Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

DAN KEWARGANEGARAAN
KASUS SARA DI INDONESIA

Disusun Oleh :
M. Raffi Rahman
IX.5

SMPS YPPI TUALANG


PERAWANG
1. KONFLIK DI ACEH SINGKIL
Bentrok bernuansa SARA berdarah terjadi di aceh singkil, berita terbaru
yang dirilis tribunnews.com bentrok ini gara gara masalah bangunan gereja yang
tidak memiliki izin yang hendak dibongkar oleh penduduk muslim di singkil. Satu
Korban Meninggal, Empat Lainnya Luka-Luka. Korban bentrok antarmasa di
Desa Dangguran, Kecamatan Simpang Kanan, Aceh Singkil, dipastikan
meninggal satu orang. Menurut informasi korban meninggal diketahui bernama
Samsul warga Buluhsema, Suro.
Dengan luka di bagian kepala diduga akibat tembakan senapan angin serta
perut luka karena benda tajam. Jumlah korban bentrok yang dievakuasi ke RSUD
Aceh Singkil ada lima orang. Empat orang mengalami luka akibat benda tumpul.
Satu diantaranya merupakan anggota TNI Kodim 0109/Singkil.
Informasi lain menyebutkan, jumlah korban akibat bentrokan selain yang
dievakuasi di RSUD Aceh Singkil, juga dibawa ke Puskesmas. Diperkirakan yang
menjadi korban bentrok sekitar sepuluh orang. Identitas korban luka sejauh ini
belum diketahui. Sementara di lokasi benntrok dilaporkan suasana masih
memanas

Penyebab konflik
Situasi di Aceh Singkil, mencekam, Selasa (13/10/2015). Masa dalam
jumlah besar dengan ikat kepala putih plus bambu runcing dan senjata tajam
bergerak liar. Puncaknya sebuah gereja di Desa Suka Makmur, Gunung Meriah,
dibakar. Masa sebelumnya bergerak dari arah Simpang Kanan. Aparat kemanan
bersenjata lengkap berjaga-jaga namun suasana sulit dikendalikan senghingga
pembakaran rumah ibadah tak bisa dihindari.
Berdasarkan informasi persoalan ini dipicu ketidak puasan warga dengan
kesepakatan Pemkab Aceh Singkil, tokoh ulama serta ormas terkait
pembongkaran gereja. Masa menginginkan eksekusi pembongkaran dilakukan
hari ini juga. Sementara dalam kesepakatan pembongkaran baru dilakukan pekan
depan. Situasi mencekam sangat terasa sejak dinihari tadi. Wartawan kesulitan
mendekat ke arah masa. Sebab mereka melarang mengambil foto.
Malah salah satu pekerja pers sempat terkena sasaran amukan warga yang
tidak mau dijepret kamera. Pembakaran rumah ibadah terjadi sekitar pukul 12.00
WIB. Sekitar 800 meter sebelum lokasi mereka turun dari mobil bak terbuka dan
sepeda motor. Kemudian berjalan kaki menuju sasaran. Selesai dari sana masa
kembali bergerak, namun arah dan tujuannya sulit diprediksi.
Semoga konflik bernuansa SARA islam VS kristen tidak terjadi lagi di
bumi aceh. peace.Bentrokan ini terjadi antarwarga di Kecamatan Gunung Meriah,
Kabupatan Aceh Singkil, dimana daerah ini memang dikenal dengan penduduk
yang plural secara agama, ada kristen dan islam. sejak sepekan lalu, situasi di
daerah itu sudah tegang sebagaimana berita yang driis merdeka.com.
Menurut Humas Pemkab Aceh Singkil, Kaldum, sejak sepekan lalu,
tuntutan massa buat membongkar gereja dianggap ilegal sudah digaungkan. Sebab
menurut dia, pada 1979, ada perjanjian dari umat Nasrani mereka hanya
membangun satu gereja dan empat undung-undung. Namun perlahan, jumlah
rumah ibadah itu terus bertambah seiring waktu.
"Pecahnya hari ini, tapi tuntutan sudah sepekan lalu," kata Kabag Humas Pemkab
Aceh Singkil, Kaldum, saat dihubungi merdeka.com.
Menurut Kaldum, aspirasi dan desakan warga supaya Pemkab segera
membongkar gereja dianggap ilegal sudah disampaikan. Namun, lanjut dia,
lantaran langkah Pemkab dianggap lamban, maka masyarakat yang tidak sabar
langsung turun ke jalan.
"Karena langkah Pemkab dianggap lambat. Awalnya mereka mau membongkar,
tapi enggak direspon. Makanya pecah pertikaian hari ini," ujar Kaldum.

2. KASUS KERUSUHAN MATARAM JANUARI 2000


Keragaman etnis serta agama yang tidak pernah memicu konflik dan
kerusuhan, bahkan dalam batas-batas tertentu justru menjadi dasar lahirnya sikap
kompetisi terbuka yang sehat dalam kehidupan sosial politik masyarakat
Mataram, tiba-tiba dengan keragaman tersebut terindikasi menimbulkan
kerawanan yang berdampak pada timbulnya konflik dan kerusuhan di Mataram
pada tahun 2000, yang melibatkan penduduk Mataram dengan etnis Cina.
Kota Mataram yang masyarakatnya mayoritas beragama Islam, dan etnis
lain terutama suku Bali, Buton. Manado merupakan penganut agama yang
berbeda dengan masyarakat (mayoritas). Pemeluk agama Islam (76,47 %), sisanya
pemeluk agama Hindu (17,55%), Kristen (2,5%), dan Budha (2%).
Peristiwa kerusuhan Mataram disebut 171 karena terjadi pada tanggal 17
bulan 1 (Januari). Pemicunya adalah sikap lamban pemerintah dalam penanganan
konflik di Maluku, yang mengakibatkan sejumlah massa setelah mengikuti tabligh
akbar di lapangan Umum Mataram untuk menampakan solidaritas terhadap
muslim dilakukan diawali dengan pengerusakan terhadap gereja Immanuel di
belakang kantor walikota Mataram. Kerugian akibat kerusuhan meliputi 10 gereja
rusak, 30 rumah dan isinya dibakar, 26 pertokoan dan 10 mobil serta 7 sepeda
motor dibakar, korban luka-luka 13 orang termasuk anggota polri. Penanganan
dan penyelesaian kerusuhan dilakukan berbagai pihak, baik oleh Pemerintah
pusat, pemerintah daerah, tokoh agama baik Islam, Kristen dan Hindu.
Penyelesaian kerusuhan dilakukan oleh pemerintah daerah dan aparat keamanan
melalui jalur hukum. Polda NTB pada tanggal 22 Januari 2000 mengumumkan
pelaksanaan proses hukum terhadap 264 orang yang ditangkap dan 18 orang
diantaranya dinyatakan sebagai tersangka.
Upaya pemulihan paska kerusuhan diprakarsai oleh Walilkota Mataram
dengan pertemuan tokoh dari berbagai agama, melalui unsur Kandepag, Dandim,
Polres, Kodam. Penanganan secara cepat dilakukan Pejabat Pemda beserta tokoh
agama, Kepolisian, sehingga kerusuhan dapat diatasi relatif cepat. Kerusuhan
berkhir pada sore hari bersamaan berkumandangnya azan maghrib. Untuk
menghindari terulangnya konflik dimasa mendatang telah diupayakan penyadaran
tentang pentingnya menjaga persatuan toleransi masyarakat yang berbeda agama
dan etnik, oleh instansi pemerintah dengan melibatkan unsur-unsur masyarakat.
Agar kelompok yang bertikai tidak saling dendam, penyelesaian dilakukan
melalui jalur hukum dan kesediaan Pemda merenovasi bangunan-bangunan yang
rusak. Mengingat ketaatan muslim di Mataram dan NTB pada umumnya terhadap
ulama sangat tinggi makadi masa-msa mendatang dalam penanganan masalah-
masalah kemasyarakatn Pemda baiknya lebih melibatkan ulama.
Upaya pencegahan konflik bersifat SARA dapat dilakukan secara preventif,
represif, dan kuratif

1. Preventif
Cara preventif merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah konflik SARA
terjadi, ini dilakukan sebelum timbulnya konflik. Cara preventif konflik SARA
dapat dilakukan dengan mengembangkan dan memupuk sikap toleransi, kerja
sama, gotong royong, saling menghargai, dan menghormati. Terpenting adalah
melihat perbedaan sebagai hal yang positif ketimbang melihatnya sebagai
ancaman.

2. Represif
Cara represif merupakan upaya yang dilakukan untuk menghentikan konflik yang
telah terjadi. Cara ini bisa berupa pembubaran paksa, penangkapan, dan
sebagainya.

3. Kuratif
Cara kuratif merupakan tindakan yang dilakukan sebagai upaya tindak lanjut atau
penanggulangan akibat dari konflik. Tindakan ini dapat berupa pendampingan
bagi korban, perdamaian, kerja sama, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai