Anda di halaman 1dari 17

SEMINAR PERJANJIAN BARU

Suatu Kajian Historis-Biblis “Tentang Perbudakan” dalam Kolose 3:11 dan


Relevansinya Bagi Kristen Masa Kini

Dosen Pengampu:
Marudut Sihotang, M.Th

Oleh:

Virton Sihite

1810051

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA METHODIST INDONESIA

BANDAR BARU

2021

1
Abstract
Slavery is any court case against someone by another person by means of coercion. Slavery
usually occurs to meet the needs of someone, slavery is also a condition where someone has
control over another person. There are historians who say that slavery began to emerge after the
development of agriculture , about ten thousand years ago . There was a loss of prisoners of war
needed as slaves to work by the captive side. Other slaves consisted of criminals or people who
could not pay back debts, slavery as well as sexual activities, hard prison activities so that they
forced themselves etc. In Colossians 3:11 in this case there are no Greeks or Jews, circumcised
people or unbelievers. circumcised , barbarian or Scythian , slave or free , but Christ is all and in
all . This text needs to be studied more deeply , so that the interpreter can interpret the text .
Keywords : Slavery , Kolse , Letters , Apostles . Paul

Abtrak

Perbudakan adalah segala hal pengadilan terhadap seseorang oleh orang lain dengan cara
paksaan. Perbudakan biasanya terjadi untuk mememnuhi keperluan akan seseorang, pebudakan
juga adalah keadaan dimana seseorang menguasai memiliki orang lain. Ada kalangan ahli
sejarah yang mengatakan bahwa perbudakan mulai timbul sesudah pengembangan pertanian,
sekitar sepulur ribu tahun yang lalu. Ada kalahnya tawanan perang diperlukan sebagai budak
untuk bekerja leh pihak menawan. Budak-budak lain terdiri dari penjahat atau orang yang tidak
bisa membayar kembali hutang, perbudakan juga kegiatan seksual, kegiatan pekejara keras
sehingga memaksakan diri dll. Dalam kitab Kolose 3:11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani
atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak
atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Teks ini perlu di
kaji lebih dalam, agar penafsir bisa memaknai teks tersebut.

Kata Kunci : Perbudakan, Kolse, Surat, Rasul, Paulus

2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berdasarkan sejarah, perdagangan atau perbudakan telah ada dan berkembang sejak
ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu yang dimulai dengan adanya penaklukan atas suatu
kelompok oleh kelompok lainnya, kelompok yang paling kuat dan memiliki kekuasaan
akan menguasai kelompok yang lemah. Kepemilikan kekuasaan ekonomi dan politik
menjadikan sumber dan peluang untuk dapat berkembangnya perbudakan, sebagai akibat
dari penaklukan yang dibayar dengan suatu pengabdian yang mutlak. Di benua Eropa
khususnya Inggris, perbudakan diawali dengan adanya penaklukan negara Inggris ke
beberapa negara di luar benua Eropa. Kasus perbudakan pertama - tama diketahui terjadi
di masyarakat Sumeria, yang sekarang adalah Irak, lebih dari lima - ribu tahun yang lalu.
Perbudakan terjadi di masyarakat Cina, India, Afrika, Timur Tengah dan Amerika.
Perbudakan berkembang seiring dengan perkembangan perdagangan dengan
meningkatnya permintaan akan tenaga kerja untuk menghasilkan barang-barang
keperluan ekspor. Pada masa itu perbudakan merupakan keadaan umum yang wajar, yang
dapat terjadi terhadap siapapun dan kapanpun. Tidak banyak yang memandang
perbudakan sebagai praktik jahat atau tidak adil.1
Kini, perdagangan orang merupakan masalah yang menjadi perhatian luas di Asia
bahkan di seluruh dunia. Perdagangan orang terjadi tidak hanya menyangkut di dalam
negara Indonesia saja yaitu perdagangan orang antarpulau, tetapi juga perdagangan
orang di luar negara Indonesia dimana terjadi perdagangan orang ke negara-negara lain.
Maraknya isu perdagangan orang ini diawali dengan semakin meningkatnya pencari kerja
baik laki – laki maupun perempuan bahkan anak-anak untuk bermigrasi ke luar daerah
sampai keluar negeri guna mencari pekerjaan. Kurangnya pendidikan dan keterbatasan
informasi yang dimiliki menyebabkan mereka rentan terjebak dalam perdagangan orang.
Berbagai penyebab yang mendorong terjadi hal tersebut
diatas, diantaranya yang paling dominan adalah faktor kemiskinan, ketidak tersediaan
lapangan pekerjaan, perubahan orientasi pembangunan dari pertanian ke industri serta

1
Henny Nuraeny, Tindak Pidana Perdagangan Orang,Jakarta : Sinar Grafika, 2011, hal. 350.
3
krisis ekonomi yang tidak berkesudahan.2 Berikut ini wajah perbudakan di
Indonesia:Perbudakan modern dengan modus TKI Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika
banyak dari TKI atau tenaga kerja Indonesia yang akhirnya menjadi budak di dalam atau
luar negeri. Mereka dipaksa bekerja dengan keras namun tidak mendapatkan apa yang
menjadi hak mereka. Justru mereka disuruh membayar banyak hal hingga gaji terus
dipotong. Di luar negeri pun mereka juga kerap mendapatkan perlakukan tak
menyenangkan dari orang yang dianggap sebagai majikan.Faktor pendorong terjadinya
perbudakan modern3

Dalam surat surat Rasul Palulus ini yang di alamatkan di jemaat Kolose pada masa itu
dan berdasarkan pemahaman ini muncul pertanyaan mengapa sipenulis melakukan itu,
apa maksud dan tujuan teologisnya? Apa yang hendak dikabarkan melalui teks Kolose 3:
11

1.2 Rumusan masala


1. Bagaimana situasi konteks kolose pada masa itu?
2. Bagaimana pandangan perbudakan menurut teks Kolose 3:11?
3. Apa Imlkisain bagi orang percaya masa kini?
1.3 Tesis
Ungkapan Paulus bahwa Yesus Kristus adalah ‘Gambar Allah yang tidak
kelihatan dalam suratnya kepada jemaat Kolose mengatakan tidak ada budak,
namun orang-orang Kristen di era perubahan saat-saat sekarang memahami istilah
budak, ketika di perhadapkan di dalam pekerjaannya, seperti karyawan, kerja di
perusahaa, kerja di berbagai daera yang lainya, jika penulis memahami teks
Kolose 3: 11 ini yang mau di katakana Rasul Paulus tidak ada budak melainkan
Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu inilah, maka dengan demikian

2
Farhana, Aspek Hukum Perdagangan Orang Di Indonesia, 2012. Jakarta : Sinar Grafika, hal. 1
3
https://nasional.sindonews.com/berita/1283609/15/begini-wajah-perbudakan-di-indonesia?
_gl=1*1yog5ur*_ga*cVpfMURaZlZNWDRNc05HTmhsdTkxOWlCNFhYVUJVd0RFMVRaNVhsdEFwVjlwcEda
TXpNQ2Z0bzFUNU9VY1pSTA Diakse 05, Oktober 2021

4
inilah sedikit gambaran dari surat tersebut yang telah di sampaikan Rasul Paulus
kepada jemaat yang berada di jemaat-jemaat Kolose pada masa itu.

1.4 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Kualitatif


deskriptif merupakan suatu langkah kerja dengan mendeskripsikan suatu objek,
fenomena atau setting social.4 Dengan metode penelitian ini tak terlepas juga
penulis menggunakan literatu dan kajian pustaka untuk memperlengkapi kontes
Kolose 3:11 tersebut. Penulis akan memberikan perhatian kepada konteks historis
(kebiasaan-kebiasaan, peristiwa-peristiwa, tempat-tempat dan nama-nama tertentu
yang terdapat di dalam teks), geografis dan cultural dari teks atau latar belakang
sejarah teks, waktu penulisan suatu dokumen, pengarangnya dan lokasi geografis
penulisannya.5 Dengan meteode ini sangat terbatas untuk memahami kitab-kitab
khususnya kitab Rasul Paulus dalam Kolose 3: 11.

II. Pembahasan
2.1 Penulis Surat Kolose

Surat Kolose merupakan surat kiriman seperti surat kiriman lainnya yang dituliskan
oleh rasul Paulus. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa rasul Paulus merupakan
penulis dari surat Kolose. Pertama, dengan melihat bukti internal dalam Kolose 1:1.
Salam dan pembukaan dari kitab ini sangatlah jelas bahwa rasul Paulus merupakan
penulis dari surat Kolose. Dengan demikian, tidak ditemukan kesulitan dalam
menentukan penulis dari surat Kolose. Kedua, di dalam Kolose 4:18 yang merupakan
penutup dari surat Kolose sangat jelas bahwa rasul Paulus merupakam penulis surat
Kolose. Kata “Belenggu” pada bagian ini mengingatkan kepada keadaan Rasul Paulus
ketika di penjara.6
Keadaan di mana Paulus merasa terkurung dan terikat oleh kenyataan yang sedang
dihadapinya. Dengan demikian, keadaan yang dialami oleh Paulus menjadi petunjuk
bahwa dirinya merupakan penulis surat Kolose. Selain bukti-bukti internal, kita juga

4
Andreas B Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif Dan Kualitatif: Termasuk Riset Teologi Dan Keagamaan
(Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), 62.
5
A. A & Ulrich Beyer Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 200
6
Adina Chapman, Pengantar Perjanjian Baru (Bandung: Yayasan Kalam Hidup,), 99-100.
5
harus melihat bukti eksternal yang menunjukkan bahwa surat Kolose ditulis oleh Paulus.
Bukti eksternal yang paling kuat surat Kolose 1:15-20 dan 2:9-10, 15 pernah dikutip oleh
bapa-bapa gereja Irenaeus dan Ignatius. Mereka mengutip bagian tersebut untuk
menghadapi ajaran Gnostik karena kebetulan keadaan mereka pada waktu itu sama
dengan keadaan ketika surat Kolose ditulis.7
2.2 Penerima

Disebutkan di dalamnya bahwa surat ini disampaikan kepada gereja di Kolose ( 1:2) yang
mungkin berdiri di masa pelayanan Paulus selama tiga tahun di Efesus ( Kis. 19:10).
Mungkin orang-orang yang telah percaya dari penginjilan Paulus membawa injil ke
dalam kota inindan kota-kota sekitarnya seperti Laodikia dan Hierapolis. Kolose terletak
di sisi sungai Likus dan berada 160 Kilometer di sebelah timur Efesus. Berabad-abad
sebelum masa Paulus Kolose merupakan kota yang penting di Asia kecil karena
lokasinya di rute perdagangan antara timur dan barat laut Aegea dan sungai Eufrat. Tetapi
setelah tata jalan diubah di abad pertama masehi, kota ini mengalami kemunduran status
sosial dan ekonomi dan akhirnya menjadi kota pasar yang tidak penting8

2.3 Waktu dan tempat penulisan

Walaupun surat ini tidak menyediakan informasi tempat surat dituliskan, banyak orang
merasa yakin Paulus menulis surat ini sekitar tahun 62 Masehi saat ia dipenjarakan di
Roma. Dalam periode waktu inilah Paulus juga menulis surat-surat kepada Filemon,
jemaat di Efesus dan jemaat di Filipi.9

2.4 Maksud dan Tujuan

Epafras telah datang ke Roma dan membawa laporan kepada Paulus tentang keadaan
gereja Kolose (1:8). Walaupun jemaat di sana mencapai kemajuan yang pesat dalam iman
dan kasih, mereka juga menghadapi ancaman penyesatan. Menjawab ancaman ini,

7
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 37.
8
John Drane, Memahami Perjanjian Baru ( Jakarta : BPK Gunung Mulia,2003) hal. 286
9
John Drane, Memahami Perjanjian Baru….,214
6
Paulus menulis surat ini dan meminta Tikhikus dan Onesimus untuk membawanya
kembali ke Kolose (4:7-9). Maka tujuan utama surat ini adalah untuk menentang
pengajaran-pengajaran palsu dan menguatkan iman jemaat dalam Kristus. Selain itu,
Paulus juga mendorong jemaat untuk meninggalkan gaya hidup berdosa yang dianut
orang-orang penyembah berhala dan menjalani hidup yang berpusat pada Kristus. Paulus
tidak menjelaskan pengajaran-pengajaran sesat dalam suratnya ini. Namun kita dapat
menyimpulkan dari polemik yang dihadapi Paulus, bahwa ajaran-ajaran sesat ini
mengandung kesalahan-kesalahan berikut ini:

1. Menganut ajaran sunat (2:11; 3:11) dan juga aturan yang ketat perihal makanan,
minuman, dan hari-hari raya (2:14, 16).

2. Gaya hidup pertapaan (2:21-23).

3. Pengagungan hikmat dan pengajaran-pengajaran manusia (2:8, 18).

4. Penyembahan malaikat (2:18).10

2.5 Situasi Penerima

Penelitian terhadap situasu penerima merupakan suatu hal yang penting. Dengan
penelitian tersebut maka diketahui keadaan pada waktu itu dan selain itu juga dapat untuk
mengerti lebih dalam akan tujuan dari penulisan surat tersebut. penelitian terhadap situasi
meliputi situasi sosial ekonomi dan situasi keagamaan.

2.6 Kadaan Sosial

Kota Kolose merupakan kota yang berkembang sekitar 5 SM dalam bidang ekonomi
pada waktu itu an semua itu ditandai dari produksi wol hitamnya yang terkenal pada waktu
itu. Karena itulah kota Kolose dapat dikatakan sebagai kota yang berkembang pada waktu
itu khususnya pada bidang ekonomi. Namun pada waktu zaman Paulus menuliskan

10
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2014,h.214

7
suratnya, kota Kolose mulai menurun dalam perkembangannya dan kalah bersaing dengan
Hierapolis dan Laodikia meskpin masih menjadi sebuah kota besar.11

2.7 Keadaan Keagamaan

Kota Kolose merupakan kota yang strategis dan juga menjadi sasaran untuk penyebaran
ajaran baru. Keadaan inilah yang membuat kota Kolose diwarnai oleh berbagai ajaran sesat
yang ada. Ajaran sesat di dalam kota Kolose biasa disebut “bidat Kolose” yang merupakan
campuran dari ide-ide Yahudi dan Gnostik yang merupakan ancaman bagi Injil. Ajaran sesat
ini sebenarnya berusaha dalam menurunkan kadar kekristenan menjadi sebuah hukum yang
hendak mengaburkan segala pekerjaan Kristus.12

III. Analisa Konteks


3.1 Latar Belakang Surat Kolose

Pada dasarnya bukan Paulus yang mendirikan jemaat di Kolose ini. Akan tetapi, ia


mengutus pekerja-pekerja dari Efesus, ibu kota provinsi Roma di Asia Kecil pada waktu
itu Oleh sebab itu, ia merasa bertanggung jawab juga atas jemaat di Kolose itu. Informasi
yang didapat oleh Paulus berasal dari Epafras. Epafras melaporkan kepada Paulus bahwa
di dalam jemaat itu ada guru-guru yang mengajar ajaran-ajaran yang salah. Guru-guru itu
menekankan bahwa untuk mengenal Tuhan dan diselamatkan dengan sempurna, orang
harus menyembah "roh-roh yang menguasai dan memerintah semesta alam ini".Selain
itu, kata guru-guru itu kepada jemaat di Kolose agar setiap orang harus pula taat
menjalankan peraturan-peraturan sunat, pantangan dan lain sebagainya. Paulus
mendengar hal itu pun tidak tinggal diam. Dia merasa bertanggung jawab terhadap
jemaat di Kolose tersebut Surat Paulus Kepada Jemaat di Kolose ini pun ditulis untuk
mengemukakan ajaran Kristen yang benar dan menentang ajaran-ajaran salah yang
diajarkan oleh guru-guru palsu itu. Inti dari sari surat ini ialah bahwa Yesus
11
Tenney, 396.
12
Walter M. Dunnett, Pengantar Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1984), 66.
8
Kristus sanggup memberi keselamatan yang sempurna dan bahwa ajaran-ajaran yang
lainnya itu hanya menjauhkan orang dari Kristus. Paulus juga menekankan bahwa
melalui Kristuslah, Tuhan menciptakan dunia ini, dan melalui Kristus pula Tuhan
menyelamatkannya. Harapan dunia untuk diselamatkan hanyalah melalui bersatu dengan
Kristus. Setelah itu, Paulus menguraikan pula hubungan antara ajaran yang agung itu
dengan kehidupan orang Kristen. Tikhikus adalah orang yang membawa surat ini ke
Kolose untuk Paulus Dia ditemani oleh Onesimus, hamba yang disuruh oleh Paulus untuk
kembali kepada tuannya, yaitu Filemon, yang juga merupakan seorang anggota jemaat di
Kolose.13

3.2 Konteks Sosial dan Politik

Jemaat kolose Terdiri dari orang-orang Frigia , yang memiliki latar belakang religios
yang bersifat mistik dan emosional. Mereka selalu mencari Tuhan dan ada guru-guru
yang datang kepada mereka dengan suatu Filsafat yang menjanjikan suatu Pengetahuan
akan Tuhan. Salah satu ajaranya adalah dengan merendahkan diri dengan bertapa. Ibadah
kepada malaikat yang mungkin di anggap sebagai perantara manusia dengan Tuhan,
berpantang makanan dan juga minuman tertentu, dan juga peraturan hari-hari yang
dikeramatkan.14 Penduduk di daerah ini juga tidak hanya beragama, tetapi juga sangat
rajin beragama. Namun dalam hal ini mencampur adukkan ajaran agama yang mereka
peluk, selain agama romawi resmi. Mereka juga menghayati ajaran agama yang dibawa
kebudayaan yunani, ada juga yang datang dari paris dan India, selain itu mereka juga
menyembah roh-roh nenek moyang.15

3.3 Interpretasi

13
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2014,h.214
14
Merill C.Tenney,Survei Perjanjian Baru,(Malang Gandum Emas,2003),h 398
15
C. Groenan,Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru(,Yogyakarta:Kanisus,1984), 268-269
9
Kolose sebuah kota di Asia kecil tidak jauh dari (Laodikia) yang berkembang menjadi
semakin makmur dan penting. Pada abad pertama terdapat sejumlah besar penduduk
Yahudi, namun, bagian yang lebih besar adalah orang Yunani sangat menonjol.
Perdagangan di kota ini sangat maju. Kemungkinan umat Kristen menikmati
kekayaan, sama seperti tetangganya di Laodikia yang lebih besar (Why 3:27 dst)
agama romawi tidak membangun pemujaan Frigia lama dan dewi kesuburan memiliki
tempat pemujaan di kota tetangganya (Hierapolis)16

Pada awalnya penulisan surat Kolose 3:11 ditujukan kepada para hamba atau
budak belian yang berada di kota Kolose. Dalam nats ini, besar kemungkinan bahwa
budak yang bekerja di rumah pada saat itu sudah menjadi Kristen. Tentulah mereka
menjadi percaya karena mendengar firman Tuhan yang dibacakan oleh majikan
mereka atau anggota keluarga lainnya di mana mereka bekerja di rumah itu sebagai
budak. Pada zaman itu, perbudakan adalah hal yang lazim dan dapat diterima,
berbeda dengan era masa kini. Melalui surat yang ditulisnya, Rasul Paulus tidak
bermaksud mendukung sistem perbudakan, tetapi memberi penjelasan bagaimana
seharusnya para budak bersikap. Bagi kita yang hidup pada masa kini, nats ini
menuntun kita untuk memahami prinsip dan penerapan bagi kita di tempat pekerjaan.
Karena itu nats ini kerap dijadikan “ayat emas" bagi para buruh atau pegawai yang
sedang bergiat melaksanakan pekerjaan. Bagaimana seorang hamba atau karyawan
bersikap ketika berada dalam dunia pekerjaan?

Kata “hamba" atau budak dalam ayat ini diterjemahkan dari kata benda
Yunani ôoûàoç (doulos) yang berarti seorang yang menyadari bahwa dirinya adalah
milik sepenuhnya dari tuannya. Seorang budak tidak berhak menuntut, tetapi dituntut
untuk melaksanakan dengan penuh ketaatan apa yang diperintahkan oleh tuannya.
Seorang hamba tidak layak untuk menuntut upah karena pada dasarnya ia berutang
kepada tuannya yang telah menebusnya dari pasar budak.17

16
W.R.F Browing,Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006) hal 208

17
Rudy R. Sirait, 123 OKe Outline Khotbah Ekspositori, (Yogyakarta: Andi, 2015) hal 97
10
Di dalam Kristus semua perbedaan ditiadakan; di kaki salib tanah tempat berpijaknya
rata. Sekalipun demikian, yang dimaksudkan bukanlah seperti dalam pandangan
sosialis modern yang hanya mungkin menimbulkan "kalangan baru." Yang
dimaksudkan bukan keseragaman status di dunia sekarang ini, tetapi sebuah
perubahan sikap melalui mana tanda-tanda pembedaan dianggap tidak ada karena
kasih. Itu adalah "kesatuan di dalam keragaman, suatu kesatuan yang lebih penting
dari berbagai perbedaan dan bekerja di tengah-tengah perbedaan, tetapi tidak pernah
merupakan kesatuan yang mengabaikan atau yang menolak perbedaan-perbedaan atau
secara sadar berusaha untuk menghapuskannya.

dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau
orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka」 (Kol.
3:11). Dalam pandangan Paulus, perbedaan suku, perbedaan ritual agama, perbedaan
budaya, perbedaan sosial, semuanya tidak boleh menjadi syarat untuk menanggalkan
manusia lama menjadi manusia baru. Perkataan ini secara tidak langsung
mengingatkan penerima surat, bahwa Gereja adalah manusia ciptaan baru, maka tidak
sepatutnya melanjutkan membeda-bedakan orang sesuai standard dunia. Yesus
Kristus telah menciptakan kita menjadi manusia baru, menggenapkan kedamaian,
maka setiap orang tidak saling membeda-bedakan, semua adalah anggota keluarga
Tuhan (Efesus 14-19).

Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu (Christ is all and in all)
proklamasi ini menonjolkan sifat inklusivitas merangkul semua (inclusiveness) dari
Injil. Injil Yesus Kristus tentu mempunyai sifat menolak yang lain (exclusiveness)
sehingga dapat mengkritik ajaran-ajaran filsafat manusia yang penuh kata-kata indah
yang kosong memperdaya. Setelah orang menerima Injil, rahasia Kristus membawa
pandangan orang kepada yang di atas, belajar untuk memandang segala hal dari relasi
Kristus dengan segala ciptaan (Kol. 3:1-2). Semua keberadaan ciptaan tidak dapat
terlepas dari Kristus, dan Kristus telah melalui darah-Nya sendiri menggenapkan
kedamaian, maka kita harus berusaha dengan keras membongkar segala tembok
pemisah yang menghambat relasi manusia dengan Allah, manusia dengan manusia,

11
manusia dengan dunia. Sifat inklusivitas merangkul semua (inclusiveness) dari Injil
dinyatakan nampak dalam tindakan membongkar segala tembok pemisah ini.

Jadi, sang rasul, yang menyatakan bahwa di dalam Kristus "tidak ada laki-laki
atau perempuan," "tidak ada orang Yunani atau orang Yahudi," pada saat yang sama
juga memerintahkan para perempuan untuk diam waktu ibadah dan melaksanakan
terus upacara-upacara Yahudi yang tidak boleh dilaksanakan oleh orang-orang bukan
Yahudi (Gal. 3:28; I Kor. 11:3 dst.; 14:34; Kis. 16:3; 18:18; Rm. 14; Gal. 5:2, 3).

3.4 Perbudakan Konteks Sekarang

Tanpa disadari, ada 5 hal yang yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-
hari. Hingga saat ini sering sekali terjadi yaitu 5 kejadian berikut ini:

1. Budak di Tengah Laut

Kelompok pembela hak asasi manusia mengatakan, ribuan orang diperdagangkan


dan dipaksa untuk bekerja di kapal nelayan. Mereka 'ditahan' selama bertahun-tahun di
lautan lepas, tanpa mempunyai kesempatan untuk melihat daratan. Korban perdagangan
dan pemaksaan tersebut mengatakan, rekan-rekan mereka yang tertangkap ketika
mencoba melarikan diri, bisa dibunuh dan dibuang ke laut. Laporan menyatakan,
Thailand -- negara pengekspor makanan laut terbesar di dunia -- diduga mempekerjakan
pria Burma dan Kamboja yang dijual dan diperbudak di kapal nelayan mereka. Banyak
korban yang mengatakan, mereka ditipu oleh pihak makelar, yang menjanjikan mereka
untuk bekerja di pabrik. Seorang pria Burma yang berhasil melarikan diri dari
'majikannya', mengatakan, dia dipaksa untuk bekerja sebagai nelayan kapal kecil dan
harus menangkap ikan selama 20 jam per harinya, tanpa bayaran. "Orang-orang
mengatakan, siapapun yang mencoba melarikan diri akan dipatahkan kaki dan tangannya,
bahkan dibunuh," kata pria itu.

2. . Pabrik Ganja dan Salon Kuku

Hasil penelitian memperkirakan setidaknya 10.000 hingga 13.000 korban


perbudakan modern di Inggris, berasal dari berbagai negara termasuk Albania, Nigeria,

12
Vietnam, dan Romania. Sekitar 3.000 anak-anak dari Vietnam diduga bekerja di
perkebunan ganja dan salon kuku di negara itu. Mereka diancam keluarganya akan
dibunuh jika mencoba melarikan diri. Seorang korban perbudakan, Lam, masih berusia
16 tahun ketika pertama kali datang ke Inggris. Dia berharap bisa menghasilkan uang
yang cukup untuk membiayai keluarganya di kampung, dengan bekerja di negara
tersebut. Nyatanya, Lam malah dipaksa untuk bekerja di pabrik ganja. "Aku ingat ketika
bertanya kepada seorang pria yang membawaku ke tempat itu apakah aku bisa pergi,
karena aku tidak suka bekerja di sana. Pria itu lalu mengancam akan memukuliku atau
membuatku mati kelaparan," kata Lam. Lam berhasil keluar dari tempat tersebut, ketika
polisi menggrebek pabrik ganja tersebut. Awalnya dia ditangkap dengan tuduhan
penyalahgunaan narkoba. Namun, berkat bantuan badan perlindungan anak NSPCC
Inggris, Lam akhirnya dibebaskan.

3. Perbudakan Seks

Menurut perkiraan Organisasi Perburuhan Internasional, ada sekitar 4.5 orang


menjadi korban eksploitasi perbudakan seks. Salah satunya adalah Shandra Woworuntu
-- seorang aktivis melawan perdagangan manusia -- yang dipaksa menjadi budak seks di
AS pada tahun 2001. Shandra merantau dari Indonesia ketika dia dijanjikan akan bekerja
di industri perhotelan di AS. Namun, agen yang ditemuinya di bandara malah
menyerahkannya kepada makelar bersenjata -- memaksanya untuk melaksanakan
pekerjaan seks. "Mereka bilang aku berutang sebanyak US$ 30.000 atau setara dengan
Rp 410 juta kepada mereka. Setiap kali melayani pria hidung belang, aku dianggap telah
membayar hutangku sebanyak US$ 100 atau Rp 1,4 juta," kata Shandara. WNI itu
akhirnya berhasil melarikan diri dan bekerjasama dengan FBI untuk menggerebek rumah
bordil tempat korban perdagangan lainnya berada 4. Kedok Sebagai Pengemis Sebuah
laporan penelitian menyatakan, banyak anak-anak di Eropa, Asia, Afrika, Amerika Latin,
dan Timur Tengah, dipaksa mengemis di jalanan oleh oknum-oknum tidak bertanggung
jawab. Seorang korban mengatakan kepada peneliti, meskipun dia mengemis di jalanan
seharian, dia tidak mendapatkan uang sepeser pun. "Aku harus setor semua uang hasil
mengemis. Aku bahkan tidak mendapatkan cukup makan dan tidur. Mereka tidak
menggajiku, mereka mempekerjakanku sebagai buruh kontrak," kata dia. "Aku tidak bisa

13
mengatakan apa pun kepadamu. Aku ketakutan. Mereka mengancam akan menghukumku
jika aku berani buka mulut," kata seorang korban lainnya.

5. Perbudakan Tersembunyi

Kebanyakan perbudakan modern tidak terlihat secara nyata di muka umum.


Ketidakadilan itu sering terjadi di rumah-rumah dan peternakan pribadi. Minggu lalu, tiga
pria dalam sebuah keluarga di Inggris dipenjarakan karena memaksa seorang laki-laki
melakukan pekerjaan berat tanpa bayaran. Michael Hughes, 46 tahun, dipaksa untuk
bekerja pada keluarga tersebut selama lebih dari 20 tahun, melakukan pekerjaan
bangunan dan jalan. "Aku dipaksa tinggal di sebuah gudang taman berukuran 1.2 meter,
tanpa pemanas dan air selama dua tahun," kata Michael. Pada bulan April 2016, seorang
pria dikenakan hukuman dua tahun penjara, karena mengurung istrinya sebagai pembantu
rumah tangga. Wanita tersebut disiksa, dipaksa melakukan seluruh pekerjaan rumah, dan
tidak diperbolehkan keluar rumah.18

3.5 Imlkisain Bagi Orang Percaya Masa Kini

Kolose 3:11 ini telah memberi pencerahan, nasihat atau kesadaran kepada umat Tuhan
khususnya kepada gereja masa kini, jemaat yang percaya pada masa sekarang ini yang berada di
dalam Tubuh Kristus harus hidup di dalam Kristus Yesus, baik pemimpin jemaat atau para
pelayan jemaat bahkan jemaat itu sendiri. Gereja adalah manusia ciptaan baru, maka tidak
sepatutnya melanjutkan membeda-bedakan orang sesuai standard dunia. Yesus Kristus yang
telah menciptakan kita menjadi manusia baru, menggenapkan kedamaian, maka setiap orang
tidak saling membeda-bedakan, semua adalah anggota keluarga Tuhan (Efesus 14-19). Nasihat
rasul Paulus yang mengatakan dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang
bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka」
(Kol. 3:11). Sering bertentang dengan iman jemaat Kristen masa kini, jika di perhadapkan di
dalam pekerjaan atau karier seperti seperti contoh: pekerjaan karyawan, petani sawit, pekerja

18
https://m.liputan6.com/amp/2521053/5-bentuk-perbudakan-modern-pengemis-hingga-budak-
seks#aoh=16334026507362&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s
diakses 06, Oktober 2021

14
buruh kasar dan pekerjaan berat lainya sudah menganggap mereka adalah budah, yang hanya di
bayar dengan gaji atau upah yang secukupnya sehingga lambat kemujan untuk kesuksesan
Kristen sekarang ini khususnya di kekeluargaan atau rumah tangga, sementara rumah tangga
memiliki 4 keinginan yaitu: 1. Ingin Kaya 2.Ingin Terkenal 2. Ingin Umur Panjang 4. Keinginan
Masuk Surga. Namun nasihat Paulus ini menekankan supaya dalam kehidupan ini tidak ada
orang Yunani –non Yunani baik pekerjaan sebagai pejabat tertinggi dari Presiden, gubernur,
bupati, pendidikan tertinggi hingga Frofesor dan lain sebagainya tetapi semua sama drajatnya di
dalam Yesus Kristus, maka dari hal ini supaya setiap orang yang percaya pada masa kini salaing
memperlengkapi setiap kebutuhan dari pekerjaan dan jabatan atau tolong menolong seprti dalam
surat Rasul Paulus Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi
hukum Kristus. (Galatia 6:2), karena kita satu di dalam Kristus dan di dalam segala sesuatu dan
karenaYesus lebih tinggi dari segala yang ada di dalam dunia ini.

VI. Kesimpulan
Surat Kolose merupakan surat yang tergolong di dalam surat Penjara yang dituliskan oelh rasul
Paulus kepada jemaat di Kolose. Surat ini berisi nasehat kepada jemaat di Kolose yang sedang
menghadapi ajaran sesat. Penekanan di dalam surat Kolose adalah supaya jemaat di Kolose tetap
berpegang teguh dengan iman Kristen meskipun mereka sedang diperhadapkan dengan
pengajaran sesat yang tengah berkembang. Khususnya di dalam teks Kolose 3:11, Paulus
menekankan bahwa di dalam Kristus tidak ada lagi perbedaan budaya atau yg bisa kita sebut
dengan istilah Multikultura karena kita satu di dalam Kristus dan di dalam segala sesuatu dan
karenaYesus lebih tinggi dari segala yang ada di dalam dunia ini.

15
Daftar Pustaka:

Henny Nuraeny, Tindak Pidana Perdagangan Orang,Jakarta : Sinar Grafika, 2011.

Farhana, Aspek Hukum Perdagangan Orang Di Indonesia, 2012. Jakarta : Sinar Grafika, hal.

Andreas B Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif Dan Kualitatif: Termasuk Riset Teologi Dan
Keagamaan (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), 62.

A. A & Ulrich Beyer Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia)

Adina Chapman, Pengantar Perjanjian Baru (Bandung: Yayasan Kalam Hidup,)

Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001).

John Drane, Memahami Perjanjian Baru ( Jakarta : BPK Gunung Mulia,2003)

John Drane, Memahami Perjanjian Baru….,

16
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2014

Tenney, 396.

Walter M. Dunnett, Pengantar Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1984)

Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2014)

Merill C.Tenney,Survei Perjanjian Baru,(Malang Gandum Emas,2003)

C. Groenan,Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru(,Yogyakarta:Kanisus,1984)

W.R.F Browing,Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006)

Rudy R. Sirait, 123 OKe Outline Khotbah Ekspositori, (Yogyakarta: Andi, 2015)

Sumber Lain:

https://nasional.sindonews.com/berita/1283609/15/begini-wajah-perbudakan-di-indonesia?
_gl=1*1yog5ur*_ga*cVpfMURaZlZNWDRNc05HTmhsdTkxOWlCNFhYVUJVd0RFMVRaN
VhsdEFwVjlwcEdaTXpNQ2Z0bzFUNU9VY1pSTA

https://m.liputan6.com/amp/2521053/5-bentuk-perbudakan-modern-pengemis-hingga-budak-
seks#aoh=16334026507362&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s

17

Anda mungkin juga menyukai