PERADILAN PERDATA C
MEMBUAT SURAT JAWABAN GUGATAN
Dosen Pengampu :
Suherman, S.H., L.L.M.
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Anggota Kelompok :
Maria Amelia 1910611131
Mouva Putri Ramadhita 1910611221
Ni Wayan Widya Pratiwi 1910611220
Yosephine Patricia 1910611228
Deviana Cahya Fitri 1910611227
Luthfi Naufal Setia 1910611211
Faiz Emery Muhammad 1910611271
Salman Azhar Alfaridzi 1910611201
Advanny Marshella 1910611298
Muhammad Ridwan Rasyid 1910611225
1
JAWABAN DAN GUGATAN REKONPENSI
Dalam Perkara
No. 135/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel
Antara
Melawan
Dengan hormat,
Perkenankanlah, Advokat dan Kosultan Hukum yang tergabung dalam Kantor Advokat
dan Konsultan Hukum PASKAH PASARIBU & Associates, berkedudukan hukum di JI.
Raden Fatah Perum. Griya Cileduk, Blok R No. 12A, Paninggilan Utara, Cileduk, Tangerang –
15153, dalam hal ini dapat bertindak untuk dan atas nama serta mewakili klien untuk dan
atas nama serta mewakili klien TS Meida Pangabean, bertempat tinggal di Jalan Teuku
Umar Nomor: 21 Jakarta Pusat (selanjutnya disebut TERGUGAT KONPENSI / PENGGUGAT
REKONPENSI) berdasarkan Surat Kuasa Khusus bermaterai cukup tertanggal 18 April
2012 dan telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (terlampir).
Untuk selanjutnya TERGUGAT KONPENSI / PENGGUGAT REKONPENSI telah memilih
domisili hukum yang tetap pada kuasanya tersebut di atas.
2
Dengan ini mengajukan Jawaban dan Gugatan Rekonvensi terhadap Gugatan yang diajukan
oleh PENGGUGAT KONPENSI/TERGUGAT REKONPENSI tertanggal 3 Mei 2012, dengan
alasan-alasan sebagai berikut :
I. DALAM EKSEPSI:
1. Bahwa TERGUGAT I dengan tegas menolak seluruh dalil-dalil serta alasan yang
dikemukakan oleh PARA PENGGUGAT dalam surat gugatannya, kecuali yang
diakui secara tegas kebenarannya;
2. Bahwa gugatan PARA PENGGUGAT cacat hukum secara formil berdasarkan hal-
hal sebagai berikut:
A.1. Bahwa PARA PENGGUGAT dalam dalil gugatannya angka 1 (satu) dan
angka 2 (dua) menyatakan pada bahwa PARA PENGGUGAT adalah anak
hasil perkawinan antara OKING dengan ITOH, dan selama perkawinan
antara OKING dan ITOH diperoleh sebidang tanah kurang-lebih 9.200
M2 (sembilan ribu dua ratus meter persegi) dst. Kemudian pada angka
3 (tiga) dinyatakan bahwa OKING telah meninggal dunia pada tanggal
29 Maret 2002 dan meninggalkan ahli waris yaitu, 1. ITOH, 2. JAENUDIN
bin OKING (Penggugat I), 3. ISKANDAR bin OKING (Penggugat II) dan 4.
EUIS KARYAWATI binti OKING (Penggugat III).
PARA PENGGUGAT secara tegas dan jelas mendalilkan bahwa ahli waris
dari OKING ada 4 (empat) orang berdasarkan surat pernyataan ahli
waris, TETAPI fakta hukum jelas bahwa PARA PENGGUGAT yang
mengajukan gugatan hanya 3 (tiga) orang, yaitu: JAENUDIN bin OKING
(Penggugat I), ISKANDAR bin OKING (Penggugat II) dan EUIS
KARYAWATI binti OKING (Penggugat III), tanpa mengikutsertakan
ITOH sebagai Penggugat, padahal PARA PENGGUGAT tidak ada
3
mendalilkan bahwa ITOH sudah meninggal. Untuk menjamin adanya
kepastian hukum agar dikemudian hari tidak ada muncul gugatan-
gugatan baru yang mengatasnamakan ITOH terkait obyek sengeta yang
sama, sudah sepatutnya menurut hukum, ITOH harus ditarik sebagai
Penggugat dan masuk kedalam pihak sebagai salah satu Penggugat;
MAKA oleh karena telah jelas gugatan PARA PENGGUGAT telah kurang
pihak atau dapat dikatakan telah cacat formil, sudah sepatutnya Majelis
Hakim yang memeriksa perkara ini menyatakan gugatan tidak dapat
diterima (niet onvankelijk);
B.1 Bahwa apa yang didalilkan PARA PENGGUGAT dalam gugatannya telah
jelasjelas tidak konsisten sehingga mengakibatkan gugatan menjadi
kabur. Adapun alasan TERGUGAT I menyatakan gugatan PARA
PENGGUGAT kabur adalah sebagai berikut:
4
B.1.2. Pada dalil gugatannya pada angka 8, PARA PENGGUGAT
menyatakan bahwa: “perbuatan TERGUGAT I secara tanpa hak
dan tanpa persetujuan dari PARA PENGGUGAT mengajukan
permohonan hak pakai atas tanah dst, seluas 4.755M2
(empatribu Tujuhratus limapuluh lima ribu meter persegi)
beralih secara melawan hukum kepada TERGUGAT I dst “ '
B.2 Bahwa apa yang diuraikan pada angka 4.1 s/d angka 4.4 diatas jelas
sangat tidak bersesuaian atau berlawanan sehingga membuat gugatan
PARA PENGGUGAT menjadi kabur dan tidak jelas. Adapun
ketidakjelasan atau kaburnya gugatan PARA PENGGUGAT dikarenakan:
5
menyatakan telah secara sah dan benar sesuai hukum telah
menguasai tanah dalam perkara, NAMUN PARA PENGGUGAT
meminta Majelis Hakim untuk menyatakan agar tanah A quo
disahkan secara hukum, BAHKAN meminta agar terhadap tanah
seluas krang lebih 9.200M2 (sembilanribu duaratus meter
persegi) dalam perkara diletakkan Sita Jaminan, PADAHAL tanah
A quo diakui PARA PENGGUGAT hingga sekarang masih
mengusahai, menguasi, merawat tanah warisan tersebut sebagai
lahan pertanian dan tidak ada gangguan dari TERGUGAT I dan
dari pihak manapun, dan kemudian sekonyongkonyong dalam
petitumnya (angka 8) meminta sertifikat HAK MILIK dari
TERGUGAT I yang tidak jelas atas dasar apa, PADAHAL pada
bagian posita gugatan tidak ada diuraikan tentang sertifkat HAK
MILIK;
Apa yang tidak diuraikan atau didalilkan dalam posita gugatan
tidak dapat dimintakan atau dituangkan dalam petitum gugatan.
6
menyatakan PARA PENGGUGAT telah secara melawan hukum
melakukan perbuatan melawan hukum terhadap tanah seluas
4.755M2 (empatribu Tujuhratus limapuluh lima ribu meter
persegi), akibat tidak konsistennya PARA PENGGUGAT dalam
mendalilkan dalil-dalil gugatannya, telah mengakibatkan tanah
yang dimasukkan sebagai obyek dalam perkara A quo menjadi
tidak jelas. Dalil gugatan PARA PENGGUGAT jelas-jelas telah
saling bertentangan, tidak jelas, tidak konsisten dan kabur;
B.2.4. Dalam hal menyebut luas tanah dalam perkarra A quo, PARA
PENGGUGAT dalam dalil-dalil gugatannya selalu menyebutkan
secara berulang-ulang “luas tanah seluas kurang lebih 9.200M2”.
Luas tanah yang dituntut dalam proses hukum haruslah pasti,
jelas dan tegas dituliskan, tidak boleh ada angka yang tidak pasti
dalam menulis luas tanah dengan menggunakan kata KURANG
LEBIH, APALAGI tentunya PARA PENGGUGAT saat mengajukan
gugatan ini telah “memegang/memiliki” alas hak yang kuat
sesuai hukum yang berlaku secara tertulis, kecuali PARA
PENGGUGAT memang tidak memiliki dokumen yang sah sebagai
alas hak kepemilikan; (dan TERGUGAT I yakin PARA
PENGGUGAT tidak memiliki bukti apapun yang dapat digunakan
untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya) Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia tanggal 21 Nopember 1970 No.:
492/K/SIP/1970: “gugatan yang tidak sempuma, karena tidak
menyebutkan dengan jelas apa yang dituntut harus dinyatakan
tidak dapat diterima”. Oleh karena dalil-dalil gugatan PARA
PENGGUGAT dalam perkara A quo telah jelas-jelas tidak
bersesuaian, tidak konsisten, telah mengakibatkan gugatan
kabur, maka sudah selayaknya terhadap gugatan yang cacat
formil seperti ini Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus
7
perkara haruslah menyatakan gugatan tidak dapat diterima (niet
onvankelijk);
C.1 Bahwa dalam surat gugatan penggugat, pada dalil angka 7 telah
dinyatakan PARA PENGGUGAT: “oleh karena itu TERGUGAT II telah
terbukti melakukan perbuatan hukum dengan cara
mengeluarkan/menerbitkan Sertipikat Hak pakai Nomor 41/cilandak
Timur, atas nama Nyonya Meida Panggabean (Tergugat I) diatas
sebidang tanah hak Penggugat I, Penggugat II dan Penggugat III yang
diperoleh karena warisan dst”.
Bahwa dari dalil gugatan penggugat pada angka 7 (tujuh) ini jelas PARA
PENGGUGAT telah mengetahui dan mengakui dengan dikeluarkannya/
diterbitkannya Sertipikat Hak Pakai No. 41 atas nama TERGUGAT I,
sengketa yang menyangkut sah atau tidaknya Sertifikat Kepemilikan
Hak Atas Tanah masuk dalam lingkungan Tata Usaha Negara
(beschikking);
Bahwa sesuai ketentuan, dengan berlakunya UU No. 9 tahun 2004
tentang perubahan atas UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, maka semua tindakan atau perbuatan Pejabat
Administrasi Negara (Pemerintah – Badan Pertanahan Nasional), baik
yang bersifat positip (melakukan perbuatan), maupun tindakan yang
bersifat negatip (tidak melakukan perbuatan), dan bersifat administrasi
yang dalam pelaksanaannya dinilai sebagai suatu kesalahan serta
merugikan kepentingan pihak lain, maka secara hukum dapat
dimintakan pertanggungjawaban pejabat administrasi negara tersebut
dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN),
8
sesuai ketentuan pasal 47 UU No. 9 tahun 2004 tentang perubahan atas
UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
menyebutkan: “Pengadilan (Tata Usaha Negara) bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha Negara”.
Bahwa oleh karena tuntutan PARA PENGGUGAT sebagaimana yang
ditegaskan dalam dalil angka 7 (tujuh) gugatannya telah merupakan
kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara, maka secara hukum
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan harus menyatakan tidak berwenang
berdasarkan kompetensi absolut untuk memeriksa dan memutus
perkara A quo dan menyatakan gugatan PARA PENGGUGAT tidak dapat
diterima (niet onvankelijk);
DALAM KONPENSI
1. Bahwa TERGUGAT I menolak dan menyangkal dengan tegas seluruh dalil-dalil yang
termuat dalam gugatan PARA PENGGUGAT, kecuali terhadap hal-hal yang diakui
secara tegas dan terbukti kebenarannya menurut hukum dan mohon agar apa yang
telah diuraikan pada bagian Eksepsi tersebut diatas, dianggap termuat dan
terulang serta menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan bagian dalam pokok
perkara ini sepanjang masih ada relevansinya
;
2. Bahwa benar PARA TERGUGAT adalah anak-anak dari Alm. OKING dan ITOH.
Almarhum OKING pada awalnya adalah pekerja yang bekerja sebagai perawat
kebun di rumah TERGUGAT I (Bapak Alm. Jenderal TNI-AD Maraden Panggabean
dan lbu Meida SM. Tambunan – a.k.a. Ny. Meida SM. Panggabean). Pada tahun
1970-an, keluarga Alm. OKING dan ITOH ditugaskan menjadi perawat dan penjaga
tanah milik keluarga TERGUGAT I yang sekarang dikenal sebagai Desa Jagakarsa,
9
Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ditanah milik keluarga TERGUGAT I, Alm.OKING
menempati sebuah rumah permanen yang sengaja didirikan TERGUGAT I agar
keluarga PARA TERGUGAT dapat hidup layak. Selain diberikan hak menempati
rumah tersebut, Alm. OKING juga mendapatkan upah setiap bulannya;
3. Bahwa pada tahun 1995 OKING meninggal dunia, (ADALAH KELIRU dalil gugatan
PARA PENGGUGAT yang menyatakan OKING meninggal pada tanggal 29 Maret
2002). Hal ini jelas karena pada saat OKING meninggal dunia, Alm. Jend. TNI-AD M.
Panggabean dan TERGUGAT I datang melayat dan mengusahakan segala sesuatu
terkait proses pemakaman OKING, baik membiayai rumah duka dan biaya
Ambulance yang mengantar jenazah OKING ke kampung halamannya untuk
dimakamkan – (Jend. TNI-AD Maraden Panggabean meninggal dunia pada tahun
2000).
4. Bahwa setelah OKING meninggal dunia, tugas untuk menjaga tanah milik
TERGUGAT I diberikan pada Jaenudin in Oking (Penggugat I) sebagai anak tertua.
Untuk menjaga tanah milik TERGUGAT I, PENGGUGAT I dan PARA PENGUGAT
(istri dan anak-anaknya) diberikan hak menempati rumah yang sejak awal
ditempat orangtuanya (alm. OKING) dan diberikan upah setiap bulannya. Hal ini
dituangkan dalam Surat Pernyataan tertanggal 2 April 2011 dan tertanggal 30 Juni
2000, yang ditandatangani oleh PENGGUGAT I diatas kertas bermeterai cukup.
Adapun isi dari surat pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:
10
4.2. Tanpa se-izin Ny. MEIDA SAIMIMA MATIUR PANGGABEAN,
sebagai pemilik lahan/tanah yang dimaksud, saya tidak berhak
membangun bangunan apapun dst;
4.5. Saya akan diberikan upah dst, untuk menjaga dan memelihara
lahan/tanah tersebut;
5. Bahwa oleh karena PARA PENGGUGAT tidak memiliki kualitas yang cukup untuk
mengklaim tanah milik TERGUGAT I sebagai miliknya, apalagi PARA PENGGUGAT
selama ini adalah pekerja yang bekerja dan mendapat upah dari TERGUGAT I,
sudah selayaknya PARA PENGGUGAT dapat dikatakan sebagai orang-orang yang
tidak tahu berterima kasih dan tidak memiliki itikad yang baik. Maka oleh karena
itu, PARA PENGGUGAT haruslah dinyatakan sebagai penggugat yang tidak
beritikad baik;
6. Bahwa TERGUGAT secara tegas menolak dalil PARA PENGGUGAT angka 6 yang
menyatakan bahwa TERGUGAT I tidak pernah menguasai tanah dalam perkara A
quo. MEMANG fisik tanah dalam perkara A quo selama ini diduduki/ditempati oleh
PARA PENGGUGAT karena memang PARA PENGGUGAT ditugaskan untuk menjaga
tanah A quo dan menempati sebuah rumah diatas tanah milik TERGUGAT I, tetapi
Sertifikat tanah A quo adalah atas nama TERGUGAT I dan berada dalam
penguasaan TERGUGAT I sebagai Alas HAK HUKUM yang tidak terbantahkan;
11
7. Bahwa TERGUGAT I secara tegas menolak seluruh dalil-dalil para tergugat yang
menyatakan bahwa: “TERGUGAT I secara tanpa hak (melawan
Hukum)mengajukan pendaftaran hak pakai atas tanah warisan yang merupakan
hak PARA PENGGUGATsebagaimana diuraikan dalam objek rekomendasi hak atas
tanah negara dari Kelurahan Jagakarsa register nomor. 16/1/711.1 tanggal 25-09-
1982 ditujukan kepada Walikota Jakarta Selatan perihal rekomendasi permohonan
hak atas tanah negara yang tercatat atas nama pemegang hak yaitu OKING dsr.
KARENA fakta hukum yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
12
berdasarkan Surat Keptusan Kepala Kanwil. BPN.DKI Jakarta , tgl. 14-08-
2002, No.056/06-530.1-09-2002, berdasarkan surat Ukur tgl.14-12-1999
No. 09.02.04.05.0059/1999 dengan luas tanah 4.755m2 yang merupakan
Tanah Negara bekas Eigendom, No.8280, terletak di propinsi Daerah
Khusus lbukota Jakarta, Kotamadya Jakarta Selatan, Kecamatan Pasar
Minggu Kelurahan Cilandak Timur, Jalan Bakti RT.001, RW.07;
Seluruh prosedur dan persyarataan yang disyaratkan oleh Undang-undang
telah dipenuhi oleh pemohon yaitu TERGUGAT I, yang kemudian oleh
Negara melalui Badan Pertanahan Nasional diberikan Hak Pakai kepada
TERGUGAT I. Maka oleh karena jelas dan terbukti bahwa TERGUGAT I
adalah pihak yang berhak atas tanah A quo sesuai sertifikat yang
dikeluarkan oleh negara, sudah selayaknya gugatan PARA PENGGUGAT
harus ditolak seluruhnya;
13
Pengadilan Agama, para Hakim Pengadilan Negeri dan Hakim Pengadilan Agama
agar tidak menjatuhkan putusan serta merta kecuali dalam hal sebagai berikut:
1. Gugatan didasarkan pada bukti surat autentik atau surat tulisan tangan
(handschrift) yang tidak dibantah kebenaran tentang isi dan tanda tangannya,
yang menurut Undang-undang mempunyai kekuatan bukti;
10. Bahwa TERGUGAT I yakin PARA PENGGUGAT tidak dapat membuktikan secara
hukum apa yang didalilkan dalam perkara A quo. Maka sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku PARA PENGGUGAT harus membuktikan semua hal yang
didalilkan:
Pasal 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW):
“Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau guna
meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk
pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa
tersebut”
Pasal 283 R.Bg/163 HIR:
“Barangsiapa mengatakan mempunyai suatu hak atau mengemukakan suatu
perbuatan untuk meneguhkan haknya itu, atau membantah hak orang lain,
haruslah membuktikan adanya hak itu atau adanya perbuatan itu”
Maka oleh karena itu, mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara ini menolak gugatan PARA PENGGUGAT untuk seluruhnya,
menolak permohonan Sita Jaminan dari PARA PENGGUGAT dan membebankan
biaya perkara kepada PARA PENGGUGAT;
DALAM REKONPENSI
Bahwa dalam kesempatan ini TERGUGAT I dalam konvensi mengajukan gugatan dalam
rekonvensi yang selanjutnya menjadi Penggugat Rekonvensi terhadap Penggugat I
Konvensi yang selanjutnya menjadi dan selaku Tergugat Rekonvensi;
14
1. Bahwa Penggugat Rekonvensi mohon terhadap hal-hal yang telah termuat dalam
eksepsi dan pokok perkara Konvensi diatas, termuat serta terulang dalam bagian
Rekonvensi ini sepanjang ada relevansinya;
3. Bahwa setelah OKING meninggal dunia, tugas untuk menjaga tanah milik
TERGUGAT I Konvensi diberikan pada Jaenudin Bin Oking (Penggugat I Konvensi
sekarang Tergugat Rekonvensi) sebagai anak tertua bersama istrinya – bernama
Nengsih - dengan keluarganya. Untuk menjaga tanah milik Penggugat Rekonvensi,
Tergugat Rekonvensi diberikan hak menempati rumah yang sejak dari awal
ditempat orangtuanya (alm. OKING) dan diberikan upah setiap bulannya. Hal ini
dituangkan dalam Surat Pernyataan tertanggal 2 April 2011 dan tertanggal 30 Juni
2000, yang ditandatangani oleh Tergugat Rekonvensi diatas kertas bermeterai
cukup. Adapun isi dari surat pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:
3.2. Tanpa se-izin Ny. MEIDA SAIMIMA MATIUR PANGGABEAN, sebagai pemilik
lahan/tanah yang dimaksud, saya tidak berhak membangun bangunan
apapun dst;
15
3.3. Apapabila terdapat bangunan berupa gubuk atau bedeng-bedeng kayu, diluar
bangunan utama dilahan/tanah yang dimaksud, saya harus membongkar
semua dst;
3.5. Saya akan diberikan upah dst, untuk menjaga dan memelihara
lahan/tanah tersebut;
4. Bahwa karena Tergugat Rekonvensi tidak memiliki kualitas yang cukup untuk
mengklaim tanah milik Penggugat Rekonvensi sebagai miliknya, apalagi Tergugat
Rekonvensi selama ini adalah pekerja yang bekerja dan mendapat upah dari
Penggugat Rekonvensi, sudah selayaknya Tergugat Rekonvensi dapat dikatakan
sebagai orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan tidak memiliki itikad yang
baik dengan cara tidak melakukan apa yang dibuat dan ditandatangani dalam surat
pemyataan tersebut diatas. Maka oleh karena itu, Tergugat Rekonvensi haruslah
dinyatakan sebagai Tergugat Rekonvensi yang tidak beritikad baik dan telah
melakukan cidera janji (wanprestasi);
16
tanah milik Penggugat Rekonvensi dalam perkara A quo sesaat setelah putusan
perkara ini dibacakan;
17
8. Bahwa agar TERGUGAT Rekonvensi mau memenuhi amar putusan Pengadilan
dalam perkara ini, maka PENGGUGAT Rekonvensi mohon agar TERGUGAT
REKONVENSI dihukum membayar uang paksa (dwangsom). Sekalipun tidak secara
khusus diatur dalam HIR, haruslah dianggap tidak bertentangan dengan sistem HIR,
yang dapat ditagih seketika dan sekaligus oleh PENGGUGAT Rekonvensi sebesar Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap harinya, setiap TERGUGAT REKONVENSI lalai
memenuhi putusan perkara ini terhitung sejak dibacakannya putusan perkara ini
dan mempunyai kekuatan hukum tetap serta membebankan biaya perkara kepada
Tergugat Rekonvensi;
DALAM EKSEPSI
1. Menerima dan Mengabulkan seluruh Eksepsi Tergugat konvensi/penggugat
rekonvensi untuk seluruhnya;
2. Menghukum para penggugat konvensi atau para tergugat rekonvensi untuk
membayar seluruh biaya perkara.
DALAM KONVENSI
18
1. Menolak gugatan para Penggugat konvensi/para tergugat rekonvensi untuk
seluruhnya atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima;
2. Menghukum Penggugat konvensi/para tergugat rekonvensi untuk membayar biaya
perkara.
DALAM REKONVENSI
1. Menyatakan para Tergugat Rekonvensi sebagai penggugat yang tidak beritikad
baik;
2. Menyatakan para Tergugat Rekonvensi telah melakukan cidera janji (wanprestasi);
3. Memerintahkan Tergugat Rekonvensi untuk meninggalkan tanah milik Penggugat
4. Rekonvensi sesaat setelah putusan ini dibacakan;
5. Menghukum PARA PENGGUGAT KONVENSI dan Tergugat Rekonvensi untuk
6. membayar seluruh biaya perkara
7. Menghukum Tergugat Rekonvensi mengganti kerugian materil sebesar
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) secara seketika putusan perkara ini
dibacakandan memperoleh kekuatan hukum tetap;
8. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk mengganti kerugian imateril yang dialami
Penggugat Rekonvensi sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) yang harus
dibayarkan Tergugat Rekonvensi secara seketika setelah putusan perkara ini
dibacakan dan memperoleh kekuatan hukum tetap;
9. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar uang paksa (dwangsom)
sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap harinya, setiap Tergugat
Rekonvensi lalai memenuhi putusan perkara ini terhitung sejak dibacakannya
putusan perkara ini dan mempunyai kekuatan hukum;
10. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu (Uitvoorbaar Bij
Voorraad), walaupun TERGUGAT Rekonvensi melakukan bantahan, verzet, banding
atau kasasi;
ATAU
Apabila Yang Mulia Majelis Hakim berpendapat lain, mohon Putusan yang seadil-adilnya
(ex aequo et bono).
19
Hormat Kami,
Selaku Kuasa Hukum
TERGUGAT KONVENSI dan PENGGUGAT REKONVENSI
20