Anda di halaman 1dari 7

BAB I

DINAMIKA PERSATUAN DAN KESATUAN


(PART 2)

B. DINAMIKA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA INDONESIA DARI MASA


KE MASSA
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tidak terjadi begitu saja. Pada awalnya perjuangan
melawan penjajah dilakukan secara kedaerahan. Para pendahulu kita berjuang melawan
penjajah yang berada di daerah masing- masing. Namun, hal tersebut tidak membuat negara
Indonesia merdeka. Para penjajah hanya berpindah dari daerah satu ke daerah lain di
Indonesia. Setelah mengetahui penyebab dari kegagalan dalam melawan penjajah, para
pendahulu kita menyadari akan pentingnya persatuan dan kesatuan seluruh rakyat Indonesia
untuk mengusir penjajah dari negara bukan hanya dari daerah masing- masing. Akan tetapi
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tidak terus menerus kuat. Adakalanya persatuan
mereka diuji oleh rongrongan gerakan pemberontakan baik dari kelompok dalam negeri yang
ingin memisahkan diri dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia maupun dari negara
asing yang ingin kembali menjajah negara Indonesia.
1. Pada Masa Awal Kemerdekaan (18 Agustus 1945- 27 Desember 1949)
Pada periode ini dibentuk negara Indonesia adalah kesatuan. Hal ini sebagaimana
tercantum dalam pasal 1 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 berbunyi :Negara Indonesia
ialah Negara kesatuan, yang berbentuk republik”. Sistem pemerintahan yang dianut
ialah sistem presidensil. Keadaan Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945 dapat dilakukan belum stabil. Ketidakstabilan ini disebabkan oleh
faktor- faktor berikut:
a. Adanya persaingan antarpartai politik yang berbeda ideologi untuk menjadi
partai yang paling berpengaruh di Indonesia.
Meskipun struktur pemerintahan telah terbentuk dan alat kelengkapan negara
juga sudah tersedia seperti 12 kementrian yang telah terbentuk, tetapi karena
baru awal kemerdekaan tentu masih banyak kekurangan. Pada awal perjalanan
penyelenggaraan negara, melalui pasa IV aturan peralihan UUD NRI Tahun
1945, Presiden diberi kekuasaan sementara untuk melakukan kekuasaan MPR,
DPR, dan DPA sebelum lembaga- lembaga konstitusional dibentuk
sebagaimana mestinya. Namun pasal tersebut digunakan belanda untuk
menuduh Indonesia sebagai negara yang dictator karena semua kekuasaan
1
negara terpusat pada Presiden. Berdasarkan hal itu, pemerintah Indonesia
mengeluarkan beberapa Maklumat Wakil Presiden berikut:
1) Maklumat Wakil Presiden Nomor X (baca: eks) tanggal 16 oktober
1945. Maklumat ini berisi tentang penarikan tugas Presiden untuk
melakukan kekuasaan MPR dan DPR yang kemudian diberikan kepada
Komisi Nasional Indonesia Pusat (KNIP) adalah membantu dan
menjadi pengawas kinerja Presiden dalam melaksanakan tugas
pemerintahan. KNIP mempunyai kuasa untuk memberikan usulan
kebijakan kepada Presiden dalam melaksanakan tugas- tugas
pemerintahan.
2) Maklumat Pemerintah Tanggal 3 November 1945 oleh wakil Presiden
Moh. Hatta. Isi maklumat tersebut menekankan pentingnya
kemunculan partai- partai politik di Indonesia. Partai politik harus
muncul sebelum pemilihan anggotan badan perwakilan rakyat yang
dilangsungkan pada januari 1946. Maklumat pemerintah tanggal 3
november 1945, yang dikeluarkan oleh Moh.Hatta hadir sebagai
sebuah peraturan dari pemerintah Indonesia yang bertujuan
mengakomodasi suara rakyat yang majemuk. Akibatnya, munculah
partai- partai politik dengan berbagai ideologi. Partai- partai tersebut
mempunyai arah dan metoden pergerakan yang berbeda- beda. Adapun
partai- partai yang dimaksud sebagai berikut:
a) Partai politik berhaluan nasionalis: PNI, SRI dan GRI
b) Partai politik berhaluan agama: Masyumi, NU, Parkindo dan
PKRI
c) Partai politik berhaluan sosial- komunis: PKI, Permai, PBI,
PSI, PRS dan PRJ
b. Bangsa Indonesia masih mencari sistem pemrintahan yang cocok sehingga
terjadi perubahan sistem pemerintahan.
Sejak permulaan bulan oktber dan anggota KNIP mempunyai rencana untuk
mengubah sistem pemerintahan presidensil menjadi sistem parlementer.
Perubahan sistem pemerintahan dianggap sebagai cermin demokrasi
Indonesia. Selain itu, alasan lain adalah untuk mengurangi kekuasaan Presiden
sebagai satu- satunya pemegang kekuasaan tertinggi di negara, karena dengan
keharusan presiden untuk melapor atau bertanggung jawab kepada parlemen
2
menunjukkan bahwa Presiden tidak absolut sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi. Dengan berbagai alasan dan latar belakang peristiwa di atas
pemerintah Indonesia pada 14 November 1945.
Maklumat ini berisi mengenai perubahan tata pemerintahan Indonesia dari
yang menganut sistem pemerintahan presidensil berganti menjadi sistem
pemerintahan parlementer. Pemerintahan presidensil dianggap sebagai
pemerintahan yang otoriter dikarenakan kekuasaan Presiden ysng tidak
terbatas, pemerintahan parlementer dianggap sebagai pemerintahan yang lebih
demokratis.
Sistem pemerintahan parlementer yang berlaku sejak tanggal 14 november
1945 hingga 27 desember 1949 menggunakan UUD NRI Tahun 1945 dan
selama itu terdapat Sembilan kali pergantian kabinet sebagai berikut:
1) Kabinet Presidensial Pertama, 2 September 1945- 14 November 1945
2) Kabinet Syahrir I, 14 November 1945- 12 Maret 1946
3) Kabinet Syarhrir II, 12 Maret 1946- 20 Oktober 1946
4) Kabinet Syahrir III, 20 Oktober 1946- 27 Juni 1947
5) Kabinet Amir Syarifuddin I, 3 Juli 1947- 11 November 1947
6) Kabinet Amir Syarifuddin II, 11 November 1947- 29 Januari 1948
7) Kabinet Hatta I (Presidensial), 29 Januari 1948- 4 Agustus 1948
8) Kabinet Darurat (PDRI), 19 Desember 1948- 13 Juli 1949
9) Kabinet Hatta II (Presidensial), 4 Agustus 1949- 20 Agustus 1949
Namun perubahan sistem pemerintahan melalui maklumat 14 November 1945
ini jelas- jelas melanggar konstutusi karena bertolak belakang dengan UUD
NRI Tahun 1945 yang berlaku saat ini. Dan seiring berjalannya waktu,
Indonesia merasa tidak cocok dengan sistem ini. Hal ini dibuktikan dengan
seiring jatuh bangunnya kabinet yang membuat pemerintahan kurang stabil
dan membuat pembangunan terhambat.
c. Jepang masih mempertahankan status quo di wilayah Indonesia sampai sekutu
datang sehingga sering terjadi peperangan antara rakyat Indonesia dan tentara
jepang.
Setelah jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 14 agustus 1945, sekutu
menugaskan jepang untuk mempertahankan keadaan seperti adanya (status
quo) sampai dengan kedatangan pasukan sekutu ke Indonesia. Di lain pihak,
bangsa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya dan sedang sibuk
3
melakukan upaya- upaya perebutan kedaulatan dari tangan jepang. Selain itu,
rakyat juga berusaha untuk memperoleh senjata dari tangan jepang. Karena
pihak jepang tidak mau menyerahkan senjatanya, terjadilah pertempuran-
pertempuran dahsyat di berbagai daerah.
Pasukan sekutu yang bertugas masuk ke Indonesia adalah tentara kerajaan
inggris yang terbagi atas:
1) SEAC (South East Asia Command) di bawah pimpinan Laksamana
Lord Louis Mounbatten untuk wilayah Indonesia bagian barat.
2) SWPC (South West Pasific Command) untuk wilayah Indonesia
bagian timur.
Dalam melaksanakan tugasnya di Indonesia bagian barat, Mounbatten
membentuk AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies) di bawah
Pimpinan Letnan Jenderal Philip Christison. Adapun tugas AFNEI di
Indonesia sebagai berikut:
1) Menerima penyerahan dari tangan jepang
2) Membebaskan para tawanan perang dan interniran sekutu
3) Melucuti dan mengumpulkan orang jepang untuk kemudian
dipulangkan
4) Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian
diserahkan kepada pemerintahan sipil
5) Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut
mereka di depan pengadilan.
d. Kedatangan sekutu (Inggris) yang diboncengi NICA (Belanda) yang ingin
kembali menjajah Indonesia, menimbulkan pertempuran di berbagai daerah.
Kedatangan pasukan sekutu pada mulanya disambut dengan sikap netral oleh
pihak Indonesia. Namun, setelah diketahui bahwa sekutu membawa NICA
(Netherland Indies Civil Administration) sikap masyarakat berubah menjadi
curiga karena NICA adalah pegawai sipil pemerintah HIndia Belanda yang
dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan sipil di Indonesia. Para
pemuda memberikan sambutan tembakan selamat datang. Situasi keamanan
menjadi semakin buruk sejak NICA mempersenjatai kembali tentara KNIL
yang baru dilepaskan dari tawanan jepang.
Perjuangan bangsa Indonesia masih terus berlanjut sampai setelah
kemerdekaan. Belanda berkeinginan untuk menjajah kembali bangsa
4
Indonesia. Oleh karena itu bangsa Indonesia terus berjuang untuk
mempertahankan kemerdekaan. Beberapa peristiwa sejarah yang dilakukan
oleh para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia secara fisik
sebagai berikut:
1) Pertempuran lima hari di semarang
2) Pertempuran 10 november 1945 di Surabaya
3) Pertempuran medan area
4) Bandung lautan api
5) Pertempuran ambarawa
6) Peristiwa merah putih di manado
7) Pertempuran margarana
8) Serangan umum 1 marert 1949
Selain perjuangan fisik, bangsa Indonesia juga melakukan perjuangan dalam
mempertahankan kemerdekaan melalui jalur diplomasi. Adapun perundingan-
perundingan yang telah dilakukan sebagai berikut:
1) Perundingan linggarjati
2) Perundingan renville
3) Perundingan roem-royen
4) Konferensi meja bundar (KMB)
e. Adanya gangguan- gangguan keamanan dalam negeri
Setelah proklamasi kemerdekaan. Indonesia menghadapi dua masalah antara
harus berjuang mempertahankan kemerdekaan dari ancaman sekutu dan NICA
dan juga harus menghadapi tindakan makar dari gerakan separatis, seperti
pemberontakan PKI madiun tahu 1948 dan Darut islam/ tentara islam
Indonesia (DI/TII).

2. Pada Masa Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949- 17 Agustus 1950)
Pada periode ini PBB ikut campur tangan dalam menyelesaikan perselisihan
Indonesia- Belanda dengan mengadakan konferensi meja bundar (KMB) di Den Haag
pada tanggal 23 agustus- 2 november 1949. Konferensi meja bundar menghasilkan
tiga persetujuan sebagai berikut:
a. Didirikannya Republik Indonesia Serikat
b. Penyerahan kedaulatan (pemulihan kedaulatan) kepada Republik Indonesia
Serikat
5
c. Dibentuk Uni antara Republik Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda.
Perubahan bentuk negara dari negara kesatuan menjadi negara serikat mengharuskan
adanya penggantian UUD. Oleh karena itu, disusunlah naskah UUD Republik
Indonesia Serikat. Rancangan UUD tersebut dibuat oleh delegasi RI dan delegasi
BFO pada konferensi meja bundar. Setelah kedua belah pihak menyetujui rancangan
tersebut, maka mulai 27 desember 1949 diberlakukan suatu UUD yang diberi nama
Konstitusi Republik Indonesia Serikat.
Berdasarkan Konstutusi RIS 1949, negara Indonesia berbentuk serikat atau federal.
Ketentuan ini tercantum di dalam pasal 1 ayat (1) konstitusi tersebut. Ketentuan ini
bertolak belakang dengan ketentuan tentang bentuk negara yang diamanatkan UUD
NRI Tahun 1945 yang menyatakan Indonesia sebagai negara yang berbentuk
kesatuan. Pada prinsipnya, negara serikat atau federal adalah negara yang terbagi-
bagi atas berbagai negara bagian.
Bnetuk pemerintahan ialah Republik. Hal ini tercantum dalam Mukadimah Konstitusi
RIS alenia III, cirinya:
a. Kedudukan Presiden sebagai kepala Negara
b. Presiden dipilih oleh orang- orang yang dikuasakan oleh pemerintah daerah
bagian
c. Berlaku asas pedoman bahwa kehendak daerah bagian haruslah merdeka
Pemerintahan RIS menganut sistem kabinet parlementer artinya kebijakan dan
tanggung jawab kekuasaan pemerintah berada di tangan menteri, baik secara bersama
maupun individual. Para menteri tidak bertanggung jawab kepada Presiden tetapi
kepas parlemen (DPR).
Berubahnya Indonesia menjadi negara serikat menimbulkan banyak ketidakpuasaan di
kalangan rakyat Indonesia. Bangsa Indonesia berkeinginan untuk kembali ke bentuk
negara kesatuan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, melalui sebuah kesepakatan
pemerintah RI dan pemerintah RIS pada 19 maret 1950 dibuat piagam persetujuan
untuk kembali ke negara kesatuan. Negara kesatuan yang dibentuk diatur dengan
konstitusi hasil pengubahan konstitusi RIS 1949 yang dikombinasikan denga prinsip-
prinsip pokok dalam UUD NRI Tahun 1945.
Lewat panitia gabungan antara pemerintah RI dan pemerintah RIS, akhirnya
dihasilkan sebuah rancangan konstitusi. Rancangan ini diajukan kepada pemerintah
RIS dan kemudian disetujui sebagai undang- undang dasar, walaupun sudah disetujui
dan dinyatakan berlaku, undang- undang dasar tersebut masih bersifat sementara
6
sehingga kemudian popular disebut Undang- Undang Dasar Sementara 1950 atau
disingkat UUDS 1950.
Pada masa Republik Indonesia serikat juga terdapat pemberontakan oleh kelompok
separatis. Adapun gerakan separatis yang dimaksud sebagai berikut:
a. Gerakan angkatan perang ratu adil (APRA)
b. Pemberontakan republik Maluku selatan (RMS)
c. Pemberontakan andi azis di makasar.

Anda mungkin juga menyukai