PROFIL KESEHATAN
TAHUN 20 22
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022. Terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan ini.
Profil kesehatan merupakan salah satu media publikasi data dan informasi
yang berisi situasi dan kondisi kesehatan yang cukup komprehensif. Profil
kesehatan disusun berdasarkan ketersediaan data, informasi, dan indikator
kesehatan yang bersumber dari UPTD Puskesmas serta jejaring dan jaringannya.
Dalam profil kesehatan Tahun 2022 ini, pembaca dapat memperoleh data dan
informasi mengenai gambaran umum dan demografi, Sarana dan Pembiayaan
Kesehatan, Tenaga Kesehatan, Kesehatan Keluarga, Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit. Data dan informasi yang ditampilkan pada profil
kesehatan dapat membantu dalam mengukur capaian pembangunan bidang
kesehatan di suatu wilayah kerja UPTD Puskesmas dan sebagai dasar untuk
perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya.
Kami menyadari masih banyak yang belum sempurna dalam penyusunan
buku ini, terutama karena keterbatasan waktu, tenaga dan sumber data yang ada.
Sehingga kritik dan saran senantiasa kami harapkan guna meningkatkan kualitas
profil kesehatan pada tahun-tahun yang akan datang. Kami juga mohon maaf jika
karena kekhilafan kami, terdapat kesalahan penulisan dalam buku profil kesehatan
ini. Akhirnya, semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa menyertai langkah-
langkah kita. Amiin.
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Persentase penduduk yang memiliki air minum yang layak……………42
Gambar 5.2 Persentase Akses Jamban Sehat ............................................................ 47
Gambar 5.3 Persentase TTU Yang Memenuhi Syarat Kesehatan .............................. 49
Gambar 5.4 Persentase TPM Yang Memenuhi Syarat Kesehatan ............................. 50
Tabel. 6.1 Penemuan kasus TB BTA+ Per Desa ................................................... 53
Tabel. 6.2 Angka Keberhasilan Pengobatan TB Per Desa ..................................54
Tabel. 6.3 Penemuan dan Penanganan Pendeita Pneumonia .............................. 57
Tabel 6.4 Angka Kesakitan (IR/Insiden Rate) DBD per 100.000 penduduk ....... 61
Tabel. 6.5 Angka Kesakitan (Anual Parasite Insidence) Malaria......................... 63
Tabel. 6.6 Kasus Penyakit Tidak Menular .......................................................... 65
v
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN DEMOGRAFI
A. KEADAAN GEOGRAFI
Kecamatan Rakit merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten
Bajarnegara yang letaknya berada pada jarak 25 Km ke arah Barat dari Ibu Kota
Kabupaten. Secara Astronomi terletak diantara 70.12’ – 70.31’ Lintang Selatan dan
1090.29’ – 1090.45’.50’’ Bujur Timur. Dibatasi oleh:
Sebelah Utara Kecamatan Punggelan ;
Sebelah Timur Kecamatan Wanadadi.;
Sebelah Selatan Kecamatan Purwanegara; dan
Sebelah Barat Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga ;
B. KEPENDUDUKAN
1. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan rekapitulasi data penduduk tahun 2022, jumlah penduduk
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rakit 2 adalah 22.046 jiwa naik 0,01%
dibanding tahun 2021 yaitu 21.811 jiwa. Distribusi penduduk menurut jenis
kelamin dan umur di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rakit 2 pada tahun 2022,
dengan jumlah penduduk total sebesar 22.046 jiwa, yang terdiri dari 11.081
laki-laki dan 10.965 perempuan.
2. Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur
Melihat struktur penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Rakit 2
terjadi adanya sedikit penurunan penduduk umur 44 sampai 65 tahun. Adanya
kenaikan usia produktif yaitu 15-44 tahun sebagai pengurangan demografi
sehingga dapat menambah angka ketergantungan. Bonus demografi dengan
penurunan penduduk usia produktif merupakan tantangan untuk memperkuat
investasi di bidang kesehatan, pendidikan maupun ketenagakerjaan. Di lain
pihak, penduduk usia lanjut (65+ tahun) membutuhkan perhatian dari sektor
kesehatan dalam perawatan kesehatan fisik dan kejiwaan lanjut usia (lansia)
serta penanggulangan penyakit degeneratif sehingga perlu diperluas sasaran
pelayanan penduduk yang tidak saja memberikan perhatian kepada bayi dan
anak serta orang dewasa, tetapi juga terhadap orang tua. Adapun perbandingan
komposisi penduduk wilayah kerja UPTD Puskesmas Rakit 2 menurut
3. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di UPTD Puskesmas Rakit 2 tahun 2022 sebesar
1558,02/km2. Angka ini bila dibandingkan dengan tahun 2021 terjadi
peningkatan kepadatan.
Sebaran penduduk ternyata tidak merata, beberapa desa dengan angka
yang cukup tinggi, yaitu desa Lengkong sebesar 47,63/km2, sedangkan desa
dengan cakupan rendah yaitu desa Luwung sebesar 1,21/km2.
B. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pada tahun 2022 Anggaran Pendapatan dan Belanja UPTD Puskesmas Rakit
2 untuk kesehatan adalah Rp. 1.808.808.501- terdiri dari anggaran DAK Non Fisik
sebesar Rp. 771.150.000- dan dari anggaran BLUD sebesar Rp.1.037.658.501,-.
Realisasi Belanja UPTD Puskesmas Rakit 2 DAK Non Fisik Rp. 569.472.707- dan
realisasi Belanja BLUD sebesar Rp. 1.006.024.750-
BAB III
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
A. KESEHATAN IBU
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator
Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
10
nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan,
terjatuh, dan lain-lain disetiap 100.000 kelahiran hidup.
Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, terlebih
lagi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas.
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu
dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan
kepeningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu
per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015.
Angka Kematian Ibu (AKI) dihitung dari banyaknya wanita yang meninggal
dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100. 000 kelahiran hidup.
Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak mempunyai akses ke pelayanan
kesehatan ibu yang berkualitas, terutama pelayanan kegawat daruratan tepat waktu
yang dilatar belakangi oleh terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil
keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan
pelayanan di fasilitas kesehatan. Selain itu penyebab kematian maternal juga tidak
terlepas dari kondisi ibu itu sendiri dan merupakan salah satu dari kriteria 4
“terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat melahirkan (>35 tahun), terlalu muda pada
saat melahirkan (<20 tahun), terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu rapat jarak
kelahiran/paritas (<2 tahun).
Angka Kematian Ibu (AKI) di UPTD Puskesmas Rakit 2 tahun 2022 adalah
1/100.000 kelahiran hidup dimana secara absolut dihitung dari jumlah kematian
ibu sebesar 0 kasus dengan jumlah kelahiran hidup sebesar 277 bayi lahir hidup.
Angka tersebut menurun jika dibandingkan tahun 2021 yaitu sebesar 1 /100.000
1 LENGKONG 93 0 63 0
2 BADAMITA 79 0 73 0
3 KINCANG 64 1 75 0
4 TANJUNGANOM 62 0 38 0
5 LUWUNG 26 0 28 0
2 BADAMITA 82 73 70 77
3 KINCANG 81 70 53 62
4 TANJUNGANOM 59 48 59 40
5 LUWUNG 28 23 27 27
2. Pelayanan Imunisasi Tetanus Toksoid bagi Wanita Usia Subur dan Ibu
Hamil
Salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi yaitu infeksi
tetanus yang disebabkan bakteri Clostridium tetani sebagai akibat dari proses
persalinan yang tidak aman/steril atau berasal dari luka yang diperoleh ibu
hamil sebelum melahirkan. Clostridium Tetani masuk melalui luka terbuka dan
menghasilkan racun yang menyerang sistem syaraf pusat.
Sebagai upaya mengedalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu
faktor risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan program
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi mengamanatkan bahwa wanita usia subur dan ibu
hamil merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran imunisasi
lanjutan. Imunisasi lanjutan adalah kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi
imunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada anak batita, anak usia sekolah
dan wanita usia subur termasuk ibu hamil.
Wanita usia subur yang menjadi sasaran imunisasi TT adalah wanita
berusia antara 15-49 tahun yang terdiri dari WUS hamil (ibu hamil) dan tidak
hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu
1 LENGKONG 96 80 93 63
2 BADAMITA 70 77 79 74
3 KINCANG 53 62 62 77
4 TANJUNGANOM 59 40 63 38
5 LUWUNG 27 27 26 28
1 LENGKONG 93 63 92 59
2 BADAMITA 79 74 68 74
3 KINCANG 62 77 62 77
4 TANJUNGANOM 63 38 48 38
5 LUWUNG 26 28 26 26
1 LENGKONG 30 23 26 25
2 BADAMITA 30 26 47 47
3 KINCANG 24 19 40 38
4 TANJUNGANOM 31 27 15 15
5 LUWUNG 20 19 12 11
Pelayanan Kontrasepsi
KB AKTIF KB AKTIF
B. KESEHATAN ANAK
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan
generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta untuk
menurunkan angka kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan
sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai usia
delapan belas tahun. Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu
menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan
dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi
(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya
penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian
neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil
Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2012, angka kematian neonatus
(AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini sama
dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding
SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1000 kelahiran hidup.
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan AKB
sebesar 22,23 per 1000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG
2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan Angka Kematian
Balita (AKABA) hasil SUPAS 2015 sebesar 26,29 per 1000 kelahiran hidup, juga
sudah memenuhi target MDG 2015 sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup.
Tabel. 4.4 Angka Kematian Bayi (AKB)
Per 1000 Kelahiran Hidup Per Desa di UPTD Puskesmas Rakit 2
Tahun 2021-2022
1 LENGKONG 293 2 63 2
2 BADAMITA 79 0 73 2
3 KINCANG 64 0 75 0
4 TANJUNGANOM 62 3 38 1
5 LUWUNG 26 1 28 0
Angka Kematian Bayi (AKB) dihitung dari jumlah kematian bayi 0<12
bulan per 1000 kelahiran hidup di suatu wilayah dalam satu tahun. Angka
Kematian Bayi (AKB) di tahun 2022 adalah sebesar 5 dengan kelahiran hidup
sebesar 277 Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2022 mengalami penurunan
dibanding tahun 2021 sebesar 6 kasus dari 324 kelahiran hidup.
Beberapa kondisi yang memberikan kontribusi terhadap masalah ini antara
lain, kurangnya kemampuan keluarga untuk mengenali tanda bahaya pada bayi
atau balita yang mengalami masalah kesehatan, masih tingginya kejadian
persalinan sebelum waktunya (pre term), dan pola asuh yang kurang maksimal dari
orang tua atau keluarga besar terhadap bayi dan balita. Kurangnya kemampuan
mengenali tanda bahaya pada kasus kematian bayi dan balita sebagian dipicu oleh
masih adanya mitos /kepercayaan yang salah di masyarakat dalam memberikan
asuhan antara lain, kurangnya pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi baru
lahi dan pola asuh antara lain menjaga kehangatan bayi, pemberian makanan yang
terlalu dini dan tidak dapat mengenali tanda bahaya ketika bayi mulai lemah,
karena dianggap bayi sedang tidur, sehingga menunda untuk mendapat
pertolongan selain itu keterbatasan pengetahuan pengasuh tentang cara
% % %
1 LENGKONG 14 3 9 3
2 BADAMITA 12 9 11 13
3 KINCANG 4 2 11 1
4 TANJUNGANOM 9 5 6 2
5 LUWUNG 10 6 4 3
JUMLAH 49 25 41 22
Imunisasi
Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai
penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi adalah
suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit
menular yang termasuk kedalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis,
Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah
diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut,
yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian.
Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/bakteri/protozoa/jamur,
masuk kedalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk kedalam tubuh
manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan
antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang
disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi
berinteraksi dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
30
disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi-antigen
yang kedua dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah mngenali antigen
yang masuk kedalam tubuh, sehingga antibodi yang tebentuk lebih banyak dan
dalam waktu yang lebih cepat.
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah
disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian
vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk
menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan
antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin.
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi
penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada
populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita,
anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil.
a) Imunisasi Dasar pada Bayi
Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin
yang disuntikan pada lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut.
Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program
imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang
terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis
polio dan 1 dosis campak. Dari imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan
tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih, hal
ini sesuai komitmen Indonesia pada global untuk mempertahankan cakupan
imunisasi campak sebesar 90% secara tinggi dan merata. Hal ini terkait
dengan realita bahwa campak adalah salah satu penyebab utama kematian
pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan
dalam penurunan angka kematian balita. Cakupan masing-masing jenis
imunisasi UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022 adalah sebagai berikut:
Hepatitis B neonatus (100%), BCG (103,25%), DPT-HB-Hib 3 (106,86%), ,
Polio 4 (106,86%), dan Campak (115,16%).
HB BCG HB1/ HB2/ HB3/ CAM HB 0 BCG HB1/ HB2/ HB3/ CAM
0 DPT 2
DPT1 DPT3 PAK DPT1 DPT2 DPT3 PAK
1 LENGK 95 83 78 68 60 60 63 74 83 79 81 97
2 BDT 80 80 60 58 50 47 73 75 85 82 82 81
3 KINCANG 63 63 56 50 44 52 76 75 66 67 67 67
4 TJA 61 59 53 41 42 45 38 37 50 49 50 50
5 LUWUNG 24 17 25 23 30 31 28 28 15 16 16 24
6 PUSK 323 302 272 240 226 235 277 289 298 293 296 319
Pada tahun 2022 cakupan pemberian Vitamin A pada balita 6-59 bulan di
sebesar 100% sama dibanding tahun 2021 sebesar 100% dari target SPM tahun
2022 sebesar 100%. Besarnya cakupan Vitamin A antara lain disebabkan
kondisi geografis dan keterjangkauan akses menuju lokasi posyandu dalam
pendistribusian Vitamin A.
Menurut Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A, pemberian
sumplementasi Vitamin A diberikan kepada seluruh balita umur 6-59 bulan
secara serentak melalui posyandu yaitu; bulan Februari atau Agustus pada bayi
BAB V
KESEHATAN LINGKUNGAN
Jumlah penduduk dengan akses sanitasi layak atau jamban sehat tahun
2022 adalah sebesar 12.237 (55,51%) meningkat dibanding tahun 2019 yaitu 9.591
(53,05%). Jenis sanitasi dasar yang dipantau sebagai akses jamban sehat meliputi
jamban komunal, leher angsa, plengsengan dan cemplung.
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan menggunakan jamban
dengan syarat sebagai berikut :
1. Tidak mencemari sumber air minum. Letak lubang penampungan kotoran
paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur air minum (sumur pompa tangan,
sumur gali, dan lain-lain). Tetapi kalau keadaan tanahnya berkapur atau tanah
liat yang retak-retak pada musim kemarau, demikian juga bila letak jamban di
sebelah atas dari sumber air minum pada tanah yang miring, maka jarak
tersebut hendaknya lebih dari 15 meter;
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
Untuk itu tinja harus tertutup rapat misalnya dengan menggunakan leher angsa
atau penutup lubang yang rapat;
3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di
sekitarnya, untuk itu lantai jamban harus cukup luas paling sedikit berukuran
1×1 meter, dan dibuat cukup landai/miring ke arah lubang jongkok;
4. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-bahan
yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya dipergunakan
bahan-bahan yang ada setempat;
BAB VI
PENGENDALIAN PENYAKIT
1 LENGKONG 2 2 8 5
2 BADAMITA 0 0 4 1
3 KINCANG 2 2 4 1
4 TANJUNGANOM 3 3 1 1
5 LUWUNG 1 1 0 0
PUSKESMAS 8 8 17 8
2. HIV/AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
Human Immunedoficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh
sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
a. Jumlah Kasus HIV positif dan AIDS
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan
sebagai HIV positif. HIV dapat ditularkan melalui hubungan seks, tranfusi
darah, penggunaan jarum suntik bergantian dan penularan dari ibu ke anak
(perinatal). Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat di ketahui
melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing
(VCT), sero survey, dan Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP)
Jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan pada tahun 2022
sebanyak 0 kasus, menurun dari tahun sebelumnya sebesar 3 kasus.
Sedangkan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan tahun 2022 sebanyak 0
kasus sama dengan tahun 2021 sebesar 0 kasus. Data mengenai HIV dan
AIDS menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 54 lampiran profil
kesehatan.
Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Rakit 2 Tahun 2022
55
b. Kematian akibat AIDS
Peningkatan kasus AIDS ini dikarenakan upaya penemuan atau
pencarian kasus yang semakin intensif melalui VCT di rumah sakit dan
upaya penjangkauan oleh LSM peduli AIDS di kelompok risiko tinggi.
Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, artinya kasus yang
dilaporkan hanya sebagian kecil yang ada di masyarakat.
Jumlah kasus penyakit yang disebabkan oleh virus HIV pada tahun
2022 adalah 3 kasus yang terdiri dari laki-laki 1 kasus dan perempuan 2
kasus. Kasus penyakit HIV dan AIDS didominasi golongan umur 25-49
tahun dimana pada tahun 2021 didominasi golongan umur 40-49 tahun.
Kematian akibat penyakit AIDS pada tahun 2022 ada 1 kasus terdiri dari 1
laki-laki, tahun 2021 yaitu 3 kasus terdiri dari 1 laki-laki dan 2 perempuan.
Upaya yang telah dilakukan dalam mencegah dan mengendalikan
penularan virus HIV di Kabupaten Banjarnegara antara lain :
a. Screening pada ibu hamil, pasien TB, pasien IMS (Infeksi Menular
Seksual) dan Populasi Kunci (LSL, Waria, WPS dan Pengguna Napza
Suntik)
b. Mobile Clinic VCT (Voluntary Counseling and Testing) di Rutan,
Tempat Karaoke dan Kelompok Populasi Kunci
c. Pengobatan ARV (Anti Retroviral Virus) bagi penderita HIV-AIDS
dengan pemeriksaan laboratorium CD4 secara berkala.
3. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita, Pneumonia
menyerang semua umur di semua wilayah, namun banyak terjadi di Asia
Selatan dan Afrika sub-Sahara. Populasi yang rentan terserang pneumonia
adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan
orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus,
1 LENGKONG 75 11 20 6
2 BADAMITA 55 7 7 7
3 KINCANG 30 3 13 2
4 TANJUNGANOM 25 2 8 0
5 LUWUNG 10 0 13 0
PUSKESMAS 195 23 61 15
NO DESA L P L P
1 LENGKONG 5 4 7 5
2 BADAMITA 0 2 1 1
4 TANJUNGANOM 1 0 2 5
5 LUWUNG 0 0 0 0
PUSKESMAS 7 9 11 13
2. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan
oleh nyamuk malaria (Anopheles Sp) betina, dapat menyerang semua orang,
jenis kelamin dan semua golongan umur.
Penyakit malaria hingga saat ini masih menjadi masalah di Kabupaten
Banjarnegara, dimana ada 5 Kecamatan yang memiliki kasus positif Malaria
1 LENGKONG 0 0 0 0
2 BADAMITA 0 1 0 0
3 KINCANG 0 0 0 0
4 TANJUNGANOM 0 0 0 0
5 LUWUNG 0 1 0 0
PUSKESMAS 0 2 0 0
1 Hypertensi 1.833
3 Asma 30
4 PPOK 59
5 Decopensatio Cordis 14
8 Ca mamae 0
9 Ca. Colorektal 0