Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit reumatik autoimun yang
paling sering terjadi pada usia lanjut dan merupakan penyakit dengan inflamasi
kronik yang progresif serta menimbulkan kerusakan sendi yang permanen.
Gangguan sistem muskuloskletal ini merupakan salah satu faktor penyakit kronis
dan kemunduran sistem motorik pada lansia. (Yurida Olivianin, 2020).
Penyakit rheumatoid arthritis merupakan penyakit degeneratif yang
menyebabkan peradangan kronis dan menimbulkan berbagai macam keluhan
seperti nyeri, kekakuan dan kelemahan otot sehingga mengakibatkan fungsi tubuh
menurun dan keluhan nyeri biasanya timbul ketika melakukan aktivitas fisik,
nyeri juga timbul ketika istirahat yang tidak ada hubunganya dengan masa
gerakan, atau pada pagi hari ketika bangun tidur. (Anne Rufaridah et al., 2020)
Rheumatoid arthritis (RA) pada umumnya sering terjadi di tangan, sendi siku,
kaki, pergelangan kaki dan lutut. Nyeri dan bengkak pada sendi dapat berlangsung
dalam waktu terus-menerus dan semakin lama gejala keluhannya akan semakin
berat. Keadaan tertentu, gejala hanya berlangsung selama beberapa hari dan
kemudian sembuh dengan melakukan pengobatan. Rasa nyeri pada persendian
berupa pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran
klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis. (Chabib et al., 2016).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia
terserang penyakit arthritis rheumatoid.Dimana 5-10%adalah merekayang berusia
5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun. sebanyak kurang lebih 7
miliar jiwa. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan
indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. (Maita Sarah,2018)
Berdasarkan World Health Organization (WHO) (2016) memperkirakan
bahwa 335 juta penduduk di seluruh dunia mengalami rheumatoid arthritis.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, Prevelensi
penyakit sendi termasuk Rheumatoid Arthritis berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan di Indonesia sebesar 11,9% sedangkan berdasarkan gejala atau
diagnosis sebesar 24,7%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun
2017 penyakit Arthritis dikelompokan kedalam penyakit otot dan jaringan
pengikat yang merupakan bagian dari sepuluh pola penyakit terbanyak pada
pasien di puskesmas dengan jumlah 29.889 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
2017). Pada tahun 2020 di Kabupaten Tabanan jumlah penderita rheumatoid
arthritis sebanyak 4.136 dari semua kasus yang ada jumlah penderita laki-laki
sebanyak 2.097 dan jumlah penderita perempuan sebanyak 2.241 (Dinas
Kesehatan Kabupaten Tabanan, 2020) Jumlah penderita rheumatoid arthritis di
Kabupaten Tabanan terbanyak berada di Wilayah Kerja Puskesmas Marga I
sebanyak 416 kasus.
Penyakit rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit peradangan dengan
gejala kekakuan serta nyeri pada sendi rasa nyeri serta kelemahan biasa dirasakan
pada anggota tubuh yaitu tangan, kaki, lutut dan bahu. Keluhan nyeri yang
dirasakan seperti kram dan kesemutan merupakan keluhan sensorik agar rasa
nyeri persendian berkurang lansia mengatasi dengan cara farmakologi dan
tindakan secara nonfarmakologi. Tindakan nonfarmakologi yang dapat dilakukan
yaitu dengan kompres hangat dengan handuk. Terapi kompres hangat dapat
melebarkan pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketengangan otot,
kekauan sehingga rasa nyeri yang dirasakan akan berkurang. Terapi kompres
hangat tersebut dapat dikombinasikan dengan herbal yaitu air rebusan serei.
(Amelia Sarma,2020)
Tanaman serei (Cymbopogon nardus) sendiri memiliki banyak kandungan
kimia yaitu mengandung 0,7% minyak atsiri dengan tiga komponen penting
seperti sitronelal, geraniol (20%) dan sitronelol. Serai merupakan tanaman semak
yang memiliki akar serabut besar dan berimpang pendek Serai ini dapat
menurunkan nyeri sendi, dengan pemberian minyak atsiri yang terkandung enzim
siklo-oksigenase dalam serai tersebut yang dapat mengurangi peradangan yang
diserap melalui kulit pada daerah yang meradang/ bengkak, selain itu serei juga
memiliki efek farmokologis yaitu rasa pedas yang bersifat hangat, efek hangat ini
akan menyebabkan aliran darah ke setiap jaringan khususnya yang mengalami
radang dan nyeri bertambah, sehingga terjadi penurunan nyeri sendi pada jaringan
yang meradang. Oleh sebab itu kompres serai perlu diberikan pada pasien yang
mengalami nyeri khususnya penderita Rheumatoid Arthrtitis sebagai salah satu
intervensi terapi nyeri non farmakologi yang aman. (Nurfitriani 2020)
Pemberian kompres hangat rebusan air serai berpengaruh terhadap penurunan
nyeri Rheumatoid Arthrtitis pada lansia dibuktikan oleh (Yurida Olivianin, 2020)
yang meneliti tentang ‘’ Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Air Serai Terhadap
Penurunan Nyeri Arthritis Rheumatoid Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Sejahtera Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan’’. Hasil penelitian di
dapat ada pengaruh kompres serai terhadap penurunan intensitas nyeri Arthritis
Rheumatoid pada lansia dengan nilai n p value sebesar 0,000 nilai tersebut secara
statistik bermakna (p<0,05). Efektifitas pemberian kompres hangat rebusan air
serai terhadap penurunan nyeri Rheumatoid Arthrtitis dibuktikan oleh (Ridha
Hidayat,2020) yang meneliti tentang ‘’ Efektifitas Kompres Serei Hangat
Terhadap Penurunan Skala Nyeri Arthritis Rheumatoid Pada Lansia Di Desa
Naumbai Wilayah Kerja Puskesmas Kampar’’. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa adanya perbedaan secara bermakna antara skala nyeri responden setelah
diberikan kompres serai hangat dengan nilai p-value (0,000) < α (0,05). maka
dapat disimpulkan ada perbedaan antara yang signifikan rata-rata antara skala
nyeri sebelum dan sesudah melakukan kompres serei hangat.

1.2 Perumusan masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah ‘’apakah ada pengaruh kompres hangat rebusan air serai terhadap
intensitas nyeri pada lansia penderita Rheumatoid Arthritis di Puskesmas Marga I,
Tabanan ?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum


Untuk mengetahui Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Air Serai
Terhadap Intensitas Skala Nyeri pada Lansia penderita Rheumatoid
Arthritis di Puskesmas Marga I.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi frekuensi lansia yang menderita penyakit
Rheumatoid Arthritis di wilayah kerja puskesmas Marga I
2) Mengidentifikasi skala nyeri Rheumatoid Arthritis pada lansia di
wilayah kerja puskesmas Marga I
3) Menganalisis pengaruh kompers hangat terhadap intensitas skala
nyeri Rheumatoid Arthritis pada Lansia di Puskesmas Marga I.

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah informasi dan
bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan keperawatan Gerontik
yaitu dalam mengatasi masalah nyeri Rheumatoid Arthritis pada lansia.
1.4.2 Manfaat praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
1) Bagi peneliti
Menambah wawasan dibidang muskuloskeletal khusunya untuk
penyakit Reumathoid Atritis serta dapat menambah pengalaman serta
ilmu pada penulis saat menyusun skripsi.
2) Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi di Puskesmas
Marga I khususnya bagi lansia untuk mengatasi masalah nyeri pada
lansia yang mengalami Rheumatoid Arthritis.
1.5 Keaslian Penelitian
Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.5.1 Rihda Hidayat (2020), dengan judul Efektifitas Kompres Hangat
Rebusan Air Serai Terhadap Penurunan Skala Nyeri Arthritis
Rheumatoid Pada Lansia Di Desa Naumbai Wilayah Kerja
Puskesmas Kampar. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen
dalam satu kelompok (one group pre test-pos test design). Populasi
adalah seluruh pasien Rheumatoid Arthritis di Desa Naumbai
dengan jumlah 127 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan secara bermakna antara skala nyeri responden setelah
diberikan kompres hangat dengan nilai p-value (0,000) < α (0,05).
Diharapkan penderita arthritis rheumatoid dengan nyeri dapat
mengaplikasikan kompres hangat untuk penurunan skala nyeri.
1.5.2 Anne Rufaridah (2020), Pengaruh Kompres Serai Hangat Terhadap
Penurunan Intesitas Nyeri Rhematoid Arthritis. Jenis penelitian ini
quasy eksperimen dengan rangcangan pre test dan post test control
grup design. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli tahun
2018. Sampel 10 orang pada kelompok intervensi dan 10 orang
pada kelompok kontrol. Intensitas nyeri responden sebelum
dilakukan kompres serai hangat dengan nyeri sedang 80% dan
mengalami penurunan menjadi nyeri ringan 70%. Hasil uji statistik
menunjukan bahwa terdapat pengaruh kompres serai hangat
terhadap penurunan intensitas nyeri Rheumatoid arthritis.
Diharapkan bagi petugas Kesehatan agar dapat mensosialisasikan
kepada masyarakat tentang penatalaksanaan untuk mengurangi
intensitas nyeri Rheumatoid arthritis secara non farmakologi yaitu
dengan kompres serai hangat.
1.5.3 Marlina Andriani (2018), Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Air
Serai Terhadap Penurunan Intesitas Nyeri Rhematoid Arthritis
Kelurahan Parak Laweh Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Begalung Tahun 2018. Jenis penelitian ini quasy eksperimen
dengan rangcangan pre test dan post test control grup design. Hasil
uji statistik menunjukan bahwa terdapat pengaruh kompres hangat
terhadap penurunan intensitas nyeri Rheumatoid arthritis.
Diharapkan bagi petugas Kesehatan agar dapat mensosialisasikan
kepada masyarakat tentang penatalaksanaan untuk mengurangi
intensitas nyeri Rheumatoid arthritis secara non farmakologi yaitu
dengan kompres hangat.

Anda mungkin juga menyukai