Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, Vol. 1 No.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI BRAIN GYM

Akhmad Sukri1, Elly Purwanti2


1
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram
2
Universitas Muhammadiyah Malang
email: sukri_bio04@yahoo.co.id

ABSTRAK
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku subyek didik yang mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotor setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat dijadikan sebagai
tolok ukur keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan senam otak atau Brain Gym. Senam otak adalah
serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan
tuntutan sehari-hari yang bertujuan untuk menyatukan pikiran dan tubuh. Dengan gerakan-gerakan
Brain Gym dapat diambil potensi belajar yang terpendam di dalam tubuh melalui pengangktifan dan
memaksimalkan kedua fungsi belahan otak sehingga terintegrasi dan bekerja dengan baik. Penerapan
Brain Gym dalam pembelajaran di kelas dapat dilakukan pada saat sebelum pembelajaran berlangsung
atau tahapan pendahuluan, selama proses pembelajaran berlangsung atau tahapan kegiatan inti, dan
setelah pembelajaran diberikan atau tahapan penutup. Dengan Brain Gym diharapkan hasil belajar
siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) akan menjadi meningkat.

PENDAHULUAN Hasil belajar peserta didik tidak hanya


Hasil belajar berdasarkan teori Gagne berkaitan dengan kemampuan peserta didik
dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, 1) dalam menyerap dan memahami bahan kajian
keterampilan-keterampilan intelektual, 2) yang diajarkan, namun juga bagaimana
strategi-strategi kognitif, 3) informasi verbal, perubahan sikap terhadap temannya, keluarga,
4) sikap-sikap, dan 5) keterampilan- sosial, dan lingkungan sekitar serta
keterampilan motorik (Dahar, 1988). Namun, keterampilan yang dicapai setelah mereka
apabila dicermati dari kelima hasil belajar belajar. Oleh karena itu, hasil belajar dapat
tersebut, maka dapat dibagi menjadi 3 aspek dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan
utama, yaitu tiga hasil belajar yang bersifat dalam suatu pembelajaran. Indikator yang
kognitif, satu bersifat afektif dan satu lagi dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan
bersifat psikomotor, atau dalam istilah Bloom kegiatan belajar tidak hanya berkaitan dengan
(1956) disebut sebagai domain kognitif, bertambahnya pengetahuan siswa (Djamarah,
domain afektif, dan domain psikomotor. Ketiga 2000) ataupun daya serap terhadap pelajaran
hasil belajar tersebut merupakan hal yang sehinggga mencapai prestasi tinggi, baik
sangat penting dalam suatu proses individu maupun kelompok (Usman, 1993),
pembelajaran, bahkan merupakan tujuan yang tetapi juga berkaitan dengan sikap (Usman,
harus dicapai dalam pembelajaran. Hasil 1993), dan keterampilan mereka.
belajar merupakan perubahan perilaku subyek Muhfahroyin (2009) mengutip dari
didik yang mencakup bidang kognitif, afektif, Subrata (1988), membagi faktor yang
dan psikomotor setelah menerima pengalaman mempengaruhi hasil belajar menjadi dua, yaitu
belajarnya (Hamalik, 1995; Sudjana, 2005). faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

50
Akhmad Sukri dan Elly Purwanti, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa...

internal meliputi sikap, minat, motivasi, dan (Aprilia dan Supardiyono, 2012), serta
kemampuan peserta didik, sedangkan faktor beberapa metode pembelajaran lainnya.
eksternal meliputi lingkungan, fasilitas, dan Penerapan beberapa metode pembelajaran
proses pelaksanaan pembelajaran. Lebih lanjut inovatif diharapkan dapat meningkatkan hasil
dijelaskan bahwa faktor lain seperti kesegaran belajar siswa. Namun, yang perlu dicermati
jasmani, perhatian, dan intelegensia bahwa guru merupakan salah satu faktor dari
(kemampuan akademik) mempunyai peran sekian banyak faktor yang dapat
yang besar bagi hasil belajar. Selain itu, Syah mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu
(2002) membagi faktor yang mempengaruhi faktor yang tidak banyak mendapat perhatian
hasil belajar menjadi tiga faktor yaitu faktor adalah aspek psikologis seperti kondisi rohani
internal, eksternal dan faktor pendekatan peserta didik. Kondisi rohani peserta didik
belajar. Faktor internal dibagi menjadi dua yang dimaksudkan adalah kondisi mental
aspek, yaitu aspek fisologis seperti kondisi peserta didik sebelum menerima pembelajaran
kesehatan, daya pendengaran, penglihatan dan atau selama proses pembelajaran berlangsung.
sebagainya, dan aspek psikologis seperti Kondisi mental juga memegang peranan
kondisi rohani peserta didik, intelegensi, sikap, penting dalam meningkatkan hasil belajar
bakat, minat dan motivasi. Selain itu, faktor siswa. Ketika peserta didik dalam keadaan
eksternal dibagi menjadi dua yaitu, lingkungan stress atau tertekan, maka otak akan bereaksi
sosial seperti guru, staf administrasi, teman dengan menghambat transmisi informasi yang
kelas, teman bermain, orang tua dan keluarga bersifat simultan, akibatnya salah satu belahan
peserta didik, sedangkan lingkungan non sosial otak akan mengalami switched off, sehingga
terdiri dari gedung sekolah dan letaknya, akan terjadi masalah dalam koordinasi dan
rumah peserta didik dan letaknya, keadaan gangguan terhadap kemampuan untuk berpikir
cuaca dan waktu belajar peserta didik. jernih, memecahkan masalah, kemampuan
Ketika hasil belajar pesereta didik komprehensi, organisasi dan komunikasi secara
rendah, maka seringkali yang menjadi salah efektif (Sularyo dan Handryastuti, 2002). Oleh
satu alasan penyebabnya adalah guru yang karena itu, proses belajar, berpikir, kreatifitas
tidak menerapkan metode pembelajaran yang dan kecerdasan tidah hanya melibatkan otak
baik, sehingga membuat pembelajaran menjadi tetapi juga seluruh tubuh. Sensasi, gerakan,
monoton yang menyebabkan minat, dan emosi, dan fungsi otak semua bersumber pada
motivasi belajar peserta didik menjadi rendah. tubuh, sehingga diperlukan suatu sistem yang
Oleh karena itu, banyak penelitian yang bisa menghubungkan akal (mind) dan tubuh
mengungkapkan efektivitas penggunaan (body) yaitu dengan senam otak atau Brain
beberapa metode pembelajaran inovatif untuk Gym.
meningkatkan hasil belajar siswa seperti Salah satu cara yang dapat dilakukan
metode Think Pair Share dan Reciprocal untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat
Teaching (Ismiati, 2011), Student Teams melalui senam otak atau Brain Gym. Senam
Achievement Division (Rian, dkk, 2012), otak merupakan kumpulan gerakan-gerakan
Teams Games Tournamen (Masriani, 2011), sederhana yang bertujuan menghubungkan atau
Numbered Head Together (Kusumojanto dan menyatukan akal dan tubuh (Sularyo dan
Herawati, 2009), Jigsaw (Supriono, 2006), Handryastuti, 2002). Gerakan-gerakan dalam
Pembelajaran berbasis masalah (Handayani dan senam otak dapat mengakses kedua belahan
Sapir, 2009), dan Group-To-Group Exchange otak secara simultan, belahan otak akan

51
kembali switched on dan berada dalam kondisi yang bertujuan untuk menyatukan pikiran dan
terintegrasi. Penerapan senam otak dalam tubuh (Sularyo dan Handryastuti, 2002).
proses pembelajaran dapat dilakukan pada Senam otak memiliki 26 gerakan yang
semua jenjang pendidikan, tidak memerlukan mencakup tiga dimensi otak yaitu, lateralis,
biaya yang mahal, dan mudah dilakukan. pemfokusan, dan pemusatan (Dennison dan
Selain itu, penerapan senam otak dapat Dennison, 2005). Dimensi lateralis untuk
dikombinasikan dengan seluruh metode belahan otak kiri dan kanan yang bertujuan
pembelajaran yang ingin diterapkan guru di untuk melatih koordinasi tubuh kiri-kanan,
kelas, sehingga dengan adanya kombinasi ini dimensi pemfokusan untuk bagian belakang
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar otak, batang otak dengan bagian depan otak,
siswa. sedangkan dimensi pemusatan untuk
menyeimbangkan posisi depan dan belakang
SENAM OTAK (BRAIN GYM) (sistem limbi) serta otak besar untuk koordinasi
Senam otak atau Brain Gym merupakan tubuh atas dan bawah.
serangkaian gerakan tubuh yang dikembangkan Beberapa alasan dikemukakan terhadap
oleh Edu-K yaitu singkatan dari Educational perlunya melakukan senam otak, yaitu (1)
Kinesiology. Kinesiologi berasal dari kata orang yang sulit belajar berusaha terlalu keras,
Yunani “kinesis” yang berarti gerakan, sehingga terjadi stres si otak, (2) mekanisme
sehingga kinesiologi diartikan sebagai ilmu integrasi otak melemah, sehingga bagian-
tentang gerakan tubuh manusia. Educational bagian otak tertentu kurang berfungsi, (3)
Kinesiology adalah ilmu tentang gerakan tubuh informasi yang diterima di otak bagian
dalam pendidikan. Edu-K pertama kali belakang sulit diekspresikan, sehingga orang
dikembangkan oleh Paul E. Dennison seorang merasa kurang berhasil dan stres yang
pendidik dan pelopor penelitian otak mengakibatkan semangat belajar atau bekerja
berkebangsaan Amerika bersama istrinya Gail berkurang, dan (4) orang yang kurang belajar
E. Dennison seorang mantan penari (Demuth, dan berusaha, prestasinya statis bahkan
2005). Lebih lanjut Demuth menjelaskan menurun dan perasaan tidak berhasil semakin
bahwa pendekatan dasar Educational bertambah, sehingga sulit untuk keluar dari
Kinesiology sebagai metode belajar adalah lingkungan negatif tersebut (Demuth, 2005).
menarik keluar potensi belajar yang terpendam Sularyo dan Handryastuti (2002),
melalui gerakan tubuh. Hal ini didasari karena menuliskan bahwa ada beberapa manfaat yang
pada tubuh manusia terpendam energi dan diperoleh ketika melakukan senam otak, yaitu
potensi yang dapat diaktifkan dengan gerakan (1) memperbaiki kemampuan membaca,
dan sentuhan yang cukup sederhana yang dapat mengeja, komprehensi, menulis tangan dan
meningkatkan daya belajar, mengintegrasi membuat tulisan, (2) memperbaiki kepercayaan
bagian-bagian otak yang selama ini belum diri, koordinasi dan komunikasi, (3)
bekerja sama dengan baik, serta mendukung memperbaiki konsentrasi dan memori, (4)
penyembuhan berbagai penyakit psikis, memperbaiki hiperaktifitas, (5) mengatasi stres
somatis, dan psiko-somatis. dan mencapai suatu tujuan, (6) meningkatkan
Senam otak (Brain Gym) adalah motivasi dan mengembangkan kepribadian, (7)
serangkaian latihan gerak sederhana untuk meningkatkan keterampilan organisasi, dan (8)
memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian memperbaiki penampilan. Lebih lanjut Eliasa
dengan tuntutan sehari-hari (Demuth, 2005) (2007), mengemukakan keuntungan yang

52
Akhmad Sukri dan Elly Purwanti, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa...

diperoleh dengan senam otak, bahwa dengan dari tubuh dikontrol oleh otak (Sularyo dan
senam otak hasil akan segera dirasakan dalam Handryastuti, 2002).
hal kemandirian anak dalam belajar dan Senam otak atau Brain Gym dapat
seseorang dalam bekerja, serta secara aktif dilakukan untuk mengeksploitasi segala potensi
meningkatkan potensi dan keterampilan yang belajar melalui gerakan-gerakan tubuh
dimiliki karena senam otak menyenangkan dan (Demuth, 2005). Senam otak dapat dilakukan
menyehatkan. pada semua jenjang pendidikan mulai dari
tingkatan taman kanak-kanak, sekolah dasar,
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR sekolah menengah, bahkan sampai pada
SISWA DENGAN SENAM OTAK (BRAIN tingkatan perguruan tinggi. Tidak hanya itu,
GYM) senam otak selain digunakan untuk kalangan
Penerapan metode pembelajaran yang akademis tetapi juga dapat digunakan oleh
bervariatif di dalam kelas perlu untuk kalangan kalangan bisnis, serta sebagai alat
dilakukan oleh seorang guru, supaya untuk pertumbuhan personal. Dalam
pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga pembelajaran, senam otak dapat
siswa akan termotivasi untuk belajar. Djamarah dikombinasikan dengan penggunaan metode
dan Zain (2010), mengungkapkan bawah pembelajaran yang lain, karena senam otak
metode pembelajaran yang digunakan guru di tidak terpaku dengan penggunaan metode
dalam kelas sebaiknya tidak hanya terpaku belajar. Sebagai salah satu alternatif
pada satu metode saja namun beberapa metode penggunaan senam otak dalam kegiatan
sehingga pembelajaran tidak menjadi pembelajaran dapat dilakukan pada tiga bagian
membosankan. Tentu saja, penggunaan metode kegiatan pembelajaran di kelas yaitu pada saat
pembelajaran tersebut harus tepat melihat sebelum pembelajaran atau pendahuluan, pada
situasi dan kondisi yang mendukung dan faktor saat pembelajaran berlangsung atau kegiatan
psikologis anak didik. Dengan demikian, inti, dan pada saat pembelajaran telah selesai
penerapan metode-metode pembelajaran ini atau penutup. Alternatif lain yang dapat
diharapkan dapat meningkatkan minat, dilakukan adalah melakukan seluruh gerakan
motivasi dan kesadaran anak didik yang pada senam otak (Brain Gym) sebelum guru masuk
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar ke dalam kegiatan pembelajaran baik kegiatan
mereka. Namun, penggunana metode pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
pembelajaran ini merupakan salah satu faktor penutup. Dalam artikel ini penulis menyajikan
yang mempengaruhi hasil belajar siswa, faktor penggunaan senam otak dalam kegiatan
lain yang kurang mendapat perhatian adalah pembelajaran yang dilakukan sebelum, selama
faktor psikologis yaitu mental anak didik dan setelah kegiatan pembelajaran
seperti stres, kurang berkonsentrasi, daya ingat berlangsung.
yang lemah, dan sebagainya harus siperhatikan 1. Sebelum Pembelajaran/Kegiatan
dalam pembelajaran. Oleh karena itu, hal ini Pendahuluan
perlu disiapkan sebelum, selama, atau sesudah Kegiatan pendahuluan dalam
pembelajaran dilakukan. Faktor mental ini pembelajaran dilakukan terutama untuk
sangat penting karena dipengaruhi oleh kerja menciptakan suasana awal pembelajaran
otak yang saling terintegrasi, bukan hanya berupa kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap
dimensi psikis, namun juga keseluruhan fungsi ini dapat dilakukan penggalian terhadap
pengalaman anak tentang materi yang akan

53
dibelajarkan oleh guru. Tahapan ini dan memori jangka pendek (Sularyo dan
membutuhkan kesiapan konsenstrasi yang Handryastuti, 2002). Selain itu, siswa juga
tinggi, kesiapan seluruh panca indera, dan dapat melakukan gerakan gerak diagonal
minat serta motivasi yang tinggi dari siswa. (Gambar 2), dan pernapasan perut (Gambar 3).
Oleh karena itu, gerakan senam otak atau Brain Dalam kegiatan ini juga memungkinkan untuk
Gym yang dapat dilakukan adalah pijat kuping melakukan gerakan-gerakan yang lain, namun
(Gambar 1). Gerakan ini dengan memijat daun yang perlu diperhatikan juga masalah waktu
telinga dari atas ke bawah. Gerakan ini dapat yang terbatas untuk kegiatan pembelajaran.
meningkatkan kemampuan pendengaran, Keseluruhan gambar dalam artikel ini diambil
keseimbangan, daya pikir dan daya ingat dari Demut (2005) dan Sularyo dan
(Demut, 2005), keterampilan berpikir abstrak Handryastuti (2002).

2. Saat Pembelajaran yang bisa dilakukan pada kegiatan ini adalah


Berlangsung/Kegiatan Inti gerakan-gerakan yang dapat meningkatkan
Kegiatan ini biasanya diisi oleh guru oksigen ke dalam otak, meregangkan otot-otot
dengan penyampaian materi pembelajaran. yang sudah kaku baik itu leher, bahu, dada,
Dalam kegiatan ini, senam otak dapat diberikan tubuh bagian belakang, sendi-sendi bagian
disela-sela kegiatan pembelajaran, misalnya belakang kaki dan sebagainya. Gerakan-
pada saat siswa selesai mengerjakan lembar gerakan ini diperlukan untuk meningkatkan
kerja siswa yang diberikan oleh guru, sesaat kemampuan komunikasi, konsentrasi,
sebelum guru melanjutkan ke materi mendengar, berpikir, menyelesaikan pekerjaan,
berikutnya atau disela-sela sintaks kemudahan menulis dengan tangan, mengucap
pembelajaran yang diterapkan oleh guru. dan menulis kreatif. Gerakan-gerakan yang
Dalam hal ini, guru dituntut untuk bisa dapat dilakukan adalah kepala kobra (Gambar
mengatur jam pembelajaran yang telah 4), burung hantu (Gambar 5), mengaktifkan
disiapkan yang akan dipergunakan sebaik- tangan (Gambar 6), melenturkan sendi kaki
baiknya termasuk dalam melakukan senam (Gambar 7), bandul gravitasi (Gambar 8) dan
otak atau Brain Gym. Gerakan senam otak pijat otot menguap (Gambar 9).

54
Akhmad Sukri dan Elly Purwanti, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa...

3. Setelah Kegiatan Pembelajaran/Penutup sehabis melakukan pembelajaran, oleh karena


Pada tahapan ini, guru menyampaikan itu perlu diregangkan yang akan membuat
kembali ringkasan materi pembelajaran, siswa menjadi santai dan melepas semua
memberikan penguatan-penguatan kepada kepenatan setelah belajar. Gerakan-gerakan
siswa serta memberikan arahan mengenai hal- senam otak dapat dilakukan sesaat sebelum
hal apa yang harus dilakukan untuk pembelajaran usai. Gerakan-gerakan yang
menghadapi materi berikutnya atau dapat dilakukan adalah putar kepala (Gambar
memberikan tugas rumah kepada siswa. Pada 10), tombol bumi (Gambar 11), dan titik positif
saat ini siswa berada dalam keadaan (Gambar 12).
konsentrasi penuh, dan otot-otot masih tegang

55
Penerapan Brain Gym dalam pembelajaran berlangsung atau tahapan
pembelajaran di kelas diharapkan dapat kegiatan inti, dan setelah pembelajaran
meningkatkan prestasi belajar siswa melalui diberikan atau tahapan penutup. Dengan Brain
pengaktifan kedua belahan otak sehingga dapat Gym diharapkan siswa akan lebih siap belajar,
terintegrasi dan bekerja secara maksimal. lebih berkonsentrasi, dan melalui Brain Gym
Terlebih jika dikolaborasikan dengan berbagai dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik
metode pembelajaran inovatif, maka akan lebih kognitif, afektif, dan psikomotor.
meningkatkan kesiapan siswa untuk belajar
yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar DAFTAR RUJUKAN
siswa. Hal ini didukung oleh beberapa Aprilia, L.D.,dan Supardiyono. 2012.
penelitian tentang Brain Gym yang pernah Penerapan Strategi Group-To-Group
dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar Exchange Terhadap Hasil Belajar
siswa seperti yang dilakukan oleh Khuluqiyah Siswa Kelas VIII pada Materi Pokok
dan Arief (2012), tentang pengaruh penerapan Getaran dan Gelombang di SMP
zona alfa dengan kegiatan Brain Gym. Hasil Negeri 2 Sugio Lamongan, Inovasi
penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang Pendidikan Fisika,Vol 1(1): 36-43.
menerapkan zona alfa melalui kegiatan Brain Bloom, B.S. 1956. Taxonomy of Educational
Gym memiliki hasil belajar yang lebih baik Objectives: The Classification of
daripada hasil belajar siswa yang tidak Educational Goals. London: David
menerapkan. Selain itu, penelitian yang McKay Company, Inc.
dilakukan oleh Prihastuti (2009), Dahar, R.W. 1988. Teori-Teori Belajar.
mengungkapkan bahwa aktivitas Brain Gym Jakarta: DITJEN DIKTI, Departemen
dapat memberikan kontribusi dalam Pendidikan Nasional.
meningkatkan hasil tes kecakapan berhitung Djamarah, S.B.,dan Zain, A. 2010. Strategi
siswa. Oleh karena itu, penerapan Brain Gym Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
dalam pembelajaran diharapkan bisa dilakukan Demuth, E. 2005. Meningkatkan Potensi
oleh guru, sebagai salah satu cara untuk Belajar Melalui Gerakan dan Sentuhan:
meningkatkan hasil belajar siswa. Sebuah Pengantar dan Pedoman Dasar
“Edu-K” dan “Brain-Gym”, INTIM,
PENUTUP No 8: 103-112.
Senam otak (Brain Gym) adalah Dennison, P.E.,dan Dennison, G.E. 2005.
serangkaian latihan gerak sederhana untuk Brain Gym Simple Activities for Whole
memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian Brain Learning. USA: Edu-
dengan tuntutan sehari-hari yang bertujuan Kinesthetics, Inc.
untuk menyatukan pikiran dan tubuh. Dengan Eliasa, E.I. 2007. Brain Gym, Brain Games
gerakan-gerakan Brain Gym dapat diambil (Mari Bermain Otak dengan Senam
potensi belajar yang terpendam di dalam tubuh Otak), Makalah Disampaikan dalam
melalui pengangktifan dan memaksimalkan Program Parent Volunteer’s Week di
kedua fungsi belahan otak sehingga terintegrasi SD Budi Mulia Dua Yogyakarta, 26-27
dan bekerja dengan baik. Penerapan Brain Gym Desember.
dalam pembelajaran di kelas dapat dilakukan Hamalik, O. 1995. Kurikulum dan
pada saat sebelum pembelajaran berlangsung pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
atau tahapan pendahuluan, selama proses

56
Akhmad Sukri dan Elly Purwanti, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa...

Handayani, S.,dan Sapir. 2009. Efektifitas Muhfahroyin, 2009. Pengaruh Strategi


Penerapan Model Pembelajaran Pembelajaran Integrasi STAD dan TPS
Berbasis Masalah (Problem Based dan Kemampuan Akademik terhadap
Learning) dan Pembelajaran Hasil belajar Kognitif Biologi,
Kooperatif (Cooperative Learning) Kemampuan Berpikir Kritis, dan
Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Keterampilan Proses pada Siswa SMA
Aktivitas Belajar, Hasil Belajar dan di Kota Metro. Disertasi tidak
Respon Belajar Siswa pada Mata diterbitkan. Malang: Universitas
Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Negeri Malang.
Malang, JPE, Vol 2(1): 38-51. Prihastuti. 2009. Pengaruh Brain Gym
Ismiati, L. 2011. Pengaruh Strategi Belajar Terhadap Peningkatan Kecakapan
TPS, Reciprocal Teaching, dan Berhitung Siswa Sekolah Dasar,
Integrasinya terhadap hasil Belajar Cakrawala Pendidikan, Vol 28(1): 35-
Kognitif dan Kemampuan Berpikir 47.
Kritis Peserta Didik Berkemampuan Rian, M.B.,Asnawati, R.,& Sutiarso, S. 2012.
Akademik Berbeda di R-SMA-BI Batu. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif
Tesis tidak Diterbitkan. Malang: Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar
Universitas Negeri Malang. Matematika Siswa, Jurnal
Khuluqiyah, K.,dan Arief, A. 2012. Pengaruh Pendidikan Matematika, Vol 1 (4):
Penerapan Zona Alfa dengan Kegiatan 233-237.
Brain Gym Terhadap Hasil Belajar Sudjana, Nana. (2005). Dasar-Dasar Proses
Siswa Pada Materi Alat-Alat Optik di Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Kelas VIII SMP Islam Krembung Baru Algensindo.
Sidoarjo, Inovasi Pendidikan Fisika, Sularyo, T.S.,dan Handryastuti, S. 2002.
Vol 1(1): 9-15. Senam Otak, Sari Pediatri, Vol 4(1):
Kusumojanto, D.D.,dan Herawati, P. 2009. 36-44.
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Supriono. 2006. Penerapan Metode
Model Numbered Head Together Pembelajaran Kooperatif Model
(NHT) untuk Meningkatkan Hasil Jigsawa dalam Pembelajaran
Belajar Siswa pada Mata Diklat Pendidikan Kewarganegaraan, Jurnal
Manajemen Perkantoran Kelas X APK Pendidikan Inovatif, Vol 2(1): 19-23.
di SMK Ardjuna 01 Malang, Jurnal Syah, M. 2002. Psikologi Pendidikan dengan
Penelitian Kependidikan, Vol 19 (1): Pendekatan Baru. Bandung: PT.
83-98. Remaja Rosdakarya.
Masriani, 2011. Pengaruh Penerapan Model Usman, A.T. 1993. Proses Belajar Mengajar
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams yang Efektif. Bandung: Bina
game Tounament (TGT) Terhadapa Budhaya.
Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 21 Winkel, W.S . 2005. Psikologi Pengajaran.
Palu, Jurnal Biodidaktis, Vol 5(1): 29- Jakarta: PT Gramedia Pustaka
34. Utama.

57

Anda mungkin juga menyukai