2. Fungsi Pengemasan
Fungsi pengemasan dikelompokkan ke dalam 2 jenis fungsi, yaitu fungsi utama dan fungsi
lain.
Fungsi utama:
Fungsi lain:
6. Manfaat Kemasan
Pemberian kemasan pada suatu produk memberikan tiga manfaat utama, yaitu:
a. Manfaat Komunikasi
Manfaat utama kemasan adalah sebagai media pengungkapan informasi produk
kepada konsumen. Informasi tersebut meliputi cara menggunakan produk, komposisi
produk, dan informasi khusus (efek sampingan, frekuensi pemakaian yang optimal,
dan sebagainya). Informasi lainnya berupa segel atau symbol bahwa produk tersebut
halal dan telah lulus pengujian/disahkan oleh instansi pemerintah yang berwenang.
b. Manfaat Fungsional
Kemasan seringkali juga memastikan peranan fungsional yang penting, seperti
memberikan kemudahan, perlindungan, dan penyimpanan. Contoh: pasta gigi
Colgate mengubah kemasannya menjadi pumpdispenser untuk memudahkan
penggunaannya.
c. Manfaat Perspetual.
Kemasan juga bermanfaat dalam menanamkan persepsi tertentu pikiran konsumen.
Misalnya air mineral seperti Aqua diberi kemasan berwarna biru muda untuk
memberikan persepsi bahwa produknya segar dan sehat.
8. Pengelompokan Kemasan
a. Berdasarkan Frekuensi Pemakaian
Disposable (sekali pakai), kemasan yang langsung dibuang setelah dipakai. Contoh:
bungkus plastik untuk es krim, permen, bungkus dari daun-daunan, dan sebagainya.
Multitrip (kemasan yang dapat digunakan berulang kali). Kemasan yang umumnya
tidak dibuang oleh konsumen, tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk
kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contoh: botol minuman, botol kecap, dan
botol sirup.
Semi Disposable, kemasan yang dapat digunakan untuk kepentingan lain oleh
konsumen. Contoh: botol untuk tempat air minum di rumah, kaleng biscuit untuk
tempat kerupuk dan sebagainya.
b. Berdasarkan Struktur Sistem Kemas
Kemasan primer, kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan
pangan. Contoh: kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe, dan sebagainya.
Kemasan sekunder, kemasan yang berfungsi melindungi kelompok-kelompok
kemasan primer. Contoh: kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak kayu
untuk buah yang dibungkus, dan keranjang tempe.
Kemasan tersier, kemasan yang digunakan setelah produk dikemas secara primer dan
sekunder. Contoh: jeruk yang sudah dibungkus, kemudian dimasukan kedalam
kardus, dan dimasukan ke dalam kotak.
Kemasan kuartener, kemasan yang digunakan setelah produk dikemas secara primer,
sekunder dan tersier. Contoh: jeruk yang sudah dibungkus, kemudian dimasukan
kedalam kardus, dimasukan ke dalam kotak, dan dimasukan ke dalam peti kemas.
c. Berdasarkan Kekakuan Bahan Kemasan
Kemasan fleksibel, merupakan kemasan yang terbuat dari bahan kemasan yang
mudah dilenturkan tanpa adanya retak/patah. Contoh: plastik dan kertas.
Kemasan kaku/rigid, merupakan kemasan yang terbuat dari bahan kemasan yang
bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah bila dibengkokan, dan relative lebih
tebal dari kemasan fleksibel. Contoh: kayu, gelas, dan logam
Kemasan semi kaku/ semi fleksibel, kemasan yang memiliki sifat-sifat antara
kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Contoh: botol plastik (botol susu, kecap, saus,
dan sebagainya)
d. Berdasarkan Sifat Perlindungan terhadap Lingkungan
Kemasan hermetis (kemasan tahan uap dan gas), merupakan kemasan yang secara
sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara, atau uap air. Selama kemasan masih
hermetis, kemasan tidak dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi, dan debu. Contoh:
kaleng, botol gelas yang ditutup secara hermetis.
Kemasan tahan cahaya, merupakan kemasan yang tidak bersifat transparan sehingga
tidak dapat ditembus oleh cahaya. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang
mengandung lemak dan vitamin yang tinggi serta makanan hasil fermentasi (karena
cahaya dapat mengaktifkan reaksi kimia dan aktivitas enzim). Contoh: kemasan
logam, kertas, foil, dan botol atau wadah gelas yang dibuat gelap atau keruh.
Kemasan tahan suhu tinggi, merupakan kemasan tahan panas yang digunakan untuk
bahan yang memerlukan proses pemanasan, pasteurisasi, dan sterilisasi. Umumnya
kemasan ini terbuat dari logam dan gelas.
e. Berdasarkan Tingkat Kesiapan Pakai
Kemasan siap pakai, merupakan bahan kemasan yang siap untuk diisi dengan bentuk
yang telah sempurna. Contoh: botol dan wadah kaleng.
Kemasan siap dirakit/wadah lipatan, merupakan bahan kemasan yang masih
memerlukan tahap perakitan sebelum diisi. Keuntungan kemasan jenis ini adalah
penghematan ruang dan kebebasan dalam menentukan ukuran. Contoh: wadah yang
terbuat dari kertas/karton
f. Berdasarkan Sifat Edible
Kemasan Non-Edible, merupakan bahan pengemas yang tidak boleh dimakan karena
bisa mengganggu atau membahayakan kesehatan. Contohnya kemasan gelas, kayu,
plastik, alumunium foil, dan sebagainya.
Kemasan Edible, merupakan bahan pengemas berupa lapisan tipis dan kontinu yang
terbuat dari bahan yang dapat dimakan. Kemasan Edible terdiri dari Edible film dan
Edible coating. Edible film diaplikasikan setelah sebelumnya dicetak dalam bentuk
lembaran. Adapun edible coating diaplikasikan dan dibentuk secara langsung pada
permukaan bahan pangan yang dapat dilakukan dengan metode pencelupan (dipping),
pembusaan (foaming), penyemprotan (spraying), penuangan (casting), dan aplikasi
penetesan terkontrol. Penggunaan kemasan edible banyak dijumpai pada pembuatan
kapsul obat, permen, sosis, pelapis coklat, dan sebagainya.
g. Berdasarkan jenis Bahan yang Digunakan
Kemasan kayu
Kemasan kaca gelas
Kemasan logam
Kemasan plastik
Kemasan kertas dan karton
KEMASAN KAYU
A. Pendahuluan mengenai Kemasan Kayu
Kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia. Secara tradisional kaya
digunakan untuk mengemas berbagai macam produk pangan padat dan cair, seperti buah-buahan,
sayuran, teh, dan sebagainya. Kayu yang berwarna terang lebih baik dari kayu yang berwarna
gelap, karena kayu yang berwarna gelap biasanya banyak mengandung tanin, yang jika
berhubungan langsung dengan bahan yang dikemas akan mengurangi kesegarannya. Kayu yang
digunakan juga harus tanpa perlakuan kimiawi.
- Ukuran
- Mutu Kayu
- Jenis Kayu
Kayu lapis untuk kemasan biasanya mempunyai jumlah lapisan 3, 4, 5, atau 7 lapisan.
3) Papan Serat
Banyak diaplikasikan pada nampan-nampan untuk buah dan sayuran yang diperkuat
dengan pengikat. Kategori papan serat yang cocok untuk bahan pengemas:
Hard Board standar dengan densitas 800 kg/m3, tebal 2-6 mm.
Hard Board tahan air dengan densitas 960 kg/m3, tebal 3-12 mm.
Medium Board dengan densitas 500-900 kg/m3, tebal 8-12 mm
4) Papan Partikel
Dibuat dari serpihan-serpihan kayu sisa dan direkat dengan perekat mesin sintetis.
Jenis-jenis papan partikel yaitu:
Papan kayu chip (wood chipboard)
Papan kayu flake (wood flakeboard)
Papan kayu wafer (wood waferboard)
Oriented strandboard
b. Bahan Perekat
Bahan perekat yang digunakan dalam pembuatan kemasan kayu akan mempengaruhi
batas keselamatan selama pengangkutan, sehingga perlu diperhatikan. Jenis bahan
perekat yang dapat digunakan adalah baja (tradisional), paku, kawat jepret (staples), lem
flexible
D. Jenis Kemasan Kotak Kayu
a. Kotak Kayu Gergajian
Dibuat dari kayu gergajian yang disusun atau ditumpuk sesuai dengan ukuran yang
mempunyai tebal, lebar dan panjang yang sama. Namun jika panjang kayu tidak sama,
maka perbedaan antara kayu terpanjang dan terpendek tidak boleh melebihi 30 cm dan
harus rata pada salah satu ujungnya. Bentuk kotak kayu gergajian adalah berbentuk box
dan case, dengan 11 desain dasar yaitu:
Disain dasar kotak berukuran 500 x 300 x 200 mm (p x l x t) dengan tebal kayu
sebesar 0.8 mm dan untuk komponen dasar tebalnya 15 mm yang bertujuan untuk
menjaga keseimbangan kekuatan.
Combed Tenon Box (20-100 kg). Diaplikasikan pada jenis kotak crate untuk minuman
atau field box untuk buah-buahan dan sayuran.
Internally battend box. Modifikasi dari jenis kotak dasar tetapi di dalamnya dilengkapi
dengan pengikat bentuk segitiga atau segiempat.
Kotak dengan pengikat ujung (Battened End Box, 50-300 kg)
Kotak dengan Panel Ujung (Paneled End Box, 50-400 kg) Dilengkapi dengan
pengikat untuk bagian atas dan bawah.
Battened Top (Base Case), 50-350 kg
Kotak dengan pengikat keliling (Birth Battened Case, 100-400 kg)
Kotak panel dan pengikat keliling (Girth Battened and Panneled Case), max 500
kg.
Kotak panel dengan tiga pengikat (Triple Battening and Panneled Case)
Tiga pengikat dengan Ceruk Panel (Triple Battened with Recessed Panel, 800 kg).
Girth Battened Single Braced Case (450 kg).
b. Kotak Kayu Lapis
Ukuran standar dari kotak kayu lapis adalah 2440 x 1224 mm atau 2400 x 1200 mm.
Penggunaan kotak kayu lapis cukup luas untuk transportasi karena:
Ukuran lebih tipis, tetapi kekuatannya sama seperti papan kayu gergajian.
Lebih kecil dan lebih ringan
Panel lebih seragam
Daya tahan terhadap retak tinggi
Pemakuan mudah
c. Kotak Berbingkai
Jenis kotak ini menjadi alternatif pengganti kotak kayu gergajian dan kotak kayu lapis
yang berukuran besar dan berat. Dua tipe basis dari kotak kayu berbingkai, yaitu : tipe
penyangga (skid type) dan tipe jendela (sill type).
d. Peti Kerat (Crates)
Peti krat digunakan sebagai pengemas selama pengangkutan. Untuk memperkuat peti krat maka
rasio antara tinggi kotak dan panjang harus diperhatikan, untuk barang yang berat maka rationya
adalah 1 : 2 (maksimum).
e. Kotak Berkawat
Kotak berkawat yaitu peti kayu dimana lembaran sisi-sisi samping, atas dan dasar diikat
dengan tali kawat. Kedua ujung kotak dikonstruksikan secara terpisah, lalu kedua ujung
tersebut dikuatkan dengan cara penguncian sehingga menjadi satu unit boks yang
komplit.
f. Kotak dengan Sisi Logam
Kotak dengan sisi logam menggunakan pemancang logam pada pinggir kotak disamping
pemakuan pengikat kayu lunak untuk membentuk suatu badan panel.
E. Kelebihan dan Kekurangan Kemasan Kayu
Kelebihan:
Memberikan perlindungan mekanis yang baik terhadap bahan yang dikemas, karakteristik
tumpukan yang baik dan mempunyai rasio kompresi daya tarik terhadap berat yang
tinggi.
Kekurangan:
Penggunaan kayu untuk kemasan menyebabkan masalah lingkungan dan
pembuangan, karena tidak dapat didaur ulang, sedangkan volumenya cukup besar.
Ketidakcukupan pengetahuan akan teknik dasar seperti struktur kayu, metode
perakitan dan sebagainya. Hingga saat ini perakitan kemasan kayu masih dilakukan
dengan cara yang sederhana, dan jarang sekali dilakukan pengamatan terhadap
kandungan air kayu, rancang bangun/ disain yang efisien, pengikatan/ pelekatan tidak
dengan jenis pengikat dan ukuran yang benar, sehingga dihasilkan kemasan kayu
dengan kekuatan yang rendah. Akibatnya nilai ekonomis kemasan kayu menjadi
rendah.
Gelas/kaca adalah benda yang transparan, cukup kuat, biasanya tidak bereaksi dengan bahan
kimia, dan tidak aktif secara biologi yang bisa dibentuk dengan permukaan yang sangat halus
dan kedap air. Oleh karena sifatnya yang sangat ideal gelas/kaca banyak digunakan di banyak
bidang kehidupan juga termasuk kemasan produk hasil olahan. Adapun dalam dunia farmasi
kemasan ini sering digunakan sebagai kemasan primer untuk obat berbahan cair.
B. Sifat Kaca secara Umum
a. Padatan amorf
b. Berwujud pada tapi susunan atom-atomnya seperti pada zat cair.
c. Tidak memiliki titik lebur yang pasti (terdapat rentang tertentu)
d. Mempunyai viskositas cukup tinggi
e. Transparan, tahan terhadap serangan kimia kecuali hydrogen fluorida
f. Efektif sebagai isolator
g. Mampu menahan vakum tetapi rapuh terhadap benturan.
C. Bagian Kemasan Kaca
1. Penutup/tutup
2. Leher
3. Bahu
4. Batas pegangan bagian atas
5. Badan
6. Batas pegangan bagian bawah
7. Dasar
8. Tumit
9. Stippling
D. Jenis Kemasan Kaca
1. Kemasan Botol (Narrow neck)
Botol merupakan pengemas dari kaca yang mempunyai leher langsing dari badannya.
Bagian leher bulat dan menyempit sehingga memudahkan penuangan isi dan
mempersempit ruangan tutup. Pada umumnya botol berbentuk oval, lonjong dan silinder
dengan kapasitas 15-1000 mL. botol paling banyak digunakan untuk mengemas bahan
pangan dengan bentuk cairan (sirup, minuman, dsb) dan setengah padat/semi solid
(kecap, saos)
2. Jar (Wide Mouth)
Jar merupakan kemasan kaca yang mempunya diameter mulut yang lebar dan biasanya
bagian leher pendek. Jar digunakan untuk mengemas bahan dalam bentuk cairan yang
mengandung padatan (seperti acar), semi padat (selai, jeli, dan pasta), dan padat (susu,
kopi bubuk).
3. Tumbler
Tumbler merupakan kemasan kaca yang memiliki bentuk seperti jar tetapi tidak memiliki
bagian penutup khusus (tidak mempunyai leher dan tutup). Tumbler menyerupai gelas
minum. Tumbler digunakan untuk mengemas produk semi padat (selai, jeli, mayonnaise)
4. Jugs
Jugs merupakan botol dengan ukuran lebih besar dan dilengkapi dengan pegangan
(carrying handles) agar mudah dibawa. Jugs biasanya memiliki leher yang pendek dan
sempit (langsing). Jugs biasa digunakan untuk mengemas cairan dengan ukuran ½ galon
dan lebih (contoh: vinegar)
5. Carboys
Carboys merupakan pengemas kaca yang sangat berat, bentuknya seperti botol hanya
bagian leher pendek dan berkapasitas 3 galon atau lebih. Ciri khusus carboys adalah
dilengkapi dengan kotak kayu untuk mengangkat atau memegangnya.
6. Vial dan Ampul
Merupakan jenis kemasan kaca yang mempunyai ukuran kecil dengan diameter < 2,5 cm
dan tinggi < 15 cm. umumnya kemasan kaca jenis ini sering digunakan untuk mengemas
obat-obatan, tetapi juga sering digunakan untuk mengemas bumbu masakan dan zat
warna.
E. Tutup Kemasan
Tutup kemasan merupakan bagian terkecil dari pengemasan yang berfungsi untuk
menutup kemasan agar produk terlindungi dari kontaminan yang berasal dari luar.
Menurut kondisi operasinya, tutup dapat dibedakan menjadi:
a. Tutup normal, merupakan tutup yang membuat tekanan di luar dan di dalam kemasan
sama. Contoh: tutup sumbat dan berulir
b. Tutup vakum, merupakan tutup yang membuat kondisi menjadi vakum dan kedap
udara di dalam wadah. Contoh: lug cap/ditarik dan omnia.
c. Tutup tekanan, merupakan tutup yang mempertahankan isi wadah yang mengandung
CO2. Contoh: tutup mahkota dan berulir.
a. Besi (kaleng), dilapisi dengan sejenis vernis untuk menghindari kontak langsung
dengan bahan pangan untuk menahan tekanan dalam minuman bergas, bir, dan yang
dipanaskan dalam wadah tertutup
b. Alumunium, digunakan untuk air minuman, minuman tanpa gas, susu, yoghurt, dan
sebagainya.
c. Gabus atau plastik, digunakan untuk minuman yang tidak bergas dan makanan dalam
bentuk krim atau tepung.
a. Tutup berulit (screw cap), digunakan untuk botol atau jar dimana bagian leher botol
atau jar mempunyai alur sesuai dengan alur pada tutupnya. Bahan yang digunakan
untuk jenis tutup ini berupa logam atau plastik. Umumnya digunakan untuk
mengemas produk yang isinya mempunyai tekanan.
b. Tutup sumbat (band cap/press on), tutup yang pemasangannya ditekan pada lubang
botol sampai rapat. Biasanya tutup jenis ini dibuat dari bahan gabus/plastik. Tutup
jenis ini digunakan untuk mengemas produk yang isinya tidak bertekanan, kecuali
whicky dan jenis minuman beralkohol.
c. Tutup mahkota (crown/crimp on),
d. Tutup twist off dan omnia (roll on), merupakan modifikasi dari tutup berulir yang
digunakan pada kemasan kaca bentuk jar. Bahan yang digunakan untuk membuat
tutup jenis twist off berupa tinplate, sedangkan untuk jenis omnia berupa pelat
alumunium.
F. Metode Pengemasan Kaca Gelas
a. Hot Pack Method (Metode Pengemasan Panas)
b. Cold Pack Method (Metode Pengemasan Dingin)
c. Open Kettle Method (Metode Wajan Terbuka)
KEMASAN LOGAM
Untuk enamel yang akan digunakan pada bagian dalam kemasan perlu memenuhi
syarat-syarat:
Kelebihan kemasan tinplate adalah mengkilap, kuat, tahan karat, dan dapat direkatkan
dengan solder. Sedangkan kelemahannya adalah dapat terjadi penyimpangan warna
permukaan tinplate, dimana hal tersebut terjadi apabila bereaksi dengan bahan pangan
yang mengandung sulfur. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan melapisi kemasan
tinplate menggunakan lapisan krom, melapisi dengan pelumas berupa minyak biji
kapas atau minyak sintetis (minyak parafin) yang aman untuk kesehatan manusia.
b. Kemasan Alumunium
Kemasan alumunium merupakan salah satu kemasan logam yang pertama kali
digunakan. Kemasan alumunium pada umumnya dibentuk menjadi jenis kemasan
kaleng yang digunakan dalam industri pangan. Alumunium merupakan logam yang
memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih ringan dari pada baja, mudah dibentuk,
tidak berasa, tidak berbau, tidak beracun, dapat menahan masuknya gas, mempunyai
konduktivitas panas yang baik dan dapat didaur ulang. Namun alumunium memiliki
kelemahan yaitu kekuatan (rigiditasnya) kurang baik, sulit untuk disolder sehingga
sambungannya sulit rapat. Kemasan kaleng jenis alumunium digunakan untuk
pengalengan ikan, daging dan makanan olahan lannya.
c. Kemasan Alumunium Foil
Kemasan alumunium foil merupakan jenis kemasan yang terbuat dari alumunium foil
yang dibentuk menjadi lembaran tipis dan padat dengan ketebalan <,15 mm.
ketebalan alumunium foil berpengaruh pada sifat perlindungannya. Jika ketebalan
kurang maka alumunium foil dapat dilalui oleh gas dan uap. Alumunium foil bersifat
hermetic, fleksibel, dan tidak tembus cahaya. Kemasan ini dapat digunakan untuk
mengemas bahan-bahan berlemak dan bahan yang peka terhadap cahaya seperti
margarin. Kombinasi alumunium foil dengan bahan kemasan lain membentuk
kemasan baru yang disebut retort pouch, seperti foil-plastik (gabungan alumunium
foil dan plastik), foil kertas (gabungan alumunium foil dan kertas), atau kertas-foil-
plastik (gabungan kertas, alumunium foil, dan plastik. Contohnya penerapannya
adalah dalam industri minuman kemasan alumunium foil digunakan untuk pelapis
kemasan yang dikombinasikan dengan plastik.
d. Kemasan Kaleng Bebas Timah (Kemasan Baja)
Kemasan kaleng bebas timah merupakan kemasan yang terbuat dari lembaran baja
yang tidak dilapisi timah putih. Jenis kemasan kaleng bebas timah yang paling
banyak digunakan untuk pengalengan pangan adalah jenis Tin Free Steel Chrome
Type (TFS-CT), yaitu kemasan yang dilapisi kromium secara elektris sehingga
terbentuk kromium oksida di seluruh permukaannya. Jenis ini memiliki beberapa
keunggulan yaitu harganya murah karena tidak menggunakan timah putih dan daya
adhesinya yang baik terhadap bahan organik. Namun kelemahan kemasan jenis ini
adalah peluang untuk berkarat lebih tinggi sehingga perlu disiasati dengan
memberikan lapisan pada kedua belah permukaannya. Kemasan ini banyak digunakan
untuk pengalengan makanan.
e. Kemasan Komposit
Kemasan komposit merupakan kemasan yang umumnya berbentuk kaleng dan
merupakan hasil gabungan dua atau lebih bahan kemasan, seperti plastik, alumunium
foil, papan kertas bergelombang atau logam.
f. Kemasan Aerosol
Kemasan aerosol merupakan kemasan yang mayoritas digunakan untuk mengemas
produk-produk non pangan seperti parfum, pembersih kaca, pengharum ruangan, dan
sebagainya, tetapi kemasan aerosol juga dapat digunakan pada produk pangan dan
biasanya untuk whipped cream.
g. Kemasan Drum
Kemasan drum untuk bahan pangan umumnya terbuat dari baja atau alumunium.
Kemasan drum baja banyak digunakan untuk minyak goreng. Drum berbentuk
jemblung terbuat dari logam seng biasanya digunakan untuk kerupuk atau makanan
kering lainnya.
E. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan kemasan logam untuk bahan pangan adalah:
a. Mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi.
b. Mempunyai sifat sebagai barrier yang baik khususnya terhadap gas, uap air, jasad
renik, debu, dan kotoran sehingga cocok sebagai kemasan hermetic.
c. Toksisitasnya relatif rendah meskipun ada kemungkinan migrasi unsur logam ke
bahan yang dikemas.
d. Tahan terhadap perubahan-perubahan atau keadaan suhu yang ekstrim.
e. Mempunyai permukaan yang ideal untuk dekorasi dan pelabelan.
Adapun kekurangan kemasan logam adalah:
a. Kemasan logam memiliki harga lebih mahal dibandingkan dengan kemasan lain.
b. Harus menggunakan pembuka kaleng untuk membuka penutupnya sehingga
cenderung kurang praktis.
c. Bobotnya lebih berat dari kemasan lainnya sehingga biaya pengiriman akan lebih
tinggi.
d. Memungkinkan terjadinya kebocoran baik yang terjadi selama pemanasan atau
setelahnya sehingga menyebabkan mikroorganisme pembusuk atau patogen dapat
masuk ke dalam kemasan melalui bagian yang bocor tersebut.
KEMASAN PLASTIK
https://www.academia.edu/42381008/KEMASAN_KERTAS
Kemasan aktif merupakan penggabungan senyawa aditif tertentu ke dalam film kemasan
untuk mempertahankan atau meningkatkan umur simpan produk. Kemasan aktif berperan
sebagai penyedia peningkatan perlindungan. Kemasan aktif disebut sebagai kemasan
interaktif karena adanya interaksi aktif dari bahan kemasan dengan bahan pangan yang akan
dikemas. Kemasan aktif juga didefinisikan sebagai kemasan yang dapat mengubah kondisi
dalam kemasan untuk memperpanjang waktu penyimpanan, menjaga keamanan, dan sifat
sensori dengan tetap mempertahankan kualitas bahan pangan. Berdasarkan pengertian
tersebut maka dapat diketahui bahwa tujuan kemasan aktif adalah untuk mempertahankan
mutu produk dan memperpanjang umur simpannya.
Berbeda dengan konsep kemasan pada umumnya dimana kemasan yang dibuat
diusahakan untuk meminimalkan interaksi yang terjadi antara bahan pangan dengan kemasan
dan sedapat mungkin bersifat inert (tidak ada reaksi yang terjadi), kemasan aktif justru
memanfaatkan interaksi antara bahan pangan dengan kemasan yang membungkus bahan
pangan tersebut. Konsep pada kemasan aktif adalah dengan menambahkan komponen
tertentu ke dalam sistem kemasan yang dapat melepaskan zat ke dalam pangan dan menyerap
zat dari dalam pangan yang dikemas atau lingkungan sekitarnya.
a. Kemasan dengan sistem penyerap, merupakan sistem kemasan aktif yang mampu
menghilang senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dengan cara diserap. Contoh
kemasan dengan sistem penyerap adalah:
Kemasan aktif penyerap oksigen. Adanya kandungan oksigen yang tinggi dalam
pangan yang dikemas akan berpengaruh terhadap umur simpan dari produk
pangannya. Penurunan mutu produk-produk yang sensitif terhadap oksigen dapat
diminimalkan dengan menggunakan sistem penyerap oksigen yang dapat
menghilangkan oksigen residu setelah pengemasan.
(a) (b)
(c)
Contoh kemasan aktif penyerap oksigen: (a) penyerap oksigen dalam bentuk
label, (b) penyerap oksigen dalam bentuk sachet, (c) penyerap oksigen yang
didesain ke dalam tutup botol.
Kemasan aktif penyerap kelembapan. Air yang berlebih akan menyebabkan
pertumbuhan bakteri dan jamur sehingga menurunkan mutu produk dan
mengurangi umur simpan. Penyerap kelembapan dapat mengontrol kelembapan
dalam bahan pangan.
Kemasan cerdas adalah kemasan yang dapat merasakan lingkungan dan memprosesnya
menjadi informasi yang disampaikan pada konsumen. Oleh karena itu, kemasan cerdas berperan
sebagai penyedia peningkatan komunikasi. Kemasan cerdas akan memberikan informasi kepada
konsumen berdasarkan kemampuannya untuk merasakan, mendeteksi, atau merekam perubahan
dalam produk atau lingkungannya. Tujuan kemasan cerdas bertujuan untuk mengawasi produk
pangan yang dikemas untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi produk dengan
menggunakan indikator.
Berbeda dengan kemasan pada umumnya dimana pada kemasan hanya dapat memberikan
informasi tentang produk itu sendiri (seperti produsen, tanggal kadaluarsa, komposisi), kemasan
cerdas ini dapat menginformasikan perubahan yang terjadi pada produk atau lingkungannya
seperti suhu, pH, dan pertumbuhan mikroba.