Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obesitas merupakan masalah kesehatan epidemi global yang kasusnya

meningkat setiap tahun. Obesitas menjadi salah satu risiko penyebab kematian

utama di dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas

didefinisikan sebagai peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan rangka

dan fisik yang terjadi sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh.

Obesitas terjadi akibat ketidak seimbangan antara asupan dengan pengeluaran

energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam

bentuk jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh asupan

makanan yang tinggi atau aktivitas fisik dan metabolisme tubuh yang rendah

(Suyoto, 2011)

Menurut laporan World Health Organization (WHO), prevalensi obesitas di

seluruh dunia meningkat dua kali lipat antara tahun 1980-2014. Pada tahun

2014, lebih dari 600 juta orang dewasa mengalami obesitas. Dari jumlah tersebut

200 juta orang pada laki-laki dan 300 juta orang pada wanita mengalami

obesitas. Lebih dari 2.8 juta orang dewasa meninggal setiap tahun akibat dari

overweight dan obesitas. Berdasarkan data The National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES), selama periode 2011-2014 diketahui prevalensi

obesitas pada orang dewasa di Amerika sebesar 36.5%. Prevalensi obesitas

pada laki-laki 34.3% dan perempuan 38.3% Sementara di Indonesia menurut

data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013.


2

Riskesdas (2018) prevalensi obesitas di NTB pada usia dewasa adalah 15%

Dinas Lombok barat sekitar 20.9% mengalami obesitas dengan 30.7% pada

wanita dan 17.7% pada pria. salah satu faktor risiko yang paling penting dalam

patogenesis gangguan kesehatan hipertensi Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas ) yang dilakukan kementrian kesehatan tahun 2018 menghasilkan

peningkatan kejadian hipertensi dibandingkan pada tahun 2013. Prevalensi

kejadian hipertensi menurut WHO (2015) menyatakan bahwa terdapat 24,7%

penduduk asia tenggara dan 23,3% penduduk indonesia mengalami hipertensi

ditahun 2014. Sedangkan data Riskesdas di NTB 2018 adalah 34,1%. Angka

tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 yang menyentuh angka

prevalensi 25,8%. Hasil tersebut merupakan kejadian hipertensi berdasarkan

hasil pengukuran tekanan darah.

Manifestasi yang sering dijumpai pada obesitas antara lain adalah hipertensi.

Faktor risiko hipertensi diklasifikasikan menjadi dua faktor yaitu faktor yang

tidak dapat diubah seperti usia, jenis kelamin, genetik dan ras. Faktor yang

dapat diubah adalah faktor obesitas, merokok, konsumsi alkohol berlebih dan

aktifitas fisik (Depkes RI, 2006). Salah satu faktor risiko yang sering djumpai

pada penyakit hipertensi. Hipertensi merupakan faktor resiko utama yang dapat

membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resistensi insulin). Insulin berperan

meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan dengan ini juga mengatur

metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi insulin oleh sel, maka

kadar gula dalam darah juga dapat mengalami gangguan. Obesitas merupakan

factor predisposisi meningkatnya kadar gula darah pada penderita obesitas

(misnadiarly, 2007)
3

Gula darah merupakan salah satu bentuk hasil metabolisme karbohidrat

yang fungsinya sebagai sumber energi utama yang dikontrol insulin. Kadar gula

darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah. Salah satu faktor

resiko yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah adalah penambahan

berat badan atau obesitas (Harymbawa, 2016)

Angka gula darah pada setiap individu berbeda, misalnya pada orang

dewasa dan ibu hamil. Pada orang dewasa kadar gula darah normal berkisar

antara 60-139 mg/dl sedangkan pada ibu hamil kadar gula darah normal ˃140

mg/dl (Nugraha & Imaduddin, 2018)

Pada obesitas, penumpukan jaringan lemak yang berlebihan didalam tubuh

tersebut merupakan suatu jaringan endokrin aktif yang dapat melepaskan sitokin-

sitokin adiposa. Sitokin adiposa ini memiliki efek proinflamasi dan juga dapat

menganggu jalur persinyalan insulin yang kemudian berakhir pada keadaan

resistensi insulin. Resistensi insulin yang terjadi dapat menyebabkan peningkatan

kadar gula darah. Terjadinya resistensi terhadap aksi seluler insulin

dikarakteristikkan oleh berkurangnya kemampuan insulin untuk menghambat

pengeluaran glukosa dari hati dan kemampuannya untuk mendukung

pengambilan glukosa pada lemak dan otot. Teori diatas didukung oleh penelitian

Ivan Kurniawan (2014) yang menyatakan adanya pengaruh indeks massa tubuh

dengan kadar gula darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan

antara indeks massa tubuh dengan kadar gula darah postpandrial yang bermakna

dengan p value 0.016, dimana penelitiannya sebagian besar menggunakan

responden yang memiliki IMT kategori obesitas. Hasil ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Jin Min Young Chung at all (2012) dalam
4

Association samong Body Mass Index, Insulin Resistance, and Pancreatic β-

CellFunction in Korean Patient swith New Onset Type 2 Diabetes. Penelitian yang

dilakukan dari Februari 2009 sampai Januari 2011 ini menunjukkan bahwa

adanya hubungan yang signifikan antara IMT dan terjadinya resisten insulin yang

menyebabkan kenaikan kadar gula darah

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada

masyarakat desa Lembuak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat, dari

15 pasien yang diwawancarai, sebanyak 13 mengeluh kesulitan dalam

mengontrol berat badan dan sering mengeluh pusing dengan memenuhi

program diet dikarenakan pola hidup dan kurang pengetahuan dalam

keseharian sering mengkonsumsi makanan dengan kadar garam dan gula

dengan kadar tinggi ini karena keseharian mereka banyak berada di luar rumah.

Melihat kondisi tersebut bahwa penderita obesitas di Desa Lembuak

membutuhkan intervensi tambahan untuk mengetahui pemeriksaan lebih lanjut

pada Kesehatan orang dengan obesitas dengan melakukan pemeriksaan kadar

gula darah agar masyarakat lebih bisa mengontrol berat badan serta makanan

yang akan dikonsumsi.

Maka dari uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti secara langsung

apakah ada hubungan peningkatan kadar gula darah pada orang dengan

obesitas yang menderita hipertensi pada masyarakat di Desa Narmada

Kabupaten Lombok barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang di

dapatkan adalah apakah ada hubungan antara kadar gula darah pada orang
5

dengan obesitas yang menderita hipertensi di Desa Narmada Kabupaten

Lombok Barat

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana kadar gula darah pada orang obesitas

yang menderita hipertensi di Desa Narmada Kabupaten Lombok Barat

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Masyarakat Narmada yang obesitas penderita

hipertensi.

b. Mengukur kadar gula darah orang dengan obesitas penderita

hipertensidi Narmada Kabupaten Lombok Barat

c. Menganalisis kadar gula darah orang dengan obesitas

penderita hipertensi di Narmada Kabupaten Lombok Barat

D. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Ilmu

1) Pada penelitian ini ilmu yang terkait meliputi diagnosa medis, pemeriksaan

glukosa dengan POCT ( Point Of CareTest )

2. Ruang Lingkup Lingkungan

Penelitian ini di lakukan di wilayah Narmada Kabupaten Lombok Barat

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan


6

Sebagai bahan masukan dan tambahan bagi peserta didik khususnya

yang berkaitan dengan hubungan kadar gula darah dengan obesitas

yang menderita hipertensi

b. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan skill tentang pencegahan kadar gula

darah tinggi pada orang dengan obesitas yang menderita hipertensi

c. Bagi Peneliti Lain

Dapat di gunakan sebagai tambahan informasi, kepustakaan serta dapat

di gunakan sebagai refrensi bagi peneliti selanjutnya

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat

Memberikan informasi cara menjaga Kesehatan

b. Bagi Peneliti

Sebagai penerapan ilmu yang telah di dapat dalam program studi analis

Kesehatan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KERANGKA TEORITIS

1. Kadar Gula Darah

a. Definisi Kadar Gula Darah

Kadar gula darah adalah jumlah glukosa yang terdapat didalam darah.

Kadar gula ini juga disebut dengan kadar gula plasma. Kadar gula darah ini

diukur dengan satuan milimol per liter (mmol/L). Kadar gula darah normal

berkisar antar 4 sampai 8 mmol/L. Glukosa merupakan sumber energi utama

untuk sel manusia, yang dibentuk dari karbohidrat yang dikonsumsi melalui

makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot (lestari, 2013). Gula

darah terdiri dari glukosa, fruktosa dan galaktosa. Glukosa merupakan

monosakarida yang paling dominan, sedangkan fruktosa akan meningkat

pada diet buah yang banyak, dan galaktosa darah akan meningkat pada saat

hasil dan laktasi. Sebagian besarkarbohidrat yang dapat di cerna didalam

makanan akan membentuk glukosa di hati (Kasengke, 2015).

Cara pemeriksaan glukosa darah :

1) Glukosa darah sewaktu Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap

waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang

dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut.

2) Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan Pemeriksaan glukosa

darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah pasien

berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam setelah

makan adalah pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien

menyelesaikan makan.

7
Tabel 1.1. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Berdasarkan PERKENI

2011.

Normal Belum pasti DM DM


Kadar glukosa
darah sewaktu
- Plasma vena < 100 100-200 > 200
- Darah kapiler ˂ 80 80-200 > 200

Kadar glukosa
darah puasa
- Plasma vena < 110 110-120 > 126
- Darah kapiler < 90 90-110 > 110

b. Hiperglikemia
Merupakan suatu keadaan diamana kadar glukosa darah meningkat

didalam tubuh seseorang yang melebihi batas normal. Penyebab belum pasti

tapi sering dihubungkan dengankurangnya insulin dan faktor predisposisi yaitu

genetic, umur dan obesitas. Hiperglikemi yang tidak di kontrol secara terus

menerus aka berkembang menjadi penyakit diabetes melitus (DM) dan

merupakan faktor resiko untuk penyakit lainnya. Sebagian besar dewasa

muda usia 20-30 tahun dengan IMT diatas 23 kg/m mempunyai kadar glukosa

darah sesaa normal (Kasengke, 2015)

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia atau kondisi turunya kadar gula darah di bawah angka

normal, yang dapat terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara

makanan yang dimakan, aktivitas visik dan konsumsi obat-obatan. Sindrom

hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa

pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat

dingin, detak janung menjadi menigkat dan terkadang sampai hilang

kesadaran ( syok hipoglikemia) (Nabil, 2009).

8
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah

1) Mekanisme Pengaturan Kadar Gula Darah

Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil di dalam darah

adalah salah satu mekanisme homeostasis dan sangat berkaitan erat

dengan hormon insulin dan glukagon. Insulin mempunyai efek

meningkatkan pengambilan glukosa di jaringan seperti jaringan adiposa dan

otot. Sekresi hormon ini dirangsang pada keadaan hiperglikemi, kerja

insulin ini disebabkan oleh peningkatan transpor glukosa (GLUT 4) dari

bagian dalam sel membran plasma. Sedangkan kerja glukagon berlawanan

dengan kerja insulin, hormon glukagon menimbulkan glikogenolisis dengan

mengatifkan enzim fosforilase. Glukagon bekerja dengan menghasilkan

cAMP.

Baik insulin maupun glukagon berfungsi sebagai sistem kontrol umpan

balik yang penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah. Ketika

kadar glukosa darah meningkat setelah makan maka laju sekresi insulin

juga meningkat, dua pertiga dari glukosa yang diabsorpsi usus langsung

disimpan di dalam hepar dalam bentuk glikogen. Kemudian, ketika

konsentrasi glukosa darah dan laju sekresi insulin mulai menurun, hepar

akan melepaskan kembali glukosa ke aliran darah. Gangguan metabolisme

glukosa yang terjadi, diawali oleh kelainan pada dinamika sekresi insulin.

Defisiensi insulin ini secara langsung menimbulkan dampak buruk terhadap

homeostatis glukosa darah.

2) Mekanisme Resistensi Insulin

Pada orang dengan metabolisme normal, insulin dilepaskan dari sel-

sel beta (ß) pulau Langerhans pankreas setelah makan (postprandial), dan

mengirim sinyal ke jaringan sensitif terhadap insulin dalam tubuh (otot dan

adiposa) untuk menyerap glukosa. Hal ini akan menurunkan kadar glukosa
9
darah. Sel-sel beta mengurangi output insulin saat kadar glukosa darah

turun, dengan kadar glukosa darah yang dijaga sekitar 5 mmol/L. Pada

orang dengan resistensi insulin, kadar normal insulin tidak memiliki efek

yang sama pada selsel otot dan adiposa, dengan hasil kadar glukosa tetap

lebih tinggi dari biasanya. Untuk mengkompensasi hal ini, pankreas dalam

individu resistensi insulin dirangsang untuk melepaskan lebih banyak

insulin.

Insulin menstimulasi pemasukan glukosa dari dalam darah ke dalam

otot, dan menekan glukoneogenesis hati dan glikogenolisis. Resistensi

insulin adalah jaringan kurang berespon terhadap aksi insulin, dan untuk

mengkompensasi resistensi insulin pankreas akan mensekresi lebih banyak

lagi insulin. Oleh karena itu orang dengan resistensi insulin memiliki kadar

plasma insulin yang tinggi (hiperinsulinemia). Resistensi insulin bisa terjadi

secara kongenital dan oleh faktor lingkungan. Resistensi insulin terjadi

akibat kelainan fungsi reseptor insulin, gangguan transport glukosa dan

peningkatan asam lemak bebas. Gangguan insulin signaling (pengiriman

sinyal insulin) menyebabkan transport glukosa ke dalam sel terganggu.

Resistensi insulin sering ditemukan pada orang dengan adipositas

viseral yang tinggi dan biasanya berakumulasi menjadi obesitas sentral.

Sel-sel adiposa viseral yang meningkat mampu melepaskan asam lemak

bebas dan menghasilkan sejumlah besar sitokin pro-inflamasi seperti tumor

necrosisfactor-alpha (TNF-a), interleukin-1 dan interleukin-6 serta produk

lain dari metabolisme jaringan adiposa. Pada banyak model eksperimental,

sitokinproinflamasi ini sangat mengganggu aksi normal insulin dalam lemak

dan sel–sel otot.

e. metode pemeriksaan glukosa darah

metode pemeriksaan glukosa darah antara lain :

2) Metode Kimia atau Reduksi


10
Prinsip : proses kondensasi dengan aktomatik amin dan asam asetat glacial

pada suasana panas, sehingga terbentuk senyawa berwarna hijau yang

kemudian diukur secara fotometris. Beberapa kelemahan atau kekurangan

dalam metode ini karena metode kimia ini memerlukan langkah

pemeriksaan yang panjang dengan pemanasan, sehingga kemungkinan

terjadi kesalahan lebih besar. Selain itu reagen pada metode ortholuidin

bersifat korosif.

3) Metode Enzimatik

Terdiri dari 2 metode yaitu :

a) Metode Glukosa Oksidase (GOD-PAP)

b) Metode GOD-PAP merupakan reaksi kolorimetrik enzimatik untuk

pengukuran pada daerah cahaya yang terlihat oleh mata.

Prinsip : enzim glukosa oksidase adalah karena murahnya reagendan

hasil yang cukup memadai.

c) Metode Heksokinase

Prinsip : Heksokinase akan mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa

dengan ATP membentuk glukosa 6-fosfat dan ADP.

4) Reagen Kering ( Gluco DR)

Reagen kering adalah alat pemeriksaan glukosa darah secara invitro,

dapat digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah secara kuantitatif,

dan untuk screening pemeriksaan kadar glukosa darah. Sampel yang dapat

digunakan adalah darah kapiler atau darah vena, tidak menggunakan

sampel berupa serum atau plasma darah.

Prinsip : tes strip menggunakan enzim glukosa dan didasarkan pada

teknologi biosensor yang spesifik untuk pengukuran glukosa, es stirp

mempunyai bagian yang dapat menarik darah utuh dari lokasi pengambilan

atau tetesan darah kedalam zona reaksi kemudian akan mengoksidasi

11
glukosa di dalam darah. Intensitas arus elektron terukur oleh alat dan

terbaca sebagai konsentrasi glukosa di dalam sampel darah.

5) Pemeriksaan Dengan Strip Uji

Tusukkan jarum khusus yang disediakan pada ujung jari atau bagian

tubuh lainnya) agar darah keluar. Letakkan setetes darah pada strip uji yang

mengandung suatu senyawa kimia. Pastikan jari tidak menyentuh stip itu

dan hanya darah anda yang berkontak dengannya. Tunggulah hingga strip

uji berubah warna. Cocokan warna setrip itu dengan grafik warna standar

pada botol yang menunjukkan berbagai kadar gula darah. Metode ini juga

disebut pembacaan visual karena anda perlu membandingkan warna pada

warna grafik standar.

6) Pemeriksaan Dengan Meteran

ada beberapa jenis meteran glukosa darah yang tersedia. Alat ini

adalah mesin kecil terkomputerisasi yang mengukur kadar gula darah.

Setiap meteran ini memiliki instruksi yang terperinci dengan tatacara

mencatat kadar gula darah. Anda perlu meletakkan tetes darahpada lembar

itu kedalam meteran sesuai dengan intruksi yang tersedia pada peralata.

Kadar gula darah akan tercatat dalam bentuk angka.

7) Pengujian Glycosylated Haemoglobin

mengukur jumlah gula yang melekat pada hemoglobin dalam sel-sel

darah merah. Sel-sel darah ini hidup selama empat bulan. Inilah sebabnya

tes ini menunjukkan rata-rata gula darah selama beberapa bulan yang lalu.

Ini sama dengan pengukuran rasio lari rata-rata seorang pemain kriket

selama suatu periode waktu.

Salah satu manfaat utama glycosylated hemoglobin adalah bahwa

pengujian ini tidak terpengaruh oleh perubahan jangka pendek atas kadar

gula darah. Inilah sebabnya bahkan jika anda memiliki gula darah yang

tinggi suatu waktu, hasil tes yang baik akan berarti bahwa pengendalian
12
anda secara keseluruhan terhadap diabetes sudah memuaskan. Ada

beberapa metode pengujian glycosylated haemoglobin. Setiap hasil

pengujian perlu ditafsirkan secara berbeda.

Hasil pengujian itu biasanya ditafsirkan sebagai berikut :

1. kontrol yang sangat baik (6% atau 120 mg/100 ml darah).

2. kontrol yang baik (8% atau 180 mg/100 ml darah).

3. kontrol yang buruk (10% atau 240 mgg/100 ml darah).

4. kadar yang berbahaya (13% atau 330 mg/100 ml darah).

8) POCT ( Point Of CareTest )

POCT ( Point Of CareTest ) adalah alat yang digunaka untuk mengukur

kadar gula darah total berdasarkan deteksi elektrokimia dengan dilapisi

enzim glukosa oxidase pada strip membran.

f. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Glukosa

1) Pra Analitik

Pada pasien dengan keadaan hipotensi terutama pada tekanan sistolik

˂ 80 mmHg akan terjadi pengalihan aliran darah dari sirkulasi perifer ke

organ-organ penting, akibatnya pengambilan darah kapiler pada keadaan

hipotensi akan mendapatkan mayoritas cairan interstisial dengan darah

kapiler yang sedikit sehingga kadar glukosa menjadi rendah palsu. Cara

pengambilan darah kapiler yang tidak tepat juga dapat mempengaruhi hasil

pada POCT ( Point Of CareTest ) glukosa.

2) Analitik

Tidak akuratnya hasil dari alat POCT ( Point Of CareTest ) glukosa

disebabkan oleh faktor alat (terutama strip pemeriksaan), faktor fisik, fakor

pasien dan faktor farmakologis (interfensi dengan obat yang diterima

pasien). Faktor kesalahan akibat interferansi obat terutama pada metode


13
glucoseoxidase, hal ini jarang dijumpai pada metode

glucosedehydrogenase.

3) Jenis Dan Jumlah Makanan Yang Di Konsumsi

Pola makan dengan makanan kurang serat dan mengandung banyak

gula menjadi salah satu factor risiko kelebihan berat badan dan bila

berlangsung terus menerus akan meningkatkan kadar glukosa di dalam

darah (Lestari, dkk 2011)

4) Hormoninsulin

Hormoni insulin diproduksi didalam pankreas oleh sel

betapulaulangerhans dan kerjanya mengatur karbohidrat bersama dengan

hati, adipose, otot dan bertanggung jawab terhadap nilaii konstan gula

darah. Gula darah dapat masuk dalam sel karena adanya hormon insulin.

Hormon insulin yang tersedia apabila kurang dibandingkan dengan

kebutuhan, maka gula darah akan menumpuk dalam sirkulasi darah

sehingga gula dalam darah akan meningkat (Widyastuti, 2011).

5) Penundaan Sampel

Sampel darah yang segera dicentrifuge dan diambill serumnya, dengan

yang mengalami penundaan akan mempengaruhi hasil pemeriksaan

glukosa. Kadar glukosa darah dapat turun karena proses glikolisis, pada

suhu kamar kadar glukosa darah dalam tabung akan menurun setelah

sepuluh menit dan kecepatan glikolisis mencapai 7 mg/dl per jam. Serum

dari hasil penundaan akan didapatkan kadar glukosa yang lebih rendah

dibandingkan serum dari hasil yang langsung disentrifuge (Diyono,2008).

6) Inkubasi

Kondisi inkubasi yang meliputi waktu dan suhu inkubasi dapat

mempengaruhi kecepatan tercapainya kesetimbangan reaksi.

Kesetimbangan reaksi dapat diartikan sebagai kondisi larutan dari

pencampuran reagen danserum dalam keadaan yang optimum. Waktu dan


14
suhu inkubasi tergantung pada aviditas anti bodi dan kadar suatu zat yang

ditentukan (Susilo,V.Yulianti.,dkk, 2005).

Suhu merupakan faktor fisika yang penting. Kenaikan suhu

mempercepat reaksi-reaksi kimia, menurut hukum van’tHoff kenaikan suhu

100C dapat melipat gandakan kecepatan reaksi (RifaiUmar,2013). Inkubasi

juga mempunyai peranan penting dalam penetasan telur ikan, semakin

tinggi suhuinkubasi maka semakin cepat waktu penetasan telur ikan

(Pangreksa Amelia,dkk, 2016).

7) Pasca Analitik

Mayoritas kesalahan pasca analitik adalah terjadinya kesalahan input

hasil, namun saat ini sudah banyak alat POCT dengan perangkat lunak

yang terintegrasi dengan labolatory information system (LIS) atau

HospitaInformation System (HIS) sehingga meminimalkan atau bahkan

mengeliminasi kesalahan pasca analitik..

2. OBESITAS

a. Pengertian Obesitas

Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang

dapat menggangu kesehatan (WHO,2017). Penyebab utama terjadinya

obesitas yaitu ketidak seimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran

energi (Betty, 2004).

Obesitas adalah kondisi yang ditandai gangguan keseimbangan energi

tubuh yaitu terjadi keseimbangan energi positif yang akhirnya disimpan dalam

bentuk lemak di jaringan tubuh (Nelm, et, al 2011). Sehingga obesitas adalah

terjadinya penumpukan lemak dalam tubuh yang abnormal dalam kurun waktu

yang lama dan dikatakan obesitas bila nilai Z-scorenya>2SD berdasarkan

IMT/U umur 5-18 tahun (Kemenkes, 2010)

b. Fisiologis Obesitas

15
Zat gizi makro dan mikro menghasilkan energi yang diperlukan oleh

tubuh. Asupan zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak bila di

konsumsi berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Asupan

lemak lebih banyak menghasilkan energi dibandingkan dengan karbohidrat

atau protein. Setelah makan, lemak dikirim kejaringan adiposa untuk disimpan

sampai dibutuhkan kembali sebagai energi. Oleh karena itu asupan lemak

berlebih akan lebih mudah menambah berat badan. Kelebihan asupan protein

juga dapat diubah menjadi lemak tubuh.

Asupan protein yang melebihi kebutuhan tubuh, maka asam amino akan

melepas ikatan nitrogennya dan diubah melalui serangkaian reaksi menjadi

trigiserida. Kelebihan karbohidrat akan disimpan dalam bentuk glikogen dan

lemak. Glikogen akan disimpan didalam hati dan otot. Kemudian lemak akan

di simpan disekitar perut dan dibawah kulit (Kharismawati, 2010).

c. Pengukuran Obesitas Menurut Supariasadkk, 2012

pengukuran status gizi dapat dilakukan dengan metode antropometri.

Metode ini menggunakan pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan,

dan tebal lapisan kulit. Pengukuran tersebut bervariasi menurut umur dan

kebutuhangizi. Antropometri dapat memberikan informasi tentang riwayat gizi

masa lampau. Tingkat obesitas dapat dihitung menggunakan Indeks Massa

Tubuh (IMT) sebagai berikut :

BeratBadan( kg)
IMT=
TinggiBadan ( m ) 2

Keterangan :

IMT : Indeks Massa Tubuh

BB : Berat Badan

TB : Tinggi Badan

16
Tabel 1.2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa

Berdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik.

Kategori BMI BMI Riskof


WHO (kg/m2) Co-morbidities
tradisional Asia Pasifik
(kg/m2)

Berat Badan <18.5 <18.5 Rendah


Kurang

Normal 20–20.5 18.5–22.9 Rata rata

Overweight >25 ≤23

Berisiko 25–30 23.0–24.9 Meningkat

Obesitas I 30–40 25.0–29.9 Sedang

Obesitas II >40 ≥30.0 Berbahaya

d. Dampak Obesitas
Obesitas yang terjadi pada masa remaja ini perlu mendapatkan

perhatian, sebab obesitas yang timbul pada waktu anak dan remaja bila

kemudian berlanjut hingga dewasa akan sulit di atasi. Beberapa dampak yang

terjadi dalam jangka panjang menurut Damayanti, 2008 diantaranya adalah

sebagai berikut :

1) Sindrom resistensi insulin

17
Bagi anak yang mengalami kegemukan sekitar perut, terutama yang

bertipe buah apel, umumnya mengalami penurunan jumlah insulin dalam

darah. Akibatnya hal tersebut memicu anak terserang Diabetus Millitus

tipe 2. Penderita DM tipe 1 selain memiliki kadar glukosa yang tinggi, juga

memiliki kadar insulin yang tinggi atau normal. Keadaan inilah yang

disebut sindrom resistensi insulin atau sindrom X.

2) Tekanan Darah Tinggi

Obesitas adalah salah satu penyebab utama yang mempengaruhi

tekanan darah. Sekitar 20-30% anak yang kegemukan mengalami

hipertensi. Dikatakan hipertensi jika mengalami tekanan darah tinggi yaitu

systole lebih besar dari 140 mmHg, dan diastole lebih besar dari 90

mmHg.

3) Penyakit Jantung Koroner

Penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah korone

risiko terkena penyakit jantung koroner semakin meningkat seiring

dnegan perubahan terjadinya penambahan berat badan yang berlebihan.

Penyakit jantung koroner tidak selalu akibat kegemukan, tetapi diperburuk

oleh faktor risiko lain yang terjadi pada masa kanak-kanak seperti

hipertensi, kolesterol tinggi dan diabetes melitus.

4) Gangguan Pernafasan

Gangguan Pernafasan seperti asma, nafas pendek, menggorok saat

tidur dan tidur apnue (terhentinya pernafasan untuk sementara waktu

ketika sedang tidur). Hal ini disebabkan karena penimbunan lemak yang

berlebihan di bawah diagragma dalam dinding dada yang menekankan

paru-paru

5) Gangguan Tulang Persendian

18
Beban tubuh anak yang terlalu berat mengakibatkan gangguan

ortopedi dan gangguan lain yang sering dirasakan adalah nyeri punggung

bawah dan nyeri akibat radang sendi.

e. Faktor Risiko Obesitas

Faktor risiko obesitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebagian besar faktor

risiko obesitas yaitu jenis kelamin, faktor genetik dan faktor lingkungan,

antara lain aktivitas fisik, asupan makan, sosial ekonomi (Putri, 2015). Di

bawah ini adalah faktor–faktor risiko terjadinya obesitas :

1) Keturunan

Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi pembentukan lemak

tubuh. Seseorang mempunyai faktor keturunan yang cenderung

membangun lemak tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain. Bawaan

sifat metabolisme ini menunjukkan adanya gen bawaan pada kode untuk

enzim lipoprotein lipase (LPL) yang lebih efektif. Enzim ini memiliki suatu

peranan penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan

karena enzim ini bertugas mengontrol kecepatan trigiserida dalam darah

yang dipecah-pecah menjadi asam lemak dan disalurkan ke sel-sel

tubuh untuk di simpan sehingga lama kelamaan menyebabkan

penambahan berat badan (Purwati, 2005)

Parental fatness merupakan faktor keturunan yang berperan besar.

Jika kedua orang tua obesitas, 80% anaknya akan menderita obesitas,

namun jika salah satu orang tuanya obesitas maka kejadian obesitas

40% dan bila kedua orang tuanya tidak obesitas maka prevalensinya

menjadi 14% (Pramudita, 2011).Sehingga faktor keturunan orang tua

menderita obesitas mempengaruhi kejadian obesitas pada anak.

Faktor keturunan akan menentukan jumlah unsur sel lemak dalam

lemak yang melebihi ukuran normal, sehingga secara otomatis akan


19
diturunkan kepada bayi selama kandungan. Sel lemak pada kemudian

hari akan menjadi tempat penyimpanan kelebihan lemak atau ukuran sel

lemak akan mengecil tetepi masih tetap berada di tempatnya (Henuhili,

2010).

2) Konsumsi Makan

Konsumsi makan adalah semua jenis makanan dan minuman yang

dikonsumsi setiap hari (Palupi, 2014). Secara biologis makanan

berfungsi memenuhi kebutuhan energi, zat gizi dan komponen kimiawi

yang dibutuhkan tubuh yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan

mineral.

a) Konsumsi Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat makanan yang paling cepat

mensuplai energi sebagai bahan bakar tubuh, terutama saat kondisi

tubuh lapar. Setelah makanan yang mengandung karbohidrat

dikonsumsi, karbohidrat akan segeara dioksidasi untuk memenuhi

kebutuhan energi (Adi, 2017). Karbohidrat akan menyumbang 4

kalori di dalam makanan.

Mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang berlebih dapat

menyebabkan faktor risiko obesitas. Konsumsi obesitas melebihi

kecukupan akan disimpan dalam tubuh berbentuk lemak atau

jaringan lain yang akan menimbulkan masalah kesehatan.

b) Konsumsi Lemak

Lemak dalam tubuh yaitu lipoprotein (mengandung trigiserida,

fosfolipid, dan kolestreol) yang berhubungan dengan protein. Lemak

akan menghasilkan kalori tertinggi dibandingkan dengan zat gizi

makro lainnya yaitu sebesar 9 kalori didalam makanan. Sumber

utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa,


20
kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan

sebagainya) (Doloksaribu,2017). Lemak lebih banyak menghasilkan

energi dibandingkan dengan karbohidrat atau protein.Setelah

makan, lemak dikirim kejaringan adiposa untuk disimpan sampai

dibutuhkan kembali sebagai energi. Oleh karena itu konsumsi lemak

berlebih akan lebih mudah menambah berat badan (Kharismawati,

2010).

c) Konsumsi Protein

Protein merupakan salah satu zat gizi makro yang penting bagi

tubuh selain karbohidrat dan lemak.Protein selain berguna sebagai

sumber energi, protein juga dapat berfungsi untuk memelihara sel-

sel didalam tubuh pada masa pertumbuhan.Makanan yang tinggi

protein biasanya memiliki lemak yang tinggi pula sehingga dapat

menyebabkan obesitas (Damayanti, 2017). Protein akan

menyumbang energi sebesar 4 kalori di dalam makanan,

kelebihan asupan protein juga dapat diubah menjadi lemak tubuh.

Konsumsi protein yang melebihi kebutuhan tubuh, maka asam

amino akan melepas ikatan nitrogennya dan diubah melalui

serangkaian reaksi menjadi trigiserida (Kharismawati, 2010).

d) Sosial Ekonomi

Faktor ekonomi yang cukup dominan dalam konsumsi pangan

adalah pendapatan keluarga dan harga pangan. Meningkatnya

pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan

dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya

penurunan pendapatan keluarga akan menyebabkan menurunnya

daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas

(Nurfatimah, 2014).

21
Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat,

pengaruh promosi iklan, serta kemudahan informasi, dapat

menyebabkan perubahan gaya hidup dan timbulnya kebutuhan

psikogenik baru dikalangan masyarakat ekonomi menengah ke

atas. Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi dengan

pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang

menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari – hari,

sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan pada

pertimbangan selera dibandingkan dari aspek gizi (Sulistyoningsih,

2011).

Pemilihan bahan makanan yang salah akan menyebabkan

kurangnyaasupan buah sayur sehari-hari. Mengkonsumsi buah

sayur merupakan upaya yang dapat mencegah terjadinya kejadian

obesitas, karena dapat mengurangi rasa lapar tetapi tidak

menimbulkan lemak (Musadat, 2010). Konsumsi sayur dan buah

adalah bagian dari stategi dalam mengontrol kegemukan dan

obesitas (He etal, 2004). Penelitian Drapeau 2004 menyatakan

bahwa konsumsi makanan tinggi serat, seperti konsumsi buah-

buahan dan sayuran berhubungan dapat mencegah kenaikan

berat badan.

e) Jenis Kelamin

Kebutuhan zat gizi antara laki-laki dan perempuan berbeda.

Perbedaan ini disebabkan karena jaringan penyusun tubuh dan

aktivitasnya. Jaringan lemak pada perempuan cenderung lebih

tinggi dari pada laki-laki. Sedangkan laki-laki cenderung lebih

banyak memiliki jaringan otot. Hal ini menyebabkan leanbodymass

laki-laki menjadi lebih tinggi dari pada perempuan (Sulistyoningsih,

2011).
22
Obesitas lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan

dengan laki – laki disebabkan proporsi lemak tubuh pada wanita

lebih tinggi dan banyak tersimpan di daerah panggul dibandingkan

pria yang tersimpan di perut (Anggraini, 2012). Menurut WHO

2000, perempuan lebih cenderung mengalami peningkatan

penyimpanan lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kecenderungan perempuan terhadap asupan makan sumber

karbohidrat yang lebih banyak sebelum masa pubertas, sementara

kecenderungan laki-laki mengkonsumsi makanan kaya protein.

Kebutuhan zat gizi anak laki – laki berbeda dengan anak

perempuan dan biasanya lebih tinggi karena anak laki-laki memiliki

aktivitas fisik yang lebih tinggi (Sari, 2011)

f) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh dihasilkan oleh otot

rangka yang mengeluarkan energi.Penggunaan energi bervariasi

tergantung tingkat aktivitas fisik dan pekerjaan yang berbeda

aktivitas fisik berguna untuk melancarkan peredaran darah dan

membakar kalori.Aktivitas fisik akan membakar energi yang

masuk, sehingga jika asupan kalori berlebih serta kurangnya

aktivitas fisik yang dilakukan akan menyebabkan tubuh mengalami

kegemukan. Aktivitas fisik dapat menurunkan risiko hipertensi,

penyakit jantung koroner, stroke, diabetes (Widiantini dan Tafal,

2014). Hasil penelitian Suryaputra dan Nadhiroh, 2012 terdapat

perbedaan yang bermakna pula pada aktivitas fisik remaja

obesitas dengan non obesitas, dimana sebagian besar anak yang

obesitas hanya memiliki aktivitas ringan.

3. Hipertensi
23
a. Definisi hipertensi

Hipertensi adalah factor penyebab timbulnya penyakit berat seperti

serangan jantung, gagal ginjal, dan stroke. Apalagi dimasa sekarang ini, pola

makan masyarakat Indonesia yang sangat menyukai makanan berlemak dan

yang berasa asin atau gurih, terutama makanan cepat saji yang memicu

timbulnya kolesterol tinggi. Kolesterol tinggi juga sering di tuduh sebagai

penyebab utama penyakit hipertensi disamping karena adanya factor

keturunan. (Susilo & Wulandari, 2010)

Pengobatan hipertensi bersifat jangka panjang dan harus diobati seumur

hidup. Namun obat-obatan dari dokter kadang tidak cukup ampuh mengatasi

hipertensi. Pengobatan alternative seperti mengkonsumsi ramuan herbal,

mengkonsumsi jus penurun hipertensi. Kita sendirilah yang harus

bertanggung jawab terhadap munculnya hipertensi dalam riwayat kesehatan

kita (Susilo & Wulandari, 2010).

Hipertensi berarti tekanan darah di dalam pembuluh-pembuluh darah

sangat tinggi. Pembuluh darah- pembuluh darah yang mengangkut darah dari

jantung yang memompa darah keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh.

Hipertensi bukan tegangan emosi yang berlebihan walaupun tegangan emosi

stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jadi sangatlah

tidak tepat kalua orang sering marah-marah dan mudah emosi pasti dapat

disebut terkena hipertensi (Susilo & Wulandari, 2010).

b. Gejala Hipertensi

Gejala-gejala tersebut bias terjadi baik pada penderita hipertensi maupun

pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat

atau menahun dan tidak diobati, bias timbul gejala sakit kepala, kelelahan,

mual, muntah, sesak napas, gelisah, pandangan kabur yang terjadi karena

adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang-kadang

penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan


24
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut

ensefalopatihipertensif yang memerlukan penanganan segera. Apabila tidak

ditangani keadaannya akan semakin parah dan dapat menicu kematian.

Satu hal yang penting yang harus disadari adalah kenyataan bahwa

hipertensi tidak memiliki gejala khusus yang langsung mengacu pada penyakit

tersebut. Oleh karenany, deteksi dini terhadap hipertensi sangatlah penting.

Kita dapat mencegah dan mengantisipsinya dengan cara rutin memeriksa

tekanan darah kita. Selain itu, tidak kalah penting untuk menjaga kesehatan

secara keseluruhan dengan menjalani pola hidup sehat dan pola makan sehat

sesuai dengan keperluan kita

c. Jenis Hipertensi

Hipertensi ada dua jenis, yaitu hipertensi utama (primaryhypertension)

dan sekunder (secondaryhypertension). (Susilo & Wulandari, 2010)

1) Hipertensi utama (primaryhypertension)

Hipertensi utama (primaryhypertension) adalah suatu kondisiyang

jauh lebih sering dan meliputi 95% dari hipertensi. Penyebab dari

hipertensi utama adalah berbagai factor yang memiliki efek-efek

kombinasi sehingga menyebabkan hipertensi.

2) Hipertensi sekunder

Adalah hipertensi yang dapat diketahui penyebabnya antara lain

kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),

penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain-lain. Karena

golongan terbesar dari hipertensi adalah hipertensi esensial, maka

penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditunjukkan kependerita

hipertensi esensial. (Ns. Alfeus M., 2018)

d. Faktor-faktor Penyebab Hipertensi


25
Hipertensi disebabkan oleh beberapa factor yang sangat mempengaruhi

satu sama lain. Kondisi masing-masing orang tidak sama sehingga factor

penyebab hipertensi pada setiap orang sangat berlainan. (Susilo & Wulandari,

2010)

Berikut ini factor-faktor yang menyebabkan hipertensi secara umum.

Salah satu saja mengenai tubuh kita maka dengan mudah kita akan terkena

hipertensi. (Susilo & Wulandari, 2010)

1) Toksin

Toksin adalah zat-zat sisa pembuangan yang seharusnya di buang

karena bersifat racun. Dalam keadaan biasa, hati kita akan mengeluarkan

sisa-sisa pembuangan melalui saluran usus dan kulit. Sementara ginjal

mengeluarkan sisa-sisa pembuangan melalui saluran kencing atau

kantung kencing. (Susilo & Wulandari, 2010)

2) Factor genetik

Adanya factor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan

orang tua hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk

menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga

dengan riwayat hipertensi. Ada baiknya mulai sekarang kita memeriksa

riwayat kesehatan keluarga sehingga kita dapat melakukan antisipasi dan

pencegahan. Ini tidak hanya berlaku untuk penyakit hipertensi tetapi juga

untuk penyakit-penyakit berat lainnya. Bagaimanapun melakukan

pencegahan dan antisipasi terhadap penyakit jauh lebih baik daripada

melakukan pengobatan. (Susilo & Wulandari, 2010)

3) Usia

Kejadian hipertensi cenderung meningkat seiring dengan

pertambahan usia. Sebanyak 65% orang Amerika berusia 60 tahun atau

lebih mengalami hipertensi. Jenis hipertensi yang banyak dijumpai pada


26
kelompok lansia adalah isolatedhypertension. Meskipun demikian,

hipertensi tidak selalu hadir seiring dengan proses penuaan. (Indah, 2014)

4) Jenis kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormone yang

berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki-laki berkaitan dengan

hipertensi, laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita

hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko lebih besar

terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan pada

perempuan biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika sudah

berumur 50 tahun. Sangatlah penting menjaga kesehatan lebih dini.

Terutama yang memiliki riwayat penyakit keluarga. (Susilo & Wulandari,

2010)

5) Etnis

Setiap etnis memiliki kekhasan masing-masing yang menjadi ciri khas

dan pembeda satu dengan yang lainnya. Hipertensi lebih banyak terjadi

pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih. Belum diketahui

secara pasti penyebabnya, tetapi pada orang berkulit hitam ditemukan

kadar renin yang lebih rendah dengan sensitivitas terhadap vasopressin

yang lebih besar. Ini yang menyebabkan mereka lebih rentan terkena

hipertensi. Walaupun tidak dapat dipungkiri, pola hidup sehat akan sangat

membantu mengindarkan mereka dari cap mudah terkena hipertensi ini.

Bagaimanapun menjaga kesehatan secara terus-menerus akan lebih

berarti daripada memikirkan cap negative ataupun sejarah kesehatan

yang buruk dari keluarga yang memang tidak dapat dihindari. (Susilo &

Wulandari, 2010)

6) Stress

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika

ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat
27
meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks maka

tekanan darah akan turun kembali. Dalam keadaan stres maka terjadi

respon sel-sel saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran atau

pengangkutan natrium. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga

melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika beraktivitas)

yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres

berkepanjanngan dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. Hal

tersebut belum terbukti secara pasti, namun pada binatang percobaan

yang diberikan stres memicu binatang tersebut menjadi hipertensi.

7) Obesitas

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang kegemukan

mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat gemuk pada usia 30 tahun

mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan

wanita langsing pada usia yang sama.

8) Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi primer.

Asupan garam tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebih dari

hormonenatriouretikyang secara tidak langsung akan meningkatkan

tekanan darah. Asupan garam tinggi dapat menimbulkan perubahan

tekanan darah yang dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14 gram per hari atau

jika di konversi ke dalam takaran sendok makan adalah lebih dari 2

sendok makan. Bukan berarti makan garam 2 sendok makan setiap hari

tetapi garam tersebut terdapat dalam makanan-makanan asin atau gurih

yang kita makan setiap harinya

9) Merokok

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan

selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah,

nikotin dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah


28
10) Kurang olahraga

Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada umumnya

cenderung mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah.

Dengan olahraga kita dapat meningkatkan kerja jantung.

11) Kolestrol tinggi

Kandungan lemak berlebihan dalam darah dapat menyebabkan

timbulnya kolestrol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat

pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan

meningkat.

e. Patofisologi

Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa

rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan

kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang

pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap

denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada

biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia

lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena

arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat

pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola) untuk

sementara waktu untuk mengarut karena perangsangan saraf atau hormon

didalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan

meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap kelainan fungsi

ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam

tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami

pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan

menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh


29
perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem

saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan

fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika

tekanan darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan

menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan

darah normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi

pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan

darah kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan

menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon

angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ peting dalam mengembalikan tekanan darah; karena

itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya

tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu

ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan

cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya

tekanan darah (Triyanto 2014). pertimbangan gerontology.

Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat

dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekwensinya , aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung .

f. Manifestasi klinis

Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah tinggi

umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah

tinggi mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa : kelelahan, bingung,

perut mual, masalah pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau


30
merah, mimisan, cemas atau gelisah, detak jantung keras atau tidak

beraturan (palpasi), suara berdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit kepala,

pusing. Sedangkan menurut (Pudiastuti,2011) gejala klinis yang dialami oleh

para penderita hipertensi biasanya berupa : pengelihatan kabur karena

kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibatnya tekanan

kranial, edema dependen dan adanya pembengkakan karena meningkatnya

tekanan kapiler.

g. Komplikasi hipertensi

Bahaya penyakit hipertensi sangat beragam. Apabila seseorang

megalamihipetensi maka dia juga akan mengalami komplikasi dengan

penyakit lainnya. Seperti yang telah di singgung sebelumnya, bahwa satu

gangguan pada organ tubuh manusia akan menyebabkan gangguan pada

bagian laiinya. Apabila satu organ sakit maka organ lainnya juga akan ikut

terganggu.

1) Stroke

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke yang

dapat menjerumus pada kerusakan otak atau saraf. Stroke umumnya

disebabkan oleh suatu hemorrahage (kebocoran darah atau leakingblood)

atau suatu gumpalan darah dari pembuluh-pembuluh darah yang

mensuplai ke otak. Gejala-gejala dan tandai tanda pasien dievaluasi

menilai kerusakan saraf.

Stroke dapat menyebabkan kelemahan, kesemutan atau rasa geli,

kelumpuhan dari tangan-tangan, kaki-kaki dan kesulitan berbicara, dan

pengelihatan menjadi kabur atau tidak dapat melihat sesuatu dengan jelas

padahal kondsi mata normal. Stroke-stroke kecil yang berganda dapat

menjurus pada dementia (kapasitas intelektual yang lemah atau

31
impairedintellectualcapacity). Ini juga bias menyebabkan kelumpuhan total

dan membuat manusia kehilangan daya pikirannya.

Pencegahan yang paling baik untuk kompliksi-komplikasi hipertensi ini

adalah control tekanan darah. Studi-studi terakhir juga telah menyarankan

bahwa obat-obat angiotensinreceptorblokers yang dapat menawarkan

suatu efek perlindungan tambahan melawan stroke-stroke melampaui

control tekanan darah. (Susilo & Wulandari, 2010)

2) Merusak kinerja jantung

Apabila seorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak

mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin) maka

hal ini dapat membawa si penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan

dapat menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus-menerus

menyebabkan jantung seseorang bekerja ekstra keras. Pada akhirnya,

kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung,

ginjal, otak, dan mata. Jantung yang bertuugas mendistribusikan darah ke

seluruh tubuh tidak bias lagi menjalankan fungsinya. Hipertensi sering

menjadi penyebab terjadinya serangan jantung (Susilo & Wulandari, 2010)

3) Kerusakan mata

Hipertensi kronis dapat menjerumus pada pembesaran jantung, gagal

ginjal, kerusakan otak, atau saraf. Selain itu, hipertensi juga menyebabkan

kerusakan pada mata. Adanya gangguan dalam tekanan darah akan

menyebabkan perubahan perubahan dalam retina pada belakang mata.

h. Hubungan Obesitas dengan Kadar Gula Darah

Penelitian WuShengHuietetal (2010), menunjukkan terjadi peningkatan

kadar trigliserida, pernurunan kadar kolesterol HDL, resistensi insulin, dan

peningkatan kadar faktor-faktor inflamasi pada pasien obesitas. Terjadi

peningkatan mRNALipopolysaccharides (LPS)-induced TNF-α factor (LITAF)

dan kadar protein seiring dengan peningkatan IMT mengindikasikan


32
hubungan paralel antara LITAF dan gangguan metabolik. Menurut penelitian

tersebut, LITAF teraktivasi pada pasien obesitas dan berperan terhadap

perkembangan obesitas yang menginduksi inflamasi dan resistensi insulin.

LITAF merupakan pengatur transkripsi TNF-α yang seharusnya berperan

pada mekanisme imun terhadap infeksi. Peningkatan TNF-α yang diobservasi

pada jaringan lemak pasien obesitas menunjukkan hubungan langsung

timbulnya resistensi insulin pada pasien obesitas.

Pada orang dewasa terbukti bahwa hipertropi sel lemak akibat obesitas

akan menyebabkan mediator proinflamasi meningkat seperti IL-1, IL-6 dan

TNF-α yang diduga dapat menghambat fosforilasi IRS-1 (insulin reseptor

substrate-1) sehingga mekanisme transmisi sinyal insulin terganggu. Keadaan

ini juga dapat menyebabkan perubahan kualitas maupun kuantitas reseptor

insulin dalam jaringan sehingga menyebabkan resistensi insulin. Resistensi

insulin menyebabkan peningkatan glukosa plasma sehingga keadaan ini

merangsang sel Beta pankreas untuk kompensasi dengan peningkatan

sekresi insulin mengakibatkan hiperinsulinemia.

B. KERANGKA KONSEP

Asupan makan tinggi


Obesitas namun kurang
aktifitas

1. Usia
2. Jenis Kelamin 1. Obesitas
3. Keturunan Hipertensi 2. Merokok
4. Obesitas 3. Konsumsi
alcohol
Gula darah 4. Aktifitas
fisik

33
Keterangan :
: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Bagian
: Mempengaruhi
: Tidak ditelliti

Gambar 1 : Kerangka konsep analisis kadar gula darah orang dengan obesitas yang

menderita hipertensi (Modifikasi Potter& Perry. 2006, Wade 2016, WHO

34
BAB III
METODE PENELITAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Yang peneliti pilih sebagai objek atau lokasi penelitian yaitu di Desa Lembuak

Timur Desa Lembuak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat.

2. Waktu penelitian

a. Penelitian dimulai dengan pengambilan data bulan Desember 2021.

b. Rencana penelitian ini dilaksanakan pada minggu kedua pada bulan

Januari.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional Analitik,

yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan melihat hubungan sebab akibat

antara beberapa variabel penelitian. Berdasarkan waktunya penelitian ini bersifat

cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana pengambilan sampel dan

penelitian dilakukan dalam waktu bersamaan.

C. Popolasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat dusun Lembuak

Timur Desa Lembuak Kecamatan Narmada yang mengalami obesitas

dengan hipertensi yang berpenduduk sebanyak 552 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sampel darah kapiler dari responden

yang mengalami obesitas dengan hipertensi sebanyak yang berada di Dusun

Lembuak Timur Desa Lembuak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok

Barat.

35
3. Besar sampel

Menurut Roscoe (1992) dalam sugiono (2011), ukuran sampel yang layak

digunakan dalam penelitian adalah antara 30-500. Agar analisis dapat

dianalisa dengan uji statistic untuk penelitian kuantitatif, jumlah minimal 30

sampel (Nursalam, 2015).

Za2 . P . Q
n= 2
L

Keterangan :

N = Jumlah sampel

Zα = Nilai standar dari distribusiα = 5% =1,96

P = Estimasi proporsi populasi

Q = Interval dan penyimpanan (1-P)

L = Tingkat kettelitian 10% - 20%

Berdasarkan rumus tersebut dapat diketahui :

Za = 1,96

P = 34% = 0,34

L = 20% = 0,2

Maka,

( 1.96 )2 . 0,34 . ( 1−0,34 )


n= 2
0.2

3,8416 . 0,34. 0,66


n=
0,04

0,862055
n= =21,551
0,04

Penjumlahan data di atas, jumlah sampel yang di ambil dalam penelitian ini

adalah 22 responden.

D. Teknik Pengambilan Sampel

36
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling , yaitu
pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria
sampel dalam penelitian yaitu
1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah:

a) Responden yang memiliki riwayat obesitas dan hipertensi

b) Pasien yang bersedia menjadi responden.

c) Penderita yang bersedia pemeriksakan kadar gula darah

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria

inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2016).

a) Terdapat penyakit penyerta seperti gagal jantung ,gagal ginjal, asma,

cacat fisik

b) Obesitas berat

c) Hipertensi berat

d) Tidak bersedia dilakukan pemeriksaan kadar gula darah

E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah orang dengan obesitas yang

menderita hipertensi.

2. Variable terikat (dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar gula darah.

F. Definisi Operasional

Definisi operasinol adalah mendefinisikan variabel secara operasonal

berdasarkan karakteristik yang dimiliki, memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
37
Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran

dalam penelitian (Nursalam, 2015).

Tabel 3.1 Definsi Operasional analisis kadar gula darah orang dengan

obesitas penderita hipertensi di desa lembuak kecamatan narmada

kabupaten Lombok barat

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Data
Pemeriksaan Gula darah glukometer - Satuan mg/dl
Gula Darah sewaktu adalah dengan metode
pemeriksaan gula POCT
darah yang
dilakukan
sepanjang hari
tanpa
memperhatikan
makanan terakhir
yang dimakan
dan kondisi tubuh
orang tersebut,
Berat badan Obesitas adalah menggunakan O Kuadrat dikatakan
keadaan tubuh rumus IMT obesitas bila IMT
yang ditandai (indeks masa ˃30 kg/m2.
adanya tubuh), yaitu
penimbunan dengan cara
lemak yang membagi berat
berlebihan badan (kg)
dengan tinggi
badan (meter)

Hipertensi Hipertensi dapat Tensimeter mmHg


didefinisikan
sebagai tekanan
darah persisten
dimana tekanan
sistoliknya diatas
140 mmHg dan
tekanan
diastoliknya
diatas 90 mmHg

G. Jenis dan Teknik pengumpulan data

1. Jenis pengumpulan data

Berdasarkan sumbernya jenis penelitian ini menggunakan data primer.

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

38
secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data

asli atau data baru yang bersifat up to date. Untuk mendapatkan data primer,

peneliti harus mengumpulkannya secara langsung.

Teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian

ini yaitu data yang secara langsung diambil dari objek penelitian oleh peneliti

sehingga diperoleh jawaban atas pertayaan yang disediakan melalui

pengisian kuisioner oleh responden.

Adapun data primer dari penelitian ini adalah:

a. Data tentang karakteristik respoden (nama, umur , jenis kelamin dan

pendidikan). Diolah secara deskriptif dan disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi.

b. Data tentang kadar gula darah

c. Data tentang tekanan darah dan berat badan

2. Teknik pengumpulan data

Tahapan pertama yang dilakukan sebelum memulai penelitian adalah

menjelaskan kepada calon responden mengenai peneliti, penelitian, serta

kontribusi responden dalam penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan cara :

a. Melakukan pengukuran berat badan dalam satuan kg

Cara ukur :

Timbangan injak diletakkan pada bidang yang datar,kemudian jarum

harus menunjukkan angka nol, lalu masing-masing responden diminta

membuka alas kaki, memakai pakaian seminimal mungkin, responden

diminta naik ke atas timbangan injak, angka yang ditunjukkan jarum

merupakan berat badan responden dalam kg. Timbangan injak (GEA)

dengan kapasitas maksimum 120 kg, ketelitian 1 kg.

39
b. Melakukan pengukuran tinggi badan dalam satuan sentimeter (cm)

Cara ukur :

Menempelkan microtoise pada dinding yang lurus, datar setinggi tepat 2

meter. Angka nol pada lantai yang datar dan rata. Lepaskan alas kaki,

responden harus berdiri tegak seperti sikap sempurna kaki lurus, tumit,

pantat, punggung dan kepala bagian belakang harus menempel pada

dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan kedepan.

Turunkan microtoise sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku

harus menempel rapat pada dinding. Baca skala yang tampak pada

lubang dalam gulungan microtoise. Angka tersebut menunjukkan tinggi

responden yang diukur. Alat ukur microtoise (general care) dengan

ketelitian 0,1 cm.

c. Perhitungan IMT dan cara menghitungnya

Cara hitung:

Perhitungan IMT = berat badan/tinggi badan2

d. Melakukan pengukuran tekanan darah

Cara ukur:

Gunakan manset pada lengan atas, bagian bawah manset berada 11-2

cm di atas siku.ujung selang manset berada di tengan lengan.

Kencangkan manset, saat pengukuran harus dalam posisi duduk dan

dalam keadaan tenang,tegak dan kaki menapak dilantai. posisi ketinggian

manset sama dengan jantung. Tekan tombol start pada alat, tunggu

sampai hasil keluar dalam satuan mmHg. Alat merk OMRON HEM-8712

e. Melakukan pengukuran gula darah

1) Persiapan alat dan bahan

- POCT merk Autocheck

- Tes strip glucosa darah


40
- Kapas alkohol 70%

- Blood lancet

- Tissue

- Darah kapiler

2) Cara kerja

Strip memo dan strip test di pasang pada alat. Ujung jari manis

tangan kiri / kanan didesinfektan dengan kapas alkohol 70% dan

dibiarkan kering. Dengan cepat lancet ditusukkan pada ujung jari,

darah yang keluar pertama di hapus dengan tissue kering lalu tetesan

darah berikutnya di teteskan pada test strip. Dibiarkan beberapa saat

hingga keluar hasil secara digital, lalu catat hasil yang diperoleh.

H. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Tekhnik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Uji Wilcoxon.

Menurut Sugiyono (2015), statistik nonparametrik digunakan untuk menganalisis

data nominal dan ordinal dari populasi yang bebas distribusi. Sedangkan Uji

Wilcoxon digunakan untuk menguji signifikasi hipotesis komparatif sample yang

berkolerasi bila datanya berbentuk ordinal.

41
I. Alur Penelitian

Responden dijelaskan mengenai maksud dan tujuan penelitian

Responden mengisi kuesioner

Pemeriksaan kadar gula darah dan tekanan darah pada orange dengan
obesitas penderita hipertensi

Pengumpulan data

Pengolahan data

Analisis data

Kesimpulan

42
DAFTAR PUSTAKA

Adam. (2005). Metabolic syndrome and its components in Men. Indonesian


Journal of Internal Medicine.
Adi, AC. 2017 ”Karbohidrat” dalam Hardinsyah dan Supariasa, Dewa Nyoman
(Ed). Ilmu Gizi Teori & Aplikasi.EGC : Jakarta.
Anggraini, S. 2012. Faktor Lingkungan dan Faktor Individu Hubungannya
Dengan Konsumsi Makanan Pada Mahasiswa Asrama Universitas
Indonesia Depok. [Skripsi]. UI.
Betty L. Lucas. 2004. Nutrition in Childhood. In:Manhan LK, Stump SE. Krause’s
Food, Nutrition, & Diet therapy11thEd. United States of America: Elsevier
Damayanti, R.S. 2004. Childhood Obesity in Indonesiain Abstract Book of 2 nd
Asian Congress of Pediatric Nutrition.
Damayanti, AD. 2008. Cara Pintar Mengatasi Kegemukan
Anak.Jakarta :Curvaksara.
Damayanti. D. 2017 ” Protein” dalam Hardinsyah dan Supariasa, Dewa Nyoman
[Ed]. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi.EGC : Jakarta.
Depkes RI. (2006). Pharmaceutical Care untuk Hipertensi. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Internal Medicine
Doloksaribu, B. 2017 ” Lemak” dalam Hardinsyah dan Supariasa, Dewa Nyoman
[Ed]. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi.EGC : Jakarta
Drapeau V. 2004. Modifications in foodgroup consumption are related to
longterm body-weight changes. Am J Clin Nutr.80:29-37.
Harymbawa, I. W. A. (2016). Hubungan Sedentary Lifestyle Dengan Kadar
Glukosa Darah Pada Orang Dewasa Pekerja Konveksi DiKelurahan
Genuk Ungaran Barat. STIKES Ngudi Waluyo. Artikel.
He K, FB Hu, GA Colditz, JE Manson, WC Willett, S Liu. Changes in intake of
fruits and vegetables in relation to risk of obesity and weight gain among
middle-aged women. Int J Obes 2004;28:1569-74.
Henuhili, Victoria. 2010. Gen–gen Penyebab Obesitas dan Hubungannya
Dengan Perilaku Makan. [Skripsi]. Fakultas MIPa. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Narmada.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014).

43
Kharismawati R. 2010. Hubungan Tingkat Asupan Energi, Protein, Lemak,
Kharbohidrat, dan Serat dengan Status Obesitas Pada Siswa SD.
[Skripsi]. Program Studi Ilmu Gizi. Semarang. UNDIP.
Kowalski. (2010). Terapi Hipertensi: Program 8 Minggu menurunkan Tekanan
Darah Tinggi .
Lestari. (2012). Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Tingkat Tekanan
Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Puskesmas DTP Jatinangor.
Musadat, Anwar. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegemukan
Pada Anak Usia 6-14 Tahun di Provinsi Sumatera Selatan. [Tesis], Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Nelm. M,. Kathryn S., Keren L., Sara Long R., 2011. Nutrition Therapy and
Pathophyysiology.2.nd Edition USA. Wadwordth.p.238-255.
Nugraha. (2009). Etiologi dan Patofisiologi Obesitas. Jakarta: Sagung Seto.
Palupi, M. 2014.Pengaruh Pemberian Makronutrien (Taburia) Terhadap Asupan
Makan Balita Yang Menjalani Rawat Inap Di Rumah Sakit. [Tesis].
UNDIP.
PERKENI. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan
Penyaring dan Diagnosis DM. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta; 2011.
PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia,PERKENI, Jakarta.
Pramudita.RA.2011. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota
Bogor. [Skripsi]. Bogor. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi
Manusia. IPB.
Purwati, Susi. 2005. Perencanaan Menu Untuk Penderita Kegemukan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Putri SR. 2015.Hubungan Asupan Makan Terhadap Kadar Trigiserida Pada
Mahasiswa Obesitas Di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
[Skripsi]. Univesitas Lampung.
Sari, D. A. (2014). Hubungan Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Konsumsi Fast Food
dan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Overweight Pada Siswa SMP AL
Islam Surakarta.Skripsi Program Studi Ilmu Gizi S1. Universitas
Muhammadyah Surakarta.
Sartika, RAD 2011.Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun di Indonesia.
Makara, Kesehatan , Vol. 15, No. 1, Juni 2011 : 37-43.
Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta Graha

44
Ilmu.
Supariasa IDN, MPS, Bachyar Bakri, Ibu F. 2012. Penilaian Status Gizi.
ECG:Jakarta.
Suryaputra dan Nadhiroh, 2012. Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik
Antara Remaja Obesitas dengan Non Obesitas. Makara, Kesehatan,
Vol.16, No. 1, Juni 2012: 45-50. Universitas Airlangga. Surabaya.
Wu Sheng Hui , Zhong Liu , Suzanne C. Ho. Metabolic syndrome and all-cause
mortality: a meta-analysis of prospective cohort studies. 2010.
WHO. 2000. Obesity :Preventing and Managing the Global Epidemic, Geneva :
WHO Technical Report Series.
WHO. (2014a). Commission on Ending Childhood Obesity. World Health
Organization. Departement of Noncommunicable disease surveillance.
WHO. (2014b). GLOBAL STATUS REPORT on Noncommunicable Diseases.
WHO. (2017).Obesity and Overweight. Diakses pada tanggal Desember 2017.
WHO. (2013). A global brief on hipertension (sillent killer, global public health
erisis). World Health Organization, 9-15.
Widiantini, W dan Tafal Z. 2014. Aktivitas Fisik, Stres,dan Obesitas Pada
Pegawai Negeri Sipil. Vol. 8, No.7, Februari.Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional.
Yuriska, A., 2009, Efek Aloksan Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar,
Karya Tulis Ilmiah: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Semarang.

45
46

Anda mungkin juga menyukai