HARAPAN KITA
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Arief Puji Santoso
Etin Suhartini
Romi Apriansyah
Taufik Hidayat
Zainab
i
HALAMAN PENGESAHAN
TIM PEMBIMBING
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : Februari 2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Adapun judul makalah ini adalah “asuhan keperawatan pada klien
dengan Percutanus Coronary Intervention (PCI): Elektif PCI di Ruang Cathlab
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta”. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas kelompok pada Pelatihan Keperawatan
Kardiovaskular Tingkat Dasar di Divisi Diklat Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita Angkatan I 2022.
Kelompok ini menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak
pihak yang telah membantu, maka dari itu kelompok mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ns.Supriyani,S.Kep. Selaku pembimbing kelompok dalam penyusunan
makalah ini.
2. Ns. Maria Pramesti,S.kep,M.Kep. Selaku penguji 1 dalam presentasi makalah.
3. Ns. Emireta Ratri Ingsih, S.Kep. Selaku penguji 2 dalam presentasi makalah.
4. Segenap perawat ruang Cath Lab Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita Jakarta.
5. Seluruh staf Diklat dan teman-teman peserta Pelatihan Keperawatan
Kardiovaskular Tingkat Dasar di Divisi Diklat Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta Angkatan I 2022.
Kami kelompok menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangannya, dan masih jauh dari sempurna oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhirnya kami
berharap semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi siapa pun
yang membacanya.
Jakarta,15 Februari 2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………..1
1.2 Tujuan……………………………………………………………….…2
1.3 Manfaat Kasus ……………………………………………….………..2
BAB II TinjauanPustaka
2.1 Konsep Percutaneous Coronary Intervention………………………..3
2.1.1 Pengertian Percutaneous Coronary Intervention………………3
2.1.2 Jenis – jenis Percutaneous Coronary Intervention……………...3
2.1.3 Indikasi Percutaneous Coronary Intervention…..………………4
2.1.4 KontraIndikasi Percutaneous Coronary Intervention…………...5
2.1.5 Prosedur Percutaneous Coronary Intervention……………….....5
2.1.6 Komplikasi……………………………………………….……..8
2.1.7 Peran Perawat……………………………………….………..…9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan………………………...……………...14
iv
BAB IV Pembahasan
4.1 Pengkajian Keperawatan…………………………………………….35
4.2 Diagnosa Keperawatan……………………………...………………36
4.3 Rencana Asuhan Keperawatan……………………………..….……36
4.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan……………………………36
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan………………………………………………………….37
5.2 Saran………………………………………………………………...37
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Coronary Artery Disease (CAD) adalah penyebab kematian nomor 1 di
dunia, merenggut sekitar 17,9 juta jiwa setiap tahun. CAD adalah sekelompok
gangguan jantung dan pembuluh darah, salah satunya penyakit jantung
koroner/ Coronary Artery Disease (CAD). CAD merupakan suatu gangguan
fungsi jantung yang disebabkan karena otot miokard kekurangan suplai darah
akibat adanya penyempitan arteri koroner dan tersumbatnya pembuluh darah
jantung (AHA, 2017) dalam (Maqfira, 2020).
Berdasarkan data rekammedis Pusat Jantung Nasional Harapan Kita
penderita MI yang berusia dibawah 45 tahun pada tahun 2016 adalah 10,1%
dan pada tahun 2017 menjadi 10,7%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
jumlah penderita penyakit jantung koroner pada usia muda (Patriyani &
Purwanto, 2016).
Berbagai teknik telah dikembangkan untuk melebarkan pembuluh darah
dan mengembalikan aliran darah pada arteri koroner, salah satunya adalah
kateterisasi jantung. Kateterisasi jantung adalah tindakan memasukan tabung
plastic kecil (kateter) ke dalam arteri dan vena menuju jantung untuk
mendapakan gambar arteri koroner dan mengetahui tekanan didalam ruang
jantung (hemodinamik) menggunakan x-ray (angiography) (Larasati et al.,
2020). Kateterisasi jantung adalah teknik diagnostik dan intervensi
hemodinamik yang paling banyak digunakan di seluruh dunia dan
menyumbang sekitar 6.000 prosedur per satu juta penduduk per tahun di
negara-negara barat (Devi Listiana, H.S.Effendi, 2019).
Meskipun Percutaneous Coronary Intervention (PCI) merupakan tindakan
pilihan, namun tidak lepas dari adanya resiko-resiko yang diakibatkan oleh
tidakan tersebut, oleh karena itu kelompok tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan post percutaneous coronary intervention
1
(PCI) untuk meminimalisir efek yang diakibatkan oleh tindakan percutaneous
coronary intervention (PCI)
1.2 Tujuan
1.2.1 TujuanUmum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Post
Percutanus Coronary Intervention (PCI) : Elektif PCI
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep teori Post Percutaneous Coronary
Intervention (PCI): Elektif PCI.
b. Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Post Percutaneous
Coronary Intervention (PCI): Elektif PCI
2
BAB II
TINJAUANPUSTAKA
3
pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga
memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran
darah coroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen
yang berhenti selama ± 20 menit menyebabkan miokardium
mengalami nekrosis (infark miokard). Infark miokard tidak selalu
disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah koroner. Obstruksi
subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat
menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung
(miokard). Akibat dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan
kontraktilitas miokardium karena proses hibernating dan stunning
(setelahiskemiahilang), distritmia dan remodeling ventrikel
(perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian pasien
CAD tidakmengalami koyak plak seperti diterangkan di atas. Mereka
mengalami CAD karena obstruksi dinamis akibat spasme local dari
arteri koronaria epikardial (Angina Prinzmetal). Penyempitan arteri
koronaria, tanpa spasme maupun trombus, dapat diakibatkan oleh
progresi plak atau restenosis setelah Intervensi Koroner Perkutan
(IKP). Beberapa factor ekstrinsik, seperti demam, anemia,
tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya
CAD pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis.
2.1.4 Klasifikasi
Menurut PERKI (2015) menyatakan bahwa klasifikasi CAD
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan marka jantung, CAD
dibagi menjadi:
a. STEMI: ST segment elevationmyocardial infarction
b. NSTEMI: non STsegmentelevation myocardial infarction
c. UAP: unstable angina pectoris
Jika pemeriksaan EKG awal tidak menunjukkan kelainan (normal)
atau menunjukkan kelainan yang nondiagnostik sementara angina
masih berlangsung, maka pemeriksaan diulang 10-20 menit kemudian.
Jika ulangan EKG tetap menunjukkan gambaran nondiagnostik
4
sementara keluhan angina sangat sugestif CAD, maka pasien dipantau
selama 12-24 jam. EKG diulang tiap 6 jam dan setiap terjadi angina
berulang. Persangkaan adanya infark miokard menjadi kuat jika
gambaran EKG pasien dengan LBBB baru/persangkaan baru juga
disertai dengan elevasi segmen ST ≥1 mm pada sadapan dengan
kompleks QRS positif dan depresi segmen ST ≥1 mm di V1-V3.
Lokasi infark berdasarkan sadapan EKG, yaitu:
a. V1-V4: Anterior
b. V1-V6, I, aVL: Extensive Anterior
c. V5-V6, I, aVL: Lateral
d. II, III, aVF: Inferior
e. V7-V9: Posterior
f. V3R, V4R: Ventrikel kanan
5
merupakan suatutindakan angioplasty (dengan atau tanpa stent) dalam
12 jam pada lesi culprit setelah simtom, tanpa didahului oleh pemberian
fibrinolitik atau obat lain yang dapat melarutkan bekuan darah. Prosedur
ini bertujuan untuk membuka infarc related artery saat terjadinya infark
miokard akut dengan elevasi segment (Maqfira, 2020).
6
2.2.3 Indikasi Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
Indikasi tindakan PCI adalah pada pasien Angina Pectoralis
dengan keluhan walaupun dengan medical terapi yang optimal,
penyempitan pembuluhdarah coroner > 70% pada pembuluh darah
coroner yang cukup besar, angina pektoralis tidak stabil, tindakan
primary atau gagal terapi thrombolitik pada Acute Myocardial
Infarction, angina pektoralis setelah operesi CABG (Coronary Artey
Bypass Graft) dan stenosis setelah PCI (Rahmany et al., 2020).
Selainitu, indikasi dilakukan tindakan kateterisasi jantung pada
pasien menurut Darliana (2017) adalah sebagai berikut:
a. Memiliki gejala penyakit arteri coroner meskipun telah mendapat
terapi medis yang adekuat.
b. Penentuan prognosis pada pasien dengan penyakit arteri koroner.
c. Nyeri dada stabil dengan perubahan iskemik bermakna pada tes
latihan.
d. Pasien dengan nyeri dada tanpa etiologi yang jelas.
e. Sindrom koroner tidak stabil (terutama dengan peningkatan
Troponin T atau I).
f. Pasca infark miokard dengan gelombang Q.
g. Pasca infark miokard dengan gelombang Q pada pasien risiko tinggi
(ditentukan dengan tes latihan atau pemindaian perfusi miokard).
h. Pasien dengan aritmia berlanjut atau berulang.
i. Gejala berulang pasca coronary artery bypass Graft (CABG) atau
percutaneus coronary intervention (PCI).
j. Pasien yang menjalani pembedahan katup jantung.
k. Pasien gagal jantung dengan etiologi yang tidak jelas.
l. Menentukan penyebab nyeri dada pada kardiomiopati hipertropi.
m. Data laboratorium (tidak melebihi 4 minggu) mencakup darah rutin,
gula darah, Ureum, kreatinin, dan pemeriksaan lain sesuai
indikasi(Perki, 2018)
7
2.2.4 KontraindikasiPCI
Kontra indikasi tindakan PCI antara lain gagal jantung yang tidak
terkontrol, klien pasca serangan stroke kurang dari 1 bulan, infeksi
berat disertai demam. Gangguan keseimbangan elektrolit, perdarahan
lambung akut yang disertaidengan anemia, wanita hamil kurang dari
3 bln, gagal ginjal, riwayat perdarahan tidak terkontrol, dan
intoksikasi digitalis (Rahmany et al., 2020)
2.2.5 Prosedur Intervensi PCI
2.2.5.1 Tim PCI
a. Dokter spesialis yang ahli dalam bidang intervensi non
bedah.
b. Perawat:
1. Scrub Nurse (Perawat Scrub) : Sebagai perawat steril
2. Circular Nurse (Perawat Sirkuler)
Tugas Circular Nurse
• Menyiapkan pasien.
• Memberikan penjelasan tentang prosedure/
tindakan yang akan dilakukan
• Mengobservasi tanda-tanda vital
• Mencatat pemakaian alkes yang terpakai selama
tindakan
• Membantu segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
Dokter dan Scrub nurse saat tindakan berlangsung.
• Stand by untuk menangani saat terjadi kegawatan
jantung.
c. Teknisi Kardiovaskular
Tugas Teknisi Kardiovaskuler:
• Serah terima pasien lengkap dengan file sesuai check
list pre angiography.
• Menyiapkan macam-macam formulir (Cath/PCI).
• Input data pasien
8
• Map besar untuk arsip laporan hasil cath/ PCI, report
selama tindakan berlangsung ( pada map sudah ada
tulisan: Nama pasien, umur, Dokter, jenis tindakan,
tanggal dan Nomer ID)
• Monitoring pressure dan gambaran EKG
• Mencatat semua prosedur dari awal sampai selesai
tindakan, termasuk merekam pressure
d. Petugas Radiologi
2.2.5.2 Puncture area
Menurut Merriweather & Hoke(2012), area penusukan pada
tindakan PCI terdiri atas:
a. Arteri Femoralis.
b. Arteri Brachialis
c. Arteri Radialis
9
akan dilanjutkan dengan pemasangan stent (gorong-gorong)
dengan tujuan untuk mempertahankan pembuluh darah
tersebut tetap terbuka. Ada 2 jenis stent, yaitu stent tanpa salut
obat (bare metal stent) dan stent dengan salut obat (drug
eluting stent). Bare metal stent terbuat dari baja tahan karat
(stainless steel) yang didesain untuk dapat menahan dan
memiliki kemampuan mempertahankan diameter yang
diinginkan setelah angioplasti. Meskipun tidak ditemukan
stenosis setelah pemasangan BMS dalam jangka waktu
pendek, setelah ditunggu lama diamati terjadinya
penyempitan lumen disertai thrombosis parsial. Stent yang
telah dilepaskan diamati dan didapatibahwa stent sudah
dilapisi lapisan fibrin yang menandakan proses
reendotelialisasi.
Drug Elutting stent menggunakan obat yang dapat
menghambat proses penyembuhanhanya di area yang
diperlukan tanpa menimbulkan komplikasi sistemik. DES
memiliki tiga komponen, yaitu: bahan dasar logam, bagian
penyimpanan obat dimana dapat terjadi difusi obat kejaringan
vaskuler secara terkontrol (coating material, biasanya matriks
polimer) dan agen terapetik yang efektif mengurangi
pertumbuhan neo intimal yang dicetuskan oleh pemasangan
stent. Stent yang telah terpasang ini akan tertinggal di
pembuluh darah koroner dan lama kelamaanakan Bersatu
dengan pembuluh darah coroner tersebut.
Urutan prosedur PCI antara lain :
a. Perawat/ teknisi membawa klien keruang kateterisasi (cath
lab.)
b. Perawat memberikan obat melalui IV line untuk membantu
klien rileks dan nyaman selama prosedur tindakan.
c. Perawa tmembersihkan dan mensterilkan daerah kecil di
pergelangan lengan atau lipat paha klien (tergantung
10
daerah yang akan digunakan). Daerah tersebut kemudian
ditutup dengan kain steril.
d. Dokter akan menginjeksi obat anestesi local dilipat paha
atau tangan klien. Digunakan anestesi local karena klien
harus tetap sadar selama pemeriksaan untuk mengikuti
instruksi dokter.
e. Jarum akan ditusukkan kedalam arteri yang digunakan
kemudian guide wire akan dimasukkan melalui jarum lalu
jarum dilepas.
f. Sheath kateterakan dimasukkan melalui guide wire,
kemudian kateter dimasukkan melalui pembuluh darah
utama tubuh (Aorta), kemuara arteri koroner dijantung.
Kebanyakan orang tidak merasakan sakit selama
pemeriksaan,karena tidak ada serabut saraf dalam
pembuluh darah, maka klien tidak dapat merasakan
gerakan kateter dalam tubuh.
g. Dokter akan menginjeksikan kontras dengan melihat
melalui gambaran x ray. Klien mungkin akan merasakan
sensasi panas saat kontras diinjeksikan.
h. Rumus pemberian kontras: 4-6 cc zat kontras x BB klien:
kreatinin klien.
i. Pantau keluhan/ laporan klien tentang adanya nyeri dada
atau perasaan tidak nyaman selama prosedur.
2.2.6 Komplikasi
a. Diseksi arteri coroner
b. Vaso spasme arteri coroner
c. Akut disritmia
d. Cardiac arrest
e. Tamponade jantung
f. Hipotensi
g. Perdarahan, biasanya terjadi pada daerah akses penusukan(area
insersi) atau pun perdarahan retroperitoneal
11
h. Hematoma
i. Pseudoaneurisma
j. Fistula arteriovenosus
k. Thrombosis dan embolisasi distal
l. Contrast Induce Nefropathi (CIN)
12
2.2.7.3 Setelah Tindakan
a. Kaji keluhan setelah tindakan.
b. Observasi TTV secara ketat setiap 15 menit pada jam
pertama, setiap 30 menit pada jam keketiga dan setiap
jam pada 4 jam berikutnya
c. Mengobservasi tanda-tanda adanya perdarahan dan
hmatoma pada area penusukan.
d. Mengobservasi dan mengukur tanda–tanda vital
(tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh, dan saturasi
O2)
e. Pemantauan perubahan EKG 12 lead.
f. Mengobservasi hasil laboratorium (peningkatan kreatinin
mengindikasikan gangguan ginjal karena zat kontras,
sedangkan peningkatan CKMB menandakan cedera otot
jantung)
g. Mengobservasi efek alergi zat kontras (seperti menggigil,
kemerahan, gatal, pusing, mual, muntah, urine tidak
keluar, dsb)
h. Mengobservasi gangguan sirkulasi perifer Cek pulsasi
arteri dorsalis pedis, tibialis ,radialis. Bila terjadi
gangguan (nadi lemah/ takteraba) ,beritahu dokter
biasanya diberikan obat anti coagulan bolus atau bisa
dilanjutkan dengan pemberian terus menerus (kontinyu).
Observasi kehangatan daerah ekstremitas kanan dan kiri
kemudian dibandingkan.
i. Mengobservasi adanya tanda-tanda hipovolemi.
j. Memberikan hidrasi sesuai kebutuhan.
k. Memonitor adanya tanda-tanda infeksi meliputi:
Observasi daerah luka dari sesuatu yang tidak aseptik/
septic, selalu menjaga kesterilan area penusukan,
13
observasi adanya perubahan warna, suhu pada luka
tusukan.
l. Berikan pendidikan kesehatan :
1. Anjurkan untuk tidak mengangkat beban lebih dari 5
kg selama 1 minggu untuk menghindari stretching /
peregangan pada arteri radialis jika akses melalui
arteri radialis.
2. Beritahu perawat atau dokter bila terjadi keluhan
berhubungan dengan gangguan sirkulas.
3. Buka elastikon dengan tensoplast setelah 12 jam
pemasangan elastikon.
4. Bila ada hematoma dan perdarahan segera hubungi
dokter atau perawat dan langsung ke rumah sakit.
14
g. Observasi daerah distal ekstremitas dan keadaan umum
klien post aff sheath (tekanan darah, nadi, irama ekg/
perubahan gelombang EKG, saturasi O2, pernapasan,
nilai ureum dan kreatinin) dari adanya komplikasi berupa
perdarahan/ hematoma, thrombosis, fistula arteriovenosus,
dan CIN (Contras Induce Nefropathy) 2 sampai 3 x / 24
jam post tindakan.
15
Clinical Pathway Coronary Artery disease
(CAD)
Pemeriksaan diagnostik
EKG :ST depresi, ST elevasi , T Pemeriksaan Lab : CKMB, ANGIOGRAFI Myocardium Perfusion
Inverted Trop I & T, Lipid serum, Imaging
AGD, UR/CR
16
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan (Nursing Care Plan) berdasarkan SDKI,
SLKI dan SIKI
2.1.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/ bangsa, agama, status perkawinan, tanggal
masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnose
medik.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama : Sesak saat bekerja, dipsnea nocturnal paroksimal,
ortopnea, lelah, pusing, nyeri dada, edema ektremitas bawah,
nafsu makan menurun, nausea, distensi abdomen, urin menurun.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang
didapat dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni
munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut.
Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
d. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien
apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark
miokardium, hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga
obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu,
yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki
pasien
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan
penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.
14
f. Pengkajian data
1) Aktifitas dan istirahat :
Adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang istirahat, sakit
dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
2) Sirkulasi :
Riwayat hipertensi, anemia, syokseptik, asites, disaritmia,
fibrilasiatrial, kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP,
sianosis, pucat.
3) Respirasi :
Dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru.
4) Pola makan dan cairan :
Hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi :
Penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau
konstipasi.
6) Neuorologi :
Pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
7) Interaksisosial :
Aktifitassosial berkurang
8) Rasa aman :
Perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum :
Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress, sikap dan
tingkah laku pasien.
2) Tanda-tandaVital :
a) Tekanan Darah Nilai normalnya :
Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
b) Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg.
c) Nadi Nilai normalnya :
15
Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi)
d) Pernapasan Nilai normalnya :
Frekuensi : 16-20 x/menit
Pada pasien :respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat
/ aktivitas.
e) SuhuBadan:
Metabolisme menurun, suhu menurun.
3) Head to toe examination :
a) Kepala :bentuk , kesimetrisan
b) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak?
c) Mulut: apakah ada tanda infeksi?
d) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak,
kesimetrisan
e) Muka; ekspresi, pucat
f) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g) Dada: gerakan dada, deformitas
h) Abdomen : Terdapatasites, hati teraba dibawah arkus kosta
kanan.
i) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan teksturkulit,
edema, clubbing, bandingkan arteri radialis kiri dan kanan.
j) Pemeriksaan khusus jantung :
1) Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus
cordis (normal : ICS ke5)
2) Palpasi : PMI bergeser ke kiri, inferior karena dilatasi
atau hipertrofi ventrikel.
3) Perkusi :batas jantung normal pada orang dewasa
Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra
Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
4) Auskulatsi :bunyi jantung I dan II
16
BJ I : Terjadi karena getaran menutupnya katup atrio
ventrikular, yang terjadi pada saat kontraksi simetris
dari bilik pada permulaan systole
BJ II :Terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan
arteri pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi
kira- kira pada permulaan diastole. (BJ II normal
selalu lebih lemah dari pada BJ I)
5) Pemeriksaan penunjang
a) Echo cardiogram :
Untuk mengkaji fraksi ejeksi (normalnya> 50 % ),
gerakan segmen dinding, volume sistolik dan diastolic
ventrikel, regurgitasi katup mitral karena disfungsi
otot papiler dan untuk mendeteksi adanya thrombus
mural, vegetasi katup, atau cairan pericardial.
b) Kateterisasi Jantung (Angiografi Koroner) :
Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostic
invasive dimana satu atau lebih kateter dimasukkan ke
jantung dan pembuluh darah tertentu untuk mengecek
aliran darah dan oksigen di berbagai ruang jantung.
c) Elektrokardiogram (EKG) :
Perubahan pada elektrokardiografi secara konsisten
akibat iskemia atau infark akann ampak pada lead
tertentu.
d) Pemeriksaan laboratorium :
1. DPL (Hemoglobin, Leukosit, Trombosit,
Hematokrit, PT, APTT)
2. Elektrolit (Natrium, Kalium, Klorida, Kalsium
Total, Magnesium)
3. Fungsi Ginjal (Ureum, BUN, Kreatinin, eGFR)
4. HbsAg
5. Glukosa (Gula Darah Sewaktu)
17
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan efek luka pembedahan /penusukan.
b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini.
d. Risiko perdarahan dengan kondisi terkait program pengobatan.
e. Risiko infeksi dengan kondisi terkait prosedur invasive
(PPNI, 2016)
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas pasien
• Nama : Tn. B
• Usia: : 71th
• RM: : 2021502730
• Pendidikan : SLTA
• Pekerjaan : Pensiunan
• Alamat : Jl. Cabe Rawit II No 16
RT 009/006 Jakarta Barat
• Diagnosa Pre Tindakan : CHF fc II-III ec CAD 2VD
• Diagnosa Post Tindakan : CAD 2VD PCI 1 DES RCA
• Tanggal Masuk RS : 9 Februari 2022
• Tanggal MasukCath : 9 Februari 2022
• Tanggal Pengkajian Pre PCI : 9 Februari 2022
• Tanggal Pengkajian Post PCI : 9 Februari 2022
19
3.1.2.6.Faktor resiko
Klien merupakan perokok berat, baru 3 tahun belakangan berhenti
merokok.
3.1.2.7.Riwayat pekerjaan
Klien saat ini sudah tidak bekerja, dahulu klien bekerja disebuah pabrik.
3.1.2.8.Pola aktivitas dan istirahat
Klien mengatakan saat sebelum sakit buang air kecil 4-5 x/hari. Disaat
sakit pola buang air kecil tidak berubah.
Klien mengatakan saat sebelum sakit BAB 1x/hari. Saat sakit pola buang
air besar tidak berubah.
3.1.2.10. Pola makanminum.
Klien mengatakan tidaka dagangguan pola makan.
3.1.2.11. Keamanan dan kenyamanan nyeri
3.1.2.11.1. Riwayat demam, suhu : Pasien tidak pernah demam, S :
36,6°c.
3.1.2.11.2. Resiko jatuh
Table.3.1 skorresiko jatuh
20
30
· Berpegangan pada benda –
benda sekitar.(Kursi, lemari,
meja).
4 Teraphy intra vena :Apakah ya 0 20
ketika ini lansia terpasang Ya 20
infus.
5 Gaya Berjalan / cara 0 0
Berpindah:
Normal / Besrest / immobile
(tidak sanggup bergerak
sendiri)
· Lemah tidak bertenaga. 10
20
· Gangguan atau tidak normal
(pincang atau diseret).
6 Status mental: 0 0
· Lansia menyadari kondisi
dirinya.
· Lansia mengalami 15
keterbatasan daya ingat.
Total nilai 20
a. Pengkajiannyeri
Klien saat ini tidak memiliki keluhan nyeri
21
SpO2 100 %
b. BB/TB : 67 kg / 177 cm
c. Head to toe
1. Kepala : Klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma di
kepala, Rambut dan kulit kepala tampak bersih.
2. Wajah : Klien terlihat tenang dan kooperatif
3. Mata : Matasimetris, konjuntiva tidak anemis, tidak ikterik dan
Tidak menggunakan alat bantu penglihatan mata
4. Hidung : Tidak tampak pergerakan cuping hidung
5. Bibir : Tidak cyanosis
6. Leher :Tidak tampak peningkatan JVP, tidak adapembesaran
Kelenjar tyroid.
d. Kardio
• Inpeksi : Tidak tampak pembuluh darah di dada, tampak iktus
cordis di ICS5 midklavikula sinistra
• Palpasi : Iktus cordis teraba
• Perkusi : Pekak
• Auskultasi : BJ1 dan BJ2 terdengar regular, tidak terdengar murmur
Atau pun gallop.
e. Pulmo
• Inspeksi : RR 20x/menit, pergerakan dada simetris, dan tidak
Menggunakan otot bantu pernapasan
• Palpasi : tidak teraba krepitasi
• Perkusi : terdengar resonan.
• Auskultasi :vesikuler, ronchi-/-, wheezing-/-
f. Abdomen
• Inspeksi : supel, tidak terdapat asites
• Auskultasi : bising usus10x/menit
• Palpasi : tidak ada nyeri tekan
• Perkusi : tympani
g. Ekstremitas
22
• Inspeksi : tidak terlihat sianosis, tidak ada edema ektremitas,
Terpasang balutan TR Band di radialis kanan dan tidak
tampak hematom atau pun perdarahan, dan terpasang infus
di vena cephalica kiri.
• Palpasi : Capillary refill time 2 detik, teraba kuat nadi di dorsalis
pedis, ulnaris dan radialis, akral hangat, turgor kulitelastis
• Nilai tonus otot sebelum tindakan: normononus
h. Genetalia
Pasien BAK spontan. Pasien mengatakan sudah melakukan pencukuran
3.1.5. Pemeriksaandiagnostik
a. Laboratorium
Tabel 3.2 hasil laboratorium
Nama Pemeriksaan Referensi 3-01-2022 7-02-2022
Hematologi
Hb 13,0– 13,5 12,8
Hematokrit 16,6gr/dl 39 37,0
Eritrosit 41,3 – 52,1 % 4,74 4,54
VER ( MCV ) 4,29- 5,70 82,3 81,5
HER (MCH) 86,1- 101,9 28,5 28,2
KHER (MCHC) 27,5-32,4 pg 34,6 34,6
RDW (CV) 30,7-33,2 % 12,6 12,7
12,2-14,2 %
23
Leukosit 3580-8150 6680 6050
Trombosit 172-359 ribu 254ribu 228ribu
Hemostasis
PT 9,4-12,5 detik 12,2 11,3
Kontrol 10,4 10,4
INR Nilai rujukan: 1,08 1,09
0,8-1,2 target
terapi: 2,00-
4,80
FungsiGinjal
Ureum 12,8- 23,80 20,20
BUN 42,8mg/dl 11,0 9,0
Kreatinin 6,0-20 mg/dl 1,06 1,01
eGFR 0,67–1,17 70 74
mg/dl
60-89
GD sewaktu 70-130gr/dl 105 100
Elektrolit
Natrium (Na) 136-145 138 142
Kalium (K) mmol/L 4,6 4,8
Klorida (Cl) 3,5 -5,1 103 107
mmol/L
98-107
Infeksi/Inflamasi
HbsAg Non reaktif Non reaktif Non reaktif
Anti HCV Non reaktif Non reaktif Non reaktif
24
b. Laporan Coroangiografi
Dengan hasil :
• LM : Normal
• LAD : Diffuse stenosis di proximal-mild 70-80 %
• LCx : Normal distal kaliberkecil. OM5 kaliberbesardengan stenosis di
proximal 60%
• RCA : Diffuse stenosis dari proximal sampai mild dengan stenosis
maksimal 70-80% di proximal.
c. Laporan tindakan PCI
No Rekam Medis : 2021502730
Nama Pasien : Tn. B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl Lahir : 03/10/1950
Prosedur Tindakan :
Tindakan a/antiseptic di daerah arteri radialis dextra dan femoralis dextra
Dilakukan anestesi sekitar radialis dextra dengan Lidocain 2%. Punks iarteri
radialis dextra berjalan lancar, dimasukkan sheath 6F. dimasukkan heparin
6000 IU intra arterial dan NTG 300 mcg intra arterial. Diberikan heparin 3000
IU IV pada jam selanjutnya.
Dilakukan kanulasi RCA dengan JR 3,5 / 6F. Evaluasi angiografi
menunjukkan:
RCA : Diffuse stenosis dari proximal sampai mid dengan stenosis maksimal
70-80% di proximal.
PCI RCA :Dilakukan wirring dengan wire shimobike bagian mild RCA.
Dilakukan predilatasi dengan ballon ikazuchi 2,5x15 mm, dikembangkan
dengan tekanan 8 atm selama 10 detik dari mild sampai proximal RCA.
Dilakukan pergantian wire dari wire shinobi ke wire Asahi Sion Blue.
Kemudian dilakukan implantasi DES Resolute Integrity akhir. TIMI 3 flow,
residual stenosis(-),perforasi(-),diseksi(-), thrombus(-).
Tindakanselesai. 30 cc. Jenis dan jumlah media kontraslopamiro 370 sebanyak
75 ml. FT 09;46 menit, DAP 23.46 Gy.cm2.
25
Total pendarahan : 30 cc
Dosispaparanradiasi : 23.46 Gy.cm2
Jumlah media kontras :-
Fluora Time : 00;09.46
Kesimpulan : Post PCI 1 Des RCA pada CAD 2VD
d. EKG
26
- Iramairreguler
- HR 60X/mnt
- Gelombang P tidakdapatdiidentifikasi
27
3.2. ANALISA DATA
Tgl /jam NO DATA ETIOLOGI MASALAH
DX
9-2-2022 1 DS : Kekhawatiran mengalami Ansietas
Jam Pasien mengatakan merasa kegagalan
09.30 khawatir dengan akibat tindakan
operasi
DO :
• Pasientampak tegang
• Pasientampak gelisah
9-2-2022 2 DS : klien mengatakan nyeri Agen pencidera fisik ( trauma post Nyeri akut
Jam didaerah tusukan setelah tindakan tusukan)
15.08 DO :
• TTV
TD : 180/107 mmHg
HR :88x/mnt
28
RR 24x/menit
SpO2 100%
• Post tindakan PCI 1 DES RCA
• Kes CM, akralhangat, nadikuat
• Skala nyeri4
9-2-2022 3 DS : Klien mengatakan tidak ada Tindakan pembedahan Resiko perdarahan
Jam rembesan didaerah penusukan
16.55 DO :
• Total pendarahan 30 cc
• Tidak ada rembesan darah
didaerah penusukan
• Tidak ada hematom
• Hb 12,5 g/dl
• HT 36,2 %
• Eritrosit4,48 juta/µl
• VER (MCV) 80,8 fl
• HER (MCH) 27,9 pg
• KHER (MCHC) 34,5 %
29
• RDW (CV) 12,8 %
• Leukosit 71,20 /µl
• Trombosit 236 ribu/µl
• Ureum 21,80 mg/dl
• BUN 10,0 mg/dl
• Creatinin 0,90 mg/dl
• eGFR 86 mL/menit/1,73m²
3.3 DiagnosaKeperawatan
3.3.1. Ansietas behubungan dengan kekhawatiran kegagalan
3.3.2. Nyeri akut berhubungan denganagen pencidera fisik ( trauma )
3.3.3. Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
30
3.4 Intervensi Keperawatan
Table.3. intervensi keperawatan
N Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
o
1 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 Observasi :
kekhawatiran mengalami kegagalan jam maka ansietas dapat teratasi dengan
1. Identifikasi saat ansietas berubah (missal
DS : pasien mengatakan merasa criteria hasil:
kondisi, waktu, stressor)
khawatir dengan akibat tindakan operasi 1. Verbalisasi khawatir terhadap kondisi
2. Monitor tanda-tanda ansietas ( Verbal dan
yang dihadapi menurun
non verbal)
DO : 2. Perilaku gelisah menurun
• Pasientampak tegang 3. Perilaku tegang menurun Teurapetik :
31
meyakinkan
− Motivasi mengidentifika sisituasi yang
memicu kecemasan
Edukasi
32
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
2 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi :
pencidera fisik (trauma) ditandai dengan selama 2x24 jam diharapkan nyeri
− Identifikasi lokasi, karakteristik. durasi,
DS :klien mengatakan nyeri di daerah berkurang dengan kriteri hasil :
frekuensi, kulaitas, Intensitas nyeri
penusukan 1. Nyeri berkurang dengan skala 2
− Identifikasi skala nyeri
DO : 2. Pasien tidak mengeluh nyeri
− Identifikasi respon nyeri non verbal
• Tanpa meringis 3. Pasien tampak tenang
• Gelisah 4. Frekuensi nadi dalam batas normal Terapetik
• Nyeri skala 4 60-100/menit - Kontrol lingkungan yang memperberat
• Daerah penusukan radialis dextra nyeri
• TD 180/107 mmHg,HR 88x/mnt, - Beri teknik non farmakologis untuk
RR 24x/mnt meredakan nyeri
Edukasi
33
- Jelaskan penyebab periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
34
• HT 36,2 % - anjurkan segera lapor jika terjadi
• Eritrosit 4,48 juta/µl perdarahan
• VER (MCV) 80,8 fl Kolaborasi
• HER (MCH) 27,9 pg
- kolaborasi pemberian obat pengontrol
• KHER (MCHC) 34,5 %
perdarahan, jika perlu
• RDW (CV) 12,8 %
• Leukosit 71,20 /µl
• Trombosit 236 ribu/µl
• Ureum 21,80 mg/dl
• BUN 10,0 mg/dl
• Creatinin 0,90 mg/dl
• eGFR 86 mL/menit/1,73m²
TD : 180/107 mmHg
HR :88x/mnt
RR 24x/menit
SpO2 100%
35
36
3.5. Implementasi dan evaluasi keperawatan
37
memungkinkan Pasien tampak
− Memahami situasi yang mendengarkan dengan
membuat ansietas seksama
− Mendengarkan dengan penuh Mengajak pasien berdoa
perhatian
− Menggunakan pendekatan
yang tenang dan meyakinkan
− Menganjurkan berdoa
sebelum tindakan Melatih kegiatan
pengalihan untuk
Edukasi
mengurangi ketegangan
- Menjelaskan prosedur dengan mengajak pasien
termasuk sensasi yang mengobrol dan menarik
mungkin dialami nafas dalam
- Menginformasikan secara
factual mengenai dosis,
pengobatan, dan prognosis
- Menganjurkan keluarga
untuk tetap bersama jika
38
perlu
- Menganjurkan melakukan
kegiatan yang kompetitif
sesuai kebutuhan
- Menganjurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
- Melatih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
- Melatih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
- Melatih Teknik relaksasi
Kolaborasi
39
ansietas, jikaperlu
2 Nyeri akut 9-2-2022 Observasi : Jam 15.00 WIB TGL 9-2-2022, Jam: 15.19
berhubungan dengan Jam • Setelah dilakukan WIB
− Mengidentifikasi lokasi,
agen pencidera fisik 15.00wib observasi tidak ada S : Pasien mengatakan nyeri
karakteristik. durasi,
(trauma) rembesan luka di berkurang
frekuensi, kulaitas, Intensitas
daerah penusukan O:
nyeri
radialis dextra • Wajah tampak tenang
− Mengidentifikasi skala nyeri
• Pasien mengatakan • Pasien terliha trileks
− Mengidentifikasi respon
nyeri berkurang • Pasien tertidur
nyeri non verbal
skala 2
Terapetik • Pasien terlihat rileks
- Mengontrol lingkungan yang A :Masalah teratasi
memperberat nyeri sebagian
farmakologis untuk
meredakan nyeri
Edukasi
40
- Menjelaskan penyebab dan
pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
- Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Kolaborasi
41
sesudah kehilangan darah mmHg • Pasien stabil.
HR : 88x/mnt A :Masalah tidak menjadi
Terapeutik
RR 24 aktual
- Mempertahankan bedrest SpO2 100%
selama perdarahan − Hb 12,5 g/dl P :Lanjutkan intervensi
- Membatasi tindakan invasif HT 36,2 % yang sesuai
,jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
- Berkolaborasi dalam
pemberian obat pengontrol
perdarahan jika perlu
42
BAB IV
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan pada pasien Tn. B dengan CAD 2VD post PCI 1 DES
RCA Di Ruang Cathlab RS Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta
sudah sesuai dengan Standar Operasional prosedur (SOP) yang berlaku. Pada
kasus Tn. B dilakukan tindakan elektif PCI sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan sebelumnya dengan indikasi mengalami penyumbatan pembuluh
darah di RCA: stenosis 70-80% di paroximal, merupakan hasil angiografi yang
dilakukan pada tanggal 5 Januari 2022. Pasien datang dari CAO kemudian
melakukan pun sudah mempersiapkan hal-hal yang diperlukan sebelum
melakukan persiapan PCI di ruang persiapan kateterisasi. Sebelumnya pasien
sudah mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan seperti surat ijin
tindakan, surat permintaan tindakan, slip atau jaminan pembayaran, dokumen
penunjang seperti hasil laboratorium tgl 7 Februari 2022 termasuk hasil swab
PCR, hasil angiografi, hasil echo, dan pemeriksaan EKG. Sebelum tindakan PCI
dilakukan, Pasien dilakukan persiapan tindakan seperti pemasangan iv cath,
pencukuran rambut atau bulu pada area yang akan dilakukan penusukan, puasa
mulai dari jam 05.00 WIB dan pasien meminum double anti platelet (DAPT)
secara rutin per oral sejak tanggal 20 November 2021 sampai sekarang
Tindakan PCI yang dilakukan pada Tn. B dapat disebabkan oleh
beberapa faktor risiko yang ada pada Tn. B diantaranya merokok dan hipertensi,
ibu pasien penderita penyakit hipertensi dan jantung,. Riwayat tersebut
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyumbatan pembuluh darah yang
dialami oleh pasien.
Hipertensi menyebabkan lumen vascular menyempit, terjadi peningkatan
resistensi perifer, sehingga hipertensi mendorong plak aterosklerotis. Selain itu,
peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat merusak endotel dan
menyebabkan aterosklerosis. Zat yang terkandung dalam rokok seperti nikotin
dan Tar menyebabkan penurunan Nitrit Oxide (NO) dalam pembuluh darah,
sehingga
43
menurun (Sibernagl, 2011).
PCI merupakan tindakan intervensi untuk melebarkan pembuluh darah
koroner yang mengalami penyempitan (Manik, 2015). Sebelum dilakukannya
tindakan PCI, pasien selalu mengkonsumsi DAPT yaitu miniaspi dan
clopidogrel untuk mencegah timbulnya penumpukan thrombus baru.
Tindakan yang dilakukan pada kasus Tn. B dengan Post PCI 1 DES
RCA. Pada CAD 2VD yaitu angiografi yang dilanjutkan pemasangan 1 DES di
proximal RCA dengan hasil baik. Selama prosedur PCI pasien diberikan kontras
sebanyak 75 ml. Pemberian zat kontras dapat menyebabkan gangguan fungsi
ginjal yang ditandai dengan peningkatan nilai ureaum creatinin dalam darah
karena zat kontras merupakan cairan pekat dan dapat meningkatkan osmolaritas
di ginjal. Komplikasi pemberian kontras tersebut dapat menyebabkan Contrast
Induces Nephropathy (CIN) dimana terjadi peningkatan nilai serum kreatinin
>0,5mg/dl atau 25% dari nilai awal dalam 48 jam setelah pemberian media
kontras secara intravena. Penatalaksanaan yang dilakukan setelah tindakan
antara lain : kaji keluhan setelah tindakan, observasi TTV, observasi tanda
adanya perdarahan dan hematoma pada area penusukan, mengobservasi efek
alergi zat kontras (seperti : menggigil, kemerahan,gatal, pusing, mual, muntah,
urine tidak keluar), observasi gangguan sirkulasi perifer, adanya tanda
hipovolemi, dan memonitor adanya tanda- tanda infeksi pada luka tusukan.
Intervensi dan implementasi berfokus pada pencegahan terhadap
beberapa resiko yang meungkin terjadi. Untuk mencegah resiko perdarahan
maka dapat dilakukan observasi tanda-tanda perdarahan baik dilokasi penusukan
puncture maupun tanda perdarahan lain misalnya hematuri, epistkasis.
Pembatasan aktivitas jiga dilakukan dengan membatasi pergerakan pada area
luka penusukan yaitu pada arteri radialis dextra. Pemantauan intake dan output,
kadar ureum creatinin dan eGFR juga diperlukan untuk mengetahui apakah
terjadi masalah renal atau tidak. Target urine sebanyak 150cc/jam dalam 6 jam
pertama. Ketika laju produksi urine tercapai, maka kejadian CIN dapat
diturunkan sebesar 50% (Anom, 2013). Selain itu, untuk kewaspadaan akan
terjadinya komplikasi CIN maka dikolaborasikan
44
1cc/kgbb/jam selama 12 jam.
Untuk perawatan pasien, manajemen pengendalian faktor resiko harus
tetap dilakukan supaya tidak terjadi serangan berulang. Pada pasien yang sudah
dilakukan PCI akan tetap beresiko mengalami serangan jantung berulang karena
terjadi restenosis. Hal ini menyebabkan penurunan aliran darah ke koroner
setelah prosedur intra vaskular. Sehingga, pasien membutuhkan revaskularisasi
koroner atau PCI berulang. Oleh sebab itu, diperlukan edukasi kepada pasien
dan keluarga untuk pengendalian faktor resiko seperti rutin cek tekanan darah
dan kolesterol, rutin mengkonsumsi obat-obatan yang telah diberikan, istirahat
yang cukup (6-8 jam), menjaga pola hidup sehat, pengaturan pola aktivitas dan
olahraga serta rutin kontrol ke pelayanan kesehatan, selain itu pemahaman pasien
dan keluarga terhadap penyakit dan tatalaksana tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya sesuai dengan rencana medis.
45
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
44
5.2.1.2 Perawat harus memahami teori dan patofisiolgi tentang
penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk
tindakan PCI.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Tindakan PCI di RSPJDNHK. Jakarta
https://www.pjnhk.go.id/artikel/percutaneous- coronary-
intervention-pci.
Yudi Her Oktaviono, 2020, Komplikasi Pada Intervensi
Koroner Perkutan, Airlangga University Press.
47