Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PERAN FARMASI BERDASARKAN

PERUNDANG-UNDANGAN

Disusun Oleh :

Kelompok :4

Nama anggota : Hernita Duwi Saputri (1804004)

Ifda Lenia (1804025)

Irfan Parros (1804060)

Indah Zukhruf Qodri (1904053)

Maura Ryanti Firjatullah (1904125)

Sindi Putri Handayani (1904158)

Kelas :A

Dosen Pengampu : Apt. Rino Wahyudi, M(Klin) Farm

Mata Kuliah : Undang-Undang dan Etika Farmasi

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

PRODI S1 FARMASI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Farmasi Berdasarkan Perundang-
Undangan” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada bidang studi
undang-undang dan etika farmasi. Selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang bagaimana peran farmasi berdasarkan perundang-
undangan

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-sebesarnya kepada Bapak Apt. Rino


Wahyudi, M(Klin) Farm selaku dosen mata kuliah undang-undang dan etika farmasi. Tugas
yang diberikan ini hendaknya dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................................ 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 7
2.1 Profesi Farmasi ............................................................................................................ 7
2.2 Pekerjaan Kefarmasian ................................................................................................ 8
2.3 Tugas dan peran farmasi di Instalasi Rumah Sakit dan Apotek .................................. 8
2.4 Manfaat Ketetapan Peran Farmasi Berdasarkan Undang-Undang .............................. 9
BAB III .................................................................................................................................... 10
PENUTUP................................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 10
3.2 Saran .......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya peningkatan kualitas kesehatan manusia merupakan usaha yang sangat luas
dan menyeluruh. Pelayanan kesehatan dilakukan dengan tujuan mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan di Indonesia terdiri dari upaya promosi kesehatan
melalui peningkatan pengetahuan (promotif), upaya pencegahan (preventif), upaya
penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif).Pelayanan obat sebagai bagian
dalam upaya pelayanan kesehatan adalah hal penting dalam upaya penyembuhan pasien.
Peraturan tentang pelayanan obat terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan (selanjutnya disebut Undang-Undang Kesehatan) diikuti peraturan
peraturan pelaksana yang terkait dengan pelayanan obat. Menurut Undang-Undang
Kesehatan, pemberian obat dilakukan oleh tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya,
seperti dokter, bidan atau perawat dengan syarat dan dalam kondisi tertentu.
Seluruh ketentuan tersebut dibuat agar tiap tenaga profesi kesehatan melakukan
pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas, profesional dan bertanggungjawab. Dengan
demikian mutu pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat semakin baik. Peraturan yang
ada tidak sepenuhnya diikuti oleh tenaga kesehatan. Ketidakpatuhan tenaga kesehatan
terhadap peraturan tersebut. Tenaga Kesehatan masih banyak yang memberikan pelayanan
kesehatan diluar kewenangan profesinya salah satunya adalah memberi pelayanan obat
kepada pasien yang seharusnya merupakan kewenangan dari tenaga kefarmasian. Dokter
praktik mandiri masih ada yang melakukan dispensing, yaitu memberikan pelayanan obat
kepada pasien tanpa menggunakan tenaga kefarmasian. Kebiasaan ini terbawa sejak dahulu
dimana dokter menyediakan dan memberikan obat dilakukan sampai sekarang. Dokter
menganggap bahwa dirinya memiliki kewenangan untuk memberi obat, karena saat
pendidikan, dibekali ilmu tentang obat, menjadi alasan bagi dokter melakukan dispensing.
Kewenangan yang dimaksud disini adalah dokter dapat menyimpan obat selain obat
suntik sebagai upaya untuk menyelamatkan pasien. Kewenangan ini telah menjadi alasan
dokter melakukan dispensing. Ditambah lagi, dokter praktik mandiri yang melakukan
dispensing berlindung pada Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian, selanjutnya disebut Peraturan Pemerintah Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, menyebutkan :
“ Dalam hal di daerah terpencil yang tidak ada apotek, dokter atau dokter gigi yang
telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai wewenang meracik dan menyerahkan
obat kepada pasien yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan ”.
Tersedianya obat di tempat praktik dokter menjadi pertimbangan bagi pasien. Adanya
pelayanan obat di tempat praktik akan lebih praktis bagi pasien, apalagi jika lokasi apotek
dan tempat praktik cukup jauh. Dan obat yang diperoleh dari dokter biasanya lebih murah
dari harga apotek. Hal ini disebabkan karena apotek harus memperoleh keuntungan dalam
pelayanannya, karena apotek adalah bisnis.
Pengadaan sediaan farmasi oleh apoteker diatur dalam Peraturan Pemerintah Tentang
Pekerjaan Kefarmasian, pada Pasal 6 ayat (3) disebutkan bahwa : “Pengadaan sediaan
farmasi harus dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat dan khasiat sediaan farmasi.”
Karena itu, apoteker akan memesan obat kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF). Ketentuan
pengadaan obat mengacu pada Pasal 20 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148 Tahun 2011 Tentang
Pedagang Besar Farmasi (PBF) yaitu:
“PBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan penyaluran obat berdasarkan surat pesanan
yang ditandatangani apoteker pengelola apotek, apoteker penanggung jawab, atau
tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab untuk toko obat dengan mencantumkan
nomor SIPA”.
Dari ketentuan tersebut di atas, dapat diartikan bahwa pemerintah memiliki tujuan agar obat
yang terdapat dalam pelayanan kesehatan adalah obat yang bermutu dan terjamin kualitasnya
dan bermanfaat bagi pasien yang menggunakan obat. Tenaga kefarmasian memiliki
kompetensi dalam menjamin kualitas obat yang akan diberikan kepada pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran farmasi dalam pelayanan kefarmasian ?
2. Bagaimana pemerintah mengatur profesi farmasi berdasarkan peraturan perundang-
undangan ?
3. Apa manfaat dari semua peran farmasi yang telah ditetapkan berdasarkan undang-
undang ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui peran farmasi dalam pelayanan kefarmasian baik di apotek
maupun instalasi rumah sakit
2. Untuk mengetahui peran farmasi berdasarkan peraturan perundang-undnagan yang
dibuat oleh pemerintah
3. Untuk mengetahui apa saja manfaat dari semua peran farmasi yang telah ditetapkan
berdasarkan undang-undang
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Profesi Farmasi

Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan peekerjaan kefarmasian, yang


terdiri dari Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Farmasis adalah sarjana farmasi yang
sudah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, dan mereka berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai farmasis (Depkes,2006)

Tanggung jawab farmasi secara garis besar menurut standar kompetensi Apoteker Indonesia
adalah sebagai berikut :

1. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara profesional dan etik


2. Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan farmasi
3. Mampu memformulasi, memproduksi sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai standar
yang berlaku
4. Mempunyai keterampilan komunikasi dalam pemberian informasi sediaan farmasi dan alat
kesehatan
5. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat serta alat kesehatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat
6. Menjamin mutu keamanan obat yang diberikan
7. Memiliki tanggung jawab yang besar dengan tenaga kesehatan lain dalam menghasilkan
terapi pengobatan yang maksimal bagi pasien
8. Mempunyai keterampilan organisasi dan mampu membangun hubungan interpersonal
dalam melakukan praktik profesional kefarmasian
9. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan
dengan kefarmasian
Lingkup hak dari pelayanan kefarmasian yaitu :
1. Hak untuk mendapatkan posisi sejajar dengan profesi tenaga kesehatan lain
2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum pada saat melaksanakan praktek sesuai
dengan standar yang sudah ditetapkan
3. Hak untuk berbicara dalam menegakkan keamanan masyarakat dalam aspek sediaan
farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
2.2 Pekerjaan Kefarmasian
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengaman, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional yang telah dijelaskan di dalam UU
kesehatan No.36 tahun 2009 dan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
melaksanakan pekerjaan sebagai seorang apoteker, maka pemerintah mengadakan uji
kompetensi mulai dari kemampuan berupa bakat, motif, sikap, keterampilan, pengetahuan
yang membuat seseorang dapat berhasil dalam pekerjaannya.

Dijelaskan pada peraturan pemerintah No.25 tahun 1980 bahwa seorang apoteker
dapat mengabdikan dirinya di apotek. Apotek merupakan sarana farmasi yang melakukan
perubahan bentuk dan penyerahan obat dan bahan obat dalam proses pelayanan kesehatan
kepada masyarakat yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban
menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik.

2.3 Tugas dan peran farmasi di Instalasi Rumah Sakit dan Apotek

Fungsi apoteker Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit berdasarkan Kepmenkes


1997/Menkes/SK/X/2004 yaitu sebagai pengelola perbekalan farmasi dan pelayanan
kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan. Fungsi pelayanan kefarmasian dalam
pengelolaan obat dan alat kesehatan yaitu diantaranya :
1. Mengkaji intruksi resep pasien. Contohnya melakukan pencampuran obat suntik,
penentuan kadar obat dalam darah
2. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan
3. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
4. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga pasien
Peran apoteker di apotek juga telah diatur dalam perundang-undangan dimana
apoteker di apotek memiliki 3 peranan, terutama yang berkaitan langsung dengan pasien,
yaitu profesional, manager, dan retailer. Peran apoteker sebagai profesional telah diatur
melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1027/Menkes/SK/IX/2004 dalam artian seorang apoteker harus memiliki kemampuan dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian yang bermutu dan efisien yang berazaskan
pharmaceutical care di apotek.
Dalam PP No.51 pasal 21 ayat 2 juga sudah dijelaskan bahwa yang boleh melayani
pemberian obat berdasarkan resep adalah apoteker. Secara tidak langsung terdapat pesan
tersirat bahwa apoteker harus selalu ada di apotek untuk melakukan asuhan kefarmasian.
Adapun pelayanan kefarmasian ini juga telah dijelaskan Dalam Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 yang meliputi pelayanan resep,
promosi dan edukasi serta pelayanan residensial (home care)

2.4 Manfaat Ketetapan Peran Farmasi Berdasarkan Undang-Undang


Peran apoteker sangat dibutuhkan di fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan
kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan yang profesional. Akan tetapi kondisinya
sekarang, hampir sebagian besar puskesmas di Indonesia belum memiliki apoteer. Tugas-
tugas yang berhubungan dengan obat, baik pengelolaan maupun pelayana obat belum
dilaksanakan oleh Apoteker sehingga terjadilah penumpukan obat yang sudah kadaluarsa di
puskesmas hal ini dikarenakan permintaan obat yang tidak sesuai dengan pola penyakit,
sehingga dapat mengakibatkan keugian negara yang sangat besar.

Oleh karena itu, pemerintah menetapkan tentang pekerjaan kefarmasian dalam


undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 108 dan PP No.51 tahun 2009
yang disebutkan bahwa praktik kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai ketentuan perundang-undangan. Dengan adanya
ketetapan tersebut maka terciptalah perubahan paradigma dari drug oriented menjadi patient
oriented, apoteker ikut berperan penting dalam mendukung patient safety. Apoteker harus
turut serta melaksanakan pelayanan kefarmasian yang langsung kepada pasien.

Manfaat yang dapat dirasakan melalui adanya ketetapan peran farmasi berdasarkan
undang-undang antara lain dapat meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, mejamin
kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian serta melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) yang
telah dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.58 tentang standar pelayanan
kefarmasian.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam mendampingi, memberikan
konseling, membantu penderita mencegah dan mengendalikan komplikasi yang mungkin
timbul, mencegah dan mengendalikan efek samping obat serta menyesuiakan regimen dan
dosis obat. Tugas Apoteker merupakan salah satu kegiatan yang dapat menunjang pelayanan
kesehatan yang bermutu bagi masyarakat.

3.2 Saran
Semoga kedepannya profesi farmasi dapat lebih baik lagi dalam menjalani perannya
sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang sesuai dengan
ketentuan yang telah diatur berdasarkan undang-undang oleh pemerintah
DAFTAR PUSTAKA

RI, Departemen Kesehatan, 2009, Pedoman Pelayanan Kesehatan, Depkes.


RI, Peraturan Pemerintah Nomor 51.Tahun 2009. Pekerjaan Kefarmasian.
RI, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pedagang Besar Farmasi
(PBF)
Kemkes,2014,Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian, (Online)
(https://farmalkes.kemkes.go.id/2014/10/peran-apoteker-dalam-pelayanan-
kefarmasian-sebagai-salah-satu-tenaga-kesehatan-yang-profesional/ diakses tanggal
16 Desember 2021).
Anonim, 2004, Fungsi Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Kepmenkes RI
No.1197/Menkes/SK/X/2004
Permenkes Republik Indonesia.Tahun 2014.Apoteker
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Tahun 2014.Rumah Sakit
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Tahun 2004.Puskesmas
Santoso, B., 1997 .Modul 1: Kursus Pelayanan Informasi Obat dan Pengobatan Pusat Studi
Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat, UGM, Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai