Kelompok 1
Rombel A
Tingkat 2 Reguler A
aDEN d. dollu
agustina j. taolin
alicia s. brusen
alyce g. riti
astantina piga nono
ayunita s.l. ratu
Batasan Materi
1. Pengertian Swamedikasi
2. Faktor Penyebab Swamedikasi
3. Obat dan Penggolongannya dalam Swamedikasi
4. Penggunaan Obat yang Rasional dalam Swamedikasi
5. Keuntungan dan Kerugian Swamedikasi
6. Peran TTK dalam Penggunaan OB dan OBT untuk
Swamedikasi
Pengertian Swamedikasi
Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993
Upaya pengobatan yang dilakukan secara mandiri untuk
mengobati gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan
dokter terlebih dahulu.
WHO
Upaya untuk menggunakan atau memperoleh obat
tanpa diagnosa, saran dokter, resep, pengawasan
terapi ataupun penggunaan obat untuk mengobati diri
sendiri tanpa konsultasi dengan petugas kesehatan.
swamedikasi / Upaya mengobati diri
self medication sendiri
Faktor Penyebab Swamedikasi
Praktek swamedikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
1. Obat Bebas
2. Obat Bebas Terbatas
3. OWA (Obat Wajib Apotek)
Obat dan Penggolongannya dalam Swamedikasi
Sesuai dengan Permenkes No. 919/Menkes/Per/X/1993 maka obat yang
diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut :
1. Tepat Diagnosis
Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis
tidak ditegakkan dengan benar maka dapat berujung pada
pemilihan obat yang salah.
2. Tepat Pemilihan Obat
Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi yang sesuai dengan penyakit.
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan obat menurut WHO yaitu
manfaat (efficacy), sudah terbukti keamanan (safety), resiko pengobatan
(affordable), kesesuaiaan/suittability (cost).
Pasien swamedikasi dalam melakukan pemilihan obat hendaknya sesuai
dengan keluhan yang dirasakan.
3. Tepat Dosis
Kerugian
Membahayakan kesehatan bila digunakan tidak sesuai aturan
Bisa terjadi salah pemilihan obat, akibat diagnosis yang didasarkan dari
pengalaman
Efek samping jarang muncul, namun parah
Interaksi obat yang berbahaya
Bisa jadi osis tidak tepat
Peran TTK dalam Penggunaan OB dan OBT untuk Swamedikasi
Data BPS tahun 2018 mengungkapkan bahwa 62,82 % penduduk Indonesia
melakukan swamedikasi.
RISKESDAS tahun 2013 mengungkapkan bahwa rata-rata jenis obat yang
25
disimpan di rumah tangga untuk swamedikasi adalah obat golongn keras
(35,7%) ada juga antibiotik (27,8%). Hal ini termasuk ke dalam penggunaan
20
obat yang tidak rasional untuk swamedikasi.
15
Dibutuhkan peran TTK dalam hal konseling obat.
TTK harus mampu memberikan pelayanan 10
kefarmasiaan secara profesional dengan jaminan
bahwa obat yang diberikan untuk pasien adalah 5
tepat, aman, dan efektif untuk swamedikasi yang
akan mereka lakukan. 0
tERIMA KASIH