonsium oleh


bakteri yang ditandai dengan kehilangan perlekatan dan penurunan tulang alveolar.
Prevalensi penyakit periodontal di Indonesia menduduki peringkat kedua penyakit gigi
dan mulut yaitu sebesar 60% (Depkes 2011). Periodontitis kronis diketahui terlibat
sebagai faktor yang berpengaruh pada patogenesis dari beberapa penyakit sistemik
seperti diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular. Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa bakteri periodontitis juga berperan dalam patogenesis penyakit Alzheimer.
Tujuan: Studi pustaka ini bertujuan untuk menelaah peran periodontitis terhadap
patogenesis penyakit Alzheimer. Pembahasan: Alzheimer merupakan suatu penyakit
degeneratif ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif akibat inflamasi sel saraf
sehingga berujung pada kematian sel saraf. Periodontitis diduga dapat menyebabkan
inflamasi pada susunan saraf pusat melalui 2 mekanisme, yakni melalui mediator kimia
dan melalui invasi bakteri periodontitis. Endotoksin dari bakteri periodontal dan sitokin
proinflamasi dari host/penjamu meningkat pada pasien periodontitis. Mediator kimia ini
memiliki kemampuan untuk menyebar melalui pembuluh darah dan menembus blood
brain barrier (BBB) kemudian menginvasi cerebrum. Keberadaan mediator proinflamasi
pada bagian cerebrum mengaktifasi sel mikroglia yang dapat mematikan sel-sel saraf.
Selain itu, Periodontitis juga ditandai dengan akumulasi bakteri anaerob gram-negatif
dalam jumlah besar pada plak gigi. Bakteri tersebut dapat langsung masuk dalam aliran
darah dan menginvasi sistem saraf pusat. Adanya inflamasi akibat mediator kimia
maupun invasi bakteri pada sistem saraf pusat dapat menginisiasi terjadinya penyakit
Alzheimer. Kesimpulan: Periodontitis berperan dalam patogenesis penyakit Alzheimer.

Kata Kunci: periodontitis, patogenesis, mediator kimia, bakteri anaerob, Alzheimer.

ABSTRACT

Background: Periodontitis is bacterial infection in periodontium which is marked by the


gingival loss of attachment and alveolar bone reduction. In Indonesia, the prevalence of
periodontal disease was ranked second oral disease that is equal to 60% (Ministry of
Health 2011). Periodontitis is known to be involved in pathogenesis of some systemic
disease, such as diabetes melitus and cardiovascular disease. Recent studies report that
periodontitis play a role in pathogenesis of Alzheimer. Aim: Thisliterature studypurposed
to examine the roleof chronicperiodontitisin the pathogenesis ofAlzheimer. Discussion:
Alzheimer is a degenerative disease showing cognitive impairment as an effect of
neuroinflammation that lead to neuron atrophy. Periodontitis is suspected to cause the
inflammation in central nervous system by two mechanisms, through chemical mediator
and direct invasion of the bacteria. Bacterial endotoxine and host‟s inflammatory cytokine
are increased in patients with periodontitis. These chemical mediators have an ability to
spread through blood vessels, penetrate the blood brain barrier (BBB) and invade the
cerebral region. The proinflammatory mediator in cerebrum activate the microglia cell that
can cause neuron atrophy. Periodontitisis also characterizedbythe accumulation ofgram-
negative anaerobic bacteriain large quantitiesindental plaque. These bacteria can invade
the central nervous system through the blood stream. The presence of inflammation

40
33
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
caused by chemical mediator and bacterial invasion initiate Alzheimer. Conclusion:
Chronicperiodontitisplay a role inthe pathogenesis ofAlzheimer.

Keywords: periodontitis, pathogenesis, chemical mediator, anaerobic bacteria,


Alzheimer‟s disease

1. PENDAHULUAN mengenai patogenesis yang dialaminya.


Prevalensi penyakit periodontal di Hal ini karena etiologi dari penyakit
Indonesia menduduki peringkat kedua alzheimer yang bermacam-macam. Salah
penyakit gigi dan mulut yaitu sebesar 60% satu hal yang dicurigai merupakan etiologi
(Depkes, 2011). Secara spesifik, penyakit dari penyakit alzheimer ialah
[2,3]
periodontal yang menjadi perhatian utama periodontitis.
ialah periodontitis. Periodontitis biasanya Di sisi lain, Indonesia saat ini
menyerang orang dewasa dengan mengalami pergeseran pola piramida
kesehatan dan kebersihan mulut yang penduduk, dimana menurut data dan
tidak terjaga. Penyakit ini menimbulkan perkiraan Depsos pada tahun 2025 angka
kerusakan pada jaringan periodontal, kelahiran dapat ditekan serta perbaikan
yakni jaringan penyangga gigi. Dampak fasilitas dan standar kesehatan terus
klinis dari periodontitis dapat berupa poket dilakukan sehingga angka harapan hidup
gigi yang dalam, yang jika faktor terus mengalami peningkatan. Dengan
etiologinya tidak dieliminasi akan demikian, populasi penduduk lanjut usia
mengalami destruksi yang berkelanjutan. akan meningkat. Bertambahnya jumlah
Etiologi dari periodontitis adalah bakteri lansia diIndonesia berpotensi
yang berasal dari akumulasi plak. meningkatkan jumlah penderita penyakit
Periodontitis yang terus dibiarkan juga Alzheimer dari angka sebelumnya, yaitu
[1]
memiliki kemungkinan terjadinya 18,8 juta penderita.
penyebaran bakteri ke organ tubuh Adanya bukti penelitian yang
lainnya dan menyebabkan penyakit menyebutkan kemungkinan keterkaitan
[1]
sistemik. antara periodontitis dan penyakit
Berbagai penelitian telah dilakukan alzheimer, Tingginya angka prevalensi
guna memperdalam jangkauan ilmu penyakit alzheimer di Indonesia, dan
pengetahuan mengenai keterlibatan tendensi meningkatnya populasi lansia di
periodontitis dalam patogenesis berbagai Indonesia memicu penulis untuk membuat
penyakit sistemik. Salah satu penyakit tulisan dengan topik ini. Hal ini
sistemik yang menjadi highlight dari jenis dimaksudkan agar pengetahuan di bidang
penelitian ini ialah penyakit alzheimer. kedokteran gigi semakin luas sehingga
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dokter gigi dapat berperan aktif dalam
Singhrao (2015), Sejumlah Bakteri meningkatkan kesehatan masyarakat
patogen tersebut adalah bakteri yang Indonesia.
berasal dari genus Treponema. Bakteri
Treponema denticola merupakan salah 2. PEMBAHASAN
satu jenis bakteri yang dominan Akumulasi plak pada gigi dan
jumlahnya pada penderita periodontitis. mukosa merupakan etiologi utama
Penelitian tersebut juga menyebutkan penyebab periodontitis. Adanya antigen
bahwa sedikitnya terdapat 1 jenis bakteri dan produk yang dihasilkan bakteri
patogen periodontitis dalam 14 dari 16 memicu inflamasi dan aktivasi sistem
kasus Alzheimer. imun. Hal ini akan mempengaruhi
Alzheimer merupakan penyakit metabolisme jaringan ikat dan tulang yang
neurogeneratif dengan gejala berupa apabila berlanjut, akan terbentuk poket
gangguan kognitif memori, bahasa, periodontal yang lebih dalam dan
visuospatial, fungsi eksekutif, dan dapat kerusakan jaringan yang lebih luas. Poket
berakhir dengan kematian. Alzheimer periodontal yang dalam didominasi oleh
banyak diderita oleh orang-orang usia bakteri anaerob dan gram negatif seperti
lanjut, yang memang telah mengalami Prophyromonas ginggivalis dan
berbagai penurunan fisiologis pada organ- Treponema denticola. Keberadaan bakteri
organ tubuhnya. Setiap penderita penyakit beserta produk kimia yang dihasilkannya
alzheimer memiliki cerita tersendiri akan merangsang epitel poket periodontal

34
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
untuk menghasilkan neuropeptida. Validitas mekanisme ini dibuktikan
Neuropeptida ini akan menginduksi dengan ditemukannya bakteri patogen
vasodilatasi pembuluh darah. Vasodilatasi periodontitis pada otak penderita penyakit
pembuluh darah dan kimianya masuk ke Alzheimer. Bakteri patogen tersebut
dalam pembuluh darah dan menyebabkan adalah bakteri yang berasal dari genus
[12]
inflamasi sistemik. Treponema. Bakteri Treponema
Otak merupakan bagian dari tubuh merupakan salah satu jenis bakteri yang
yang memiliki sistem imun yang berbeda dominan jumlahnya pada penderita
dari bagian tubuh lainnya. Otak memiliki periodontitis. Penelitian tersebut juga
pelindung berupa blood brain barrier menyebutkan bahwa sedikitnya terdapat 1
(BBB) yang akan mencegah benda asing jenis bakteri patogen periodontitis dalam
[12]
menginvasi otak. Namun, otak hanya 14 dari 16 kasus Alzheimer.
dilengkapi sistem imunitas bawaan dan Bakteri periodontal beserta
tidak dilewati oleh sistem limfa sehingga endotoksin yang dihasilkannya akan
hanya memiliki sedikit sel dan mediator mengaktifkan respon imunitas bawaan
kimia yang sensitif terhadap antigen. Pada pasien sehingga terjadi pelepasan sitokin
pasien periodontitis, bakteri periodontal oleh sel-sel mikroglia otak. Sitokin yang
masuk ke sirkulasi tubuh dan dapat dilepaskan antara lain interleukin, TNF-
menginfeksi bagian tubuh lainnya, (Transforming Growth Factor) kemokin
termasuk otak.Bakteri periodontal memiliki (Monocyte Chemotactic Protein, IL-8,
sifat tissue invasive, yaitu kemampuan Macrophage Migration Inhibitory Factor,
untuk menghindar dari sistem pertahanan Monokine).
[10]
Pelepasan mediator kimia
tubuh dan merusak jaringan, termasuk tersebut akan mengganggu permeabilitas
blood brain barrier, sehingga bakteri dari BBB dan mengganggu regulasi plak
periodontal dengan mudah menginvasi aβp. Pelepasan endotoksin, sekresi
[10]
sel-sel otak. Porphyromonas gingivalis sitokin, invasi bakteri periodontal, aktivasi
diketahui menghasilkan molekul kimia sel mikroglial, peningkatan aβp dan APP
yang dapat menginduksi terjadinya akan mengarah pada inflamasi sel otak
agregasi keping darah dan (neuroinflammation),demyelinasi,kerusaka
mengakibatkan terjadinya degenarasi n blood-brain-barrier dan berujung pada
pembuluh darah dan berujung pada kematian sel otak.
[12]
[10]
cerebrovascular atherosclerosis.

Bagan 1. Mekanisme Periodontitis Mempengaruhi Penyakit Alzheimer

35
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
3. KESIMPULAN 5. Willman, Donald E, et al.
Periodontitis memiliki peranan Foundation of Periodontics for The
dalam patogenesis penyakit Alzheimer. Dental Hygienist. 2nd Ed.
Mekanisme patogenesis penyalit ini Philadelphia: Lippincott Williams
terjadi secara langsung melalui dua jalur and Wilkins, 2008.
yaitu invasi bakteri periodontal pada 6. Saputri TA, Zala HQ, Arnanda BB,
otak penderita atau pelepasan mediator- Retno A. “Saliva As an Early
mediator sitokin proinflamasi. Hal ini Detection Tool for Chronic
akan memicu terjadinyaneuroinflamasi Obstructive Pulmonary Disease
yang tidak terkontrol sehingga Risk in Patient with Periodontitis.”
mengarah pada kematian sel saraf dan Journal of Dentistry Indonesia.
kerusakan otak. 17:3(2010): 87-92.
7. Scannapieco FA, et al. “Nosocomial
DAFTAR PUSTAKA Pneumonia and Oral Health”. Spec
Care Dentist, 25:4(2005): 179-187.
1. Pusat Data dan Informasi 8. Newman et al. Caranza‟s Clinical
Kementerian Kesehatan RI. Periodontology, 11 th. Ed. Elsavier:
2014.23 Oktober 2012.
2015<http://www.depkes.go.id/folde 9. Lau L, Brodney M, Berg S.
r/view/01/structure-publikasi- Alzheimer's Disease. Berlin:
pusdatin-info-datin.html>. Springer, 2008.
2. “AHLI: 18.1 Juta Penderita 10. Gurav A. Alzheimer's Disease and
Alzheimer Bersifat Kemungkinan.” Periodontitis-an Elusive Link. Rev
Antara Megopolitan. 2015. 22 Assoc Med Bras, 60:2(2012): 173-
Oktober 2015 180.
<http://bogor.antaranews.com/berit 11. “Protein Diyakini Pemicu
a/15055/ahli-181-juta-penderita- Alzheimer”. DW.COM. 2015. 25
alzheimer-bersifat-kemungkinan>. Oktober 2015
3. Kementerian Kesehatan RI. <http://www.dw.com/id/protein-
Gambaran Kesehatan Lanjut Usia diyakini-pemicu-
di Indonesia. 2013. 25 Oktober alzheimer/a15716434>.
2015 12. Singhrao SK. “Porphyromonas
<http://www.depkes.go.id/resources gingivalis Periodontal Infection and
/download/pusdatin/infodatin/infoda Its Putative Links with Alzheimer‟s
tin-lansia.pdf>. Disease.” Hindawi Publishin
4. Newman, et al. Caranza‟s Clinical Corporation. 2015. 20 Oktober
Periodontology. 9th ed. 2015
Philadelphia: W.B.Saunders Co, <http://www.hindawi.com/journals/
2002. mi/2015/137357/>.

44
36
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Literature KOLAGEN SISIK IKAN NILA (OREOCHROMIS
NILOTICUS) SEBAGAI BARRIER MEMBRANE
Study ALTERNATIF UNTUK MEREGENERASI
TULANG ALVEOLAR PADA KASUS
PERIODONTITIS
1 1
Adrian Rustam , Amalia Nur Syahbani , dan Andi
1
Muhammad Fahruddin
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin,
Makassar
ABSTRAK

Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyakit rongga mulut yang mengakibatkan


dekstruksi tulang alveolar yang luas bahkan kehilangan gigi sehingga akan berdampak
secara signifikan pada aspek sosial, fungsi, dan estetik. Dewasa ini, perawatan
periodontitis tidak hanya berfokus untuk mengeliminasi bakteri periopatogen tetapi juga
lebih mengarah pada terapi regenerasi tulang alveolar. Salah satu metode terapi
regenerasi tulang alveolar adalah Guided Tissue Regeneration (GTR) yang
mengandalkan fungsi barrier membrane berbahan kolagen. Kolagen berperan penting
dalam proses regenerasi tulang dan biokompatibel. Kolagen murni ternyata banyak
terkandung dalam limbah sisik ikan nila. Tujuan: Mengkaji potensi kolagen sisik ikan nila
sebagai barrier membrane alternatif untuk meregenerasi tulang alveolar pada kasus
periodontitis. Pembahasan: Keberhasilan metode GTR dalam meregenerasi tulang
bergantung pada kemampuan eksklusi sel epitel dan jaringan konektif, mempertahankan
ruang, serta induksi bekuan fibrin. Regenerasi tulang dengan barrier membrane meliputi
tahap osteogenesis, osteoinduksi, osteokonduksi, dan angiogenesis. Tahapan tersebut
didukung oleh peran kolagen yang mampu mencegah invasi sel-sel epitel ke area defek
tulang sehingga proses angiogenesis dan migrasi sel osteogenik dapat berjalan dengan
sempurna. Kolagen sisik ikan nila, yang bersifat kemotaktik terhadap sel epitel dan
fibroblas, dapat merangsang dan mempercepat proses pembentukan jaringan tulang
baru serta mendukung proses osteokonduksi. Sebagai agen hemostatik, kolagen sisik
ikan nila dapat memperkuat perlekatan fibrin selama proses pematangan tulang.
Kesimpulan: Kolagen dalam sisik ikan nila berpotensi sebagai barrier membrane untuk
meregenerasi tulang alveolar pada kasus periodontitis.

Kata kunci : Kolagen, Sisik ikan nila, Barrier membrane, Regenerasi tulang alveolar,
Periodontitis

ABSTRACT

Background: Periodontitis is one of oral disease which results extensive alveolar bone
destruction even tooth loss so it will significantly impact on social aspects, function, and
esthetics. Lately, periodontitis treatment is not only focused on eliminating periodontal
pathogens but also, more oriented on regenerating alveolar bone. Alveolar bone could
be regenereated using Guided Tissue Regeneration Method which rely on the function of
collagen-based barrier membrane. Collagen plays an important role in bone regeneration
and biocompatible. Pure collagen is abundantly contained in tilapia fish scales. Purpose:
To review tilapia fish scale collagen‟s potential as an alternative barrier membrane to
regenerate alveolar bone in periodontitis cases. Discussion: Successful GTR in bone
regeneration relies on the exclusion of epithelium and connective tissue, space
maintenance, and fibrin clot induction. Regenerating bone using membrane comprised of
osteogenesis, osteoinduction, osteoconduction, and angiogenesis. These stages are
supported by collagen that is capable of preventing epithelial cells invasion into bone
defect area so angiogenesis process and osteogenic cells migration run perfectly. Tilapia
fish scale collagen, which are chemotactic for epithelial cells and fibroblasts, stimulate

45
37
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
and accelerate new bone tissue formation also support osteoconduction proccess. As a
hemostatic agent, Tilapia fish scale collagen could strengthen fibrin attachment during
bone maturation process. Conclusions: Collagen in tilapia fish scale is potential as
barrier membrane to regenerate alveolar bone in periodontitis cases .

Keywords : Collagen, Tilapia fish scale, Barrier membrane, Alveolar bone regeneration,
Periodontitis

1. PENDAHULUAN jaringan terhadap kolonisasi bakteri dapat


[5,8,9]
Periodontitis merupakan inflamasi diminimalkan.
kronis pada jaringan periodontal yang Kolagen merupakan salah satu
disebabkan oleh infeksi bakteri dan kerap jenis bahan alami barrier membrane
dijumpai di bidang kedokteran gigi.Hasil bioresorbable yang umumnya berasal
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dari kulit dan tulang mamalia atau unggas
Depkes RI tahun 2011 menyatakan seperti sapi dan babi. Penggunaan
bahwa prevalensi kasus periodontitis kolagen dari sapi, babi dan unggas masih
cukup tinggi di Indonesia, yakni mencapai mengkhawatirkan karena merebaknya
[1]
60%. Apabila tidak segera ditangani, penyakit unggas dan mamalia. Oleh
periodontitis mengakibatkan kerusakan karena itu, pencarian bahan baku
ligamentum periodontal dan dekstruksi alternatif kolagen dari bahan yang lebih
[10]
tulang alveolar yang luas bahkan aman sangat diperlukan.
[2]
kehilangan gigi. Hilangnya tulang Ikan nila (Oreochromis niloticus)
alveolar akan berdampak secara merupakan salah satu jenis ikan air tawar
signifikan pada aspek sosial, fungsi, dan yang banyak dibudidayakan di
[11]
estetik. Terapi modern saat ini diharapkan Indonesia. Beberapa penelitian
tidak hanya terpusat untuk mengeliminasi melaporkan bahwa sisik ikan nila ternyata
bakteri periopatogen atau mengontrol kaya akan kandungan kolagen,
[12]
inflamasinya saja tetapi juga khususnya kolagen tipe I.
mempertimbangkan upaya regenerasi Tujuan karya studi literatur ini
pada jaringan periodonsium utamanya adalah untuk mengkaji potensi kolagen
tulang alveolar untuk meningkatkan sisik ikan nila sebagai barrier membrane
[3]
kualitas host. alternatif untuk meregenerasi tulang
Salah satu terapi regenerasi tulang alveolar pada kasus periodontitis.
yang mutakhir saat ini adalah metode
[4]
Guided Tissue Regeneration (GTR). 2. PEMBAHASAN
Metode ini mengandalkan barrier 2.1. Sisik Ikan Nila (Oreochromis
membrane sebagai perangkat fisik yang niloticus)
berfungsi untuk mencegah migrasi sel dan Ikan nila merupakan salah satu
jaringan yang tidak diinginkan ke area jenis ikan air tawar yang mengalami
penyembuhan sehingga sel-sel peningkatan produksi setiap tahunnya
osteogenik dapat menginvasi area dengan kenaikan rata-rata sebesar
tersebut tanpa adanya gangguan dan 24,76% dari tahun 2007– 2011.
[5,6]
memicu pembentukan jaringan tulang. Peningkatan produksi ikan nila yang tinggi
Di samping itu, barrier membrane mengakibatkan produksi limbah sisik ikan
[13]
menyediakan perlindungan terhadap juga ikut meningkat. Sisik ikan nila
gumpalan darah (clot) selama fase awal memiliki nilai rendemen kolagen tipe I
[7]
pemulihan. yang cukup tinggi. Hal ini berdasarkan
Barrier membrane terbagi menjadi perbandingan nilai rendemen kering
dua jenis yaitu bioresorbable dan non- kolagen dari sampel kulit dan sisik ikan
bioresorbable. Dewasa ini, membran lainnya, yakni : kulit ikan sotong(2.0%),
bioresorbable dari bahan alami lebih sisik ikan sarden(5.0%), sisikikan
banyak digunakan daripada membran kerapu(7.0%), dan kulit ikan kakap(9.0%)
non-bioresorbable karena memiliki sedangkan sisik ikan nila menghasilkan
keunggulan yaitu dapat terdegradasi oleh rendemen kolagen tipe I sebesar
[14]
jaringan sehingga operasi pengangkatan 5,96%.
membran setelah proses regenerasi Kolagen tipe I merupakan protein
selesai tidak diperlukan dan risikopaparan utama penyusun tulang, tendon, kulit,

46
38
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
ligamen, dan pembuluh darah. Kolagen 2.3. Mekanisme Regenerasi Tulang
pada tulang manusia tersusun atas 95% Alveolar
kolagen tipe I yang terbukti berperan Tahap-tahap regenerasi tulang
[15]
dalam memperkuat tulang. Kolagen alveolar terdiri dari fase inflamasi, fase
memiliki kemampuan dalam proses reparatif, dan fase remodeling. Dalam
homeostasis, kemotaktik,dan fase-fase tersebut terjadi proses
meningkatkan faktor pertumbuhan, serta osteogenesis, osteoinduksi,
[16] [23]
mendukung angiogenesis. osteokonduksi, dan angiogenesis.
Kandungan kolagen pada sisik ikan 1) Fase Inflamasi
nila memiliki beberapa keunggulan antara Pelepasan trombosit akan
[17-22]
lain: mengirimkan sinyal ke hostuntuk
1) Antigenesitas dan imunogenisitas melepaskan makrofag untuk
yang rendah. mengabsorpsi jaringan nekrotik
Kolagen sisik ikan nila memiliki sekaligus merangsang osteoklas.
imunogenesitas yang rendah Faktor pertumbuhan akan dilepaskan
sehingga kolagen tidak dapat dari area lokal untuk membantuproses
19
menginduksi sistem imun. proliferasi dan diferensiasi sel
Penelitian yang dilakukan oleh osteoprogenitor seperti Mesencymal
[23]
Suzanah dkk membuktikan bahwa Stem Cell(MSC).
penggunaan sisik ikan nila tidak 2) Fase Reparatif
[20]
menyebabkan alergi. MSC yang berdiferensiasi menjadi sel
2) Suhu denaturasi tinggi. osteogenik mulai membentuk jaringan
Studi Yamamoto dkk menunjukkan kalus. Fase ini membutuhkan protein
bahwa suhu denaturasi kolagen kolagen dan non-kolagen sepertibone
yang diekstrasi dari sisik ikan nila morphogenetic protein (BMP),
0 [19]
sebesar 35-36 C. osteopontin (OPN) dan osteocalcin
3) Bahan baku murah dan bebas dari (OCN). Kolagen bertugas
.
kontaminasi penyakit menyediakan osteoid untuk
[23]
Kolagen sisik ikan merupakan biomineralisasi.
bahan baku murah karena berasal 3) Fase Remodeling
dari limbah perikanan dan terhindar Proses remodeling dipandu oleh
dari risiko penularan penyakit ekspresi gen-gen tertentu dan protein.
mamalia seperti sapi gila, flu babi, Sejumlah faktor gen seperti
[21,22]
dan flu burung. macrophage colony-stimulating factor
4) Komposisi asam amino pada (M-CSF) dan receptor activator of
kolagen sisik ikan nila hampir sama nuclear factor κB (RANK) dan ligannya
dengankomposisi kolagen pada (RANKL) terbukti berperan penting
[18]
mamalia. dalam menyeimbangkan aktivitas
osteoblast dan osteoklas. Sementara
2.2. Periodontitis itu, osteoklas dan osteoblas
Periodontitis didefinisikan sebagai mensekresikan matriks
inflamasi jaringan pendukung gigi yang metalloproteinase (MMP) yang akan
disebabkan oleh spesies bakteri Gram melarutkan dan mendegradasi matriks
[23]
Negatifseperti Porphyromonas gingivalis, organik dan mineral tulang.
Prevotella intermedia,dan Actinomyces
viscosus yang mengakibatkan kerusakan 2.4. Regenerasi Tulang Alveolar
progresif pada ligamen periodontal dan dengan Metode Guided Tissue
tulang alveolar. Periodontitis diawali Regeneration
dengan peradangan pada gingiva akibat Guided Tissue Regeneration (GTR)
akumulasi plak. Bila akumulasi plak tidak merupakan metode regenerasi jaringan
segera ditangani, maka inflamasi akan periodontal dengan menggunakan barrier
berlanjut hingga membentuk poket membraneyang mengacu pada konsep
periodontal dimana serabut ligamen bahwa regenerasi dapat terjadi apabila sel
terputus akibat adanya aktivitas enzim epitel dan jaringan ikat dihambat
dan respon imun LPN dan makrofag. sedangkan sel-sel lain seperti sel
[2]
osteoklas dalam meresorbsi tulang. mesenkim dari ligamen periodontal dan
osteoblas bermigrasi dan tumbuh
[24]
padaarea defek.

47
39
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Syarat-syarat ideal barrier Terapi periodontal bertujuan untuk
membrane antara lain: 1) membran menghentikanperkembangan periodontitis
bersifat biocompatible, tidak memicu dengan cara mengendalikan infeksi dan
respon imun, reaksi alergi, atau inflamasi meregenerasi tulang alveolar. Scaling
kronis yang dapat mengganggu proses dan Root Planing (SRP) atau Open Flap
penyembuhan; 2) membranmampu Debridement (OFD) merupakan metode
mencegah invasi sel-sel yang tidak terapi konvensional periodontitis. Akan
diinginkan ke area penyembuhan; 3) tetapi, perawatan dengan pendekatan
membran harus memiliki kekuatan tersebut terbukti kurang efektif dalam
mekanis yang adekuat untuk mendukung mengembalikan kontur tulang alveolar
[28]
stabilisasi sehingga jaringan di atas seperti semula.
membran tidak kolaps; 4) membran dapat Dewasa ini, beberapa metode
mempertahankan rongga defek sehingga perawatan periodontitis telah
sel osteogenik dapat bermigrasi dan dikembangkan untuk mengembalikan
berproliferasi ke area defek untuk kontur tulang alveolar, salah satunya
[25]
menginisiasi proses penyembuhan. Guided Tissue Regeneration (GTR). GTR
Material barrier membrane merupakan metode regenerasi jaringan
digolongkan menjadi 2 jenis: periodontal dengan mengandalkan
1) Non-bioresorbable membrane adalah perangkat barrier membrane yang
jenis barrier membrane yang tidak dapat berfungsi untuk melindungi rongga defek
diresorbsi oleh jaringan tubuh, contohnya: (space making) agar sel epitel dan
cellulose filters, (Milli poore filters) dan jaringan konektif gingiva tidak
expanded polytetrafluoroethylene mengintervensi proses migrasi dan
(ePTFE). Keunggulan utama bahan ini proliferasi sel osteoblas, serta membantu
adalah memiliki kekuatan mekanis dan stabilisasi gumpalan darah (clot) pada
[6]
biokompatibilitas yang tinggi, namun area defek.
memerlukan operasi pengangkatan Umumnya, kolagen yang
membran pasca terapi. digunakan sebagai barrier membrane
2) Bioresorbable membrane adalah jenis berasal dari bahan baku tulang, kulit
barrier membrane yang dapat diresorbsi mamalia dan unggas seperti sapi dan
oleh jaringan tubuh, contohnya membran babi. Bahan baku dari babi tidak
kolagen, polyactic acid, polyglycrolic acid dibenarkan bagi pemeluk Agama Islam
dan sinthetic liquid polimer. Bahan ini dan Yahudi, sedangkan penggunaan
tidak memerlukan operasi sekunder tulang dan kulit sapi menjadi persoalan
[6]
pengangkatan membran. tersendiri bagi pemeluk Agama Hindu. Di
Pembuatan barrier membrane sisi lain, merebaknya isu penyakit kuku
bioresorbable dapat diolah melalui metode dan mulut pada sapi, flu burung, dan
cross-linking dengan penambahan penyakit sapi gila menimbulkan
glutaraldehid, formaldehid, sinar UV, kekhawatiran sehingga pengolahan
asam asetat atau sugar based dengan kolagen dari sisik ikan berpotensi untuk
[13]
tujuan untuk meningkatkan kualitas, mengatasi permasalahan tersebut.
biokompatibilitas dan biodegradibilitas Penelitian Junzo Tanaka dkk
[26]
bahan membran. menunjukkan bahwa sisik ikan nila
mengandung kolagen murni yang rendah
[29]
2.5. Mekanisme kolagen sisik ikan lemak dan tidak berbau. Dibandingkan
nila dalam meregenerasi tulang dengan ikan tawar lain, sisik ikan nila
alveolar pada kasus periodontitis mengandung kolagen tipe I yang cukup
Periodontitis disebabkan oleh tinggi. Rata-rata kolagen dari ekstraksi
[30]
aktivitas kelompok bakteri anaerob yang sisik ikan nila berkisar 5,96%. Kolagen
mendekstruksi ligamen periodontal dan yang diekstraksi dari sisik ikan nila
[27]
tulang alveolar. Bakteri ini memproduksi memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
zat endotoksin dan eksotoksin yang dapat biokompatibilitas dan suhu denaturasi
menstimulasi mediator inflamasi dari sel yang tinggi, bebas dari kontaminasi
gingiva sehingga sel progenitor tulang penyakit, bahan baku yang murah, dan
[2]
berdiferensiasi menjadi osteoklas. komposisi asam amino yang ternyata
[21,22]
Peningkatan produksi osteoklas akan sama dengan mamalia. Dengan
[28]
menyebabkan resorpsi tulang alveolar. berbagai kelebihannya tersebut, kolagen
tipe I pada sisik ikan nila berpotensi

48
40
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
sebagai bahan baku barrier membrane tidak bersifat toksik dan imunogenik.
dalam mendukung proses regenerasi Disamping itu, metode ini membuat barrier
tulang alveolar menggunakan metode membrane lebih resisten terhadap reaksi
GTR. enzimatik sehingga proses degradasi
[36]
Regenerasi tulang alveolar meliputi membrandapat diperlambat. Prosedur
tahap penyembuhan tulang yang terdiri ini terdiri dari beberapa tahap mulai dari
atas tiga fase yakni fase inflamasi, fase isolasi kolagen dari sisik ikan nila dan
reparatif, dan fase remodeling. Ketiga fase karakterisasi bahan secara kimiawi serta
tersebut melibatkan osteogenesis, pemurnian. Lalu, kolagen murni yang
osteoinduksi, osteokonduksi, dan dihasilkan berpolimerisasi menjadi serabut
[23]
angiogenesis. aggregate kolagen yang siap untuk
Pada fase inflamasi, kolagen tipe I dilakukan pertautan silang (Cross-link)
yang bersifat kemotaktik akan dengan D-Ribose. Matriks kolagen
merangsang makrofag menuju daerah sebagai hasil cross-linked selanjutnya
defek untuk memfagositosis sel-sel dan melalui pemanasan tahap I, pencetakan
jaringan tulang yang rusak serta membran semipadat, pemanasan tahap
[23,31]
menstimulasi osteoklas. Untuk II, hingga pada tahap sterilisasi
[26, 36-38]
menyediakan vaskularisasi dan asupan membran.
nutrisi pada area penyembuhan, kolagen
menginisasi proses angiogenesis dengan 3. KESIMPULAN
cara memicu migrasi dan proliferasi sel Kandungan kolagen tipe I pada
endotel secara langsung dari pembuluh sisik ikan nila berpotensi sebagai sumber
kapiler sumsum tulang, dan secara tidak kolagen alternatif untuk pembuatan barrier
langsung dari pembuluh kapiler jaringan membrane dalam meregenerasi tulang
gingiva menembus barrier membrane lalu alveolar pada kasus periodontitis.
[32,33]
menuju sentral defek tulang.
Pada fase reparatif, kolagen tipe I
terlibat pada proses osteoinduksi dengan DAFTAR PUSTAKA
membantu diferensiasi sel osteoprogenitor
[34]
menjadi sel-sel pembentuk tulang. 1. Departemen Kesehatan RI. Survei
Selanjutnya, kolagen bertanggungjawab Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
dalam menyediakan matriks organik 2011. Jakarta: Badan Litbangkes,
tambahan yang akan mengalami 2012.
mineralisasi, deposisi, dan maturasi 2. Carranza F, Takei N, et al.
[5,23]
hingga ke tahap remodeling. Carranza‟s Clinical Periodontology
th
Pada fase remodeling, kolagen tipe 11 ed. Missouri: Elsevier, 2012. p.
I sebagai agen hemostatik, mempererat 41-2, 144, 494.
pertautan fibrin untuk mempercepat 3. Sugiaman VK. Pemanfaatan Sel
[35]
regenerasi tulang. Sementara itu, Punca dalam Mengembalikan
osteoblas dan osteoklas mensekresikan Ketinggian Tulang Alveolar melalui
metaloproteinase yaitu enzim kolagenase Teknologi Tissue Engineering.
yang akan meresorbsi membran Prosiding Temu Ilmiah Manado
[23]
kolagen. Aktivitas resorbsi ini akan Dentistry; 13 – 14 Februari. Manado;
menyisakan deposit kolagen yang diikuti 2015: p.72-8.
dengan pembentukan celah antara 4. Ramseier CA, Rasperini G, Batia S,
jaringan tulang dan gingiva. Celah ini akan Giannobile WV. Advanced
diinvasi oleh sel-sel osteoblas. Sel ini Regenerative Technologies for
kemudian memanfaatkan sisa-sisa Periodontal Tissue Repair.
kolagen yang ada sebagai matriks untuk Periodontol 59:1(2012): 85-202.
membentuk jaringan tulang baru pada 5. Dimitriou R, Mataliotakis GI, Calori
daerah celah. GM, et al. The Role of Barrier
Pada studi literatur ini, penulis Membranes for Guided Bone
menggagas pembuatan bioresorbable Regeneration and Restoration of
barrier membrane berbahan baku kolagen Large Bone Defects: Current
dari limbah sisik ikan nila melalui prosedur Experimental and Clinical Evidence.
Cross-linking dengan bahan dasar D- BMC Medicine 10:1(2012): 81.
Ribose. Metode sugar based cross-linked 6. Soepribadi I. Regenerasi Dan
dipilih karena membran yang dihasilkan Penyembuhan untuk Kedokteran

49
41
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Gigi. Jakarta: Sagung Seto, 2011: Strength. Osteoporos Int. 17: (2008):
p.83-5 319-336.
7. Villar CC, Cochran DL. Regeneration 16. Collagen and the wound healing
of Periodontal Tissues: Guided process. Wound care essentials.
Tissue Regeneration. Dent Clin N Am 2015. 5 Oktober 2015.
54:(2010): 73-92. <http://www.woundheal.com>.
8. Rakhmatia YD, Ayukawa Y, 17. Kusnoto. Antigenesitas,
Furuhashi A, Koyano K. Current Imunogenesitas, dan Spesifitas
Barrier Membranes : Titanium Mesh Protein 27-28 Kda dari Material
and Other Membranes for Guided Excretory-Secretory (ES) Fasciola
Bone Regeneration In Dental Spp pada Diagnosis Distomatosis
Applications. J ProsthodontRes 57: Serum Sapi dengan Teknik Indirect-
(2013): 3-14. ELISA. 24:1(2008):1-6.
9. Darwis D. Pengembangan Bahan 18. Hayashi Y, Yamada S, Yanagiguchi
Biomaterial untuk Pemakaian di K, et al. Chitosan and Fish Collagen
Bidang Kesehatan dengan Teknik as Biomaterials for Regenerative
Radiasi Pengion. In : Evvy Kartini, Medicine. Advances In Food and
Editor. Iptek Nuklir : Bunga Rampai Nutrition Research 65:(2012): 107-
presentasi ilmiah jabatan peneliti. 120.
Jakarta: Badan Tenaga Nuklir 19. Yamamoto K, Igawa K, Sugimoto K,
Nasional, 2013. 251-75. et al. “Biological safety of fish
10. Setiawati IH. Karakteristik Mutu collagen.” Biomed Res Inter (2014).
Fisika Kimia Gelatin Kulit Ikan Kakap 20 August 2015
Merah (Lutjanus Sp.) Hasil Peruses <http://dx.doi.org/10.1155/2014/6307
Perlakuan Asam [skripsi]. Bogor: 57.>
Institute Pertanian Bogor, 2009. 20. Rahman SA, Zambry H, Basha S,
11. Kementerian Kelautan dan Kamarzaman S, Chowfhury AJK. The
Perikanan. Laporan Tahunan Potential Role of Red Tilapia
direktorat produksi tahun 2013, oleh (Oreochromis Niloticus) Scales:
direktorat jenderal perikanan Allergic Test In Mice. Journal of
budidaya, KKP. 2014. 3 Oktober, Applied Pharmaceutical Science.
2015 3:10(2013): 45.
<http://www.djpb.kkp.go.id/public/upl 21. Hartati L, Kurniasari. Kajian Produksi
oad/download/pustaka/06PUSTAKA/ Kolagen dari Limbah Sisik Ikan
LAPTAH%20PRODUKSI%20%2020 Secara Ekstraksi Enzimatis.
13.pdf.> Momentum 6:1(2010): 34.
12. Simanjuntak BR. Pengolahan 22. Kumar M, Spandana V, Poonam T.
Kolagen dari Kulit Ikan Nila Merah Extraction and Determination of
(Oreochromis Niloticus) Dibalai Besar Collagen Peptide and Its Clinnical
Penelitian dan Pengembangan Importance From Tilapia Fish Scales
Pengolahan Produk dan Bioteknologi (Oreochromis Niloticus). International
Kelautan dan Perikanan [thesis]. Research Journal of Pharmacy.
Jogjakarta: Univeritas Gadjah Mada, 2:10(2011): 97.
2013. 23. Ko CC, Somermn MJ, An KN. Motion
13. Nurhayati, Tazwir, Murniyati. and Bone Generation. Engineering of
Ekstraksi dan Karakterisasi Kolagen Functional Skeletal Tissues.(2007):
Larut Asam dari Kulit Ikan Nila 111-4.
(Oreochromis Niloticus). JPB 24. Fedi PF, Vernino AR, Gray JL.
Kelautan dan Perikanan 8:1(2013): Silabus periodonti Edisi 4. Jakarta :
86, 89. EGC, 2012 p.31.
14. Sahubawa L, Putra ABN. Pengaruh 25. Sam G, Pillai BRM. Evolution of
Konsentrasi Asam Asetat dan Waktu Barrier Membranes In Periodontal
Ekstraksi terhadap Mutu Kolagen Regeneration: Are The Third
Limbah Kulit Ikan Nila Hitam. Jurnal Generation Membranes Really
Teknosains. 1:1(2011): 20. Here?. JCDR. 8:12(2014): 14.
15. Carrin S, Garnero P, Delmas PD. 26. Domingues A. Silva JM, Bayon Y,
The Role of Collagen In Bone Sotelo CG, Silva TH, Reis RL.
Preparation of Marine Origin

50
42
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Collagen Membranes. International Conditions. BioMed Research
Materials Review.s (2012):1. International. (2014): 1-10
27. Hardhani PR, Lastianny SP, Herawati 33. Twardowski T, Fertala A, Antonio JD.
D. Pengaruh Penambahan Platelet- Type I Collagen and Collagen
Risch Plasma pada Cangkok Tulang Mimetics As Angiogenesis Promoting
Terhadap Kadar Osteocalcin Cairan Superpolymers. J Current
Sulkus Gingiva pada Terapi Poket Pharmaceutical Design 14:30
Infraboni. Jurnal PDGI. 62:3(2013): (2008):14.
75. 34. Wang T, Yang X, Jiang C.
28. Shue L, Yufeng IZ, Mony U. Osteoinduction and Proliferation of
Biomaterials for Periodontal Bone-Marrow Stromal Cells In Three-
Regeneration A Review Of Ceramics Dimensional Poly (Ɛ-Caprolactone)/
And Polymers.Biomatter 2:4(2012): Hydroxyapaptite/ Collagen Scaffolds.
271-2. Journal of Transnational Medicine.
29. Collagen, A Key Factor for Clinical 13:152(2015): 2-11.
Success. Biomaterial engineering 35. Farzad M, Mohammadi M. Guided
2015. 9 oktober 2015 Bone Regeneration: a Literatur
<http://www.tecnoss.com/collagen.ht Review. JOHOE. 1:1(2012): 3-18.
ml>. 36. Tal H, Moses O, Kozlovsky A,
30. Sahubawa L, Ekantari N. Ekstraksi Nemcovsky C. Bioresorbable
dan Karakterisasi Kolagen dari Kulit Colllagen Membranes for Guided
Ikan Nila Hitam (Oreochromis Bone Regeneration. Editor: Tal H.
Niloticus). JPB Kelautan dan Kroasia: Intech Europe, 2012. p. 116-
Perikanan. 8:2(2013): 171. 7.
31. Triyono B. Perbedaan Tampilan 37. Yang H, Chen X, Guo X, Gao R,
Kolagen di Sekitar Luka Insisi pada Zhou S, Yan Y. Preparation of
Tikus Wistar yang Diberi Infiltrasi Collagen Wound-Healing
Penghilang Nyeri Levobupivakain Membranes. 5:11(2013): J. Chem.
dan yang Tidak Diberi Pharm. 655-8.
Levobupivakain (Suatu Studi 38. Silva TH, Silva JM, Marques AL,
Histokimia). [Tesis] Semarang: Domingues A, Bayon Y, Reis RL.
Universitas Diponegoro, 2005. Marine Orogin Collagens and Its
32. Neve A, Cantatore FP, Maruotti N, Potential Applications. Mar. Drugs
Carrado A, Ribatti D. Extracellular 12: (2014): 5881-901.
Matrix Modulates Angiogenesis In
Physiological Ad Pathological

51
43
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari - Juni 2016
Advetorial FISH ALBUMIN IKAN GABUS (Channa striatta)
SEBAGAI TERAPI PENCEGAHAN DRY SOCKET
PASCA BEDAH ODONTEKTOMI
1 2
Retno Kanthiningsih, Intan Vallentin Dwi Hariyati,
1
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga,Surabaya

ABSTRAK

Latar Belakang: Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung
geligi, salah satu tindakan penanganannya adalah dengan odontektomi. Impaksi dapat
mengganggu fungsi kunyah dan sering menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya
terjadinya crowding hingga terbentuknya kista. Dry socket merupakan komplikasi dari
luka bekas pencabutan gigi yang paling sering terjadi. Dry socket terjadi karena tidak
terbentuknya bekuan darah normal sehingga menyebabkan terbukanya tulang alveolar.
Dalam sebuah penelitian tentang pendarahan dan dry socket pasca bedah odontektomi
di RSGM-P FKG UI, presentase distribusi dilihat dari regio yang diekstraksi masih
mencapai 51% dari 597 kasus mengalami dry socket. Tujuan: Studi literatur ini bertujuan
untuk menelaah efektifitas kadar protein albumin pada ikan gabus sebagai terapi
pencegahan dry socketpasca bedah odontektomi. Pembahasan: Pada proses
regenerasi, protein yang terdapat di dalamdarahtermasuk albumin dan fibrinogen akan
membentuk benang-benang fibrin yang nantinya akan membentuk sumbat trombosit
yang akan berkembang menjadi blood clot. Blood clot yang terbentuk pada luka bekas
cabut gigi akan menutup luka pada lapisan di bawahnya dan akan terbentuk jaringan
granulasi yang akan berganti menjadi jaringan ikat serta prosseous muda yang akan
menjadi tulang trabekula yang pada akhirnya mengisi dua per tiga bagian dari tulang
alveolar. Penambahan ekstraksi albumin dibutuhkan untuk mempercepat proses
penyembuhan luka dengan mempercepat pembentukan kembali blood clot yang pecah
dan memberikan suplai protein yang tinggi agar proses pembekuan dapat segera
tercapai. Kadar albumin tertinggi terdapat pada ikan, yaitu ikan gabus (Channa striatta)
dengan kadar 62,24 g/kg. Ikan gabus sangat mudah didapatkan di perairan Indonesia,
disamping itu harganya juga terjangkau. Kesimpulan: Fish albumin ikan gabus
berpotensi untuk mencegah dry socket pasca bedah odontektomi

Katakunci: dry socket, albumin, regenerasi, bloodclot.

ABSTRACT

Background:Impacted teeth are the teeth that failed erupted into the arch teeth, to solve
this impacted teeth is odontektomi. Impaction can interfere chewing function and often
leads to various complications including crowding till the formation of cysts. Dry socket is
the most common complication of tooth extraction. Dry socket occurs because blood clots
formed abnormally that can lead to the opening of alveolar bone. In a study of bleeding
and dry socket that formed because of odontektomi post-surgery by RSGMP FKG UI
whose distribution is seen from the extracted region, the percentage reaches 51% of the
597 cases experienced dry socket. Aim: This literature study aimed to examine the
effectiveness of albumin protein levels in Channa striatta as treatment to a prevent dry
socket post-odontektomi.Discussion: In the regeneration process, proteins found in the
blood, including albumin and fibrinogen to form fibrin which will form a platelet plug which
will develop into a blood clot. Blood clot that formed on tooth extraction will close the
wound and form granulation tissue then will be changed into connective tissue and young
prosseous then will be changed to trabecular bone, which fills two-thirds of the alveolar
bone. The addition of albumin extraction is needed to accelerate wound healing process

52
44
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
by accelerating the re-establishment of a ruptured blood clot and provide high protein
supply so clotting process can be achieved faster than as usual. The highest albumin
levels found in fish, namely Channa striatta with the weight 62.24 g / kg. Channa striatta
is easy to find in Indonesia, the price is also affordable.Conclusion: Fish albumin from
Channa striatta can be used to prevent dry socket after odontektomi post-surgery.

Keywords: Dry socket, Albumin, Regeneration, Blood clot.

1. PENDAHULUAN pada antibiotik dan efek samping lain


[8,10,11,13]
1.1. Latar Belakang contohnya hipersensitivitas.
Pelayanan kesehatan gigi dan Mengingat hal tersebut diperlukan
mulut sebagai bagian dari pelayanan alternatif pencegahan dry socket dengan
kesehatan secara umum juga tidak bahan selain antibiotik. Fish albumin telah
terlepas dari upaya peningkatan mutu. diketahui secara luas dapat mempercepat
[1] [14]
Laporan Riskesdas 2007 menunjukkan penyembuhan luka. Fish albumin
bahwa terdapat 23,5% penduduk tertinggi didapatkan di ikan gabus
Indonesia yang mengalami masalah gigi (Channa striatta). Suprayitno pada tahun
[15]
dan mulut. Dari berbagai permasalahan 2003 telah membuktikan pemberian fish
gigi dan mulut, gigi terpendam (impaksi) albumin dapat mempercepat
merupakan masalah yang sering penyembuhan luka dan penutupan luka
menimbulkan keluhan pasien. pada pasien yang mengalami luka tusuk.
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal Tetapi, belum diketahui potensinya
erupsi secara utuh pada posisi yang terhadap sel-sel di rongga mulut.
seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena
tidak tersedianya ruangan yang cukup 1.2. Tujuan
pada rahang untuk tumbuhnya gigi dan Berdasarkan latar belakang
angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut, maka penulis ingin mengetahui
[2]
tersebut. Diperkirakan sekitar 65% potensi fish albumin ikan gabus (Channa
populasi manusia mempunyai sedikitnya striatta) untuk mempercepat
satu gigi molar ketiga impaksi pada usia penyembuhan luka sehingga mencegah
[3]
20 tahun. Di antara jumlah itu, antara 30- dry socket pasca odontektomi.
[4]
60% akan menjalani odontektomi. Diharapkan kajian pustaka ini mampu
Tingkat kejadian komplikasi akibat memberikan alternatif dalam tindakan
[5]
odontektomi menurut Bui berkisar antara preventif dry socket pasca odontektomi
2,6% hingga 30,9%. Dry socketadalah bagi dokter gigi dan masyarakat.
komplikasi paling umum terjadi setelah
[6]
odontektomi. Gejala klinis yang 2. PEMBAHASAN
menyertai dry socket adalah nyeri kronis, 2.1. Albumin
bau mulut dan rasa tidak menyenangkan. Albumin merupakan suatu protein
Awal dari komplikasi ini biasanya 42-72 plasma yang memiliki kandungan tertinggi
[13]
jam setelah odontektomi dan tidak ada didalam darah mencapai 60%. Albumin
tanda warna kemerahan atau pus pada bermanfaat untuk memperbaiki kerusakan
[6,7]
daerah pasca odontektomi. jaringan sel serta membantu
Pencegahan dry socket salah pembentukan jaringan sel yang baru.
satunya dengan pemberian obat seperti Secara umum albumin berfungsi
anti-fibrinolitik, irrigation, desinfektan dan membantu proses metabolisme dalam
[8,9]
antibiotik topikal. Penggunaan penicillin tubuh dan pembentukan jaringan baru.
sistemik, klindamisin dan metronidazole Albumin mampu membangun dan
dan tetrasiklin topikal diketahui efektif memperbaiki daya tahan
dalam menurunkan insidensi dry tubuh,mempercepat penyembuhan luka
[10,11,12]
socket. Walaupun antibiotik dapat luar maupun dalam, menghilangkan
mengurangi insidensi dry socket, namun odema dan mempercepat proses
[13]
antibiotik tidak seharusnya digunakan penyembuhan pasca operasi.
untuk mencegah atau mengobati dry- Albumin merupakan protein
socket pada pasien non-immune- terbanyak dalam plasma, sekitar 60%
compromised karenaberpotensi resisten dari total plasma protein, dengan nilai
normal 3,5 – 5,5 g/dl. Albumin juga

53
45
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
didapatkan pada ruang ekstrasel (40% antara lain keadaan hipoalbumin yang
terdapat pada plasma dan 60% di ruang sering dijumpai pada pasien dengan
ekstrasel). Albumin dalam tubuh disintesa pra-bedah, masa recovery atau
di dalam hati dengan jumlah sangat pemulihan setelah tindakan operasi
kecil. Kadar albumin menunjukkan kadar ataupun dalam proses penyembuhan.
protein dalam tubuh. Albumin membentuk Selain itu, albumin dapat digunakan
lebih dari 50% total protein dalam darah sebagai prediktor terbaik untuk
dan berpengaruh terhadap sistem mengukur harapan hidup penderita.
kardiovaskuler, karena albumin membantu Serum albumin merupakan salah satu
mempertahankan tekanan osmotik. parameter penting dalam pengukuran
Produksi albumin berkaitan dengan status gizi pada penderita dengan
[22]
metabolisme di hati dan suplai asam penyakit akut maupun kronik.
[16]
amino yang adekuat. Ikan gabus diketahui mengandung
Albumin mempengaruhi pengikatan protein yang lebih tinggi dibandingkan
dan pengangkutan senyawa-senyawa jenis ikan lainnya. Kadar protein ikan
endogen dan eksogen, termasuk obat- gabus mencapai 25,5%, lebih tinggi
obatan, karena seperti diperkirakan dibandingkan protein ikan bandeng
distribusi obat keseluruh tubuh itu (20,0%), ikan emas (16,05%), ikan
[17]
pengikatannya melalui fraksi. Jika kakap (20,0%), maupun ikan sarden
kadar albumin serum berada dibawah (21,1%).Kadar albumin ikan gabus bisa
[22]
nilai normal, maka fraksi obat yang mencapai 6,22%.
terikat protein tersebut berkurang, Hasil penelitian Suprayitno pada
[14]
dengan kata lain fraksi obat bebas tahun 2003 tentang tingkat
banyak sehingga keadaan ini dapat kesembuhan luka pada tikus putih yang
menimbulkan pengaruh obat yang tidak mengalami penurunan kadar albumin
diinginkan. Pengadaan albumin terutama (1.8 g dl-1) memberikan hasil yang
untuk kasus bedah saat ini mencapai siginifikan. Uji coba telah dilakukan oleh
91%, 2/3 albumin kemasan 100 ml-20% instalasi gizi dan bagian bedah RSUD.
[18]
albumin. Dr. Saiful Anwar Malang selama 1979-
Albumin juga berfungsi mengikat 1998, berupa pemberian filtrat dari 2 kg
dan carrier Zn menuju plasma dan sekitar hari-1 ikan gabus terhadap pasien
85% Zn terikat pada albumin. Albumin dan pasca terkena luka tusukan, yang
Zn berperanan penting dalam mempunyai kadar albumin rendah (2,8
penyembuhan luka, karena albumin g dl-1), selama 2-4 hari terjadi
memiliki kemampuan mengikat Zn serta peningkatan albumin tubuh menjadi
[19]
mengangkutnya dalam plasma darah. 4,45.5 g dl-1 (kadar albumin normal
[20]
Menurut Japaries defisiensi Zn tubuh manusia), dan permukaan luka
menyebabkan kurangnya daya mengalami penutupan.
[23]
penyembuhan luka. Mudjiharto menjelaskan bahwa
Penelitian menunjukkan bahwa Zn ikan gabus merupakan bahan sumber
mengatur koagulasi, antikoagulasi dan albumin yang potensial. Albumin ikan
jalur fibrinolitik. Interaksi Zn dengan faktor gabus dapat digunakan sebagai
(F) XII, Zn sebagai inisiator dari jalur biofarma dan bahan substitusi albumin
kontak dan sistem kallikrein/kinin, hal ini manusia.
merupakan peran utama Zn dalam faktor
koagulasi. Zinc juga memodulasi agregasi 2.2. Dry socket
platelet dan pembentukan fibrin. Dry socket disebut juga localized
Pelepasan Zn dari trombosit lokal yang aleveolitis, localized osteitis dan
[25]
teraktivasi menghasilkan lonjakan fybrinolitic alveolitis .Dry socket
konsentrasi Zn yang memfasilitasi merupakan komplikasi dari luka
penyebaran koagulasi. Zinc juga pencabutan gigi yang terjadi karena tidak
mengatur langkah-langkah tambahan di terbentuknya bekuan darah (blood clot)
antikoagulan dan jalur fibrinolitik. Oleh yang menyebabkan terbukanya tulang
karena itu, zinc memainkan peranan alveolar. Hal ini biasanya terjadi pada hari
penting dalam mengatur beberapa reaksi kedua atau kelima pasca pencabutan gigi.
[21] [24]
dalam hemostasis dan trombosis. Amler mengatakan bahwa terbukanya
Peran albumin semakin penting dinding soket disebabkan adanya
disebabkan oleh beberapa alasan, gangguan pembentukan bekuan darah

54
46
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
normal (blood clot) yang terjadi pada 1) Vasokonstriksi
tahap proliferasi dari jaringan granulasi Vasokonstriksi pembuluh darah
dan pembentukan jaringan osteoid yang memperlambat aliran darah untuk
etiologinya akibat defisiensi protein membatasi kehilangan darah.
albumin dan adanya invasi bakteri karena Proses ini dimediasi
[26,27]
oral hygiene yang buruk. Etiologi yang olehtromboksan yang dilepaskan di
lain adalah terjadi aktivitas peningkatan lokasi cedera dan epinefrin yang
fibrinolisis sehingga melarutkan bekuan dilepaskan oleh kelenjar adrenal
[26]
darah yang telah terbentuk. untuk merangsang vasokonstriksi
Faktor-faktor penyebab umum.
peningkatan aktivitas fibrinolitik ini antara 2) Pembentukan sumbat trombosit
lain adalah agen-agen kimia, obat-obatan Trombosit menempel pada kolagen
sistemik, aktivator cairan tubuh, aktivator dan menjadi aktif kemudian
jaringan dan bakteri yang menghasilkan melepaskan bahan kimia seperti
rasa nyeri, bau mulut dan rasa tidak enak ADP, dan tromboksan, yang
sebagai tanda adanya suatu keradangan menyebabkan agregasi trombosit
lain yang mencegah atau memperlambat lebih banyak. Pembuluh darah akan
proses penyembuan luka pencabutan mengeluarkan enzim yang disebut
[27]
gigi. prostasiklin yang berfungsi untuk
Pencegahan dry socket yang telah menghambat aktivasi trombosit dan
banyak dilakukan diantaranya pencabutan agregasi.
gigi pada waktu yang tepat yakni pada 3) Pembekuan darah
saat tidak terjadi inflamasi untuk Pembekuan darah adalah
mencegah terhalangnya suplai darah ke transformasi darah cair menjadi gel
daerah pencabutan gigi dan tulang, semipadat. Gumpalan terbentuk
anastesi yang cukup, teknik pencabutan dari protein yang disebut fibrin.
gigi yang tepat, sterilisasi alat yang Fibrin berasal dari prekursor tidak
[27]
baik,dan terapi obat-obatan. aktif disebut fibrinogen. Enzim yang
mengubah fibrinogen menjadi fibrin
2.3. Proses Penyembuhan Luka disebut trombin. Trombin adalah
Penyembuhan luka merupakan kunci untuk mekanisme
suatu proses yang sangat kompleks, pembekuan. Jika trombin hadir
pergantian sel-sel yang mati dengan maka pembekuan akan dilanjutkan.
sel-sel hidup serta diawali dengan Trombin berasal dari prekursor
adanya regenerasi parenkim kemudian tidak aktif yang disebut protrombin.
pembentukan parut jaringan ikat, Ada dua jalur yang mengarah ke
dilanjutkan dengan proliferasi fibroblas konversi protrombin untuk thrombin,
(pembentukan kolagen untuk yaitu:
membentuk jaringan parut) dan tunas- 1) Jalur intrinsik
[28]
tunas kapiler pembuluh darah baru. Jalur intrinsik merupakan suatu
Penyembuhan luka ada 2 yaitu : proses koagulasi paralel dengan
a. Penyembuhan primer (suatu insisi jalur ekstrinsik. Jalur intrinsik
bedah yang bersih/tidak terinfeksi berawal dari aktivasi protein contact
di sekitar jahitan bedah). Insisi system yang terdiri dari faktor XII,
tersebut hanya menyebabkan prekalikrein dan high moleculer
robekan lokal pada membran weight kininogen (HMWK). Protein
basalis epitel yang menyebabkan contact system ini terikat pada sel
kematian sel epitel dan jaringan endotel dan proses koagulasi terjadi
ikat yang sedikit, sedangkan sebagai akibat dari aktivasi dari
ruang insisi segera terisi darah faktor IX menjadi faktor IXa oleh
dengan bekuan fibrin dan faktor XIa. Faktor XI dikonversikan
mengeringnya permukaan luka menjadi XIa melalui 2 mekanisme
menjadi kerak yang menutupi yang berbeda yaitu diaktifkan oleh
luka. Dalam waktu 24 jam neutrofil kompleks faktor XIIa dan high
akan bermigrasi menuju bekuan molekuler weight kininogen
[28]
fibrin. (HMWK) atau sebagai regulasi
Ada 3 tahap pada proses feedback negatif dari trombin,
[29]
hemostasis : regulasi feedback negatif ini juga

55
47
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
terjadi pada faktor VIII dan faktor V, yang terdiri atas jaringan ikat
hal ini yang dapat menerangkan tanpa disertai sel radang telah
tidak terjadinya perdarahan pada selesai terbentuk dan ditutupi suatu
[28]
penderita yang kekurangan faktor lapisan epidermis yang normal.
XII, prekalikrein dan HMWK Faktor b. Penyembuhan sekunder, terjadi jika
IXa akan membentuk suatu kehilangan sel atau jaringan yang
kompleks dengan faktor VIIIa luas seperti luka yang besar
dengan bantuan adanya fospolipid sehingga proses pemulihannya
dan kalsium yang kemudian akan lebih kompleks. Pada keadaan ini
mengaktifkan faktor X menjadi sel parenkim saja tidak dapat
faktor Xa. Faktor Xa akan mengikat mengembalikan tekstur asal,
faktor V bersama dengan kalsium akibatnya terjadi pertumbuhan
dan fosfolipid membentuk suatu jaringan granulasi yang luas
kompleks yang disebut kearah dalam dari tepi luka.
protrombinase, suatu kompleks Dasar tepi luka mula mula
yang bekerja mengkonversi dilapisi oleh jaringan granulasi
[29]
protrombin menjadi trombin. setelah leukosit membersihkan
2) Jalur Ekstrinsik eksudat debris pada luka,
Komponen utama jalur ini adalah selanjutnya terjadi proliferasi
tissue factor yang diperlukan fibroblast dan pembentukan tunas
sebagai kofaktor faktor VIII dalam kapiler dimulai, bersamaan
jalur intrinsik dan faktor V dalam dengan ini terjadi juga
common pathway. Komponen reepitelisasi tetapi terbatas pada
plasma utama dari jalur ekstrinsik jaringan granulasi yang merupakan
adalah faktor VII. Jalur ekstrinsik dasar pertumbuhan epitel tersebut.
akan diaktifasi apabila tissue factor
yang berasal dari sel-sel yang 2.4. Penyembuhan Soket Post-
mengalami kerusakan atau Odontektomi
stimulasi kontak dengan faktor VII Soket pencabutan terjadi karena
dalam peredaran darah dan akan jumlah tulang terbuka cukup banyak
membentuk suatu kompleks namun proses penyembuhan yang tidak
dengan bantuan ion Ca. Kompleks adekuat karena kerusakan bekuan
factor VIIa–tissue factor ini akan darah didalam soket, defisiensi faktor-
menyebabkan aktifasi faktor X faktor pembekuan darah seperti protein
menjadi Xa disamping juga albumin, kalsium, faktor VIII dan faktor XII
menyebabkan aktifasi faktor IX serta adanya infeksi tulang mati oleh
[29] [30]
menjadi IXa (jalur intrinsik). mikroorganisme. Menurut Price dan
[31]
Pada hari kedua, terjadi migrasi Wilson, soket pencabutan termasuk
sel epitel yang menghasilkan dalam luka terbuka, dimana
suatu lapisan epitel tipis yang penyembuhannya biasa disebut juga
tidak putus. Pada hari ketiga, dengan healing by second intention
neutrofil sebagian besar atau kadang kala disebut penyembuhan
digantikan oleh makrofag dan yang disertai granulasi. Jenis
jaringan granulasi yang mengisi penyembuhan ini secara kualitatif identik
ruang insisi, timbulnya serat dengan penyembuhan luka primer
kolagen serta berlanjutnya seperti pada luka insisi. Perbedaanya
reepitelisasi menghasilkan lapisan hanya terletak pada banyaknya jaringan
epidermis penutup yang tebal. granulasi yang terbentuk.
[32]
Pada hari kelima, berlimpahnya Menurut Gregory menemukan
serabut kolagen serta jaringan bahwa setelah ekstraksi, blood-clot
granulasi yang kaya akan mengisi soket. Tiga hari setelah gigi
pembuluh darah karena ekstraksi terlihat jaringan yang rapuh dan
neovaskularisasi telah mencapai kendor yang sebagian terdiri dari bekuan
puncaknya. Selama minggu fibrin. Setelah 1 minggu, terdiri dari
kedua, masih berlanjutnya degenerasi fibrin dan pembentukan awal
penumpukan kolagen dan jaringan granulasi. Setelah 7 hari,
fibroblas. Pada akhir bulan gumpalan itu diganti dengan jaringan
pertama, suatu jaringan parut granulasi. Pada hari ke-8, pembentukan

56
48
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
tulang baru pada sepanjang tulang thrombosis.
alveolar. Pada hari ke-10, pembentukan Zn mengatur koagulasi,
tulang tercatat pada permukaan dinding antikoagulasi dan jalur fibrinolitik. Interaksi
soket. Pada hari ke-12, pembentukan Zn dengan faktor (F) XII, Zn sebagai
tulang baru terus sepanjang dinding soket inisiator dari jalur kontak dan sistem
dan di ruang trabekula sekitar ekstraksi. kallikrein / kinin. Protein contact system
Setelah hari ke-20, jaringan granulasi yang terdiri dari Faktor 12, prekalikrein
digantikan oleh kolagen, dan tulang mulai dan HMWK terikat pada sel endotel.
terbentuk di dasar dan pinggiran soket Kekurangan seng dikaitkan dengan
ekstraksi. Pada minggu ke-5, Gregory gangguan agregasi platelet. Interaksi seng
[32]
memperkirakan bahwa rata-rata dua- dengan faktor (F) XII sebagai inisiator
pertiga dari soket ekstraksi telah diisi protein contact system dan sistem
dengan tulang. Epitel ditemukan kallikrein / kinin. Zinc juga memodulasi
memerlukan minimal 24 hari untuk benar- agregasi platelet dan pembentukan fibrin.
benar menutupi soket ekstraksi. Pelepasan seng dari trombosit teraktivasi
menghasilkan lonjakan konsentrasi seng
yang memfasilitasi penyebaran faktor
3. KESIMPULAN koagulasi. Zinc juga mengatur langkah-
Dry socket merupakan komplikasi langkah tambahan di antikoagulan dan
dari luka pencabutan gigi karena jalur fibrinolitik. Oleh karena itu, zinc
terbukanya dinding soket disebabkan memainkan peranan penting dalam
adanya gangguan pembentukan bekuan mengatur beberapa reaksi dalam
darah normal (blood clot) yang terjadi hemostasis dan trombosis.
pada tahap proliferasi dari jaringan Koagulasi dimulai oleh tissue factor
granulasi dan pembentukan jaringan (TF) atau melaluicontact system danjalur
osteoid yang salah satu etiologinya adalah intrinsik. TF akan membentuk thrombus
karena defisiensi protein albumin dan pada saat terjadi kerusakan jaringan,
adanya invasi bakteri pada soket yang sedangkan contact system untuk jalur
terbuka. propagasi. Zn sebagai kofaktor contact
Soket pencabutan termasuk dalam system memulai aktivasi kontak yang
luka terbuka, dimana penyembuhannya dimediasi factor koagulasipada
biasa disebut juga dengan healing by permukaanpolyanionicyang berfungsi
second intention atau kadang kala untuk menyusun protein contact system
disebut penyembuhan yang disertai padasel endoteldan trombosit. Zn menjadi
granulasi. Jenis penyembuhan ini secara pengendali contact system melalui
kualitatif identik dengan penyembuhan menginduksi perubahan konformasi pada
luka primer seperti pada luka insisi. permukaan contact system.
Dari berbagai studi kasus dan Oleh karena itu dapat diberikan
penelitian diketahui bahwa ekstra ikan albumin yang merupakan Zn-Carrier
gabus secara nyata dapat meningkatkan sebagai kofaktor hemostasis. Akumulasi
kadar albumin pada kasus-kasus Zn jaringan yang akan disembuhkan
albuminemia dan mempercepat proses berfungsi sebagai koagulasi, antikoagulasi
penyembuhan luka pada kasus pasca dan jalur fibrinolitik sehingga regulasi yang
[33]
operasi. terjadi di dalam proses hemostasis
Albumin memiliki kemampuan semakin cepat. Proses hemostasis yang
mengikat Zn serta mengangkutnya dalam cepat akan mencegah terjadinya invasi
plasma darah. Zn membentuk afinitas kuman pada soket yang terbuka dapat
interaksi rendah dengan albumin, yang menyebabkan dry socket.
berfungsi sebagai repositori Zn. Fish albumin tertinggi didapat dari
Mekanisme modulasi pembentukan ikatan ikan gabus dimana albumin berfungsi
Zn dalam plasma berpengaruh terhadap sebagai Zn-Carrier yang berperan penting
jumlah platelet. Trombosit mengakumulasi dalam mengatur koagulasi, antikoagulasi
Zn dalam sitoplasma, sehingga dan jalur fibrinolitik. Dry socketterjadi
konsentrasi Zn dalam trombosit karena gangguan pembentukan bekuan
meningkat. Potensi modulasi dari darah normal (blood clot) yang terjadi
konsentrasi Zn lokal dan mendukung pada tahap proliferasi dari jaringan
aktivitas Zn sebagai regulator yang granulasi dan pembentukan jaringan
dinamis dalam hemostasis dan osteoid yang etiologinya adalah karena

57
49
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
defisiensi protein albumin yang 10. Laird WR, Stenhouse D, Macfarlane
merupakan aktivator faktor pembekuan TW. “Control Of Post-Operative
darah dan adanya invasi bakterisehingga Infection. A Comparative Evaluation Of
dapat disimpulkan bahwa fish albumin Clindamycin And
ikan gabus dapat mempercepat Phenoxymethylpenicillin.”Br Dental
penyembuhan luka sehingga berpotensi Journal.133:3(1972):106-109.
sebagai terapi pencegahan dry 11. Rood JP, Danford M. “Metronidazole In
socketpasca bedah odontektomi. The Treatment Of „Dry socket‟.”
Fish albumin telah diketahui secara International Journal Oral Surgary.
luas untuk mempercepat penyembuhan 10(1981): 345-347.
luka, namun belum diketahui potensinya 12. Sorensen DC, Preisch JW. “The Effect
di sel-sel rongga mulut oleh karena itu Of Tetracycline On The Incidence Of
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk Post-Extraction Alveolar
mengetahui potensinya. Osteitis.”Jurnal Oral Maxillofacial
Surgary. 45:12(1987):1029- 1033.
DAFTAR PUSTAKA 13. Larsen PE. “The Effect Of A
Chlorhexidine Rinse On The Incidence
1. RISKESDAS. Laporan Hasil Riset Of Alveolar Osteitis Following The
Kesehatan Dasar. Laporan Hasil Riset Surgical Removal Of Impacted
Kesehatan Dasar, 2007. Mandibular Third Molars.”Jurnal Oral
2. Alamsyah RM, Situmarong N. Maxillofacial Surgary. 49:9(1991): 932-
“Dampak Gigi Molar Tiga Mandibula 937.
Impaksi Terhadap Kualitas Hidup 14. Suprayitno E. Penyembuhan Luka
Mahasiswa Universitas Sumatera dengan Ikan Gabus. Fakultas
Barat.”Dentika Dental Journal. Perikanan. Universitas Brawijaya.
10:2(2005):73-4. Malang, 2003.
3. Silvestri, A. R. J.,danSingh, I. “The 15. Sumarno. “Albumin Ikan Gabus (Sneak
Unresolved Problem Of The Third Head Fish) Dan Kesehatan.”Jurnal
Molar: Would People Be Better Off Ilmiah Agri Bios. 10:1(2012): 60-63.
Without It?” The Journal of the 16. Said, Syahrul et al. Gizi Dan
American Dental Association. Penyembuhan Luka. Makassar:
134:4(2003): 450–455. Indonesian Academic Publishing,
4. Dodson. “Impacted Wisdom 2013. 12-13.
Teeth.”<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p 17. Goldstein AL. Arronow, Kalman SM.
mc/articles/PMC2907590/>, 2010. Principles Of Drug Actionthe Basis Of
5. Dwipayanti, A., Adriatmoko W. dan Pharmacology. New York, 1968.45-11.
Rochim A. “Komplikasi Post 18. Alexander MR, et al. “Therapeutic Use
Odontektomi Gigi Molar Ketiga Rahang Of Albumin.” JAMA. 241(1979): 2527-
Bawah Impaksi.”Jurnal PDGI. 2529.
58(2009): 20-24. 19. Harper HA, Mayes PA, Rodwell VW.
6. Jacobs, DJ Br, Heasman PA. A Biokimia. Edisi 17. Disadur Muliawan.
“Clinical Investigation Into The Jakarta: EGC,1996.
Incidence Of Dry socket.”Jurnal Oral 20. Japaries W. Elemen renik dan
Maxillofac Surgary. 22:2(1984):115-22. Pengaruhnya Terhadap Kesehatan.
7. AE, Swanson. “Double-Blind Study On Jakarta:EGC, 1988.
The Effectiveness Of Tetracycline In 21. Vu, Trang T, James C, Frede nburgh,
Reducing The Incidence Of Fibrinolytic Jeffrey I, Weitz. Zinc: An Important
Alveolitis.”Jurnal Oral Maxillofac Cofactor In Haemostasis And
Surgary. 47:2(1989):165-7. Thrombosis. Barton, Canada.
8. D. Torres Lagares, et al. “Update On Thrombosis And Atherosclerosis.
Dry socket: A Review Of The Research Institute, Hamilton, Ontario,
Literature.” Medicina Oral, Patologia Canada. Review Article: Schattauer.
Oral y Cirugia Bucal. 10:1(2005):77– 2012. 421-423.
85. 22. Carvallo YN. Study Profit Asam
9. N. Sarrami, et al. “Adverse Reactions Amino, Albumin, Mineral Zn pada
Associated With The Use Of Eugenol Ikan Gabus (Ophiocephalus sriatus)
In Dentistry.”British Dental dan Ikan Tomang (Ophiocephalus
Journal.193:5(2002): 257–259. Micropeltus). Fakultas Perikanan.

58
50
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
Universitas Brawijaya. Malang, 1998. Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC,
28-30. 2007.
23. Mudjiharto. Fish as Human Serum 29. Colman RW, Clowes AW, George JN.
Albumin Substitute. 2007. 18 August Overview Of Hemostasis. In: Colman
2009. RW, Hirsh J, Marder VJ, Clowes AW,
<http://www.prasetya.brawijaya.ac.id> George JN Eds.Hemostasis And
24. Amler MH. “Pathogenesis Of Disturbed Thrombosis,4th
Extraction Wounds.” J Oral Surg. ed.Philadelphia:Lippincott Williams &
31(1973):666-74. Wilkins, 2001. 3- 16.
25. Carvalho PSP, Mariano RC, Okamoto 30. Lawler W, Ahmed A, Hume J.Essensial
T. “Treatment Of Fibrynolitic Alveolitis Phatologi For Dental Student. Disadur
With Rifamycin B Djaya, A. Buku pintar patologi untuk
Diethylamideassociated With Gelfoam: kedokteran Gigi. Jakarta: EGC, 2002.
A histological study.” J.Braz Dent, 31. Price S.A, Wilson LMC.
1997. Phatophysiological Clinical Concept Of
<http://www.forp.usp.br/bdj/t0181.Html Deases Process. Disadur Anugerah, P.
> Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
26. Nitzan DW. “On The Genesis of Dry Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta:
socket.”J Oral Maksillofacial Surg. EGC, 2005.
41(1983):706-710. 32. Gregory et al. The Healing Socket And
27. Yuzdani, Herniza.Tindakan Socket Regeneration. 6 oktober 2015.
Pencegahan Terjadinya Dry socket <http://www.endoexperience.com/docu
Setelah Pencabutan Gigi. Fakultas ments/TheHealingSocketAndSocketRe
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera generation>
Utara, Medan. 2002. 33. Asikin A. The Impact Of Snakehead
28. Robbins S, RS, Kumar V. Basic Filtrate Extra Menu Administration
Patology. Disadur staff pengajar For Pre And Post-Operative Patients
laboratorium patologi klinik fakuktas In Saiful Anwar General Hospital
kedoteran universitas airlangga. Buku Malang. Thesis, 1999.

59
51
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016
60
BIMKGI Volume 4 No.1 | Januari-Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai