Anda di halaman 1dari 18

Topik: Ketuban Pecah Dini

Tanggal (kasus): 07-11-2017 Presenter: dr. Arrasyid Lia Utami


Tanggal presentasi: 07-10-2017 Narasumber: dr.Panggayuh Sp.OG
Pendamping: dr. Neneng Tresna Imawati
dr. Agus Suprapto,SH

Tempat presentasi: Ruang Kenari RS. TK.IV Dr. Bratanata Jambi


Obyektif presentasi:
□ Keilmuan
√ □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□Neonatus □ Bayi □Anak □ Remaja □Dewasa √ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi:
Paien masuk dengan keluhan susah BAB, dan kotoran BAB seperti tahi kambing sejak 2 Bulan
Terakhir
□ Tujuan:
- Mampu mengenali Ketuban Pecah Dini dan terapi yang diberikan pada penderita.
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset √ Kasus □ Audit
Cara membahas: □Diskusi √Presentasi dan diskusi □ E‐mail □ Pos

Data pasien: Nama: Ny. S No Registrasi: 29-73-82


Nama RS: Rumkit TK.IV Dr. Bratanata Usia: 31 th Terdaftar Sejak:
Jambi 17-11-2017
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
Pasien mengeluhkan keluar rembesan cairan pervaginam sejak 2 hari SMRS
1. Diagnostik/ GambaranKlinis:
Autoanamnesa dilakukan pada (16.30 WIB tanggal 7 November 2017)
Ny. S. G1P0A0 hamil 37-39 minggu datang ke Rumah Sakit RS DR. Bratanata TK IV kota
Jambi dengan mengeluh keluar rembesan cairan dari jalan lahir sejak 2 hari SMRS, cairan
berwarna bening dengan volume + 50cc. Cairan keluar dirasakan setelah terbangun dari
tidurnya sejak 2 hari SMRS. Cairan tidak disertai lendir ataupun darah. Cairan keluar secara

1
tiba-tiba dan dirasakan merembes terus menerus.
Pasien juga mengeluh perut dan pinggangnya mulai terasa kencang yang dirasakan nyeri
beberapa saat setelah cairan keluar. Pasien mengaku kencang yang dirasakan kurang lebih
dalam satu jam terasa dua hingga tiga kali dan hilang dalam waktu yang tidak lama.

Pasien tidak mengalami demam , tidak batuk pilek , tidak diare , tidak anyang-anyangan ,
tidak ada mual muntah dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga. BAB dan BAK dalam
batas normal selama kehamilan.
Pasien merupakan seorang ibu hamil anak pertama (G1P0A0) dengan usa kehamilan aterm
(39 minggu), gerakan janin diarasakan sejak usia kehamilan 24 minggu. Selama kehamilan
pasien rutin memeriksakan diri ke bidan , pasien tidak merokok , tidak mengonsumsi alkohol
dan tidak menonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang.
2. RiwayatMenstruasi
Pasien mestruasi pertama kali pada usia 14 tahun siklus 28 hari teratur. Banyaknya haid 2-3
pembalut/hari dan nyeri dirasakan 2 – 3 hari pertama menstruasi

HPHT : 6 Februari 2017


TP : 13 November 2017
3. Status Pernikahan
Pasien menikah 1x pada tahun 2014 pada usia 28 tahun dan suami usia 35 tahun
4. Riwayat Obstetri
G1P0A0 Hamil 37- 39 minggu tanpa riwayat persalinan sebelumnya
5. Riwayat Kehamilan
Pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan
Pasien sudah mendapat suntikan TT sebanyak 2x
6. Riwayat KB
Pasien tidak menggunakan KB
7. Riwayat Pengobatan
-
8. Riwayat Operasi
-

2
9. Riwayat Kesehatan/Penyakit
-
10. Riwayat Keluarga
RIwayat DM & HT keluarga disangkal
11. RIwayat Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Daftar Pustaka:
1. Manuaba IBG. Penghantar kuliah obstetri. Jakarta: Penerbit EGC;2007.h.456-605.
2. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2011.h.677-81.
3. Current diagnosis and treatment obstetrics and gynecology. In editor: Edmoson K, Sydor AM.
United Stated of America: McGraw-Hill;2007.p.279-81.
4. Norwitz ER, Schorge JO. At a glance obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga;2008.h.118-9.
5. Bickley, Lynn S. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi 8. Jakarta:
Penerbit EGC;2009.h.421-35.

Hasil Pembahasan:

1. Diagnosa KPD
2. Tatalaksana KPD
3. Komplikasi KPD
Subyektif
Pasien mengeluhkan keluar rembesan cairan dari jalan lahir sejak 2 hari SMRS.

Obyektif
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Tampak kesakitan
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda vital
Tekanan Darah: 140/90 mmHg

3
Nadi : 82 kali/menit, kualitas kuat
Suhu : 36,4°C
SpO2 : 99%
Berat Badan : 65 Kg

d. Kepala
Kepala : Normosefali.
Rambut : Rambut berwarna hitam, tebal, distribusi merata, tidak terdapat alopesia.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor 3mm/3mm,
reflek cahaya (+/+).
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Septum nasi tidak deviasi,secret (+).
Mulut : Tidak ada kelainan.
Lidah : Bentuk simetris, tidak tremor, tidak kotor, warna merah keputihan.
Faring : Tidak tampak hiperemis, tidak edema, tidak ada abses, tidak ada
pseudomembran.
Tonsil : Warna merah muda, tidak hiperemis, tidak ada abses/pseudomembran.
e. Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Kelenjar Tyroid (-), kaku kuduk (-) ,
massa (-)
f. Toraks
1. Pulmo
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ditemukan retraksi dinding dada.
Palpasi : Vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikule (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (+/+)
2. Cor
Inspeksi : Ictuscordis tidak terlihat
Palpasi : Tidak teraba adanya thrill, apeks tidak teraba
Perkusi : Batas kanan : ICS IV LPS kanan
Batas kiri : ICS V LMC kiri
Batas atas : ICS II LPS kanan

4
Auskultasi : Suara jantung normal, bising (-), gallop(-).

g. Abdomen
Inspeksi : Supel, Strie (+), dinding abdomen cembung
Palpasi : Abdomen Soepel, Hepar dan lien tidak teraba
Auskultasi : Bising usus ( + ) normal
Perkusi : Suara ketuk tympani

h. Genitalia eksterna
Labia mayora/minora : simetris
Pembengkakan kelenjar bartolini : tidak ada
Pengeluaran secret vagina : air-air berbau amis, dengan volume + 50cc.

i. Ekstremitas
Ekstremitas atas : akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 s.
Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 s.

Pemeriksaan Ginekologi
a. Pemeriksaan Luar
Di jumpai adanya rembesan cairan pervaginam dengan jumlah + 50cc
b. Inspekulo
- Portio : bulat
- Oue : tertutup
- Fluksus : rembesan cairan
- Flour : (-)
- Polip : (-)
- Cavum Douglasi: Tidak menonjol

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan darah rutin (07-11- 2017)

5
Pemeriksaaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 12,6 11-16 g/dL
Hematokrit 38,8 35-47 %
Leukosit 20,4 4-11 ribu/ul
Trombosit 291 150-450 ribu/ul
Eritrosit 4,95 4 -5.5 juta/ul
MCV/MCH/MCHC
MCV 79,6 80-100 Fl
MCH 25,7 26-34 Pg
MCHC 32.5 32-36 g/dl
RDW-CV 14,4 11-16 %
Mixed(EO/Mo/Ba) 9,5 3-10 %
Limfosit 10 20-40 %
Neutrofil 83 40-70 %

“Assessment”
A. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya tanda – tanda
persalinan, yang dapat terjadi pada kehamilan preterm dan pada kehamilan aterm. Hal ini dapat
terjadi pada kehamilan aterm yaitu, pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu maupun pada
kehamilan preterm yaitu sebelum usia kehamilan 37 minggu (Sujiyantini, 2009). Ada teori yang
menghitung berapa jam sebelum in partu, dan ada juga yang menyatakan dalam ukuran pecahnya
ketuban sebelum inpartu , yaitu bila pembukaan serviks pada kala I kurang dari 2 cm pada
primipara dan pada multipara kurang dari 5 cm.Namun pada prinsipnya adalah ketuban yang
pecah sebelum waktunya.3

6
B. Epidemiologi
Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8 % sampai 10 % dari semua kehamilan.Pada
kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6% sampai 19 %, sedangkan pada kehamilan
preterm insidensinya 2 % dari semua kehamilan (Sualman, 2009). Kejadian ketuban pecah dini
di Amerika Serikat terjadi pada 120.000 kehamilan per tahun dan berkaitan dengan resiko tinggi
terhadap kesehatan dan keselamatan ibu, janin dan neonatal (Mercer, 2003). Sebagian besar
ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan
terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas
perinatal disebabkan oleh prematusitas. Ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab
prematuritas dengan insidensi 30 % sampai dengan 40 % (Sualman,2009).

C. Etiologi
Penyebab dari ketuban pecah dini masih belum diketahui secara pasti. Ada banyak teori
mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, infeksi, inkompetensi serviks, gemelli,
hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik serta perubahan pada selaput ketuban
baik secara biomekanik dan fisiologik. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan
infeksi (sampai 65 %). 3,5
Secara teoritis pecahnya selaput ketuban adalah karena hilangnya elastisitas yang terjadi
pada daerah tepi robekan selaput ketuban dengan perubahan yang besar. Hilangnya elastisitas
selaput ketuban ini sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena
penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput ketuban terdapat
pada amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblast serta pada korion di daerah lapisan retikuler
dan trofoblas, dimana sebagian besar jaringan kolagen terdapat pada lapisan penunjang (dari
epitel amnion sampai dengan epitel basal korion). Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 dan prostaglandin.Adanya infeksi dan
inflamasi menyebabkan bakteri penyebab infeksi mengeluarkan enzim protease dan mediator
inflamasi interleukin-1 dan prostaglandin. Mediator ini menghasilkan kolagenase jaringan
sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion/ amnion menyebabkan selaput
ketuban tipis, lemah, dan mudah pecah spontan. Selain itu mediator tersebut membuat uterus
berkontraksi sehingga membran mudah ruptur akibat tarikan saat uterus berkontraksi.3,7

7
Taylor,dkk telah menyelidiki bahwa ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal
sebagai berikut 6
 Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-
penyakit seperti pielonefritis, sistitis, servisitis, dan vaginitis terdapat bersama-sama
dengan motilitas rahim.
 Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).
 Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).
 Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi, disproporsi,
cervix incompten, dll.
 Ketuban pecah dini artificial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
Amnion
Cairan amnion normalnya jernih dan menumpuk didalam rongga amnion akan meningkat
jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai aterm, saat terjadi penurunan
volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal. Pada kehamilan aterm rata-rata terdapat
1000ml cairan amnion, walaupun jumlah inibervariasi dari beberapa mililiter sampai pada
beberapa liter pada keadaaan abormal (oligohidramnion, polihidramnion atau hidramnion)
Normalnya ketuban pecah secara spontan pada waktu proses persalinan yaitu pada akhir
kala I atau awal kala II, diakibatkan oleh kontraksi uterus yang berulang-ulang. 1,4 Pada banyak
kasus obstetrik, pecahnya ketuban secara dini pada kehamilan dini merupakan penyebab
tersering pelahiran preterm.Secara umum air ketuban mempunyai fungsi 1) melindungi janin
terhadap trauma dari luar, 2 )memungkinkan janin bergerak dengan bebas, 3) melindungi suhu
tubuh janin, 4) meratakan tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga serviks membuka, dan
5)membersihkan jalan lahir- jika ketuban pecah dengan cairan yang steril, dan mempengaruhi
keadaan dalam vagina sehingga bayi kurang mengalami infeksi. Volume air ketuban pada hamil
cukup bulan 1000-1500 ml, warna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas agak amis
dan manis. Mempunyai berat jenis 1.008, terdiri dari 80% air, dan sisanya terdiri dari garam
anorganik serta bahan organic, protein 2,6% sebagian besar albumin.3
Faktor penyebab lain:
1. Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara
ruang intraamnion dengan dunia luar

8
2. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran
infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion
3. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui
plasenta (sirkulasi fetomaternal)
4. Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang
terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.
Kuman yang sering ditemukan : Streptococcus, Staphylococcus (gram positif), E.coli
(gram negatif), Bacteroides, Peptococcus (anaerob).

D. Mekanisme Ketuban Pecah Dini


Ketuban pecah dalam persalinan secara umum di sebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena daerah tertentu terjadi prubahan biokimia
yang menyebabkan selaput selaput ketuban inferior rapuh. Bukan krena seluruh selaput ketuban
rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan dan menyebabkan selaput ketuban
pecah.
Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah:
 Berkurangnya asam askorbit sebagai komponen kolagen
 Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal
karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh
inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah degradasi
proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Aktivitas degradasi proreolitik ini
meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan
MMP, cenderung terjadi Ketuban Dinit.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput mu
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan
biokimiapada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal

9
fisiologis. Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur di sebabkan oleh adanya faktor-faktor
eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering
terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.

E. Diagnosis
Diagnosis harus ditegakkan secara tepat dan efisien.Pemeriksaan yang berulang pada vagina,
baik itu pemeriksan dalam ataupun inspekulum tidak boleh terlalu sering dilakukan untuk
mengurangi terjadinya infeksi.
1. Gejala subjektif
Pasien dengan ketuban pecah dini mengeluh adanya keluar air ketuban warna putih
keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. Kebocoran
cairan jernih dari vagina merupakan gejala yang khas.Dapat disertai demam jika sudah ada
infeksi.Pasien tidak sedang dalam masa persalinan.Tidak ada nyeri maupun kontraksi uterus.
Riwayat haid pasien, umur kehamilan pasien diperkirakan dari hari haid terakhir dan
umur kehamilan lebih dari 20 minggu.
2. Pemeriksaan Fisik
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan apakah ketuban sudah pecah atau belum,
terutama bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil.
a. Pemeriksaan umum
Suhu nomal kecuali bila disertai infeksi suhu ibu dapat mencapai >3 8 ̊C, dan
dapat juga disertai takikardi.
b. Pemeriksaan abdomen :
Uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus harus diukur dan
dibandingakan dengan tinggi yang diharapkan menurut hari haid terakhir. Palpasi
abdomen memberikan perkiraan ukuran janin dan presentasi maupun cakapnya
bagian presentasi.
c. Pemeriksaan Genitalia
 Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum. Verniks kaseosa, rambut,
lanugo, atau bila telah terinfeksi dan berbau.
 Inspekulo: Pemeriksaan spekulum pertama kali dilakukan untuk memeriksa
adanya cairan amnion dalam vagina. Lihat dan perhatikan apakah memang air

10
ketuban keluar dari ostium uteri eksternum apakah ada bagian selaput ketuban
yang sudah pecah. Gunakan kertas lakmus: bila menjadi biru (basa) adalah air
ketuban, bila merah adalah urin. Karena cairan alkali amnion mengubah pH
asam normal vagina, kertas nitrazin dapat dipakai untuk mengukur pH vagina.
Kertas nitrazin menjadi biru bila ada cairan alkali amnion. Bila diagnosa tidak
pasti, adanya lanugo, atau bentuk kristal daun pakis cairan amnion kering
(ferning) dapat membantu.Bila kehamilan belum cukup bulan, penentuan rasio
lesitin-sfingomielin dan fosfatidilgliserol membantu dalam evaluasi
kematangan paru janin. Bila ada kecurigaan infeksi, apusan diambil dari
kanalis servikalis untuk pemeriksaan kultur serviks terhadap streptokokus beta
grup B, klamidia, dan gonorea (pada populasi tertentu).
 Pemeriksaan vagina steril menentukan penipisan dan dilatasi serviks.
Pemeriksaan vagina juga mengidentifikasi bagian presentasi janin dan
menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat. Periksa dalam harus dihindari
kecuali jika pasien jelas berada dalam masa persalinan atau telah ada
keputusan untuk melahirkan.
d. Pemeriksaan pH forniks posterior adalah basa.
Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten = LP = lag
period. Makin muda umur kehamilan, makin panjang LP-nya. Sedangkan lamanya persalinan
lebih pendek, yaitu primi 10 jam dan multi 6 jam.5,8,9
Jika pasien mengalami infeksi intraamnion, dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu
maternal >38 0 C, takikardi fetal, nyeri pada fundus, discharge vagina yang purulen, takikardi
maternal.1

3. Pemeriksaan penunjang
1. Tes lakmus (tes nitrazine)
PH normal vagina 4,5-5,5, cairan amnion bersifat basa yaitu pH antara 7,0-7,5, maka
kertas lakmus merah berubah menjadi biru.Pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas
mendekati 90%. False dapat terjadi apabila ada : larutan antiseptic, darah, urine, atau
infeksi pada vagina.
2. Tes fern/Pakis

11
Kristalisasi dari cairan amnion yang sering membentuk gambaran daun pakis, terdapat
lanugo dan skuama anukleat.Perdarahan pervaginum dapat menyebabkan gambaran ini
sulit terlihat.

3. Tes evaporasi
Diambil sample dari endoserviks kemudian dipanaskan sampai menguap, bila cairan
putih yang tertinggal maka tes (+), bila warna cokelat maka membrane masih intak.
4. USG
Pemeriksaan ini sebenarnya tidak terlalu diperlukan, tetapi dapat digunakan untuk
mengukuran diameter biparietal, sirkumferensia tubuh janin, dan panjangnya femur
untuk memberikan perkiraan umur kehamilan, posisi janin, lokasi plasenta,
memperkirakan berat janin, menghitung indeks cairan amnion, gradasi plasenta serta
jumlah air ketuban.
Diameter biparitel lebih dari 9,2cm pada pasien nondiabetes atau plasenta tingkat III
biasanya berhubungan dengan maturitas paru janin.Sonografi dapat mengidentifikasi
kehamilan ganda, anomali janin, atau melokalisasi kantong cairan amniosentesis.
5. Amniosintesis
Digunakan untuk mengetahui rasio lesitin-sfingomielin dan fosfotidigliserol yang
berguna untuk mengevaluasi kematangan janin.
6. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan awal korioamnionitis.
7. Laboratorium
Hitung darah lengkap dengan apusan darah: Leukositosis >15000/mm3 dengan
peningkatan bentuk batang pada apusan tepi menunjukkan infeksi intrauterine.
8. Nilai bunyi jantung janin dengan stetoskop Laenec atau dengan fetal phone atau CTG.
Bila ada infeksi intrauterin atau peningkatan suhu, bunyi jantung janin akan meningkat.

F. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

12
1. Pastikan diagnosis
2. Tentukan umur kehamilan
3. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
4. Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin
Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan je keluar dari vagina yang kadang kadang
disertai tanda-tanda lain dari persalinan.
Diagnosis Ketuban Pecah Dini prematur dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban
keluar dari kavum uteri. Pemeriksaan pH vagina perempuan hamil sekitar 4,5; bila ada cairan
ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin akan menaikkan pH vagina.
Dengan pemeriksaan ultrasound adanya Ketuban Pecah Dini dapat dikonfirmasikan  adanya
dengan adanya oligohidramnion. Bila air ketuban normal agaknya ketuban pecah dapat
diragukan serviks.
Penderita dengan kemungkinan Ketuban Pecah Dini harus masuk rumah sakit untuk
diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang
untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis, gawat janin,
persalinan diterminasi. Bila Ketuban Pecah Dini ada kehamilan prematur, diperlukan
penatalaksanaan yang komprehensif. Secara umum penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini yang
tidak dalam persalinan tidak ada infeksi dan gawat janin. Penatalaksanaan bergantung pada usia
kehamilan.

G. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat
terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio Sesarea, atau gagalnya persalinan normal.
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera di susul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalm 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi

13
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ktuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya
terjadi koreoamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah prematur, infeksi
lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder sebanding dengan
lamanya periode laten.
3. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban teriadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin
derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, Janin semakin gawat.
4. sindrom Deformitas Janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin ter-
hambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi
pulmonary

“ Plan”
Diagnosa Masuk IGD : Ketuban Pecah Dini
Terapi di UGD
- O2 2-4L/i
- IVFD RL 20gtt/I Makro
- Ijn. Ceftriaxon 2x1g
PO : Metyldopa 3x 5mg

14
“Follow Up”

7 November 2017
Tanggal 8 November 2017
21:15 WIB
S - -
O: Kontraksi abdomen (-) TD: -
140/100mmHG
A: Pre Op - Post op
P: Ivfd RL 20gtt/i - D5: RL-Dextrose+NAcl+ drip Ketorolac 2 amp.
Metyldopa 3x 5mg 20gtt/i Kolf pertama
Cek elektrolit, EKG Cefotaxime 3x 1g
Metronidazol 3x 1g
Dower cateter
Boleh minum Bising usus +
Pengawasan

9 November 2017
Tanggal
09:15 WIB
S -
O: Peristaltik (+)
A: Post Op
P: Cefotaxime 3x 1g
Ketorolac 3x1g
Metronidazol 3x 1g
Aff infuse
Dower cateter aff
Mobilisasi bertahap
15
16
DAFTAR HADIR

NAMA KEGIATAN : PORTOFOLIO TANGGAL : Desember 2017


JUDUL : KPD
OLEH : dr. Arrasyid Lia Utami
Narasumber: dr.Panggayuh Sp.OG
Pendamping: dr. Neneng Tresna Imawati
dr. Agus Suprapto,SH

NO. NAMA PARAF

Jambi, 07 Oktober 2017

Dokter Pembimbing Pembimbing

Dr. Agus Suprapto,SH dr.Panggayuh Sp.OG

17
18

Anda mungkin juga menyukai