Anda di halaman 1dari 23

Tugas Kelompok

MAKALAH PSIKOLINGUISTIK

"Pengertian Akuisisi Bahasa, Belajar Bahasa dan Beberapa Teori Belajar


Bahasa"

Oleh :

KELOMPOK V

LINDA KUSMAWATI (A1M117045)

RISDA (A1M117023)

WAYAN LAKSMI (A1M117035)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun
makalah yang berjudul tentang “Pengertian Akuisisi Bahasa, Belajar Bahasa
dan Beberapa Teori Belajar Bahasa".

Dalam penusunan makalah ini banyak sekali rintangan yang kami


hadapi. Untuk itu dalam kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam mengatasi berbagai
rintangan tersebut.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itulah dengan tangan terbuka kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Akhir kata, kami selaku penyusun mengucapkan terima
kasih.

Kendari, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemerolehan Bahasa atau Akuisisi Bahasa ............................ 4

B. Pengertian Belajar Bahasa ........................................................................ 5

C. Teori Belajar Bahasa ................................................................................ 5

D. Pemerolehan Bahasa Pertama .................................................................. 10

E. Pemerolehan Bahasa Kedua .................................................................... 13

F. Peranan Bahasa Pertama terhadap Pemerolehan Bahasa Kedua ............ 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 17
iii
B. Saran ....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan setiap orang tentu saja tidak terlepas dari bahasa.
Pertama kali seorang anak memperoleh bahasa yang didengarkan langsung dari
sang ibu sewaktu anak tersebut terlahir ke dunia ini. Kemudian seiring
berjalannya waktu dan seiring pertumbuhan si anak maka ia akan memperoleh
bahasa selain bahasa yang diajarkan ibunya itu baik bahasa kedua, ketiga ataupun
seterusnya yang disebut dengan akuisisi bahasa (language acquisition) tergantung
dengan lingkungan sosial dan tingkat kognitif yang dimiliki oleh orang tersebut
melalui proses pembelajaran.

Pemerolehan bahasa merupakan sebuah hal yang sangat menajubkan


terlebih dalam proses pemerolehan bahasa pertama yang dimiliki langsung oleh
anak tanpa ada pembelajaran khusus mengenai bahasa tersebut kepada seorang
anak (bayi). Seorang bayi hanya akan merespon ujaran-ujaran yang sering
didengarnya dari lingkungan sekitar terlebih adalah ujaran ibuya yang sangat
sering didengar oleh anak tersebut.

Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal paling


sedikit memperoleh satu bahasa alamiah. Dengan perkataan lain setiap anak yang
normal atau pertumbuhan yang wajar, memperoleh suatu bahasa yaitu bahasa
pertama atau bahasa asli, bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupan di
dunia ini. Walaupun tidak disangkal adanya kekecualian misalnya secara
fisiologis (tuli) ataupun alasan-alasan lain. Peranan PB1 merupakan sesuatu yang
negative terhadap PB2. Dengan perkataan lain, PB1 mendapat angin untuk turut
campur tangan dalam belajar PB2, seperti adanya ciri-ciri PB1 yang ditransfer ke
dalam PB2. Oleh karena itu, maka masalah pemerolehan bahasa akan dibahas
dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari makalah
ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa?

2. Apa pengertian belajar bahasa?

3. Apa saja teori belajar bahasa?

4. Apa dan bagaimana pemerolehan bahasa pertama?

5. Apa dan bagaimana pemerolehan bahasa kedua?

6. Bagaimana peranan bahasa pertama terhadap pemerolehan bahasa kedua?

C. Tujuan Penulisan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan


makalah ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui pengertian pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa.

2. Untuk mengetahui pengertian belajar bahasa.

3. Untuk mengetahui apa saja teori belajar bahasa.

4. Untuk mengetahui apa dan bagaimana pemerolehan bahasa pertama.

5. Untuk mengetahui apa dan bagaimana pemerolehan bahasa kedua.

6. Untuk mengetahui bagaimana peranan bahasa pertama terhadap


pemerolehan bahasa kedua.

D. Manfaat Penulisan

Secara teoretis makalah ini berguna untuk mendeskripsikan "Pengertian


Akuisisi dan Belajar Bahasa serta Beberapa Teori Belajar Bahasa". Secara praktis
makalah ini bermanfaat bagi:

2
1. Penulis, sebagai sarana menambah pengetahuan mengenai pengertian
akuisisi bahasa dan belajar bahasa serta beberapa teori belajar bahasa serta
bagian-bagian di dalamnya;

2. Pembaca, sebagai media informasi berkaitan dengan pengertian akuisisi


bahasa dan belajar bahasa serta beberapa teori belajar bahasa serta bagian-
bagian di dalamnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuisisi Bahasa (Pemerolehan Bahasa)


Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses di mana
manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan
menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan
berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa
yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti
pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan
bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka
serta pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan
oleh anak-anak atau orang dewasa.

Semua manusia yang sehat, berkembang secara normal, belajar


menggunakan bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa atau bahasa yang ada
disekitarnya bahasa manapun yang mereka terima secara penuh selama masa
kanak-kanak. Perkembangannya secara esensial sama antara anak-anak yang
mempelajari bahasa isyarat atau bahasa suara. Proses belajar ini dikenal dengan
akuisisi bahasa pertama, karena tidak seperti pembelajaran lainnya ia tidak
membutuhkan pembelajaran langsung atau kajian secara khusus. Dalam The
Descent of Man naturalis Charles Darwin menyebut proses tersebut dengan,
"keinginan insting untuk memperoleh suatu seni".

Akuisisi bahasa pertama berlangsung regular secara bertahap, walaupun


terdapat berbagai variasi dalam waktu untuk tingkatan-tingkatan tertentu diantara
bayi yang berkembang secara normal. Sejak lahir, bayi merespon lebih mudah
pada suara manusia dari pada suara lainnya. Sekitar umur satu bulan, bayi tampak
telah dapat membedakan antara suara bicara yang berbeda. Sekitar umur enam
bulan, seorang anak mulai mengoceh, menghasilkan suara bicara dari bahasa yang
digunakan disekitarnya. Perkataan mulai muncul pada umur 12 sampai 18 bulan;
rata-rata perbendaharaan kata bayi berumur 18 bulan adalah sekitar 50 kata.
4
Pengucapan pertama anak adalah berbentuk Holofrase (secara harfiah
"keseluruhan kalimat"), pengucapan yang hanya menggunakan satu kata untuk
mengkomunikasikan seluruh ide. Beberapa bulan setelah anak menghasilkan kata-
kata, ia akan. menghasilkan pengucapan dengan dua kata, dan dalam beberapa
bulan lebih mulai berbicara telegrafis, kalimat singkat yang kurang kompleks
secara tatabahasa daripada orang dewasa bicara, tetapi memperlihatkan struktur
sintaks reguler. Pada umur tiga sampai lima tahun, kemampuan anak untuk
berbicara dan berisyarat yang halus yang hampir mirip dengan bahasa dewasa.

B. Pengertian Belajar Bahasa

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena


itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan
dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam
empat subaspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.

Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah


keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang
dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan
mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi
kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.

C. Teori Belajar Bahasa

Belajar merupakan hal yang paling tidak ditakuti oleh orang tua atau
yang membutuhkan ilmu, namun dianggap hal menakutkan dan neraka oleh anak-
anak atau mereka yang tidak ingin belajar, padahal sudah jelas dalam pernyataan
bahwa kita harus belajar atau menuntut ilmu hingga ke Negeri china. pernyataan
ini memperjelas bahwa kita harus mencari ilmu kemanapun tempatnya atau sejauh
apapun tujuannya.

Selain itu, anak-anak mungkin lebih mencari hal yang dianggap cocok
untuk bisa menyampaikan materi atau ilmu dengan cara yang tidak membosankan
5
yakni dengan metode belajar yang berbeda. Selain penjelasan diatas, berikut ini 15
teori belajar yang dikutip menurut para ahli :

1. Menurut Winkel

Teori pertama datang dari Winkel, menurutnya belajar merupakan


aktivitas mental ataupun psikis yang berlangsung baik di lingkungan dengan
interaksi yang aktif. Selain itu belajar diharuskan atau menghasilkan perubahan
yang secara langsung ataupun tidak langsung dalam pribadi yang melakukannya.
Dalam belajar akan ada hasil perubahan dalam pengelolaan pemahaman dalam
sisi apapun. Terutama untuk anak-anak yang baru mengenal.

2. Menurut Djamarah (2002:13)

Belajar bisa diartikan sebagai suatu kegiatan dengan melibatkan dua


unsur yaitu jiwa dan raga ketika melakukannya, gerak tubuh harus terlihat sejalan
dengan proses jiwa agar bisa mendapatkan dan melihat adanya perubahan.
Perubahan yang didapatkan tentu bukan hanya perubahan dari fisik namun
perubahan jiwa yang lebih penting, sebab dengan adanya perubahan jiwa maka
berpengaruh pada perubahan fisik atau perubahan jasmani. Perubahan sebagai
hasil dari proses belajar adalah perubahan yang berpengaruh terhadap tingkah
laku seseorang.

3. Menurut Ernest R. Hilgard

Menurut ahli Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252)


belajar memiliki pengertian sebagai proses dari perbuatan yang telah dilakukan
dengan sengaja atau dilakukan dalam keadaan sadar. Kemudian menimbulkan
adanya perubahan dan menyebabkan keadaan yang berbeda dari sebelumnya.
Berdasarkan pengertian ini belajar juga menimbulkan perubahan diri dan lebih
baik jika atas kemauan dari masing-masing pribadi dan bukan paksaan, karena
dengan cara ini tak jarang mereka yang belajar berakhir depresi hingga tekanan
mental.

6
4. Menurut Bower (1987;150)

Bower berpendapat bahwa dengan belajar kita dapat menunjukan adanya


perubahan yang relatif dalam perilaku yang terjadi karena adanya beberapa
pengalaman yang telah dialami dan juga latihan yang sudah dilakukan dalam
waktu sebelumnya. Bower juga menjelaskan bahwa “Learning is a cognitive
process” yang artinya belajar adalah suatu proses kognitif. Disini Bower
menjelaskan proses merupakan hal yang lebih penting dibandingkan hasil dari
belajar itu sendiri.

5. Menurut Moh. Surya (1981:32)

Menurut ahli Moh. Surya berpendapat dengan belajar merupakan


sebuah proses usaha yang telah dilakukan oleh masing-masing individu untuk
bisa memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Selain itu belajar sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Bagi Moh. Surya, belajar kembali pada masing-masing
personalnya untuk mau belajar dan mengerti hasil yang bisa didapat dari belajar
itu sendiri.

6. Teori belajar Behaviorisme

Dalam belajar sebenarnya ada 3 teori besar yang terkenal, yang pertama
yakni teori behavioristik. Penjelasan dari sebuah teori yang dikemukakan oleh ahli
psikologi Gage dan Berliner ini memiliki arti tentang perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman, bisa dikatakan bahwa belajar merupakan
perubahan berdasarkan pengalaman.Teori ini juga berkembang menjadi aliran
psikologi khusus untuk belajar yang nantinya akan berpengaruh pada
perkembangan baik teori maupun praktek dalam pendidikan dan pembelajaran,
untuk itulah dikenal sebagai aliran yang membentuk perilaku sebagai hasil belajar
atau behavioristik.

7. Teori Konstruktivisme

7
Berawal dari kata konstruksi maka teori ini bersifat membangun atau
menumbuhkan. Jika dilihat dari filsafat pendidikan dapat diartikan bahwa
konstruktivisme merupakan upaya atau usaha membangun susunan hidup yang
berbudaya modern tanpa meninggalkan hal utama. Namun kata modern disini
sudah mempengaruhi termasuk modern dalam pembelajaran.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran


konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-
konyong. Teori konstruktivisme pelajar lebih menekankan mereka paham dan
mampu untuk menganalisa masalah yang ada. Untuk itulah dalam teori belajar ini
siswa atau pihak yang belajar bukan dalam keadaan yang pasif melainkan aktif
dan juga terarah.

8. Pavlov

Menurut ahli selanjutnya, Pavlov menjelaskan belajar merupakan sebuah


proses perubahan yang terjadi disebabkan adanya syarat-syarat atau conditions,
yang dapat berbentuk latihan yang dilakukan secara kontinuitas atau terus
menerus sehingga menimbulkan reasksi (response). Kelemahannya adalah
menganggap bahwa belajar adalah hanyalah terjadi secara otomatis dan lebih
menonjolkan peranan latihan-latihan, dimana keaktifan dan pribadi seseorang
tidak dihiraukan.

9. Jerome S. Bruner

Bruner mengungkapkan bahwa belajar merupakan bagaimana orang


tersebut untuk memilah, memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan
informasi dengan cara yang lebih aktif. Menurut Bruner selama kegiatan belajar
berlangsung akan lebih baik jika siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri apa
penyebap dan makna dari berbagai hal yang mereka pelajari, sehingga teori
“menyuapi” ilmu tidak ia gunakan dalam belajar. Pasalnya siswa diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam memecahkan masalah sehingga

8
mereka terlatih untuk bisa menghadapi masalah. Dengan cara tersebut diharapkan
mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri.

10. David Ausubel

David mengungkapkan bahwa dengan teori belajar bermakna, maka


belajar bisa diklasifikasikan menjadi dua dimensi, diantaranya adalah : Dimensi
yang berkaitan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada
siswa melalui penerimaan atau penemuan sehingga siswa lebih aktif, atau dimensi
yang menyangkut tentang cara siswa untuk mengabaikan informasi pada beberapa
struktur yang ada, khususnya struktur kognitif diantaranya adalah fakta, konsep,
dan generalisasinya yang telah dipelajari dan diingat siswa.

11. Teori Belajar kognitivisme

Teori belajar kognitif sudah mulai berkembang sejak abad terakhir


karena bentuk protes terhadap teori perilaku yang telah berkembang pada masa
sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif apabila peserta didik
memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, ataupun menemukan hubungan antara pengetahuan yang terbaru
dengan pengetahuan yang sudah ada. Model ini menekankan pada bagaimana
informasi diproses bukan hasilnya saja.

12. Menurut (Imron, 1996;2)

Menurut Imron, belajar didefinisikan sebagai sebuah perubahan tingkah


laku dalam diri seseorang yang relatif menetap, karena bentuk hasil dari sebuah
pengalaman.

13. Menurut Slameto (2003:2)

Slameto berpendapat dari sisi psikologi, dimana belajar merupakan


proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi siswa bersama
lingkungannya, hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan mereka yang
mungkin berbeda-beda.
9
14. Vigotsky

Menurut Vigotsky pembelajaran terjadi bila anak bekerja ataupun


mencoba menangani tugas yang belum pernah namun tugas itu telah berada dalam
zone of proximal development. ZPD merupakan istilah yang dibuat Vigotsky
untuk berbagi tugas yang memang terlalu sulit, namun mereka bisa melakukan hal
tersebut karena adanya koordinasi dan bimbingan yang lebih terampil atau bisa
diandalkan. ZPD ini umumnya cocok bag anak-anak yang lebih suka tantangan.

15. Teori Thorndike

Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan oleh Thorndike disebut


juga dengan koneksionisme, teori ini mungkin kurang populer namun secara tidak
langsung banyak dilakukan pada pendidikan jaman sekarang ini. Teori ini
menyatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukkan
hubungan antara stimulus dan respon. Cukup ampuh untuk anak-anak yang
memang memiliki hubungan dengan keluarga yang kurang baik, padahal dalam
proses belajar keluarga merupakan media terbaik untuk belajar.

D. Pemerolehan Bahasa Pertama

Pemerolehan bahasa pertama memang bersifat primer paling sedikit


dalam dua hal yaitu dari segi urutan dan dari segi kegunaan. Selama pemerolehan
itu mengalami proses yang berlangsung selama jangka waktu yang panjang, maka
jelas terdapat berbagai kasus yang rumit. Pemerolehan bahasa pertama adalah
apabila seseorang memperoleh bahasa yang semula tanpa bahasa.

a. Ragam Pemerolehan Bahasa Pertama

Pemerolehan bahasa pertama terjadi apabila pelajar biasanya seorang


anak yang sejak semula tanpa bahasa dan kini dia memperoleh satu bahasa.

1. Ekabahasa : Pemerolehan bahasa pertama tetapi yang diperoleh hanya satu


bahasa.

10
2. Dwibahasa : Pemerolehan bahasa pertama tetapi. yang diperoleh dua bahasa.

Pemerolehan bahasa pertama sangat erat hubungannya dengan


perkembangan kognitif sang anak. Dari penelitian para pakar mengenai
perkembangan kognitif dapat ditarik dua kesimpulan yakni produksi ucapan-
ucapan yang berdasarkan tata bahasa yang teratur tapi tidaklah secara otomatis
dan sang pembicara harus memperoleh kategori-kategori kognitif yang mendasari
bebagai makna ekspresif bahasa alamiah.

b. Strategi dan Tahap Pemerolehan Bahasa Pertama

Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada


dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa
pertamanya. Prosesyang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses
performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan.

Sofa (2008) mengemukakan bahwa terdapat empat strategi pemerolehan


bahasa pertama anak. Berikut ini diuraikan keempat strategi tersebut:

1. Tirulah apa yang dikatakan orang lain.

Tiruan akan digunakan anak terus,meskipun ia sudah dapat sempurna


melafalkan bunyi. Ada berbagai ragam peniruan atau imitasi, yaitu imitasi spontan
atau spontaneous imitation, imitasi pemerolehan atau elicited imitation, imitasi
segera atau immediate imitation, imitasi terlambat delayed imitation dan imitasi
dengan perluasan atau imitationwith expansion.

2. Strategi produktivitas.

Produktivitas berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan


bahasa yang berpegang pada pedoman buatlah sebanyak mungkindengan bekal
yang telah Anda miliki atau Anda peroleh. Produktivitas adalahciri utama bahasa.
Dengan satu kata seorang anak dapat “bercerita ataumengatakan” sebanyak
mungkin hal. Kata papa misalnya dapat mengandung berbagai makna bergantung
pada situasi dan intonasi.
11
3. Berkaitan dengan hubungan umpan balik antara produksi ujaran dan responsi.

Dengan strategi ini anak-anak dihadapkan pada pedoman: hasilkanlah


ujarandan lihatlah bagaimana orang lain memberi responsi. Stategi produktif
bersifat“sosial” dalam pengertian bahwa strategi tersebut dapat meningkatkan
interaksidengan orang lain dan sementara itu bersifat “kognitif” juga. Hal itu
dapatmemberikan umpan balik kepada pelajar mengenai ekspresinya sendiri
terhadapat makna dan juga memberinya sampel yang lebih banyak, yaitu sampel
bahasauntuk digarap atau dikerjakan.

4. Prinsip operasi.

Dalam strategi ini anak dikenalkan dengan pedoman: gunakan beberapa


“prinsip operasi” umum untuk memikirkan serta menetapkan bahasa.Selain
perintah terhadap diri sendiri oleh anak, prinsip operasi ini juga menyarankan
larangan yang dinyatakan dalam avoidance terms; misalnya: hindari kekecualian,
hindari pengaturan kembali.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapatlah dikatakan bahwa pemerolehan


bahasa bukan hanya diperoleh secara otomatis, tetapi juga melajui beberapa
strategi pemerolehan bahasa pertama anak. Selain itu, proses pemerolehan bahasa
pertama juga bisa diketahuidengan melihat tahapan-tahapan dalam pemerolehan
bahasa pertama. Perlu untuk diketahui adalah seorang anak tidak dengan tiba-tiba
memiliki tata bahasa B1 dalamotaknya dan lengkap dengan semua kaidahnya.

E. Pemerolehan Bahasa Kedua

Pemerolehan bahasa kedua (PB2) mengacu kepada mengajar dan belajar


bahasa asing dan bahasa kedua lainnya. Diantara sekian banyak faktor yang dapat
kita temui di dalam kelas, yang dianggap sangat penting dan mendasar,yaitu:
pertama,belajar bahasa adalah orang-orang dalam interaksi dinamis; kedua,
belajar bahasa adalah orang-orang dalam responsi. Dalam “belajar adalah orang”
terkandung makna bahwa “hal itu merupakan proses sosial belajar yang
utama”.Belajar,pemerolehan bahasa kedua,terjadi dalam hubungan antara sesame

12
siswa itu sendiri “Interaksi dinamis” berarti bahwa orang-orang dilahirkan dan
bertumbuh dalam bahasa asing.

Perolehan bahasa kedua (B2) merupakan sebuah kebutuhan bagi anak


ketika sedang mengikuti pendidikan di lembaga formal. Pada lembaga formal
guru mempunyai pengaruh yang sangat siknifikan sebagai pendidik sekaligus
pengajar di sekolah. Guru dengan konsep dapat digugu dan ditiru oleh anak akan
menjadi figure sosok seseorang pengganti orang tuanya, oleh karena itu sosok
seorang guru dalam kehadirannya di sekolah sebagai rumah kedua bagi anak
mempunyai peranan penting dalam memberikan tuturan bahasa sebagai contoh
bahasa kedua (B2). Penyesuaian antara bahasa ibu (B1) dengan bahasa kedua (B2
bahasa Indonesia) yang dituturkan oleh guru membutuhkan waktu yang cukup
lama. Oleh karena itu, pada kelas rendah (kelas 1—3 SD) masih menggunakan
bahasa ibu sebagai bahasa pengantar pendidikan.

Pada Kelas lanjutan (4—6 SD dan seterusnya) guru akan menggunakan


bahasa Indonesia sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan teknologi yang baru
oleh anak. Apabila pada kelas lanjutan guru masih menggunakan bahasa
ibu/bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pendidikan, maka dampak negatif
yang akan diperoleh anak. Sebagai contoh seorang guru matematikan
mengajarkan hasil penjumlahan. Guru menanyakan proses penjumlahan dengan
menggunakan bahasa Palembang “Cakmano awak dapet hasil mak ini ni, cobo
jelaske!” Bagi anak yang berasal dari Palembang tidak menjadi masalah dan bisa
saja menjelaskannya (menggunakan bahasa Palembang), tetapi anak yang tidak
berasal dari daerah Palembang yang berada di kelas yang sama akan mengalami
kesulitan menerima bahasa daerah Palembang sebagai bahasa kedua (B2).
Sebaliknya jika guru matematika tersebut menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar sudah barang tentu dapat dipahami oleh warga belajar di kelas
yang bersangkutan. Hal yang terakhir ini akan menjadi sebuah kenyataan yang
komunikatif antara petutur dan penutur apabila warga kelasnya sudah terbiasa
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebaliknya, apabila anak
sebagaipeserta didik tetap terbiasa mengggunakan bahasa daerah atau bahasa

13
pertama (B1) yang juga sering disebut sebagai bahasa ibu dalam komunikasi di
lingkungan formal maka sangat sulit guru menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia
pendidikan.

Sebuah bahasa mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakan bahas


yang satu dengan bahasa yang lain. Ciri khusus ini mencangkup keseluruhan
kosakata, morfologi, sintaksis dan fonologi. Sangat sukar menentukan batas yang
pasti dana nyata antara pemerolehan bahasa pertama dengan pemerolehan bahasa
kedua, selain alasan sederhana bahwa PB2 mulai kerapkali sebelum PB1 berakhir.

a. Cara Pemerolehan Bahasa Kedua

Cara pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu


pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua
secara alamiah.

 Diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami.


Materi bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-
strategi yang dipakai oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap
paling cocok bagi siswanya.

 Alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam


komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan,guru. Tidak
ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan
caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan
mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan
bahasa kedua secara alamiah atau interaksibspontan ialah terjadi dalam
komunikasi sehari-hari, dan bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja.

b. Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa Kedua

 Kemempuan bahasa

 Usia

14
 Stategi yang digunakan

 Motivasi

 Hubungan antara Pemerolehan Bahasa Pertama dan Pemerolehan Bahasa


Kedua

F. Peranan Bahasa Pertama terhadap Pemerolehan Bahasa Kedua

Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan dan


pengaruh terhadap bahasa yang akan diperoleh anak pada tahapan berikutnya.
Sebagai contoh seorang anak yang orang tuanya berasal dari daerah Melayu
dengan lingkungan orang Melayu dan selalu menggunakan Bahasa Melayu
sebagai alat komunikasi sehari-hari, maka anak itu akan mudah menerima
kehadiran Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (B2) di sekolahnya.

Tuturan bahasa pertama (B1) yang diperoleh dalam keluarga dan


lingkungannya sangat mendukung terhadap proses pembelajaran bahasa kedua
(B2) yaitu bahasa Indonesia. Hal ini sangat dimungkinkan selain faktor kebiasaan
juga Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu. Lain halnya jika kedua orang
tuanya berasal dari daerah Jawa dengan lingkungan orang Jawa tentu dalam
komunikasi sehari-hari menggunakan Bahasa Jawa akan mengalami kesulitan
untuk menerima bahasa kedua (B2) yaitu Bahasa Indonesia yang dirasakan asing
dan jarang didengarnya.

Bagi anak, orang tua merupakan tokoh identifikasi. Oleh sebab itut,
idaklah mengherankan jika mereka meniru hal-hal yang dilakukan orang tua
(Fachrozi dan Diem, 2005). Anak serta merta akan meniru apa pun yang ia
tangkap di keluarga dan lingkungannya sebagai bahan pengetahuannya yang baru
terlepas apa yang didapatkannya itu baik atau tidak baik.

Citraan orang tua menjadi dasar pemahaman baru yang diperolehnya


sebagai khazanah pengetahuannya artinya apa saja yang dilakukan orang tuanya
dianggap baik menurutnya. Apapun bahasa yang diperoleh anak dari orang tua
dan lingkungannya tersimpan di benaknya sebagai konsep perolehan bahasa anak
15
itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan orang tua dalam berbahasa di
dalam keluarga (bahasa ibu) sangat dicermati anak untuk ditirukan. Anak bersifat
meniru dari semua konsep yang ada di lingkungannya.

Brown dalam Indrawati dan Oktarina (2005) mengemukakan bahwa


posisi ekstern behavioristik adalah anak lahir ke dunia seperti kertas putih, bersih.
Pernyataan itu memberikanan penjelasan nyata bahwa lingkungan dalam hal ini
keluarga terutama orang tua dalam pemberian bahasa yang kurang baik khususnya
tuturan lisan kepada anak akan menjadi dampak negatif yang akan disambut oleh
anak sebagai pemerolehan bahasa pertama (B1) yang menjadi modal awal bagi
seoarang anak untuk menyongsong kehadiran pemerolehan bahasa kedua (B2).

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses di mana
manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan
menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Semua manusia yang
sehat, berkembang secara normal, belajar menggunakan bahasa. Anak-anak
memperoleh bahasa atau bahasa yang ada disekitarnya bahasa manapun yang
mereka terima secara penuh selama masa kanak-kanak. Perkembangannya secara
esensial sama antara anak-anak yang mempelajari bahasa isyarat atau bahasa
suara. Proses belajar ini dikenal dengan akuisisi bahasa pertama, karena tidak
seperti pembelajaran lainnya ia tidak membutuhkan pembelajaran langsung atau
kajian secara khusus. Dalam The Descent of Man naturalis Charles Darwin
menyebut proses tersebut dengan, "keinginan insting untuk memperoleh suatu
seni".

Pemerolehan bahasa pertama (PB1) adalah apabila seseorang


memperoleh bahasa yang semula tanpa bahasa. Pemerolehan bahasa pertama
memang bersifat primer paling sedikit dalam dua hal yaitu dari segi urutan dan
dari segi kegunaan. Selama pemerolehan itu mengalami proses yang berlangsung
selama jangka waktu yang panjang, maka jelas terdapat berbagai kasus yang
rumit. Pemerolehan bahasa pertama adalah apabila seseorang memperoleh bahasa
yang semula tanpa bahasa.

Pemerolehan bahasa kedua (PB2) mengacu kepada mengajar dan belajar


bahasa asing dan bahasa kedua lainnya. Maksudnya adalah pemerolehan bahasa
selain dari bahasa ibunya. Perolehan bahasa kedua (B2) merupakan sebuah
kebutuhan bagi anak ketika sedang mengikuti pendidikan di lembaga formal. Pada
lembaga formal guru mempunyai pengaruh yang sangat siknifikan sebagai
pendidik sekaligus pengajar di sekolah. Guru dengan konsep dapat digugu dan
ditiru oleh anak akan menjadi figure sosok seseorang pengganti orang tuanya,
17
oleh karena itu sosok seorang guru dalam kehadirannya di sekolah sebagai rumah
kedua bagi anakmempunyai peranan penting dalam memberikan tuturan bahasa.

Brown dalam Indrawati dan Oktarina (2005) mengemukakan bahwa


posisi ekstern behavioristik adalah anak lahir ke dunia seperti kertas putih, bersih.
Pernyataan itu memberikanan penjelasan nyata bahwa lingkungan dalam hal ini
keluarga terutama orang tua dalam pemberian bahasa yang kurang baik khususnya
tuturan lisan kepada anak akan menjadi dampak negatif yang akan disambut oleh
anak sebagai pemerolehan bahasa pertama (B1) yang menjadi modal awal bagi
seoarang anak untuk menyongsong kehadiran pemerolehan bahasa kedua (B2).

B. Saran

1. Kita harus bisa memahami konsep pemerolehan bahasa guna memahami


bagaimana bahasa yang kita ketahui sekarang bisa kita peroleh.

2. Walaupun kita bisa memperoleh bahasa lebih dari satu bahasa tetapi kita
harus bisa menghindarkan pemerolehan bahasa yang mengakibatkan
akulturasi bahasa yang bersifat negatif.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid, Faud. 1987. Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
Dardjowidjojo, Soenjono dan Unika Atma Jaya. 2003. Psikolinuistik (Pengantar
Pemerolehan Bahasa Manusia). Bandung: Yayaysan Pustaka Obor
Indonesia.
Harras, Kholid A dan Andika Dutha Bachari. 2009. Dasar-Dasar Psikolinguistik.
Bandung: UPI PRESS .
Sudarwati, Emy. dkk. 2017. Pengantar Psikolinguistik. Malang: Tim UB Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung:
Angkasa.

19

Anda mungkin juga menyukai