Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG

AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA PADA BANK SYARIAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Akuntansi Perbankan Syariah
Dosen Pengampu : Rochmawati, S.Pd., M.Pd
Semester (4) genap

Disusun Oleh :
1. Shofiana Hidayatul Jannah 20080304008
2. Shofa Kamilah 20080304010
3. Agil Ubaidillah Salas 20080304014
4. Nuriyah Shinta Devi 20080304016
5. Ajeng Mahana Yuliazizah 20080304062

Pendidikan Akuntansi 2020B


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Negeri Surabaya
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan karunianya yang
tidak terhingga kepada kita semua. Allah yang tidak pernah lelah melimpahkan karunia dan
rahmat-Nya serta tidak akan pernah berkurang kekuasaan-Nya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, imam kita semua
yang akan menjemput kita dengan telaga syafa’at di Padang Mahsyar kelak. Insya Allah.
Atas karunia Allah dan bimbingan Ibu Rochmawati selaku dosen mata kuliah Akuntansi
Syariah, akhirnya kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kami juga
berterima kasih kepada Ibu Rochmawati karena telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Surabaya, 21 Februari 2022


Penulis

(……………………..)

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I (PENDAHULUAN) 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2

BAB II (PEMBAHASAN) 3
A. Akuntansi Penghimpunan Dana 3
a) Tabungan 3
b) Deposito Mudharabah 3
c) Giro 4
B. Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah 5
C. Rukun Mudharabah 5
D. Akuntansi atas Deposito Mudharabah 5
E. Penghimpunan Dana Prinsip Wadiah 6

BAB III (PENUTUP) 7


DAFTAR PUSTAKA 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman agama, pengendalian diri, pengalaman, akhlaqul karimah dan
pengetahuan tentang seluk beluk Akuntansi Syariah hendaknya dikuasai sehingga
menyatu dalam diri pelaku (pelaksana) muamalah itu. Kegiatan Akuntansi
Syariah ini sangat banyak salah satu diantaranya adalah penghimpunan dana yang
akan dibahas dalam makalah ini, sebagai salah satu bentuk aktifitas ekonomi, pengimpunan
dana menjadi hal yang amat sering dilakukan oleh Bank Syariah dalam berbagai transaksi
ekonomi demi memenuhi kebutuhan.
Dalam Islam, menghimpun dana selain dilakukan oleh masyarakat secara ’urf
(kebiasaan), juga dapat ditemukan dasar-dasarnya secara syari’ah sebagaimana
ditemukan aktifitas menghimpun dana yang direkam dan dijustifikasi oleh al-Qur’an, al-
Hadis, dan juga telah menjadi ijma ulama’ (kesepakatan para ulama). Seiring
perkembangan zaman, menghimpun dana pun mengalami perkembangan dan modifikasi
sebagaimana terlihat dalam aktifitas ekonomi modern bersangkut paut dengan
penerapannya dalam masyarakat secara langsung maupun melalui dunia perbankan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dengan tetap berada dalam bingkai syari’ah.
Dalam bank syariah penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan tidak
membedakan nama produk tetapi melihat pada prinsip yaitu prinsip wadiah (titipan
nasabah) dan prinsip mudharabah (bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak).

Apapun nama produk yang diperhatikan adalah prinsip yang digunakan atas produk
tersebut, hal ini sangat terkait dengan porsi pembagian hasil usaha yang akan dilakukan
antara pemilik dana/ deposan (shahibul maal) dengan bank syariah sebagai mudharib
(pengelola).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penghimpunan dana dalam perbankan syariah?
2. Bagaimana mekanisme penghimpunan dana dalam perbankan syariah?
3. Prinsip apa yang diterapkan perbankan syariah dalam akuntansi penghimpunan dana?

1
C. Tujuan
1. Menjelaskan secara terperinci tentang apa yang dimaksud dengan penghimpunan
dana dalam akuntansi syariah
2. Menjelaskan tentang bagaimana mekanisme penghimpunan dana dalam akuntansi
syariah
3. Menyebutkan dan menjelaskan tentang prinsip-prinsip apa saja yang digunakan
dalam akuntansi perbankan syariah
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan Syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA


Bank Syari’ah menghimpun dana agar dapat memperoleh modal pokok dengan
cara menggunakan dana dari pihak ketiga, maksudnya dana tersebut meliputi tabungan,
instrumen giro dan deposito.
1. Tabungan
Tabungan merupakan sebuah bentuk simpanan yang penarikannya hanya bisa
dilaksanakan menurut syarat tertentu yang sudah disepakati. Tetapi tidak bisa ditarik
dengan cek ataupun alat lainnya. Di dalam tabungan ada dua mekanisme yang
dubenarkan oleh Fatwa DSN, yaitu prinsip mudharabah dan prinsip wadiah.
a. Akuntansi Tabungan Mudharabah
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 25 disebutkan bahwa, dana yang diterima
dari pemilik dana (nasabah penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai
dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset non-kas yang
diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai
yang tercatat.
Dalam transaksi tabungan mudharabah ini ada yang menambah saldo
tabungan dan juga ada yang mengurangi saldo tabungan, berikut ini
penjelasannya:
- Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah
Transaksi-transaksi yang bisa menambah saldo tabungan mudharabah
yaitu seperti transfer dari bank lain ke rekening nasabah, penerimaan bagi
hasil mudharabah ke rekening nasabah, setoran uang tunai nasabah dan
transfer dari kantor cabang lain ke rekening nasabah.
- Transaksi Pengurangan Tabungan Mudharabah
Adapun transaksi-transaksi yang dapat mengurangi saldo tabungan
mudharabah yaitu seperti transfer kepada nasabah bank lain, penarikan biaya
administrasi tabungan, pajak dan lainnya oleh bank, penarikan tunai oleh
nasabah serta transfer ke rekening lain pada bank yang sama.
2. Deposito Mudharabah
Pengertian deposito sendiri menurut Rizal Yaya ialah sebuah investasi dana yang
didasarkan pada akad mudharabah yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah,
sistem penarikannya hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad
antara nasabah (penyimpan) dengan bank syari’ah (Unit Usaha Syari’ah). Yang
menjadi perbedaan dengan bank konvesional terdapat pada akad dan sistem bagi hasil
yang ditawarkan.
Penjelasan mengenai deposito mudharabah terdapat dalam Fatwa Dewan Syari’ah
Nasional (DSN) No. 3 Tahun 2000, yaitu:
1. Nasabah disebut sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank disebut
sebagai pengelola dana (mudharib).
2. Modal deposito yang akan diberikan nasabah harus dalam bentuk tunai.
3. Bank berhak melakukan usaha apapun asalkan tetap pada prinsip syari’ah.

3
4. Bank tidak boleh mengurangi nisbah keuntungan tanpa persetujuan nasabah,
tetapi bank boleh menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya
untuk menutupi biaya operasional deposito.
5. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbaj dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
Terdapat perbedaan dalam mekanisme penyaluran bagi hasil tabungan dan bagi
hasil deposito. Pada bagi hasil tabungan, bank memasukkan semua bagi hasil
tersebut untuk tabungan terlebih dahulu sebelum memotong pajak PPh Pasal 4 (2)
agar nasabah bisa melihat besarnya masing-masing bagi hasil dan pajak. Sedangkan
bagi hasil deposito, yang disalurkan kepada nasabah bersifat neto karena sudah
dipotong secara langsung.
3. Giro
Giro merupakan salah satu simpanan yang sistem penarikannya bisa dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran
lainnya atau bisa dengan pemindahbukuan. Terdapat dua jenis giro dalam perbankan
syari’ah yaitu, giro wadiah dan giro mudharabah, tetapi yang umum digunakan ialah
giro wadiah.
a. Giro Wadiah
Dalam prinsip ini, giro wadiah memiliki beberapa karakteristik yang telah di
Fatwakan oleh DSN, yaitu:
1. Bersifat titipan
2. Dalam akadnya, penitip dana mengizinkan kepada pihak bank untuk
memanfaatkan dana tersebut
3. Titipan bisa diambil kapan saja
4. Nasabah bertindak sebagai penitip dana (mudi’) dan bank bertindak
sebagai penerima dana titipan (muda’)
5. Dalam pengelolaan dana titipan tersebut, bank mendapat keuntungan
karena hakikat wadiah ialah qardh sehingga memiliki prinsip tidak ada
bonus yang diberikan kepada pemilik dana wadiah. Meski demikan, bank
dapat memberikan bonus dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat
sukarela dari pihak bank.
Rekening giro wadiah dapat bertambah dan berkurang. Dapat bertambah
melalui transaksi penyetoran tunai, transfer dari tabungan maupun giro cabang
lain dari bank yang sama, penerimaan cek dari nasabah bank lain yang diuangkan
oleh nasabah suatu bank dan penerimaan bonus giro wadiah dari bank syariah.
Dan dapat berkurang melalui transaksi penarikan cek oleh nasabah untuk ditukar
secara tunai, penarikan bilyet untuk ditransfer ke cabang lain bank atau ke
nasabah bank lain serta potongan administrasi dan pajak tabungan.
b. Giro Mudharabah
Giro mudharabah adalah salah satu alat penghimpun dana melaui produk giro
yang yang menggunakan akad mudharabah. Akad mudharabah adalah akad yang
dilakukan antara pihak penanam dana dan pengelola dana dalam melakukan
kegiatan usaha dengan pembagian penghasilan berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebebelumnya.

4
Prinsip yang digunakan oleh giro mudharabah itu sama dengan prinsip giro
wadiah tetapi yang membedakannya adalah dalam hal insentif yang diperoleh
nasabah. Contohnya dalam giro wadiah, hal insentif yang diterima berupa bonus
yang bersifat sukarela yang diberikan oleh bank dengan tidak mensyaratkannya.
Sedangkan hal insentif yang diterima nasabah giro mudharabah adalah bagi hasil
yang telah ditentukan presentasi sebelumnya, harus dibayarkan bank sesuai
dengan keuntungan bank syariah.

B. PENGHIMPUNAN DANA PRINSIP MUDHARABAH


Mudharabah merupakan perjanjian atas suatu jenis perkongsian, dimana pihak
nasabah menyediakan dana dan pihak pengelola bertanggungjawab atas pengelolaan
usaha. Untuk bagi hasil dibagikan sesuai dengan nisbah (porsi bagi hasil) yang telah
disepakati secara bersama.

C. RUKUN MUDHARABAH
Rukun dari mudharabah adalah sebagai berikut:
1. Nasabah/pemilik dana (shahibul maal)
2. Pengelola dana/pengusaha/bank (mudharib)
3. Usaha/pekerjaan (amal)
4. Ijab qabul/akad
Mudharab sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Mudharabah Muthlaqoh (investasi tidak terikat) yaitu pihak pengusaha diberi
kekuasaan penuh untuk menjalankan proyek tanpa larangan/gangguan apapun.
Biasanya diaplikasikan pada tabungan dan deposito.
2. Mudharabah muqayyadah (investasi terikat) yaitu pemilik dana membatasi/memberi
syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dana seperti hanya melakukan
mudharabah dalam bidang tertentu saja. Dalam investasi terikat ini pada prinsipnya,
kedudukan bank sebagai agen saja dan atas kegiatannya tersebut bank menerima
imbalan berupa fee. Pola dalam investasi terikat dapat dilakukan dengan cara:
- Channeling, apabila semua resiko ditanggung oleh pemilik dana, bank sebagai
agen tidak menanggung resiko apapun.
- Executing, apabila bank sebagai agen juga menanggung resiko, dan hal ini
banyak yang menganggap bahwa investasi terikat executing ini sudah tidak
sesuai lagi dengan prinsip mudharabah.

D. AKUNTANSI ATAS DEPOSITO MUDHARABAH


Dalam menghitung bagi hasil deposito mudharabah menggunakan metode revenue
sharing, sesuai dengan PSAK No.59 paragraf 25. Untuk perhitungan bagi hasil deposito
mudharabah dilakukan pada akhir periode sebesar yang tercatat, sesuai dengan PSAK
No.59 paragraf 29. Adapun bagi hasil deposito mudharabah diberikan pada nasabah dan
bank sesuai dengan nisbah yang disepakati awal perjanjian, sesuai dengan PSAKNo.59
paragraf 30. Sedangkan penyajian deposito mudharabah dikelompokan pada pos investasi
tidak terikat dan dibedakan pada pos kewajiban dan modal, sesuai dengan PSAK No.59.

5
Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank konvensional adalah
dalam bentuk tabungan, deposito dan giro yang biasa disebut dengan dana pihak ketiga.
Dalam bank syariah penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan tidak membedakan
nama produk tetapi melihat pada prinsip yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah.

E. PENGHIMPUNAN DANA PRINSIP WADIAH


Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan
menghendakinya. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untuk menjaga keselamatan
barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian, dan sebagainya.
Sebagai penerima titipan, tidak ada kewajiban bagi bank untuk memberikan imbalan
dan bank syariah dapat mengenakan biaya penitipan barang tersebut. Bank syariah dapat
memberikan bonus kepada dan penitip dengan syarat:
1. Bonus merupakan kebijakan (hak prerogatif) dari bank sebagai penerima titipan.
2. Bonus tidak disyaratkan sebelumnya jumlah yang diberikan baik dalam
prosentase maupun nominal, tidak ditetapkan dimuka.
Rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan prinsip wadiah adalah:
a. Barang yang dititipkan
b. Orang yang menitipkan
c. Orang yang menerima titipan
d. Ijab qabul
Wadiah terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Wadiah Yad Al Amanah, merupakan titipan murni, barang yang dititipkan tidak
boleh digunakan (diambil manfaatnya) oleh penitip, sewaktu titipan
dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya, jika
selama dalam penitipan terjadi kerusakan maka pihak yang menerima titipan
tidak dibebani tanggung jawab, sebagai kompensasi atas tanggung jawab
pemeliharaan dapat dikenakan biaya penitipan.
2. Wadiah Yad Ad Dhamanah, merupakan pengembangan dari Wadiah Yad Al
Amanah yang disesuaikan dengan aktifitas perekonomian. Penerima titipan diberi
izin untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut.
Penyimpan mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap
kehilangan/ kerusakan barang tersebut. Semua keuntungan yang diperoleh dari
titipan tersebut menjadi hak penerima titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik
barang/ dana dapat diberikan semacam insentif berupa bonus, yang tidak
disyaratkan sebelumnya. Wadiah Yad Ad Dhamanah dalam Bank Islam dapat
diaplikasikan pada Rekening giro (current account) dan Rekening tabungan
(saving account)

6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bank syariah dalam mendapatkan modalnya, ia melakukan penghimpunan dana dengan
produk-produknya seperti tabungan, instrument giro, dan deposito. Meski hampir sama dengan
perbankan konvensional, tetapi dalam mekanismenya berbeda. Pada perbankan syariah
menggunakan prinsip wadiah dan mudharabah yang sesuai dengan prinsip Islam.
Produk tabungan terbagi menjadi dua, yaitu tabungan wadiah dan tabungan mudharabah.
Instrumen giro terbagi menjadi dua juga, yaitu giro wadiah dan mudharabah. Sedangkan pada
deposito, perbankan syariah hanya menggunakan prinsip mudharabah.
Dari sistem mudharabah itu, pihak bank akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan usaha
yang dikelolanya berdasarkan presentasi bagi hasil yang telah ditetapkan dan disetujui antara
pemilik atau penyimpan dana dengan bank.  

7
DAFTAR PUSTAKA
Academia.edu. “Sistem Operasional Bank Syariah”, diakses dari
https://www.academia.edu/11460649/Sistem_Operasional_Bank_Syariah, pada tanggal
14 Februari 2022 pukul 22.47 WIB
Kompas.com. 2021. “Sistem Operasi Bank Syariah”, diakses dari
https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/02/145651369/sistem-operasi-bank-
syariah?page=all#:~:text=Pada%20sistem%20operasional%20bank%20syariah,perjanjian
%20pembagian%20keuntungan%20sesuai%20kesepakatan, pada tanggal 14 Februari
2022 pukul 22.48 WIB
Kompasiana.com. 2018. “Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah”, diakses dari
https://www.kompasiana.com/ummisafira/5adc6bd6cbe5235f936e3783/penyajian-
laporan-keuangan-syariah, pada tanggal 14 Februari 2022 pukul 22.45 WIB
Ojk.go.id. “Konsep Operasional Perbankan Syariah”, diakses dari
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/Konsep-Operasional-
PBS.aspx, pada tanggal 14 Februari 2022 pukul 22.53 WIB
Pamungkas, Budhi. “Sistem Operasional Bank Syariah”, diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/BUDHI_PAMUNGK
AS_GAUTAMA/Sistem_Operasional_Bank_Syariah.pdf, pada tanggal 14 Februari 2022
pukul 22.51 WIB
Permata, Silvia. “Makalah Sistem Operasional Perbankan Syariah”, diakses dari
https://www.scribd.com/document/510362401/Makalah-Sistem-Operasional-Perbankan-
Syariah-Silvia, pada tanggal 14 Februari 2022 pukul 22.47 WIB

Anda mungkin juga menyukai