Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DENGAN DIAGNOSA MEDIS TROMBOFEBLITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu

Praktek Klinik Keperawatan Maternitas

Oleh:

Nama : Archelli Martya Diginanda Sylva

NIM : P17210193040

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan
bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis
atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan
flebotrombosis (Arifin, 2010). Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan
pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di
permukaan atau di dalam vena.
Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis
dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Wahyuningsih, 2019).
Flebitis dapat terjadi di setiap vena tubuh, tetapi paling sering ditemukan di vena
tungkai. Biasanya flebitis terjadi pada penderita varises (vena varikosa), tetapi tidak
semua penderita varises mengalami flebitis. Flebitis superfisialis menyebabkan reaksi
peradangan akut yang menyebabkan trombus melekat dengan kuat ke dinding vena dan
jarang pecah dan terlepas.
Vena permukaan tidak memiliki otot di sekitarnya yang bisa menekan dan
membebaskan suatu trombus. Karena itu flebitis superfisialis jarang menyebabkan
emboli. Istilah trombosis vena lebih sering diartikan sebagai suatu keadaan
penggumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah, sedangkan
tromboflebitis diartikan sebagai inflamasi yang disertai dengan pembentukan thrombus.
Tromboflebitis dapat pula diartikan kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena
sekunder akibat inflamasi atau trauma dinding vena atau karena obstruksi vena
sebagian. Pembentukan bekuan sehubungan dengan stasis aliran darah, abnormalitas
dinding pembuluh darah, gangguan mekanisme pembekuan.

2. Klasifikasi
Tromboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pelvio tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum
latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling
sering terkena ialah vena ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi
plasenta yang terletak dibagian atas uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan
infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedangkan
perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior
(Manuaba, 2010). Peritonium selaput yang menutupi vena ovarika dekstra dapat
mengalami inflamasi dan dapat menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan
periapendistits. Perluasan infeksi dari vena uterina ialah ke vena iliaka komunis.
Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum
b. Tromboflebitis Femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena
femarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca
partum. Komplikasi jarang terjadi, tapi ketika mereka terjadi mereka bisa serius.
Komplikasi yang paling serius terjadi ketika bekuan darah dislodges, bepergian
melalui hati dan occluding lebat jaringan kapiler paru-paru; ini adalah emboli
paru-paru dan sangat mengancam nyawa. Gangguan ini berjalan secara cepat,
dapat berlanjut menjadi emboli paru-paru yang berkemampuan menjadi
komplikasi fatal.
Keadaan-Keadaan Khusus Tromboflebitis:
a. Flebitis Migrans
Suatu keadaan yang menyangkut reaksi menyeluruh dari system vena karena
berbagai etiologi yang menimbulkan gangguan dari vena. Penyakit-penyakit
yang umumnya berkaitan dengan gejala ini :
1) Fase awal dari Beurger Disease
2) Reaksi alergi (keadaan yang lebih dari gatal-gatal)
3) Adanya malignitas (gejala adanya penyebaran hematogen)
4) Penyakit Lupus
Tanda-tanda flebitis migrans :
1) Timbul gejala-gejala flebitis di satu segmen vena yang menghilang sendiri
dengan meninggalkan bercak hitam/ kecoklatan.
2) Beberapa hari timbul lagi pada daerah vena yang lain, biasanya pada
ekstremitas yang sama lagi.
3) Dapat disertai febris atau menggigil
4) LED meningkat
b. Tromboflebitis Septik
Gejala-gejala tromboflebitis yang disertai pembentukan abces atau nanah pada
tempat radang dan penyebaran secara hematogen. Timbul gejala-gejala sepsis :
febris, menggigil dan memerlukan perawatan di Rumah Sakit. Dalam
menghadapi kasus seperti ini, diperlukan perawatan khusus dari berbagai segi :
pemberian infus/cairan, antibiotika dosis tinggi, kortikosteroid dan cara-cara
pengobatan sepsis lainnya.
c. Tromboflebitis vena dalam (Deep Vein Thrombophlebitis)
Kedaan flebitis dari vena-vena daerah vena femoralis, vena iliaka eksterna dan
vena iliaka communis.

3. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis antara lain :
a. Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium.
b. Mempunyai varises pada vena
Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka
terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep
(katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi
radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada
trombusnya tersebut mendapat radang (Suryandari, 2019). Menipisnya dinding
vena karena adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan.
Dalam keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan
melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya
tromboplebitis.
c. Obesitas
Bila keadaan dehidrasi berat, koagulasi intravascular yang meluas ataupun
infeksi sistemik dapat menimbulkan rangsangan untuk pathogenesis ini.
d. Pernah mengalami tromboflebitis
e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up
untuk waktu yang lama
f. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat
menimbulkan keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di
tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau
pemberian obat yang iritan secara intra vena.
g. Adanya malignitas (karsinoma), yang terjadi pada salah satu segmen vena.
Tumor-tumor intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran
vena dari ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan pada segmen vena
tungkai.
h. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
Kelainan jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada
system aliran vena.

4. Patofisiologi
Terjadinya thrombus :
a. Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas
darah atau kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami
oleh orang-orang yang imobilisasi maupun yang istirahat di tempat tidur
dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah
(Proinflamatori et al., 2019). Stasis vena juga mudah terjadi pada orang yang
berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat,
obesitas, tumor maupun wanita hamil.
b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga
mempermudah terjadinya thrombosis (Hafiz, 2019). Infus intravena, banyak
faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis flebitis karena infus intravena,
antara lain:
1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
a) pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko
flebitis tinggi. Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena
yang hebat, antara lain kalium klorida, vancomycin, amphotrecin B,
cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat khemoterapi.
b) Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna
selama pencampuran.
c) Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah)
sangat dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500
mOsm/L. Hindarkan vena pada punggung tangan jika mungkin,
terutama pada pasien usia lanjut
d) Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi
dibanding politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus,
lebih thermoplastik dan lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki
kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau polietilen.
2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama
kanulasi. (Kanula yang dimasukkan ada daerah lekukan sering
menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan
ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
3) Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
a) Teknik pencucian tangan yang buruk
b) Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
c) Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
d) Teknik aseptik tidak baik
e) Teknik pemasangan kanula yang buruk
f) Kanula dipasang terlalu lama
g) Tempat suntik jarang diinspeksi visual
h) Gangguan aliran darah

5. Manifestasi Klinis
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena
(nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul
dengan cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya
oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan,
juga pada gerakan-gerakan otot tertentu (Nurin, 2019). Pada perabaan, selain nyeri
tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana
terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan
aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula
terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini,
tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.
a. Pelvio tromboflebitis
1) Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2) Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
i. Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang- kadang 3 hari pada
waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
ii. Suhu badan naik turun secara tajam (36 oC menjadi 40oC) yang diikuti
penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
iii. Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
3) Abses pada pelvis
4) Gambaran darah
i. Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi,
dapat segera terjadi leukopenia).
i. Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya
menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
5) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak
terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
6) Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses,
pneumonia), pada ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada
persedian.
b. Tromboflebitis femoralis
1) Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian
suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil
dan nyeri sekali.
2) Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-
tanda sebagai berikut:
a) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
b) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas.
c) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
d) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak,
tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
e) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki
dan pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
f) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan
meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).

6. Managemen / Penatalaksanaan
a. Pelvio tromboflebitis
1) Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan
menggunakan teknik aseptik yang baik
2) Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan
mencegah terjadinya emboli pulmonum
3) Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau
dugaan adanya emboli pulmonum
4) Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli
septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang
dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.
b. Tromboflebitis femoralis
1) Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
2) Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas
bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah
(Syahroni, 2020). Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi rasa
sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
3) Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan.
Pastikan Pasien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung
kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada
penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
4) Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki
varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah
kondisi stasis.
5) Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum
bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit
dibawahnya.
6) Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
7) Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan
diberikan.
8) Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
9) Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai
instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak
menekan kaki Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.
10) Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
11) Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan
pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya
peningkatan atau penurunan ukuran.
12) Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal
untuk mengkaji pendarahan jika Pasien dalam terapi antikoagulan.
13) Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan
pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan
episiotomi.
14) Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada
masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
15) Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
16) Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan
melalui terapi sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan
selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi
untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah
dilakukan.

Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi


nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk
mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan
pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa
hari. Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam dan
terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan darurat
guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi
tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat analgesik
(nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah pembentukan
gumpalan baru, Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah ada, non-steroid obat
anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan,
antibiotik (jika infeksi hadir).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonograf Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan katub
pada vena profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi.
Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan probe Doppler di
atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak lebih kecil di banding
tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali. Metode ini relative murah, mudah
dilakukan, praktis, cepat dan non infasif. Pemeriksaan ultrasonograf doppler
dilakukan untuk menunjukkan peningkatan lingkar ekstremitas.
b. Pemeriksaan hematocrit
Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan hematokrit.
Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial terjadinya
pembentukan thrombus.
c. Pemeriksaan Koagulasi
Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini menilai
aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji activated partial
thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar fibrinogen.
d. Biakan darah
Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang
penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob.
Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman didalam darah.
e. Pemindai ultrasuond dupleks
Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan
dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak
kompeten.
f. Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran
pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan venografi berguna
untuk mendiagnosis trombosis vena renalis.
8. Pathway Trombofeblitis

TROMBOFLEBITIS
Perubahan persepsi
terhadap penyakit

Ansietas
Respon
peradangan
Penyempitan pembuluh darah vena

Adanya mediator Aliran darah vena


peradangan terganggu
bradikinin,
prostaglandin dll
Terjadi stasis darah

Nyeri Peningkatan Penggumpalan darah pada


Akut suhu tubuh ekstremitas

edema
Hipertermi

Perfusi perifer tidak efektif

Kurang informasi
mengenai penyakit

Defisit
pengetahuan
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien diperlukan guna melengkapi data terkait, sehingga dapat
mempermudah penanganan dan siapa yang bertanggung jawab atas perawatan klien
atau pasien. Identitas klien meliputi:
1) Nama : Nama dikaji hanya untuk mengetahui identitas klien saja, tidak ada
permasalahan yang mungkin ditimbulkan
2) Umur : Tromoflebitis sering terjadi pada klien yang berusia diatas 30 tahun
3) Jenis kelamin: Sering terjadi pada wanita post partum atau masa nifas, namun
tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita hamil
4) Agama : Agama atau keyakinan seseorang tidak mempengaruhi, dalam
terjadinya tromboflebitis
5) Pendidikan: Tingkat pendidikan biasanya berhubungan dengan tingkat
pengetahuan klien, tingkat pengetahuan akan mempengaruhi terjadinya
tromboflebitis dimana klien yang sudah mengetahui tromboflebitis akan lebih
merawat diri sehingga dapat meminilkan atau mencegah untuk terjadinya
tromboflebitis
6) Pekerjaan : Tromboflebitis terjadi pada klien dengan pekerjaan yang
lebih banyak duduk lama
7) Status perkawinan : Status perkawinan seseorang tidak akan mempengaruhi
terjadinya tromboflebitis
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang paling umum dirasakan klien yaitu nyeri yang pada daerah
pembuluh darah vena, nyeri terjadi pada kaki dan kaki mengalami edema
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit terdahulu yang dikaji mengenai penyakit klien terdahulu apakah
sebelumnya pernah melahirkan atau tidak, jika pernah melahirkan apakah pasca
melahirkan mengalami tromboflebitis atau tidak, dikaji pula apakah klien pernah
mengalami penyakit jantung atau tidak yang beresiko tinggi terjadinya tromboflebitis,
pernah mengalami trauma atau tidak, mepunyai varises vena atau tidak, dan menderita
tumor atau tidak.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan pasien pada saat ini misalnya
ditanyakan kepada klien kapan pertama kali pasien mengeluh nyeri yang dialami
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah keluarga ada yang mengalami penyakit yang memiliki resiko tinggi
terjadinya tromboflebitis misalnya seperti kelainan jantung
f. Riwayat psikososial
Perawat perlu mengkaji adanya kecemasan, persepsi klien,dan hubungan interaksi
klien, terutama untuk pemberian tindakan pengobatan.
g. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Dikaji adanya perubahan pemeliharaan kesehatan akibat penyakit yang dialaminya
saat ini.
h. Pola nutrisi dan metabolik
Pada pasien dengan tromboflebitis umumnya tidak ada gangguan pada pola nutrisi
dan metabolik namun dikarenakan adanya nyeri maka pasien tidak mau makan ketika
nyeri timbul dan jika nyeri sudah menghilang pola makan klien kembali kepada semula
i. Pola eliminasi
Pola eleminasi tidak mengalami gangguan
j. Pola aktivitas dan latihan
Pasien akan berkurang dalam beraktivitas, karena pasien akan lebih berfokus pada
rasa nyeri yang dialami, pasien juga akan merasa lemah karena selain nyeri tanda dan
gejala yang timbul pada tromboflebitis juga malaise
k. Pola tidur dan istirahat
Tidur dan istirahat pasien akan terganggu ketika pasien mengalami nyeri
l. Pola kognitif perseptual
Umumnya tidak ada gangguan pada sistem pancaindra.
m. Pola persepsi dan konsep diri
Klien yang diberikan pengobatan penyakit ini akan merasa cemas akibat kurang
informasi mengenai proses pengobatan yang berlanjut. Selain itu, gangguan intergritas
ego dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan status mental klien akibat
ketidaksiapan menjalani pengobatan.
n. Pola hubungan dan peran
Akibat adanya hospitalisasi dapat muncul perubahan dalam hubungan dan peran
klien, baik dalam keluarga, lingkungan kerja, dan hubungan bermasyarakat klien.
o. Pola reproduksi seksual
Pola ini akan terganggu pada pasien, hal ini bisa disebabkan karena nyeri yang
dialami pasien atau kelemahan yang dialami pasien.
p. Pola pertahanan diri dan toleransi stress
Stres akan meningkat pada pasien ketika pasien memiliki koping yang kurang
bagus dan lingkungan yang tidak mendukung kondisi yang dialami pasien. Kurang
pengetahuan mengenai perawatan dapat meningkatkan stres klien. Adanya keterbatasan
aktivitas, pola seksual dan perubahan peran juga akan mempengaruhi konsep diri klien.
q. Pola keyakinan nilai
Pasien yang nilai agamanya kurang tertanam kuat maka biasanya akan cenderung
menyalahkan Tuhannya karena telah mengalami penyakit yang dialami dan akan
mempengaruhi kegiatan ibadahnya. Selain itu, beberapa keyakinan yang menjadi
pantangan pengobatan perlu dikaji.
r. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : biasanya ibu tampak letih
2) Kesadaran : Composmentis
3) TD : normal (120/80 mmHg)
4) Nadi : biasanya nadi meningkat dikarenakan adanya nyeri yang dialami klien
5) Suhu : biasanya klien mengalami demam, suhu antara 36-400 derajat C
6) Pernafasan : biasanya RR meningkat dikarenakan adanya nyeri
s. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : umumnya tidak ada gangguan pada kepala (normal), mulai dari
rambut, wajah mata, telinga, hidung, mulut dan daerah sekitar kepala tidak
terganggu
2) Leher : umumnya tidak ada gangguan pada leher seperti tidak ada benjolan,
warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak ada nyeri tekan (normal)
3) Dada : umumnya tidak ada gangguan pada pemeriksaan fisik dada, pada hasil
pemeriksaan fisik pergerakan dada simetris kanan-kiri pada saat inspirasi dan
ekspirasi juga seirama, tidak terdengar ronchi, tidak terdengar bunyi wheezing,
suara nafas baik, jantung tidak ada mur-mur.
4) Payudara : umumnya tidak ada gangguan pada payudara, pada pemeriksaan
fisik payudara terlihat bersih, konsistensi lunak, simetris kanan-kiri, putting
susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae, tidak ada nyeri,
abses, dan pembengkakan, kolostrum sudah keluar lancar.
5) Abdomen : TFU (tinggi fundus arteri) 2 jari dibawah pusat, terdapat striae
albikans, terdapat linea nigra, konsistensi keras, kontraksi uterus baik.
6) Genitalia : Tidak terdapat luka pada perineum, tidak ada varises pada vagina,
pengeluaran darah pervaginam normal, tidak ada oedema, kotor oleh lendir
dan bekas darah serta air ketuban.
7) Ekstrimitas atas : umumnya tidak ada gangguan pada ekstremitas atas
(normal).
8) Ekstrimitas bawah : pada ektremitas bawah (kaki) klien tromboflebitis pada
inspeksi terdapat warna kemerahan, edema. Pada palpasi terdapat nyeri tekan,
ektremitas teraba hangat

2. Diagnosa
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), diagnosa yang mungkin muncul
adalah :
a. Perfusi perifer tidak efektif
b. Nyeri akut
c. Hipertermi
d. Defisit Pengetahuan
e. Ansietas
3. Intervensi
Diagnosa SLKI SIKI
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
Perfusi perifer Perfusi Perifer (L.02011) Perawatan Sirkulasi (1.02079)
tidak efektif Definisi : Keadekuatan aliran darah pembuluh Definisi : Mengidentifikasi dan merawat area local dengan
keterbatasan sirkulasi perifer.
darah distal untuk menunjang fungsi jaringan
Tindakan :
Kriteria Hasil : Observasi
- Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema,
1. Denyut nadi perifer meningkat
pengisian kapiler, warna, suhu, ankle brachial index)
2. Penyembuhan luka meningkat - Identifikasi factor risiko gangguan sirkulasi (mis.
3. Sensasi meningkat Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar
kolestrol tinggi)
4. Warna kulit pucat menurun - Monitor panas, kemerahan, nyeri, tau bengkak pada
5. Edema perifer menurun ekstremitas
6. Nyeri ekstremitas menurun Terapeutik
- Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di
7. Parastesia menurun
area keterbatasan perfusi
8. Kelemahan otot menurun - Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
9. Kram otot menurun dengan keterbatasan perfusi
- Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada
10. Bruit fernoralis menurun area yang cedera
11. Nekrosis menurun - Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
12. Pengisian kapiler cukup membaik
- Lakukan hidrasi
13. Akral cukup membaik
Edukasi
14. Turgor kulit cukup membaik - Anjurkan berhenti merokok
15. Tekanan darah sistolik cukup membaik - Anjurkan berolahraga rutin
16. Tekanan darah diastolik cukup membaik - Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit
terbakar
17. Tekanan arteri rata-rata cukup membaik
- Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah
18. Indeks ankle-brachial secara teratur
- Anjurkan menghindari penggunaan obat penyeka beta
- Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis.
Melembabkan kulit kering pada kaki)
- Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
- Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis.
Rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
- Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (1.08238)


Definisi : pengalaman sensorik atau emosional Definisi : mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
atau fungsional, dengan onset mendadak atu fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
konstan. Tindakan
Kriteria Hasil : Observasi :
1. Kemampuan menuntaskan aktivitas - ldentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
meningkat kuaiitas, intensitas nyeri
2. Keluhan Nyeri menurun - ldentifikasi skala nyeri
3. Meringis menurun - ldentifikasi respons nyeri non verbal
4. Sikap protektif menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
5. Gelisah menurun nyeri
6. Kesulitan tidur menurun - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
7. Menarik diri menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
8. Berfokus pada diri sendiri menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
9. Diaforesis menurun - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
10. Perasaan depresi menurun diberikan
11. Perasaan takut mengalami cedera berulang - Monitor efek samping penggunaan analgetik
menurun Terapeutik
12. Anoreksia menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
13. Perineum terasa tertekan menurun nyeri (mis. TENS, hipnosis,
14. Uterus teraba membulat menurun - akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
15. Ketegangan otot menurun aromaterapi, teknik imajinasi
16. Pupil dilatasi menurun - terbimbing, kompres hangatdingin, terapi bermain)
17. Muntah menurun - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
18. Mual menurun suhu ruangan, pencahayaan
19. Frekuensi nadi membaik - kebisingan)
20. Pola napas membaik - Fasilitasi Istirahat dan tidur
21. Tekanan darah membaik - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
22. Proses berpikir membaik strategi meredakan nyeri
23. Perilaku membaik Edukasi
24. Nafsu makan membaik - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
25. Pola tidur membaik - Jelaskan strategi meredakan nyeri
26. - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Hipertermi Termogulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia (1.15506)
Definisi : pengaturan suhu tubuh agar tetap Definisi : mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu
berada pada rentang normal tubuh akibat disfungsi termogulasi
Kriteria Hasil : Tindakan
1. Kulit merah menurun Observasi
2. Kejang menurun - Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrası,
3. Akrosianosis menurun terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)
4. Konsumsi oksigen menurun - Monitor suhu tubuh
5. Piloereksi menurun - Monitor kadar elektralit
6. Vasokonstriksi perifer menurun - Monitor haluaran urine
7. Kutis memorata menurun - Monitor komplikasi akibat hipertermia
8. Pucat menurun Terapeutik
9. Takikardi menurun - Sediakan lingkungan yang dingin
10. Takipnea menurun - Longgarkan atau lepaskan pakaian
11. Bradikardi menurun - Basahi dan kipasi permukaan tubuh
12. Dasar kuku sianolik menurun - Berikan cairan oral
13. Hipoksia menurun - Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
14. Suhu tubuh membaik mengalamihiperhidrosis (keringat berlebih)
15. Kadar glukosa darah membaik - Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia
16. Pengisian kapiler membaik atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,
17. Ventilasi membaik aksila)
18. Tekanan darah membaik - Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
Ansietas Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Anseitas (1.09314)
Definisi : kondisi emosi dan pengalama Definisi : Meminimalkan kondisi individu dan pengalama
subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
spesifik akibat antisipasi bahaya yang antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
memungkinkan individu melakukan tindakan tindakan untuk menghadapi ancaman
untuk menghadapi ancaman Tindakan :
Kriteria Hasil Observasi
1. Verbalisasi kebingungan menurun - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi,
2. Verbalisasi kawatir akibat kondisi yang waktu, stresor)
dihadapi menurun - ldentifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Perilaku gelisah menurun - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
4. Perilaku tegang menurun Terapeutik
5. Keluhan pusing menurun - Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
6. Anoreksia menurun kepercayaan
7. Palpitasi menurun - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
8. Frekuensi pernapasan menurun memungkinkan
9. Frekuensi nadi menurun - Pahami situasi yang membuatansietas dengarkan
10. Tekanan darah menurun dengan penuh perhatian
11. Diaphoresis menurun - Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
12. Tremor menurun - Tempatkan barang pribadi yang memberikan
13. Pucat menurun kenyamanan
14. Konsentrasi membaik - Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
15. Pola tidur membaik kecemasan
16. Perasaan keberdayaan membaik - Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
17. Kontak mata membaik akan datang
18. Pola berkemih membaik Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
19. Orientasi membaik dialami
- Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antlansietas jika perlu
Defisit Tingkat Pengetahuan (L. 12111) Edukasi Kesehatan (1.12383)
Pengetahuan Definisi : kecukuoan informasi kognitif yang Definisi : mengajarkan pengelolaan faktor risiko penyakit dan
berkaitan dengan topik tertentu perilaku hidup bersih serta sehat.
Kriteria Hasil Tindakan
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat Observasi
2. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan informasi
tentang suatu topik meningkat - ldentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
4. Kemampuan menggambarkan pengalaman menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
sebelumnya yang sesuai dengan topik Terapeutik
meningkat - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
meningkat - Berikan kesempatan untuk bertanya
6. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi Edukasi
menurun - Jekaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
7. Persepsi yang keliru terhadap masalah kesehatan
menurun - Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat;
8. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat - Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
menurun meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
9. Perilaku membaik
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, D. (2010). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Lama Hari Rawat Pasien Post Operasi
Laparatomi di RSU Haji Makassar.
Hafiz. (2019). Definisi, Etiologi, Patofisologi, dan Asuhan Keperawatan Tromboflebitis.
Academia.
https://www.academia.edu/38619038/DEFINISI_ETIOLOGI_PATOFISIOLOGI_DA
N_ASUHAN_KEPERAWATAN_TROMBOFLEBITIS
Manuaba, I. B. G. (2010). Penuntun Diskusi Obstetri dan Ginekologi.
Nurin, F. (2019). Thrombophlebitis.
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/thrombophlebitis/#gref
Proinflamatori, S., Antiinflamatori, S., & Sitokin, A. (2019). PATOFISIOLOGI SEPSIS.
Penyakit Infeksi Di Indonesia Solusi Kini & Mendatang Edisi Kedua: Solusi Kini Dan
Mendatang, 389.
Suryandari, N. L. G. Y. A. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum
Normal Dengan Ketidaknyamanan Pasca Partum Di Ruang Dara RSUD Wangaya
Denpasar Tahun 2019.
Syahroni, S. (2020). Tromboflebitis.
https://www.academia.edu/9510563/TROMBOFLEBITIS
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Dilengkapi Dengan
Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan. Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai