Anda di halaman 1dari 12

 MATERI SKP

Pengertian Surat Ketetapan Pajak


Sebagai produk dari pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus terhadap Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan atau Wajib Pajak Orang Pribadi adalah
berupa Surat Ketetapan Pajak (SKP). Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang
meliputi SKP Kuang, SKP Kurang Bayar Tambahan, SKP Nihil, atau SKP Lebih Bayar.

Macam-Macam Surat Ketetapan Pajak (SKP)


Terdapat beberapa macam SKP, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Undang-Undang
KUP tahun 1984, yakni :
1. Surat Ketetapan Pajak (SKP) : Yakni surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) : Yakni surat ketetpan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih
harus bayar.
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) : Yakni surat ketetapan
pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) : Yakni surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.
5. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKBLB) : Yakni surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih
besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak


Sesuai Peraturan Menkeu No. 23/PMK.03/2008, Tata Cara Penerbitan SKP ditetapkan
sebagai berikut :
1. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, Bgian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan :
A. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
B. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
C. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
D. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
2. Direktur Jenderal Pajak tetap dapat menerbitkan :
A. SKPKB atau
B. SKPKBT
C. Setelah jangka waktu 5 (lima) tahun terlampaui, dalam hal Direktur Jendral Pajak
menerima Putusan Pengadilan yang telahmemperoleh kekuatan hokum tetap
terhadap Wajib Pajak yang dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan Negara.
3. Surat ketetapan pajak diterbitkan untuk suatu masa pajak, bagian tahun pajak atau
tahun pajak.
4. Surat ketetapan pajak untuk suatu masa pajak diterbitkan sesuai degan masa pajak
yang tercakup dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan atau PPN.
5. Surat ketetapan pajak untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak diterbitkan serta
dengan Surat Pemberitahuan Tahunan Penghasilan.
 MATERI SKPKB

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


Sesuai Peraturan Dirjen Pajak No. 5 / PJ. / 2009 jo. Per-Menkeu No. 23 / PMK.03/2008,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan berdasarkan :
1. Hasil Penelitian terhadap keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(1) Undang-undang KUP;
Keterangan lain termasuk :
a. Risalah mengenai data perpajakan terkait dengan Wajib Pajak yang tidak
menyampaikan SPT dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (3) Undang-Undang KUP dan setelah ditegur secara tertulis SPT tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran ;
b. Risalah mengenai temuan Pemeriksaan Bukti Permulaan terkait dengan
pembuatan laporan sumir dalam hal berdasarkan hasil Pemeriksaan Bukti
Permulaan tidak ditemukan adanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan;
c. Risalah mengenai temuan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dalam
hal penyidikan dihentikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 44A Undang
Undang KUP
d. Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hokum tetap terhadap Wajib
Pajak yang dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau
tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan keruian pada pendapatan Negara.
2. Hasil Pemeriksaan terhadap ;
a. Surat Pemberitahuan
b. Kewajiban perpajakan Wajib Pajak karena Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) Undang-
undang KUP, dan setelah ditegur secara tertulis SPT tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
3. Hasil Pemeriksaan Bukti Permulan terhadap ;
a. Wajib Pajak yang melakukan perbuatan sebagaimana diatur dalam Pasal 13A
Undang-Undang KUP;
Wajib Pajak badan yang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan karena tidak memenuhi
ketentuan Pasal 19 ayat (3) dan ayat (3a) Undang-Undang KUP, tetapi tidak ditemukan
bukti permulaan bahwa Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan


Sesuai peraturan Dirjen Pajak N0. 5/PJ./2009 jo. Per-MenkeuNo. 23/PMK.03/2008,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan diterbitkan berdasarkan:
a. Hasil Pemeriksaan atau Pemeriksaan Ulang terhadap data baru yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang termasuk data yang semula belum
terungkap;
b. Hasil Penelitian atas Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap terhadap Wajib Pajak yang dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara; atau
c. Hasil penelitian terhadap keterangan tertulis dari Wajib Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang No.6/1983 tentang KUP beserta
perubahannya.

Untuk menampung kemungkinan terjadinya satu SKPKB yang ternyata telah


ditetapkan lebih rendah atau pajak yang terutang dalam satu SKPN ditetapkan lebih
rendah atau telah dilakukan pengembalian pajak yang tidak seharusnya sebagaimana
telah ditetapkan dalam SKPLB, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menerbitkan
SKPKBT dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.

SKPKBT merupakan koreksi atas Surat Ketetapan Pajak sebelumnya. SKPKBT baru
diterbitkan apabila sudah pernah diterbitkan surat ketetapan pajak. Pada prinsipnya untuk
menerbitkan SKPKBT perlu dilakukan pemeriksaan. Jika surat ketetapan pajak
sebelumnya diterbitkan berdasarkan pemeriksaan, perlu dilakukan pemeriksaan ulang
sebelum menerbitkan SKPKBT. Dam hal surat ketetapan pajak sebelumnya diterbitkan
berdasarkan keterangan lain, SKPKBT juga harus diterbitkan berdasarkan pemeriksaan,
tetapi bukan pemeriksaan ulang. Penerbitan SKPKBT dilakukan dengan syarat adanya
data baru termasuk data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan
pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak sebelumnya. Dalam hal masih
ditemukan lagi data baru termasuk data yang semula belum terungkap pada saat
diterbitkan SKPKBT, dan/atau data baru termasuk data yang semula belum terungkap
yang diketahui kemudian oleh Direktur Jenderal Pajak, SKPKBT masih dapat diterbitkan
lagi.

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar


Sesuai Pasal 17 Undang-Undang KUP dan Per- Dirjen Pajak No. 5/PJ./2009 jo.
Per-Menkeu No.23/PMK.03/2008, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan
berdasarkan:
1. Hasil Penelitian terhadap kebenaran pembayaran pajak atas permohonan Wajib Pajak
di mana terdapat kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang;
2. Hasil Pemeriksaan terhadap Surat pemberitahuan terhadap jumlah kredit pajak atau
jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang; atau
3. Hasil Pemeriksaan terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
di mana terdapat jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar
daripada jumlah pajak terutang.

Surat Ketetapan Pajak Nihil


Sesuai Pasal 17A Undang-Undang KUP ayat (1), Surat Ketetapan Pajak Nihil
ditentukan untuk:
1. Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang atau
pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
2. PPN apabila jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh
Pemungut PPN, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak
Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN tersebut; atau
3. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar sama dengan
jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak.

Data Baru atau Data yang Semula Belum Terungkap (Novum)


Yaitu data yang:
a. Data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk
menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang yang oleh Wajib Pajak belum
diberitahukan waktu penetapan semula, baik dalam SPT dan lampiran-
lampirannya maupun dalam pembukuan perusahaan.
b. Tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam SPT (termasuk laporan keuangan);
dan/atau data dan/atau memberikan keterangan lain secara benar, lengkap, dan
terinci sehingga tidak memungkinkan diskus dapat menerapkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dengan benar dalam menghitung
jumlah pajak yang terutang.

Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data dalam Surat


Pemberitahuan atau mengungkapkannya pada waktu pemeriksaan, tetapi apabila
memberitahukannya atau mengungkapkannya dengan cara sedemikian rupa
sehingga membuat fiskus tidak mungkin menghitung besarnya jumlah pajak yang
terutang secara benar sehingga jumlah pajak yang terutang ditetapkan kurang dari
yang seharusnya, hal tersebut termasuk dalam pengertian data yang semula belum
terungkap.
Contoh:
1. Dalam Surat Pemberitahuan dan/ada laporan keuangan tertulis adanya biaya
iklan Rp10.000.000,00, sedangkan sesungguhnya biaya tersebut terdiri atas
Rp5.000.000,00 biaya iklan di media massa dan Rp5.000.000,00 sisanya
adalah sumbangan atau hadiah yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus tidak melakukan koreksi
ada pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah sehingga pajak yang terutang
tidak dapat dihitung secara benar, data mengenai pengeluaran berupa
sumbangan atau hadiah tersebut tergolong data yang semula belum
terungkap.

2. Dalam Surat Pemberitahuan dan/atau laporan keuangan disebutkan


pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpa disertai dengan perincian
harta pada setiap kelompok yang dimaksud, demikian pula pada sesat
pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan
perincian tersebut sehingga fiskus tidak dapat meneliti kebenaran
pengelompokan dimaksud, misalnya harta yang seharusnya termasuk dalam
kelompok harta berwujud bukan bangunan kelompok 3, tetapi dikelompokkan
ke dalam kelompok 2. Akibatnya, atas kesalahan pengelompokan harta
tersebut tidak dilakukan koreksi, sehingga pajak yang terutang tidak dapat
dihitung secara benar. Apabila setelah itu diketahui adanya data yang
menyatakan bahwa pengelompokan harta tersebut tidak benar, maka data
tersebut termasuk data yang semula belum terungkap.

3. Pengusaha Kena Pajak (PKP) melakukan pembelian sejumlah barang dari


PKP lain dan atas pembelian tersebut oleh PKP penjual diterbitkan faktur
pajak. Barang-barang tersebut sebagian digunakan untuk kegiatan yang
mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usahanya, seperti
pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen,
dan sebagian lainnya tidak mempunyai hubungan langsung. Seluruh faktur
pajak tersebut dikreditkan sebagai Pajak Masukan oleh PKP pembeli.
Apabila pada saat penetapan semula PKP tidak mengungkapkan rincian
penggunaan barang tersebut dengan benar sehingga tidak dilakukan koreksi
atas pengkreditan Pajak Masukan tersebut oleh fiskus, sebagai akibatnya PPN
yang terutang tidak dapat dihitung secara benar. Apabila setelah itu diketahui
adanya data atau keterangan tentang kesalahan mengkreditkan Pajak Masukan
yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha dimaksud,
data atau keterangan tersebut merupakan data yang semula belum terungkap.

Nota Penghitungan
Surat ketetapan pajak harus diterbitkan berdasarkan nota penghitungan, dengan
cara sebagai berikut:
1. Penerbitan SKP harus dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari sejak tanggal
pembuatan nota penghitungan.
2. Nota penghitungan dibuat berdasarkan laporan hasil Penelitian, Pemeriksaan,
Pemeriksaan Ulang, atau Pemeriksaan Bukti Permulaan.
3. Nota penghitungan diterbitkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal
laporan atau hasil Penelitian, Pemeriksaan, Pemeriksaan Ulang, atau
Pemeriksaan Bukti Permulaan.
4. Dalam hal Pemeriksaan, Pemeriksaan Ulang, atau Pemeriksaan Bukti
Permulaan dilakukan oleh Unit Pelaksana Pemeriksaan selain Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar, surat ketetapan pajak harus
diterbitkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal diterimanya nota
penghitungan beserta laporan atas hasil Pemeriksaan, Pemeriksaan Ulang,
atau Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Penyampaian Surat Ketetapan Pajak


Penyampaian surat ketetapan pajak dapat dilakukan secara langsung, melalui pos
dengan bukti pengiriman surat; atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat.
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan pemayaran pajak dikembalikan, namun jika
ternyata Wajib Pajak mempunyai hutang pajak, langsung di perhitungkan untuk melunasi
terlebih dahulu hutang pajak tersebut.
a. Kelebihan pembayaran pajak sebagai akibat adanya Surat Keputusan Keberatan, Surat
Pembetulan, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapann Pajak, Surat Keputusan
Pengurangan Sanksi Administratif, Surat Keputusan Pengahpusan Sanksi
Administratif, Putusan banding, dan Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga
dikembalikan kepada Wajib Pajak dengan ketentuan jika ternyata Wajib Pajak
mempunyai utang pajaklangsung diperhitungkan untuk melunasi hutang pajak tersebu
b. Jika setelah dilakukan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dengan
jumlah kredit pajak menuntukkan jumlah selisih lebih (jumlah kredit pajak > pajak
terutang) atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang,
Wajib Pajak berhak meminta kembali kelebihan pembayaran pajak, dengan cacatan
Wajib pajak tersebut tidak memiliki utang pajak.
c. Dalam hal Wajib Pajak masih mempunyai utang pajak yang meliputi semua jenis
pajak baik dipusat maupun cabang-cabangnya, kelebihan pembayaran tersebut harus
diperhitungkan lebih dahulu dengan utang pajak dan jika masih sisa lebih, akan
dikembalikan kepada Wajib Pajak.
Untuk menjamin kepastian hukum bagi Wajib Pajak dan ketertiban administratif, batas
waktu pengembalian kelebihan pembayaran pajak ditetapkan paling lama 1 bulan :
a. Untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar dihitung sejak tanggal diterimanya
permohonan tertulis tentang pengembalian kelebihan pembayaran pajak,
b. Untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dihitung sejak tanggal penerbitan,
c. Untuk Surat Keputusan Pengambilan Pendahuluan Kelebihan Pajak, dihitung sejak
tanggal penerbitan,
d. Untuk Surat Keputusan Keberatan, Surat keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Pengurangan Administratif, Surat Penghapusan Sanksi Administratif, Surat Keputusan
Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak dihutung
sejak tanggal penerbitan
e. Untuk Putusan Banding dihitung sejak diterimanya Pitusan Banding oleh Kantor
Derektorat Jendral Pajak yang berwenang melaksanakan putusan pengadilan,
f. Untuk Putusan Peninjauan Kembali dihitung sejak diterimanya Putusan Peninjauan
Kembali oleh Kantor Derektorat Jendral Pajak yang berwenang melaksanakan putusan
pengadilan sampai dengan saat diterbitkannya Surat Putusan Pengembalian Kelebihan
pembayaran Pajak.
Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah jangka waktu
yang ditemtukan (1 bulan), Pemerintah memberikan imbalan bungan sebesar 2% per
bulan atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, dihitung sejak
berakhirnya jangka waktu (1 bulan) sampai saat diterbitkannya Surat Keputusan
Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.

Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan


kriteria tertentu (Wajib Pajak Patuh)
Direktorat Jendral Pajak setelah melkukan penelitian atas permohonan
pengembalian kelebihan pajak dari wajib pajak dengan kriteria tertentu
menerbitkan SKPPKP paling lama 3 bulan sejak permohonan diterima secara
lengkap untuk pajak penghasilan dan 1 bukan sejak permohonan diterima secara
lengkap untu pajak pertambahan nilai.
Direktorat Jendral Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib
Pajak dengan kriteria tententu. Dan menerbitkan surat ketetapan pajak dalam
jangka waktu 5 tahun setelah melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang
telah memperoleh pengembalian pendahuluan kelebihan pajak,Surat ketetapan
pajak tersebut berupa SKPKB atau SKPN atau SKPLB.

Pajak dengan kriteria tertentu yang tidak dapat diberikan pengembalian


pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.
Apabila :
a. terhadap Wajib Pajak tersebut dilakukan tindakan penyelidikan tindak pidana
dibidang perpajakan
b. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 2 Masa
Pajak berturut-turut
c. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 3 Masa
Pajak dalam 1 tahun kalender
d. terlambat memberitahuan Surat Pemberitahuan Tahunan
Apabila berdasarkan pemeriksaan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
Direktorat Jendral pajak menerbitkan Surat Ketetapan Kurang Bayar, dimana
jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administratif berupa kenaikan
sebesar 100% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak.

Contoh :
 Wajib Pajak telah memperoleh pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
sebesar Rp 80.000.000,00
 Dari pemeriksaan diperoleh hasil:
a. Pajak penghasilan yang terutang Rp 100.000.000,00
b. Kredit pajak:
Pajak Penghasilan Pasal 22 Rp 20.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 23 Rp 40.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp 90.000.000,00
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diterbitkan SKPKB dengan perhitungan :
 Pajak penghasilan yang terutang Rp 100.000.000,00
 Kredit pajak:
Pajak Penghasilan Pasal 22 Rp 20.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 23 Rp 40.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp 90.000.000,00 +
Rp 150.000.000,00
 Jumlah pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak Rp 80.000.000,00 -

 Jumlah pajak yang dapat dikreditkan Rp 70.000.000,00 –


Pajak yang tidak/kurang dibayar Rp 30.000.000,00
Sanksi administratif berupa kenaikan 100% Rp 30.000.000,00 +
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 60.000.000,00

Pengembalian kelebihan pajak bagi Wajib Pajak yang memenuhi


persyaratan tertentu.
Wajib pajak yang memenuhi persyaratan terstentu adalah :
a. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,
b. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha tau pekerjaan bebas dengan
jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu,
c. Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar
sampai dengan jumlah tertentu,
d. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai
dengan jumlah tertentu.

Hak Mendahului
Negara mempunyai hak mendahului untuk utang pajak atas barang-barang milik
Penanggung Pajak/Wajib Pajak. Udang-undang KUP menetapkan kedudukan negara sebai
kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak mendahului barang-barang milik
Penanggung Pajak yang akan dilelang dimuka umum. Pembayaran kepada kreditur lain
diselesaikan setelah hutang pajak dilunasi. Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, bubar,
atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk
melakukan pemberesan dilarang membagikan harta Wajib Pajak dalam pailit, pembubaran
atau likuidasi kapada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta
tersebut untuk membayar utang pajak Wajib Pajak tersebut.
Ketentuan tentang hak mendahului meliputi :
Pokok pajak, sanksi administratif berupa bunga, denda, kenaikan dan biaya
penagihan pajak

Pengecualian atau Tidak Termasuk Hak Mendahului


a. Biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk
melelang barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak
b. Biaya yang telah digunakan untuk menyelamatkan barang dimaksud
c. Biaya perkara, yang hanya disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu
wasisan.

Kedaluwarsa Hak Mendahului


Hak mendahului hilang setelah melampaui waktu 5 tahun sejak tanggal
terbitnya Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding Atau Putusan Peninjauan Kembali yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
SOAL
SKP
Pilihan Ganda
1. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak kurang bayar yang terbit
kepada wajib pajak yang diterbitkan Nomor pokok wajib pajak dan/atau dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak secara jabatan ditambah dengan sanksi adminitrasi berupa bunga
sebesar....
a. 2% per bulan
b. 2% (dua persen) Per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
c. 50%
d. 75%
e. 100%
2. Sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% dalam surat ketetapan pajak kurang bayar
dikenakan kepada wajib pajak dalam hal....
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar
b. Berdasarkan keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar
c. Kewajiban penyelenggaraan pembukuan tidak dipenuhi oleh wajib pajak penghasilan yang
terutang tidak dapat diketahui
d. Kepada Wajib pajak sebagai pengusaha dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak secara
Jabatan
e. Kewajiban pembayaran pajak yang tidak dilakukan pembayaran maupun angsuran
Essay
1. Produk Hukum hasil pemeriksaan pajak dari kantor pelayanan pajak adalah dengan
diterbitkannya surat ketetapan pajak. Sebutkan dan jelaskan surat ketetapan pajak yang
diterbitkan oleh kantor pelayanan pajak?
Study kasus
Wajib pajak menerima surat ketetapan pajak kurang bayar sebesar Rp. 60.000.000,00 yang
diterbitkan pada tanggal 2 januari 2019 dengan batas akhir pelunasan tanggal 1 februari 2019.
Wajib pajak tersebut diperbolehkan untuk mengangsur pembayaran pajak dalam jangka waku 6
(enam) bulan (dimulai tgl 28 februari 2018) dengan jumlah yang tetap sebesar Rp.
10.000.000,00.
1. Sebutkan ketetapan pajak yang akan diterbitkan dan dihitung pajak yang masih harus dibayar!
2. Apabila wajib pajak diatas diperbolehkan untuk menunda pembayaran pajak selama 6 bulan.
Sebutkan ketetapan pajak yang masih harus dibayar!
SKPKB
Pilihan Ganda
1. berikut ini yang Bukan menjadi latar belakang dari penerbitan SKPKB oleh direktur jendral
pajak adalah.....
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau
kurang bayar
b. Apabila kepada wajib pajak diterbitkan Nomor pokok wajib pajak dan/atau dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak secara jabatan
c. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis
dan/atau salah hitung
d. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan pajak yang terutang melebihi batas maksimal
e. Apabila kewajiban sebagai mana dimaksud dalam pasal 28 atau pasal 29 tidak terpenuhi
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak terhutang.

2. Dalam hal keberatan wajib pajak atas SKPKB diterima sebagian atau ditolak seluruhnya,
Wajib Pajak dikenaan sanksi administrasi sebesar.......
a. 2% sebulan yang dihitung sejak 1 bulan tanggal diterbitkan SKPKB sampai dengan tanggal
diterbitkannya surat keberatan
b. 2% sebulan untuk paling banyak 24 bulan, yang dihitung sejak 1 bulan tanggal
diterbitkannya SKPKB sampai dengan tanggal diterbitkannya surat keberatan
c. 50% dari jumlah pajak yang masih harus dibayarkan berdasarkan surat keputusan keberatan
dikurangi degan jumlah pajak yang telah dilunasi oleh wajib pajak sebelum mengajukan
keberatan
d. 75% dari jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan surat keputusan keberatan
dikurangi dengan jumlah pajak yang telah dilunasi oleh wajib pajak sebelum mengajukan
keberatan
e. 100% dari jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan surat keputusan keberatan
dikurangi dengan jumlah pajak yang telah dilunasi oleh wajib pajak sebelum mengajukan
keberatan

Essay

1. Jelaskan perbedaan surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak! Jelaskan perbedaan perhitungan
denda atas SKPKB PPh badahn dan STP atas keterlambatan pembayaran angsuran pajak!

Study Kasus

DJP Melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak PT Anugerah atas SPT pajak penghasilan tahun pajak
2014 dan diterbitkan SKPKB pada tanggal september 2016 dengan rincian sebagai berikut ;
Jumlah Pokok pajak Rp. 540.000.000,00

Jumlah Kredit Pajak Rp. 320.000.000,00

Jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak Rp. 220.000.000,00

Pertanyaan :

1. Hitunglah besarnya sanksi administrasi yang harus dibayarkan oleh wajib pajak PT Anugerah!

2. Berapa Jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam SKPKB!

Anda mungkin juga menyukai