Anda di halaman 1dari 74

HALAMAN JUDUL

PROFIL KESEHATAN
TAHUN 20 22

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJARNEGARA


UPTD PUSKESMAS RAKIT 2
TAHUN 2022
© 2023– UPTD PUSKESMAS RAKIT 2

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022. Terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan ini.
Profil kesehatan merupakan salah satu media publikasi data dan informasi
yang berisi situasi dan kondisi kesehatan yang cukup komprehensif. Profil
kesehatan disusun berdasarkan ketersediaan data, informasi, dan indikator
kesehatan yang bersumber dari UPTD Puskesmas serta jejaring dan jaringannya.
Dalam profil kesehatan Tahun 2022 ini, pembaca dapat memperoleh data dan
informasi mengenai gambaran umum dan demografi, Sarana dan Pembiayaan
Kesehatan, Tenaga Kesehatan, Kesehatan Keluarga, Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit. Data dan informasi yang ditampilkan pada profil
kesehatan dapat membantu dalam mengukur capaian pembangunan bidang
kesehatan di suatu wilayah kerja UPTD Puskesmas dan sebagai dasar untuk
perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya.
Kami menyadari masih banyak yang belum sempurna dalam penyusunan
buku ini, terutama karena keterbatasan waktu, tenaga dan sumber data yang ada.
Sehingga kritik dan saran senantiasa kami harapkan guna meningkatkan kualitas
profil kesehatan pada tahun-tahun yang akan datang. Kami juga mohon maaf jika
karena kekhilafan kami, terdapat kesalahan penulisan dalam buku profil kesehatan
ini. Akhirnya, semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa menyertai langkah-
langkah kita. Amiin.

Rakit, 1 Februari 2023


KEPALA UPTD PUSKESMAS RAKIT 2

Nuruddin AG, SKM, M.Kes


NIP. 19700419 199403 1 002

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................... vii
BAB I GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN DEMOGRAFI ........................ 1
A. KEADAAN GEOGRAFI .................................................................... 1
B. KEPENDUDUKAN............................................................................ 2
1. Pertumbuhan Penduduk ................................................................ 2
2. Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur ................................ 2
3. Kepadatan Penduduk .................................................................... 3
BAB II SARANA DAN PEMBIAYAAN KESEHATAN .................................... 4
A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT ........................................... 4
B. PEMBIAYAAN KESEHATAN .......................................................... 5
BAB III SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN .......................................... 5
A. JUMLAH TENAGA KESEHATAN ................................................... 6
B. RASIO TENAGA KESEHATAN ....................................................... 8
BAB IV KESEHATAN KELUARGA ................................................................... 9
A. KESEHATAN IBU ........................................................................... 10
B. KESEHATAN ANAK ...................................................................... 25
C. GIZI .................................................................................................. 38
BAB V KESEHATAN LINGKUNGAN ............................................................. 43
A. STBM ............................................................................................... 45
B. AIR MINUM .................................................................................... 46
C. AKSES SANITASI LAYAK ............................................................ 47
D. TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU) ................................................. 49
E. TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN (TPM) .............................. 50
BAB VI PENGENDALIAN PENYAKIT ............................................................. 51
A. PENYAKIT MENULAR LANGSUNG ............................................ 52
B. PENYAKIT YANG DICEGAH DENGAN IMUNISASI
(PD3I) ............................................................................................... 59
C. PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR DAN
ZOONOSIS ...................................................................................... 61
D. PENYAKIT TIDAK MENULAR ..................................................... 64

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Angka Kematian Ibu ............................................................................. 12


Gambar 4.2 Penyebab Kematian Ibu .......................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.3 Cakupan K1 dan K4 ............................................................................. 14
Gambar 4.4 Cakupan K4 dan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ............................ 17
Gambar 4.5 Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan ......................................... 20
Gambar 4.6 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan ....................................... 22
Gambar 4.7 Peserta KB aktif.................................................................................... 24
Gambar 4.8 Angka Kematian Bayi (AKB) ............................................................... 25
Gambar 4.9 Cakupan KN 1 dan KN Lengkap .......................................................... 28
Gambar 4.10 Penanganan Komplikasi Neonatal ....................................................... 29
Gambar 4.11 Cakupan Imunisasi Bayi ..................................................................... 32
Gambar 4.12 Cakupan pemberian ASI eksklusif ...................................................... 38
Gambar 4.13 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita ............................ 40
Gambar 4.14 Cakupan Penimbangan Balita ............................................................. 41
Gambar 4.15 Prevalensi Gizi Buruk ......................................................................... 43

Gambar 5.1 Persentase penduduk yang memiliki air minum yang layak……………42
Gambar 5.2 Persentase Akses Jamban Sehat ............................................................ 47
Gambar 5.3 Persentase TTU Yang Memenuhi Syarat Kesehatan .............................. 49
Gambar 5.4 Persentase TPM Yang Memenuhi Syarat Kesehatan ............................. 50
Tabel. 6.1 Penemuan kasus TB BTA+ Per Desa ................................................... 53
Tabel. 6.2 Angka Keberhasilan Pengobatan TB Per Desa ..................................54
Tabel. 6.3 Penemuan dan Penanganan Pendeita Pneumonia .............................. 57
Tabel 6.4 Angka Kesakitan (IR/Insiden Rate) DBD per 100.000 penduduk ....... 61
Tabel. 6.5 Angka Kesakitan (Anual Parasite Insidence) Malaria......................... 63
Tabel. 6.6 Kasus Penyakit Tidak Menular .......................................................... 65

v
vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur Penduduk........................................................................................3


Tabel 2. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan ............................................................4

vii
BAB I
GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN DEMOGRAFI

A. KEADAAN GEOGRAFI
Kecamatan Rakit merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Bajarnegara yang letaknya berada pada jarak 25 Km ke arah Barat dari Ibu Kota
Kabupaten. Secara Astronomi terletak diantara 70.12’ – 70.31’ Lintang Selatan dan
1090.29’ – 1090.45’.50’’ Bujur Timur. Dibatasi oleh:
Sebelah Utara Kecamatan Punggelan ;
Sebelah Timur Kecamatan Wanadadi.;
Sebelah Selatan Kecamatan Purwanegara; dan
Sebelah Barat Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga ;

PETA WILAYAH PUSKESMAS RAKIT 2

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022 1


Dengan luas wilayah kurang lebih 14,15 Km2 atau 1.812 Ha atau sekitar
1,16 % dari Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara.
Secara administratif Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rakit 2 terbagi
dalam 5 desa yaitu Desa Lengkong, Desa Badamita, Desa Kincang, Desa
Tanjunganom dan Desa Luwung. Desa yang terluas adalah desa Lengkong dengan
luas 4,42 Km2 atau sekitar 24 % dari luas total Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Rakit 2. Sedangkan desa Luwung merupakan memiliki wilayah paling kecil yaitu
hanya seluas 1,87 Km2 atau sekitar 11 %.

B. KEPENDUDUKAN
1. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan rekapitulasi data penduduk tahun 2022, jumlah penduduk
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rakit 2 adalah 22.046 jiwa naik 0,01%
dibanding tahun 2021 yaitu 21.811 jiwa. Distribusi penduduk menurut jenis
kelamin dan umur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rakit 2 pada tahun 2022,
dengan jumlah penduduk total sebesar 22.046 jiwa, yang terdiri dari 11.081
laki-laki dan 10.965 perempuan.
2. Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur
Melihat struktur penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rakit 2
terjadi adanya sedikit penurunan penduduk umur 44 sampai 65 tahun. Adanya
kenaikan usia produktif yaitu 15-44 tahun sebagai pengurangan demografi
sehingga dapat menambah angka ketergantungan. Bonus demografi dengan
penurunan penduduk usia produktif merupakan tantangan untuk memperkuat
investasi di bidang kesehatan, pendidikan maupun ketenagakerjaan. Di lain
pihak, penduduk usia lanjut (65+ tahun) membutuhkan perhatian dari sektor
kesehatan dalam perawatan kesehatan fisik dan kejiwaan lanjut usia (lansia)
serta penanggulangan penyakit degeneratif sehingga perlu diperluas sasaran
pelayanan penduduk yang tidak saja memberikan perhatian kepada bayi dan
anak serta orang dewasa, tetapi juga terhadap orang tua. Adapun perbandingan
komposisi penduduk wilayah kerja UPTD Puskesmas Rakit 2 menurut

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022 2


kelompok umur dari tahun 2020 sampai dengan 2022 dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 1. Struktur Penduduk


UPTD Puskesmas Rakit 2 Menurut Golongan Umur
Tahun 2020-2022
Golongan
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
Umur (Th)
0–4 1.420 1.400 1.530
4–9 1.606 1.499 1.571
10 – 14 1.620 1.636 1.744
15 – 44 8.572 8.083 9.534
45 – 64 5.561 5.401 5.658
65 ke atas 3.825 3.792 2.009
Total 22.604 21.811 22.046

3. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di UPTD Puskesmas Rakit 2 tahun 2022 sebesar
1558,02/km2. Angka ini bila dibandingkan dengan tahun 2021 terjadi
peningkatan kepadatan.
Sebaran penduduk ternyata tidak merata, beberapa desa dengan angka
yang cukup tinggi, yaitu desa Lengkong sebesar 47,63/km2, sedangkan desa
dengan cakupan rendah yaitu desa Luwung sebesar 1,21/km2.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022 3


BAB II
SARANA DAN PEMBIAYAAN KESEHATAN

Penyediaan sarana kesehatan merupakan kebutuhan pokok dalam upaya


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan menjadi salah satu perhatian utama
pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan agar lapisan masyarakat dapat
menikmati pelayanan kesehatan.
Tabel 2. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan
di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2022
No. Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah
1. RS Pemerintah 1
2. RS Swasta 3
3. Puskesmas 35
3. Laboratorium Kesehatan Daerah 1
4 Gudang Farmasi Kesehatan 1
5. Unit Tranfusi Darah 1
5. Klinik 14
6. Apotek 56
7. Toko Obat 4

8. Jumlah Tempat Tidur Rawat Inap di Puskesmas 761


Rumah Sakit dan klinik

A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas
menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya Kecamatan Sehat. Selain melaksanakan tugas tersebut,
Puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022 4
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai
wahana pendidikan tenaga kesehatan.
Jumlah Puskesmas di Kecamatan Rakit sebanyak 2 Puskesmas, terdiri dari
UPTD Puskesmas Rakit 1 dan Rakit 2, sedangkan UPTD Puskesmas Rakit 1
mampu PONED/perawatan dan UPTD Puskesmas Rakit 2 Puskesmas non
perawatan. Jumlah Puskesmas pembantu sebanyak 1 Pustu, 5 Puskesmas Keliling
dan 1 ambulans.

B. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pada tahun 2022 Anggaran Pendapatan dan Belanja UPTD Puskesmas Rakit
2 untuk kesehatan adalah Rp. 1.808.808.501- terdiri dari anggaran DAK Non Fisik
sebesar Rp. 771.150.000- dan dari anggaran BLUD sebesar Rp.1.037.658.501,-.
Realisasi Belanja UPTD Puskesmas Rakit 2 DAK Non Fisik Rp. 569.472.707- dan
realisasi Belanja BLUD sebesar Rp. 1.006.024.750-

BAB III
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022 5


Sumber daya manusia kesehatan merupakan salah satu sub sistem dalam
sistem kesehatan nasional yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat melalui berbagai upaya dan pelayanan kesehatan.
Upaya dan pelayanan kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab, memiliki etik dan moral tinggi, keahlian dan berwenang.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.

A. JUMLAH TENAGA KESEHATAN


Tenaga kesehatan di kelompokan menjadi beberapa rumpun dan sub
rumpun. Rumpun tenaga kesehatan menurut Undang-Undang nomor 36 tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 11 adalah tenaga medis, tenaga
keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga psikologi klinis, tenaga
keterapian fisik, tenaga keteknesian medis, tenaga teknik boimedika, tenaga
kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.

Tenaga Kesehatan di Puskesmas


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang
pusat kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Untuk mendukung fungsi dan tujuan puskesmas di perlukan sumber daya manusia
kesehatan baik tenaga kesehatan maupun tenaga penunjang kesehatan.
Pada peraturan yang sama di pasal 16 ayat 3 di sebutkan bahwa minimal
tenaga kesehatan di puskesmas terdiri dari dokter atau dokter layanan primer,
dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022 6


lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga
kefarmasian. Sedangkan tenaga penunjang kesehatan harus dapat mendukung
kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan
operasional lainnya.
Jumlah dan jenis tenaga kesehatan Puskesmas dihitung berdasarkan
analisis beban kerja dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu jumlah
pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya,
karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerjanya, dan pembagian waktu saja.
Pada Puskesmas non rawat inap, minimal jumlah dokter yaitu satu orang,
sedangkan pada puskesmas rawat inap minimal jumlah dokter dua orang, baik
pada perkotaan, perdesaaan, maupun kawasan terpencil dan sangat terpencil.
Rincian lengkap mengenai Puskesmas dengan jumlah dokter dapat dilihat di tabel
72 lampiran profil kesehatan.
Perawat pada Puskesmas non rawat inap minimal berjumlah lima orang
sedangkan pada Puskesmas rawat inap minimal berjumlah delapan orang. Kondisi
ini merupakan standar minimal di wilayah perkotaan, perdesaan, dan kawasan
terpencil dan sangat terpencil. Rincian lengkap mengenai Puskesmas dengan
jumlah bidan dan perawat dapat dilihat di tabel 73 lampiran profil kesehatan.
Jumlah bidan di Puskesmas non rawat inap minimal empat orang dan di
Puskemas rawat inap minimal tujuh orang. Kondisi ini merupakan standar minimal
wilayah perkotaan, perdesaan, kawasan terpencil dan sangat terpencil. Rincian
lengkap mengenai jumlah bidan per Puskesmas dapat di lihat pada tabel 73
lampiran profil kesehatan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat, bahwa tenaga kesehatan di puskesmas tidak hanya
tenaga medis tetapi juga tenaga promotif dan preventif untuk mendukung tugas
Puskesmas dalam melaksanakan upaya kesehatan masyarakat. Dalam Rencana
Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan tahun 2017-2021, salah satu indikator
dalam meningkatkan ketersediaan dan mutu SDMK sesuai dengan standar
pelayanan kesehatan yaitu jumlah Puskesmas yang memiliki lima jenis tenaga

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022 7


kesehatan promotif dan preventif. Tenaga Kesehatan yang dimaksud adalah tenaga
kesehatan lingkungan, tenaga kefarmasian, tenaga gizi, tenaga kesehatan
masyarakat, dan analisis kesehatan.

B. RASIO TENAGA KESEHATAN


Rasio tenaga kesehatan per jumlah penduduk merupakan indikator untuk
mengukur tenaga kesehatan untuk mengukur ketersediaan tenaga kesehatan untuk
mencapai target pembangunan kesehatan tertentu. Berdasarkan Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana
Pengembangan Kesehatan Tahun 2015-2025, target rasio tenaga kesehatan
terhadap jumlah penduduk pada tahun 2021 di antaranya rasio dokter umum 45 per
100.000 penduduk, rasio dokter gigi 13 per 100.000 penduduk, rasio perawat 180
per 100.000 penduduk, rasio bidan 120 per 100.000 penduduk, tenaga kefarmasian
24 per 100.000 penduduk, tenaga kesehatan masyarakat 16 per 100.000 penduduk,
tenaga gizi 14 per 100.000 penduduk dan kesehatan lingkungan 18 per 100.000
penduduk.
Pada tahun 2022 UPTD Puskesmas Rakit 2 memiliki 1 dokter umum, dan 1
dokter gigi.
Tenaga keperawatan terdiri atas tenaga perawat dan bidan. Jumlah perawat
tahun 2021 adalah 7 perawat. Jumlah bidan di tahun 2022 adalah 13 bidan.
Tenaga kefarmasian terdiri atas tenaga teknis kefarmasian (analis farmasi,
asisten apoteker dan sarjana farmasi) dan apoteker. Tenaga kefarmasian di tahun
2022 sejumlah 1 orang terdiri dari teknis kefarmasian 0 orang dan apoteker 1
orang.
Tenaga kesehatan masyarakat di tahun 2022 sejumlah 2 orang. Tenaga
kesehatan lingkungan di tahun 2022 sebanyak 2 orang.
Tenaga gizi meliputi tenaga nutrisionis dan dietisen. Nutrisionis adalah
tenaga kesehatan lulus Akademi Gizi diploma III, diploma IV dan Strata 1 bidang
gizi. Sedangkan dietisen adalah tenaga kesehatan lulusan diploma IV dan strata 1
bidang gizi yang telah mengikuti program internship gizi. Jumlah tenaga gizi di
tahun 2022 adalah 2 tenaga gizi yang terdiri dari 2 nutrisionis dan 0 dietisen.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022 8


BAB IV
KESEHATAN KELUARGA

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mendefinisikan keluarga sebagai unit

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022 9


terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri, dan anaknya,
atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Di dalam keluarga terdapat dua atau
lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain,
dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan.
Lebih jauh lagi, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga, menyebutkan bahwa pembangunan
keluarga dilakukan dalam upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup
dalam lingkungan yang sehat. Selain lingkungan yang sehat, masih menurut peraturan
pemerintah tersebut, kondisi kesehatan dari tiap anggota keluarga sendiri juga
merupakan salah satu syarat dari keluarga yang berkualitas.
Sebagai komponen yang tidak terpisahkan dari masyarakat, keluarga memiliki
peran signifikan dalam status kesehatan. Keluarga berperan terhadap optimalisasi
pertumbuhan, perkembangan, dan produktivitas seluruh anggotanya melalui
pemenuhan kebutuhan gizi dan menjamin kesehatan anggota keluarga. Di dalam
komponen keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok rentan. Hal ini terkait dengan
fase kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu dan fase tumbuh kembang pada anak.
Hal ini yang menjadi alasan pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak menjadi salah
satu prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia.
Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok
rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Sehingga penilaian
terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk
dilakukan.

A. KESEHATAN IBU
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator
Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
10
nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan,
terjatuh, dan lain-lain disetiap 100.000 kelahiran hidup.
Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, terlebih
lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas.
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu
dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan
kepeningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu
per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015.
Angka Kematian Ibu (AKI) dihitung dari banyaknya wanita yang meninggal
dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100. 000 kelahiran hidup.
Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawat daruratan tepat waktu
yang dilatar belakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil
keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan
pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak
terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4
“terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada
saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak
kelahiran/paritas (<2 tahun).
Angka Kematian Ibu (AKI) di UPTD Puskesmas Rakit 2 tahun 2022 adalah
1/100.000 kelahiran hidup dimana secara absolut dihitung dari jumlah kematian
ibu sebesar 0 kasus dengan jumlah kelahiran hidup sebesar 277 bayi lahir hidup.
Angka tersebut menurun jika dibandingkan tahun 2021 yaitu sebesar 1 /100.000

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


11
kelahiran hidup dengan jumlah kematian ibu sebesar 1 dengan kelahiran hidup
sebesar 323 bayi.
Tabel 4.1 Angka Kematian Ibu
(AKI) Per 100.000 Kelahiran Hidup Per Desa
Di UPTD Puskesmas Rakit 2
Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA JML KEMATIAN JML KEMATIAN


KELAHIRAN IBU KELAHIRAN IBU
HIDUP HIDUP

1 LENGKONG 93 0 63 0

2 BADAMITA 79 0 73 0

3 KINCANG 64 1 75 0

4 TANJUNGANOM 62 0 38 0

5 LUWUNG 26 0 28 0

JUMLAH 326 1 277 0

Sumber : Data Pengelola KIA


Secara kuantitatif maupun proporsi angka kematian ibu di UPTD Puskesmas
Rakit 2 mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang dapat
dilihat dari angka absolute jumlah kasus kematian ibu pada tahun 2022 sebanyak 0
(1/100000 KH), tahun 2021 sebanyak 1 kasus (1/100.000 KH).
Upaya-upaya teknis yang telah dilakukan di lapangan antara lain, siaga
penuh saat musim persalinan tiba maupun waktu tertentu (lebaran, tahun baru),
adanya alat-alat penunjang pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang baru
di Puskesmas, serta adanya jalinan komunikasi melalui jejaring media sosial
(whatsapp grup) untuk menyampaikan kasus – kasus kegawatdaruratan agar dapat
memperoleh pelayanan dan penanganan yang tepat di Puskesmas Rakit 2.
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar
setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
12
pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih di fasilitas pelayan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan
bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan
mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana. Data
mengenai kematian ibu menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 6
lampiran profil kesehatan.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan Kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini
dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang dikelompokan sesuai usia
kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga.
Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen
pelayanan sebagai berikut :
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
2. Pengukuran tekanan darah
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5. Penentuan status imunusasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid sesuai status imunisasi
6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana)
9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum
pernah dilakukan sebelumnya) dan
10. Tatalaksana kasus
Selain elemen tindakan yang harus dipenuhi, pelayanan kesehatan ibu
hamil juga harus memenuhi frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu satu kali
pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester
kedua (usia kehamilan 12-24 minggu) dan dua kali pada trimester ketiga ( usia
kehamilan 24 minggu sampai persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


13
dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin
berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi
kehamilan.
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat
dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga
kesehatan dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang
telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit
empat kali sesuai jadwal yang di anjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah
sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator
tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan
tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannnya ketenaga
kesehatan. Cakupan pelayanan ibu hamil dapat diketahui keterjangkauan (K1)
dan pemeriksaan yang berkualitas (K4) ibu hamil. Jumlah ibu hamil di UPTD
Puskesmas Rakit 2 pada tahun 2022 adalah 314 dengan cakupan K1 sebesar
360 atau 95,22% menurun dibanding tahun 2021 yang sebesar 100% sedangkan
untuk K4 cakupannya adalah 286 atau sebesar 91,08% meningkat dibanding
tahun 2021 yaitu 84,7%. Peningkatan cakupan K4 dipengaruhi antara lain
meningkatnya pengetahuan ibu hamil, dan adanya berbagai kegiatan yang
dilakukan petugas antara lain kelas ibu hamil, pemberian PMT pada ibu hamil,
pelacakan ibu hamil.

Tabel Cakupan K1 dan K4


di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
K1 K4

NO DESA 2021 2022 2021 2022

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


14
1 LENGKONG 110 85 96 80

2 BADAMITA 82 73 70 77

3 KINCANG 81 70 53 62

4 TANJUNGANOM 59 48 59 40

5 LUWUNG 28 23 27 27

JUMLAH 360 299 305 286

Sumber : Data Pengelola KIA

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil


tidak hanya dari sisi akses. Kualitas pelayanan yang diberikan juga harus
ditingkatkan diantaranya pemenuhan semua komponen pelayanan kesehatan ibu
hamil harus diberikan saat kunjungan. Keberadaan puskesmas secara ideal
harus didukung dengan aksebilitas yang baik. Hal ini tentu saja sangat berkaitan
dengan aspek geografis dan kemudahan sarana dan prasarana transportasi.
Dalam mendukung penjangkauan terhadap masyarakan di wilayah kerjanya,
puskesmas juga sudah menerapkan konsep satelit dengan menyediakan
puskesmas pembantu.
Salah satu komponen pelayanan kesehatan ibu hamil yaitu pemberian zat
besi sebanyak 90 tablet (Fe3). Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan
tubuh untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain digunakan untuk
pembentukan sel darah merah, zat besi juga berperan sebagai salah satu
komponen dalam membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke
otot), kolagen (protein yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan jaringan
penyambung), serta enzim.
Zat besi memiliki peran vital terhadap pertumbuhan janin. Selama hamil,
asupan zat besi harus ditambah mengingat selama kehamilan, volume darah
pada tubuh ibu meningkat. Sehingga, untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan
ibu dan menyuplai makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta,
dibutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Asupan zat besi yang diberikan
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
15
oleh ibu hamil kepada janinnya melalui plasenta akan digunakan janin untuk
kebutuhan tumbuh kembangnya, termasuk untuk perkembangan otaknya,
sekaligus menyimpannya dalam hati sebagai cadangan hingga bayi berusia 6
bulan.
Selain itu, zat besi juga membantu dalam mempercepat proses
penyembuhan luka khususnya luka yang timbul dalam proses persalinan.
Kekurangan zat besi sejak sebelum kehamilan bila tidak diatasi dapat
mengakibatkan ibu hamil menderita anemia. Anemia merupakan salah satu
risiko kematian ibu, kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
infeksi terhadap janin dan ibu, keguguran, dan kelahiran prematur.

2. Pelayanan Imunisasi Tetanus Toksoid bagi Wanita Usia Subur dan Ibu
Hamil
Salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi yaitu infeksi
tetanus yang disebabkan bakteri Clostridium tetani sebagai akibat dari proses
persalinan yang tidak aman/steril atau berasal dari luka yang diperoleh ibu
hamil sebelum melahirkan. Clostridium Tetani masuk melalui luka terbuka dan
menghasilkan racun yang menyerang sistem syaraf pusat.
Sebagai upaya mengedalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu
faktor risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan program
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi mengamanatkan bahwa wanita usia subur dan ibu
hamil merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran imunisasi
lanjutan. Imunisasi lanjutan adalah kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi
imunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada anak batita, anak usia sekolah
dan wanita usia subur termasuk ibu hamil.
Wanita usia subur yang menjadi sasaran imunisasi TT adalah wanita
berusia antara 15-49 tahun yang terdiri dari WUS hamil (ibu hamil) dan tidak
hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


16
melakukan pelayanan antenatal. Imunisasi TT pada WUS diberikan sebanyak 5
dosis dengan interval tertentu, dimulai sebelum dan atau saat hamil yang
berguna bagi kekebalan seumur hidup. Interval pemberian imunisasi TT dan
lama masa perlindungan yang diberikan sebagai berikut.
a. TT2 memiliki interval minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa
perlindungan 3 tahun.
b. TT3 memiliki interval minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa
perlindungan 5 tahun.
c. TT4 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa
perlindungan 10 tahun.
d. TT5 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa
perlindungan 25 tahun.
Screening status imunisasi TT harus dilakukan sebelum pemberian
vaksin. Pemberian imunisasi TT tidak perlu dilakukan bila hasil screening
menunjukkan wanita usia subur telah mendapatkan imunisasi TT5 yang harus
dibuktikan dengan buku KIA, rekam medis, dan atau kohort. Kelompok ibu
hamil yang juga mendapatkan TT2 sampai dengan TT5 dikatakan mendapatkan
imunisasi TT2+. Data mengenai imunisasi TT dapat dilihat pada tabel 30 dan
31 lampiran profil kesehatan.

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin


Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan
kematian bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan
(SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan
persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan.
Keberhasilan program ini diukur melalui indikator persentase persalinan
ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan PN) dan persentase persalinan di
fasilitas pelayanan kesehatan (Cakupan Pf).

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


17
Tabel. Cakupan K4 dan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Per Desa di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
K4 PERSALINAN NAKES

NO DESA 2021 2022 2021 2022

1 LENGKONG 96 80 93 63

2 BADAMITA 70 77 79 74

3 KINCANG 53 62 62 77

4 TANJUNGANOM 59 40 63 38

5 LUWUNG 27 27 26 28

JUMLAH 305 286 323 280

Sumber : Data Pengelola KIA


Persalinan oleh tenaga kesehatan di UPTD Puskesmas Rakit 2 tahun 2022
sebesar 100% sama dengan tahun 2021 yaitu sebesar 100%. cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan ini disebabkan dukungan program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dan meningkatnya
kesadaran masyarakat untuk bersalin dengan tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam dekade terakhir
menekankan agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dalam
rangka menurunkan kematian ibu dan kematian bayi. Penekanan persalinan
yang aman adalah persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun
2015-2019 menetapkan persalinan di fasilitas kesehatan sebagai salah satu
indikator upaya kesehatan ibu, menggantikan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan.
Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu
pada tahun 2010 membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan
penolong persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong
tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


18
Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalam
menerapkan kebijakan bahwa seluruh persalinan harus di tolong oleh tim tenaga
kesehatan dan di dorong untuk dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Untuk daerah dengan akses sulit upaya yang dilakukan yaitu mengembangkan
program Rumah Tunggu Kelahiran. Para dukun diupayakan bermitra dengan
bidan dengan hak dan kewajiban yang jelas. Pemeriksaan kehamilan dan
pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke
bidan.
Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau
jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran persalinan
diupayakan sudah berada didekat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu di Rumah
Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut dapat berupa rumah
tunggu khusus yang dikembangkan melalui pemberdayaan masyarakat maupun
di rumah sanak saudara yang letak rumahnya bersekatan dengan fasilitas
pelayanan kesehatan.

4. Pelayananan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas
sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang
dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai tiga hari pasca persalinan, pada hari
keempat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29
sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas dimulai dari enam jam
sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas
diberikan terdiri dari:
a) Pemeriksaan tanda vital ( tekanan darah,nadi,nafas, dan suhu)
b) Pemeriksaan tinggi pucak rahim ( fundus uteri )
c) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain
d) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif
e) Pemberian komunikasi, informasi, dan dedukasi ( KIE ) kesehatan ibu nifas
dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana
f) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan
Pelayanan kesehatan ibu nifas termasuk diantaranya kegiatan sweeping
atau kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
19
Ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan tahun 2022 sebesar 97,86%
mengalami kenaikan jika dibanding tahun sebelumnya yaitu 91,69%.

Tabel . Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan


dan Kunjungan Nifas di UPTD Puskesmas Rakit 2
Tahun 2021-2022
PERSALINAN NAKES KUNJUNGAN NIFAS

NO DESA 2021 2022 2021 2022

1 LENGKONG 93 63 92 59

2 BADAMITA 79 74 68 74

3 KINCANG 62 77 62 77

4 TANJUNGANOM 63 38 48 38

5 LUWUNG 26 28 26 26

JUMLAH 323 280 296 274

Sumber : Data Pengelola KIA

5. Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan


Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan dan nifas juga salah satu
penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi kebidanan adalah
kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam
kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular
maupun tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin. Sebagai
upaya menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi maka dilakukan
pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan. Pelayanan/penanganan
komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu hamil, bersalin atau nifas
untuk memberikan perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh
tenga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Keberhasilan program ini dapat diukur melalui indikator cakupan
penanganan komplikasi kebidanan (Cakupan PK). Indikator ini mengukur
kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
20
profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. Pelayanan
komplikasi pada ibu hamil tahun 2022 sebesar 96,83%, mengalami kenaikan
jika dibandingkan tahun 2021 sebesar 84,44%.
Sebesar 20% dari kehamilan diprediksi akan mengalami komplikasi.
Komplikasi yang tidak tertangani dapat menyebabkan kematian, namun
demikian sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan di tangani bila: 1) Ibu
segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan; 2) Tenaga kesehatan
melakukan prosedur penangan yang sesuai, antara lain penggunaan partograf
untuk memantau perkembangan persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif
kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pasca-salin; 3) Tenaga
kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi; 4) Apabila
komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama
dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan; 5)
Proses rujukan efektif; 6) Pelayanan di RS yang cepat dan tepat.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian dan
kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui: 1) Peningkatan pelayanan antenatal
yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai; 2)
Pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil,
pelayanan pasca persalinan dan kelahiran; serta 3) Pelayanan emergensi
obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat
dijangkau secara tepat waktu oleh masyarakat yang membutuhkan.
Beberapa terobosan dalam penurunan AKI dan AKB telah dilakukan,
salah satunya Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) program tersebut menitik beratkan kepedulian dan peran keluarga dan
masyarakat dalam melakukan upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan
pada ibu hamil, serta menyediakan akses dalam pelayanan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal dasar ditingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit
(PONEK). Dalam implementasinya, P4K merupakan salah unsur dari Desa
Siaga. P4K mulai diperkenalkan oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2007.
Pelaksanaan P4K di desa-desa tersebut perlu dipastikan agar mampu membantu
keluarga dalam membuat perencanaan persalinan yang baik dan meningkatkan

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


21
kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi tanda bahaya kehamilan, persalinan,
dan nifas agar dapat mengambil tindakan yang tepat.
Dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang
merupakan upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Kegiatan ini dilakukan melalui
pembahasan kasus kematian ibu atau bayi baru lahir sejak di level masyarakat
sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu hasil kajian yang di
dapat dari AMP adalah kendala yang timbul dalam upaya penyelamatan ibu
pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi baru lahir. Kajian tersebut
juga menghasilkan rekomendasi intervensi dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan ibu dan bayi di masa mendatang.

Gambar 4.2 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan


Per Desa di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
KOMPLIKASI KEBIDANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN
TAHUN 2021 TAHUN 2021
NO DESA
PERKIRAAN PENANGANAN PERKIRAAN PENANGANAN

1 LENGKONG 30 23 26 25

2 BADAMITA 30 26 47 47

3 KINCANG 24 19 40 38

4 TANJUNGANOM 31 27 15 15

5 LUWUNG 20 19 12 11

JUMLAH 135 114 140 136

Sumber : Data Pengelola KIA


Pada gambar diatas dapat diketahui bahwa secara umum cakupan
penanganan komplikasi kebidanan pada tahun 2022 sebesar 96,83%,
mengalami kenaikan dibanding dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar
84,44%

Pelayanan Kontrasepsi

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


22
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga berencana,
dan sistem informasi keluarga menyebutkan bahwa program Keluarga
Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu dengan
kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (dibawah usia 20 tahun), terlalu sering
melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (diatas
usia 35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan
kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa
depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan
batin.
KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta
perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara
bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan
mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak,
serta kapan akan berhenti mempunyai anak.
Melalui tahapan konseling pelayanan KB, pasangan usia subur (PUS)
dapat menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya
berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan
kerugian, risiko metode kontrasepsi dari petugas kesehatan. Program Keluarga
Berencana (KB) dilakukan diantaranya dalam rangka mengatur jumlah
kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah pasangan
usia subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok wanita usia subur
(WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.
Sasaran pelaksanaan program KB yaitu pasangan usia subur. Pasangan
usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan
yang sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun. Peserta KB
aktif adalah pasangan usia subur (PUS) yang saat ini menggunakan salah satu
alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan. Peserta KB baru adalah pasangan
usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat/cara kontrasepsi dan atau

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


23
pasanmgan usia subur yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah
melahirkan/keguguran.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang kesehatan, pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi
dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau
masyarakat, termasuk Keluarga Berencana. Pelayanan kesehatan dalam
Keluarga Berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan
usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Pasangan
Usia Subur bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di tempat-tempat yang
melayani program KB.
Pada tahun 2022 dari jumlah 3.522 Pasangan Usia Subur sebanyak 3.268
(92,78%) adalah peserta KB aktif mengalami kenaikan dibanding tahun 2021
yaitu sebesar 4.317 (85,19%).

Tabel. 4.3 Peserta KB aktif Per Desa


di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2020-2021
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA JML PUS PESERTA JML PUS PESERTA

KB AKTIF KB AKTIF

1 LENGKONG 1.297 1.200 92,5 1.109 1.107 99,82

2 BADAMITA 1.074 937 87,2 728 713 97,94

3 KINCANG 795 690 86,8 639 617 96,56

4 TANJUNGANOM 754 622 82,4 622 562 90,35

5 LUWUNG 397 306 77,07 424 269 63,44

JUMLAH 4.317 3.755 85,19 3.522 3.268 92,78

Sumber : Data Pengelola KIA / KB


Kepesertaan KB aktif pada tahun 2022 sudah mencapai target,
peningkatan prosentase cakupan dibanding dengan tahun 2021 cukup
signifikan. Hal ini membuktikan kesadaran masyarakat khususnya pasangan

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


24
usia subur untuk melakukan KB cukup baik terutama dengan metode
kontrasepsi jangka panjang. Data mengenai penggunaan alat kontrasepsi dapat
dilihat pada tabel 35 dan 36 lampiran profil kesehatan.

B. KESEHATAN ANAK
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan
generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta untuk
menurunkan angka kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan
sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai usia
delapan belas tahun. Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu
menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan
dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi
(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya
penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian
neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil
Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2012, angka kematian neonatus
(AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini sama
dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding
SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1000 kelahiran hidup.
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan AKB
sebesar 22,23 per 1000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG
2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan Angka Kematian
Balita (AKABA) hasil SUPAS 2015 sebesar 26,29 per 1000 kelahiran hidup, juga
sudah memenuhi target MDG 2015 sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup.
Tabel. 4.4 Angka Kematian Bayi (AKB)
Per 1000 Kelahiran Hidup Per Desa di UPTD Puskesmas Rakit 2
Tahun 2021-2022

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


25
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA JML BAYI KEMATIAN JML BAYI KEMATIAN

1 LENGKONG 293 2 63 2

2 BADAMITA 79 0 73 2

3 KINCANG 64 0 75 0

4 TANJUNGANOM 62 3 38 1

5 LUWUNG 26 1 28 0

JUMLAH 324 6 277 5

Sumber : Data Pengelola KIA

Angka Kematian Bayi (AKB) dihitung dari jumlah kematian bayi 0<12
bulan per 1000 kelahiran hidup di suatu wilayah dalam satu tahun. Angka
Kematian Bayi (AKB) di tahun 2022 adalah sebesar 5 dengan kelahiran hidup
sebesar 277 Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2022 mengalami penurunan
dibanding tahun 2021 sebesar 6 kasus dari 324 kelahiran hidup.
Beberapa kondisi yang memberikan kontribusi terhadap masalah ini antara
lain, kurangnya kemampuan keluarga untuk mengenali tanda bahaya pada bayi
atau balita yang mengalami masalah kesehatan, masih tingginya kejadian
persalinan sebelum waktunya (pre term), dan pola asuh yang kurang maksimal dari
orang tua atau keluarga besar terhadap bayi dan balita. Kurangnya kemampuan
mengenali tanda bahaya pada kasus kematian bayi dan balita sebagian dipicu oleh
masih adanya mitos /kepercayaan yang salah di masyarakat dalam memberikan
asuhan antara lain, kurangnya pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi baru
lahi dan pola asuh antara lain menjaga kehangatan bayi, pemberian makanan yang
terlalu dini dan tidak dapat mengenali tanda bahaya ketika bayi mulai lemah,
karena dianggap bayi sedang tidur, sehingga menunda untuk mendapat
pertolongan selain itu keterbatasan pengetahuan pengasuh tentang cara

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


26
menghindari anak dari bahaya (contoh anak berisiko tenggelam di kolam sekitar
rumah)
Masih tingginya kejadian persalinan sebelum waktunya (preterm) sebanyak
4 kasus, menyebabkan tingginya kematian bayi lahir dengan 1 kasus bayi dengan
berat badan rendah (BBLR) dengan ketidaksempurnaan fungsi organ tubuh yang
penting (otak, jantung dan paru-paru). Penyebab tidak langsung dari masalah
kematian bayi juga dipicu oleh masih tingginya kasus pernikahan dini di tingkat
masyarakat, meningkatnya jumlah kasus abortus sebanyak - kasus, dan kasus
KTD (kehamilan tidak diharapkan) sebanyak - kasus. Data mengenai kematian
bayi menurut jenis kelamin per puskesmas dapat dilihat pada tabel 5 lampiran
profil kesehatan.

1. Pelayanan Kesehatan Neonatal


Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari.
Pada masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam
rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga
usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko
gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan bisa muncul.
Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Beberapa upaya
kesehatan dilakukan untuk mengadakan risiko pada kelompok ini diantaranya
dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
di fasilitas nkesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai
standar pada kunjungan bayi baru lahir.
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 merupakan indikator
yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi
risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang
meliputi, antara lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu
Balita Muda (MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI
eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi dan hepatitis BO injeksi bila belum
diberikan.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


27
Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir (umur 6 jam-48 jam) disatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu yang ditangani sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih di
seluruh sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan saat kunjungan
neonatal yaitu pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan
perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru lahir
mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B0 (bila belum
diberikan pada saat lahir). Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) tahun
2022 sebesar 99,3% .
Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi
neonatal adalah KN lengkap yang mengharuskan agar setiap bayi baru lahir
memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada
6-48 jam, 1 kali pada 3-7 hari, 1 kali pada 8-28 hari sesuai standar di satu
wilayah kerja pada satu tahun. Cakupan KN1 dan KN lengkap tahun 2021-2022
dapat dilihat pada Tabel. 4.5

Tabel. 4.5 Cakupan KN 1 dan KN Lengkap Per Desa


di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2019-2021
TAHUN 2020 TAHUN 2021

NO DESA KN 1 KN LENGKAP KN 1 KN LENGKAP

% % %

1 LENGKONG 110 95,6 100 98,41

2 BADAMITA 82 92,1 100 97,26

3 KINCANG 81 100 100 98,67

4 TANJUNGANOM 59 100 97,37 92,10

5 LUWUNG 28 100 100 100

JUMLAH 360 97,54 99,28 97,47

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


28
Sumber : Data Pengelola KIA

2. Penanganan Komplikasi Neonatal


Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau
kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti
asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir,
BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang
termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM).
Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan di tangani, namun
terkendala oleh akses kepelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan,
keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik,
terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan
kesehatan.
Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap
neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau
komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan yang sesuai standar
oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, atau perawat) terlatih baik dirumah,
sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan.
Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, Manajemen
Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman
pelayanan neonatal essensial ditingkat pelayanan kesehatan, PONED, PONEK
atau standar operasional pelayanan lainnya. Penanganan komplikasi neonatal
tahun 2022 adalah 53,66% Meningkat dibanding tahun 2021 yaitu 51,02%.
Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi dihitung berdasarkan
15 persen dari jumlah bayi baru lahir. Indikator ini mengukur kemampuan
manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan secara profesional kepada neonatus dengan komplikasi.
Tabel. 4.6 Penanganan Komplikasi Neonatal Per Desa

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


29
di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA PERKIRAAN PENANGANA PERKIRAAN PENANGANAN


KASUS N KASUS KASUS KASUS

1 LENGKONG 14 3 9 3

2 BADAMITA 12 9 11 13

3 KINCANG 4 2 11 1

4 TANJUNGANOM 9 5 6 2

5 LUWUNG 10 6 4 3

JUMLAH 49 25 41 22

Sumber : Data Pengelola KIA

Imunisasi
Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai
penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi adalah
suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit
menular yang termasuk kedalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis,
Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah
diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut,
yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian.
Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/bakteri/protozoa/jamur,
masuk kedalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk kedalam tubuh
manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan
antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang
disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi
berinteraksi dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
30
disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi-antigen
yang kedua dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah mngenali antigen
yang masuk kedalam tubuh, sehingga antibodi yang tebentuk lebih banyak dan
dalam waktu yang lebih cepat.
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah
disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian
vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk
menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan
antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin.
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi
penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada
populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita,
anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil.
a) Imunisasi Dasar pada Bayi
Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin
yang disuntikan pada lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut.
Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program
imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang
terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis
polio dan 1 dosis campak. Dari imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan
tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih, hal
ini sesuai komitmen Indonesia pada global untuk mempertahankan cakupan
imunisasi campak sebesar 90% secara tinggi dan merata. Hal ini terkait
dengan realita bahwa campak adalah salah satu penyebab utama kematian
pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan
dalam penurunan angka kematian balita. Cakupan masing-masing jenis
imunisasi UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022 adalah sebagai berikut:
Hepatitis B neonatus (100%), BCG (103,25%), DPT-HB-Hib 3 (106,86%), ,
Polio 4 (106,86%), dan Campak (115,16%).

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


31
Gambar 4.7 Cakupan Imunisasi Bayi Per Desa
di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
NO DESA TAHUN 2021 TAHUN 2022

HB BCG HB1/ HB2/ HB3/ CAM HB 0 BCG HB1/ HB2/ HB3/ CAM
0 DPT 2
DPT1 DPT3 PAK DPT1 DPT2 DPT3 PAK

1 LENGK 95 83 78 68 60 60 63 74 83 79 81 97

2 BDT 80 80 60 58 50 47 73 75 85 82 82 81

3 KINCANG 63 63 56 50 44 52 76 75 66 67 67 67

4 TJA 61 59 53 41 42 45 38 37 50 49 50 50

5 LUWUNG 24 17 25 23 30 31 28 28 15 16 16 24

6 PUSK 323 302 272 240 226 235 277 289 298 293 296 319

Sumber : Data Pengelola Surveilance dan Imunisasi

b) Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT/HB1-Campak


Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai
dengan umurnya. Pada kondisi ini diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat
bekerja secara optimal. Namun demikian, pada kondisi tertentu beberapa
bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Kelompok inilah
yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi. Bayi yang mendapatkan
imunisasi DPT/HB1 pada awal pemberian imunisasi, namun tidak
mendapatkan imunisasi campak, disebut angka drop out DPT/HB1-Campak.
Indikator ini diperoleh dengan menghitung selisih penurunan cakupan
imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT/HB1. Angka drop out
imunisasi DPT/HB1-Campak pada tahun 2022 adalah 3,67%. DO rate
DPT/HB1-Campak diharapkan agar tidak melebihi 5%.

c) Desa/Kelurahan UCI ( Universal Child Immunization )

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


32
Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
imunisasi yaitu Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan.
Desa/kelurahan UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana lebih
dari 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut
sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Pada tahun 2022 seluruh desa di
UPTD Puskesmas Rakit 2 telah mencapai UCI (persentase desa/keluarahan
UCI adalah 100%)
3. Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah
Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan
anak. Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, misalnya
pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi
dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi,
kecacingan, kelainan refraksi atau ketajaman penglihatan dan masalah gizi.
Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intevensi pada anak usia sekolah.
Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan
program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga
merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik.
Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/sederajat
kelas satu. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh tenaga kesehatan bersama
tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKGS dan dokter kecil). Tenaga
kesehatan yang dimaksud yaitu tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas
puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS.
Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang ditunjuk sebagai pembina
UKS/UKSG disekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS. Dokter kecil
adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5
SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil. Hal ini
dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan kesehatan gigi bisa
dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada
khususnya dan kesehatan tubuh serta lingkungan pada umumnya.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


33
Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan
kesehatan terhadap murid SD/MI kelas satu juga menjadi salah satu indikator
yang dievaluasi keberhasilannya. Kegiatan penjaringan kesehatan selain untuk
mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah sehingga
dapat dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih
buruk, juga untuk memperoleh data atau informasi dalam menilai
perkembangan kesehatan anak sekolah umum maupun untuk dijadikan
pertimbangan dalam menyusun perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Melalui penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat diharapkan dapat
menapis atau menjaring anak yang sakit dan melakukan tindakan intervensi
secara dini, sehingga anak yang sakit menjadi sembuh dan anak yang sehat
tidak tertular menjadi sakit. Capaian penjaringan murid kelas 1 SD/setingkat
pada tahun 2022 adalah 100%. Data penjaringan kesehatan peserta didik kelas I
secara rinci dapat dilihat pada tabel 45 lampiran profil kesehatan.
4. Pelayanan Kesehatan pada Kasus Kekerasan terhadap Anak (KIA)
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia
delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Semua anak
mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan. Perlindungan anak adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan deskriminasi.
Organisasi Kesehatan Dunia/WHO mendefinisikan kekerasan terhadap
anak sebagai semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik
ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, eksploitasi,
komersial atau lainnya yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata ataupun
potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang
anak atau martabat anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan
tanggungjawab.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


34
Menurut KOMNAS Perlindungan Anak (2006), pemicu kekerasan
terhadap anak diantaranya yaitu 1) Kekerasan dalam rumah tangga, yaitu dalam
keluarga terjadi kekerasan yang melibatkan baik pihak ayah, ibu dan saudara
yang lainnya. Anak sering kali menjadi sasaran kemarahan orang tua, 2)
Disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak berjalan sebagaimana
seharusnya. Adanya disfungsi peran ayah sebagai pemimpin keluarga dan peran
ibu sebagai sosok yang membimbing dan menyayangi, 3) Faktor ekonomi, yaitu
kekerasan timbul karena tekanan ekonomi. 4) Pandangan keliru tentang posisi
anak dalam keluarga. Orang tua menganggap bahwa anak adalah seseorang
yang tidak tahu apa-apa. Dengan demikian pola asuh apapun berhak dilakukan
oleh orang tua. Disamping itu, kekerasan pada anak terinspirasi dari tayangan
televisi maupun media-media lainnya yang tersebar di lingkungan masyarakat.
Dalam bidang kesehatan, pemerintah melakukan intervensi dalam bentuk
penyediaan akses pelayanan kesehatan bagi korban kekerasan pada anak yang
terdiri dari pelayanan ditingkat dasar melalui puskesmas. Pendekatan pelayanan
kesehatan KtA di puskesmas dilakukan melalui tiga aspek yaitu melalui tiga
aspek yaitu meliputi aspek medis (pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang),
mediko legal (visum et repertum) dan psikososial (rumah aman).
Penatalaksanaan kasus merupakan multidisiplin dengan melibatkan lembaga
pelayanan kesehatan, lembaga perlindungan anak, lembaga bantuan hukum,
aparat penegak hukum dan lembaga sosial lainnya yang terbentuk dalam
mekanisme kerja jejaring.
Pelayanan kesehatan lebih difokuskan pada upaya promotif dan preventif
seperti penyuluhan mengenai dampak KtA terhadap tumbuh kembang anak baik
secara fisik maupun psikologis di sekolah melalui program UKS dan di tingkat
masyarakat memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu PKK dan lain-lain. Selain
itu, puskesmas juga memberikan pelayanan kuratif yaitu penanganan darurat
medis, pelayanan rehabilitatif dengan memberikan konseling. Pelayanan
rujukan mediko legal dan psikososial.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


35
Program KtA diarahkan untuk menyediakan akses pelayanan kesehatan
secara komperehensif di pelayanan tingkat dasar dan rujukan. Target puskesmas
mampu tata laksana KtA adalah setiap Kabupaten/kota memiliki minimal dua
puskesmas mampu tata laksana KtA. Kriterianya adalah memiliki tenaga
terlatih tata laksaana kasus KtA (dokter atau dokter gigi dan perawat atau
bidan) dan melakukan pelayanan rujukan kasus KtA.
Pada tahun 2015 target program perlindungan kesehatan anak yaitu
puskesmas mampu tata laksana KtA dengan indikator tiap Kabupaten/kota
memiliki minimal empat puskesmas yang mampu tata laksana kasus KtA. Pada
tahun 2019 semua Puskesmas di Kabupaten Banjarnegara mampu tata laksana
kasus KtA.
Pada Pasal 108 KUHAP ayat (3) dinyatakan bahwa setiap pegawai negeri
dalam rangka melaksanakan tugasnya yang mengatahui tentang terjadinya
peristiwa yang merupakan tindak pidana wajib segera melaporkan hal itu
kepada penyelidik atau penyidik. Untuk itu, telah dibuat Permenkes Nomor 68
Tahun 2013 tentang Kewajiban Pemberi Layanan Kesehatan untuk memberikan
informasi atas adanya dugaan kekerasan terhadap anak. Diharapkan dengan
Permenkes ini, tenaga kesehatan dapat bekerja lebih profesional.
5. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Salah satu upaya kesehatan anak yang ditetapkan melalui Instruksi
Presiden yaitu Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas.
Program ini mulai dikembangkan pada tahun 2003 yang bertujuan khusus untuk
meningkatkan pengtahuan dan keterampilan remaja tentang kesehatan
reproduksi dan perilaku hidup sehat serta memberikan pelayanan kesehatan
berkualitas kepada remaja.
Setiap Kabupaten/kota minimal memiliki empat puskesmas mampu tata
laksana PKPR. Pada tahun 2019 semua Puskesmas di Kabupaten Banjarnegara
merupakan Puskesmas mampu tatalaksana PKPR.
Puskesmas yang memiliki program PKPR memberikan layanan baik di
dalam maupun di luar gedung yang ditujukan bagi kelompok remaja berbasis

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


36
sekolah ataupun masyarakat. Hal ini dilakukan agar layanan yang diberikan
dapat menjangkau semua kelompok remaja (usia 10-18 tahun).Kriteria yang
ditetapkan bagi Puskesmas yang mampu laksana PKPR yaitu :
1. Melakukan pembinaan pada minimal satu sekolah (sekolah umum, sekolah
berbasis agama) dengan melaksanakan kegiatan Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE) di sekolah binaan minimal dua kali dalam setahun;
2. Melatih kader kesehatan remaja di sekolah minimal sebanyak 100% dari
jumlah murid di sekolah binaan; dan
3. Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan
konseling yang kontak dengan petugas PKPR.
Layanan PKPR merupakan pendekatan yang komprehensif dan
menekankan pada upaya promotif/preventif berupa pembekalan kesehatan dan
peningkatan keterampilan psikososial dengan Pendidikan Keterampilan Hidup
Sehat (PKHS). Layanan konseling menjadi ciri dari PKPR mengingat
permasalahan remaja yang tidak hanya berhubungan dengan fisik tetapi juga
psikososial. Upaya penjangkauan terhadap kelompok remaja juga dilakukan
melalui kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), Focus Group
Discussion (FGD), dan penyuluhan di sekolah-sekolah dan kelompok remaja
lainnya.
Fenomena peer groups (kelompok sebaya) juga menjadi perhatian pada
program PKPR. Oleh karena itu, program ini juga memberdayakan remaja
sebagai konselor sebaya yang diharapkan mampu menjadi agen pengubah
(agent of change) di kelompoknya. Konselor sebaya ini sangat potensial karena
adanya kecenderungan pada remaja untuk memilih teman sebaya sebagai
tempat berdiskusi dan rujukan informasi.
Selain pemberian informasi, edukasi, dan kegiatan seperti disebutkan
diatas, pelayanan kesehatan sekolah ini meliputi pemeriksaan kesehatan,
pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemberian imunisasi, penemuan kasus-
kasus dini yang mungkin terjadi, pengobatan sederhana, pertolongan pertama
serta rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


37
C. GIZI
Pada subbab gizi ini akan dibahas upaya peningkatan gizi balita yaitu
pemberian ASI eksklusif, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita 6-59
tahun bulan, cakupan penimbangan balita di posyandu serta penemuan dan
penanganan gizi buruk. Selain itu pada subbab ini juga dibahas tingkat kecukupan
energi dan protein pada balita, lansia juga pada penduduk serta keseluruhan.

1. Pemberian ASI Eksklusif


Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama
enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung
protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi
sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi.
Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari
ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin,
protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan
kalori lebih tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat
makanan, ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang
tidak akan mengganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim
sehingga penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus
bayi.

Tabel 4.8 Cakupan pemberian ASI eksklusif Per Desa


di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA JML BAYI ASI EKSKLUSI% JML BAYI ASI EKSKLUSIF %

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


38
1 LENGKONG 69,54 69,54
63 70.55
2 BADAMITA 72,34 72,34
73 75,47
3 KINCANG 73,66 73,66
38 74,32
4 TANJUNGANOM 69,42 69,42
75 72,77
5 LUWUNG 75 75
28 76,13
PUSKESMAS 81,5 81,5
277 73,85
Sumber : Data Pengelola GIZI
Cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan tahun 2022
sebesar 73,85% menurun dibanding tahun 2021 yaitu sebesar 81,5%.
Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain :
a. Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg
tidak ada masalah medis
b. Masih banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan tidak
memberi kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk
melaksanakan pemberian ASI secara eksklusif. Hal ini terbukti dengan
belum tersedianya ruang laktasi dan perangkat pendukungnya.
c. Sikap dan perilaku ibu menyusui untuk memberikan ASI eksklusif masih
rendah
d. Belum semua desa ada kelas ibu menyusui.
Data mengenai cakupan pemberian ASI ekslusif dapat dilihat pada tabel
39 lampiran profil kesehatan.

2. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6-59 Bulan


Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak,
disimpan dalam hati, dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus
dipenuhi dari luar tubuh.
Kekurangan Vitamin A (KVA) dapat menurunkan sistem kekebalan
tubuh balita serta meningkatkan risiko kesakitan dan kematian. Kekurangan
Vitamin A juga merupakan penyebab utama kebutaan pada anak yang dapat
dicegah.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


39
Dalam lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015
dinyatakan bahwa untuk mengurangi risiko kesakitan dan kematian pada balita
dengan kekurangan vitamin A, pemerintah menyelenggarakan kegiatan
pemberian Vitamin A dalam bentuk kapsul vitamin A biru 100.000 IU bagi
bayi usia enam sampai dengan sebelas bulan, kapsul vitamin A merah 200.000
IU untuk anak balita usia dua belas sampai dengan lima puluh sembilan bulan,
dan ibu nifas.

Tabel. 4.9 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita


Per Desa di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA BAYI BALITA BAYI BALITA

6-11 BLN 12-59 BLN 6-11 BLN 12-59 BLN

1 LENGKONG 100% 100% 100% 100%

2 BADAMITA 100% 100% 100% 100%

3 KINCANG 100% 100% 100% 100%

4 TANJUNGANOM 100% 100% 100% 100%

5 LUWUNG 100% 100% 100% 100%

PUSKESMAS 100% 100% 100% 100%

Sumber : Data Pengelola GIZI

Pada tahun 2022 cakupan pemberian Vitamin A pada balita 6-59 bulan di
sebesar 100% sama dibanding tahun 2021 sebesar 100% dari target SPM tahun
2022 sebesar 100%. Besarnya cakupan Vitamin A antara lain disebabkan
kondisi geografis dan keterjangkauan akses menuju lokasi posyandu dalam
pendistribusian Vitamin A.
Menurut Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A, pemberian
sumplementasi Vitamin A diberikan kepada seluruh balita umur 6-59 bulan
secara serentak melalui posyandu yaitu; bulan Februari atau Agustus pada bayi

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


40
umur 6-11 bulan serta bulan Februari dan Agustus pada anak balita 12-59
bulan.
Tidak semua kegiatan di wilayah tersebut dilaporkan, termasuk kegiatan
sweeping pemberian kapsul Vitamin A oleh tenaga kesehatan. Capaian
pemberian Vitamin A pada bayi, anak balita, dan balita secara rinci dapat
dilihat pada tabel 44 lampiran profil kesehatan.
3. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)
Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) adalah jumlah balita
yang ditimbang di seluruh posyandu yang melapor disatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh balita yang ada di seluruh posyandu
yang melapor disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita menjadi sangat penting
dalam deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin menimbang
balita, maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif. Sehingga bila
berat badan anak tidak naik ataupun jika ditemukan penyakit akan dapat segera
dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang
atau gizi buruk. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tata laksana kasus anak
gizi buruk akan mengurangi risiko kematian sehingga angka kematian akibat
gizi buruk dapat ditekan. Tindak lanjut dari hasil penimbangan selain
penyuluhan juga pemberian makanan tambahan dan pemberian suplemen gizi.
Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu
lebih diperhatikan yaitu pada kelompok bayi dan balita. Pada usia 0-2 tahun
merupakan masa tumbuh kembang yang optimal (golden period) terutama
untuk pertumbuhan janin sehingga bila terjadi gangguan pada masa ini tidak
dapat dicukupi pada masa berikutnya dan akan berpengaruh negatif pada
kualitas generasi penerus.

Gambar 4.10 Cakupan Penimbangan Balita Per Desa


di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA JML D/S JML D/S


BALIT BALITA

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


41
A % %

1 LENGKONG 120 66,10 353 88,95

2 BADAMITA 189 77,60 325 61,23

3 KINCANG 169 83,64 329 90,88

4 TANJUNGANOM 167 76,76 223 60,99

5 LUWUNG 110 87,5 102 97,06

PUSKESMAS 771 71,27 1.332 78,60


Sumber : Data Pengelola GIZI
Cakupan penimbangan balita menunjukan kenaikan. Hal ini membuktikan
adanya peningkatan kesadaran ibu balita datang posyandu untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan balitanya serta meningkatnya kesadaran dan
peran serta masyarakat untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Peningkatan
kualitas posyandu harus didukung oleh sarana prasarana dan tenaga kesehatan
sebagai pendamping.
Diperlukan upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
menimbang balitanya karena cakupan penimbangan balita belum mencapai
90% dari jumlah balita yang terdaftar di posyandu yang melapor. Sedangkan
balita usia 3-5 th yang tidak dapat ditimbang di Posyandu dapat dicapai melalui
kerja sama tenaga kesehatan dengan sekolah (PAUD) agar melaporkan hasil
pengukuran berat badan.

4. Penemuan dan Penanganan Gizi Buruk


Pendataan gizi buruk di Banjarnegara didasarkan pada 2 kategori yaitu
dengan indikator membandingkan berat badan dengan umur (BB/U) dan
kategori kedua adalah membandingkan berat badan dengan tinggi badan
(BB/TB). Skrining pertama dilakukan di posyandu dengan membandingkan
berat badan dengan umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita
yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka
dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
42
menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk,
maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai pedoman di posyandu dan
puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat
ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit.
Berdasarkan penimbangan balita di posyandu dengan metode BB/TB
pada tahun 2022 ditemukan 2 kasus gizi buruk menurun jika dibandingkan
tahun 2021 dimana terdapat 6 balita gizi buruk. Kasus gizi buruk yang
dimaksud ditentukan berdasarkan perhitungan berat badan menurut tinggi
badan balita Zscore < -3 standar deviasi (balita sangat kurus).
Tabel 4. 11 Prevalensi Gizi Buruk Per Desa
di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA JML GIZI BURUK JML GIZI BURUK


BALITA BALITA

1 LENGKONG 120 0 353


1
2 BADAMITA 189 1 325
0
3 KINCANG 169 2 329
1
4 TANJUNGANOM 167 0 223
0
5 LUWUNG 110 3 102
0
PUSKESMAS 771 6 1.332 2

Sumber : Data Pengelola GIZI


Data mengenai gizi buruk dapat dilihat pada tabel 44 lampiran profil kesehatan.

BAB V
KESEHATAN LINGKUNGAN

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa


upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat, baik fisik, kimia,biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat mencakup
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
43
lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas
umum harus bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan, diantaranya
limbah (cair, padat dan gas), sampah yang tidak diproses sesuai persyaratan, vektor
penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi, air
yang tercemar, udara yang tercemar, dan makanan yang terkontaminasi.
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan
gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial. Sedangkan
menurut WHO, kesehatan lingkungan meliputi seluruh faktor fisik, kimia, dan biologi
dari luar tubuh manusia dan segala faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
manusia. Kondisi dan kontrol dari kesehatan lingkungan berpotensial untuk
mempengaruhi kesehatan.
Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat
kesehatan masyarakat, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program
Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih
sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan
pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan tersebut adalah melaksanakan : (1) Pengawasan kualitas air dan
sanitasi dasar; (2) Pengawasan Hygiene dan Sanitasi Tempat Tempat Umum (TTU);
(3) Pengawasan Hygiene dan Sanitasi Tempat Pengolahan Makanan (TPM).
Indikator sasaran kegiatan pengawasan kualitas air dan sanitasi dasar meliputi
: (1) Desa yang melaksanakan STBM; (2) Proporsi Penduduk Akses Air Minum; (3)
Proporsi Penduduk Akses Jamban Sehat. Sedangkan indikator sasaran kegiatan
Pengawasan Hygiene dan Sanitasi TTU dan TPM meliputi : (1) Proporsi TTU
memenuhi syarat; (2) Proporsi TPM memenuhi syarat; (3) Proporsi Puskesmas yang
ramah lingkungan; (4) Proporsi Rumah Sakit yang ramah lingkungan; (5) Proporsi
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga memenuhi syarat; (6) Proporsi Pengelolaan
Limbah Cair Rumah Tangga memenuhi syarat. Pencapaian dari masing-masing
indikator sasaran adalah sebagai berikut :

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


44
A. STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah Pendekatan untuk
mengubah perilaku higiene dan sanitasi meliputi 5 pilar yaitu tidak buang air besar
(BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan
makanan yang aman, mengelola sampah rumah tangga dengan benar, mengelola
limbah cair rumah tangga dengan aman melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode pemicuan.
Indikator bahwa suatu Desa/Kelurahan dikatakan sebagai Desa/Kelurahan
STBM adalah Desa/Kelurahan tersebut telah mencapai 5 (lima) Pilar STBM.
Indikator bahwa suatu desa/kelurahan dikatakan telah melaksanakan
STBM adalah : (1) Minimal telah ada intervensi melalui Pemicuan di salah satu
dusun dalam desa/kelurahan tersebut; (2) Ada masyarakat yang bertanggung jawab
untuk melanjutkan aksi intervensi STBM seperti disebutkan pada poin pertama,
baik individu (natural leader) ataupun bentuk kelompok masyarakat; (3) Sebagai
respon dari aksi intervensi STBM, kelompok masyarakat menyusun suatu rencana
aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen perubahan perilaku pilar STBM,
yang telah disepakati bersama.
Adanya dukungan yang besar dari pemerintah bersinergi dengan
keberhasilan program ini. Kecukupan alokasi anggaran yang cukup, koordinasi
dan kerjasama dengan lintas sektor, lembaga swadaya masyarakat, sosialisasi yang
intensif tentang STBM termasuk jamban murah melalui kegiatan wirausaha
sanitasi serta melakukan monitoring dan evaluasi secara ketat dan terus menerus
akan meningkatkan pencapaian program ini. Diwilayah kerja UPTD Puskesmas
Rakit 2 belum ada desa yang mencapai pilar STBM, tetapi untuk kegiatan kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai 5 pilar STBM sudah dilakukan, seperti Pemicuan
disetiap Dusun, menggalang kerja sama lintas Program dan lintas sector, termasuk
dukungan anggaran dari desa untuk mencapai desa STBM, hal tersebut karena
kondisi geografis dan lahan pekarangan yang telah digunakan sebagai kolam ikan
sehingga sulit untuk membuat septiktank.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


45
B. AIR MINUM
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum. Pada Permenkes tersebut juga disebutkan bahwa
penyelenggara air minum wajib menjamin air minum yang diproduksinya aman
bagi kesehatan. Dalam hal ini penyelenggara air minum diantaranya adalah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), koperasi,
badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat dan individual yang
menyelengarakan penyediaan air minum.
Air minum yang aman bagi kesehatan adalah air minum yang memenuhi
persyaratan secara fisik, mikrobiologis, kimia dan radioaktif. Secara fisik air
minum yang sehat tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna serta memiliki total
zat padat terlarut, kekeruhan dan suhu sesuai ambang batas yang ditetapkan.
Secara mikrobiologis air minum yang sehat harus bebas dari bakteri E. Coli dan
total bakteri koliform. Secara kimiawi, zat kimia yang terkandung dalam air
minum seperti besi, alumunium, klor, arsen dan lainnya harus di bawah ambang
batas yang ditentukan. Secara radioaktif, kadar gross alpha activity tidak boleh
melebihi 0,1 becquerel per liter (Bq/l) dan kadar gross beta activity tidak boleh
melebihi 1 Bq/l.
Jenis sarana akses air minum yang dipantau meliputi: Sumur Gali (SGL)
Terlindung, SGL dengan Pompa, Sumur Bor dengan Pompa, Terminal Air (TA),
Mata Air Terlindung, Penampungan Air Hujan (PAH), Perpipaan BPSPAM
(PP.BPSPAM).
Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat dilakukan
pengawasan kualitas air minum secara eksternal dan secara internal. Pengawasan
kualitas air minum secara eksternal merupakan pengawasan yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten. Pengawasan kualitas air minum secara internal
merupakan pengawasan yang dilaksanakan oleh penyelenggara air minum untuk
menjamin kualitas air minum yang diproduksi memenuhi syarat. Kegiatan

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


46
pengawasan kualitas air minum meliputi inspeksi sanitasi, pengambilan sampel air,
pengujian kualitas air, analisis hasil pemeriksaan laboratorium, rekomendasi dan
tindak lanjut.
Penduduk yang memiliki akses air bersih tahun 2022 sebesar 96,24%
menurun dibanding tahun 2021 yaitu sebesar 79,55%. Data mengenai penduduk
dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas dapat dilihat pada tabel
59 lampiran profil kesehatan.

C. AKSES SANITASI LAYAK


Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan
manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif
di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup
masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya
jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa penyakit.
Berdasarkan konsep dan definisi MDGs rumah tangga memiliki akses
sanitasi layak apabila fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi syarat kesehatan
antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki septic (septic tank), Sistem
Pengelolaan Air Limbah (SPAL) yang digunakan sendiri atau bersama.

Tabel. 5.1 Persentase Akses Jamban Sehat Per Desa


UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA JML PDDK JAMBAN JML PDDK JAMBAN


SEHAT % SEHAT %

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


47
1 LENGKONG 7010 62,48 6743 68,97

2 BADAMITA 5089 61,53 5275 69,05

3 KINCANG 4162 35,30 4341 48,03

4 TANJUNGANOM 3231 40,69 3539 28,16

5 LUWUNG 2229 31,09 2148 44,05

PUSKESMAS 22.604 53,05 22.046 55,51

Sumber : Data Pengelola P2PL

Jumlah penduduk dengan akses sanitasi layak atau jamban sehat tahun
2022 adalah sebesar 12.237 (55,51%) meningkat dibanding tahun 2019 yaitu 9.591
(53,05%). Jenis sanitasi dasar yang dipantau sebagai akses jamban sehat meliputi
jamban komunal, leher angsa, plengsengan dan cemplung.
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan menggunakan jamban
dengan syarat sebagai berikut :
1. Tidak mencemari sumber air minum. Letak lubang penampungan kotoran
paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur air minum (sumur pompa tangan,
sumur gali, dan lain-lain). Tetapi kalau keadaan tanahnya berkapur atau tanah
liat yang retak-retak pada musim kemarau, demikian juga bila letak jamban di
sebelah atas dari sumber air minum pada tanah yang miring, maka jarak
tersebut hendaknya lebih dari 15 meter;
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
Untuk itu tinja harus tertutup rapat misalnya dengan menggunakan leher angsa
atau penutup lubang yang rapat;
3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di
sekitarnya, untuk itu lantai jamban harus cukup luas paling sedikit berukuran
1×1 meter, dan dibuat cukup landai/miring ke arah lubang jongkok;
4. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-bahan
yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya dipergunakan
bahan-bahan yang ada setempat;

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


48
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang;
6. Cukup penerangan;
7. Lantai kedap air;
8. Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah;
9. Ventilasi cukup baik;
10. Tersedia air dan alat pembersih.

D. TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU)


Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah tempat atau sarana umum yang
digunakan untuk kegiatan masyarakat dan diselenggarakan oleh pemerintah/swasta
atau perorangan, antara lain pasar, sekolah, fasyankes, terminal, stasiun, bandara,
pelabuhan, bioskop, hotel dan tempat umum lainnya

Gambar 5.2 Persentase TTU Yang Memenuhi Syarat Kesehatan


Per Desa Di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022
NO DESA JML TTU MEMENUHI JML TTU MEMENUHI
SYARAT KES SYARAT KES
1 LENGKONG 22 100 22 100

2 BADAMITA 14 100 14 100

3 KINCANG 11 100 11 100

4 TANJUNGANOM 9 100 9 100

5 LUWUNG 9 100 9 100

PUSKESMAS 65 100% 65 100%

Sumber : Data Pengelola P2PL


Persentase tempat tempat umum yang memenuhi syarat pada tahun 2022
dan 2021 yaitu 100 % sesuai target, namun masih perlu meningkatkan upaya
pembinaan dan pengawasan yang lebih intensif agar tidak terjadi penurunan.
Pengawasan Tempat Tempat Umum meliputi sarana pendidikan, kesehatan dan
perkantoran.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


49
TTU yang memenuhi syarat kesehatan adalah tempat dan fasilitas umum
minimal sarana pendidikan dan pasar rakyat yang memenuhi syarat kesehatan.
TTU dinyatakan sehat apabila memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis dan
dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat
sekitarnya.

E. TEMPAT PENGOLAHAN MAKANAN (TPM)


Tempat pengelolaan makanan (TPM) adalah usaha pengelolaan makanan
yang meliputi jasaboga atau katering, rumah makan dan restoran, depot air minum,
kantin, dan makanan jajanan. Persentase TPM memenuhi syarat dapat dilihat pada
tabel 5.4.

Tabel. 5.3 Persentase TPM Yang Memenuhi Syarat Kesehatan


Di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA JML TPM MEMENUHI JML TPM MEMENUHI


SYARAT KES SYARAT KES

1 LENGKONG 21 57.1% 22 100%

2 BADAMITA 11 72.7% 15 53,33%

3 KINCANG 5 20% 9 44,44%

4 TANJUNGANOM 8 25% 11 45,45%

5 LUWUNG 9 56.6% 9 55,55%

PUSKESMAS 54 51.9% 66 53,03%

Sumber : Data Pengelola P2PL


TPM dinyatakan sehat sesuai dengan Kepmenkes Nomor
1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah
Makan dan Restoran. Persyaratan higiene sanitasi yang harus dipenuhi
meliputi :
1. Persyaratan lokasi dan bangunan

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


50
2. Persyaratan fasilitas sanitasi
3. Persyaratan dapur, rumah makan, dan gudang makanan
4. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
5. Persyaratan pengolahan makanan
6. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
7. Persyaratan penyajian makanan jadi
8. Persyaratan peralatan yang digunakan
Pelaksanaan kegiatan higiene sanitasi pangan merupakan salah satu aspek
dalam menjaga keamanan pangan yang harus dilaksanakan secara terstruktur dan
terukur dengan kegiatan, sasaran dan ukuran kinerja yang jelas, salah satunya
dengan mewujudkan tempat pengelolaan makanan (TPM) yang memenuhi syarat
kesehatan. Dari 66 tempat pengelolaan makanan tahun 2022 yang memenuhi
higiene sanitasi adalah 35 (53,03%) meningkat dibanding tahun 2021 sebesar
51,9%. Data mengenai tempat pengolahan makanan (TPM) dapat dilihat pada
tabel 76 lampiran profil kesehatan.

BAB VI
PENGENDALIAN PENYAKIT

Pengendalian penyakit adalah upaya penurunan insiden, prevalens, morbiditas


atau mortalitas dari suatu pennyakit hingga level yang dapat diterima secara lokal.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


51
Angka kesakitan dan kematian penyakit merupakan indikator dalam menilai derajat
kesehatan suatu masyarakat.
Pengendalian penyakit yang akan di bahas Bab ini yaitu pengendalian
penyakit menular, meliputi penyakit menular langsung, penyakit yang dapat
dikendalikan dengan imunisasi, penyakit yang di tularkan melalui vektor dan
zoonosis, dan dampak kesehatan akibat bencana.

A. PENYAKIT MENULAR LANGSUNG


1. Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global.
Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insidens dan kematian
akibat tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih
menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014.
India, Indonesia, dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis
terbanyak. (WHO,Global Tuberculosis Report,2015).
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacteruim tuberculosis. Sumber penularan yaitu pasien TB
BTA (Bakteri Tahan Asam) positif melalui percik renik dahak yang di
keluarkannya. TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil.
Beban penyakit yang di sebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan
Case Notifikation Rate (CNR), prevalensi,dan mortalitas/kematian. Penemuan
pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana pasien TB.
Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna dapat
menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat
dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling
efektif di masyarakat.
Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate = CNR) adalah angka
yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara
100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu.
a. Seluruh Kasus TB
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
52
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber
penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet
nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Pada tahun 2022 jumlah seluruh kasus TB yang ditemukan sebanyak
17 kasus sama bila dibanding tahun 2021 sebesar 17 kasus. Rincian lengkap
mengenai CNR puskesmas dapat dilihat di Lampiran 7 tabel profil
kesehatan.
b. Kasus TB Paru BTA+
Jumlah kasus TB Paru BTA+ tahun 2022 sebesar 17 kasus sama
dengan tahun 2021. Angka notifikasi TB paru BTA + tahun 2022 adalah 100
meningkat dibanding tahun 2021 sebesar 62,94.
Kasus TB Paru BTA + sangat dipengaruhi oleh pemeriksaan awal
terduga TB secara standar program, terduga TB harus diperiksa secara
bakteriologi sehingga penegakan diagnosanya jelas yaitu TB paru BTA +
atau TB paru BTA - terdiagnosa klinis.
Kasus TB Paru BTA + menunjukan adanya keparahan kasus TB,
dengan adanya diagnosa TB Paru BTA + maka pengobatan TB menjadi
lebih jelas dan lebih terarah. Pengendalian dan pencegahan penyakit TB Paru
juga menjadi lebih mudah ketika diagnosa TB ditegakan dengan
pemeriksaan BTA.

Tabel. 6.1 Penemuan kasus TB BTA+ Per Desa


di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA JML PDDK JML KASUS JML PDDK JML KASUS

1 LENGKONG 6.784 2 6743 8

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


53
2 BADAMITA 5.284 0 5275 4

3 KINCANG 4.107 2 4341 4

4 TANJUNGANOM 3.536 3 3539 1

5 LUWUNG 2.100 1 2148 0

PUSKESMAS 21.811 8 22.046 17

Sumber : Data Pengelola P2P


c. Angka Keberhasilan Pengobatan
Salah satu upaya untuk mengendalikan tuberkulosis yaitu dengan
pengobatan. Indikator yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu
angka keberhasilan pengobatan (succese rate). Angka keberhasilan
pengobatan ini didapatkan dari penjumlahan angka kesembuhan (Cure Rate)
dan angka pengobatan lengkap.
Pengobatan TB di anggap berhasil ketika pasien TB mendapatkan
pengobatan sampai sembuh dan mendapatkan pengobatan lengkap. Pasien
TB dikatakan sembuh apabila pemeriksaan dahak pada bulan ke 2
pengobatan, bulan ke 5 pengobatan dan akhir pengobatan BTA nya negatif.
Pasien TB dikatakan mendapatkan pengobatan lengkap apabila pasien
melakukan pengobatan sesuai program yaitu 6 bulan untuk kategori 1 dan 8
bulan untuk kategori 2. Angka keberhasilan pengobatan TB pada tahun 2022
adalah 47,06% dan tahun 2021 yaitu 90%. Angka keberhasilan pengobatan
sangat dipengaruhi oleh kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan
sampai selesai. Edukasi dan pendampingan dari petugas kesehatan dan
pendamping minum obat yang ditunjuk juga sangat berperan dalam capaian
angka keberhasilan pengobatan.

Tabel. 6.2 Angka Keberhasilan Pengobatan TB Per Desa


di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


54
NO DESA JML KASUS SEMBUH JML KASUS SEMBUH

1 LENGKONG 2 2 8 5

2 BADAMITA 0 0 4 1

3 KINCANG 2 2 4 1

4 TANJUNGANOM 3 3 1 1

5 LUWUNG 1 1 0 0

PUSKESMAS 8 8 17 8

Sumber : Data Pengelola P2P.


Data mengenai tuberkulosis menurut indikator, jenis kelamin dan
angka pengobatan dapat dilihat pada tabel 51,52 lampiran profil kesehatan.

2. HIV/AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
Human Immunedoficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh
sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
a. Jumlah Kasus HIV positif dan AIDS
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan
sebagai HIV positif. HIV dapat ditularkan melalui hubungan seks, tranfusi
darah, penggunaan jarum suntik bergantian dan penularan dari ibu ke anak
(perinatal). Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat di ketahui
melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing
(VCT), sero survey, dan Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP)
Jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan pada tahun 2022
sebanyak 0 kasus, menurun dari tahun sebelumnya sebesar 3 kasus.
Sedangkan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan tahun 2022 sebanyak 0
kasus sama dengan tahun 2021 sebesar 0 kasus. Data mengenai HIV dan
AIDS menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 54 lampiran profil
kesehatan.
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
55
b. Kematian akibat AIDS
Peningkatan kasus AIDS ini dikarenakan upaya penemuan atau
pencarian kasus yang semakin intensif melalui VCT di rumah sakit dan
upaya penjangkauan oleh LSM peduli AIDS di kelompok risiko tinggi.
Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, artinya kasus yang
dilaporkan hanya sebagian kecil yang ada di masyarakat.
Jumlah kasus penyakit yang disebabkan oleh virus HIV pada tahun
2022 adalah 3 kasus yang terdiri dari laki-laki 1 kasus dan perempuan 2
kasus. Kasus penyakit HIV dan AIDS didominasi golongan umur 25-49
tahun dimana pada tahun 2021 didominasi golongan umur 40-49 tahun.
Kematian akibat penyakit AIDS pada tahun 2022 ada 1 kasus terdiri dari 1
laki-laki, tahun 2021 yaitu 3 kasus terdiri dari 1 laki-laki dan 2 perempuan.
Upaya yang telah dilakukan dalam mencegah dan mengendalikan
penularan virus HIV di Kabupaten Banjarnegara antara lain :
a. Screening pada ibu hamil, pasien TB, pasien IMS (Infeksi Menular
Seksual) dan Populasi Kunci (LSL, Waria, WPS dan Pengguna Napza
Suntik)
b. Mobile Clinic VCT (Voluntary Counseling and Testing) di Rutan,
Tempat Karaoke dan Kelompok Populasi Kunci
c. Pengobatan ARV (Anti Retroviral Virus) bagi penderita HIV-AIDS
dengan pemeriksaan laboratorium CD4 secara berkala.
3. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita, Pneumonia
menyerang semua umur di semua wilayah, namun banyak terjadi di Asia
Selatan dan Afrika sub-Sahara. Populasi yang rentan terserang pneumonia
adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan
orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus,

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


56
jamur, dan bakteri. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit
kepala, batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas.
Perkiraan penderita pneumonia pada balita tahun 2022 adalah 62 dengan
jumlah yang ditemukan dan ditangani sebesar 15 (24,19%). Kasus Pneumonia
tertinggi pada tahun 2022 di desa Lengkong yaitu sebesar 6 kasus menurun
dibanding tahun sebelumnya sebesar 19 kasus sedangkan terendah ada di desa
Luwung dan Tanjunganom yaitu 0 kasus.

Tabel. 6.3 Penemuan dan Penanganan Pendeita Pneumonia


Per Desa di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA PERKIRAAN JML KASUS PERKIRAAN JML KASUS


KASUS KASUS

1 LENGKONG 75 11 20 6

2 BADAMITA 55 7 7 7

3 KINCANG 30 3 13 2

4 TANJUNGANOM 25 2 8 0

5 LUWUNG 10 0 13 0

PUSKESMAS 195 23 61 15

Sumber : Data Pengelola P2M.


Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu
dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Data mengenai
Pneumonia menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas dapat dilihat pada
tabel 10 lampiran profil kesehatan.
4. Kusta
Penyakit kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit Hansen
disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses
pembelahan cukup lama antara 2-3 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta
mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2-
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
57
5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun. Penatalaksanaan
kasus kusta yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progesif,
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.
a. Angka Prevalensi dan Angka Penemuan Kasus Baru
Sejak tercapainya status eliminasi kusta pada tahun 2000, situasi
kusta di Indonesia menunjukkan kondisi yang relatif statis. Hal tersebut
dapat terlihat dari angka penemuan kasus baru kusta selama lebih dari dua
belas tahun yang menunjukkan kisaran angka antara enam hingga delapan
per 100.000 penduduk dan angka prevalensi yang berkisar antara delapan
hingga sepuluh per 100.000 penduduk per tahunnya. Namun, sejak tahun
2012 hingga tahun 2015 angka tersebut menunjukkan penurunan.
Target prevalensi kusta sebesar <1 per 10.000 penduduk (<10 per
100.000 penduduk). Prevalensi kusta di Banjarnegara pada tahun 2019
sebesar 1,76 % atau menurun dibanding tahun 2018 yaitu 2,25 per 100.000
penduduk dan telah mencapai target program.
Pada tahun 2022 terdapat 0 kasus kusta dengan 0 kasus MB dan 0
kasus PB dan tahun 2021 yaitu 0 kasus dengan 0 kasus MB dan 0 kasus PB.
b. Angka cacat tingkat 2
Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi
kasus sejak dini. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan
dalam mendeteksi kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat 2. Angka cacat
tingkat 2 pada tahun 2022 menunjukan angka 0.
c. Proporsi kusta MB dan proporsi penderita kusta pada anak
Indikator lain yang digunakan pada penyakit kusta yaitu proporsi
penderita kusta pada anak (0-14 tahun) di antara penderita baru yang
memperlihatkan sumber utama dan tingkat penularan di masyarakat. Di
UPTD Puskesmas Rakit 2 tahun 2022 tidak ada kasus kusta pada anak usia
0-14 tahun. Data mengenai kusta dapat dilihat pada tabel 14,15,16,17
lampiran profil kesehatan.
5. Diare

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


58
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga
merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Diare
merupakan penyakit berbasis lingkungan, dengan kondisi sanitasi yang kurang
layak merupakan faktor risiko terjadinya diare, buang air besar sembarangan,
ketersediaan air bersih serta perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang
belum sesuai dengan syarat kesehatan turut berpengaruh terhadap terjadinya
penyakit diare.
Perkiraan jumlah penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan
kader kesehatan sebesar 10% dari angka kesakitan dikali jumlah penduduk di
satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun. Angka kesakitan nasional hasil
Survei Morbiditas Diare tahun 2012 yaitu sebesar 214/1.000 penduduk. Pada
tahun 2022 perkiraan jumlah penderita diare sebanyak 214 orang, sedangkan
jumlah penderita diare yang di tangani sebanyak 212 orang atau 99,06 % dari
target 100%. Data mengenai diare dapat dilihat pada tabel 56 lampiran profil
kesehatan.

B. PENYAKIT YANG DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)


1. Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum disebabkan oleh hasil Clostridium tetani, yang
masuk ketubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang
salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak
steril. Kasus tetanus neonatorum banyak di temukan di negara berkembang
khususnya negara dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
rendah.
2. Campak
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak golongan
Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi
oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Gejala-gejalanya adalah
demam, batuk, pilek, dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari
setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga
yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


59
Komplikasi dari penyakit Campak ini adalah radang paru-paru, infeksi pada
telinga, radang pada saraf, radang pada sendi, dan radang pada otak yang dapat
menyebabkan kerusakan otak yang permanen (menetap).
Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah
dan usia SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan
mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya.
Campak dinyatakan sebagai KLB apabila terdapat 5 atau lebih kasus
klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi secara mengelompok
dan dibuktikan adanya hubungan epidemiologis.
3. Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae
yang menyerang sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya
menyerang anak-anak usia 1-10 tahun.

4. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)


Polio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf,
utamanya menyerang anak balita dan menular terutama melalui fekal-oral.
Polio ditandai dengan gejala awal demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku
dileher, serta sakit ditungkai dan lengan. Pada 1 dari 200 infeksi menyebabkan
kelumpuhan permanen (biasanya pada tungkai), dan 5-10% dari yang menderita
kelumpuhan meninggal karena kelumpuhan pada otot-otot pernafasan.
Indonesia telah berhasil mendapatkan sertifikasi bebas polio bersama
negara-negara South East Asia Region pada tanggal 27 Maret 2014. Saat ini
tinggal 2 negara, yaitu Afghanistan dan Pakistan yang masih endemik polio.
Setelah Indonesia dinyatakan bebas polio, bukan berarti Indonesia menurunkan
upaya imunisasi dan surveilens AFP, upaya pencegahan harus terus
ditingkatkan hingga seluruh dunia benar-benar terbebas dari polio.
Surveilans AFP adalah pengamatan yang dilakukan terhadap semua
kasus lumpuh layuh akut (AFP) pada anak usia < 15 tahun, yang merupakan
kelompok yang rentan terhadap penyakit polio, dalam upaya untuk menemukan
adanya transmisi virus polio liar. Surveilans AFP juga penting untuk
dokumentasi tidak adanya virus polio liar untuk sertifikasi bebas polio.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


60
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi
surveilans, akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada
tidaknya virus polio liar. Untuk itu diperlukan spesimen adekuat yang sesuai
dengan persyaratan, yaitu diambil ≤14 hari setelah kelumpuhan dan suhu
spesimen 0°C – 8°C sampai di laboratorium.
Non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus polio
sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio.
Kementerian Kesehatan menetapkan non polio AFP rate minimal 2/100.000
populasi anak usia <15 tahun.

C. PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR DAN ZOONOSIS


1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthoprod-Borne Virus, genus
Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk
dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD
dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.
Pada tahun 2022 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 24
kasus dan tidak ada kematian akibat DBD, jumlah tersebut menurun dibanding
tahun 2021 dimana terdapat 57 kasus. IR tahun 2022 sebesar 24/100.000
penduduk meningkat dibanding 2021 yaitu 57/100.000 penduduk Kasus tahun
2022 menyebar di 5 desa dengan jumlah kasus terbanyak yaitu Lengkong,
Badamita, Tanjunganom, dan kincang.
Tabel 6.4 Angka Kesakitan (IR/Insiden Rate) DBD per 100.000 penduduk
Per Desa di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA L P L P

1 LENGKONG 5 4 7 5

2 BADAMITA 0 2 1 1

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


61
3 KINCANG 1 3 1 2

4 TANJUNGANOM 1 0 2 5

5 LUWUNG 0 0 0 0

PUSKESMAS 7 9 11 13

Sumber : Data Pengelola P2P.


Pendampingan Pemantauan jentik di wilayah kota oleh tim fogger
diharapkan dapat menurunkan potensi penularan DBD. Bila kawasan perkotaan
dapat dikendalian maka kemungkinan kasus akan dapat diturunkan. Karena
selama ini kasus terbanyak di wilayah kota. Selain itu kota juga menjadi tempat
aktifitas masyarakat terbanyak, seperti sekolah, perkantoran dan perdagangan.
Bila ada orang tertular di kantor, pasar atau sekolah maka akan menjadi sumber
penular di wilayahnya.
Bila ada kasus, segera dapat direspon dengan memverifikasi kasus
kemudian bila memenuhi kriteria fogging (pengasapan), akan segera dilakukan
tindakan tersebut. Peran lainnya yang di jalankan oleh Tim Fogger adalah
melakukan pendampingan pemantauan jentik ketika tidak ada kasus atau paska
adanya kasus. Pendampingan tersebut dilakukan baik di masyarakat, di sekolah
maupun di instansi terutama untuk wilayah kota. Kegiatan wajib lainnya pada
setiap wilayah kasus, yaitu dengan penyuluhan masyarakat tentang
pengendalian demam berdarah serta pembentukan kader Jumantik (Juru
Pemantau Jentik).

2. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan
oleh nyamuk malaria (Anopheles Sp) betina, dapat menyerang semua orang,
jenis kelamin dan semua golongan umur.
Penyakit malaria hingga saat ini masih menjadi masalah di Kabupaten
Banjarnegara, dimana ada 5 Kecamatan yang memiliki kasus positif Malaria

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


62
yaitu Purwonegoro, Bawang, Banjarmangu, Pagedongan dan kecamatan
Punggelan. Jumlah penderita Malaria pada tahun 2022 yang ditemukan dan
dinyatakan sebagai malaria (+) sebanyak 0 penderita menurun jumlahnya jika
dibandingkan tahun 2021 yaitu sebanyak 1 penderita, atau dengan angka
kesakitan Malaria setahun (Annual Parasite Incedence, API) 0, per 1000
penduduk naik dibanding tahun 2021 yang sebesar 0,1 per 1000 penduduk.
Jumlah penderita Malaria tahun 2022 0 kasus, dibanding tahun 2021 yaitu
sebesar 1 penderita. Keberhasilan penanganan malaria di desa-desa endemik
antara lain dengan kegiatan pengambilan sediaan darah penderita panas di
masyarakat (MFS/ Mass Fever Survey), pelacakan kasus malaria, monitoring
pengobatan, dan kegiatan pengambilan darah seluruh warga (MBS/ Mass Blood
Survey)
Tabel. 6.5 Angka Kesakitan (Anual Parasite Insidence) Malaria
per 1000 penduduk Per Desa di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2021-2022
TAHUN 2021 TAHUN 2022

NO DESA SUSPEK POSITIF SUSPEK POSITIF


MALARIA MALARIA

1 LENGKONG 0 0 0 0

2 BADAMITA 0 1 0 0

3 KINCANG 0 0 0 0

4 TANJUNGANOM 0 0 0 0

5 LUWUNG 0 1 0 0

PUSKESMAS 0 2 0 0

Sumber : Data Pengelola P2P.


Untuk menjamin kasus malaria tetap rendah diperlukan upaya-upaya
untuk mempertahankan kasus supaya tidak meningkat kembali seperti
penemuan dini dan tatalaksana kasus yang tepat. Kasus malaria import di
daerah reseptif yang terlambat ditangani sangat potensial untuk terjadinya

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


63
penularan lokal (indigenous) bahkan peningkatan kasus atau KLB. Penanganan
kasus malaria yang terlambat juga bisa menyebabkan kasus kematian.
Pengobatan malaria harus dilakukan secara efektif. Pemberian jenis obat
harus benar dan cara meminumnya harus tepat waktu yang sesuai dengan acuan
program pengendalian malaria. Pengobatan efektif adalah pemberian ACT
(Artemicin-based Combination Therapy) pada 24 jam pertama pasien panas dan
obat harus diminum habis dalam tiga hari. Data mengenai malaria dapat dilihat
pada tabel 66 lampiran profil kesehatan.

D. PENYAKIT TIDAK MENULAR


Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,
diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit
kronik lainnya merupakan 63 persen penyebab kematian di seluruh dunia
dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO, 2010). Di Indonesia sendiri,
penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam
waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat. Hal
tersebut menjadi beban ganda dalam pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan
yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.
Berbagai faktor risiko PTM antara lain yaitu merokok dan keterpaparan
terhadap asap rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup
yang tidak sehat, kegemukan, obat-obatan, dan riwayat keluarga (keturunan).
Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya pencegahan
penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah
diidentifikasi.
Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan berupa
promosi Perilaku Bersih dan Sehat, deteksi dini, serta pengendalian masalah
tembakau. Beberapa Kabupaten/kota telah menerbitkan peraturan terkait
Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil
jika hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


64
lintas sektor, baik pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan masyarakat.
Dalam rangka pengendalian PTM dilakukan surveilans epidemiologi
PTM. Ruang lingkup surveilans epidemiologi PTM mencakup pengamatan
penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker, penyakit Diabetes
Melitus dan penyakit metabolism lainnya, penyakit kronis, serta pengendalian
gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
Berdasar hasil rekapitulasi data kasus baru PTM, jumlah kasus baru PTM yang
dilaporkan secara keseluruhan pada tahun 2022 adalah 2.126 kasus menurun
dibanding tahun 2021 sebanyak 4.455 kasus. Adapun kasus PTM tahun 2022
adalah sebagai berikut:

Tabel. 6.6 Kasus Penyakit Tidak Menular


Di UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
NO PENYAKIT JUMLAH

1 Hypertensi 1.833

2 DM non insulin 821

3 Asma 30

4 PPOK 59

5 Decopensatio Cordis 14

6 Stroke Non Hemoragik 16

7 Gagal ginjal kronik 8

8 Ca mamae 0

9 Ca. Colorektal 0

Sumber : Data Pengelola Pengendalian PTM


Penyakit Hipertensi masih menempati jumlah kasus terbesar dari seluruh
PTM yang dilaporkan, sedangkan urutan kedua terbanyak adalah DM. Dua
penyakit tersebut menjadi prioritas utama pengendalian PTM di Banjarnegara.
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
65
Jika Hipertensi dan DM tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan
PTM lanjutan seperti Jantung, Stroke, Gagal Ginjal, dsb. Pengendalian PTM
dapat dilakukan dengan intervensi yang tepat pada setiap sasaran/kelompok
populasi tertentu sehingga peningkatan kasus baru PTM dapat ditekan.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022


66

Anda mungkin juga menyukai