Anda di halaman 1dari 10

1

PENGARUH PENGGUNAAN KEMASAN BERBEDA TERHADAP MUTU MIE SAGU


BASAH KONSENTRAT PROTEIN IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) YANG
DIFORTIFIKASI TEPUNG MIKROALGA (Chlorella sp.) DAN MINYAK IKAN PATIN
SELAMA PENYIMPANAN SUHU RUANG

Muhammad Khairi Hanafi1, Syahrul2, Dewita Buchari2


ABSTRAK
Email: muhammadkhairihanafi@ymail.com

1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kemasan berbeda terhadap mutu
mie sagu KPI (Konsentrat Protein Ikan) basah yang difortifikasi tepung mikroalga (Chlorella
sp.) dan minyak ikan jambal siam (Pangasius hypopthalmus) selama penyimpanan suhu ruang.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen, rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Kelompok non faktorial, yaitu pengemasan yang terdiri dari tiga taraf
perlakuan yaitu A1 kemasan HDPE (high density polyethylene), A2 yaitu kemasan alumunium
foil, dan A3 yaitu kemasan kombinasi bahan alumunium foil dan HDPE, sedangkan sebagai
kelompok adalah lama penyimpanan yaitu B1 (0 hari), B2 (15 hari), dan B3 (30 hari). Parameter
yang diukur yaitu nilai organoleptik (rupa, rasa, aroma dan tekstur), analisis kadar air, kadar
lemak, kadar peroksida dan analisis total koloni bakteri. Penggunaan kemasan alumunium foil
(A2) sebagai kemasan mie sagu memberikan mutu terbaik selama penyimpanan dengan kriteria
rupa putih, menarik, utuh, dan rapi, kriteria rasa spesifik mie sagu, kriteria aroma khas mie sagu,
dan kriteria tekstur kenyal, kompak, utuh dan lentur.

Kata Kunci : Kemasan, Mie sagu, Mikroalga (Chlorella sp.), Minyak ikan
2

THE EFFECT OF DIFFERENT PACKAGING ON THE CATFISH PROTEIN


CONCENTRATE SAGOO NOODLE FORTIFIED WITH MICROALGAE (Chlorella sp.)
AND CATFISH OIL (Pangasius hypopthalmus) STORED AT ROOM TEMPERATURE

By:
Muhammad Khairi Hanafi1), Syahrul2), Dewita Buchari2)
Email: muhammadkhairihanafi@ymail.com

Abstract

This research was intended to determine the effect of different packaging on the catfish protein
concentrate sagoo noodle fortified with microalgae (Chlorella sp.) and catfish oil (Pangasius
hypopthalmus) during room temperature storage. The method used in this study was
experimental andcomposedas non factorial completely random design. Those were three
treatment, namely: A1 HDPE (high density polyethylene) packaging, A2 alumunium foil
packaging, and A3 is alumunium foil and HDPE combination packaging. Those were grouped for
3 storage time, namely: B1 (day 0), B2 (days 15), dan B3 (days 30). The parameters used to assess
the quality of sagoo noodle were organoleptic value (consistence, flavor, aroma, and texture),
water content, fat, peroxide value, and the total colony bacteria. The product packed by using
the alumunium foil (A2) was showing the best quality, with characteristic of consistencewas
white, catchy, whole and tidy. The flavor was specific sagoo noodle, the aroma was also specific
sagoo noodle, and the texture was elastic, compact, whole and flexible.

Keyword : Package, Sagoo noodle, Microalgae (Chlorella sp), Fish oil

1) Student of Fisheries and Marine Sciences Faculty, University of Riau


2) Lecture of Fisheries and Marine Sciences Faculty, University of Riau
3

PENDAHULUAN menjelaskan aluminium foil mempunyai


sifat kedap air yang baik, permukaanya
Pengemasan adalah suatu bahan dapat memantulkan cahaya sehingga
yang digunakan untuk wadah atau tempat penampilannya menarik, permukaanya licin,
yang dikemas dan dapat memberikan dapat dibentuk sesuai dengan keinginan dan
perlindungan mencegah, mengurangi mudah dilipat, tidak terpengaruh oleh sinar,
kerusakan, melindungi bahan yang ada tahan terhadap temperatur tinggi sampai di
didalam nya dari segi pencermaran serta atas 290 °C, tidak berasa, tidak berbau, tidak
gangguan fisik seperti gesekan benturan dan beracun dan hygienis.
getaran (Nurminah, 2002). Faktor-faktor yang perlu
Pada saat ini produk pangan yang diperhatikan dalam pengemasan bahan
cukup diminati masyarakat adalah mie sagu, pangan antara lain sifat bahan pangan,
mie yang berbahan dasar dari tepung sagu kondisi lingkungan, dan jenis bahan
ini dikenal mudah diolah dan lebih kenyal. pengemas yang digunakan. Hubungan jenis
Diharapkan mie sagu ini mampu bahan pengemas dengan daya awet bahan
menggantikan mie yang berbahan dasar pangan yang dikemas ditentukan
terigu karena sagu dinilai produksinya yang berdasarkan permeabilitasnya. Permeabilitas
melimpah di provinsi Riau. merupakan transfer molekul air atau gas
Pengemasan merupakan syarat melalui kemasan baik dari produk ke
penting untuk mempertahankan mutu bahan lingkungan ataupun sebaliknya.
pangan karena kemasan berperan Permeabilitas uap air kemasan merupakan
melindungi bahan yang ada di dalamnya dari kecepatan atau laju transmisi uap air melalui
pertumbuhan dan pencemaran mikroba dari suatu unit luasan bahan dengan ketebalan
luar maupun mencegah masuknya benda tertentu akibat adanya perbedaan tekanan
asing, sehingga mutu tetap terjaga dan masa uap air antara produk dengan lingkungan
simpan dari bahan pangan yang dikemas pada suhu dan kelembaban tertentu.
menjadi lebih lama. Jenis pengemasan yang Semakin luas permukaan kemasan yang
digunakan untuk bahan kemasan sangat digunakan maka uap air yang masuk ke
berpengaruh pada lama penyimpanan dan lingkungan akan semakin tinggi dan akan
mutu bahan makanan. Kemasan juga tersebar lebih meluas di dalam kemasan,
membuat bahan pangan mudah sehingga kadar air kritis produk pun akan
didistribusikan. segera tercapai dan umur simpan produk
Pengemasan memiliki 2 peranan tidak lama (Robertson, 2010).
penting dalam industri pangan, peranan Seperti diketahui protein dan lemak
utama adalah memberi perlindungan merupakan zat gizi yang mudah mengalami
terhadap produk, peranan kedua adalah kerusakan. Kelembaban udara, suhu,
untuk mengiklankan produk pada bagian kontaminasi mikroba dapat mengakibatkan
penjualan (Kadoya, 1990). kerusakan pada mie sagu yang telah
Menurut Syarief, Santausa dan difortifikasi mikroalga dan minyak ikan,
Isyana (1989) Penggunaan plastik untuk untuk itu pentingnya produk dikemas
makanan cukup menarik karena sifat- dengan kemasan yang tepat agar tidak
sifatnya yang menguntungkan seperti luwes mengalami kerusakan.
mudah dibentuk, mempunyai adaptasi yang Mie sagu basah dinilai memiliki
tinggi terhadap produk, tidak korosif seperti umur simpan yang relatif singkat, kadar air
wadah logam, serta mudah dalam yang tinggi dan penambahan tepung
penanganannya. Rahmawati (2013) Chlorella dan minyak ikan pada mie sagu
4

akan berpengaruh pada tingkat ketengikan dan formulasi yang digunakan yaitu
mie sagu KPI, sehingga pengemasan formulasi terbaik menurut Indra (2015)
merupakan syarat yang penting untuk adalah formulasi Chlorella 5% dan minyak
mempertahankan mutu dan meningkatkan ikan patin 10%.
masa simpan dari mie sagu, pengemasan Setelah itu dilakukan pengemasan
juga akan melindungi mie sagu dari dengan menggunakan jenis kemasan yang
kontaminasi mikroorganisme, menjaga mie berbeda. Bahan kemasan yang digunakan
dari kerusakan kimiawi, serta yaitu kemasan HDPE (high density
mempermudah penyimpanan, dan distribusi. polyethylene), kemasan alumunium foil, dan
Sampai saat ini belum ditemukan kemasan kombinasi bahan alumunium foil
kemasan yang tepat untuk produk mie sagu dan HDPE, kemudian dilakukan
basah yang telah difortifikasi tepung pengamatan pada hari ke-0, 15, 30 hari
Chlorella sp. dan minyak ikan patin, untuk dengan penilaian organoleptik, uji kadar air,
itu penulis tertarik untuk meneliti pengaruh uji total koloni bakteri, analisis kadar lemak,
penggunaan kemasan berbeda terhdap mutu dan analisis kadar peroksida.
mi sagu konsenrat protein ikan yang
difortifikasi tepung mikroalga (Chlorella HASIL DAN PEMBAHASAN
sp.) dan minyak ikan jambal siam
(Pangasius Hypopthalmus) selama Penilaian organoleptik
penyimpanan suhu ruang. Berdasarkan hasil penilaian
organoleptik terhadap nilai rupa, rasa, aroma
METODE PENELITIAN dan tekstur mie sagu basah yang difortifikasi
tepung mikroalga Chlorella sp. dan minyak
Metode penelitian yang digunakan ikan jambal siam selama penyimpanan suhu
adalah eksperimen yaitu metode penelitian ruang, dari 25 panelis agak terlatih diperoleh
yang digunakan untuk mencari pengaruh hasil sebagai berikut:
perlakuan tertentu dalam kondisi yang
terkendalikan, rancangan yang digunakan Nilai oganoleptik rupa
adalah Rancangn Acak Kelompok (RAK) Hasil uji organoleptik terhadap rupa
non faktorial, yaitu pengemasan yang terdiri mie sagu KPI basah yang difortifikasi
dari tiga taraf perlakuan A1 yaitu kemasan tepung mikroalga Chlorella dan minyak
HDPE (high density polyethylene), A2 yaitu ikan jambal yang dihasilkan dapat dilihat
kemasan alumunium foil, dan A3 yaitu pada Tabel 1.
kemasan kombinasi bahan alumunium foil
dan HDPE, sedangkan sebagai kelompok Tabel 1. Nilai rupa mie sagu KPI basah yang
adalah lama penyimpanan yaitu B1 (0 hari), difortifikasi tepung mikroalga
B2 (15 hari), dan B3 (30 hari). Chlorella dan minyak ikan jambal
Parameter yang diukur yaitu nilai siam dengan kemasan berbeda
organoleptik (rupa, rasa, aroma dan tekstur), selama penyimpanan suhu ruang
analisis kadar air, kadar lemak, kadar Perlakuan
Kelompok (hari)
peroksida dan analisis total koloni bakteri. A1 A2 A3
Prosedur Penelitian 0 7,80 7,96 7,48
Penelitian ini dilakukan yaitu dengan 15 6,68 7,08 6,28
melakukan pembuatan mie sagu KPI basah 30 7,48 6,28 6,12
yang difortifikasi tepung mikroalga Berdasarkan analisis variansi
Chlorella sp. dan minyak ikan jambal siam, penggunaan kemasan terhadap mutu mie
5

sagu KPI basah yang difortifikasi tepung organopletik rasa selama pengamatan. Dari
Chlorella sp. dan minyak ikan jambal siam hasil penelitian nilai rupa terendah pada
berpengaruh nyata terhadap nilai perlakuan A3 dengan kriteria rasa spesifik
organopletik rupa selama pengamatan. Dari mie sagu berkurang (netral) dan nilai
hasil penelitian nilai rupa terbaik terdapat tertinggi pada perlakuan A2 dengan kriteria
pada perlakuan A2 dengan menggunakan spesifik mie sagu dan kurang enak.
kemasan alumunium foil dengan kriteria Kemasan Alumunium foil lebih mampu
rupa mie sagu KPI putih dengan sedikit mempertahankan nilai rasa oleh panelis, hal
kehijauan, menarik, utuh dan rapi. ini karena sifat alumunium foil yang
Sedangkan nilai rupa terendah terdapat pada permeabilitasnya terhadap udara sangat
perlakuan A3 dengan kriteria kurang rendah yang berujung pada mutu mie sagu
menarik, utuh, dan rapi. KPI, disamping itu kemasan alumunium
Menurut Winarno (1995), tidak mempengaruhi rasa dan aroma dari
menyatakan bahwa rupa lebih banyak mie sagu KPI bila dibandingkan dengan
melibatkan indera penglihatan dan kemasan polyethylene.
merupakan salah satu indikator untuk Seiring bertambahnya masa simpan
menentukan apakah bahan pangan diterima maka masing-masing perlakuan
atau tidak oleh konsumen, makanan yang mendapatkan nilai rasa yang menurun
berkualitas (rasa nya enak, bergizi, selama penyimpanan suhu ruang 0 hari
teksturnya baik) belum tentu disukai sampai 30 hari. Hal ini karena mie sagu KPI
konsumen bila warna bahan pangan tersebut yang disimpan dalam suhu ruang akan lebih
memiliki warna yang tidak enak dipandang rentan terhadap penurunan mutu terutama
oleh konsumen yang menilai. proses oksidasi lemak. Winarno (1995),
menjelaskan bahwa kerusakan lemak yang
Nilai organoleptik rasa utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik
Hasil uji organoleptik terhadap rasa yang disebut proses ketengikan. Hal ini
mie sagu KPI basah yang difortifikasi disebabkan oleh otooksidasi radikal asam
tepung Chlorella dan minyak ikan jambal lemak tidak jenuh di dalam lemak.
yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.
Nilai organoleptik aroma
Hasil uji organoleptik terhadap
Tabel 2. Nilai rasa mie sagu KPI basah yang aroma mie sagu KPI basah yang difortifikasi
difortifikasi tepung mikroalga tepung Chlorella dan minyak ikan jambal
Chlorella dan minyak ikan jambal yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 3.
siam dengan kemasan berbeda
selama penyimpanan suhu ruang Tabel 3. Nilai aroma mie sagu KPI basah
yang difortifikasi tepung mikroalga
Perlakuan Chlorella dan minyak ikan jambal
Kelompok (hari)
A1 A2 A3 siam dengan kemasan berbeda
0 8,04 8,28 7,80 selama penyimpanan suhu ruang
15 6,60 6,84 6,52
30 5,96 6,44 5,96 Perlakuan
Kelompok (hari)
A1 A2 A3
Berdasarkan analisis variansi 0 7,72 8,12 7,64
penggunaan kemasan terhadap mutu mi sagu 15 6,68 6,84 6,68
KPI basah yang difortifikasi tepung 30 6,52 6,36 6,44
Chlorella dan minyak ikan jambal siam Berdasarkan analisis variansi
berpengaruh nyata terhadap nilai penggunaan kemasan terhadap mutu mi sagu
6

KPI basah yang difortifikasi tepung pada perlakuan A2 (kemasan alumunium


Chlorella dan minyak ikan jambal siam foil bag) dengan kriteria sangat kenyal,
tidak berpengaruh terhadap nilai kompak, utuh, dan lentur. hal tersebut
organopletik aroma selama pengamatan. karena kemasan alumunium foil mampu
Aroma yang dihasilkan pada mie melindungi produk dari kelembaban karena
sagu KPI yaitu aroma khas mie sagu dan sifat permeabilitiasnya yang sangat rendah,
sedikit aroma khas tepung Chlorella, nilai kadar air yang konstan tersebut tidak
perubahan aroma yang didapatkan pada mampu mempengaruhi tektur mie sagu KPI.
akhir masa penyimpanan yaitu aroma khas Selama pengamatan nilai tekstur mie
mie sagu dan sedikit tercium aroma asing, sagu KPI terjadi penurunan, seiring dengan
aroma asing yang dimaksud adalah aroma peningkatan kadar air mie sagu KPI selama
tengik, Menurut Winarno (1995), molekul- penyimpanan, menurut Hadiwiyoto (1993)
molekul lemak yang mengandung radikal kadar air yang tinggi mengakibatkan
asam lemak tidak jenuh mengalami oksidasi pertumbuhan mikrobiologi serta perubahan
dan menjadi tengik. Bau tengik yang tidak suhu lingkungan. Terjadi penurunan nilai
sedap tersebut disebabkan oleh tekstur selama penyimpanan disebabkan
pembentukan senyawa-senyawa hasil oleh aktivitas mikroorganisme, kimiawi
pemecahan hidroperoksida. dan enzimatis.

Nilai oganoleptik tekstur Nilai kadar air


Hasil uji organoleptik terhadap Hasil uji kadar air terhadap mie sagu
tekstur mie sagu KPI basah yang KPI basah yang difortifikasi tepung
difortifikasi tepung Chlorella dan minyak Chlorella dan minyak ikan jambal yang
ikan jambal yang dihasilkan dapat dilihat dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 5.
pada Tabel 4.
Tabel 5. Nilai kadar air mie sagu KPI basah
Tabel 4. Nilai tekstur mie sagu KPI basah yang difortifikasi tepung mikroalga
yang difortifikasi tepung mikroalga Chlorella dan minyak ikan jambal
Chlorella dan minyak ikan jambal siam dengan kemasan berbeda
siam dengan kemasan berbeda selama penyimpanan suhu ruang
selama penyimpanan suhu ruang
Perlakuan
Perlakuan Kelompok (hari)
Kelompok (hari) A1 A2 A3
A1 A2 A3 0 27,23 27,00 28,80
0 7,72 8,12 7,64 15 29,00 28,40 31,00
15 6,68 6,84 6,68 30 32,00 31,23 33,30
30 6,52 6,36 6,44
Berdasarkan analisis variansi
Berdasarkan analisis variansi penggunaan kemasan terhadap mutu mi sagu
penggunaan kemasan terhadap mutu mi sagu KPI basah yang difortifikasi tepung
KPI basah yang difortifikasi tepung Chlorella dan minyak ikan jambal siam
Chlorella sp. dan minyak ikan jambal siam berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air.
berpengaruh nyata. Dari hasil penelitian Dari hasil penelitian nilai kadar air terendah
nilai tekstur terendah pada perlakuan A3 terdapat pada perlakuan A2 yaitu nilai kadar
dengan kriteria kenyal, kurang kompak, utuh air mie sagu KPI yang difortifikasi
dan lentur dan nilai tekstur tertinggi yaitu mikroalga Chlorella sp. Menggunakan
7

kemasan Alumunium foil. Hal tersebut penyimpanan lemak mengalami proses


disebabkan kemasan alumunium lebih oksidasi oleh udara yang ikut masuk
mampu menahan peningkatan kadar air kedalam kemasan pada proses sealing,
dibandingkan dengan kemasan lainnya, kerusakan lemak yang disebabkan oleh
sesuai dengan sifat alumunium foil yang reaksi oksidasi tersebut diduga semakin
kedap udara dan permeabilitas yang rendah. cepat karena penyimpanan mie sagu KPI
Menurut Hermianto et al (2000), pada suhu ruang. Menurut Hardini (2006),
hasil pengujian terhadap kemasan Oksidasi tidak di tentukan oleh besar
alumunium foil menunjukkan water vapour kecilnya jumlah lemak dalam bahan pangan
transmission rate (WVTR) yang sangat sehingga bahan yang mengandung lemak
rendah sebesar 2.684g/m2/ 24 jam. Nilai dalam jumlah kecilpun mudah mengalami
WVTR yang rendah menunjukkan kecilnya oksidasi. Dalam proses oksidasi sebagian
pori-pori dan luas permukaan kemasan besar asam-asam lemak tidak jenuh akan
sehingga menghambat kemampuan uap air rusak dengan bertambahnya umur dan hasil
untuk menembus kemasan. dari akibat kerusakan tersebut sebagian
besar dapat menguap. menurut Kataren
Nilai kadar lemak (1986) bahwa proses pembentukan
Hasil uji kadar lemak terhadap mie peroksida ini di percepat dengan adanya
sagu KPI basah yang difortifikasi tepung cahaya, suasana asam, kelembaban udara
Chlorella dan minyak ikan jambal yang dan katalis.
dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 6. Selama pengamatan dengan masa
penyimpanan dari 0 hari hingga 30 hari
Tabel 6. Nilai kadar lemak mie sagu KPI terjadi penurunan, hal ini disebabkan lemak
basah yang difortifikasi tepung mengalami kerusakan dan jumlahnya
mikroalga Chlorella dan minyak menurun seiring bertambahnya masa
ikan jambal siam dengan kemasan simpan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sri
berbeda selama penyimpanan suhu (1991), bahwa Lemak ikan bersifat mudah
ruang mencair pada suhu kamar. Sifat lain
daripada lemak daging ikan apabila ikan
Perlakuan
Kelompok (hari) disimpan, lemaknya akan mengalami
A1 A2 A3 hidrolisa bertahap dan terbentuklah gliserol
0 9,14 8,67 8,88 dan asam-asam lemak bebas yang
15 8,22 7,36 7,48 mempunyai berat molekul tinggi
30 7,56 7,24 7,35 dikarenakan aktivitas enzim-enzim lipase
dalam jaringan. Demikian juga dengan
Berdasarkan analisis variansi tingginya kandungan asam-asam lemak
penggunaan kemasan berbeda terhadap mutu tidak jenuh, lemak ikan tersebut sangat cepat
mi sagu KPI basah yang difortifikasi tepung mengalami oksidasi yang merupakan faktor
Chlorella dan minyak ikan jambal siam yang penting sekali dalam pengolahan dan
berpengaruh terhadap nilai kadar lemak. penyimpanan yang akan menghasilkan
Perlakuan A1 menggunakan kemasan HDPE peroksida, aldehid, keton, asam hidroksi dan
menunjukkan nilai kadar lemak tertinggi asam lemak yang mempunyai berat molekul
sedangkan perlakuan A2 menggunakan rendah, beberapa diantarnya bersifat racun.
kemasan Alumunium foil bag menunjukkan
kadar lemak terendah. penurunan lemak
tersebut karena seiring bertambahnya masa
8

Nilai total koloni bakteri yang berujung pada penurunan mutu dari
Hasil uji total koloni bakteri terhadap produk mie sagu KPI, menurut Winarno
mie sagu KPI basah yang difortifikasi (1995) kadar air yang tinggi mengakibatkan
tepung Chlorella dan minyak ikan jambal mudahnya bakteri dan jamur serta mikroba
yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 7. lainnya untuk berkembang biak sehingga
akan mempengaruhi mutu dari produk
Tabel 7. Nilai total koloni bakteri mie sagu tersebut. Semakin rendah kadar air suatu
KPI basah yang difortifikasi tepung produk, maka semakin tinggi daya tahan
mikroalga Chlorella dan minyak produk tersebut.
ikan jambal siam dengan kemasan
berbeda selama penyimpanan suhu Nilai kadar peroksida
ruang Hasil uji kadar peroksida terhadap
mie sagu KPI basah yang difortifikasi
Kelompok Perlakuan
tepung Chlorella dan minyak ikan jambal
(hari) A1 A2 A3 yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 8.
0 10,5 x 10 33,0 x 10 27,5 x 105
5 5

15 38,0 x 105 37,0 x 105 33,5 x 105 Tabel 8. Nilai kadar peroksida mie sagu KPI
30 43,5x 106 54,5 x 106 7,78 x 106 basah yang difortifikasi tepung
mikroalga Chlorella dan minyak
ikan jambal siam dengan kemasan
Berdasarkan analisis variansi
berbeda selama penyimpanan suhu
penggunaan kemasan bereda terhadap mutu
ruang
mi sagu KPI basah yang difortifikasi tepung
Chlorella dan minyak ikan jambal siam Perlakuan
tidak berpengaruh terhadap nilai total koloni Kelompok (hari)
A1 A2 A3
bakteri. Selama pengamatan nilai kadar air 0 0,23 0,33 0,19
pada mie sagu masing-masing perlakuan
15 0,84 1,17 0,56
mengalami peningkatan, karena mie sagu
dengan penambahan konsentrat protein ikan 30 1,78 2,06 1,24
patin mengandung zat gizi yang cukup yaitu
karbohidrat, protein, dan serat kasar yang di Berdasarkan analisis variansi
gunakan sebagai media untuk pertumbuhan penggunaan kemasan berbeda terhadap mutu
bakteri. Fardiaz (1992), menyatakan bahwa mi sagu KPI basah yang difortifikasi tepung
besarnya jumlah bakteri pada suatu bahan Chlorella dan minyak ikan jambal siam
pangan disebabkan terjadinya kontaminasi tidak berpengaruh terhadap nilai peroksida.
produk pada saat proses pengolahan produk Hasil pengujian bilangan peroksida mie sagu
maupun pada saat pengemasan produk basah yang difortifikasi tepung Chlorella
tersebut. Pada udara terdapat berbagai jenis dan minyak ikan jambal siam selama
mikrooganisme, sebagai pengkontaminasi penyimpanan suhu kamar mengalami
pada bahan pangan. peningkatan, hal ini disebabkan karena
Kenaikan kadar air mie sagu KPI pembentukan hidroperoksida.
yang meningkat selama penyimpanan Hidroperoksida tersebut salah satunya dapat
dipengaruhi oleh sirkulasi udara didalam terbentuknya dari reaksi oksidasi, menurut
kemasan sesuai sifat permeabilitas air Ketaren (1986) Proses oksidasi akan
masing-masing dari kemasan digunakan, berlangsung bila terjadi kontak antara
nilai kadar air yang meningkat tersebut sejumlah oksigen dengan rninyak atau
mampu mempercepat pertumbuhan bakteri lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan
9

mengakibatkan bau tengik pada lemak atau DAFTAR PUSTAKA


minyak.
Densitas atau kerapatan molekul Fardiaz. 1992. Mikrobiologi Pangan.
pada kemasan HDPE (0.95-0.96 g/cm3) Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
menurut Surdia dan Saito (1995) lebih Utama.
rendah dibandingkan dengan kemasan Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan
alumunium foil (2,7 g/cm3), kerapatan yang Hasil Perikanan. Jilid I Liberty,
lebih tinggi tersebut dianggap lebih mampu Yogyakarta. 275 hal- 278 hal
menghambat proses terjadinya proses Indra, M. 2015. Peningkatan Nilai Gizi Mie
oksidasi lemak. Sagu KPI Melalui Fortifikasi
Hasil pengujian bilangan peroksida Campuran Tepung Cholrella sp.
mie sagu basah yang difortifikasi tepung
dan Minyak Ikan Patin (Pangasius
mikroalga Chlorella sp, dan minyak ikan
jambal siam selama penyimpanan suhu Hypophthalmus) [skrpsi]. Fakultas
kamar masing-masing perlakuan mengalami Perikanan dan Ilmu Kelautan
peningkatan, Sudarmadji et al, (1997) Universitas Riau. Pekanbaru.
menjelaskan, besarnya peningkatan kadar Hardini, Dini. 2006. Angka Peroksida Telur
bilangan peroksida tergantung pada Omega Selama Proses Pengolahan
kecepatan reaksi oksidasi yang antara lain [skripsi]. Jurusan Pertanian,
dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan Sekolah Tinggi Teknologi
(kelembaban udara, oksigen, dan cahaya). Pertanian, Malang.
Kerusakan lemak dan minyak yang utama Hernianto, J. Arpah. M dan Kusuma. W.
adalah karena peristiwa oksidasi dan 2000. Penentuan Umur Simpan
hidrolitik, baik enzimatis baik nonenzimatis. Produk Ekstruksi dari Hasil
Samping Penggilingan Padi dengan
KESIMPULAN DAN SARAN Metode Konvensional. Jurnal
Teknologi Dan Industry Pangan
Kesimpulan (11):33-41.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Kadoya, T. 1990. Food Packaging.
disimpulkan bahwa penggunaan kemasan Academic Press. California.
berbeda pada mie sagu KPI basah yang Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi
difortifikasi tepung mikroalga Chlorella sp. Minyak dan Lemak Pangan. Edisi
dan minyak ikan jambal siam (Pangasius Pertama. UI Press. Jakarta.
hypopthalmus) selama penyimpanan suhu Nurminah, M, 2002. Penelitian Filsafat
ruang berpengaruh nyata terhadap nilai rupa, Berbagai Bahan Kemasan Plastik
rasa, tekstur, nilai kadar air dan kadar lemak dan Kertas Serta Pengaruhnya
namun tidak menberikan pengaruh terhadap Terhadap Bahan Yang Dikemas.
nilai aroma, nilai TPC dan nilai peroksida. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatra Utara. Medan.
Saran Robertson GL. 2010. Food Packaging and
Penulis menyarankan untuk penelitian Shelf Life: A Pratical Guide.
lanjutan untuk pendugaan masa simpan Rahmawati, F. 2013. Materi Pelatihan
produk mie sagu KPI fortifikasi tepung Pengemasan dan Pelabelan.
mikroalga Chlorella sp. dan minyak ikan Kelompok UPPKS BPPM DIY.
patin menggunakan kemasan alumunium Jakarta, 2000. (staff.uny.ac.id)
pada penyimpanan suhu ruang. diakses tangal 14-02-2015.
10

Syarief, R., S. Santausa dan St Isyana. 1989.


Tekhnologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses
Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB,
Bogor.
Sudarmadji, S., Bambang dan Suhardi.
1997. Prosedur Analisa untuk
Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Liberty.
Surdia, T. dan Saito S. 1985. Pengetahuan
Bahan Teknik. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita
Sri, Kanoni. 1991. Kimia dan Teknologi
Pengolahan Ikan. Proyek
Peningkatan Perguruan Tinggi.
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1995. Kimia Pangan dan
Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai