Anda di halaman 1dari 8

Mata Kuliah : Ekklesiologi

Dosen : Manimpan Hutasoit, M.Th

Tugas : Sifat-Sifat Gereja

Nama/ Nim : Astri Lubis /1810017, Estomihi Padang/ 1810026, Lidia Sumbayak/

1810033 Moses Hasibuan/ 1810038, Lucky Damanik / 1710092

I. PENDAHULUAN

Gereja adalah anggota keluarga Allah (Efesus 2:19). Gereja harus memupuk hidup
persekutuan dengan Allah. Di dalam pengertian ini, gereja terpanggil untuk menghilangkan
segala macam perbedaan- perbedaan yang ada (golongan, bangsa, suku,dll.) Gereja adalah
persekutuan orang-orang yang dipanggil dan dihimpun oleh Allah sendiri, oleh karena itu
disadari pula bahwa Gereja adalah suatu persekutuan yang khas. Mulai dari jaman yang
langsung menyusul era rasul, Gereja diyakini mempunyai keempat sifat yaitu:Gereja itu
“satu” karena Roh Kudus yang mempersatukan para anggota jemaat satu sama lain, dan juga
dengan kepala jemaat yang kelihatan, yakni uskup; lagi pula mempersatukan para uskup satu
sama lain dengan pusatnya di Roma. Maka dari itu pada makalah ini akan dipaparkan tentang
sifat-sifat Gereja.

II. PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Gereja

Kata Gereja berasal dari kata Portugis igreya, yang jika mengingat akan cara
pemakainannya sekarang ini, adalah terjemahan dari kata Yunani kyiake,yang berarti yang
menjadi milik Tuhan. Adapun yang dimaksud “milik Tuhan” adalah : orang-orang yang
percaya kepada Tuuhan Yesus sebagai sang Juruselamatnya. jadi yang dimaksud dengan “
Gereja adalah Persekutuan para orang beriman.1 Gereja Perjanjian Baru yaitu, kumpulan
manusia yang dipanggil oleh Injil, diperbaharui di dalam Kristus oleh baptisan, digerakkan
oleh kasih, disatukan oleh semua jenis persekutuan, dan didisiplinkan oleh kematian Ananias
dan Safira.Dan perhimpunan tersebut biasanya dalam pengertian politik dan bukan dalam
pengertian keagamaan. Ditambahkan, kata tersebut tidak menjelaskan mengenai orangnya,
tetapi mengenai pertemuannya2.
1
Harun Hadiwijono, IMAN KRISTEN (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010) h. 362
2
Charles C Ryrie, Teologi Dasar Buku. (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002), h.184

1
Istilah gereja, dalam bahasa Inggris disebut church dan disebut dengan kata Kirk
(Belanda) serta Kirche dalam bahasa jerman tidak berasal dari kata ekklesia tetapidari kata
Gerik (kuriakon) yang artinya adalah milik Tuhan. Kata ini menekankan bahwa Gereja
adalah milik Tuhan.3 Gereja yang sebenarnya adalah Gereja adalah Tubuh Kristus. Efesus
1:22-23 mengatakan, “Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan
Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang
adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.”Tubuh
Kristus terdiri dari semua orang percaya mulai dari saat Pentakosta sampai saat Pengangkata.4

Jadi, inilah jawaban jelas yang tidak dapat dikecualikan untuk pertanyaan itu,
"Apakah  Gereja itu?" Gereja katolik atau universal adalah, semua pribadi  di alam semesta
yang dipanggil Tuhan keluar dari dunia untuk  memberi mereka hak pada karakter
sebelumnya; sebagai "satu tubuh, '' disatukan oleh" satu Roh ", memiliki" satu iman, satu
harapan, satu baptisan; satu Tuhan dan Bapa dari semua, yang di atas segalanya, dan melalui
semua, dan di dalam mereka semua.5

II.2. Sifat-sifat Gereja

Didalam pengakuan iman rasuli disebutkan, bahwa Gereja adalah kudus dan am,
persekutuan orang kudus. Sebutan-sebutan itu kita bicarakan pada sifat-sifat Gereja.

a.) Gereja adalah Kudus

Perjanjian Baru menunjukkan, bahwa Gereja adalah kudus. “ 1 Kor. 1:1; Ef. 1:1; Kol.
1: 2 umpamanya menyebutkan tentang orang-orang kudus yang diseluruh Akhaya, yang di
Efesus dan di Kolose, sedang 1 Kor. 1: 2 dan Flp. 1: 1 menyebutkan, bahwa jemaat adalah
mereka yang dikuduskan di dalam Kristus, dan lain sebagainya. Oleh karena itu dapat
disimpulkan, bahwa menerut PB kekudusan jemaat bukanlah suatu hal yang abstrak,
melainkan suatu kenyataan yang dihubungkan dengan apa yang telah terjadi dalam suatu
perubahan yang radikal, yaitu perubahan dari hidup yang lama kepada hidup yang baru. 6 Jadi
Gereja harus menampakkan hidup baru di tengah-tengah dunia ini. Perbuatan-perbuatan
Gereja harussecara jelas dapat dilihat oleh orang lain. Sehingga Gereja menjadi berkat.7

3
Louis Berkhof, Teologi Sistematika Volume. (Surabaya: Lembaga Reformed Indonesia, 1997) h.10.
4
Berkhof H, Enklaar, Sejarah gereja, Cet. Ke- 4, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2009). h. 7
5
Robert W Burtner & Robert Chiles, John Wesley’s Theology: A Collection from His Work (Nashville :
Abingdon Press, 1983) h. 255
6
Harun Hadiwijono, IMAN KRISTEN (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010), h.374-375
7
Ibid…….h. 375

2
Gereja itu kudus, Gereja Katolik meyakini diri kudus bukan karena tiap anggotanya
sudah kudus tetapi lebih-lebih karena dipanggil kepada kekudusan oleh Tuhan, “Hendaklah
kamu sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.” (Mat 5:48) Perlu
diperhatikan juga bahwa kategori kudus yang dimaksud terutama bukan dalam arti moral
tetapi teologi, bukan soal baik atau buruknya tingkah laku melainkan hubungannya dengan
Allah. Ini tidak berarti hidup yang sesuai dengan kaidah moral tidak penting. Namun
kedekatan dengan yang Ilahi itu lebih penting, sebagaimana dinyatakan, “kamu telah
memperoleh urapan dari Yang Kudus, (1Yoh 2:20) yakni dari Roh Allah sendiri. (bdk. Kis
10:38) Diharapkan dari diri seorang yang telah terpanggil kepada kekudusan seperti itu juga
menanggapinya dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan kaidah-kaidah moral.8

b.) Gereja adalah Am

Kata yang diterjemahkan dengan “am” adalah khatolikus, yangartinya umum.9 Dalam
kata “am” tidak pernah dihubungkan dengan Gereja. Namun diluar Alkitab kata “am” berarti
umum sebagai lawan dari tersendiri, setempat, dan sebagian. Dalam katholikus terkandung
gagasan tentang keleluasaan tertentu danruang.10 Sifat am gereja mengandung pernyataan,
bahwa keselamatan Allah bukanlah hanya diperuntukkan bagi gereja saja, akan tetapi
diperuntukkan bagi seluruh dunia (Yoh. 3:16), dan bahwa yang didamaikan dengan Allah
oleh Kristus bukan hanya gereja saja melainkan juga dunia (2 Kor. 5:19), dan bahwa Allah
didalam Kristus adalah Juruselamat dunia (1 Tim. 4:10), dan bahwa yang didamaikan adalah
segala sesuatu, baik yang di bumi, maupun yang sorga (Kol. 1:20).11

c.) Gereja adalah Satu

Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk
menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal
sebagai suatu organisme yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Gereja sebagai
persekutuan sekaligus sebagai suatu organisme pada saatini merupakan wujud atau hasil
perkembangan dari jemaat Kristen mula-mula (Kis. 2:41-47) yang lahir dari sebuah gerakan
sosial keagamaan yang dipelopori oleh Yesus.12

8
https://id.wikipedia.org/wiki/Empat_Ciri_Gereja diakses pada hari senin 3 Februari 2020, pukul 18.00 Wib
9
S. Aristonang, Apa dan Bagaimana Gereja: Pengantar Sejarah Ekklesiologi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003),
h. 376
10
Harun Hadiwijino, Iman Kristen, (Jakarta : Gunung Mulia, 2012), h. 378
11
Harun Hadiwijino, Iman Kristen, (Jakarta : Gunung Mulia, 2012), h. 380
12
Gerd Theissen, Gerakan Yesus, Sebuah Pemahaman Sosiologis Tentang Jemaat Kristen Perdana, (Ledalero:
Maumere, 2005) h.1-2

3
Dalam Yohanes 17:20-21 Tuhan Yesus berdoa, supaya semua orang milikNya
menjadi satu, sama seperti Bapa berada di dalam Anak dan Anak di dalam Bapa. Hal itu
dimaksud supaya dunia percaya, bahwa Bapalah yang telah mengutus Anak. Jelaslah bahwa
doa Kristus yang mengenai kesatuan Gereja ini dikaitkan dengan suatu tujuan khusus, yaitu
supaya dunia percaya, bahwa“Engkaulah yang mengutus Aku” (Yoh.17:21).

Disini dianggap sebagai satu tubuh: Memahami tidak hanya orang Kristen, dari satu
jemaat, dari satu kota, dari satu provinsi, atau bangsa. Tetapi, semua orang-orang di muka
bumi yang menjawab akarakter disini diberikan. Beberapa keterangan yang terkandung
didalamnya, sekarang kita bisa lebih lanjut pertimbangkan dengan jelas. “Ada satua Roh”
yang menjiwai semua ini, semua anggota yang hidup dari Gereja Tuhan. Beberapa
memahami Roh Kudus sendri bersumber dari semua kehidupan spiritual. Dan jika ada orang
yang belum mengenal Roh Kristus berarti, dia bukan milik-Nya. Yang lain memahami
tentang karunia spiritual dan kemudian disebutkan watak yang suci ada dalam orang yang
telah menerima Roh ini. “Satu harapan”, yaitu sebuah harapan penuh keabadian.

Mereka tahu, mati bukanlah untuk hilang: mereka prospek melampaui kuburan.
Merka dengan riang bisa berkata, “Berbahagialah, jadilah Tuhan dan Bapa dari Tuhan kita
Yesus Kristus. Yang menurut-Nya penuh belas kasih yang melimpah, telah memberikan kita
kembali kepada harapan yang hidup melalui kebangkitan Yesus Kristus dari kematian,
kepada warisan yang tidak dapat binasa dan tercemar, dan juga tidak hilang.” 13 Ada satu
keyakinan yang merupakan pemberian gratis dari Tuhan dan itu merupakan dasar harapan
mereka. Ini bukan hanya keyakinan seorang kafir: yakni, keyakinan bahwa “ada Tuhan”, dan
“Dia pemurah dan adil”. Mereka akan mendapatkan upah bagi mereka yang dengan rajin
mencari Dia.

d.) Gereja adalah Persekutuan Orang kudus

Kata yang diterjemahkan dengan “ Persekutuan orang kudus” adalah communion


sanctorum. Kata sanctorum dapat berasal dari kata sancta yaitu barang-barang kudus
(sakramen), atau dari kata sanctus, yaitu orang-orang kudus. Kata persekutuan (communion)
di sini kiranya harus dipandang sebagai sama dengan kata koinonia di dalam Alkitab. Jikalau
demikian ungkapan “persekutuan orang kudus” harus ditafsirkan sebagai persekutuan di
13
Robert W Burtner & Robert Chiles, John Wesley’s Theology: A Collection from His Work (Nashville :
Abingdon Press, 1983) h.254

4
dalam Kristus oleh Roh Kudus. Jadi Gereja bukan terdiri orang-orang yang telah sempurna,
melainkan masih terdiri dari orang-orang berdosa, sekalipun telah dikuduskan. Maka
ungkapan persekutuan orang kudus, harus dipandang sebagai suatu tugas panggilan yang
masih harus diperjuangkan.

Jadi keadaan yang baru dari Gereja ini menyususn persekutuan yang di dalam Kristus
itu, dan juga mengungkapkannya. Persekutuan itu adalah suatu persekutuan kasih, dimana
semua anggota saling membantu di dalam penderitaan ( 1 Kor. 12: 26), bersama-sama
mengerti akan kasih Kristus (Ef. 3: 17), saling dihubungkan dalam persekutuan Roh (Flp. 2:
1), bersama-sama mengasihi orang yang kuat menanggung yang lemah (Rm. 15: 1).14

Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil olehAllah dan diutus untuk
menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, inimerupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal
sebagai suatu organisme yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Gereja sebagai
persekutuan sekaligus sebagai suatu organisme pada saat ini merupakan wujud atau hasil
perkembangan dari jemaat Kristen mula-mula (Kis. 2:41-47) yang lahir dari sebuah gerakan
sosial keagamaan yang dipelopori oleh Yesus.15

Gambaran-gambaran gereja ini di satu sisi menggambarkan penghayatan anggota


jemaat (juga pemimpin) tentang suasana persekutuan gereja yang utuh, saling mengenal dan
memperhatikan sebagai satu tubuh dan keluarga. Di sisi lain juga menggambarkan cinta kasih
kepada sesama dalam kesadaran akan tanggung jawab gereja di tengah masyarakat (jemaat).
Dimensi persekutuan, kesatuan dan cinta kasih yang ada dalam penghayatan gereja
sesungguhnya juga merupakan dimensi-dimensi yang ada dalam kehidupan keluarga. Dengan
demikian gambaran gereja yang dapat mewakili penghayatan anggota jemaat dan mejawab
pergumulan-pergumulan dalam pembangunan jemaat adalah gambaran gereja sebagai
keluarga.

Dalam gambaran ini, keluarga dipakai sebagai lambang yang hidup bagi misteri
gereja, sebab dalam sekitarnya. Ciri utama dari gambaran gereja sebagai keluarga Allah ialah:
Keluarga yang Melakukan keluarga ada misteri cinta kasih yang mempersekutukan dan
menyatukan sama seperti cinta kasih Kristus yang mempersekutukan dan menyatukan semua
orang. Dalam gambaran gereja sebagai keluarga, cinta kasih, persekutuan dan kesatuan
14
Harun Hadiwijino, Iman Kristen, (Jakarta : Gunung Mulia, 2012), h.380-381
15
Gerd Theissen, Gerakan Yesus, Sebuah Pemahaman Sosiologis Tentang Jemaat Kristen Perdana, (Ledalero:
Maumere, 2005), h. 1-2

5
mendapatkan wujud yang konkret. Sekalipun demikian, gambaran gereja sebagai keluarga
tidak dimaksudkan untuk membangun gereja sebagai persekutuan eksklusif yang sibuk
mengupayakan kenyamanan diri sendiri, tetapi merupakan gereja yang bersekutu dan
menyatu dengan Tuhan

dan lingkungan masyarakat Kehendak Allah.16

II.3. Bentuk Pemerintahan dalam Gereja

Ada tiga bentuk pemerintahan gereja yaitu:

Episkopal yaitu pemerintahan gereja yang dipimpin oleh para Uskup atau penilik
jemaat yang dalam kenyataannya terdiri atas tiga golongan hamba Tuhan yaitu Uskup atau
penilik jemaat, para Imam, dan para diaken. ( Kis. 14:23; 20:17; Titus 1:5).17

Presbiterial yaitu pemerintahan gereja yang di pimpin oleh para presbiter atau
penatua umumnya cara pemerintahan ini memiliki empat dewan yaitu himpunan jemaat,
dewan majelis, dewan klasis dan dewan sinode. Dalam sistem ini terdapat satu golongan saja
dalam kepndetaan yaitu para pendeta, penatua yang memerintah atau penatua atau diaken.
( Kis. 15 :6; I Tim. 4:14).

Kongregasional yaitu memberikan semua wewenang legislatis kepada gereja lokal.


Badan pemerintahan di daerah atau di pusat hanya berfungsi sebagai penasehat dan hanya
bertugas mengoordinasikan pelayanan penginjilan bersama, pendidikan, dan hal lainnya
semacam itu. ( Kis. 6: 1-6; 15:2-3 Matius 18:17-18; Kis. 15:22)18

Gereja sebagai organisme yang hidup tidak bisa terlepas dari konteks, artinya gereja
akan dapat terus hidup apabila gereja terus merespon konteksnya. Gereja perlu berdialog
dengan konteksnya, karena konteks senantiasa berubah. Dengan demikian gereja dituntut
untuk selalu dinamis menyikapi perubahan-perubahan yang ada. Hal ini bertujuan agar gereja
dapat menghadirkan damai sejahtera dari Allah kepada dunia. Perubahan zaman serta
perkembangan pemikiran manusia turut menjadibagian historis dari perjalanan panjang
gereja. Berbagai pemikiran tentang gereja muncul dan berkembang pada masa lalu

16
Rijnardus A. van Kooij, Sri Agus Patnaningsih dan Yam’ah Tsalatsa, Menguak fakta, manata karya Nyata”:
Sumbangan Teologi Praktis dalam Pencarian Model Pembangunan Jemaat Kontekstual (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2007) h. 108-113
17
Berkhof Louis, Teologi Sistematika, Cet. Ke- 5, (Momentum Lembaga Reformed Injili Indonesia, 2005)
h. 54-56
18
Thiessen dan C. Henry,  Teologi Sistematika. Cet. Ke-4 ,( Malang: Gandum Mas, 1997), h. 493

6
membentuk suatu sejarah yang mengandung nilai-nilai teologis yang berguna bagi
keberadaan gereja pada masa sekarang. Oleh karena itu gereja tidak mungkin akan bertahan
tanpa adanya perubahan, karena bila gereja tidak melakukan perubahan-perubahan, maka itu
sama artinya bahwa gereja bersifat defensif yakni mempertahankan diri dalam bentuk lama
dan terjebak pada sikap konservatif yang tertutup pada perubahan.19

III. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, kami akan mengambil kesimpulan bahwa gereja adalah
tempat untuk orang-orang yang bersekutu dengan Tuhan. Gereja itu terdiri atas dua arti yaitu
arti yang universal dan arti yang lokal. Oleh sebab itu,  gereja harus ada yang memimpin
untuk mengatur organisasi agar gereja bisa tertib dan berkembang. Untuk itu kami kelompok
mengajak setiap pembaca makalah ini untuk mempertahankan gereja agar tetap utuh dan
bermakna sehingga menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan.Gereja bukanlah bangunan atau
denominasi. Menurut Alkitab, gereja adalah Tubuh Kristus setiap mereka yang telah
menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk keselamatan (Yohanes 3:16; 1
Korintus 12:13).

DAFTAR PUSTAKA

Hadiwijono Harun

2010, IMAN KRISTEN Jakarta : BPK Gunung Mulia

19
Eka Darmaputera, “Menuju Teologi Kontekstual di Indonesia”, dalam Konteks Berteologi di Indonesia,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), h. 8-9

7
Ryrie Charles C

2002 ,Teologi Dasar Buku. Yogyakarta: Yayasan ANDI

Berkhof Louis

1997, Teologi Sistematika Volume. Surabaya: LembagaReformed Indonesia

Enklar Berkhof H,

2009, Sejarah gereja, Cet. Ke- 4, Jakarta : BPK Gunung Mulia

Burtner Robert W & Robert Chiles,

1983, John Wesley’s Theology: A Collection from His Work Nashville : Abingdon Press

Aritonang S.

2003, Apa dan Bagaimana Gereja: Pengantar Sejarah Ekklesiologi, Jakarta: Gunung Mulia

Theissen Gerd

2005, Gerakan Yesus, Sebuah Pemahaman Sosiologis Tentang Jemaat Kristen Perdana,
Ledalero: Maumere

Kooji Rijnardus A. van, Sri Agus Patnaningsih dan Yam’ah Tsalatsa,

2007, Menguak fakta, manata karya Nyata”: Sumbangan Teologi Praktis dalam Pencarian
Model Pembangunan Jemaat Kontekstual Jakarta: BPK Gunung Mulia

Thiessen dan C. Henry, 

1997, Teologi Sistematika. Cet. Ke-4 ,Malang: Gandum Mas

Darmaputera Eka

1988, “Menuju Teologi Kontekstual di Indonesia”, dalam Konteks Berteologi di Indonesia,


Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Sumber Internet:

https://id.wikipedia.org/wiki/Empat_Ciri_Gereja diakses pada hari senin 3 Februari 2020, pukul 18.00 Wib

Anda mungkin juga menyukai