1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau
2)
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kemasan berbeda terhadap mutu
mie sagu KPI (Konsentrat Protein Ikan) basah yang difortifikasi tepung mikroalga (Chlorella
sp.) dan minyak ikan jambal siam (Pangasius hypopthalmus) selama penyimpanan suhu ruang.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen, rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Kelompok non faktorial, yaitu pengemasan yang terdiri dari tiga taraf
perlakuan yaitu A1 kemasan HDPE (high density polyethylene), A2 yaitu kemasan alumunium
foil, dan A3 yaitu kemasan kombinasi bahan alumunium foil dan HDPE, sedangkan sebagai
kelompok adalah lama penyimpanan yaitu B1 (0 hari), B2 (15 hari), dan B3 (30 hari). Parameter
yang diukur yaitu nilai organoleptik (rupa, rasa, aroma dan tekstur), analisis kadar air, kadar
lemak, kadar peroksida dan analisis total koloni bakteri. Penggunaan kemasan alumunium foil
(A2) sebagai kemasan mie sagu memberikan mutu terbaik selama penyimpanan dengan kriteria
rupa putih, menarik, utuh, dan rapi, kriteria rasa spesifik mie sagu, kriteria aroma khas mie sagu,
dan kriteria tekstur kenyal, kompak, utuh dan lentur.
Kata Kunci : Kemasan, Mie sagu, Mikroalga (Chlorella sp.), Minyak ikan
2
By:
Muhammad Khairi Hanafi1), Syahrul2), Dewita Buchari2)
Email: muhammadkhairihanafi@ymail.com
Abstract
This research was intended to determine the effect of different packaging on the catfish protein
concentrate sagoo noodle fortified with microalgae (Chlorella sp.) and catfish oil (Pangasius
hypopthalmus) during room temperature storage. The method used in this study was
experimental andcomposedas non factorial completely random design. Those were three
treatment, namely: A1 HDPE (high density polyethylene) packaging, A2 alumunium foil
packaging, and A3 is alumunium foil and HDPE combination packaging. Those were grouped for
3 storage time, namely: B1 (day 0), B2 (days 15), dan B3 (days 30). The parameters used to assess
the quality of sagoo noodle were organoleptic value (consistence, flavor, aroma, and texture),
water content, fat, peroxide value, and the total colony bacteria. The product packed by using
the alumunium foil (A2) was showing the best quality, with characteristic of consistencewas
white, catchy, whole and tidy. The flavor was specific sagoo noodle, the aroma was also specific
sagoo noodle, and the texture was elastic, compact, whole and flexible.
akan berpengaruh pada tingkat ketengikan dan formulasi yang digunakan yaitu
mie sagu KPI, sehingga pengemasan formulasi terbaik menurut Indra (2015)
merupakan syarat yang penting untuk adalah formulasi Chlorella 5% dan minyak
mempertahankan mutu dan meningkatkan ikan patin 10%.
masa simpan dari mie sagu, pengemasan Setelah itu dilakukan pengemasan
juga akan melindungi mie sagu dari dengan menggunakan jenis kemasan yang
kontaminasi mikroorganisme, menjaga mie berbeda. Bahan kemasan yang digunakan
dari kerusakan kimiawi, serta yaitu kemasan HDPE (high density
mempermudah penyimpanan, dan distribusi. polyethylene), kemasan alumunium foil, dan
Sampai saat ini belum ditemukan kemasan kombinasi bahan alumunium foil
kemasan yang tepat untuk produk mie sagu dan HDPE, kemudian dilakukan
basah yang telah difortifikasi tepung pengamatan pada hari ke-0, 15, 30 hari
Chlorella sp. dan minyak ikan patin, untuk dengan penilaian organoleptik, uji kadar air,
itu penulis tertarik untuk meneliti pengaruh uji total koloni bakteri, analisis kadar lemak,
penggunaan kemasan berbeda terhdap mutu dan analisis kadar peroksida.
mi sagu konsenrat protein ikan yang
difortifikasi tepung mikroalga (Chlorella HASIL DAN PEMBAHASAN
sp.) dan minyak ikan jambal siam
(Pangasius Hypopthalmus) selama Penilaian organoleptik
penyimpanan suhu ruang. Berdasarkan hasil penilaian
organoleptik terhadap nilai rupa, rasa, aroma
METODE PENELITIAN dan tekstur mie sagu basah yang difortifikasi
tepung mikroalga Chlorella sp. dan minyak
Metode penelitian yang digunakan ikan jambal siam selama penyimpanan suhu
adalah eksperimen yaitu metode penelitian ruang, dari 25 panelis agak terlatih diperoleh
yang digunakan untuk mencari pengaruh hasil sebagai berikut:
perlakuan tertentu dalam kondisi yang
terkendalikan, rancangan yang digunakan Nilai oganoleptik rupa
adalah Rancangn Acak Kelompok (RAK) Hasil uji organoleptik terhadap rupa
non faktorial, yaitu pengemasan yang terdiri mie sagu KPI basah yang difortifikasi
dari tiga taraf perlakuan A1 yaitu kemasan tepung mikroalga Chlorella dan minyak
HDPE (high density polyethylene), A2 yaitu ikan jambal yang dihasilkan dapat dilihat
kemasan alumunium foil, dan A3 yaitu pada Tabel 1.
kemasan kombinasi bahan alumunium foil
dan HDPE, sedangkan sebagai kelompok Tabel 1. Nilai rupa mie sagu KPI basah yang
adalah lama penyimpanan yaitu B1 (0 hari), difortifikasi tepung mikroalga
B2 (15 hari), dan B3 (30 hari). Chlorella dan minyak ikan jambal
Parameter yang diukur yaitu nilai siam dengan kemasan berbeda
organoleptik (rupa, rasa, aroma dan tekstur), selama penyimpanan suhu ruang
analisis kadar air, kadar lemak, kadar Perlakuan
Kelompok (hari)
peroksida dan analisis total koloni bakteri. A1 A2 A3
Prosedur Penelitian 0 7,80 7,96 7,48
Penelitian ini dilakukan yaitu dengan 15 6,68 7,08 6,28
melakukan pembuatan mie sagu KPI basah 30 7,48 6,28 6,12
yang difortifikasi tepung mikroalga Berdasarkan analisis variansi
Chlorella sp. dan minyak ikan jambal siam, penggunaan kemasan terhadap mutu mie
5
sagu KPI basah yang difortifikasi tepung organopletik rasa selama pengamatan. Dari
Chlorella sp. dan minyak ikan jambal siam hasil penelitian nilai rupa terendah pada
berpengaruh nyata terhadap nilai perlakuan A3 dengan kriteria rasa spesifik
organopletik rupa selama pengamatan. Dari mie sagu berkurang (netral) dan nilai
hasil penelitian nilai rupa terbaik terdapat tertinggi pada perlakuan A2 dengan kriteria
pada perlakuan A2 dengan menggunakan spesifik mie sagu dan kurang enak.
kemasan alumunium foil dengan kriteria Kemasan Alumunium foil lebih mampu
rupa mie sagu KPI putih dengan sedikit mempertahankan nilai rasa oleh panelis, hal
kehijauan, menarik, utuh dan rapi. ini karena sifat alumunium foil yang
Sedangkan nilai rupa terendah terdapat pada permeabilitasnya terhadap udara sangat
perlakuan A3 dengan kriteria kurang rendah yang berujung pada mutu mie sagu
menarik, utuh, dan rapi. KPI, disamping itu kemasan alumunium
Menurut Winarno (1995), tidak mempengaruhi rasa dan aroma dari
menyatakan bahwa rupa lebih banyak mie sagu KPI bila dibandingkan dengan
melibatkan indera penglihatan dan kemasan polyethylene.
merupakan salah satu indikator untuk Seiring bertambahnya masa simpan
menentukan apakah bahan pangan diterima maka masing-masing perlakuan
atau tidak oleh konsumen, makanan yang mendapatkan nilai rasa yang menurun
berkualitas (rasa nya enak, bergizi, selama penyimpanan suhu ruang 0 hari
teksturnya baik) belum tentu disukai sampai 30 hari. Hal ini karena mie sagu KPI
konsumen bila warna bahan pangan tersebut yang disimpan dalam suhu ruang akan lebih
memiliki warna yang tidak enak dipandang rentan terhadap penurunan mutu terutama
oleh konsumen yang menilai. proses oksidasi lemak. Winarno (1995),
menjelaskan bahwa kerusakan lemak yang
Nilai organoleptik rasa utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik
Hasil uji organoleptik terhadap rasa yang disebut proses ketengikan. Hal ini
mie sagu KPI basah yang difortifikasi disebabkan oleh otooksidasi radikal asam
tepung Chlorella dan minyak ikan jambal lemak tidak jenuh di dalam lemak.
yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2.
Nilai organoleptik aroma
Hasil uji organoleptik terhadap
Tabel 2. Nilai rasa mie sagu KPI basah yang aroma mie sagu KPI basah yang difortifikasi
difortifikasi tepung mikroalga tepung Chlorella dan minyak ikan jambal
Chlorella dan minyak ikan jambal yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 3.
siam dengan kemasan berbeda
selama penyimpanan suhu ruang Tabel 3. Nilai aroma mie sagu KPI basah
yang difortifikasi tepung mikroalga
Perlakuan Chlorella dan minyak ikan jambal
Kelompok (hari)
A1 A2 A3 siam dengan kemasan berbeda
0 8,04 8,28 7,80 selama penyimpanan suhu ruang
15 6,60 6,84 6,52
30 5,96 6,44 5,96 Perlakuan
Kelompok (hari)
A1 A2 A3
Berdasarkan analisis variansi 0 7,72 8,12 7,64
penggunaan kemasan terhadap mutu mi sagu 15 6,68 6,84 6,68
KPI basah yang difortifikasi tepung 30 6,52 6,36 6,44
Chlorella dan minyak ikan jambal siam Berdasarkan analisis variansi
berpengaruh nyata terhadap nilai penggunaan kemasan terhadap mutu mi sagu
6
Nilai total koloni bakteri yang berujung pada penurunan mutu dari
Hasil uji total koloni bakteri terhadap produk mie sagu KPI, menurut Winarno
mie sagu KPI basah yang difortifikasi (1995) kadar air yang tinggi mengakibatkan
tepung Chlorella dan minyak ikan jambal mudahnya bakteri dan jamur serta mikroba
yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 7. lainnya untuk berkembang biak sehingga
akan mempengaruhi mutu dari produk
Tabel 7. Nilai total koloni bakteri mie sagu tersebut. Semakin rendah kadar air suatu
KPI basah yang difortifikasi tepung produk, maka semakin tinggi daya tahan
mikroalga Chlorella dan minyak produk tersebut.
ikan jambal siam dengan kemasan
berbeda selama penyimpanan suhu Nilai kadar peroksida
ruang Hasil uji kadar peroksida terhadap
mie sagu KPI basah yang difortifikasi
Kelompok Perlakuan
tepung Chlorella dan minyak ikan jambal
(hari) A1 A2 A3 yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 8.
0 10,5 x 10 33,0 x 10 27,5 x 105
5 5
15 38,0 x 105 37,0 x 105 33,5 x 105 Tabel 8. Nilai kadar peroksida mie sagu KPI
30 43,5x 106 54,5 x 106 7,78 x 106 basah yang difortifikasi tepung
mikroalga Chlorella dan minyak
ikan jambal siam dengan kemasan
Berdasarkan analisis variansi
berbeda selama penyimpanan suhu
penggunaan kemasan bereda terhadap mutu
ruang
mi sagu KPI basah yang difortifikasi tepung
Chlorella dan minyak ikan jambal siam Perlakuan
tidak berpengaruh terhadap nilai total koloni Kelompok (hari)
A1 A2 A3
bakteri. Selama pengamatan nilai kadar air 0 0,23 0,33 0,19
pada mie sagu masing-masing perlakuan
15 0,84 1,17 0,56
mengalami peningkatan, karena mie sagu
dengan penambahan konsentrat protein ikan 30 1,78 2,06 1,24
patin mengandung zat gizi yang cukup yaitu
karbohidrat, protein, dan serat kasar yang di Berdasarkan analisis variansi
gunakan sebagai media untuk pertumbuhan penggunaan kemasan berbeda terhadap mutu
bakteri. Fardiaz (1992), menyatakan bahwa mi sagu KPI basah yang difortifikasi tepung
besarnya jumlah bakteri pada suatu bahan Chlorella dan minyak ikan jambal siam
pangan disebabkan terjadinya kontaminasi tidak berpengaruh terhadap nilai peroksida.
produk pada saat proses pengolahan produk Hasil pengujian bilangan peroksida mie sagu
maupun pada saat pengemasan produk basah yang difortifikasi tepung Chlorella
tersebut. Pada udara terdapat berbagai jenis dan minyak ikan jambal siam selama
mikrooganisme, sebagai pengkontaminasi penyimpanan suhu kamar mengalami
pada bahan pangan. peningkatan, hal ini disebabkan karena
Kenaikan kadar air mie sagu KPI pembentukan hidroperoksida.
yang meningkat selama penyimpanan Hidroperoksida tersebut salah satunya dapat
dipengaruhi oleh sirkulasi udara didalam terbentuknya dari reaksi oksidasi, menurut
kemasan sesuai sifat permeabilitas air Ketaren (1986) Proses oksidasi akan
masing-masing dari kemasan digunakan, berlangsung bila terjadi kontak antara
nilai kadar air yang meningkat tersebut sejumlah oksigen dengan rninyak atau
mampu mempercepat pertumbuhan bakteri lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan
9