STATUS PASIEN
1 Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. R/ perempuan / 27 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT/SMP
c. Alamat : Pasir putih
4. Keluhan Utama :
Badan terasa lemah sejak ± 4 hari sebelum berobat ke Puskesmas
Pasien mengaku hamil anak ketiga, dan sudah pernah tes kehamilan
sendiri, hasilnya positif. Hari pertama haid terakhir pasien adalah 03 april
2020 . Usia kehamilan pasien yaitu 18-19 minggu.
2
8. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya (-)
b. Riwayat perdarahan pervaginam (-)
c. Riwayat perdarahan saluran cerma (-)
d. Riwayat penyakit lainnya (-)
3
Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk : Normocephal
Ekspresi : Biasa
Simetri : Simetris
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-/-)
Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung normal
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo (Paru)
8. Abdomen
Inspeksi Cembung, striae (+), dilatasi vena (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hati dan lien
tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
12.Status Obstetri :
Muka : Kloasma gravidarum (-)
Mammae : Simetris, A/P hiperpigmentasi,
Abdomen : Tinggi Fundus Uteri 3 jari di bawah pusat,
linea mediana hiperpigmentasi (+), striae (+), Sikatrik (-), ballottement (+).
5
Warna : Kuning muda
BJ :-
Ph :- (4,5 – 8 )
Protein : negatif (negatif)
Glukosa : negatif (negatif)
Bilirubin : negatif (negatif)
Nitrit : negatif (negatif)
Leukosit : 0 – 5/lpb (0 – 5/ lpb)
Eritrosit : 0 – 5/lpb (0 – 5/ lpb)
B-HCG (+)
Kadar Hb : 8,6 g/dl
17. Manajemen
1. Promotif :
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai pengertian, faktor resiko, cara
pengelolaan penyakit anemia defisiensi besi pada kehamilan
6
b. Menjelaskan kepada pasien betapa pentingnya zat besi selama
kehamilan bagi si ibu dan janin dan protein (daging,telur,susu) dan
sayuran-sayuran yang mengandung banyak mineral dan vitamin.
2. Preventif :
a. Menghindari stres
b. Melakukan antenatal care (ANC)
c. Minum minimal 90 tablet besi selama masa kehamilan.
3. Kuratif :
Non Farmakologi
a. Istirahat cukup
b. Diet bergizi : tinggi protein, terutama yang berasal dari protein
hewani, seperti daging, ikan, susu, dan telur; serta sayuran hijau
Farmakologi
a. Sulfas ferrous tab 200 mg 1 kali perhari
b. Vit c tab 5 mg 1 kali perhari
Tradisional
Bayam Merah ( Amaranthus hybridus L.)
Bagian yang digunakan : Daun segar
Manfaat : Mengatasi kurang darah
Larangan : Batu ginjal
Dosis : 1x1 genggam daun/hari
Cara pembuatan/penggunaan : bahan dihaluskan, ditambahkan air
½ gelas, diperas, saring, diminum sekaligus.
4. Rehabilitatif
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Anemia selama ini sering disalah artikan sebagai suatu diagnosis, anemia
adalah suatu kumpulan dari tanda dan gejala yang memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk mengetahui penyebab utamanya. Secara klinis anemia dapat diukur
secara kuantitatif dari jumlah sel darah merah, konsentrasi hemoglobin (Hb) dan
hematokrit (Hct). Nilai-nilai ini harus diinterpretasikan secara hati-hati karena
dapat dipengaruhi oleh perubahan volume plasma. Dalam kehamilan normal
terjadi peningkatan volume darah (40-45%) sebagai akibat dari hemodilusi,
dimana peningkatan volume plasma tidak sebanding dengan peningkatan sel-sel
darah. Akibat dari peningkatan volume plasma, maka nilai-nilai tersebut diatas
akan menurun tanpa berakibat pada massa sel darah merah (MCV).1,2
Batasan dari anemia adalah konsentrasi hemoglobin kurang dari 12 g/dl pada
perempuan tidak dalam masa kehamilan, sedangkan pada masa kehamilan dan
masa nifas bila konsentrasi hemoglobin kurang dari 10 g/dl. Peningkatan volume
darah pada kehamilan dimulai sejak kehamilan berumur 10 minggu dan terus
meningkat selama trimester pertama, pada trimester kedua peningkatan akan
semakin nyata dan cepat, sedangkan pada trimester ketiga peningkatan akan
berjalan perlahan dan akan berhenti beberapa minggu sebelum kelahiran. Oleh
karena itu WHO dan The Centers for Disease Control and Prevention membatasi
anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan
terakhir dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua. Penurunan kadar Hb,
hematokrit (Ht<0,33) dan jumlah eritrosit akan berlangsung sampai 7 hari
postpartum.
8
Ada beberapa pendapat yang membagi anemia menjadi anemia sedang
(moderate) dimana kadar Hb >7g/dL dan anemia berat (severe) dimana kadar Hb
<7g/Dl.3
2.2 Epidemiologi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia
pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester
ketiga dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan. Prevalensi
anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya
banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang
lebih besar dari 50%. Dan anemia pada kehamilan trimester III berkisar 50-79%.
2.3 Faktor Risiko
Berdasarkan hasil penelitian dari studi kontrol Fakultas Kesehatan
Masyarakat Unhas 2004 diperoleh kesimpulan bahwa jarak kelahiran dan umur
ibu kurang dari 20 tahun dan lebih 35 tahun beresiko lebih besar untuk
menderita anemia.3
Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadinya kelahiran
berikutnya. Hal ini dapat menjadi penyebab anemia dikarenakan kondisi ibu
masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi belum optimal, sudah
harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung. 4
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia <
20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan
diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat
gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering
menimpa diusia ini.
2.4 Etiologi
Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab.
Pencarian penyebab terjadinya anemia pada kehamilan harus dengan seksama
9
karena berhubungan dengan efek terhadap kehamilan bagi ibu dan janin. Anemia
dilihat dari penyebabnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Anemia yang didapat
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia karena kehilangan darah yang akut
c. Anemia megaloblastik
d. Anemia karena penyakit kronis dan keganasan
e. Anemia hemolitik didapat
f. Anemia aplastik atau hipoplastik
2. Anemia yang diturunkan secara genetik
a. Thalassemias
b. Sickel sel hemoglobinopati
c. Hemoglobinopati yang lain
d. Anemia hemolitik herediter
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada
ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Kekurangan ini dapat
disebabkan karena kurangnya asupan zat besi dari makanan sebelum dan selama
kehamilan yang dapat disebabkan karena gangguan resorpsi atau terlalu banyak
zat besi yang digunakan atau dikeluarkan, misalnya pada perdarahan selama
kehamilan. 5
Pada kehamilan dengan satu janin, ibu hamil memerlukan zat besi mencapai
1000 mg dimana 300 mg digunakan untuk janin dan 500 mg untuk penambahan
hemoglobin. Kurang lebih 200 mg lagi dikeluarkan melalui urine, usus dan kulit.
Jumlah total dari kebutuhan zat besi yaitu 1000 mg dihabiskan dari penyimpanan
zat besi yang mengakibatkan terjadinya anemia defisiensi zat besi.
2.5 Diagnosis
Pada ibu hamil dengan anemia defisiensi besi didapatkan gejala-gejala mudah
lelah, lesu dan sering pusing, kulit yang kering, perubahan warna kuku, rambut
yang kering dan mudah patah, mukosa oral yang atrofi, disfagia, gangguan
pengecapan (pada taraf yang berat). Pada anemia defisiensi besi pemeriksaan
hapusan darah tepi dapat dijumpai morfologi eritrosit yang mikrositer dan
10
hipokrom. Tetapi hal ini tidak selalu dijumpai dengan jelas pada anemia dalam
taraf ringan atau sedang yang dalam kehamilan dibandingkan dengan anemia
tidak dalam kehamilan. Evaluasi yang utama pada wanita hamil dengan anemia
harus dilakukan pengukuran terhadap kadar Hb, hematokrit, kadar besi serum,
feritin. 6
Dapat disimpulkan pada wanita hamil dengan anemia defisiensi besi akan
didapatkan kadar Hb yang rendah (<11 g/dl pada trimester pertama dan terakhir
dan <10,5 g/dl pada trimester kedua), hapusan sel darah merah dengan morfologi
hipokrom dan mikrositik, kadar besi serum yang rendah <60ug/dl, kadar serum
feritin <15ug/L, daya ikat besi serum tinggi (300-500mg), dan tidak ditemukan
hemosiderin (stainable iron) dalam sumsum tulang.6
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan pada anemia defisiensi besi dapat dimulai dengan pemberian
preparat besi peroral seperti sulfas ferrosus, fumarate, gluconate sebanyak 200-
300 mg, 1kali perhari.
Apabila pasien tidak bisa dengan pemberian peroral karena adanya gangguan
penyerapan, kehamilan sudah tua maka dapat diberikan secara parenteral dalam
bentuk ferri. Dapat juga diberikan secara intramuskular tetapi pasien akan merasa
nyeri pada tempat suntikkan, juga secara intravena dalam bentuk dekstran besi
dengan dosis total 1000-2000mg sekaligus. Penatalaksanaan dengan transfusi
darah jarang diberikan kecuali adanya hipovolemia akibat perdarahan yang
banyak atau adanya prosedur operatif selama persalinan pada pasien dengan
anemia berat. 7,8
2.7 Pencegahan
Bagi wanita hamil baik pada trimester awal maupun lanjut dianjurkan untuk
mengkonsumsi sulfas ferosus atau glukonas ferrosus 1 tablet sehari dan
mengkonsumsi protein (daging, ikan, telur, susu) dan sayur-sayuran yang
mengandung banyak mineral dan vitamin. 9
11
BAB III
ANALISIS KASUS
12
menunjukkan lingkungan rumah dan sekitarnya tidak memiliki peranan
terhadap perkembangan penyakit yang di derita oleh pasien.
3.3 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia
pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Kekurangan ini
dapat disebabkan karena kurangnya asupan zat besi dari makanan sebelum
dan selama kehamilan. Pada pasien ini diduga menderita anemia yang didapat
yaitu anemia defisiensi besi karena dari anamnesis diketahui bahwa pasien
kurang mengkonsumsi daging, telur, dan makan seperti buah dan sayur,tidak
pernah mengkonsumsi suplemen besi setelah menstruasi saat masih remaja.
Pasien juga mengaku tidak meminum susu ibu hamil. Hal ini dapat menjadi
penyebab kurangnya suplai zat besi pada tubuh pasien.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Ani Seri, Luh. Anemia Defisiensi Besi Masa Prahamil dan Hamil. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014.
2. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:Rhineka Chipta ; 2014.
3. Arief, Wendy. Kampanye Kanker Payudara kepada Remaja Melalui
Desain Komunikasi Visual di Kota Surakarta. Doctoral Dissertasion :
Universitas Sebelas Maret; 2009
4. Aritonang. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Bogor: IPB Press; 2010.
5. Cunningham. FG. Et al. Obstetri Williams (Williams Obstetri).Jakarta :
EGC; 2013.
6. Departemen Kesehatan RI. Program Penanggulan Anemia Gizi pada
Wanita Usia Subur (WUS); 2009.
7. Jufar, A. H., & Zewde, T. Prevalence Of Anemia Among Pregnant
Women Attending Antenatal Care At Tikur Anbessa Specialized Hospital,
Addis Ababa Ethiopia. Journal of Hematology & Thromboembolic
Diseases; 2014.
8. Willey. Good clinical practice advice: Iron deficiency anemia
in pregnancy. International Journal of Gynecology & Obstetrics; 2019.
9. Stephen, G., Mgongo, M., Hussein Hashim, T., Katanga, J., Stray-
Pedersen, B., & Msuya, S. E. Anaemia in Pregnancy: Prevalence, Risk
Factors, and Adverse Perinatal Outcomes in Northern Tanzania. Anemia;
2018
14
DINAS KESEHATAN KOTA DINAS KESEHATAN KOTA
JAMBI JAMBI
PUSKESMAS PAKUAN BARU PUSKESMAS PAKUAN BARU
Dr. Muhammad Haldian Hakir Dr. Muhammad Haldian Hakir
15