Disusun Oleh:
Muhammad Ridwan Rasyid (1910611225)
Fakultas Hukum
Jakarta
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah hukum perorangan & perkawinan sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi nilai ulangan tengah semester (UTS) ini yang
berjudul “TINJAUAN YURIDIS HILANGNYA STATUS KEWARGANEGARAAN
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG
KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA”. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Sulastri, SH,MH selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum
Perorangan & Perkawinan atas bimbingannya dalam proses pembuatan makalah
ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah hukum perorangan & perkawinan ini masih
jauh dari kata sempurna karena keterbatasan waktu yang dimiliki. Oleh karenanya,
saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.
Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan dan dapat digunakan sebaiknya sebagai referensi memahami
pembahasan terkait.
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi
BAB I ...................................................................................................................... 4
Pendahuluan .......................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................... 7
Pembahasan ........................................................................................................... 7
Penutup ................................................................................................................ 15
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Saran ................................................................................................ 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah diketahui, Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Negara hukum sendiri memiliki
makna bahwa didalamkan menghendaki segala tindakan atau perbuatan mempunyai dasar
hukum yang jelas atau adanya legalitasnya baik berdasarkan hukum tertulis maupun hukum
yang tidak tertulis. Terkait dengan penegasan bahwa Indonesia merupakan negara hukum
tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
19451 berisi bahwa negara Indonesia sebagai negara hukum yang mengandung pengertian
bahwa segala tatanan dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara
didasarkan atas hukum yang berlaku.
Setiap individu tentu memiliki kepentingan, yaitu suatu tuntutan perorangan atau
kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Disebabkan manusia yang memiliki kepentingan
ini, mengakibatkan meluasnya interaksi manusia di dunia dan memberikan peluan terjadinya
perkawinan antar bangsa yang berbeda kewarganegaraan. Keadaan seperti ini sulit
dibendung karena merupakan bagian dari hak asasi manusia itu sendiri bagi seseorang untuk
memilih pasangan hidupnya sendiri. Perkawinan campuran antar bangsa ini tidak jarang
memunculkan suatu masalah, permasalahan ini kerap muncul ketika menentukan status
kewarganegaraan karena perbedaan sistem asas kewarganegaraan yang dianut. Dalam hal
negara tempat asal seseorang dengan negara tempat dimana seseorang itu melahirkan atau
1
Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
4
dilahirkan menganut sistem kewarganegaraan yang sama, tentu tidak akan menimbulkan
persoalan. Persoalan akan terjadi apabila kedua negara yang bersangkutan memiliki sistem
yang berbeda, maka dalam hal ini dapat terjadi keadaan yang menyebabkan seseorang
menyandang status dwi- kewarganegaraan (bipatride) atau sebaliknya malah menjadi tidak
berkewarganegaraan sama sekali (apatride).
Setiap negara yang berdaulat berhak untuk menentukan sendiri syarat-syarat untuk
menjadi warga negara. Di Indonesia hak-hak dasar dari warganya diatur dalam UUD 1945
sebagai konstitusi dasar negara.3 Terkait dengan syarat-syarat menjadi warga negara dalam
ilmu tata negara dikenal adanya dua asas kewarganegaraan, yaitu asas ius-sanguinis dan
asas ius-soli. Asas ius-soli adalah asas daerah kelahiran, artinya bahwa status
kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya. Sedangkan asas ius
sanguinis adalah asas keturunan atau hubungan darah, artinya bahwa kewarganegaraan
seseorang ditentukan oleh orang tuanya.4
2
Sylvana Murni D Hutabarat. Pendampingan penggunaan media sosial yang cerdas dan
bijak berdasarkan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Diseminasi: Jurnal
Pengabdian kepada Masyarakat. 2020. Volume 2 Nomor 1
3
Suherman, Dwi Aryanti R, dan Yuliana Yuli W. 2014. Hak-Hak Personal Dalam Hukum
Perdata Ekonomi di Indonesia. Jurnal Yuridis Vol. 1 No. 1. Hlm, 126.
4
Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bumi Aksara, Jakarta, 2015,
hlm. 110.
5
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan Penelitian
6
BAB II
PEMBAHASAN
5
Indonesian Diaspora Network, Hukum (Dwi) Kewarganegaraan di Uni Eropa (Sebuah
Masukan Untuk Team Penyusun Naskah Akademik dan/atau Team Penyusun Rancangan Undang
Undang mengenai Perubahan UU No. 12/2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia), Tas Force
Imigrasi dan Kewarganegaraan Indonesian Diaspora Network-European Union (TFIK IDN-EU), 2015,
hlm. 3.
6
Pasal 26 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
7
1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang- undang.
7
Pasal 6 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
8
Noor M. Aziz, 2011, Laporan Kompedium Hukum Bidang Kewarganegaraan, BPHN
Kementerian Hukum dan HAM RI, Jakarta, hlm. 43
8
campuran. Asas-asas kewarganegaraan tersebut tertuang dalam Penjelasan Undang-
Undang Kewarganegaraan ini.
c. Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintahan: Asas yang menentukan bahwa
setiap Warga Negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum
dan pemerintahan.
9
Hans Kelsen, 2010. Hukum dan Ilmu Negara.Bandung :Nusa Media 13 Eka Martiana
Wulansari, Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual Nasionality) Dalam Sistem
Kewarganegaraan Di Indonesia, Jurnal RechtsVinding online, Media Pembinaan Hukum Nasional
9
d. Asas kebenaran substantif: Merupakan prosedur pewarganegaraan seseorang tidak
hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat- syarat
permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e. Asas nondiskriminatif: Asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal
ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama,
golongan, jenis kelamin dan gender.
f. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia: Asas yang dalam
segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin,
melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga
negara pada khususnya.
g. Asas keterbukaan: Asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ikhwal yang
berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.
h. Asas publisitas: Asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau
kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar
masyarakat mengetahuinya.
10
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan
10
18 tahun dan belum menikah. Tujuan ditentukan pengaturan ini salah satunya adalah
untuk melindungi hak-hak anak.
11
Moh. Mahfud MD, 2010, Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu, Rajawali Pers,
Jakarta, edisi rev, hlm. 233
12
Isharyanto. 2015. Hukum Kewarganegaraan Republik Indonesia (Dinamika Pengaturan
Status Hukum Kewarnegaraan Dalam Perspektif Perundang-Undangan). Bantul: CV. Absolute Media.
Hlm, 8.
11
a) Citizenship by birth, yaitu pewarganegaraan berdasarkan kelahiran dimana
setiap orang yang lahir di wilayah suatu negara, dianggap sah sebagai warga negara
yang bersangkutan. Asas yang dianut disini adalah ius soli, yaitu tempat kelahiranlah
yang menentukan kewarganegaraan seseorang.
Setalah ditelaah kembali berdasarkan BW, maka ahli waris, termasuk kedalam
perkawinan campuran, berhar mendapatkan warisannya sebagaimana dijelaskan
diatas bahwa dapat berpindahnya kewarganegaraan akibat perkawinan campuran
ini.14
13
Jimly Asshiddiqie, 2011, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajawali Press PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 394-396, edisi revisi
14
Suprima, Wardani Rizkianti, Khoirur Rizal Lutfi. Implikasi Hukum Penunjukan Ahli Waris
Berdasarkan Klausul Asuransi Dalam Perspektif Hukum Waris Perdata. 2019. Volume 1 Nomor 1
12
Di samping itu, seseorang dapat pula kehilangan kewarganegaraan karena tiga
kemungkinan cara, yaitu sebagai berikut:
13
campuran tidak lagi sebatas perkawinan beda agama, namun dapat juga perkawinan
beda kewarganegaraan15
Perempuan WNI dan laki-laki WNI yang menikah dengan WNA dapat
keilngan kewarganegaraan Indonesia, jika ingin tetap mnjadi WNI harus menyatakan
keinginannya kepada pejabat. Namun jika tidak mengajukan maka ia akan pada
perspektif Instrumen Internasional mengenai HAM, yang ada pada Deklarasi
Internasional tentang Hak Hak asasi Manusia yang diadopsi Majelis Umum PBB
tanggal 10 Desember 1948 pada Pasal 15 diterangkan “bahwa setiap orang berhak
atas kewarganegaraan, Tidak seorangpun dengan semena mena dapat dikeluarkan
dari kewarganegaraanya atau ditolak hak nya untuk mengganti kewarganegaraan”.16
15
M. Nur Kholis Al Amin. 2016. Perkawinan Campuran Dalam Kajian Perkembangan Hukum:
Antara Perkawinan Beda Agama Dan Perkawinan Beda Kewarganegaraan di Indonesia. Al-Ahwal
Vol. 9, No. 2. Hlm, 218.
16
Amalia Diamantina. 2014 Politik Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam Menjamin Hak
Kewarganegaraan Perempuan. Masalah-Masalah Hukum, Vol 43 No.1. Hlm, 19.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep kewarganegaraan dalam sistem ketatanegaraan yang berlaku di Indonesia
berdasarkan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia telah memperjelas dan mempertegas kedudukan dan kepastian hukum bagi setiap
Warga Negara Indonesia yaitu sudah sesuai dengan yang diamanatkan dalam ketentuan
Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan Undang- Undang
Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat terjadi karena
kehilangan kewarganegaraan dengan sendirinya, dengan adanya permohonan, dan
kehilangan kewarganegaraan akibat dari suatu perkawinan campuran. Di dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, pengaturan
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia ditentukan dapat melalui : kelahiran,
permohonan, pernyataan, pemberian oleh negara, dan pengangkatan anak. Disamping
ketentuan mengenai memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, seseorang dapat
pula kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia. Kehilangan kewarganegaraan
Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat terjadi karena kehilangan kewarganegaraan
dengan sendirinya, dengan adanya permohonan, dan kehilangan kewarganegaraan akibat
dari suatu perkawinan campuran.
B. Saran
Pemerintah dalam membentuk suatu produk perundang-undangan, baik itu berupa
peraturan maupun keputusan yang berlaku umum ataupun individual, sebaiknya melihat
dengan cermat asas- asas yang akan digunakan sebagai bahan rujukan pembuatan produk
perundang- undangan tersebut. Asas-asas yang digunakan berlaku sebagai nilai-nilai yang
terkandung dalam produk perundang- undangan tersebut. Apabila terdapat kurang cermat
dan kurang kehati-hatian dalam pemilihan asas-asas yang akan digunakan, ditakutkan akan
memberikan dampak yang tidak diinginkan. Suatu produk perundang-undangan diharapkan
dapat bermanfaat, berdaya guna, adil dan tidak menimbulkan kerugian bagi semua pihak.
Sebagaimana kita ketahui bahwa hukum diciptakan untuk melindungi, melayani, dan adil
untuk semua kepentingan masyarakat, bukan hanya kepentingan suatu golongan tertentu
saja.
15
Daftar Pustaka
Yurisprudensi
Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 26 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 6 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Artikel/Jurnal
Hutabarat , Sylvana Murni D. Pendampingan penggunaan media sosial yang cerdas dan bijak
berdasarkan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Diseminasi: Jurnal Pengabdian
kepada Masyarakat. 2020. Volume 2 Nomor 1
Suherman, Dwi Aryanti R, dan Yuliana Yuli W. 2014. Hak-Hak Personal Dalam Hukum
Perdata Ekonomi di Indonesia. Jurnal Yuridis Vol. 1 No. 1. Hlm, 126.
Kelsen, Hans.2010. Hukum dan Ilmu Negara.Bandung :Nusa Media 13 Eka Martiana
Wulansari, Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual Nasionality) Dalam Sistem
Kewarganegaraan Di Indonesia, Jurnal RechtsVinding online, Media Pembinaan Hukum Nasional
Suprima, Wardani Rizkianti, Khoirur Rizal Lutfi. Implikasi Hukum Penunjukan Ahli Waris
Berdasarkan Klausul Asuransi Dalam Perspektif Hukum Waris Perdata. 2019. Volume 1 Nomor 1
M. Nur Kholis Al Amin. 2016. Perkawinan Campuran Dalam Kajian Perkembangan Hukum:
Antara Perkawinan Beda Agama Dan Perkawinan Beda Kewarganegaraan di Indonesia. Al-Ahwal
Vol. 9, No. 2. Hlm, 218.
Diamantina, Amalia. 2014 Politik Hukum Kewarganegaraan Indonesia Dalam Menjamin Hak
Kewarganegaraan Perempuan. Masalah-Masalah Hukum, Vol 43 No.1. Hlm, 19.
Buku
Moh. Mahfud MD.2010. Konstitusi dan Hukum dalam Kontroversi Isu, Rajawali Pers, Jakarta,
edisi rev, hlm. 233
Asshiddiqie, Jimly. 2011.Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajawali Press PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 394-396, edisi revisi
Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bumi Aksara, Jakarta, 2015, hlm. 110.
16