Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah
memberikan kita taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Makalah
yang berjudul “Mengembangkan Fakta” serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah
membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Didalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada Bapak Dr. Abdul Rasyid, MA selaku dosen mata kuliah beserta semua pihak
yang telah membantu dalam proses pengerjaan makalah ini.
Kami menyadari didalam tulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu dengan rendah hati saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Dan
saya mengharapkan tulisan ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan
khususnya bagi kami sendiri.
Medan, 16 November
2020
Kelompok lll
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
Latar Belakang .....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
Mengembangkan Fakta dengan DangerousProjects.............................
Elemen Investigasi................................................................................
Bedanya dengan In-Depth Reporting...................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
Kesimpulan............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA….............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PEMBAHASAN
Dengan menggunakan istilah logis dan rasional sebagai bahan dasar dari
kebenaran dalam pengetahuan, maka kriteria kebenaran tidak dapat berdiri sendiri
sebagai hasil disiplin ilmu, akan tetapi sangat erat kaitannya dengan permasalahan
yang akan diselesaikan manusia dalam kehidupannya, baik masih berupa hipotesa
sehingga menghasilkan teori. Secara garis besar Ahmad Tafsir menggambarkan
permasalahan sampai menjadi kebenaran secara teori sebagai berikut:
1
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama 1. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997
2
Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers, 2011
3
Tafsir, Ahmad. Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013
pendidikan, sosial, dan lainnya. Pemunculan fenomena peliputan interpretatif
(interpretutive reporting), pada pertengahan abad kc-20, mengharuskan wartawan
untuk mengenali bagaitnana mernaparkan latar belakang dari sebuah berita. Hal ini
berarti pengenalan terhadap makna sebuah berita, atau apa itu berita.4
4
Septiawan Santara K.Jurnalisme Investigasi, (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor, 2003)hlm. 69
pertempuran antarkelompok sosial. Para wartawan harus memperhatikan
upaya¬upaya pemecahan non-kekerasan, di dalam ruang dan waktu pemberitaan
mereka. Liputan jurnalistik menuntut materi tentang pelbagai sebab yang mendorong
terjadinya kerusuhan, dalam pelbagai motif dan dimensinya. Dalam perumusan
lainnya, konsep tradisional Apa, Siapa, Kapan, mengenai alasan atau pemikiran atau
motif dari gerakan-gerakan protes yang tengah terjadi.
Berkaitan dengan itu, kerja peliputan berita pun berubah pula. Peliputan
mengharuskan pencarian fakta ke tempat-tempat yang tidak berasal dari satu sumber.
Pencarian fakta, melalui dokumen¬dokumen dan catatan-catatan penting lain, harus
dikerjakan di dalam pcliputan. Data-data mcsti dicari, dengan menggunakan data base
komputer yang bisa diakses, ke tempat-tempat seperti perpustakaan universitas,
perpustakaan publik organisa.si-organisasi berita. Ketika mendapatkan data sumber-
sumber yang dapat dimintai keterangan, peliputan mesti memastikan sumber-sumber
tersebut telah memiliki kualifikasi dan reliabel. Wawancara dipilih kepada orang-
orang yang memiliki keahlian (pakar/ahli) di bidangnya, atau narasumber yang telah
memiliki referensi dan pengalaman. Peliputan juga harus dapat menjaga
keberimbangan narasumber yang diekspos, bila dilihat dari kescluruhan topik yang
dibahas. Peliputan mesti dapat mengangkat esensi argumen dari pelbagai keterangan
yang dikemukan narasumber. Peliputan pun harus dapat menjaga kesalahan kutipan
atau pengertian yang telah dikemukan sumber-sumber informasi.5
Elemen Investigasi
Kelima hal di atas juga mencakup unsur "ontologi, epistemologi, dan aksiologi" atau
unsur "kognitif, afektif, dan psikomotorik". Ada elemen pilihan topik (menyangkut
kejahatan publik yang sistematis), ada elemen metodologi dan teknik (pembuktian
dan pengaitan benang merah), ada elemen penggarapan materi liputan (komprehensif
dan terstruktur), dan ada elemen manfaat bagi publik serta menggerakkan perubahan
sosial (psikomotorik). Agar bermanfaat, tentu hal paling awal adalah membuat
mereka memahami dulu secara baik dan benar apa-apa saja yang kita laporkan, tanpa
menyisakan sedikit pun keraguan atau ketidakmengertian.
Memang ada sejumlah jurnalis senior seperti Robert Greene dari Newsday (Amerika)
yang menegaskan adanya elemen "disembunyikan” dan "orisinal" dalam sebuah
laporan investigasi. Jadi menurut Greene, yang oleh sebagian kalangan disebut
sebagai "Bapak Jurnalisme Investigasi Modern", topik seputar kejahatan publik saja
tidak cukup disebut layak investigasi, tapi haruslah yang orisinal, dan bukan
menindaklanjuti investigasi pihak lain, seperti polisi atau jaksa. Itulah jurnalisme
investigasi. Peraih dua Pulitzer pada 1970 dan 1974 ini juga menegaskan pentingnya
elemen "dirahasiakan oleh mereka yang terlibat". Jadi bila ada kejahatan yang
sengaja ditutup-tutupi, maka itulah pintu masuk untuk jurnalisme investigasi.
Dalam konteks ruang dan waktu tertentu, konsep tersebut tentu patut didukung.
Laporan investigasi memang sepatutnya dikembangkan dari basil temuan-temuan
sendiri, bukan mengekor basil investigasi pihak lain. Sebab, ada perbedaan besar
antara membuat liputan investigasi dan memberitakan basil investigasi (polisi dan
jaksa). Ada perbedaan besar antara melakukan investigasi dalam kasus pembunuhan
yang diduga melibatkan Antasari Azhar (Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi/KPK) dan memberitakan hasil investigasi polisi dalam kasus tersebut. Sama
berbedanya dengan melakukan investigasi kasus terorisme peledakan born di hotel
JW Marriott dan Ritz-Carlton (Juli 2009) dengan sekadar menyiarkan basil
investigasi Densus 88.
In-depth reporting atau laporan mendalam biasanya juga disajikan panjang lebar.
Tetapi, dia hanya berhenti pada pemetaan masalah. Laporan investigasi lebih maju
dengan mencari di mana letak kesalahannya, apakah terjadi secara sistematis, dan
siapa saja yang terlibat dan bertanggung jawab.
Bila dibedakan antara laporan biasa (regular news), laporan mendalam (in-depth
reporting) dan laporan investigasi (investigative reporting), barangkali
perbandingannya adalah sebagai berikut:
Regular News
Laporan yang menunjukkan
Menceritakan, apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana (5W+1H)
Sebagai informasi (data) bagi publik
In-depth
Investigative
PENUTUP
KESIMPULAN
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama 1. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997
Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers, 2011
Tafsir, Ahmad. Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
Pengetahuan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013
Septiawan Santara K.Jurnalisme Investigasi, (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor,
2003)hlm. 69
Septiawan Santara K.Jurnalisme Investigasi, (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor,
2003)hlm 73