Anda di halaman 1dari 19

Pandangan Islam Terhadap Pemasaran Dan Praktik Perdagangan Imbal-Beli,

E-Commerce, Dan Investasi Di Bursa Efek

Disusun oleh :

Ayu Fatimah 14423088


Isnaini Nururrosida 14423103

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Dosen Pembimbing : Zein Muttaqin, S.E.I., M.A

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena dengan segala
nikmatnya yang diberikan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak
lupa kami kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabiyullah Muhammad
SAW, Yang karena dengan sikap akhlak beliau yang mulia sehingga kita sebagai
orang-orang beriman mampu merelalisasikan konteks keimanan itu dalam petunjuk
yang ada, tertuang jelas dalam kitab yang diturunkan kepada Para Nabi dan kemudian
di sempurnakan dalam kitab suci Allah Al-Qur‟an al- karim.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Pandangan Islam Terhadap Beberapa Praktik Perdagangan Dan
Pemasaran” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Patut pula kiranya penyusunan makalah ini menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberi dorongan dan dukungan serta bantuan ingga
tersusunnya makalah ini. . Dan juga kami berterima kasih kepada bapak Zein
Muttaqin, S.E.I., M.A selaku Dosen yang telah memberikan banyak ilmu sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik mungkin , dan yang juga
memberikan banyak penerangan mengenai mata kuliah yang kami pelajari yakni
bahasa indonesia.

Kami juga sepenuhnya menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat.

Semoga di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Maka doa kami agar dimudahkan dalam
segala hal terutama dalam menuntun ilmu. Kami sangat berharap makalah ini dapat
berguna dan dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Kami juga berkeyakinan bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu juga
dengan makalah ini. Niscaya masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Hanya
kepada Allah kami berserah diri dan mohon petunjuk yang bijak dan arif dalam
menghadapi hidup ini, amiin yarobbal alamin.

Akhir kata , semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan
penulis makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya sebagai media
pembelajaran tambahan di bidang Ekonomi Islam.
Yogyakarta, 18 Desember 2016

Ayu dan Isnaini

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
BAB II Pembahasan 4

2.1 Praktik Perdagangan Dan Pemasaran 4


2.2 Acuan dan Pegangan Islam dalam Perdagangan dan Pemasaran 5
2.3 Pandangan Terhadap Counter-Trade 6
2.4 Pandangan Terhadap E-Commerce 7
2.5 Pandangan Terhadap Bursa Efek 9
2.6 Perdagangan Dan Pemasaran Dalam Islam 11
BAB III Penutup 14
3.1 Kesimpulan 14
Daftar Pustaka 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Di tengah banyaknya buku buku dan jurnal jurnal maupun tulisan tentang
ekonomi islam, namun tampaknya pembahasannya belum merata. Kebutuhan
masyarakat dan keingin tahuan masyarakat tentang ekonomi islam tidak dapat hanya
dipenuhi hanya dengan ini, karena itu kajian dan bahasan tentang topik topik lainnya
yang memberikan subtansi esensial masih sangat di perlukan.
Syukur alhamdulillah kami telah menyelesaikan pembuatan makalah
“Pandangan Islam Terhadap Pemasaran Dan Praktik Perdagangan Imbal Beli, E-
commerce, Dan Investasi Di Bursa Efek”. Penuh dengan suka dan duka yang cukup
menantang dan menyenangkan. Semua ini terdorong karena semangat wacana yang
membudayakan ajaran islam (Al-quran dan Al-hadist) tentang ekonomi dan
pengelolaan bisnis secara islami. Kami itu kami mencoba menyusun makalah ini yang
berpendoman pada nilai nilai islami yang telah kami dapat diperguruan tinggi.
Kata perdagangan dan pemasaran memiliki kaitan yang sangat erat.
Perdagangan terdengar seperti ekonomi makro, sedangkan pemasaran terdengar
seperti manajemen. Pedagangan merupakan transaksi tukar menukar dan pemasaran
merupakan proses manajerial yang dilakukan individu atau kelompok sebagai upaya
agar dapat mencapai tujuan dari perdangan yang diinginkan, seperti keuntungan yang
maksimal.

Keuntungan yang diperoleh dari aktivitas bisnis selayaknya dipergunakan


sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan maksud yang lebih luas, dan
komprehensif bagi semua pihak yang terkait, baik yang bersifat ekonomi maupun
sosial. Baik yang terkait dengan sang pencipta sebagai pemilik sumber daya maupun
kepada pihak pihak yang memanfaatkan hasil bisnis.
Ciri utama paradigma bisnis islam adalah manusia sebagai pelaku usaha
berkedudukan sebagai pemegang amanah yang diberikan Allah SWT untuk
mengelola sumber daya. Dalam bentuk pelaksanaan kegiatan bisnis.

Selain pemahaman bisnis sebagai satu lahan dalam menjalankan fungsi


kehidupan manusia dalam mengemban amanah, juga diniatkan dalam rangka
beribadah dan berbakti kepada Allah. Oleh karena itu, tujuan yang dikandung dalam
menjalankan bisnis didunia menurut akidah islam adalah dalam rangka mencapai
tujuan jangka panjang yaitu kehidupan yang abadi di akhirat. Dengan perkataan lain
bahwa hal yang melatarbelakangi berdirinya bisnis adalad karena niat beribadah
mua‟malah, berlandaskan tauhid dan pengabdian kepada Allah melalui usaha
memberikan manfaat positif bagi kemaslahatan kehidupan manusia.

1
Islam tidak mengotak-atikan sebuah ilmu, melainkan semua itu sudah
bersumber dari Allah SWT. Apapun yang telah tertuliskan menjadi sebuah landasan
dalam pengambilan tindakan. Dengan banyak mencontoh dari suri tauladan nabi
Muhammad SAW, maka diharapkan kita dapat menjunjung perekonomian dengan
nilai norma yang baik.

Karena Allah diyakini dan diakui sebagai pemilik sumber daya, maka manusia
yang beriman dan bertaqwa dalam mengelola bisnis seharusnya bersikap dan
berperilaku sebagai pemegang amanah. Pemegang amanah berarti dapat
memanfaatkan smber daya secara baik dan benar sesuai syariat islam dan sunnatullah.
Karena semua perbuatan ada pertanggungjawabannya.

Berdasarkan uraian diatas, perdagangan dan pemasaran dari perspektif islam


diharapkan mampu menjawab dan meluruskan berbagai permasalahan dalam bidang
ini. Asusmsi dasarnya adalah berdagang dengan jujur dan adil merupakan bingkai
ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan mewujudkan praktik praktik perdagangan
yang baik dan tidak bertentangan dengan prinsip prinsip syariah maka kebaikan akan
menjadi optimal dan menjadi maslahat bersama.

2
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas, mengenai perdagangan dan pemasaran dari


perspektif islam diharapkan mampu menjawab dan meluruskan berbagai
permasalahan dalam bidang ini. Asusmsi dasarnya adalah berdagang dengan jujur dan
adil merupakan bingkai ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan mewujudkan praktik
praktik perdagangan yang baik dan tidak bertentangan dengan prinsip prinsip syariah
maka kebaikan akan menjadi optimal dan menjadi maslahat bersama.

Yang dalam makalah ini kami telah merumuskan masalah yang akan kami bahas,
sebagai berikut;

1. Bagaimana praktik perdagangan dan pemasaran?


2. Apa acuan dan pegangan islam dalam perdagangan dan pemasaran?
3. Bagaimana pandangan terhadap Counter-Trade?
4. Bagaimana pandangan terhadap E-Commerce?
5. Bagaimana pandangan terhadap Bursa Efek?
6. Bagaimana perdagangan dan pemasaran dalam islam?

1.3 Tujuan

Karena Allah diyakini dan diakui sebagai pemilik sumber daya, maka manusia
yang beriman dan bertaqwa dalam mengelola bisnis seharusnya bersikap dan
berperilaku sebagai pemegang amanah. Pemegang amanah berarti dapat
memanfaatkan smber daya secara baik dan benar sesuai syariat islam dan sunnatullah.
Karena semua perbuatan ada pertanggungjawabannya. Maka tujuan yang kami susun
dalam pembahasan makalah disini adalah;

1. Guna mengetahui praktik perdagangan dan pemasaran


2. Guna mengetahui acuan dan pegangan islam dalam perdagangan dan pemasaran
3. Guna mengetahui pandangan terhadap Counter-Trade
4. Guna mengetahui pandangan terhadap E-Commerce
5. Guna mengetahui pandangan terhadap Bursa Efek
6. Guna mengetahui perdagangan dan pemasaran dalam Islam

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Praktik Perdagangan Dan Pemasaran

Dalam perdagangan tradisional, penjual dan pembeli bertemu secara fisik


untuk melakukan aktivitas tawar menawar, kemudian setelah terjadi kesepakatan
baru diikuti dengan transaksi di mana sejumlah uang diserahkan oleh pembeli
sebagai pengganti barang yang diterimanya dari penjual. Aktivas pemasaran juga
menjadi implisit dalam proses tawar menawar, penjual memuji barang
dagangannya dan membicarakan keunggulan barang dagangannya tersebut hingga
pembeli tertarik.

Perkembangan yang semakin meningkat dalam bidang teknologi,


transportasi, dan komunikasi membuat perdagangan dan pemasaran semakin
berkembang pula. Berbagai kemudahan memfasilitasi fenomena globalisasi,
antara lain serbuan arus perdagangan, investasi, modal dan berbagai pekerjaan
dari satu negara ke negara lainya. Akibatnya tidak ada satu negara pun yang
terlepas dari fenomena globlisasi.

Dari perkembangan inilah, maka timbul berbagai macam produk yang


persainganya begitu ketat. Inovasi praktik perdagangan memperkuat fenomena
globalisasi, seperti perdagangan valuta asing atau kemunculan e-commerce yang
di dukung oleh teknologi informasi on-line, sehingga dapat di lakukan dimanapun
dan kapanpun.

Islam yang merupakan mayoritas penduduk dunia, sangat mendorong


kemajuan teknologi termasuk menginovasikan dalam berbagai praktik
perdagangan. Namun dengan catatan perdagangan tersebut harus dapat di pahami
dengan benar dan di kaji sesuai dengan prinsip – prinsip syariah dalam
muammalah. Fenomena demikian harus diwaspadai dan harus dapat di filter agar
senantiasa dapat memegang nilai perdagangan yang islami, salah satunya yang
harus tetap di junjung adalah keadilan antara kedua belah pihak, jangan sampai
ada yang di rugikan.

Ada tiga macam cara berdagang dan memasarkan produk yang muncul
karena beberapa alasan (Jusmaliani, 2008), terutama karena dorongan kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi dalam bidang komunikasi dan informasi. Adapun
alasan pemilihan :

1. Counter-trade
2. E-commerce
3. Bursa efek

4
2.2 Acuan dan Pegangan Islam Dalam Perdagangan dan Pemasaran

Dalam bidang muammalah hukum asal segala perbuatan adalah di


perbolehkan, kecuali atas hal – hal yang sudah jelas di larang. Inilah yang
membuat islam lebih fleksibel dalam menyikapi segala perubahan dan
perkembangan dalam berbagai aktvitas manusia. Munculnya berbagai sistem
dalam perdagangan bisa di kategorikan sebagai persoalan dunia yang oleh
Rasulullah SAW di pasrahkan kepada umatnya guna menciptakan keadilan dan
kemakmuran.
Sebagai acuan, pertama-tama kita melihat pada Al-qur‟an, selanjutnya
hadist selanjutnya ijma‟ dan yang terakhir qiyas. Jadi, jika perubahan menuju
untuk keadilan dan kemaslahatan orang banyak, islam tidak akan pernah
melarang. Konsep perdagangan islam adalah untuk mengambil halal dan baik.
Tidak ada keburukan didalamnya.
Dari uraian sebelumnya, maka perlu di garis bawahi bahwa perdagangan
dalam islam harus berlandasan :
1. Sama-sama ridho
Tidak ada yang dirugikan dalam transaksi yang mengyangkut
kedua belah pihak atau lebih.

2. Adil

Jangan sampai ada kecurangan yang membuat salah satu pihak


mendapatkan kerugian.

3. Menghindari keraguan
Jika ragu maka tingalkan, maka tidak oleh ada keraguan dalam
menjalankan suatu bisnis. Agar semua dapat berjalan sesuai dengan
keinginan.

4. Menghindari resiko yang berlebihan


Semua hal pasti ada risikonya, bagaimana kita
memanajemennya dan sebisa mungkin mengurangi siriko yang
dapat terjadi.

5
2.3 Pandangan Terhadap Counter-Trade

Sebagaimana pengaturan barter tradisional, filosofi dasar counter-trade


adalah “saya yang membeli produk anda, asalkan anda membeli produk saya”
(Jusmaliani, 2008, p.190). Hal ini sudah di kenal oleh semua orang. Metode imbal
beli juga berkembang ketika pemerintah mengawasi perekonomian secara rinci
sebagai sarana untuk menjalankan ekonomi berpusat. Jadi, counter-trade di
motifasi oleh keinginan untuk mengatasi berbagai permasalahan internal negara.

Permasalahan dalam islam adalah bagaimana alokasi mencerminkan


keadilan. Counter-trade dipraktikan dalam berbagai format dan varian seperti
barter, counter-purchase, dan kompensasi (Fieleke,1984). Berrios dan Olson
menyebutkan adanya 4 macam perdagangan imbal beli, (Jusmaliani, 2008, p.194)
yaitu :

1. Barter
Barter adalah bentuk counter-trade yang paling tua, primitif dan
paling sederhana. Dalam bentuk ini terjadi pertukaran langsung antara
barang satu dengan barang lain tanpa pemindahan dana. Motivasi
perdagangan ini karena salah satu kedua belah pihak terlibat memiliki
mata uang yang tidak dapat di ubah atau tidak memiliki yang tunai
untuk membayar transaksi.

2. Counter-purchase
Counter-purchase merupakan jenis perdagangan imbal beli
yang paling umum. Eksportir membuat kontrak untuk menyediakan
barang – barang yang ingin di jual oleh pemerintah negara keluar
negeri. Semua pengiriman barang di bayar tunai. Perjanjian ini
biasanya menyebutkan bahwa nilai transaksi kedua ini sebagai
persentase dari nilai transaksi pertama. Counter-purchase sering di
gunakan untuk mengembangkan pasar ekspor non tradisional.

3. Buy-back
Buy-back di kenal dengan kompensasi langsung, perusahaan
menekspor teknologi, kemampuan manajerial, peralatan atupun
fasilitas turnkey. Metode ini di tunjang pemerintah sebagai saran
efesien untuk menarik PMA, jasa, dan pengetahuan teknikal sementara
dengan menurunkan belanja yang menggunakan valas dan memperluas
ekspor (www.nourlaw.com).
Dengan cara ini pemasok secara keseluruan atau sebagian
membuat, memperluas, merekonstruksi, memperbaiki, atau
meneruskan produksi perusahaan. Pada waktu penyerahan barang,
pihak pembeli (perusahaan) biasanya membayar tunai dan sepakat

6
membayar sisanya dengan produk yang di hasilkan oleh teknologi,
fasilitas dan peralatan tersebut.

4. Omset
Disini eksportir sepakat untuk menghasilkan beberapa bagian
dari produk di negara pengimpor. Bentuk counter-trade ini banyak di
lakukan di negara-negara industri dalam bidang penerbangan
komersial atau dalam bidang industri pertahanan atau keamanan

2.4 Pandangan Terhadap E-Commerce

Menurut Dewi (2005:201), secara substansif e-commerce bukanlah suatu


fenomena yang baru. Perdagangan dan pemasaran dengan pola transaksi ini
memanfaatkan kemajuan teknologi, yaitu dengan menggunakan internet. Itu
sebabnya mengapa aktivitas bisnis ini dinamakan dengan electronic commerce
atau yang biasa dikenal dengan E-Commerce.

Pola transaksi e-commerce sebenarnya merupakan sebuah inovasi yang


dikembangkan dari pola transaksi tradisional. Yang mana dalam hal ini penjual
dan pembeli tidak diharuskan untuk bertatapan secara langsung saat melakukan
transaksi. Dengan begitu aktivitas bisnis dapat dilakukan dimana saja dan kapan
saja. Disamping itu pemanfaatan media internet dalam perdagangan ini dapat
menjadikan suatu perusahaan yang dikenal secara global.

Dalam artian produk yang dimiliki perusahaan tidak hanya diketahui oleh
masyarakat lokal namun masyarakat mancanegara pun dapat mengetahuinya.

Dalam khazanah klasik terdapat sebuah pola transaksi yang menyerupai e-


commerce yaitu ba‟i as-salam. Terdapat tiga unsur yang tidak boleh terpisahkan,
yaitu adanya shighat (ijab-qabul), pelaku transasksi (rabb as-salam, seller, dan
muslam ilaih, costumer) dan objek transaksi (ra‟s al-mal). Dalam e-commerce,
ijab-qabul diwujudkan melalui media chatting, video conference, e-mail atau
langsung melaluis website merchant.

Media tersebut dapat dijadikan sebagai sarana untuk items selecting hingga
pada order form sebelum mensubmit barang pesanan sebagai bentuk persetujuan.
Dalam hal pelaku transaksi, e-commerce tidak hanya melibatkan dua pihak, tapi
juga menggunakan pihak ketiga. Selain cardholder (al-muslim) dan merchant
(muslam „alaih) ada juga payment ghateway (saksi), acquire (institusi financial
yang dipercaya merchant dalam menerima dan memproses pembayaran secara
online dari costomer) dan issuer (lembaga financial yang dipercaya oleh costumer
untuk melakukan pembayaran) sebagai penjamin keamanan dan kenyamanan
dalam bertransaksi.

7
Pada objek transaksi (ra‟s al-mal), dalam modal ba‟I as-salam
mensyaratkan produk yang diperjual belikan harus memiliki nilai dan manfaat
bagi kedua belah pihak yang bertransaksi. Selain itu, pembayaran dalam ba‟I as-
salam harus kontan pada tempat transaksinya.

Demikian pula yang terjadi dalam transaksi e-commerce. Dimana bila


telah terjadi kesepakatan barang, harga, dan mata uang, maka costumer
memerintahkan kepada issuer untuk melakukan pembayaran atas nama costumer
atas sejumlah barang yang telah dibeli oleh acquire yang kemudian akan diterima
oleh merchant. Sebagaipenyedia barang. Jadi secara keseluruhan e-commerce bias
disebut sebagai penyempurnaan dari ba‟i as-salam. (Shofiyullah, Jurnal PA, Vol
XVII, No.3, September-Desember 2008:579-580)

Kemudahan yang ditawarkan e-commerce bukan berarti tanpa resiko,


terutama bagi pembeli. Sekalipun sudah terdapat peraturan terkait hukum kontrak,
terdapat kemungkinan terjadi penipuan. Bentuk-bentuk penipuan yang biasa
terjadi yaitu tidak sesuainya barang yang ada dengan kualifikasi yang ditawarkan,
atau barang yang ditawarkan statusnya bukan milik penjual sehingga penjual tidak
memiliki kewenangan untuk menjual barang tersebut.

Resiko kedua adalah terjadinya kesalahan-kesalahan baik bersumber dari


pihak penjual atau lainnya. Sebab dalam penggunaan internet sangat rentan
dengan adanya serangan hackers. Hal- hal tersebut sangatlah sulit diketahui
pembeli jika menggunakan pola transaksi e-commerce. (Jusmaliani,2008:202)

Menurut Wahbah Az-Zuhaili, prinsip dasar dalam transaksi muamalah


adalah diperbolehkan, selama tidak ada dalil yang melarangnya. Penggunaan e-
commerce dapat dilihat dari segi kemaslahatan dan kebutuhan manusia akan
adanya teknologi.

Bagi islam, kemajuan teknologi tidak boleh dijadikan celah dalam


melakukan eksploitasi dan dalam menggunakannya harus sesuai dengan syariah.
Untuk menilai apakah aktivitas e-commerce sudah sesuai dengan syariah, konsep
usaha islami yang dapat dijadikan sebagai acuan yaitu konsep halal. Halal dalam
hal ini adalah halal baik dalam perolehannya (saling rudha), halal dalam prosesnya
(berlaku adil dan menghindari keraguan), maupun halal dalam cara
penggunaannya (saling tolong menolong dan menghindari resiko yang berlebihan)

Mengutip Muhsin, dalam transaksi e-commerce peranan infrastruktur


pendukung sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan bagi pihak-pihak
yang bertransaksi. Oleh sebab itu bagi pelaku bisnis e-commerce hendaknya
memperhatikan keamanan dalam hal transaksi.

Selain itu harus selalu mengikuti perkembangan teknologi dan memiliki


wawasan dan pengetahuan tentang komoditas yang dijadikan objek transaksi.
Supaya terhindar dari komoditas yang tidak sesuai dengan norma yang ada.
Disamping itu diperlukan adanya pengecekan tanggal pengiriman dan tempat

8
penyerahan, agar perselisihan dapat dihindari.
(http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/transaksi-bisnis-e-commerce-dalam-perspektif-
islam/,diakses 18 Desember 2016)

2.5 Pandangan Terhadap Bursa Efek

Berdasarkan undang undang pasar modal (UUPM) Nomer 8 Tahun 1995


menyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Dalam UUPM tersebut tidak dipisahkan antara pasar modal syariah
dengan pasar modal konvensional.

Pasar modal mempunyai peran penting dalam investasi jangka panjang


dalam perekonomian. Namun, perekonomian konvensional juga melihat bahwa
pasar modal juga sebagai sarana investasi jangka pendek.

Para investor bebas memilih apakah saham yang dibelinya sebagai suatu
bentuk investasi jangka panjang atau menahannya sebentar untuk kemudian
melepaskannya dipasar sekunder ketika melihat pergerakan harga saham
menunjukkan adanya margin. Inilah yang terus menerus terjadi di pasar modal,
yakni keinginan untuk meraih capital gain dalam jumlah yang besar dan dalam
waktu yang singkat. Tindakan terus menerus seperti inilah yang disebut dengan
spekulatif.

Dalam UUPM pasar modal tidak dibedakan antara pasar modal syariah
maupun pasar modal konvensional. Oleh karena itu pasar modal syariah bukanlah
suatu system yang terpisah dari system pasar modal secara keseluruhan. Secara
umum pasar modal syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal
konvensional. Namun terdapat karakteristik khusus pada pasar modal syariah,
yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.(Nurlita, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 17, No.1, Januari-Juni
2014:1-7)

Sistem transaksi yang berlaku dibursa dikategorikan menjadi dua, yaitu


transaksi spot dan transaksi tangguh. Pada transaksi tangguh terbagi menjadi 5
bagian, yaitu trading on margin, short sale, transaksi options, forwards dan
transaksi future. Pada transaksi spot surat berharga yang dikeluarkan perusahaan,
lembaga, atau pemerintah langsung diperjual belikan.

Pada trading on margin, pembeli membayar sebagian harga dan


mengadakan akad pinjaman dari sisa surat berharga tersebut kepada pialang
(broker). Sementara short sale adalah kondisi dimana pemilik yang pertama

9
mengadakan transaksi penjualan berulang-ulang, tanpa harus menyerahkan surat
berharga sehingga transaksi jual beli yang dilakukan bersifat formalitas dan
mengarah pada spekulasi.

Harapannya adalah untuk meraih keuntungan dari perbedaan harga.


Seperti halnya pada transaksi short sale dan option pun tidak terlepas dari unsur
spekulasi. Transaksi yang dilakukan untuk masa depan, dimana harganya sudah
ditentukan pada masa sekarang.harapannya yaitu adanya perubahan harga yang
terjadi.begitu pulayang terjadi pada transaksi forward dan future, yang
berlandaskan unsur spekulasi. Mengingat pelaksanaan transaksi jual beli surat
berharga dilakukan pada waktu tertentu dimasa mendatang tanpa adanya
pembayaran harga atau penerimaan barang terlebih dahulu pada saat pelaksanaan
akad. (Jusmaliani,2008:205-206)

Menurut Satrika, adanya pendapat ulama-ulama kontemporer yang


membolehkan jual beli saham dan perusahaan yang go public adalah merupakan
syirkah „ammah (ummum). Hal ini manyakinkan penulis bahwa investasi saham
merupakan salah satu instrument yang diperbolehkan, karena pada dasarnya
saham merupakan instrument investasi yang merupakan cerminan dari nilai asset
atau kekayaan perusahaan sebagai jaminan atas modal yang ditanamkan insvestor.
Selain itu jual beli juga didasari sebagai usaha tolong menolong dalam
pemindahan kepemilikan atas perusahaan, dimana yang menjual saham
berinisiatif untuk mendapatkan dana dari investor dan orang yang membeli saham
berinisiatif untuk menginvestasikan uangnya pada perusahaan yang sahamnya ia
beli.hal ini diperbolehkan menurut ekonomi islam, seperti yang didasarkan pada
firman allah dalam surat al-maidah ayat 5.

Selain itu yang mendasari transaksi ini yaitu adanya kaidah fikih yang
menyatakan bahwa: “ sesungguhnya asal mula sesuatu itu adalah diperbolehkan”.
Adapun ulah speculator yang mempermainkan harga dengan maksud mencari
keuntungan dengan cara melakukan melakukan penawaran dan permintaan semu
(palsu) atas suatu saham atau mempermainkan harga untuk menaikkan dan
menurunkan harga saham tentu tidak dibenarkan salam system ekonomi islam,
karena mengandung unsur penipuan.emiten yang melakukan pemolesan informasi
demi kepentingan perusahaan juga merupakan bentuk penipuan karena merugikan
investor lainnya dan dapat menghilangkan kepercayaan investor terhadap saham
tersebut.(Skripsi,2001:71-73)

10
2.6 Perdagangan dan Pemasaran dalam Islam

Perdagangan dan pemasaran di dalam setiap macam bentuknya bisa terjadi di


mana saja dan kapan saja dalam kehidupan manusia setiap hari. Bahkan hampir
setiap aktivitas kita bisa dikaitkan dengan bisnis, mulai dari tidur hingga bangun.
Makanan, minuman, pakaian, sepeda, mobil, serta segala kebutuhan rumah tangga
sebetulnya merupakan produk yang dihasilkan melalui proses produksi, distribusi,
jual, dan beli. Inilah yang dinamakan aktivitas ekonomi atau bisnis.

Uang yang dibelikan berbagai macam produk tersebut juga berasal dari
bekerjanya suatu bisnis. Dalam kamus Bahasa Indonesia, bisnis diartikan sebagai
usaha dagang, komersial di dunia perdagangan, dan bidang usaha. Dalam zaman
modern sekarang ini dunia bisnis mengalami perkembangan dan bersifat
kompleks, dan perlu waktu yang cukup relative lama bagi mereka yang ingin
mempelajarinya serta mempraktekanya sampai berhasil.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perdagangan adalah suatu lembaga


yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat, mencari profit, dan mencoba memuaskan keinginan para konsumen.
Secara umum ada 4 input yang selalu digunakan oleh seluruh pelaku bisnis atau
pelaku dagang adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, modal,
entrepreneurship atau yang dikenal dengan bisnis.

Al Quran di atas sudah sangat jelas dan gamblang meminta kepada


manusia untuk bekerja mencari sumber penghidupan yang sudah disediakan oleh
Allah Swt. Al Quran di atas kemudian dipertegas dalam hadis agar dalam
mencari sumber rejeki haruslah dengan jalan yang halal karena mencari rezeki
halal adalah wajib hukumnya.

Dari sini, bisa disimpulkan bahwa definisi pengertian bisnis syariah Islam
adalah segala bentuk bisnis dengan dibatasi oleh cara mendapatkan dan
memberdayakan harta agar selalu halal dan menolak hal-hal yang bersifat haram.

Lebih khusus tentang bisnis islami merupakan aktivitas bisnis-ekonomi


dengan berbagai bentuk yang tidak ada batasan dalam hal kepemilikan harta baik
itu jasa maupun barang, namun dibatasi dalam hal cara memperoleh dan
pendayagunaan harta lantaran aturan haram dan halal menurut Islam.

Jika mengacu pada sejarah perkembangan Islam, terdapat tiga hal penting
dalam dunia perdagangan. Pertama, adanya nilai tukar yang jelas dan adil (true
and fair currency). Kedua, menciptakan kembali pasar terbuka dalam arti yang
sebenarnya. Ketiga, adanya investasi qirad untuk mendanai perdagangan.

11
Demikian perbedaan pengertian bisnis dalam perspektif/pandangan Islam
dan umum yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam membuat makalah ekonomi
bisnis Islam lengkap. Semoga bisa memberikan manfaat yang nyata, sebelum
benar-benar mengimplementasikan konsep bisnis syariah dalam kehidupan
sehari-hari.

Sumber rezeki sangatlah luas dan dalam. Seluas bentangan bumi dan
kedalaman samudra. Sungguh, di setiap jengkal hamparan bumi dan laut terdapat
rezeki yang bisa dikais. Permasalahannya, kerap kali manusia lebih berorientasi
menunggu rezeki dari pada menjemputnya. Lebih mementingkan selera pribadi
dalam memilih sumber rezeki ketimbang merebut kesempatan di depan mata.
Lebih mengutamakan cara yang cepat daripada berletih-letih dalam
menggapainya. Liku-liku kehidupan memang tak bisa dikalkulasi dengan
hitungan. Seakan manusia telah lalai, bahwa segala yang terhampar di jagat raya
ini ada Dzat yang mengaturnya.

Mengapa Islam menekankan pentingnya rezeki yang halal? Karena, setiap


asupan yang masuk ke dalam tubuh manusia akan memengaruhinya, baik secara
fisik,emosional, psikologis, maupun spiritual. Rezeki yang halal menghadirkan
ketenangan jiwa. Hidup akan lebih terarah dan menjadikan pintu-pintu keberkahan
terbuka semakin lebar.

Selain itu, rezeki yang halal merupakan syarat diterimanya setiap doa oleh
Allah SWT. Rezeki yang halal akan menciptakan tatanan mayarakat dan bangsa
yang kuat. Saat ini, sebagai bangsa dengan penduduk Muslim terbesar di dunia,
sepatutnya kita tidak memfasilitasi setiap anak negeri mengais rezeki dengan cara-
cara yang dilarang Allah SWT.

Mengikuti arus global, kapitalisme, dan melupakan cara-cara nenek


moyang dahulu melakukan aktivitas ekonomi. Yakni, Manipulatif, spekulatif, dan
ribawi dipraktikkan. Karena itu, kini, kita selalu berada dalam sistem ekonomi
yang sangat rentan dan goyah. Krisis demi krisis selalu siap menerjang sepanjang
waktu. Petaka demi petaka berlangsung di depan mata. Kini, saatnya kita kembali
kepada sistem yang berkeadilan dalam mencari rezeki dan berupaya meneguhkan
kembali jati diri bangsa. Semua itu bermuara pada pentingnya rezeki yang halal.

Perdagangan imbal-beli, e-commerce, dan investasi di bursa efek adalah


tiga hal yang disorot kesesuaiannya dengan syariah. Sekalipun perdagangan
imbal-beli tidak dianjurkan oleh IMF dan GATT, manfaat dari sistem
perdagangan ini dianggap dapat menjadi solusi atas kendala yang dihadapi
pemerintah dalam mengatasi perdagangan bilateral. Dengan begitu dapat
disimpulkan bahwa dalam perdagangan imbal-beli dapat dijalankan secara islami
jika prinsip keadilan dan saling ridha terpenuhi. Selain itu pelaksanaan akadnya
terpisah, tidak dilakukan dalam satu akad.

12
Dalam literature hadis telah dijelaskan bahwa selain perjudian dilarang
pula perdagangan yang mengandung resiko (ba‟i al-gharar), karena
konsekuensinya tersembunyi. Hal yang perlu dicermati adalah aktivitas
perdagangan yang senantiasa menjadi ajang eksploitasi dan penipuan. Selain
gharar, prinsip dasar lainnya dalam perdagangan yang islami adalah jahalah atau
kurangnya pengetahuan. Jadi emas, investasi, qirad, caravans, dan guild yang
seolah relic masalalu sebenarnya adalah realitas perdagangan yang sesungguhnya.
(Jusmaliani,2008:209-211)

13
BAB III
KESIMPULAN

Perkembangan yang semakin meningkat dalam bidang teknologi, transportasi,


dan komunikasi membuat perdagangan dan pemasaran semakin berkembang pula.
Berbagai kemudahan memfasilitasi fenomena globalisasi, antara lain serbuan arus
perdagangan, investasi, modal dan berbagai pekerjaan dari satu negara ke negara
lainya. Akibatnya tidak ada satu negara pun yang terlepas dari fenomena globlisasi.
Ada tiga macam cara berdagang dan memasarkan produk yang muncul karena
beberapa alasan (Jusmaliani, 2008), terutama karena dorongan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dalam bidang komunikasi dan informasi. Adapun alasan
pemilihan :

4. Counter-trade
5. E-commerce
6. Bursa efek

Sebagai acuan, pertama-tama kita melihat pada Al-qur‟an, selanjutnya hadist


selanjutnya ijma‟ dan yang terakhir qiyas. Jadi, jika perubahan menuju untuk keadilan
dan kemaslahatan orang banyak, islam tidak akan pernah melarang. Konsep
perdagangan islam adalah untuk mengambil halal dan baik. Tidak ada keburukan
didalamnya.
Metode imbal-beli juga berkembang ketika pemerintah mengawasi
perekonomian secara rinci sebagai sarana untuk menjalankan ekonomi berpusat. Jadi,
counter-trade di motifasi oleh keinginan untuk mengatasi berbagai permasalahan
internal negara. Permasalahan dalam islam adalah bagaimana alokasi mencerminkan
keadilan. Counter-trade dipraktikan dalam berbagai format dan varian seperti barter,
counter-purchase, dan kompensasi. Menurut Berrios dan Olson terdapat empat macam
perdagangan imbal beli,yaitu: barter, counter and purchase, buy back dan omset.

Penggunaan e-commerce dapat dilihat dari segi kemaslahatan dan kebutuhan


manusia akan adanya teknologi. Bagi islam, kemajuan teknologi tidak boleh dijadikan
celah dalam melakukan eksploitasi dan dalam menggunakannya harus sesuai dengan
syariah. Untuk menilai apakah aktivitas e-commerce sudah sesuai dengan syariah,
konsep usaha islami yang dapat dijadikan sebagai acuan yaitu konsep halal. Halal
dalam hal ini adalah halal baik dalam perolehannya (saling rudha), halal dalam
prosesnya (berlaku adil dan menghindari keraguan), maupun halal dalam cara
penggunaannya (saling tolong menolong dan menghindari resiko yang berlebihan).
Dalam transaksi e-commerce peranan infrastruktur pendukung sangat diperlukan
untuk membangun kepercayaan bagi pihak-pihak yang bertransaksi. Oleh sebab itu
bagi pelaku bisnis e-commerce hendaknya memperhatikan keamanan dalam hal
transaksi. Selain itu harus selalu mengikuti perkembangan teknologi dan memiliki
wawasan dan pengetahuan tentang komoditas yang dijadikan objek transaksi. Supaya

14
terhindar dari komoditas yang tidak sesuai dengan norma yang ada. Disamping itu
diperlukan adanya pengecekan tanggal pengiriman dan tempat penyerahan, agar
perselisihan dapat dihindari.Pada dasarnya saham merupakan instrument investasi
yang merupakan cerminan dari nilai asset atau kekayaan perusahaan sebagai jaminan
atas modal yang ditanamkan insvestor. Selain itu jual beli juga didasari sebagai usaha
tolong menolong dalam pemindahan kepemilikan atas perusahaan, dimana yang
menjual saham berinisiatif untuk mendapatkan dana dari investor dan orang yang
membeli saham berinisiatif untuk menginvestasikan uangnya pada perusahaan yang
sahamnya ia beli.hal ini diperbolehkan menurut ekonomi islam, seperti yang
didasarkan pada firman allah dalam surat al-maidah ayat 5. Selain itu yang mendasari
transaksi ini yaitu adanya kaidah fikih yang menyatakan bahwa: “ sesungguhnya asal
mula sesuatu itu adalah diperbolehkan”. Adapun ulah speculator yang
mempermainkan harga dengan maksud mencari keuntungan dengan cara melakukan
melakukan penawaran dan permintaan semu (palsu) atas suatu saham atau
mempermainkan harga untuk menaikkan dan menurunkan harga saham tentu tidak
dibenarkan salam system ekonomi islam, karena mengandung unsur penipuan.emiten
yang melakukan pemolesan informasi demi kepentingan perusahaan juga merupakan
bentuk penipuan karena merugikan investor lainnya dan dapat menghilangkan
kepercayaan investor terhadap saham tersebut.

Dalam literature hadis telah dijelaskan bahwa selain perjudian dilarang pula
perdagangan yang mengandung resiko (ba‟i al-gharar), karena konsekuensinya
tersembunyi. Hal yang perlu dicermati adalah aktivitas perdagangan yang senantiasa
menjadi ajang eksploitasi dan penipuan. Selain gharar, prinsip dasar lainnya dalam
perdagangan yang islami adalah jahalah atau kurangnya pengetahuan. Jadi emas,
investasi, qirad, caravans, dan guild yang seolah relic masalalu sebenarnya adalah
realitas perdagangan yang sesungguhnya.

15
DAFTAR PUSTAKA
1. Jusmaliani. 2008. Bisnis Berbasis Syariah. Jakarta:Bumi Aksara.
2. Gemala Dewi,et.al. 2005. Hukum Perikatan Islam Di Indonesia. Jakarta:
Prenada Media. hal.201.
3. Shofiyullah, MZ. “E-Commerce Dalam Hukum Islam (studi atas pandangan
Muhammadiyah dan NU)” Jurnal Penelitian Agama, III (September-
Desember,2008), hal. 579-580.
4. http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/transaksi-bisnis-e-commerce-dalam-perspektif-
islam/,diakses 18 Desember 2016.
5. Undang-Undang Nomer 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
6. Nurlita, Anna. “Investasi Di Pasar Modal Syariah Dalam Kajian Islam” Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan, I (Januari-Juni,2014), hal.1-7.
7. Sartika, M. “Saham Menurut Perspektif Ekonomi Islam dan Relevansinya dalam
Investasi Modern Indonesia.” Skripsi Sarjana, Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.Pekanbaru.2011.
8. Shabbul bahri, Hukum Promosi Produk Dalam Perspektif Islam, jurnal IAIN
Surabaya, (Juni, 2013), hal. 135-155.
9. Rinda Asytuti, Kritik Terhadap Pemasaran Bank Syariah, Jurnal STAIN
Pekalongan, (Juni, 2012), hal. 81-94.
10. Drs. Muslich, M.M., 2007, Bisnis Syariah, Yogyakarta: STIM YKPN.

16

Anda mungkin juga menyukai