Anda di halaman 1dari 8

HASIL DISKUSI KELOMPOK 3 KELAS E

TOPIK GAMBARAN UMUM UU. NO. 36 TAHUN 2009

TENTANG KESEHATAN

1. Ade Iswari Mangandu 19111101082


Pada pasal 30 fasilitas pelayanan kesehatan mencakup 3 tingkatan apakah
yang berbeda dari ketiganya?

Jawaban :
- Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf A memberikan pelayanan kesehatan dasar.
- Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat kedua sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf B memberikan pelayanan kesehatan spesialistik.
- Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat ketiga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf C memberikan pelayanan kesehatan subspesialistik.

Sumber : https://duwitmu.com/asuransi/kenapa-wajib-tahu-rujukan-bpjs-
kesehatan/

2. Desty Rerung 19111101182


Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/ atau masyarakat. Nah pertanyaan
saya,bagaimana upaya pelayanan kesehatan terhadap pendekatan rehabilitatif?
Jawaban :
Istilah rehabilitatif diartikan sebagai "pemulihan".Yang dimaksud dengan
rehabilitatif kesehatan atau upaya kesehatan rehabilitatif adalah suatu upaya
maupun rangkaian kegiatan yang ditujukan kepada bekas penderita (pasien
yang sudah tidak menderita penyakit) agar dapat berinteraksi secara normal
dalam lingkungan sosial.
Usaha rehabilitatif ini memerlukan bantuan dan pengertian dari seluruh
anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keadaan mereka
(bekas penderita),sehingga memudahkan mereka (bekas penderita) dalam
proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat dengan kondisinya yang
sekarang ini.

Sumber : RA Harahap.2017.Buku Etika dan Hukum Kesehatan.

3. Agnesia Lambe 19111101058


Dalam pasal 29 ayat 1 dikatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab
menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan
air susu ibu secara eksklusif. Pertanyaan saya, jika terdapat orng tua yang
dengan sengaja membuang anaknya karna berbagai alasan misalnya karna
anak tersebut cacat/ anak tersebut lahir dari pasangan yang belum menikah/
orang tuanya memiliki kesulitan ekonomi sehingga anak tersebut tidak
mendapatkan air susu ibu secara eksklusif menurut kelompok bagaimana
tindakan yang akan dilakukan pemerintah untuk menjamin hak bayi tersebut
dalam mendapatkan air susu ibu secara eksklusif?

Jawaban :
Sesuai isi Peraturan Pemerintah No.33 tahun 2012 Pasal 3,pemerintah
memiliki tanggung jawab dalam program pemberian ASI Eksklusif yang
meliputi:
a. Menetapkan kebijakan nasional terkait program pemberian ASI Eksklusif;
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi program pemberian ASI Eksklusif;
c. Memberikan pelatihan mengenai program pemberian ASI Eksklusif dan
penyediaan tenaga konselor menyusui di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
tempat sarana umum lainnya;
d. Mengintegrasikan materi mengenai ASI Eksklusif pada kurikulum
pendidikan formal dan nonformal bagi Tenaga Kesehatan;
e. Membina, mengawasi, serta mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian
program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan
pendidikan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di
masyarakat;
f. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan
ASI Eksklusif;
g. Mengembangkan kerja sama mengenai program ASI Eksklusif dengan
pihak lain di dalam dan/atau luar negeri; dan
h. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas
penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif.

Sumber : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 33 TAHUN 2012TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU
EKSKLUSIF

4. Annie Patiwael 19111101009


Berdasarkan pasal 56 ayat 1 UU Nomor 36 tahun 2009, apakah orang tua
dapat menolak tindakan medis kepada anaknya (pasien)?Jika tidak, apa
alasannya? jika ya, apakah hal ini dapat dikategorikan sebagai tindakan
pidana?

Jawaban : Perlu diketahui, sesuai dengan Permenkes No. 290 Tahun 2008
bahwa sebelum mendapat perawatan medis, tenaga medis terlebih dahulu
harus mendapat persetujuan dari pasien/informed consent , atau persetujuan
yang diberikan oleh pasien/keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan
lengkap mengenai tindakan medis / perawatan medis yang akan dilanjutkan.
Dokter harus melakukan penilaian pada kompetensi pasien sebelum tindakan
medis dilakukan . Pasien kompeten dalam hal ini adalah pasien dewasa/bukan
anak yang memiliki kondisi yang baik dalam segala aspek shingga mampu
membuat keputusan secara bebas. Sedangkan untuk pasien yang belum
kompeten misalnya anak anak, persetujuan dapat diberikan oleh keluarga
terdekat (ayah/ibu kandung, saudara kandung/pengampunya). Sesuai dengan
pertanyaan, apa orang tua dapat menolak tindakan medis? Ya, bisa. Namun
untuk mengkategorikan hal ini sebagai tindak pidana, tidak ada ketentuan
spesifik yang mengatur mengenai tindak pidana untuk orangtua yang menolak
perawatan medis untuk anaknya, namun sesuai dengan Pasal 26 ayat (1) UU
RI No 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak, dijelaskan bahwa orang tua
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan dan merawat
anak. Jadi, mengacu pada Permenkes 290 thn 2008 jika orang tua menolak
perawatan medis terhadap anaknya itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dari orangtua dan tidak ada sanksi pidana bagi orang tua yang menolak
perawatan medis terhadap anaknya sbg seorang pasien.

Sumber : Arthaluhur, M.W . 2018. Orang Tua Menolak Perawatan Medis


Anak, Bisakah Dipidana? Diakses di
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5aacd632debc3/orang-
tua-menolak-perawatan-medis-anak--bisakah-dipidana/

5. David Lakat 19111101100


Pasal 1 ayat 6 dikatakan bahwa setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan . Yang ingin saya tanyakan
bagaimana jika ada orang yang bekerja dibidang kesehatan akan tetapi orang
tersebut tidak memiliki pengetahuan bahkan keterampilan yang tidak cukup
dalam bidang tersebut? dan sebaliknya orang yang memiliki pengetahuan dan
ketarmpilan dalam bidang kesehatan tidak bekerja dalam bidangnya tersebut.
bagaimana tanggapan kelompok dalam hal tersebut?

Jawaban : Dalam UU No.36 Tahun 2009 pada bagian Kelima Pasal 63 Ayat
3,4, dan 5 yang membahas tentang Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan
Kesehatan telah mengatur bahwa pengendalian, pengobatan dan/atau
perawatan dapat dilakukan berdasarkan dengan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawata atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan
dan keamanannya. Oleh karena itu menurut kelompok kami, bekerja dalam
bidang seseorang yang bekerja dalam bidang kesehatan harus sesuai dengan
apa yang ia pelajari dan tidak boleh sembarangan orang bekerja. Karena
bekerja dalam bidang kesehatan perlu pemahaman dan pengetahun yang
sesuai dengan ilmu dan profesinya. Karena bekerja dalam ilmu kesehatan juga
dilakukan untuk memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, serta bekerja dalam bidang kesehatan juga menyangkut dengan
nyawa orang lain.

Sumber : Undang-Undang No. 36 Tahun 2009

6. Majesty Poli 19111101091


Dalam makalah bagian kedua tentang Fasilitas pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat
kedua dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga. Berikan contoh dari
masing-masing pelayanan kesehatan tersebut
Jawaban :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat dasar
dan merupakan pelayanan yang paling pertama diperlukan masyarakat
contohnya: Pusekesmas, dan klinik
b. Pelayanan Kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang
bersifat spesialis dan subspesialis, namun terbatas
Contohnya: Rumah Sakit Tipe C dan Rumah Sakit Tipe D
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan kesehatan
yang bersifat spesialis dan subspesialis secara luas.
Contohnya: Rumah sakit Tipe A dan Rumah Sakit Tipe B

Sumber : Nugraheni, H., Wiyatini, T., Wiradona, I 2018, Kesehatan


Masyarakat Dalam Determinan Sosial Budaya, CV Budi Utama. Yogyakarta

7. Anjelita Tambuwun 19111101015


Bab IV Tanggung Jawab Pemerintah pasal 15 : Pemerintah bertanggung
jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, Fasilitas Kesehatan baik fisik
maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Pertanyaan saya , jika masyarakat penyandang disabilitas
ingin mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginyanya Apakah ada
solusi dan tindakan pemerintah untuk membantu dan boleh dapat
memberdayakan masyarakat yang mempunyai keterbatasan tersebut?

Jawaban :
Untuk penyandang disabilitas seharusnya tidak hanya menjadi urusan
pemerintah tapi juga dari orang-orang terdekt maupun masyarakat sekitarnya.
Mereka yang memiliki keterbatasan juga membutuhkan dukungan untuk
menghadapi masalah atau tekanan yang disebabkan oleh keadaan mereka.
Karena seperti yang diketahui bahwasannya orang yang memiliki keterbatasan
tentu memiliki rasa tertekan yang menghambat perkembangan kepribadian
dan mentalnya. Solusinya untuk membantu dan memberdayakan masyarakat
yang memiliki keterbatasan tersebut, pada dua tahun lalu pemerintah
melaksanakan kegiatan Nasional yaitu Asian Paragames 2018 yang dimana
hal ini dilaksanakan guna mendukung bakat-bakat, mengembangkan
kemampuan serta mereka tidak hanya terpaku pada kekurangan mereka
namun juga kelebihan mereka. Dan juga semua kegiatan yang menyangkut
dengan penyandang disabilitas telah diatur dalam UU No. 4 Tahun 1997.

Sumber : Undang-Undang No. 4 Tahun 1997

8. Anastasia Nona 19111101059


Dalam makalah kelompok disebutkan ketentuan pidana yang terdiri dari
beberapa pasal. Yang ingin saya tanyakan di negara Indonesia pasal berapa
yang paling banyak di langgar dan mengapa hal tersebut bisa terjadi dan
bagaimana penanganan dari pemerintah.

Jawaban :
Di Indonesia pasal yang paling banyak dilanggar ialah pasal 115 tentang
kawasan tanpa rokok. Pasal ini masih sering dilanggar karena tingginya angka
prevalensi perokok di Indonesia dan merokok sudah menjadi hal yang biasa
bagi kalangan masyarakat. adapun alasan masyarakat melanggar pasal ini
karena ketidaktahuan karena tanda-tanda peringatan KTR hanya dipasang di
wilayah tertentu. Sementara pelanggaran KTR di pusat pendidikan terjadi
biasanya karena adanya kesengajaan apalagi jika orang tersebut adalah
perokok berat. Untuk penangan dari pemerintah yaitu sekarang pemerintah
sudah mulai menerapkan ketentuan pidana bagi pelanggar meskipun belum
sepenuhnya denda yang diberikan bagi pelanggar KTR itu sesuai dengan UU
No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Sumber :
https://mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/
2114

Anda mungkin juga menyukai