Anda di halaman 1dari 5

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK

NAMA : DITA RISKYA MARTA


NIM : 190910201074
ASAL : UNIVERSITAS JEMBER (PMM BILATERAL)

1.Cari Jurnal tentang Implementasi Kebijakan Publik di daerah anda masing -

masing.

a. Kebijakan tentang: IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ECOTOURISM DI

KABUPATEN BANYUWANGI

b. Diatur dengan:

- UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

- Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2009 tentang

Pemodaman Pengembangan Ekowisata di Daerah.

- Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Rencana Strategis Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

tahun 2020-2024.

- Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten

Banyuwangi 2016 – 2021.

c. Hasil: Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menjadikan pariwisata sebagai

prioritas pembangunan. Arah kebijakan pembangunan Banyuwangi ke depan

terkait pengembangan pariwisata adalah ecotourism concept yaitu konsep

pengembangan pariwisata dengan mengoptimalkan dan melestarikan potensi

alam dan budaya lokal secara berkelnajutan. Konsep ini dapat dikatakan karya
kreasi pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi dengan menjadikan

masyarakat lebih berperan dalam pengelolaan sumberdaya pariwisata. Hal ini

terbukti dari semakin masifnya pembangunan pariwisata mulai dari tingkat

kecamatan sampai di tingkat desa. Pelibatan amsyarakat inilah yang

selanjutnya menjadikan pariwisata tumbuh dan berkembang di samping peran

langsung dari pemeirntah daerah. Kabupaten Banyuwangi telah menerapkan

kebijakan ecotourism concept yang meliputi Community based Tourism (CBT),

Pariwisata Even, dan strategi pemasaran keberlanjutan dan terukur.

d. Implementasi kebijakan berhasil/tidak: Berhasil, karena kebijakan

pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi dalam menerpakan konsep

ecouourism yang meliputi Community based Tourism (CBT), Pariwisata Even,

dan strategi pemasaran keberlanjutan dan terukur telah berjalan sesuai dengan

apa yang diharapkan. Terbukti berdasarkan data Bapedda Kabupaten

Banyuwangi 2019 dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menunjukkan bahwa

jumlah wisata, wisatawan yang berkunjung, dan nilai investasi di Kabupaten

Banyuwangi selama 5 tahun terakhir selalalu mengalami peningkatan yang

signifikasi. Selain itu kebijakan ecotourism ini juga mampu berkontribusi

terhadap perekonomian Kabupaten Banyuwangi baik dari sisi pertumbuhan

ekonomi, Produk Domestic Regional Bruto (PDRB), Penghasilan Asli Daerah

(PAD), dan peneyrapan tenaga kerja.

e. Faktor penghambat/pendukungnya:

Pendukung :Anggaran, investor, partisipasi aktif masyarakat, komunikasi dan

koordinais yang baik, komitmen pemerintah pusat dan daerah,

Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS).


Penghambat :Masih minimnya pengetahuan masyarakat terkait konsep

pengembangan wisata ecotourism dan pambengunan fasilitias /

sarana dan prasarana yang belum merata.

2. Analisis/bandingkan dengan jurnal yang lain (minimal 3 jurnal)

Pemerintah menyadari bahwa mellaui adanya konsep ekowisata

(ecotourism) ini segala potensi sumberdaya alam, lingkungan, serta keunikan alam

dan budaya yang dimiliki daerah dapat menjadi salah satu sektor unggulan daerah

dan wajib dikembangkan secara optimal. Keberhasilan implementasi kebijakan

Ecotourism Concept di Kabupaten Banyuwangi menunjukkan bahwa konsep

ekowisata (ecotourism) cukup memberikan pengaruh yang baik untuk

perkembangan parwisata di daerah sehingga tidak menutup kemungkinan jika

konsep ini juga diterapkan di berbagai daerah di Indonesia. Selain Kabupaten

Banyuwnagi, Jawa Timur berikuti ini beberapa daerah strategis yang juga

menerapkan konsep ecotourism, antara lain adalah : Nusa Tenggara Barta (NTB),

Seram Utara dan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah, dan Provinsi Riau.

Di berbagai provinsi, pariwisata menjadi salah satu penopang pendapatan

asli daerah (PAD) tertinggi, begitu juga di provinsi NTB. Sebagai daerah pariwisata

andalan nasional, NTB memilik kultural dan alam yang begitu indah sebagai obyek

wisata. Penerapan konsep ekowisata di NTB sendiri belum terlalu maksimal

mengingat belum adanya kebijakan hukum yang secara khsusus mengatur

mengenai ekowisata di Provinsi NTB. Beberda dengan di Kabupaten Banyuwnagi,

pemerintah NTB masih berencana akan menetapkan program pembangunan

kepawriwisataan dalam sebuah Rencana Jangka Panjang Daerah Provinsi NTB.

Mengingat potensi besar yang dimiliki oleh Provinsi NTB, sudah seharusnya
pemerintah mendukung dan segera menetapkan peraturan daerah tentang

pengembangan ekowisata di provinsi NTB agar potensi yang ada bisa

dikembangkan secara optimal.

Berbeda dengan implementasi kebiajakan ecotourism di Seram Utara dan

Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah yang memiliki kondisi ekologi,

sosial, perikanan, dan pariwisata yang cukup berpotensi. Pengelolaan Ekowisata

(ecotourism) berkelanjutan di Seram Utara dan Seram Utara Barat Kabupaten

Maluku Tengah ini justru kurang berhasil, karena sepuluh stratgei kebijakan yang

ditetapkan oleh Pemerintah terkait ekowisata ini, Namun dalam pelaksanaannya

masih belum merata dan diperlukan penelitian lebih lanjut tentang lokasi – lokasi

penting sebagai destinasi wisata. Selain itu, partisipasi masyarakat dan koordinasi

antar pemerintah dan masyarakat lokal juga masih kurang sehingga pemerintah

perlu melakukan perencanaan ulang dalam pengelolaan pariwisata yang ada di

Seram Utara dan Seram Utara Barat.

Sementara itu, beberbeda lagi dengan Provinsi Riau yang menggunakan

strategi teknologi, inovasi, dan operasional dalam melakukan pengembangan

ekowisata di wilayahnya. Provinsi Riau memiliki kekayaan alam yang indah, potensi

yang dimiliki sangat layak untuk dikembangkan sebagai ekowisata dan tentunya

memiliki nilai jual wisata. Untuk itu, pemerintah Provinsi Riau mencoba membuat

kebijakan yang dapat melestarikan dan meningkatkan nilai jual Provinsi Riau

sebagai ekowisata. Pelaksanaan pengelolaan ekowisata di Provinsi Riau terbilang

berhasil. Keberhasilan pengembangan ekowisata di Provinsi Riau ditentukan oleh

beberapa faktor seperti SDA, SDM, dan budaya yang saling mempengaruhi. Selain

itu, prioritas strategi pengembangan yang dijalankan dicapai melalui upaya

koordinasi yang baik antara masyarakat, pemerintah, dan investor, penataan ruang
untuk kegiatan ekowisata, pemberian pengetahuan kepada masyarakat tentang

pengelolaan dan pelatihan pengelolaan ekowisata, serta studi analisis dampak

kegiatan pariwisata terhadap kondisi lingkungan.

Strategi yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Riau diatas dinilai sudah

sangat baik untuk mendukung pengembangan ekowisata di Indonesia sehingga

bisa dibuat perbandingan serta rujukan untuk daerah – daerah lainnya termasuk

Kabupaten Banyuwangi untuk lebih mengoptimalkan lagi upaya

pengimplementasian kebijakan ecotourism concept dan mampu menyusun solusi

atau strategi untuk menjawab tantangan/hambatan yang sedang dihadapi. Dan tak

lupa komunikasi dan koordinasi yang baik antar aktor baik pemerintah, swasta,

masyarakat, dan institusi – institusi terkait juga perlu diperkuat.

REFERENCES :
Mukaffi, Zaim. "Kebijakan Ecotourism Concept Dan Kontribusinya Bagi Perekonomian
Kabupaten Banyuwangi." Media Bina Ilmiah 14.10 (2020): 3275-3282.
Karyati, Sri. "Model Kebijakan Hukum Pengembangan Ekowisata Di Nusa Tenggara
Barat." Media Keadilan: Jurnal Ilmu Hukum 12.1 (2021): 96-114.
Wurlianty, Barnabas. "Pengelolaan Ekowisata Berkelanjutan (Sustainable
Ecotourism) di Seram Utara dan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku
Tengah." Jurnal Riset Perikanan dan Kelautan 2.1 (2020): 135-149.
Prihati, Prihati, Elly Nielwaty, and Sulaiman Zuhdi. "Policy of Ecotourism Development
in Riau Province: Analysis and Strategies." IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science. Vol. 469. No. 1. IOP Publishing, 2020.

Anda mungkin juga menyukai