Anda di halaman 1dari 5

WHOLE OF GOVERNMENT (WoG)

TUGAS INDIVIDU
LATSAR CPNS
2021 ANGKATAN
XXXII KELOMPOK 4

Oleh
dr. Rezal Nur Arafhat
198803022020121005

UPTD PUSKESMAS PAGERAGEUNG

PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA


I. Whole of Government (WoG)

Whole of government adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintah


yang mengoptimalkan upaya kolaboratif dalam raung lingkup koordinasi dari
keselurahan sektor dengan maksud untuk mencapai tujuan pembangunan bersama dan
pemerintah yang terintegrasi dalam pemecahan sebuah isu yang muncul. Guncangan
globalisasi yang menghadirkan berbagai kontradiksi (paradoks) di berbagai sektor
kehidupan seperti korupsi, kemiskinan, dominasi pasar bebas di sektor ekonomi dan
lain-lain yang sulit diatasi dengan cara dan pendekatan biasa (in the box) membuat
Whole of Government (WoG) menjadi keniscayaan yang tidak terhindarkan. Konsep
Whole of Government (WoG) sebenarnya bukan hal yang baru di negara-negaramaju,
tetapi dewasa ini di berbagai negara berkembang Whole of Government (WoG) menjadi
topik yang hangat dibicarakan, terutama di Indonesia yang termasuk terlambat
dibandingkan negara-negara di Asia seperti Singapura, Korea Selatan, Thailand dan
Malaysia.

Whole of Government (WoG) pada awalnya disebut sebagai Joined Up


Government atau Network Government dan paling akhir diberi nama Whole of
Government (Tom Christensen &Peer Legreid, 2017: 1059). Praktik Joined Up
Government atau Whole of Government (WoG) diinisiasi oleh Perdana Menteri Inggris
Tony Blair pada tahun 1997, ketika pemerintah Inggris mengalami hambatan dalam
mengatasi wicked problems pada sektor publik akibat lemahnya koordinasi vertikal
maupun horisontal pada lembaga-lembaga pemerintahan di berbagai tingkatan(Richards
and Smith, 2006 dalam Christensen & Legreid, 2017). Hambatan ini kemudian dicoba
diatasi dengan membentuk jejaring kerja (network) pemerintahan dimana dilakukan
koordinasi intra dan inter departemen dan sektor untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan yang sulit dipecahkan (wicked problems). Upaya ini ternyata kurang
efektif karena muncul masalah lain, yaitu terjadi benturan kepentingan karena masing-
masing instansi memiliki agenda dan tujuannya sendiri.
Koordinasi saja ternyata tidak cukup untuk mengatasi wicked problems, sehingga
diperlukan upaya lebih besar lagi yaitu kolaborasi. Perbedaan antara koordinasi dengan
kolaborasi adalah: koordinasi merupakan kerjasasama intra dan inter instansi di dalam
suatu jejaring kerja tetapi masing-masing instansi masih memiliki agenda, kepentingan
dan tujuan organisasinya masing-masing, sementara kolaborasi adalah kerjasama intra
dan inter instansi di dalam jejaring kerja berdasarkan satu agenda, kepentingan dan
tujuan bersama. Agenda dan tujuan bersama, kolaborasi, jejaring kerja dan integrasi
adalah faktor determinan bagi terselenggaranya Whole of Government (WoG). Inti dari
Whole of Government (WoG) menurut Haligan (2011) adalah “koordinasi- kolaborasi
secara integratif serta manajemen berbagai tugas dan fungsi-fungsi di dalam organisasi
tanpa adanya kontrol hierarkis di antara sesama partisipan yang ditujukan untuk
memperoleh suatu hasil (outcome) yang tidak dapat dicapai apabila bekerja sendiri”.

Sebagai institusi formal negara, pemerintah wajib mendorong tumbuhnya nilai-nilai


perekat kebangsaan yang menjamin bersatunya berbagai elemen kebangsaan dalam
satu frame. Whole of Government merupakan salah satu frame yang dapat diterapkan
dalam pemerintahan dalam rangka meminimalisir disintegrasi bangsa dan
menghilangkan fragmentasi sektor. Seluruh elemen Pemerintah, khususnya Aparatur
Sipil Negara (ASN) memiliki peran yang sangat besar terhadap terwujudnya whole of
government.

Beberapa alasan mengapa Whole of Government (WoG) sangat penting dan harus
mendapat perhatian dari pemerintah, diantara:

1. Faktor eksternal
Adanya dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program
pembangunan dan pelayanan sehingga penyelenggaraan pemerintahan yang lebih
baik dapat tercipta. Selain itu, perkembangan teknologi informasi, situasi dan
dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong penting WoG dalam
menyatukan intitusi pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan dan layanan publik.
2. Faktor internal
Terdapat fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya
nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan. Satu sektor bisa menjadi
superior terhadap sektor lain atau masing-masing sektor dapat tumbuh namun tidak
dapat berjalan beriringan, melainkan justru kontraproduktif atau “saling
membunuh”.Masing-masing sektor menganggap bahwa sektornya lebih penting dari
sektor lainnya.
3. Keberagaman latar belakang nilai budaya dan adat istiadat serta bentuk
latar belakang lainnya mendorong adanya potensi disintegrasi.
Pemerintah sebagai institusi formal memiliki kewajiban untuk mendorong
tumbuhnya nilai-nilai perekat kebangsaaan yang akan menjamin bersatunya elemen-
elemen kebangsaan dalam satu frame NKRI.

WoG menjadi penting karena sangat diperlukan sebuah upaya untuk memahami
penting kebersamaan dari seluruh sektor guna mencapai tujuan bersama. Sikap, perilaku
dan nilai yang berorientasi sektor harus dicairkan dan dibangun dalam fondasi
kebangsaan yang lebih mendasar, yang mendorong adanya semangat persatuan dan
kesatuan.

II. Permasalahan dan cara mengatasi permasalahan yang ada di instansi (UPTD
Puskesmas Pagerageung Kab. Tasikmalaya)

Pelayan terhadap pasien tidak maksimal

Permasalahan ini sangat komplek dimana untuk mencapai kepuasan pasien


terhadap pelayanan yg diberikan seperti :

1. Kehabisan stok obat


Ketersedian obat yang dibutuhkan terhadap pasien tidak terdapat di instalasi
farmasi UPTD Puskesmas Pagerageung. Sehingga mengharuskan keluarga pasien
mengeluarkan biaya untuk membeli obat ke apotek luar Puskesmas. Untuk
mengatasi hal tersebut seharusnya pihak petugas yang bertugas d instalasi farmasi
harus lebih teliti dan menyediakan stok obat tambahan untuk persediaan
cadangan sehingga pelayanan terhadap pasien menjadi berjalan lancar tidak
terhambat akan hal tersebut
2. Sikap petugas yang tidak ramah

Sebagai seorang tenaga kesehatan yang mana hal utama selama proses
pelayanan terhadap pasien yaitu mengenai sikap kita terhadap pasien. Sikap dan
perilaku disini meliputi 5S yakni Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun. Sehingga
pasien ataupun keluarga pasien merasa nyaman dan dihargai bila sikap dan
perilaku kita ramah saat memberikan pelayanan. Cara mengatasi hal ini, kita harus
berkolaborasi minimal dengan penanggungjawab unit untuk lebih menekankan
pelayanan yang mewajibkan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun) dan di
evaluasi kembali apakah berjalan atau tidak. Bila terdapat petugas yang tidak
melaksanakan 5S bisa di berikan teguran secara halus terlebih dahulu. Dengan ini,
semoga tidak ada lagi istilah pegawai yang berada di UPTD Puskesmas
Pagerageung tidak ramah.

Demikian pemaparan mengenai permasalahan-permasalahan terkait WoG yang


terdapat di instansi UPTD Puskesmas Pagerageung.

Anda mungkin juga menyukai