Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No.

3 Tahun 2014 ISSN 2337-9995


Program Studi Pendidikan Kimia jpk.pkimiauns@ymail.com
Universitas Sebelas Maret

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN PRAKTIKUM DAN


DEMONSTRASI PADA METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI HIDROLISIS GARAM
KELAS XI ILMU ALAM SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Siti Latifah 1,*, Sugiharto 2 dan Agung Nugroho CS 2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia
2
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

Keperluan korespondensi, HP : 085643803413, e-mail : sitilatifah312@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa metode problem solving dilengkapi
praktikum lebih efektif dibanding metode problem solving dilengkapi demonstrasi terhadap
prestasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam siswa kelas XI Ilmu Alam SMA Al Islam 1
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan
rancangan penelitian “Randomize Control Group Pretest Posttest Design”. Penelitian ini
menggunakan 3 kelas subjek yaitu 2 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol. Kelas eksperimen 1
dengan metode problem solving dilengkapi praktikum, kelas eksperimen 2 dengan metode
problem solving dilengkapi demonstrasi dan kelas kontrol dengan metode ceramah. Teknik
pengumpulan data prestasi belajar kognitif menggunakan tes objektif. Analisis data
menggunakan uji t pihak kanan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode
problem solving dilengkapi praktikum lebih efektif dibanding metode problem solving dilengkapi
demonstrasi terhadap prestasi belajar siswa pada materi hidrolisis garam. Hal ini dibuktikan
dengan hasil uji t pihak kanan dimana thitung = 2,915 > ttabel = 1,67 dengan taraf signifikansi 5%.

Kata kunci : problem solving, praktikum, demonstrasi.

PENDAHULUAN sistem pendidikan nasional harus


Pemerintah telah memutuskan senantiasa dikembangkan sesuai
untuk mempercepat pencanangan kebutuhan dan perkembangan yang
Millenium Development Goals atau era terjadi baik di tingkat lokal, nasional,
pasar bebas, yang semula akan maupun internasional.
dicanangkan tahun 2020 dipercepat Berbagai upaya dilakukan
menjadi tahun 2015. Era pasar bebas pemerintah untuk memperbaiki sistem
atau era globalisasi merupakan era pendidikan agar selalu relevan dan
persaingan mutu atau kualitas, siapa kompetitif, salah satunya adalah dengan
yang berkualitas, dialah yang akan mengadakan perombakan dan
mampu mempertahankan eksistensinya. pembaharuan kurikulum secara
Oleh karena itu, pembangunan sumber berkesinambungan. Kurikulum di
daya manusia berkualitas merupakan Indonesia telah mengalami beberapa
suatu keniscayaan yang tidak dapat kali perubahan yaitu pada tahun 1947,
ditawar lagi [1]. Era globalisasi juga 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
berdampak pada percepatan arus 2004 (Kurikulum Berbasis
informasi yang menuntut semua bidang Kompetensi/KBK) dan tahun 2006
kehidupan untuk menyesuaikan visi, (Kurikulum Tingkat Satuan
misi, tujuan dan strateginya agar sesuai Pendidikan/KTSP) [2]. KTSP merupakan
kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. kurikulum operasional yang disusun,
Salah satu bidang kehidupan tersebut dikembangkan, dan dilaksanakan oleh
adalah bidang pendidikan, dimana setiap satuan pendidikan atau sekolah

Copyright © 2014 111


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 111-120

[1]. KTSP bertujuan untuk meningkatkan tidak tuntas, apalagi KKM mata
mutu pendidikan melalui kemandirian pelajaran kimia untuk tahun pelajaran
dan inisiatif sekolah dalam 2010/2011 saat ini dinaikkan menjadi
mengembangkan kurikulum, mengelola 72. Hal tersebut menuntut guru kimia
dan memberdayakan swadaya yang untuk mencari terobosan baru pada
tersedia [1]. Prinsip dalam pembelajaran kimia. Selama ini, proses
pengembangan KTSP adalah berpusat pembelajaran kimia di SMA Al Islam 1
pada potensi, perkembangan, Surakarta masih didominasi dengan
kebutuhan, dan kepentingan siswa dan metode ceramah. Proses pembelajaran
lingkungannya. Dalam hal ini seorang yang demikian cenderung berpusat
guru dituntut untuk kreatif dalam memilih pada guru (teacher centered) dan siswa
serta mengembangkan materi kurang ikut terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. proses pembelajaran. Kondisi
Dalam pendidikan Sekolah pembelajaran tersebut diduga
Menengah Atas (SMA) terdapat mata menyebabkan hasil yang dicapai siswa
pelajaran kimia. Ilmu Kimia merupakan belum maksimal karena siswa kurang
bagian dari sains yang khusus mengkaji aktif dalam mengikuti pelajaran dan
tentang susunan, struktur, sifat, mengembangkan potensinya. Para
perubahan materi, serta energi yang siswa juga kurang memahami konsep-
menyertai perubahan tersebut [3]. konsep materi hidrolisis garam sehingga
Dalam kurikulum kimia SMA siswa menjadi kurang terampil dalam
terdapat materi hidrolisis garam yang menerapkan konsep-konsep hidrolisis
diajarkan di kelas XI Ilmu Alam garam saat menyelesaikan soal. Selain
semester genap. Pada hakekatnya, itu, kurangnya pemanfaatan
materi tersebut berisi konsep-konsep laboratorium kimia di sekolah tersebut
dan rumus perhitungan pH. Agar dapat juga diduga menyebabkan proses
memahami rumus perhitungan, siswa pembelajaran kimia menjadi kurang
harus memahami konsep-konsep pada maksimal.
materi tersebut untuk kemudian Berdasarkan permasalahan di
diterapkan dalam menyelesaikan soal. atas, perlu dilakukan perbaikan proses
Oleh karena itu, diperlukan penggunaan pembelajaran kimia, yaitu dengan
metode pembelajaran yang dapat menerapkan metode pembelajaran yang
membantu siswa untuk memahami dapat meningkatkan kemampuan siswa
konsep materi, bukan sekedar dalam memahami konsep dan
menghafalnya. Pemahaman konsep menerapkan pengetahuan yang dimiliki
yang baik diharapkan akan untuk memecahkan masalah. Salah
memudahkan siswa dalam menerapkan satu metode yang dapat diterapkan
konsep tersebut dalam menyelesaikan yaitu metode problem solving atau
soal. metode pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil survei data Pemecahan masalah merupakan
pada bulan Januari 2011 di SMA Al tujuan kognitif pendidikan yang paling
Islam 1 Surakarta diketahui bahwa nilai penting karena pemecahan masalah
ulangan harian pada materi hidrolisis merupakan aktivitas belajar paling
garam tahun pelajaran 2009/2010, otentik dan relevan dalam melibatkan
terdapat 40% siswa yang memperoleh siswa didalamnya. Pengetahuan yang
nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan dibentuk berdasarkan pemecahan
Minimum) dengan nilai KKM pelajaran masalah lebih bisa dipahami, diingat
kimia adalah 62. Rata-rata nilai ulangan dan lebih mudah ditransfer kepada
harian pada materi tersebut untuk ketiga orang lain. Saat memecahkan masalah,
kelas XI Ilmu Alam adalah 63. Hal ini siswa harus berpikir kritis dan
menunjukkan bahwa prestasi belajar melakukan aktivitas belajar secara
materi hidrolisis garam sudah cukup sadar sehingga semakin besar
baik jika dilihat dari nilai rata-rata kelas kemungkinan siswa untuk belajar
tetapi belum cukup memuaskan apabila dengan penuh arti dan penuh perhatian
dilihat masih ada sebagian siswa yang [4].

Copyright © 2014 112


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 111-120

Metode problem solving pada dengan cara mereka sendiri [9]. Dengan
dasarnya adalah metode pembelajaran demikian, siswa diharapkan akan lebih
yang mengarahkan siswa untuk belajar mudah untuk memahami konsep-
menggunakan metode-metode ilmiah konsep dalam materi pelajaran.
atau berpikir secara sistematis, logis, Namun praktikum juga memiliki
teratur, dan teliti. Tujuannya adalah beberapa kelemahan, antara lain
untuk memperoleh kemampuan dan memerlukan waktu yang lama,
kecakapan kognitif untuk memecahkan diperlukan peralatan praktikum dalam
masalah secara rasional, lugas, dan jumlah besar dan bahan kimia yang
tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa mahal, serta diperlukan perhatian yang
dalam menguasai konsep-konsep, lebih dari guru untuk dapat mengontrol
prinsip-prinsip, dan generalisasi serta semua siswa saat pelaksanaan
insight (pemahaman yang mendalam) praktikum agar perhatian siswa tetap
sangat diperlukan [5]. fokus dan terarah pada praktikum.
Materi hidrolisis garam Selain itu, praktikum juga menuntut
merupakan salah satu materi pelajaran adanya persiapan setiap siswa, seperti
kimia yang didalamnya terdapat konsep- mempelajari tujuan dan prosedur
konsep yang harus dipahami oleh siswa, praktikum serta diperlukannya
antara lain konsep asam, basa, garam, ketrampilan siswa dalam menggunakan
reaksi penggaraman, pH larutan, dan alat/bahan dalam percobaan.
konsep hidrolisis. Konsep-konsep Kelemahan yang terdapat dalam
tersebut dapat dipahami siswa dengan praktikum dapat diatasi antara lain
melakukan aktivitas belajar. Salah satu dengan menggunakan demonstrasi.
aktivitas belajar yang dapat dilakukan Demonstrasi merupakan suatu sarana
berupa motor activities, misalnya untuk memperlihatkan suatu peristiwa
melakukan percobaan (praktikum) atau atau proses tertentu kepada seluruh
demonstrasi. Dalam kegiatan belajar, kelompok siswa [10]. Demonstrasi
segala pengetahuan itu harus diperoleh digunakan untuk menampilkan
dengan pengamatan sendiri, fenomena kimia dan untuk
pengalaman sendiri, dan penyelidikan mengilustrasikan prinsip-prinsip kimia
sendiri [6]. Dengan melakukan [7]. Pada demonstrasi, tiap percobaan
praktikum atau demonstrasi, siswa tidak dilakukan oleh setiap siswa tetapi
diharapkan dapat mengamati gejala- dilakukan oleh perwakilan beberapa
gejala yang terjadi, menganalisis serta orang siswa, dan siswa yang lain
menarik kesimpulan sehingga akan sebagai pengamat [8]. Dengan
diperoleh konsep-konsep yang bukan demikian, guru lebih dapat mengontrol
sekedar bersifat hafalan. Untuk itu jangka waktu yang diperlukan selama
diperlukan suatu cara atau teknik demonstrasi dan perhatian siswa juga
pengajaran yang memungkinkan siswa akan lebih terfokus pada hal-hal yang
untuk mengamati proses dan penting. Demonstrasi ini diharapkan
mengembangkan ketrampilan inkuiri dapat mengurangi terjadinya kesalahan
untuk membangun pengetahuan mereka pemahaman bila dibandingkan dengan
sendiri. kegiatan mendengar ceramah saja atau
Dalam praktikum, siswa bekerja membaca di dalam buku, karena siswa
secara langsung dengan bahan kimia memperoleh gambaran yang jelas dari
dan peralatan kimia untuk membuat pengamatannya. Hasil penelitian
penemuan sendiri [7]. Selain itu, siswa menyimpulkan bahwa selain guru tetap
dapat aktif melakukan percobaan secara dapat menghemat waktu dan biaya
langsung, mendapatkan gambaran yang (untuk bahan-bahan kimia), demonstrasi
konkrit tentang suatu peristiwa, juga memberikan dampak terhadap
mengamati prosesnya, menganalisis meningkatnya prestasi belajar siswa
dan menyimpulkan hasil percobaannya yang lebih baik daripada sekedar
[8]. Praktikum dapat memotivasi siswa membaca buku [11].
karena mereka menemukan dan Berdasarkan permasalahan di
memahami hal-hal dalam praktikum atas, dilakukan penelitian tentang

Copyright © 2014 113


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 111-120

komparasi penggunaan praktikum dan XI Ilmu Alam SMA Al Islam 1 Surakarta


demonstrasi pada metode problem tahun pelajaran 2010/2011, yaitu 35
solving terhadap prestasi belajar siswa siswa kelas XI-A2 sebagai kelompok
pada materi hidrolisis garam siswa kelas kelas eksperimen 1 (metode
XI Ilmu Alam semester genap SMA Al pembelajaran problem solving
Islam 1 surakarta tahun pelajaran dilengkapi praktikum), 36 siswa kelas
2010/2011. XI-A1 sebagai kelompok kelas
eksperimen 2 (metode pembelajaran
METODE PENELITIAN problem solving dilengkapi
Metode dalam penelitian ini demonstrasi), dan 36 siswa kelas XI-A3
adalah metode eksperimen dengan sebagai kelompok kelas kontrol (metode
menggunakan rancangan “Randomized ceramah).
Control Group Pretest Posttest Design” Data prestasi belajar yang
[12, 13]. Rancangan ini menggunakan 3 dianalisis adalah data selisih antara nilai
kelompok subjek. Kelompok 1 sebagai posttest dan nilai pretest. Berikut
kelas eksperimen 1 diajar menggunakan deskripsi data penelitian mengenai
metode problem solving dilengkapi prestasi belajar secara ringkas disajikan
praktikum, kelompok 2 sebagai kelas dalam Tabel 2.
eksperimen 2 diajar menggunakan Tabel 2. Rerata Prestasi Belajar Siswa
metode problem solving dilengkapi Metode Rerata Prestasi
demonstrasi dan kelompok 3 sebagai Pembelajaran Belajar Siswa
kelas kontrol diajar menggunakan Problem solving -
metode ceramah. Tabel rancangan 53,257
Praktikum
penelitian ditunjukkan pada Tabel 1. Problem solving -
Tabel 1. Desain “Randomized Control 44,667
Demonstrasi
Group Pretest Posttest Design” Ceramah 37,556
Kelas Pretest Pelakuan Posttest
Eksperimen 1 T1 A1 T2 Gambaran yang lebih jelas
Eksperimen 2 T1 A2 T2 mengenai perbandingan prestasi belajar
Kontrol T1 A3 T2 siswa antara kelas problem solving
Keterangan: dilengkapi praktikum, problem solving
A1 : metode problem solving dilengkapi dilengkapi demonstrasi, dan kelas
praktikum ceramah dapat dilihat pada histogram
A2 : metode problem solving dilengkapi Gambar 1.
demonstrasi
A3 : metode ceramah 13 13
F 14 12
T1 : nilai pretest
T2 : nilai posttest r 12
9 9
e 10 10
Teknik pengumpulan data k 8 5
66 6
prestasi belajar kognitif menggunakan u 6 3
4
tes objektif. Sebelum digunakan, 4 2 2 22 2
e 1
instrumen kognitif ditelaah dan 2 0 00
n
diujicobakan terlebih dahulu untuk 0
s 24 33 42 51 60 69 78
menguji validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran soal dan daya pembeda soal. i Nilai Tengah
Teknik analisis data menggunakan uji-t Problem Solving - Praktikum
pihak kanan. Problem Solving - Demonstrasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1 Histogram Prestasi Belajar


Data yang diperoleh dalam Siswa Kelas Problem
penelitian ini adalah data prestasi solving Dilengkapi
belajar siswa berupa skor kemampuan Praktikum, Kelas Problem
kognitif pada materi hidrolisis garam. solving Dilengkapi
Data tersebut diperoleh dari siswa kelas Demonstrasi, dan Kelas
Ceramah

Copyright © 2014 114


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 111-120

Uji Prasyarat Analisis Surakarta tahun pelajaran 2010/2011,


Sebelum melakukan analisis uji sehingga dapat dinyatakan bahwa
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji ketiga kelas mempunyai kemampuan
prasyarat analisis. Uji yang digunakan kognitif awal yang seimbang.
adalah:
Uji Normalitas
Uji Keseimbangan Uji Normalitas dalam penelitian
Uji keseimbangan ini dalam ini menggunakan uji Liliefors [15] dan
penelitian menggunakan analisis hasilnya dapat dilihat dalam Tabel 4.
variansi (anava) satu jalan dengan sel Berdasarkan Tabel 4 tampak bahwa
sama [14] terhadap nilai ulangan akhir harga Lhitung < Ltabel sehingga dapat
semester ganjil mata pelajaran kimia disimpulkan bahwa sampel pada
siswa kelas XI Ilmu Alam tahun penelitian ini berdistribusi normal.
pelajaran 2010/2011, yang diasumsikan
sebagai nilai kemampuan awal siswa Uji Homogenitas
pada mata pelajaran kimia. Uji homogenitas dalam penelitian
Berdasarkan Tabel 3 dapat ini menggunakan uji Bartlet [15] dengan
dilihat bahwa Fhitung = 0,278 < Ftabel = taraf signifikasi 5% dan hasilnya dapat
3,07 sehingga H0 diterima. dilihat dalam Tabel 5. Berdasarkan
Kesimpulannya, tidak ada perbedaan Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai
yang signifikan antara rerata nilai statistik uji χ2hitung < χ2tabel sehingga
ulangan akhir semester ganjil mata sampel pada penelitian ini berasal dari
pelajaran kimia untuk ketiga kelas XI populasi yang homogen.
Ilmu Alam siswa SMA Al Islam 1

Tabel 3. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Satu Jalan


Sumber JK dk RK Fhitung Fα Kesimpulan
Kelas 329,389 2 164,6945 2,377 3,06 H0 diterima
Galat 7275,278 105 69,288 - - -
Total 7604,667 107 - - - -

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas


Kelompok Lhitung Ltabel Kesimpulan
Problem solving Pretest 0,102 0,150 Normal
Dilengkapi Posttest 0,114 0,150 Normal
Praktikum Prestasi Belajar 0,100 0,150 Normal
Problem solving Pretest 0,118 0,148 Normal
Dilengkapi Posttest 0,120 0,148 Normal
Demonstrasi Prestasi Belajar 0,133 0,148 Normal
Pretest 0,130 0,148 Normal
Ceramah Posttest 0,125 0,148 Normal
Prestasi Belajar 0,074 0,148 Normal

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas


Nilai χ2hitung χ2tabel Kesimpulan
Pretest 0,924 5,991 Homogen
Posttest 2,476 5,991 Homogen
Prestasi Belajar 1,426 5,991 Homogen

Copyright © 2014 115


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 111-120

Uji Hipotesis solving dilengkapi demonstrasi


Pra Uji Hipotesis dibandingkan dengan metode ceramah.
Setelah prasyarat analisis Pra uji hipotesis ini dilakukan
terpenuhi dan sebelum uji hipotesis, menggunakan uji-t pihak kanan [15]
terlebih dahulu diuji kefektifan baik dengan hasil seperti terangkum dalam
metode problem solving dilengkapi Tabel 6 dan Tabel 7.
praktikum ataupun metode problem

Tabel 6. Hasil Uji-t Pihak Kanan Nilai Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen 1 dan
Kelas Kontrol
No Sampel Rerata Variansi thitung
1 Problem solving - Praktikum 53,257 158,844
5,733
2 Ceramah 37,556 108,14

Berdasarkan Tabel 6 dapat diajar menggunakan metode problem


diketahui bahwa thitung = 5,733 > t0,95;69 = solving dilengkapi praktikum lebih tinggi
1,67 sehingga Ho ditolak. Dengan daripada nilai rerata prestasi belajar
demikian, nilai rerata prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan metode
siswa pada materi hidrolisis garam yang ceramah.

Tabel 7. Hasil Uji-t Pihak Kanan Nilai Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen 2 dan
Kelas Kontrol

No Sampel Rerata Variansi thitung


1 Problem solving - Demonstrasi 44,667 149,486
2,658
2 Ceramah 37,556 108,14

Berdasarkan Tabel 7 dapat Uji Hipotesis


diketahui bahwa thitung = 2,658 > t0,95;70 = Uji ini dilakukan untuk
1,67 sehingga Ho ditolak. Dengan mengetahui apakah metode problem
demikian, nilai rerata prestasi belajar solving dilengkapi praktikum lebih efektif
siswa pada materi hidrolisis garam yang dibanding metode problem solving
diajar menggunakan metode problem dilengkapi demonstrasi. Uji hipotesis ini
solving dilengkapi demonstrasi lebih juga dilakukan menggunakan uji-t pihak
tinggi daripada nilai rerata prestasi kanan [15] dengan hasil seperti
belajar siswa yang diajar menggunakan terangkum dalam Tabel 8.
metode ceramah.

Tabel 8. Hasil Uji-t Pihak Kanan Nilai Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen 1 dan
Kelas Eksperimen 2

No Sampel Rerata Variansi thitung


1 Problem solving - Praktikum 53,257 158,844
2,915
2 Problem solving - Demonstrasi 44,667 149,486

Berdasarkan Tabel 8 dapat siswa yang diajar menggunakan metode


diketahui bahwa thitung = 2,915 > t0,95;69 = problem solving dilengkapi demonstrasi.
1,67 sehingga Ho ditolak. Dengan Berdasarkan ketiga hasil uji-t
demikian, nilai rerata prestasi belajar pihak kanan yang telah dilakukan dapat
siswa pada materi hidrolisis garam yang diketahui bahwa rerata prestasi belajar
diajar menggunakan metode problem siswa kelas problem solving dilengkapi
solving dilengkapi praktikum lebih tinggi praktikum maupun rerata prestasi
daripada nilai rerata prestasi belajar belajar siswa kelas problem solving

Copyright © 2014 116


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 111-120

dilengkapi demonstrasi lebih tinggi Berbeda dengan pembelajaran


daripada rerata prestasi belajar siswa problem solving dilengkapi praktikum,
kelas ceramah dan rerata prestasi pada proses pembelajaran problem
belajar siswa kelas problem solving solving dilengkapi demonstrasi, siswa
dilengkapi praktikum lebih tinggi dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri
daripada rerata prestasi belajar siswa dari 3 kelompok siswa putri dan 2
kelas problem solving dilengkapi kelompok siswa putra. Dari setiap
demonstrasi. Oleh karena itu, dapat kelompok tersebut dipilih salah satu
disimpulkan bahwa metode problem siswa yang bertugas
solving dilengkapi praktikum lebih efektif mendemonstrasikan praktikum
daripada metode problem solving pengujian sifat larutan garam.
dilengkapi demonstrasi, dan keduanya Sementara itu, siswa yang lain bertugas
efektif diterapkan pada pembelajaran mengamati demonstrasi tersebut. Dalam
materi hidrolisis garam SMA Al Islam 1 kegiatan demonstrasi ini, siswa juga
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. mempelajari tentang hubungan antara
Pada penelitian ini, metode sifat larutan garam dengan kekuatan
problem solving dilengkapi praktikum asam basa pembentuknya yang
lebih efektif daripada metode problem merupakan konsep dasar pada materi
solving dilengkapi demonstrasi pada hidrolisis garam. Siswa yang melakukan
pembelajaran kimia materi hidrolisis demonstrasi terlihat antusias dalam
garam karena memiliki kelebihan. Pada melakukan demonstrasi; sedangkan
proses pembelajaran dengan praktikum, siswa yang tidak melakukan
setiap siswa diberi kesempatan untuk demonstrasi terlihat ada yang benar-
melakukan setiap percobaan secara benar antusias memperhatikan
sendiri-sendiri. Praktikum yang demonstrasi tetapi ada juga sebagian
dilakukan adalah menguji sifat larutan siswa yang kurang memperhatikan.
garam menggunakan kertas lakmus. Siswa yang melakukan demonstrasi dan
Dalam kegiatan praktikum ini, siswa siswa yang benar-benar memperhatikan
mempelajari tentang hubungan antara saat demonstrasi berlangsung terlihat
sifat larutan garam dengan kekuatan aktif baik saat mengikuti kegiatan
asam basa pembentuknya yang demonstrasi, menganalisa hasil
merupakan konsep dasar pada materi praktikum dan saat diskusi untuk
hidrolisis garam. Setiap siswa menyimpulkan hasil demonstrasi. Pada
mengamati secara langsung fakta-fakta akhirnya siswa-siswa tersebut lebih
dalam praktikum dan menganalisa hasil mudah memahami konsep dasar materi
praktikum untuk menyimpulkan hasil hidrolisis garam. Sedangkan beberapa
praktikum. Pada pembelajaran dengan siswa yang kurang memperhatikan saat
metode problem solving dilengkapi demonstrasi kadang terlihat mencontek
praktikum ini, siswa terlihat sangat beberapa data dan analisa demonstrasi
antusias dan terlibat aktif dalam proses siswa lain. Hal ini menjadikan siswa-
pembelajaran, baik saat melakukan siswa tersebut agak mengalami kendala
kegiatan praktikum maupun saat atau kesulitan dalam memahami konsep
mengikuti diskusi kelas untuk dasar materi hidrolisis garam sehingga
mengambil kesimpulan bersama tentang kemungkinan menyebabkan beberapa
hasil praktikum. Keterlibatan langsung siswa kesulitan dalam mengerjakan
setiap siswa dalam kegiatan praktikum tugas atau soal-soal. Akibatnya rerata
inilah yang kemungkinan menjadikan prestasi belajar siswa yang diajar
siswa lebih mudah memahami konsep dengan metode problem solving
dasar materi hidrolisis garam. dilengkapi demonstrasi lebih rendah
Penguasaan konsep dasar yang baik dibandingkan dengan siswa yang diajar
memudahkan siswa dalam mengerjakan dengan metode problem solving
tugas dan soal dari guru sehingga rerata dilengkapi praktikum.
prestasi belajar siswa menjadi lebih Pada penelitian ini juga diperoleh
baik. hasil bahwa baik metode problem
solving dilengkapi praktikum maupun

Copyright © 2014 117


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 111-120

metode problem solving dilengkapi terhadap meningkatnya prestasi belajar


demonstrasi keduanya efektif diterapkan siswa yang lebih baik daripada sekedar
pada pembelajaran kimia materi membaca buku [11]. Demonstrasi
hidrolisis garam dibandingkan metode bermanfaat untuk menampilkan
ceramah. fenomena kimia dan untuk
Hal ini sejalur dengan penelitian mengilustrasikan prinsip-prinsip kimia
Demircioğlu & Yadigaroğlu yang [7].
menyatakan bahwa praktikum dapat Pada penelitian ini, pelaksanaan
lebih meningkatkan pemahaman siswa pembelajaran dengan metode problem
terhadap konsep materi yang diajarkan solving dilengkapi praktikum maupun
daripada metode tradisional dengan demonstrasi juga dilengkapi dengan
ceramah [16]. Mereka menyatakan sebuah LKS yang dirancang khusus.
bahwa dalam pendidikan sains, Pada bagian awal LKS ini berisi soal
praktikum sangat penting karena untuk mengingatkan siswa kembali
praktikum menyediakan kesempatan tentang contoh larutan asam dan basa
bagi siswa untuk melakukan berbagai beserta jenisnya, reaksi penggaraman,
kegiatan secara langsung [16]. Siswa kemudian panduan kegiatan praktikum
yang diajar dengan praktikum menjadi dan demonstrasi, lembar diskusi
lebih aktif daripada siswa yang diajar kegiatan praktikum dan demonstrasi,
dengan metode tradisional ceramah. dan contoh soal yang disertai langkah
Dalam praktikum, siswa memiliki banyak sistematis pemecahannya serta latihan
pengalaman dalam mengukur, soal. Dalam kegiatan pengerjaan soal,
menafsirkan, menarik kesimpulan, dan praktikum ataupun demonstrasi, dan
membuat generalisasi, yang terbukti diskusi, siswa diberikan kesempatan
dapat meningkatkan pemahaman siswa untuk menggali, memperoleh dan
dalam meguasai konsep materi memahami konsep-konsep dalam
pelajaran. Dalam jurnalnya, mereka juga materi hidrolisis garam dengan cara
menyatakan telah banyak dilakukan mereka sendiri. Saat mengerjakan soal
penelitian tentang keefektifan praktikum di LKS, siswa berlatih untuk berpikir
pada pemahaman siswa terhadap secara sistematis dalam menerapkan
konsep sains, antara lain penelitian oleh konsep yang telah dimiliki. Pada proses
Lazarowitz & Tamir (1994), Hart et al. pembelajaran seperti ini, siswa diajak
(2000) dan Özmen et al. (2009). untuk terbiasa berpikir kritis dan
Demircioğlu (2003) dan Özmen et al. melakukan aktivitas belajar secara
(2009) menyatakan bahwa praktikum sadar sehingga siswa dapat memahami
dapat membantu meningkatkan konsep materi dan menerapkannya
pemaaman konsep materi [16]. Selain dalam menyelesaikan soal, bukan
itu, Markow & Lonning (1998) dan Hart sekedar menghafalkan materi yang
et al. (2000) menyatakan bahwa disampaikan guru.
praktikum memotivasi dan menarik bagi Sejalur dengan penelitian
siswa [16]. Tezcan & Bilgin (2004) Adnyana bahwa pembelajaran dengan
menemukan bahwa praktikum problem solving dapat meningkatkan
mempunyai kontribusi besar untuk aktivitas belajar, kompetensi kerja
mempelajari dan mengurangi ilmiah, dan pemahaman konsep kimia
kesalahpahaman dalam materi [17]. Esensi dari pembelajaran problem
kelarutan [16]. Kozcu (2006) solving adalah adanya reorientasi
menyatakan bahwa praktikum pembelajaran yang semula berpusat
mempunyai pengaruh yang lebih besar pada guru menjadi berpusat pada siswa
terhadap pencapaian prestasi akademik, [17, 18]. Pembelajaran tersebut juga
tingkat memori dan kepekaan siswa memberikan peluang pemberdayaan
daripada siswa yang diajar potensi berpikir siswa dalam aktivitas-
menggunakan metode tradisional [16]. aktivitas pemecahan masalah dan
Senada dengan praktikum, meningkatkan keterlibatan siswa dalam
Venneman, et.al. menyatakan bahwa proses pembelajaran kimia, sehingga
demonstrasi juga memberikan dampak mampu menumbuhkembangkan

Copyright © 2014 118


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 111-120

kompetensi kerja ilmiah dan kompetensi dipahami. Suasana belajar yang


pemahaman konsep siswa [17]. Tanrere demikian menjadikan siswa kurang
juga menyatakan bahwa pembelajaran antusias untuk terlibat aktif dalam
problem solving dapat meningkatkan pembelajaran. Selain itu, tidak banyak
kualitas pembelajaran kimia dan siswa yang memiliki keberanian untuk
mendorong siswa untuk meningkatkan bertanya kepada guru. Kondisi seperti
motivasi, aktivitas, kreativitas, ini menyebabkan siswa agak kesulitan
reasoning, dan kerja sama dengan memahami konsep materi sehingga
siswa lain [18]. Lutfi (2003) dalam kurang lancar dalam mengerjakan soal.
Tanrere mengungkapkan bahwa hal ini Hal ini yang kemungkinan menjadikan
sejalur dengan teori pembelajaran rerata prestasi belajar siswa pada kelas
menurut kerucut Dale bahwa kontrol menjadi lebih rendah
pembelajaran yang membuat siswa aktif dibandingkan rerata prestasi belajar
berpartisipasi seperti dalam diskusi, siswa pada kedua kelas eksperimen.
bercerita, presentasi, pengalaman Agar metode ceramah tidak
menirukan dan melakukan suatu terkesan monoton dan membosankan,
kegiatan yang nyata dapat menstimulasi beberapa kelemahan pada
siswa untuk mengingat kembali materi pembelajaran kelas kontrol tersebut di
yang telah dipelajari sebesar 70%-90% atas dapat diatasi dengan beberapa
dibanding dengan siswa yang pasif cara antara lain saat siwa mengantuk,
dalam pembelajaran dengan guru dapat memberikan selingan
kecenderungan untuk mengingat motivasi tentang kehidupan,
kembali materi yang telah dipelajari menceritakan pengalaman pribadi atau
hanya sebesar 50% [18]. Ia juga orang lain yang dapat membangkitkan
mengungkapkan bahwa dalam motivasi belajar siswa, atau guru bisa
pembelajaran sains, cara terbaik bagi mencairkan suasana dengan humor
para siswa dalam belajar sains adalah sebentar agar siswa tidak mengantuk
dengan memberikan mereka lagi. Ketika siswa menjadi kurang
permasalahan-permasalahan yang antusias terhadap pembelajaran yang
menantang dan memaksa pikiran sedang berlangsung, guru bisa lebih
mereka, dengan tujuan merangsang interaktif dengan siswa dengan
kebiasaan untuk berpikir dan melakukan memberikan pertanyaan terkait dengan
aksi yang berkaitan dengan pemecahan materi dan memberikan reward berupa
masalah [18]. nilai/poin tambahan bagi siswa yang
Berbeda dengan pembelajaran bisa menjawab. Saat suasana kelas
pada kelas eksperimen, pembelajaran di menjadi sepi dan pembelajaran hanya
kelas kontrol lebih didominasi dengan berlangsung satu arah dari guru, guru
metode ceramah. Guru menyampaikan bisa menarik keberanian siswa untuk
materi hidrolisis garam di depan kelas aktif bertanya dengan memberikan
sedangkan siswa bertugas reward berupa nilai/poin tambahan bagi
mendengarkan dan mencatat hal yang siswa yang mau bertanya. Dengan
diperlukan. Bagi siswa yang mempunyai demikian diharapkan metode ceramah
daya tahan mendengarkan terbatas, pun bisa meningkatkan prestasi belajar
siswa akan merasa bosan dan terpecah siswa seperti metode problem solving
perhatiannya sehingga tidak konsentrasi dilengkapi praktikum ataupun metode
lagi memperhatikan penjelasan dari problem solving dilengkapi demonstrasi.
guru. Kadang terlihat juga ada beberapa Berdasarkan pembahasan di
siswa yang mengantuk. Setelah selesai atas, dapat disimpulkan bahwa metode
menjelaskan materi, guru memberikan problem solving dilengkapi praktikum
contoh soal dan memberikan latihan lebih efektif daripada metode problem
soal. Setelah itu, guru menunjuk solving dilengkapi demonstrasi pada
beberapa siswa untuk menuliskan hasil pembelajaran kimia materi hidrolisis
pekerjaanya di papan tulis. Pada garam.
kegiatan inilah ada beberapa siswa
yang menanyakan hal yang belum

Copyright © 2014 119


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 3 No. 3 Tahun 2014 Hal. 111-120

SIMPULAN [9] Bílek, M. & Skalická, P. (2009).


Berdasarkan hasil penelitian “Real, Virtual Laboratories together
dapat disimpulkan bahwa metode in General Chemistry Education:
problem solving dilengkapi praktikum Starting Points for Research
lebih efektif dibanding metode problem Project”. Journal of Information &
solving dilengkapi demonstrasi terhadap Communication Technology in
prestasi belajar siswa pada Natural Science Education:
pembelajaran kimia materi hidrolisis Problems of Education in the 21st
garam. Hal ini dapat dilihat dari prestasi Century, (16): 30 - 39.
belajar siswa kelas problem solving [10] Surakhmad, W. (2003). Pengantar
dilengkapi praktikum yang lebih tinggi Interaksi Mengajar-Belajar : Dasar
daripada prestasi belajar siswa kelas dan Teknik Metodologi Pengajara.
problem solving dilengkapi demonstrasi, (edisi kelima). Bandung: Tarsito.
yaitu 53,257 > 44,667. Hal tersebut [11] Venneman, S. S., Westphal, R. M.,
didukung pula dengan hasil uji t pihak & Perez, J. K. (2009). “Cheap But
kanan dimana thitung = 2,915 > ttabel = Not Too Dirty The Value of
1,67. Chemistry Demonstrations in
Teaching Neuronal Physiology to
UCAPAN TERIMA KASIH Psychology Majors”. European
Ucapan terimakasih penulis Journal of Social Sciences. 12(1).
sampaikan kepada Dra. Sri Hari Triana, [12] Anonim. 1981. Materi Dasar
selaku Guru Mata Pelajaran Kimia SMA Pendidikan Program Akta Mengajar
Al Islam 1 Surakarta. V: Buku IB Metodologi Penelitian.
Jakarta: Depdikbud.
DAFTAR RUJUKAN [13] Sanjaya, W. (2013). Penelitian
[1] Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Pendidikan: Jenis, Metode dan
Tingkat Satuan Pendidikan. Prosedur. (edisi pertama). Jakarta:
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kencana Perdana Media Group.
[2] Hidayat, S. (2013). Pengembangan [14] Budiyono. (2004). Statistika Untuk
Kurikulum Baru. Bandung: PT. Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Remaja Rosdakarya. [15] Sudjana. (2005). Metoda Statistika.
[3] Suyanti, R. D. (2010). Strategi (edisi keenam). Bandung: Tarsito.
Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: [16] Demircioğlu, G. & Yadigaroğlu, M.
Graha Ilmu. 2011. “The Effect of Laboratory
[4] Jonassen, D. H. (2010). Research Method on High School Students’
Issues in Problem Solving. New Understanding of the Reaction
Educational Paradigm for Learning Rate”. Western Anatolia Journal of
and Instruction. 29 September – 1 Educational Sciences (WAJES),
Oktober 2010. Dokuz Eylul University Institute,
[5] Syah, M. (2005). Psikologi Izmir, Turkey. ISSN 1308-8971:509-
Pendidikan: Suatu Pendekatan 516.
Baru. Bandung: PT. Remaja [17] Adnyana, G. P. 2010. Meningkatkan
Rosdakarya. Aktivitas Belajar, Kompetensi Kerja
[6] Sardiman A. M. (2012). Interaksi Ilmiah, dan Pemahaman Konsep
dan Motivasi Belajar Mengajar. Siswa Melalui Penerapan Model
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Problem solving pada Pembelajaran
[7] Shakhashiri, B. Z. (2009). “Practical Kimia.
Work In Chemistry Education”. [18] Tanrere, M. (2008). Environmental
Keynote Address at the 42 IUPAC Problem solving in Learning
Congress Glasgow, Scotland. 5 Chemistry For High School
Agustus 2009. Students. Jurnal of Applied
[8] Arifin, M. (1995). Pengembangan Sciences in Environmental
Program Pengajaran Studi Kimia. Sanitation, 3 (1): 47-50.
Surabaya: Airlangga University
Press.

Copyright © 2014 120

Anda mungkin juga menyukai