PENDAHULUAN
sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan organisasi dan mutu pendidikan, karena guru
yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang
kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global semakin meningkat.
sentral dalam kegiatan pendidikan khususnya proses belajar mengajar. Hal ini
harus dimulai dari peningkatan produktivitas guru terlebih dahulu. Produktivitas kinerja
guru merupakan tolak ukur yang dapat dijadikan penilaian apakah seorang guru telah
bekerja secara optimal dengan hasil yang optimal pula. Produktivitas kinerja guru
berorientasi pada pelaksanaan kerja dan hasil kerja seorang guru dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya di sekolah, juga merupakan salah satu tolok ukur yang
dapat dijadikan penilaian apakah seorang guru telah bekerja secara optimal dengan hasil
cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan
untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan, dan keterampilan
guru tidak ada artinya bagi sekolah, jika mereka tidak mau bekerja dengan keras
1
2
karena itu, penyelenggaraan pendidikan memerlukan adanya guru yang selalu mampu
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk mendidik dengan penuh
tanggung jawab, berdayaguna dan berhasil guna. Untuk mencapai itu semua diperlukan
Vroom dan Yetton dan Fiedler (dalam Robbins, 2006) mengemukakan faktor
merupakan inti atau ujung tombak pendidikan di Indonesia. Hal senada menurut
yang profesional di bidang pendidikan dengan kata lain pembenahan mutu pendidikan
harus dimulai pada profesionalitas pemimpin (kepala sekolah). Hal ini dapat
profesional.
sebuah institusi bukan hanya sekedar seorang pemimpin, namun lebih dari itu kepala
sekolah berfungsi sebagai akumulator, konseptor, serta manajerial. Pada level ini maka
kepala sekolah bukan saja memerankan fungsi sebagai sosok yang bisa menggerakkan,
kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi tentunya akan
Seorang kepala sekolah harus mampu menentukan kapan harus bersikap otoriter,
serta demokratis. Oleh karenanya seorang kepala sekolah dalam menjalankan tugas
mengingat guru merupakan ujung tombak perubahan menuju perbaikan kinerja sekolah.
Jika kepala sekolah gagal menjadikan tingkat kompetensi guru sebagai salah satu
memunculkan berbagai konsekwensi negatif. Banyak guru yang sibuk dengan dirinya
sendiri. Apapun yang disampaikan oleh kepala sekolah senantiasa tidak mendapatkan
respon yang baik. Celakanya lagi, guru yang sengaja menghindar berhadapan dengan
kepala sekolah lantaran suka atau tidak sepaham dengan berbagai kebijakan yang
diambil. Fenomena perilaku guru dan kepala sekolah seperti tersebut di atas, dalam
pengamatan sementara peneliti, masih sering terjadi dalam dimensi ruang dan waktu yang
kinerja guru yang optimal. Dalam Permendiknas No. 74 tahun 2008 tentang guru pada
Bab I pasal 1 ayat (1) disebutkan Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
peserta didik. Mulyasa (2014: 98) mengatakan bahwa guru yang memiliki kinerja tinggi
akan bernafsu dan berusaha meningkatkan kompetensinya baik dalam kaitannya dengan
Profesionalisme guru dibutuhkan bukan saja dalam kaitannya dengan efektivitas kinerja,
namun juga sebagai langkah untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Fasli
Jalal (2007:1) mengatakan bahwa pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada
keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang profesional, sejahtera dan bermartabat.
Oleh karena itu keberadaan guru yang bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem
dan praktik pendidikan yang bermutu. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
pendidikan yang bermutu dihasilkan dari keberadaan guru yang bermutu. Guru yang
bermutu, jelas guru yang kinerjanya tinggi dan profesional. Berpredikat guru profesional
atau guru yang bersertifikasi, mutlak seharusnya memiliki tingkat kompetensi guru yang
memadai.
transformasioanal yang mantap, Iklim Organisasi Sekolah yang harmonis dan kinerja
guru yang berkualitas yang tentunya berdampak positif terhadap produktivitas sekolah
baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut diperlihatkan dengan
persentase pengaruh variabel bebas terhadap produktivitas sekolah sebesar 73% sisanya
27% dipengaruhi faktor lain.” Penelitian Enok Kurniasih, (2013) tentang “pengaruh iklim
organisasi dan Iklim Organisasi Sekolah terhadap Produktivitas kinerja guru (Studi Pada
ditemukan bahwa terdapat pengaruh 43% dari iklim organisasi dan 57% Iklim Organisasi
Sekolah terhadap Produktivitas kinerja guru. Penelitian di atas memberi gambaran bahwa
5
mencapai hasil maksimal jika didukung oleh lingkungan atau Kepemimpinan Manajemen
kepala sekolah yang harmonis, motivasi yang tinggi baik dari luar atau dari dalam diri
dan juga bagaimana pemimpin dapat mentransformasikan dirinya dengan baik dalam
kepemimpinannya.
Perumnas 2 Kota Tangerang, menunjukan bahwa tidak semua guru: (1) mempersiapkan
pembelajaran semaksimal mungkin, (2) Setia menyusun silabus dan RPP, (3)
menggunakan metode yang variatif. (Penyusunan RPP dan Silabus hanya terjadi jika guru
mengetahui akan ada kunjungan dari pengawas), (4) Iklim Organisasi Sekolah yang
produktivitas guru. Hal yang disebutkan di atas dapat dijelaskan bahwa tidak semua guru
Yayasan Gunung Jati memiliki kompetensi seperti yang diamanatkan dalam Undang-
Undang.
yang kurang, tentunya berdampak pada produktivitas sekolah. Meski demikian data di
atas belum dapat menunjukan hasil keseluruhan dari produktivitas setiap sekolah. Karena
diperlukan usaha dan upaya yang kuat dari para guru untuk menghasilkan pendidikan
Iklim Organisasi Sekolah yang harmonis dan kepemimpinan yang baik dari atasan.
Seorang guru harus memiliki kompetensi. Kompetensi yang dimilki guru membuatnya
6
mampu menerapkan seluruh kemampuan dan keahliannya dalam tugas profesinya sebagai
guru.
lebih lanjut mengenai Kepemimpinan Manajemen kepala sekolah, kompetensi guru dan
4. Penyusunan RPP dan Silabus hanya terjadi jika guru mengetahui akan ada kunjungan
dari pengawas.
5. Iklim Organisasi Sekolah yang kurang kondusif (perdebatan, konflik antar guru
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka agar penelitian ini dapat fokus dan
2. Kompetensi guru
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi maksud dan
kepala sekolah terhadap Produktivitas kinerja guru di Kantor Yayasan Gunung Jati
Tangerang.
kepala sekolah, kompetensi guru dan saran kerja secara bersama-sama terhadap
guru.
a. Bagi Yayasan
c. Bagi Peneliti
9
kinerja guru.
BAB I PENDAHULUAN
Penelitian.
Sampel, Teknik dan Alat Pengumpul Data, Teknik dan Alat Analisis Data,
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen
Menurut Wahyosumidjo (2011:95) ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan
dari definisi manajemen, yaitu proses, pendayagunaan seluruh sumber organisasi dan
pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. (1) Proses adalah suatu cara yang
sistematik dalam mengerjakan sesuatu manajemen sebagai suatu proses, karena semua
kegiatan yang saling berkaitan tersebut dapat didayagunakan untuk mencapai tujuan
(2) Sumber daya organisasi meliputi dana, perlengkapan, informasi maupun sumber
daya manusia yang masing-masing berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta
pendukung untuk mencapai tujuan; (3) Mencapai tujuan organisasi yang telah
mempunyai tujuan yang ingin dicapai, tujuan individu ialah untuk dapat memenuhi
keterampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan
dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut
11
12
Sisk (2009: 10) management is the coordination of all resources through the
Menurut Fatah (2010:13), fungsi manajemen secara umum yang sering digunakan
1. Perencanaan
pemikiran yang sistematis mengenai apa yang akan dicapai, kegiatan yang harus
2. Pengorganisasian
wewenang diantara mereka, ditentukan siapa yang menjadi pemimpin, serta saling
13
tujuan yang telah ditetapkan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Dan tujuan
3. Pelaksanaan
pekerjaan secara bersama. Fungsi penggerakan ini merupakan fungsi yang sangat
4. Guruan
dan pengukuran suatu kegiatan operasional dan hasil yang dicapai dibandingkan
14
dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya yang terlihat dalam rencana.
dapat berbentuk standar fisik, standar biaya, standar model, standar penghasilan,
b. Mengukur dan menilai kegiatan-kegiatan atas dasar tujuan dan standar yang
ditetapkan.
Controlling).
1. Planning, yaitu proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk
2. Organizing, yaitu kumpulan dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara
penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan
dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dan tujuan yang telah
digariskan semula.
4. Activating, yaitu suatu fungsi manajemen berupa bentuk kegiatan kerja nyata
keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi
dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah
ditetapkan semula.
terdapat kerja sama yang terarah dalam mencapai suatu tujuan organisasi.
kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan
keuangan. Baik sistem keuangan dalam jangka pendek, menengah dan panjang.
dikemukakan oleh para ahli. Para ahli tersebut memberikan pendapat yang beragam,
dengan baik.
Dalam suatu organisasi harus ada seorang pemimpin yang memerintah dan
Menurut Rivai dan Mulyadi (2012; 1) setidaknya ada empat alasan mengapa perlu
seorang pemimpin yaitu: (a). karena banyak orang yang memerlukan figur pemimpin,
(b). dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil untuk mewakili
kelompoknya, (c). sebagai tempat pengambilalihan risiko bila terjadi tekanan terhadap
didefinisikan sebagai suatu proses memengaruhi aktivitas dari individu atau kelompok
untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Yukl yang dikutip Usman (2013; 309)
dan menyetujui kebutuhan yang harus dipenuhi dan cara melakukannya, serta proses
memfasilitasi individu dan kelompok berusaha mencapai tujuan bersama. Selain itu
menurut Cane (1998; 181), kepemimpinan adalah “Seni untuk secara sadar tanggap
terhadap tuntutan pekerjaan, tim dan individu di dalam tim.” Dalam kepemimpinan ini
mencakup upaya yang tidak hanya memengaruhi dan memfasilitasi pekerjaan kelompok
atau organisasi yang sekarang tetapi dapat juga digunakan untuk memastikan bahwa
diasumsikan terjadi dalam berbagai kelompok atau organisasi. Baik proses rasional
maupun emosional ditinjau sebagai aspek yang esensial dalam kepemimpinan. Tidak
ada asumsi yang dilakukan atas hasil aktual dari proses hubungan, karena evaluasi
karena pemimpin merupakan hal yang khusus, membutuhkan aktivitas yang tinggi,
dapat dipikirkan tetapi dapat dipelajari; kepemimpinan merupakan sesuatu yang sangat
pengambilan risiko, percaya diri, kreativitas dan kemampuan mengatasi persoalan yang
bercabang.
kepemimpinan meliputi :
3. Seni memengaruhi orang lain dengan cara ketaatan, kepercayaan, keHormatan dan
diharapkan.
18
diharapkan.
sekolah adalah kemampuan seorang kepala sekolah mempengaruhi orang lain untuk
memahami dan menyetujui kebutuhan yang harus dipenuhi dan cara melakukannya,
serta proses memfasilitasi individu dan kelompok berusaha mencapai tujuan bersama.
Hidayat dan Imam Machali (2010; 114) diantaranya adalah keterampilan teknis,
umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan
teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya
lain-lain. Menurut Riva’i dan Mulyadi (2012; 23) yang termasuk dalam keterampilan
kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap
kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan
tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah. Menurut Riva’i dan Mulyadi
(2012; 23) yang termasuk keterampilan antar pribadi adalah pengetahuan mengenai
sikap serta motivasi dari orang lain dan kemampuan untuk mengkomunikasikan dengan
manager). Seorang manajer tingkat atas harus memiliki keterampilan untuk membuat
konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep
mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana
kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning.
Oleh karena itu, keterampilan konseptual juga merupakan keterampilan untuk membuat
rencana kerja.
Menurut Rivai dan Mulyadi (2012; 23) yang temasuk ke dalam keterampilan
logis, membuat konsep, pemikiran yang induktif dan deduktif. Dalam arti umumnya
keterampilan konseptual termasuk penilaian yang baik, dapat melihat kedepan, intuisi,
kreatif dan kemampuan untuk menemukan arti dan sukses mengelola peristiwa-
peristiwa yang ambisius dan tidak pasti. Dalam dunia pendidikan, selain harus memiliki
ketiga keterampilan di atas, seorang kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki
kualitas tertentu. Kualitas tersebut menururt Rivai dan Murni (2010; 296) adalah
pertama, kepala sekolah harus tahu persis apa yang harus dicapainya (visi), dan
20
kompetensi untuk melaksanakan misi guna mewujudkan visi itu, dan ketiga, kepala
kerja, kerja sama yang harmonis, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan
mutu profesional diantara para guru banyak ditentukan oleh Kepemimpinan Manajemen
kepala sekolah. Kepala sekolah dituntut harus dapat mengelola sumber daya sekolah
secara optimal agar dapat berkembang dari waktu ke waktu. Segenap sumber daya yang
ada di sekolah harus diupayakan untuk dapat berfungsi secara optimal sehingga dapat
demikian menuntut kemampuan dan keahlian kepala sekolah seperti dikatakan Jones
siswa, menjalin hubungan dengan orang tua dan masyarakat, mengelola dan
Terkait dengan kutipan di atas Botia (2011; 11) menyatakan, bahwa tugas utama
dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia (2) memiliki integritas
kepribadian sebagai pemimpin (3) memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan
diri sebagai kepala sekolah/madrasah, (4) bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi, (5) mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan
sebagai kepala sekolah/madrasah, (6) memiliki bakat dan minat jabatan sebagai
pemimpin pendidikan.
efektif (5) menciptakan budaya dan Iklim Organisasi Sekolah/madrasah yang kondusif
dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik (6) mengelola guru dan staf (7) mengelola
dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan
sekolahmadrasah (9) mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik
baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik (10) mengelola
pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan
pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien. (12) mengelola ketatausahaan. (13)
mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah. (14) mengelola sistem informasi
22
dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang
pengembangan sekolah/madrasah. (2) bekerja keras (3) memiliki motivasi yang kuat
untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin, (4)
pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang
akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang
tepat. (3) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
oleh seorang pemimpin. Dengan kemampuan tersebut seorang pemimpin akan mampu
Menurut Rivai dan Mulyadi (2012; 42) gaya kepemimpinan adalah sekumpulan
ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi
tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan
23
strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Sikap dan gaya
kegiatan tersebut diantaranya cara memberi perintah, cara membagi tugas dan
dan pengawasan, cara membina disiplin karyawan, cara mengambil keputusan dan
sebagainya. Tannembaum dan Schmid seperti yang dikutip Usman (2013; 361)
berpendapat bahwa ada tiga faktor yang dipertimbangkan pemimpin dalam memilih
pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya
kepemimpinan situasional yang dikemukakan Rivai dan Murni (2010; 288), gaya
dengan cara melihat kekuatan dirinya sendiri sebagai pemimpin, kekuatan bawahannya,
dan kekuatan situasinya, dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang dipimpinnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih gaya kepemimpinan adalah lingkungan
bawahan meliputi sikap dan pengetahuannya pada pekerjaan, dan kekuatan pemimpin
itu sendiri. Selain itu pemilihan gaya kepemimpinan harus melihat waktu dan tempat
tugasnya tinggi dan hubungan interpersonal dengan bawahannya tinggi, ada pemimpin
bawahannya rendah, ada pemimpin yang berorientasi pada tugasnya rendah tetapi
berorientasi pada tugasnya rendah dan hubungan interpersonal dengan bawahannya juga
tinggi.
Menurut Rivai dan Murni (2010; 287) teori perilaku menekankan kepada
pendekatan ini berasumsi bahwa perilaku dapat dipelajari, sehingga pemimpin dapat
dilatih dengan perilaku kepemimpinan yang tepat agar menjadi pemimpin efektif.
Selain itu, Sunyoto (2013; 28) menyatakan bahwa teori perilaku menekankan pada
dua gaya kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan berorientasi tugas dan orientasi
karyawan. Orientasi tugas adalah perilaku pimpinan yang menekankan bahwa tugas-
pada tugas yaitu kurang disenangi bawahannya karena bawahan dipaksa bekerja
keras agar tugas-tugas selesai dengan cepat dan baik. Kelebihannya yaitu pekerjaan
pada bawahan yaitu pekerjaan banyak yang tidak selesai pada waktunya.
bawahan. Pendekatan perilaku ini selanjutnya melahirkan berbagai teori tentang tipe
sebagai suatu kontinum. Menurut Usman (2013; 362) model kontimun Tannembaum
dan Schmit merupakan garis yang diawali dengan titik yang menunjukkan perilaku
terpusat pada pimpinan dan diakhiri dengan titik yang menunjukkan perilaku yang
terpusat pada bawahan dengan berbagai variasi diantara kedua titik tersebut.
Menurut Usman (2013; 320) tim peneliti merumuskan kepemimpinan itu sebagai
suatu perilaku seseorang yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu yang terdiri
26
atas dua dimensi, yaitu struktur pembuatan inisiatif (inisiating structure) dan
perhatian (consideration).
organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang dipakai di dalam
menghargai, dan keintiman hubungan antara pemimpin dan bawahannya. Selain itu
tinggi
Struktur Rendah Perhatian Tinggi Struktur Tinggi Perhatian Tinggi
Pemimpin mendorong hubungan kerja Pemimpin mendorong mencapai
sama harmonis dan kepuasan dengan leseimbangan pelaksanaan tugas dan
kebutuhan sosial anggota kelompok. pemeliharaan hubungan kelompok yang
Ti bersahabat.
Struktur Rendah Perhatian Rendah Struktur Tinggi Perhatian Tinggi
Pemimpin menarik diri dan menempati Pemimpin memusatkan perhatian hanya
peranan pasif, pemimpin membiarkan kepada tugas. Perhatian kepada pekerja
keadaan sejadinya. tidak penting.
rendah Struktur inisiasi
27
tinggi
Gambar 2.1
Struktur Kepemimpinan Model Ohio
4. Studi Universitas Michigan.
prestasi dan kepuasan kerja kelompok. Ada dua gaya kepemimpinan yang dikenali
pada studi ini, yaitu gaya kepemimpinan pemusatan tugas dan gaya kepemimpinan
pemusatan karyawan.
dua konsep gaya kepemimpinan, yaitu berorientasi pada bawahan dan berorientasi
kerja. Pegawai diperlakukan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut
Purwanto (2009; 35) disebut “The job centered (terpusat pada pekerjaan) dan the
terpusat pada pekerjaan, makin rendah derajat perilaku kepemimpinan terpusat pada
5. Path-Goal Model.
28
didasarkan bahwa pemimpin dapat memilih gaya kepemimpinan yang sesuai dari
kepemimpinan directive (didasarkan pada gaya struktur inisiasi, berpusat pada tugas)
karyawan) dari studi universitas Ohio dan Universitas Michigan. gaya kepemimpinan
yang lain yaitu yang berorientasi prestasi dan partisipatif ditambahkan pada tahun
Rivai dan Mulyadi (2012: 44) mengemukakan bahwa ada empat tipe atau
gaya kepemimpinan path-goal, yaitu (1) mengarahkan, gaya ini sama dengan gaya
otokratis, jadi bawahan mengetahui secara persis apa yang diharapkan dari mereka,
pemimpin bertanya dan menggunakan saran bawahan, (4) berorientasi pada tugas,
Grifin dan Morhead yang dikutip Usman (2013: 366) menggambarkan model
Gambar 2.2
Model Kepemimpinan Path-Goal
29
6. Gaya Direktif.
yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Gaya ini tepat apabila kita dihadapkan
dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki pengalaman dan motivasi
untuk mengerjakan tugas tersebut. Menurut Lussier dan Achua (2010: 163)
kepada bawahan jadwal kerja yang harus disesuaikan dengan standar kerja, serta
pemimpin dalam komunikasi satu arah, menetapkan peranan bawahan, dan ketat
dimensi-dimensi: mengganti bawahan yang tidak patuh dengan yang lebih patuh,
selalu mengecek kinerja bawahan baik disiplin maupun keseriusannya dalam bekerja,
7. Gaya Supportif.
Menurut Sudadio (2013; 27) gaya supportif merupakan sebuah gaya dimana
Dalam hal ini pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
bawahannya. Sejalan dengan pendapat Sudadio tersebut, Lussier dan Achua (2010;
otoritas formal dibangun, dan tim kerja tidak memenuhi kepuasan kerja.
8. Gaya Partisipatif.
memengaruhi keputusan yang telah dan akan dibuat. Menurut Sudadio (2013; 26),
pengikut ingin dilibatkan, tanggung jawab dan kemampuan yang tinggi ketika
lingkungan tugas yang rumit, otoritas baik kuat maupun lemah, dan kepuasan kerja
meningkatkan prestasi, serta mendorong bawahan untuk mencapai tujuan dan hasil
karya yang lebih tinggi. Gaya kepemimpinan berorientasi prestasi memiliki ciri yaitu
31
(2010; 164), pemimpin menetapkan tujuan yang menantang tetapi dapat dicapai,
diharapkan para pengikut dapat meningkatkan kinerjanya ke yang lebih tinggi, dan
Sunyoto (2013; 26) “Situasi yang didiagnosis oleh manajer meliputi empat bidang,
yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan
standar yang ditetapkan”. Menurut Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa (2012: 38)
kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi
kompetensi mencakup tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki
peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis
pekerjaan tertentu.
membutuhkan kompetensi sebagai aset utama yang harus dimiliki setiap individu.
32
Namun harus disadari bahwa kompetensi dan kemampuan yang dimiliki seseorang
bukan hanya sekedar aspek pengetahuan dan keterampilan saja, melainkan juga
melibatkan aspek lainnya agar dapat dilaksanakan, seperti aspek lingkungan kerja,
peralatan kerja, dukungan dari pimpinan, pola dan sistem kerja, serta berbagai atribut-
Menurut Ramayulis (2006: 58) dalam bahasa inggris dijumpai beberapa kata
yang berdekatan artinya dengan guru, kata “teacher” berarti guru, pengajar kata
“educator” berarti pendidik, ahli mendidik atau tutor. Menurut istilah guru diartikan
oleh Hadari Nawawi dalam Ramayulis adalah orang-orang yang kerjanya mengajar atau
memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Lebih khususnya diartikan orang yang
bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang ikut bertanggung jawab dalam
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, fasilitator, dan sebutan
Seorang guru atau pendidik menurut Hasan (2011: 93) adalah: “orang dewasa
yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
makhluk sosial, dan sebagai individu yang berdiri sendiri.” Lebih jauh Ramayulis
(2006: 55) dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam memberi gambaran pengertian guru
atau pendidik secara lebih luas yaitu tujuan utama pendidikan Islam adalah terciptanya
manusia insan kamil, jadi pendidik adalah orang yang mengaktualisasi tujuan tersebut.
Keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial, sebab kewajibannya tidak
nilai. Guru merupakan orang dewasa yang mempunyai tugas dan tanggaung jawab
dalam mendewasakan anak didik. Dalam tugas mendewasakan tersebut guru dibekali
kemampuan untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral, agama dan
akhlak.
Selanjutnya Uno (2011: 15) mengartikan guru lebih spesifik pada kemampuan
dalam pembelajaran, guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab
dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru
mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya
mencapai pada tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir darai proses pendidikan.
Menurut Mujib dan Mudzakir (2006: 90) dalam paradigma jawa, pendidik diidentikkan
dengan sebutan ”Guru” (Gu dan Ru), yang berarti ”digugu dan ditiru”. Dikatan digugu
(dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya
guru memilikiwawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatan
34
segalatindak tanduk seorang guru patut dijadikan panutan dan suri tauladan yang
baik oleh peserta didiknya. Seorang guru juga mempunyaitanggung jawab yang berat,
sehat jasmani dan rohani, serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tujuan
Dari berbagai pendapat diatas dapat penulis simpulkan guru adalah pendidik
yang berarti orang dewasa yang mempunyai ilmu pengetahuan dan mempunyai
kemampuan untuk dalam membimbing, mengarahkan dan mentransfer ilmu dan nilai
dengan tanggung jawab kepada peserta didik kearah kedewasaan dalam rangka
pembangunan bangsa dan negara. Hal ini dapat terlihat dari tujuan nasional bangsa
Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang menempati
posisi yang standarategis dalam pembukaan UUD 1945. Dalam situasi pendidikan,
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Ini disebabkan guru berada di barisan terdepan
dalam pelaksanaan pendidikan. Dengan kata lain, guru merupakan komponen yang
paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas.
pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh
Menurut Trianto dan Tutik (2007: 71) satu kunci pokok tugas dan kedudukan
guru sebagai tenaga profesional menurut ketentuan pasal 4 UU Guru dan Dosen adalah
pendidikan nasional. Sebagai agen pembelajaran guru memiliki peran sentral dan cukup
pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Usman (2011: 14)
mengemukakan bahwa guru yang profesional pada intinya adalah guru yang memiliki
dari kata competency, yang berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut kamus bahasa
makna yang diantaranya, Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi
atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Kompetensi juga
berarti sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Johnson dalam Usman (2011: 14) mengemukakan
bahwa kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang
berikut:
kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak atau kemampuan dan kewenangan
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan
pendidikan profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005). Kompetensi guru bersifat terpadu dan
holistik.
37
1. Kompetensi Pedagogik
berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral,
emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus
mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki
karakter, sifat, dan interest yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum,
pembelajaran yang telah dilakukan. Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan
d. Perancangan pembelajaran,
dimilikinya.
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
pembelajaran.
2. Kompetensi Kepribadian
kualitas masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang
dihadapi dalam pelaksanaan tugasnya harus tetap tegar dalam melaksakan tugas
sebagai seorang guru. Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua
39
mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan
berlaku dalam masyarakat. Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu
anggota masyarakat.
sikap mental, watak dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut harus mampu
menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan
belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga
guru. Aspek-aspek yang diamati pada kompetensi ini adalah (Depdiknas, 2003: 6): 1)
mantap; 6) berwibawa; 7) stabil; 8) dewasa; 9) jujur; 10) sportif; 11) menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat; dan 12) secara obyektif mengevaluasi kinerja
terdiri dari:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru,
3. Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh
dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan
orang tua siswa, para guru tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial
kompetensi untuk:
2003: 8).
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
e. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan
4. Kompetensi Profesional
pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang
a. Penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar
b. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang
c. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
tindakan reflektif.
mengembangkan diri.
Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri yang meliputi kompetensi
kompetensi guru.
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 Ayat (3) butir a dikemukakan
43
Dalam hal ini guru harus memahami bahwa peserta didik bukanlah
kemampuan:
pembelajaran meliputi:
merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama
mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting, karena pendidikan di Indonesia
dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat, di nilai kering dari aspek
pedagogis, dan sekolah nampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung
bahwa proses pembelajaran, yakni hubungan guru dengan peserta didik di semua
tingkatan identik dengan watak bercerita. Peserta didik do pandang sebagai wadah
yang di isi air (ilmu) oleh gurunya. Oleh karena itu pembelajaran nampak seperti
sebagai berikut:
gurunya
pembelajaran itu
j. Guru adalah subjek dalam proses pembelajaran, peserta didik adalah objek
belaka.
pembelajaran gaya bank dengan ciri- cirinya seperti pembelajaran yang dialogis dan
keputusan yang tetap untuk mengelola sebagai sumber, baik sumber daya,
belajar mengajar memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang
pekerjaan kedalam berbagai tugas hususnya yang harus dilakukan guru dan
dalam upaya mencapai tujuan, yang akan melibatkan berbagai proses antar
bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang
program, guru hendaknya tidak membatasi didi pada pembelajaran dalam arti
yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan
guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana
yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang
apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai
tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya:
mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa. Yutmini (2009: 24)
a. Menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai
Harahap (2010: 12) menyatakan, kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
pengajaran
dan sistematis, sehingga tujuan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan
a. Membuka pelajaran
b. Menyajikan materi
f. Memotivasi siswa
g. Mengorganisasi kegiatan
i. Menyimpulkan pelajaran
l. Menggunakan waktu.
disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa
baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-
yang tidak terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan
pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan
bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung
hasil dan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini di fokuskan untuk mengetahui
Organisasi Sekolah tidak luput dari pengertian iklim itu sendiri. Iklim menurut Hoy dan
Miskell dalam Hadiyanto (2009: 153) merupakan kualitas dari lingkungan yang terus
52
menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi tingkah laku dan berdasar pada
persepsi kolektif tingkah laku mereka. Hoy dan Miskell dalam Hadiyanto (2009: 153)
menyebutkan bahwa Iklim Organisasi Sekolah adalah produk akhir dari interaksi antar
kelompok peserta didik di sekolah, guru-guru dan para pegawai tata usaha
Startt dalam Hadiyanto (2009: 153) yang menyatakan bahwa Iklim Organisasi Sekolah
merupakan karakteristik yang ada, yang menggambarkan ciri-ciri psikologis dari suatu
sekolah tertentu, yang membedakan suatu sekolah dari sekolah yang lain,
mempengaruhi tingkah laku guru dan peserta didik dan merupakan prasaan psikologis
Sekolah merupakan persepsi para guru dan personil sekolah lainnya tentang struktur
kerja sekolah, gaya kepemimpinan, manajemen, motivasi kerja guru, dan faktor
lingkungan sosial pening lainnya yang tampak pada sikap, kepercayaan, nilai dan
dampak terhadap semangat kerja atau moral kerja para guru dan personil sekolah
Dari beberapa definsi tentang Iklim Organisasi Sekolah seperti yang telah
dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Iklim Organisasi Sekolah merupakan
suatu kondisi, dimana keadaan sekolah dan lingkungannya dalam keadaan yag sangat
Iklim Organisasi Sekolah yang satu dengan Iklim Organisasi Sekolah yang lain
iklim suatu sekolah. Halpin dan Don B. Croft dalam Burhanuddin (2010: 272),
berikut :
1. Iklim Terbuka
Yaitu suasana yang melukiskan organisasi sekolah penuh semangat dan daya
2) Iklim Bebas
kadarnya kecil sekali. Kepuasan kerja yang dimaksud di sini adalah kepuasan
3) Iklim Terkontrol
iklim ini adalah adanya ketidakwajaran tingkah laku karena kelompok hanya
mementingkan tugas-tugas.
Adalah suatu iklim ysng terlalu bersifat manusiawi dan tidak terkontrol.
namun sangat sedikit perhatian pada penyelesaian tugas dan kontrol sosial
yang ada kurang diperhatikan. Sejalan dengan itu, semangat kerja kelompok
5) Iklim Keayahan
berusaha menekan atau tidak menghargai adanya inisiatif yang muncul dari
Dalam iklim yang demikian pun sedikit kepuasan yang diperoleh bawahan, baik
yang bertalian dengan hasil kerja maupun kebutuhan pribadi. Sehingga semangat
6) Iklim Tertutup
55
Para anggota biasanya bersikap acuh tak acuh atau masa bodoh. Organisasi
tidak maju, semangat kerja kelompok rendah, karena para anggota disamping
tidak memenuhi tuntutan pribadi, juga tidak dapat memperoleh kepuasan dari
hasil karya mereka. Tingkah laku anggota dalam Iklim Organisasi Sekolah
mundur.
Sekolah yang efektif sebenarnya terdapat pada Iklim Organisasi Sekolah yang
sifatnya terbuka.
diciptakan dan dibina agar dapat bertahan lama. Untuk menciptakan lingkungan belajar
mengajar yang sehat dan produktif, menurut Pidarta (2008: 178) haruslah ada
2. Kerja sama dalam kelompok mereka. Kerja sama itu dapat saling memberi dan
menerima tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas mereka sebagai
pendidik.
menunjukkan kemampuannya.
56
8. Kalau ada permasalahan, berilah kesempatan orang atau kelompok yang paling
bertalian dengan masalah itu menyelesaikan terlebih dahulu. Kalau mereka tidak
9. Para pegawai yang baru diberi penjelasan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu
10. Wujudkan tindakan dalam setiap kegiatan yang menggambarkan bahwa lembaga
dimulai oleh kepala sekolah atau para manajer lembaga pendidikan. Usaha-usaha
tersebut juga perlu didukung oleh seluruh warga sekolah agar Iklim Organisasi Sekolah
Oleh karena itu, sekolah perlu menciptakan iklim yang kondusif untuk
iklim yang kondusif diharapkan tercipta suasana yang aman, nyaman, dan tertib,
3) Kesehatan sekolah
Seperti halnya iklim fisik, suasana kerja yang tenang dan menyenangkan
juga akan membangkitkan kinerja para tenaga kependidikan. (Mulyasa 2007: 120).
Untuk itu semua pihak sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang
1. Tanggung jawab
2. Komformitas
peraturan-peraturan yang harus ditaati pegawai terkadang aturan itu tidak relevan
yang tinggi.
3. Semangat kelompok
58
Adanya suasana yang baik diantara pegawai, baik dari segi komunikasi yang
4. Penghargaan
imbalan dari pimpinan dan sebaliknya pegawai yang berprestasi tidak mendapat
cukup rendah.
5. Standar
Sebuah organisasi harus ditetapkan standar mutu kerja yang harus dicapai
6. Kejelasan organisasi
pegawai secara jelas. Apabila tidak ada tugas secara organisatoris yang diberikan
kepada karyawan ataupun pegawai, secara tidak langsung hilang tanggung jawab
1. Kualitas kepemimpinan.
2. Kepercayaan.
5. Tanggung jawab.
8. Kesempatan.
Untuk itu disusun kuesioner yang akan menjaring persepsi mereka terhadap iklim
kerjanya.
1) Kepemimpinan.
2) Komunikasi.
3) Komformitas.
4) Penghargaan
guna mewujudkan hasil yang diharapkan oleh suatu instansi, yang dapat mendukung
untuk lebih berpotensi dalam keberhasilan pencapaian tujuaninstansi. Untuk itu perlu
adanya pembinaan, pengarahan dan bimbingan bagi setiap tenaga kerja/guru agar lebih
berdaya guna, sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan Produktivitas kinerja guru
dan masukan (input) diinstansi industri dan ekonomi secara komprehensif. Produktivitas
(output) yang dihasilkan dari sumber itu. Pendekatan interdisipliner ilmu dilakukan
dalam upaya mengelola produktivitas untuk dapat menentukan tujuan yang efektif,
pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktif dan tetap menjaga kualitas
yang tinggi.
antara hasil keluaran dan masuk atau output: input. Masukan sering dibatasi dengan
masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai.
antara hasil yang di capai dengan sumber daya yang digunakan dalam melaksanakan
61
mengenai barang yang diproduksi dan jasa-jasa yang diberikan dengan menggunakan
sumber daya. Mengenai kerja, Stoner dan Freeman (2010:13) menyatakan bahwa kerja
adalah melakukan sesuatu dengan benar. Dalam hal ini bekerja diharapkan dapat
menghasilkan sesuatu dengan baik sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Tinggi
rendahnya kinerja guru berkaitan erat dengan pemberian penghargaan yang diterapkan
istilah kinerja dan prestasi kerja yaitu hasil kerja seseorang selama periode tertentu
Seseorang dapat dikatakan bekerja dengan baik bila ia bekerja dengan efektif,
Pengertian efektif di sini yaitu terlaksananya suatu tugas yang memenuhi persyaratan
yang dikehendaki.
Menurut Koontz dan Weihrich dalam Anwar dan Winardi, (2013:8), bahwa
pencapaian tujuan yang dimaksud adalah pemenuhan kriteria atas suatu produk yang
dihasilkan. Pemenuhan kriteria ini dapat dilihat dari segi peralatan, metode, skill dan
teknologi yang digunakan. Dari segi peralatan, yang perlu diperhatikan apakah peralatan
yang digunakan dapat memproduksi produk yang diinginkan, metode atau langkah-
langkah kerja (prosedur) yang digunakan demi terlaksananya proses yang tepat, apakah
tersedia prosedur kerja baku yang tetap. Skill menunjukkan kepada kemampuan guru
untuk menggunakan alat dan melaksanakan tugas dengan benar. Teknologi selalu
Menurut Suprihanto (2010:5) bekerja adalah derajat pencapaian tujuan. Dalam hal ini
tingkat penggunaan potensi diri seseorang dibandingkan dengan kapasitas diri seseorang
62
dalam melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh instansi.
guru tersebut adalah guru yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah
tertentu secara teratur terus menerus ikut mengelolah kegiatan instansi secara langsung,
serta guru yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tententu
sepanjang guru yang bersangkutan bekerja penuh dalam pekerjaan tersebut. Untuk
meniningkatkan produktivitas kerja seorang guru, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan misalnya: (1) gaji guru diperhatikan, (2) lingkungan kerja yang kondusif,
(3) biaya pendidikan atau Pelatihan kerja, (4) perbaikan kondisi kerja, (5) pemberian
bonus, (6) kemauan kerja yang tinggi, (7) kemampuan kerja yang sesuai dengan isi
kerja, (8) penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimun, (9) jaminan
kinerja guru adalah hasil yang dicapai seorang guru dalam melaksanakan tugas dan
instansi. Produktivitas manusia sering disebut dengan sikap mental yang selalu memiliki
pandangan bahwa hari ini lebih baik dari kemarin dan esok. Oleh karena itu agar
Para guru yang memiliki tingkat pendidikan atau keterampilan yang lebih
tinggi tentu produktivitasnya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan para
pekerja yang memiliki tingkat pendidikan atau keterampilan yang lebih rendah.
2. Kondisi Fisik
harus dapat menyesuaikan sikap dan kebiasaannya dengan keadaan instansi. Karena
jika sikap yang ada tidak baik dibawa instansi maka akan membawa pengaruh yang
4. Lingkungan Pekerjaan
5. Metode Kerja
penggunaan metode kerja, apakah metode kerja yang sekarang digunakan masih
digunakan untuk bekerja, jika peralatan tersebut terkondisinya sudah tidak memadai
Setelah melihat pengertian yang luas dari penjelasan yang lebih mendetail mengenai
pengertian pengembangan sumber daya manusia dan produktivitas maka dapat dilihat
manusia dengan produktivitas kerja dapat dilihat dari hasil produksinya. Keberhasilan
suatu instansi tergantung pada sumber daya pada produktivitas kerja, untuk itu perlu
diadakan pengembangan sumber daya manusia. Untuk mengembangkan guru itu sendiri,
dimana perlu menciptakan sikap dan mental yang cocok untuk menghadapi hidup
Produktivitas kerja dapat dilihat sebagai masalah keprilakuan, tetapi juga dapat
mengandung aspek-aspek teknis. Untuk mengatasi hal itu maka diperlukan untuk
menentukan faktor-faktor mana yang dapat menjadi penentu bagi keberhasilan dalam
2012:10), adalah:
perundang-undangan baru oleh pemerintah dan berbagai faktor lain yang tertuang
2. Peningkatan mutu hasil pekerjaan oleh semua orang dan segala komponen
organisasi. Mutu tidak hanya berkaitan dengan produk yang dihasilkan dan
dipasarkan, baik berupa barang maupun jasa, akan tetapi menyangkut segala jenis
65
kegiatan di mana organisasi terlibat. Berarti mutu menyangkut semua jenis kegiatan
yang diselenggarakan oleh semua satuan kerja, baik pelaksanaan tugas pokok
3. Pemberdayaan sumber daya manusia merupakan unsur yang paling strategik dalam
yang sangat mendasar yang harus dipegang teguh oleh semua eselon manajemen
Manusia sebagai tenaga kerja agar produktif harus mampu mendayagunakan lima
sumber kerja, baik yang terdapat pada dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Kelima
1. Penggunaan pikiran
maksimal dipergunakan cara kerja yang paling mudah atau gampang, dalam arti
tidak memerlukan banyak pikiran yang rumit dan sulit. Sebaliknya cara bekerja yang
banyak mempergunakan pikiran yang rumit dan sulit, jika hasilnya kurang atau sama
dengan hasil yang diperoleh dengan cara yang mudah, menggambarkan produktivitas
kerja rendah.
hasil yang jumlahnya terbanyak dan mutunya terbaik (maksimum), Tidak banyak
dipergunakan tenaga jasmani atau fisik yang melelahkan, seperti angkat mengangkat,
memikul, menarik dan sebagainya. Secara sederhana disebut pekerjaan yang ringan.
mempergunakan tenaga jasmani atau fisik, sedang hasilnya sedikit atau sama dengan
hasil yang dicapai apabila mempergunakan cara yang ringan. Pekerjaan yang seperti
itu disebut pekerjaan yang berat. Akan tetapi produktivitas tetap dapat dikatakan
tinggi, apabila seiring dengan semakin banyak dipergunakan tenaga jasmani atau
fisik ternyata hasilnya semakin banyak dan mutunya meningkat pula. Sedang jika
3. Penggunaan waktu
pencapaian suatu hasil dalam bekerja. Jika untuk mencapai hasil tertentu diperlukan
waktu yang singkat, berarti produktivitas kerja tinggi. Sebaliknya dengan hasil yang
sama, jika dicapai dalam waktu yang lebih lama berarti produktivitas kerja rendah.
Dengan kata lain semakin singkat jangka waktu yang dipergunakan untuk mencapai
4. Penggunaan ruangan
luasnya wajar, sehingga tidak memerlukan mobilitas yang jauh. Pemakaian ruangan
yang banyak dan luas, akan memperpanjang jarak yang harus ditempuh tenaga kerja
yang harus mewujudkan kerja sama dengan orang lain dalam melaksanakan suatu
68
pekerjaan. Pekerjaan akan produktif jika sejumlah personel yang perlu bekerja sama
mewujudkan hubungan kerja menjadi pendek dan hemat. Demikian pula pekerjaan
menjadi kurang produktif, jika jumlah personel yang bekerja dalam satu ruangan
kurang dari daya tampung ruangan tersebut. Sebaliknya produktivitas akan rendah
pula jika di dalam satu ruangan bekerja terlalu banyak personel sehingga semuanya
baku dan peralatan lainnya tidak terlalu banyak yang terbuang dan harganya tidak
terlalu mahal, tanpa mengurangi mutu hasil yang dicapai. Pekerjaan seperti itu
dikatakan hemat. Sebaliknya jika untuk menghasilkan sesuatu yang sama jumlah dan
mutunya, menjadi tidak produktif bilamana material atau bahan baku banyak
produktivitas yang terjadi dalam perjalanan kurun waktu tertentu. Pengukuran ini
bersifat netral artinya memberikan informasi yang bermanfaat bagi tujuan analisis
kemampuan kerja dan meneliti faktor-faktor keluaran dan masukan apa yang
produktivitas di tingkat perusahaan harus dikaitkan dengan perusahaan aktual yang ada
merupakan suatu alat manajemen untuk membantu mengevaluasi pelaksanaan dari suatu
personalia yang diharapkan dapat menunjukkan prestasi kerja para guru secara rutin dan
teratur sehingga sangat bermanfaat bagi pengembangan karier guru yang dinilai maupun
perusahaan secara keseluruhan. Prestasi kerja guru pada dasarnya adalah hasil kerja
misalnya standard, target atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama.
individu dan perusahaan pada umumnya. (Ravianto, 2014:32) Untuk mengetahui tinggi
rendahnya produktivitas, maka diperlukan cara pengukuran, yang menurut Darma ada
2013:6).
Russel menyatakan bahwa ada enam kriteria yang dapat digunakan untuk
1. Quality (kualitas)
2. Quantity (kuantitas)
70
Jumlah yang dihasilkan, seperti jumlah rupiah, jumlah unit dan jumlah siklus
kegiatan.
Tingkat sejauh mana kegiatan dapat diselesaikan pada waktu yang dikehendaki
Sejauh mana guru dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan
Tingkat sejauh mana guru memelihara harga diri, nama baik dan kerjasama diantara
masyarakat yang sulit diukur produktivitasnya dari segi perhitungan masukan dan
keluaran karena hasil kerja pada umumnya bersifat non material maka untuk
produktivitas kerjanya lebih ditekankan pada ukuran daya guna dalam melaksanakan
pekerjaan yang menyentuh aspek ketepatan, kecermatan dan sikap terhadap pekerjaan.
1. Metode atau cara bekerja yang dipergunakan sesuai dengan prosedur dan mekanisme
yang benar, cermat dan tepat untuk mencapai hasil yang maksimum dari segi
2. Peralatan yang digunakan merupakan yang terbaik dengan metode atau cara kerja
yang dipilih.
3. Penggunaan cara kerja dan alat tersebut dapat memperkecil hambatan kerja.
4. Penggunaan metode dan alat kerja tidak mengandung resiko yang merugikan dan
5. Personel pelaksana memiliki kreativitas, inisiatif dan sikap bekerja yang tepat,
1. Penelitian yang dilakukan oleh Delia Subrayanti (tesis UPI; 2013) tahun 2013 dengan
judul “Hubungan Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah
Kabupaten Cianjur.” Metode yang diguakan pada penelitian ini adalah metode
kepustakaan. Salah satu hasil penelitiaanya adalah terdapat hubungan positif dan
signifikan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada SD
ketegori kuat. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah
terletak pada dimensi kinerja guru. Pada penelitian Delia Subrayanti dimensi kinerja
penilaian, analisis hasil penilaian dan tindak lanjut. Selain itu terdapat perbedaan
2. Penelitian yang dilakukan Asro’i (2013) dengan judul “Study Tentang Kinerja
madrasah, supervisi akademik, dan komitmen kerja terhadap kinerja mengajar guru
Madrasah Aliyah se-Kota Bekasi).” Metode penelitian yang digunakan adalah survey
dengan skala Likert. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis jalur (path
kepala madrasah berhubungan secara positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar
positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru Madrasah Aliyah se-Kota
Bekasi. c) Terdapat dua variabel yang sama antara penelitian yang dilakukan Asro’i
(2013) dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu variabel kepemimpinan, dan
variabel kinerja guru. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah (1)
pada penelitian ini adalah Path-Goal Model yang terdiri atas kepemimpinan directive,
supportive dan goal oriented. (2) motivasi pada penelitian Asro’I adalah harapan,
dorongan dan imbalan, sedangkan pada penelitian ini adalah teori kebutuhan dari
pembelajaran, penilaian, analisis hasil penilaian, dan tindak lanjut. Selain itu terdapat
3. Penelitian yang dilakukan oleh Kiswanti, Wahyudi dan M. Syukri (2009) yang
Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Sub Rayon 04 Pontianak”.
sekolah dan iklim organisasi di SMP Negeri sub Rayon 04 Pontianak. Maka
study. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) pengaruh gaya motivasi
kerja guru terhadap kinerja guru di SMP Negeri sub Rayon 04 Pontianak tinggi yaitu
terhadap kinerja guru di SMP Negeri sub Rayon 04 Pontianak sebesar 66,59%; (3)
gaya kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah secara bersama–
sama mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru di SMP Negeri sub Rayon 04
Pontianak sebesar 80,10%. Hal ini berarti bahwa gaya motivasi kerja guru dan Iklim
Organisasi Sekolah mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru di SMP Negeri sub
Rayon 04 Pontianak.
Berdasarkan kajian teori di atas, maka penulis menduga terdapat pengaruh yang
signifikan antara Kepemimpinan Manajemen kepala sekolah, kompetensi guru dan Iklim
Judul:
Iklim
Organisasi
Sekolah
Fenomena:
Produktivitas kinerja guru di
Yayasan Gunung Jati
Perumnas 2 Kota Tangerang Outcame Analisis: Output Analisis:
Rekomendasi Kesimpulan dan Saran
75
Gambar 2.3
Bagan Kerangka Berpikir
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan ilmiah sementara terhadap suatu fenomena
yang perlu dibuktikan atau diuji kebenarannya secara empiris seperti yang diungkapkan
guru dan Iklim Organisasi Sekolah baik secara sendiri-sendiri maupun secara
guru dan Iklim Organisasi Sekolah baik secara sendiri-sendiri maupun secara
METODE PENELITIAN
penelitian ini bermaksud menjelaskan pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode penelitian survey. Menurut Singarimbun dan Effendi (2010, 3),
Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Kerlinger dalam
dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari
sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
dalam hal ini adalah daftar pertanyaan tertulis yang memerlukan tanggapan baik
kesesuaian maupun tidak kesesuaian sikap responden. Pertanyaan dan pernyataan yang
tertulis pada kuesioner berdasarkan indikator yang diturunkan pada setiap variabel
tertentu. Dari hasil penyebaran kuesioner tersebut, selanjutnya peneliti akan menganalisis
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Variabel-variabel yang akan diteliti pengaruhnya dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah
ini:
77
78
Kepemimpinan
Manajemen
kepala sekolah ε
(X1)
Iklim Organisasi
Sekolah
(X3)
Gambar 3.1
Desain Penelitian
Sumber: Buku Panduan Penyusunan Tesis
Universitas Muhammadiyah Tangerang 2017
Keterangan:
1) Definisi Konseptual
sekolah mempengaruhi orang lain untuk memahami dan menyetujui kebutuhan yang harus
dipenuhi dan cara melakukannya, serta proses memfasilitasi individu dan kelompok
79
berusaha mencapai tujuan bersama dan dilihat berdasarkan dimensi kepemimpinan direktif,
2) Definisi Operasional
hasil penyebaran kuisioner tertutup, yaitu responden hanya memilih pilihan jawaban
2) Setuju Nilai 3
Tabel 3.1
Instrumen Variabel X1
Butir
Variabel Dimensi Indikator
Soal
Kepemimpinan direktif Memberikan penjelasan yang rinci tentang 1, 2,
tugas-tugas, hubungan antar pribadi, 3, 4
Manajemen
prosedur penghargaan, dan prosedur
kepala sekolah sanksi.
(X1) supportif Memberikan contoh, empati, membangun 5, 6,
hubungan antar pribadi, dan memberikan 7, 8
motivasi.
partisipatif Melibatkan guru dan stakeholder dalam 9, 10,
pengambilan keputusan. 11
12,
Memperhatikan kerja kelompok/tim.
13, 14
goal Memanfaatkan peluang dan sumberdaya 15,
oriented yang ada 16, 17
Memberikan kesempatan untuk 18,
berprestasi. 19, 20
Sumber: Usman (2013: 366)
1) Definisi Konseptual
Kompetensi guru dalam penelitian ini diperoleh dari instrumen angket kompetensi
2) Definisi Operasional
pernyataan telah disertai sejumlah pilihan jawaban yang kemudian responden hanya
memilih jawaban yang paling sesuai. Penskoran menggunakan skala Likert. Skor setiap
Tabel 3.2
Instrumen Variabel X2
No. Jml
Variabel Dimensi Indikator
Soal Soal
Kompetensi 1) Kompetensi - Pemahaman Wawasan 1 1
Guru (X2) Pedagogik - Pemahaman terhadap peserta 2 1
didik
- Pengembangan Kurikulum 3 1
- Pembelajaran yang dialogis 4 1
- Pemanfaatan teknologi 5 1
- Evaluasi Prestasi Belajar 6 1
2) Kompetensi - Berakhlak mulia 7 1
Kepribadian - Dewasa 8 1
- Berwibawa 9 1
- Menjadi Teladan 10 1
81
No. Jml
Variabel Dimensi Indikator
Soal Soal
3) Kompetensi - Berkomunikasi secara lisan, 11 1
Sosial tulisan dan isyarat
- Menggunakan TIK secara 12 1
fungsuional
- Bergaul efektif dengan peserta 13 1
didik, sesama pendidik dan wali
4) Kompetensi - Menerapkan teori belajar yang 14, 15 2
Profesional baik
- Menerapkan metode belajar 16, 17 2
bervariasi
- Menggunakan media 18, 19 2
pembelajaran
- Menumbuhkan kepribadian 20 1
peserta didik
JUMLAH 20
Sumber: Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007
a. Definisi Konseptual
dan lingkungannya dalam keadaan yag sangat aman, nyaman, damai dan
b. Definisi Operasional
Tabel 3.3
Instrumen Variabel X3
82
a. Definisi Konseptual
Produktivitas kinerja guru adalah hasil yang dicapai seorang guru dalam
b. Definisi Operasional
Tabel 3.4
83
Instrumen Variabel Y
No. Jml
Variabel Indikator
Soal Soal
Produktivitas Kualitas 1, 2, 3 3
kinerja guru (Y)
Kuantitas 4, 5, 6, 7 4
rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak
mengukur apa yang hendak diukur (Gay dalam Sukardi 2013, 121). Pengujian
N . ∑ xy - ( ∑ x )( ∑ y )
r xy =
√ {N . ∑ x 2
- (∑ x ) }{N . ∑ y 2 - (∑ y ) }
2 2
Keterangan:
N = Jumlah responden
Kemudian hasil rxy hit dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikansi
5%. Jika didapatkan harga rxy hit> r tabel, maka butir instrument dikatakan valid, akan
tetapi sebaliknya jika harga rxy hit< r tabel, maka dikatakan bahwa butir instrumen
digunakan sebagai alat pengumpul data. Arkunto (2011, 178) menyatakan bahwa
yang sudah dapat dipercaya (reliable) akan menghasilkan data yang dapat
r
[ ][ ∑ σb
]
2
k
r 11= 1−
k−1 σ 12
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Instrumen
85
harga r product moment pada taraf signifikansi 5%. Jika harga r 11> r , maka
tabel
instrumen dikatakan reliabel, dan sebaliknya jika harga r11< r tabel maka dikatakan
3.3.1 Populasi
Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan
perhatian peneliti. Obyek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda-benda, sistem
dan prosedur, fenomena dan lain-lain (Kountur, 2014, 137). Populasi penelitian ini
adalah seluruh guru di Yayasan Gunung Jati Perumnas 2 Kota Tangerang sejumlah 60
orang.
3.3.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2013; 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling (teknik pengambilan sampel)
dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan non probability sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. (Sugiyono (2013: 84).
Karena jumlah populasi yang sedikit, maka Jenis non probability sampling yang penulis
gunakan adalah metode sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2013:88), sampling Jenuh
adalah teknik penentuan sample bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
86
sampling Jenuh dari jumlah populasi sebanyak 60 orang, maka yang diambil seluruhnya
menjadi sampel penelitian. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 60 orang.
Tabel 3.5
Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
No Nama Sekolah Jumlah Guru
1 Yayasan Gunung Jati 10
2 SD Yayasan Gunung Jati 32
3 SMP Yayasan Gunung Jati 18
Jumlah 60
3.4.1 Observasi
perilaku manusia, proses kerja dan bila responden tidak terlalu besar (Arikunto,
menggunakan alat berupa daftar permasalahan yang akan diteliti, yang berisi item-
item tentang kejadian atau tingkah laku yang mungkin timbul atau digambarkan
akan terjadi.
3.4.2 Angket
87
kompetensi guru dan Iklim Organisasi Sekolah terhadap Produktivitas kinerja guru.
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif dalam penelitian ini
meliputi mean, minimum, maximum serta standar deviasi yang bertujuan mengetahui
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui data normal atau tidak dari masing-
masing variabel penelitian. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji
One Sample Kolmogorof Smirnov dan uji Shapiro Wilk dengan menggunakan taraf
signifikan 0,05. Data berdistandaribusi normal jika nilai signifikansinya lebih besar
b. Uji Linieritas
88
hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai
prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linier. Pengujian pada SPSS dengan
menggunakan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel
dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikansi (linieritas) kurang dari
0,05
1. Uji Multikokolinieritas
Model regresi berganda yang baik adalah model regresi yang variabel-variabel
bebasnya tidak memiliki korelasi yang tinggi atau bebas dari multikolinearitas.
bila nilai VIF dibawah 10 dan nilai tolerance di atas 0,1 berarti data bebas
multikolinearitas. Dapat pula dideteksi dengan melihat korelasi antara variabel bebas
2. Uji Heteroskedastisitas
penyimpangan model karena gangguan varian yang berbeda antar observasi satu ke
nterhadap nilai residual melalui SPSS. Model yang bebas dari heteroskedastisitas
memiliki nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 Uji hateroskedastisitas dapat pula
dideteksi menggunakan uji Glejser untuk meregres nilai absolute residual terhadap
variabel bebas. Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
89
terikat, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Apabila nilai signifikansi di atas
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada
pada periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Ada beberapa cara untuk mendeteksi gejala autokorelasi, yaitu uji Dublin
Watson (DW test), uji Langrage Multiplier (LM test), uji statistik Q, dan uji Run Test
selanjutnya adalah analisis data menggunakan regresi linier berg. Analisis ini digunakan
Manajemen kepala sekolah (X1), Kompetensi guru (X2), dan Iklim Organisasi Sekolah
(X3) terhadap variabel terikatnya yaitu Produktivitas kinerja guru (Y). Persamaan
Dimana:
^
Y = Variabel dependen (Produktivitas kinerja guru)
a = Konstanta
Y = a + bX + e
Dimana:
Y = Variabel dependen
a = Konstanta
X = Variabel independen
keberartian (signifikansi) pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel (Y) secara
parsial, yaitu dengan mencari nilai thitung, dengan persamaan sebagai berikut:
r ❑√ n−2
t hitung = ❑
√1−r 2
kinerja guru.
kinerja guru.
Hipotesis 1
92
Kota Tangerang.
Hipotesis 2
Hipotesis 3
Tangerang;
Untuk menguji hipotesis keempat (uji Bersama) digunakan Uji F, yaitu uji
yang digunakan untuk menunjukan apakah semua variabel bebas yaitu Kepemimpinan
Manajemen kepala sekolah (X1), Kompetensi guru (X2), dan Iklim Organisasi Sekolah
(X3) mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas yaitu
93
Produktivitas kinerja guru (Y). Analisis yang digunakan adalah persamaan regresi linier
Dimana:
a = Konstanta
keberartian (signifikansi) pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel (Y) secara
simultan (bersama), yaitu dengan mencari nilai Fhitung, dengan persamaan sebagai
berikut:
R2 /k
F h=
( 1−R2 ) / ( n−k −1 )
Keterangan:
n = jumlah sampel
Untuk koefisien korelasi nilai ganda (R) dengan uji F pada tarap kesalahan
Regresi Berg, Rank Spearman beserta pengujian hipotesis digunakan alat bantu
program komputer untuk statistik yaitu SPSS (Statistical Product and Service
model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai Koefisien pengaruh adalah
antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas
Sekolah) dalam menjelaskan variasi variabel terikat (Produktivitas kinerja guru) amat
terbatas. Begitu pula sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
Waktu yang diperlukan untuk mengadakan penelitian adalah 3 bulan, terhitung dari bulan
Tabel 3.6
Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan
No Kegiatan Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literature
2 Konsultasi Proposal
3 Sidang Proposal
4 Pengumpulan Data
5 Analisis Data
6 Penulisan Tesis & Konsultasi
7 Sidang Tesis
DAFTAR PUSTAKA
Allen dan Meyer. 2010, Commitment In The Workplace, Theory, Research And Application.
Sage Publications. Inc, California.
Arifin, Muhammad. 2011. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
________ 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
________ 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Cetakan kedua. Jakarta:
Bumi Aksara.
Bacal, Robert. 2011. Performance Management. Terj.Surya Darma dan Yanuar Irawan,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Barnawi & Mohammad Arifin, 2012. Etika dan Profesi Kependidikan, Yogyakarta: ArRuzz.
Boediono, S. 2010, Efektifitas Guru Sekolah Dasar di Pulau Jawa. Prisma th VIII No 7 Edisi
Bulan Juli.
96
97
Cowling, Alan & Philip James. 2006. The Essence of Personnel Management an Industrial
Relation (terjemahan). Yogyakarta.
Danim, Sudarwan, 2012. Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, Bandung: Alfabeta.
________ 2005. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru danDosen. Depdiknas
RI, Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri, 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta.
Douglas, Hall T. & James Goodale G. 2006. Human Resources Management, Strategy,
Design and Impelementation, Scott Foresman and Company, Glenview.
Effendy, Onong Uchjana, dan Thun Surjaman. (ed), 2009, Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gaffar, Fakry. 2007, Perencanaan Pendidikan Teori dan Metodologi. Jakarta: P2.LPTK
Depdikbud.
Harahap, Baharuddin. 2010, Supervisi Pendidikan Yang Dilaksanakan Oleh Guru, Kepala
Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya.
Hasibuan S.P, Malayu. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hoy, Wayne. K. & Miskel, Cecil G. 2009. Educational Administration, Theory, Research
and practice. North America: Mcgraw-hill.
Kountur, Ronny. 2014, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta:
Penerbit PPM.
98
Kunr, 2007, Pendidik Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan dan
Sukses dalam Sertifikasi Pendidik, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyasa, E. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS): Konsep, Strategi, dan implementasi.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
________ 2008. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
________ 2010, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
________ 2014, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosda karya.
Nawawi, Hadari. 2010. Organisasi Sekolah dan Pengelolaaan Kelas sebagai Lembaga
Pendidikan, Jakarta: Haji Masagung.
Pidarta, Made. 2008. Peranan Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Purwanto, M. Ngalim, 2009, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung, P.T. Remaja
Rosdakarya.
Ranupandojo, Heidjrachman & Suad Husnan. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta: BPFE.
Rivai, Veitzal & Deddy Mulyadi, 2012, Kepeimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta,
Rajagrafindo Persada.
Robbins, S.P. 2006. Perilaku Organisasi Konsep Kontroversi Aplikasi, Edisi 8, Jilid 1,
Terjemahan, Jakarta: Prehalindo.
Siagian, Sondang P. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 2010, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3E.
99
Sudadio, 2013, Dimensi Esensial Manajemen Peningkatan Mutu Jasa Pendidikan dan
Pelatihan, Serang, Dewan Buku Bnaten Press.
Sunyoto, Danang. 2013, Teori, Kuesioner, dan Proses Analisis Data Perilaku
Organisasional, Yogyakarta, Centere for Academic Publishing Service.
Umar, Husein. 2013. Riset Sumberdaya Manusia dalam Organisasi, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta:
Sinar Grafika Offset.
Uno, Hamzah B. 2011, Profesi Kependidikan Problema, solusi, dan reformasi pendidikan di
Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, Moh Uzer. 2013, Menjadi Guru Professional, Bandung: Remaja Rosda Karya Offset.
William B, Werther Jr, and Keith Davis, 2015. Personnel Management and Human
Resources, 2 ed., Singapore: MC Graw-Hill.
100
101
KUESIONER
PENGARUH KEPEMIMPINAN MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI
GURU DAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME
GURU DI
YAYASAN GUNUNG JATI PERUMNAS 2 KOTA TANGERANG
Pendahuluan:
Tujuan kajian ini adalah untuk meninjau pandangan Bapak/Ibu tentang Kepemimpinan
Manajemen kepala sekolah, kompetensi guru dan Iklim Organisasi Sekolah serta pengaruhnya
terhadap profesionalisme guru di Yayasan Gunung Jati Perumnas 2 Kota Tangerang.
Kajian ini bukan bertujuan untuk ‘menguji’ atau ‘menilai’ Bapak/Ibu tentang Kepemimpinan
Manajemen kepala sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah serta pengaruhnya terhadap
profesionalisme guru yang dikemukakan dalam kuesioner ini. Tidak ada jawaban ‘benar’ atau
‘salah’ bagi setiap kenyataan yang diberikan. Identitas pribadi Bapak/Ibu akan dirahasiakan.
Kerjasama Bapak/Ibu amat diperlukan untuk menjawab soal penelitian dengan sebenar-
benarnya dan sejujur-jujurnya sesuai apa yang Bapak/Ibu ‘alami’ dan ‘rasakan’ di Yayasan
Gunung Jati Perumnas 2 Kota Tangerang.
Peneliti,
Asdalinah Nangcik
102
Kepada Yth:
Bapak/Ibu Guru
di-
Yayasan Gunung Jati Perumnas 2 Kota Tangerang
Dengan Hormat,
Bersama ini saya mohon dengan hormat kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi instrumen
penelitian ini, berkenaan dengan tesis saya yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan
Manajemen kepala sekolah, Kompetensi guru dan Iklim Organisasi Sekolah Terhadap
Profesionalisme Guru di Yayasan Gunung Jati Perumnas 2 Kota Tangerang.” Instrumen
ini merupakan sarana pengumpulan data untuk penyusunan Tesis Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Dalam pengisian instrumen ini, jawaban yang Bapak/Ibu berikan dijamin kerahasiaannya
karena informasi tersebut hanya untuk kepentingan ilmiah semata. Untuk itu diharapkan
kesediaan Bapak/Ibu memberikan jawaban yang benar sehingga mencerminkan realita yang
ada.
Atas perkenan dan kesediaan Bapak/Ibu saya haturkan banyak terima kasih.
Hormat saya,
Asdalinah Nangcik
103
ANGKET PENELITIAN
KEPEMIMPINAN MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH (X1)
Petunjuk :
1. Awali dengan membaca Basmallah dan akhiri dengan membaca Hamdallah.
2. Tuliskan nama, no absen, dan kelas pada kolom yang sudah disediakan.
3. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti jangan ada yang terlewati.
4. Berikut ini adalah suatu pernyataan dimana diminta untuk memberikan jawaban yang
paling sesuai dengan diri masing-masing dengan tanda contreng (√) pada kolom yang
tersedia
SS : Sangat Setuju (4) KS : Kurang Setuju (2)
S : Setuju (3) TS : Tidak Setuju (1)
5. Setiap jawaban adalah benar semua, oleh karena itu jangan terpengaruh dengan jawaban
teman.
JAWABAN
NO PERNYATAAN
SS S KS TS
JAWABAN
NO PERNYATAAN
SS S KS TS
ANGKET PENELITIAN
KOMPETENSI GURU (X2)
Petunjuk :
1. Awali dengan membaca Basmallah dan akhiri dengan membaca Hamdallah.
2. Tuliskan nama, no absen, dan kelas pada kolom yang sudah disediakan.
3. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti jangan ada yang terlewati.
4. Berikut ini adalah suatu pernyataan dimana diminta untuk memberikan jawaban yang
paling sesuai dengan diri masing-masing dengan tanda contreng (√) pada kolom yang
tersedia
S : Selalu (4) P : Pernah (2)
SR : Sering (3) TP : Tidak Pernah (1)
5. Setiap jawaban adalah benar semua, oleh karena itu jangan terpengaruh dengan jawaban
teman.
JAWABAN
NO. PERNYATAAN/PERTANYAAN
S SR P TP
JAWABAN
NO. PERNYATAAN/PERTANYAAN
S SR P TP
ANGKET PENELITIAN
IKLIM ORGANISASI SEKOLAH (X3)
Petunjuk :
1. Awali dengan membaca Basmallah dan akhiri dengan membaca Hamdallah.
2. Tuliskan nama, no absen, dan kelas pada kolom yang sudah disediakan.
3. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti jangan ada yang terlewati.
4. Berikut ini adalah suatu pernyataan dimana diminta untuk memberikan jawaban yang
paling sesuai dengan diri masing-masing dengan tanda contreng (√) pada kolom yang
tersedia
S : Selalu (4) P : Pernah (2)
SR : Sering (3) TP : Tidak Pernah (1)
5. Setiap jawaban adalah benar semua, oleh karena itu jangan terpengaruh dengan jawaban
teman.
JAWABAN
NO PERNYATAAN
S SR P TP
JAWABAN
NO PERNYATAAN
S SR P TP
ANGKET PENELITIAN
109
Petunjuk :
1. Awali dengan membaca Basmallah dan akhiri dengan membaca Hamdallah.
2. Tuliskan nama, no absen, dan kelas pada kolom yang sudah disediakan.
3. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti jangan ada yang terlewati.
4. Berikut ini adalah suatu pernyataan dimana diminta untuk memberikan jawaban yang
paling sesuai dengan diri masing-masing dengan tanda contreng (√) pada kolom yang
tersedia
SS : Sangat Setuju (4) TS : Tidak Setuju (2)
S : Setuju (3) STS : Sangat Tidak Setuju (1)
5. Setiap jawaban adalah benar semua, oleh karena itu jangan terpengaruh dengan jawaban
teman.
JAWABAN
NO PERNYATAAN
STS TS S SS
JAWABAN
NO PERNYATAAN
STS TS S SS