Dosen Pengampu:
Oleh :
Nama : Rusnianti
NIM : 190103018
Kelas : 4/A
2021
1
MENGELOLA KONFLIK
A. Latar Belakang
Dalam pendidikan perlu adanya hubungan yang baik antara guru dan siswa
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tidak hanya pengetahuan guru
hendaknya mendidik siswa agar berahlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.
Konflik pada proses kegiatan belajar mengajar tidak dapat dihindari, sebab
setiap lembaga pendidikan pasti memiliki masalah untuk diselesaikan sebagai
motivasi atau sebagai masalah.Konflik merupakan semua bentuk benturan,
tabrakan, ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan
interaksiinteraksi yang antagonistik-bertentangan.
2
mungkin pada siswa sebagai benteng utama agar siswa mampu mengolah
kehidupannya. Upaya ini memerlukan keterlibatan antara guru, siswa, orang tua
serta lingkungan yang mendukung.
3
mengganggu ketentraman umum dan juga merusak dirinya sendiri.” Murray and
Farrington (2010: 634) menyatakan bahwa “delinquency is defined according to
acts prohitied by the criminal law, such as theft, burglary, robbery, violence,
vandalism, and drug use.”
Pada kenyataannya tidak ada siswa nakal, menurut saya yang ada adalah
guru belum menemukan metode yang tepat dalam memberikan didikan dan
pembelajaran yang tepat pad siswa. Namun pada kenyataannya banyak siswa
tidak sedikit guru memberikan lebel nakal karena ketidak sanggupannya
mengendalikan siswanya. Mengapa demikian:
4
c. Siswa yang kurang kasih sayang orang tua. Orang tua yang terlalu sibuk
dengan pekerjaan menyebabkan kurang perhatian kepada anaknya. Orang
tua tidak mengenalkan dan mengajarkan norma-norma agama kepada
anaknya. Akibatnya, dia akan sering bolos atau terlambat sekolah. Saat di
sekolah, dia akan berulah macam-macam untuk mendapat perhatian dari
orang lain, termasuk kepada gurunya.
d. Siswa yang kedua orang tuanya tidak harmonis atau bahkan bercerai.
e. Siswa yang mengalami kekerasan dalam lingkungan keluarga. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya masalah ekonomi. Siswa
yang mengalami kekerasan di rumah, saat di sekolah dia akan
menunjukkan sikap memberontak kepad gurunya atau bahkan melakukan
kekerasan seperti apa yang dia alami.
f. Siswa yang salah bergaul.
Lingkungan memang memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan sikap siswa. Pergaulan yang kurang tepat atau menyimpang
dapat menyebabkan perilaku yang menyimpang.
C. Narasi konflik
5
keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses
manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para
pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran
terhadap konflik.
1. Sedikit kelonggaran
Memberikan kelonggaran namun tetap berkomitmen dengan aturan yang
penting.
2. Pendekatan
Pendekatan ini perlu adanya kemampuan membaca tanda-tanda yang
ditunjukkan siswa, terlibat dalam setiap tindakan siswa, penyebab
terjadinya kesalahan yang dilakukan, memahami karakter siswa,
3. Koordinasi
Menciptakan hubungan yang baik antara guru dengan orang tua dalam
mengatasi masalah yang dihadapi siswa, mau mendengar apa saja kendala
6
dan masalah yang dihadapi siswa. Berdiskusi dengan bijak tentang apa
yang bias dilakukan untuk mengontrol perasaannya.
4. Problem solver
Berikan siswa sebuah tanggung jawab untuk membangkitkan rasa percaya
dirinya dan menumbuhkan jiwa kepemimpinannya.
5. Memberikan pendidikan agama utamanya pendidikan akhlak.
6. Mendoakan yang terbaik untuk anak didik.
D. Hasil
Dari hasil konflik yang pernah saya alami di atas adalah dengan strategi
dan upaya yang dilakukan terjadi:
1. Terciptanya keharmonisan antara guru dan siswa dalam kurun waktu yang
lama.
2. Terciptanya masa depan yang baik kepada siswa apabila berhasil
mengontrol pikiran dan hatinya.
3. Guru sebagai contoh yang baik maka siswa mengikuti perilaku guru
utamanya dalam menyikapi masalah dan berakhlak yang baik.
4. Guru akan merasa bangga apabila siswanya berakhlak dan berbudi pekerti
serta menghormati gurunya.
E. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa siswa nakal, menurut saya yang ada adalah guru
belum menemukan metode yang tepat dalam memberikan didikan dan
pembelajaran yang tepat pad siswa. Dengan metode pendekatan,
koordinasi dan problem solver diharapkan sebagai motivasi dan konflik
konstruktif agar kualitas guru semakin lebih baik dalam mendidik siswa
serta sebagai bahan evaluasi pendididikan untuk sama-sama mencari
solusi.
7
Daftar pustaka
Murray, Joseph and Farrington, David P. 2010 . Risk Factors for Conduct
Disorder and Delinquency: Key Findings From Longitudinal Studies. The
Canadian Journal of Psychiatry. Vol 55. No 10, October 2010