Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Covid-19


Covid-19 merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh infeksi virus SARS-
Cov-2. Pertama kali diidentifikasi di Kota Wuhan, di provinsi Hubei Cina pada
Desember 2019. Covid-19 telah menyebar ke berbagai negara di dunia, termasuk negara
Indonesia. Covid-19 sebelumnya dikenal sebagai Novel 201 Coronavirus (2019-nCoV),
kemudian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan nama resmi sebagai Covid-
19 pada bulan Februari 2020.
Ketika pertama kali diumumkan sebagai pendemi global pada 11 Maret lalu oleh
WHO, jumlah infeksi di seluruh dunia telah mencapai lebih dari 121.000. Awalnya
negara Indonesia masih merasa aman dari wabah virus yang sudah menyebar di
sebagian negara-negara di dunia. Namun, pada awal Maret lalu, harus mengakui
kekalahan dengan adanya laporan kasus Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-
Cov-2 atau yang lebih dikenal dengan sebutan virus corona. Jumlah kasus positif virus
corona (Covid-19) di Indonesia semakin hari terus bertambah.
Gejala Covid-19 yang paling umum adalah batuk kering, demam, dan sesak napas.
Diperkirakan bahwa gejala dapat muncul antara 2-14 hari setelah paparan walaupun ada
kasus terisolasi yang menunjukkan ini mungkin lebih lama. Jika mengalami gejala, kita
harus tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran penyakit ke orang lain. Menurut
penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine (10 Maret 2020),
periode inkubasi rata-rata diperkirakan 5 hari, dan hampir semua (98%) pasien yang
telah terinfeksi akan mengalami gejala dalam 12 hari. Virus SARS-Cov-2 diperkirakan
menyebar dari orang ke orang melalui:
1) Transmisi tetesan yaitu tetesan pernapasan besar orang yang bersin atau batuk,
2) Transmisi aerosol yaitu ketika seseorang batuk atau bersin di dalam ruangan,
3) Transmisi kontak yaitu menyentuh permukaan yang terkontaminasi kemudian
menyentuh mulut, hidung atau mata,
4) Transmisi langsung yaitu ciuman, berjabat tangan, dan sebagainya.
Cara terbaik untuk mencegah infeksi yaitu dengan menghindari paparan virus. Cuci
tangan secara teratur dan menyeluruh dengan sabun dan air (busa selama 20 detik) atau
gunakan pembersih tangan berbasis alkohol (setidaknya 60%). Tindakan lain yang dapat
membantu mencegah penyebaran Covid-19 antara lain:
1) Hindari kontak dengan orang lain yang sedang sakit.
2) Hindari menyentuh mulut, hidung, mata atau wajah.
3) Tutup batuk dan bersin dengan tisu atau ke siku.
4) Menggunakan masker wajah saat keluar rumah. Untuk diketahui, masker wajah tidak
melindungi kita dari Covid-19, tetapi akan membantu mencegah penyebaran
penyakit ke orang lain.
5) Lakukan sosial distancing (jaga jarak sosial) kurang lebih 1-2meter antar orang per
orang saat berada di kerumunan.
Jika telah terpapar pada seseorang yang dites positif Covid-19, atau seseorang yang
menunjukkan gejala Covid-19, mungkin diperlukan waktu hingga dua minggu untuk
mengetahui gejala tersebut muncul. Agar kita dan orang lain aman, kita harus
mengisolasi diri dari orang lain selama 14 hari. Mengisolasi diri sendiri merupakan
menjauhkan diri dari situasi di mana kita dapat menulari orang lain. Ini berarti situasi
apa pun di mana kita dapat melakukan kontak dekat dengan orang lain, seperti
pertemuan sosial, pekerjaan, sekolah, universitas, dan pendidikan lainnya. Termasuk
tempat ibadah, perawatan lansia dan fasilitas perawatan kesehatan, penjara, pertemuan
olahraga, restoran, dan semua pertemuan publik. Kita tidak boleh berbagi piring, gelas
minum, peralatan makan, handuk, bantal atau barang-barang lainnya dengan orang lain
di rumah. Setelah menggunakan barang-barang ini, kita harus mencucinya dengan sabun
dan air.
Para ilmuwan masih meneliti faktor risiko dari Covid-19. Namun, data dari China
CDC menunjukkan bahwa orang tua dan orang yang menderita kondisi medis yang
sudah ada sebelumnya seperti penyakit jantung, penyakit pernapasan, atau diabetes
memiliki risiko lebih tinggi meninggal akibat penyakit tersebut. Ada penelitian juga
yang menunjukkan bahwa perokok mungkin lebih rentan terhadap virus SARS-Cov-2.
Meskipun demikian, kita harus tetap waspada dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Segala upaya harus dilakukan agar dapat memutus rantai penyebaran penyakit tersebut.

B. Pengaruh dari Pandemi Covid-19 dalam Bidang Ekonomi di Indonesia


Virus corona adalah virus yang menyerang sistem pernapasan pada manusia.
Penyakit karena infeksi virus ini disebut dengan Covid-19. Virus ini menular dengan
cepat dan telah menyebar ke beberapa negara di dunia, termasuk saat ini negara
Indonesia. Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang cukup luas terhadap kegiatan
yang dilakukan masyarakat, salah satunya adalah dampak dalam kegiatan
perekonomian. Kegiatan perekonomian merupakan aktivitas yang dilakukan oleh
manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan ekonomi juga diartikan
sebagai upaya yang dilakukan manusia untuk mencapai suatu tingkatan kesejahteraan
atau kemakmuran dalam hidup.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 2,3% saja. Bahkan,
dalam situasi terburuk, ekonomi negara Indonesia dapat minus hingga 0,4%. Penyebab
dari hal ini di antaranya adalah turunnya konsumsi dan investasi, baik dalam lingkup
rumah tangga maupun lingkup pemerintah. Adanya pandemi Covid-19 memberikan
dampak buruk terhadap perekonomian masyarakat di Indonesia antara lain:
1) Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
Sistem perekonomian merupakan sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi
di negara tersebut. Dampak Covid-19 bagi perekonomian UMKM sangat nyata. Dilansir
dari BBC Indonesia, hal ini disampaikan oleh Ketua Asosiasi UMKM Indonesia sendiri,
yaitu Ikhsan Ingatubun. Anjuran physical distancing yang dikeluarkan oleh pemerintah
Indonesia membuat orang-orang harus tetap di rumah dan tidak boleh pergi keluar untuk
melakukan aktivitas seperti biasanya. Tujuan dari physical distancing tersebut untuk
mengurangi kemungkinan kontak antara orang terinfeksi dan orang lain yang tidak
terinfeksi, sehingga dapat meminimalkan penularan penyakit, contohnya seperti
penutupan sekolah, tempat kerja, isolasi, karantina, menutup atau membatasi
transportasi umum.
Salah satu kegiatan yang menghilang dari rutinitas yaitu tidak berbelanja ke luar
rumah melalui UMKM yang ada. Hal tersebut menyebabkan UMKM kesulitan
membayar biaya-biaya yang ada, seperti gaji dan honor pekerja, serta biaya-biaya
operasional dan non operasional lainnya, sehingga membuat sistem perekonomian
masyarakat menjadi terhambat. Salah satu contoh yaitu pedagang yang biasa berjualan
di tempat keramaian seperti pasar menjadi tidak bisa berjualan. Hal itu disebabkan
karena saat ini pasar sedang ditutup untuk mengurangi penyebaran Covid-19.
Akibatnya, pedagang itu tidak mempunyai penghasilan tetap.
2) Pariwisata
Selain berdampak pada kegiatan UMKM, physical distancing juga berdampak pada
kegiatan pariwisata. Seperti agen perjalanan, hotel, transportasi, pemandu wisata,
hingga restoran pun terkena dampak dari Covid-19 ini. Menurunnya angka wisatawan
yang berkunjung ke tempat-tempat wisata baik warga lokal maupun turis mancanegara
merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Pekerja juga terkena dampak Covid-19 bagi
perekonomian sektor pariwisat dan akan membutuhkan cara menghasilkan uang dari
rumah saat wabah sedang terjadi. Dilansir dari Liputan 6, World Travel & Tourism
Concil, memprediksi akan ada 75 juta tenaga industri perjalanan dan pariwisata yang
dapat kehilangan pekerjaan mereka.
3) Manufaktur
Menjelang Ramadan, dunia manufaktur biasanya menggenjot industri karena naiknya
permintaan masyarakat. Namun, karena adanya Covid-19 ini, manufaktur tidak bisa
melakukan hal itu. Dilansir dari Katadata, dampak Covid-19 bagi perekonomian ini
memaksa perusahaan manufaktur untuk menurunkan produksinya. Ada karyawan harian
yang diminta untuk libur bergantian, sehingga pendapatannya berkurang setengahnya.
Apabila para karyawan dirumahkan sepenuhnya, perusahaan juga harus melakukan
perhitungan pesangon. Karyawan harian juga terancam kehilangan pekerjaannya dan
harus terpaksa pulang kampung atau cari pekerjaan lain. Impor bahan baku juga
mengalami penurunan karena proses pengolahan berkurang. Selain itu, hasil akhir
proses manufaktur juga akan mengalami penurunan ekspor karena penurunan
permintaan dari luar negeri.
Pandemi Covid-19 telah memberikan pengaruh negatif dalam bidang ekonomi di
Indonesia. Namun, adanya pandemi tersebut juga memberikan pengaruh positif di
negara Indonesia, antara lain pertama meningkatnya daya beli barang lokal. Hal itu
dikarenakan pemerintah Indonesia telah melarang masuknya barang impor selama
wabah ini masih berlangsung di negara Indonesia. Kedua, polusi udara mengalami
penurunan akibat berkurangnya kendaraan. Berkurangnya kendaraan tersebut
disebabkan oleh adanya anjuran physical distancing dari pemerintah Indonesia.
C. Cara Menanggulangi Pengaruh Negatif Covid-19 dalam Bidang Ekonomi di
Indonesia
Dalam kondisi seperti ini, semua negara pasti akan melakukan relaksasi atau
stimulus keuangan. Perlu pengoptimalan penanganan terhadap keadaan yang terjadi.
Beberapa solusi yang cocok dalam menghadapi wabah Covid-19 agar tidak membuat
Indonesia semakin mengalami penurunan di bidang ekonomi, antara lain:
1) Relokasi anggaran pada sektor kesehatan, pasokan pangan dan daya beli masyarakat.
Pembiayaan dialihkan untuk pengadaan perlengkapan dan alat penanggulangan
wabah serta pembiayaan penelitian yang fokus menemukan antivirus. Relokasi
anggaran juga diberlakukan untuk menjaga ketersediaan bahan pokok kebutuhan
pangan masyarakat yang mengalami peningkatan akibat kepanikan pasar. Selain itu,
juga pemberian bantuan dilakukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
2) Stimulus pendanaan dalam rangka peningkatan produksi dalam negeri sektor
pertanian. Pada kondisi saat ini kebutuhan akan makanan dengan giji dan nutrisi
yang baik seperti sayur-sayuran dan buah-buahan mengalami peningkatan
permintaan. Selama ini Indonesia impor untuk memenuhi permintaan terhadap
komoditi ini.
3) Relaksasi kredit sebagai stimulus fiskal untuk mendorong produksi pada sektor
manufaktur yang terdapat banyak lapangan pekerjaan. Hal ini secara langsung
memberikan pendapatan bagi pekerja yang terdampak.
4) Dalam memberlakukan kebijakan jangka pendek, tetap harus memperhatikan
kebijakan jangka panjang yang bersifat struktural. Pengoptimalan Omnibus Law
RUU Cipta Kerja yang memperhatikan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK)
dalam hal pemberian berupa uang, pelatihan vokasi, dan akses pekerjaan baru selain
perlunya melakukan relaksasi bagi kebijakan impor bahan baku kebutuhan industri.
5) Solusi terakhir yang perlu dimaksimalkan yaitu kebijakan moneter dan makro
melalui penurunan suku bunga dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Selain beberapa solusi tersebut, juga diadakan dukungan, yang pertama terkait
dukungan untuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), antara lain:
1) Tujuannya untuk mempertahankan kelangsungan usaha UMKM.
2) Stimulusnya berupa penundaan angsuran pokok dan bunga semua skema selama 6
bulan untuk kredit usaha rakyat (KUR) yang terkena dampak Covid-19.
3) Beban akibat penundaan bunga dan pokok KUR selama 6 bulan menjadi tanggungan
pemerintah, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 6,1 triliun.
4) Penundaan pembayaran akan diikuti dengan relaksasi ketentuan KUR sejalan
ketentuan restrukturisasi kredit sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK.
Kedua, terkait dengan Program Kartu Prakerja, antara lain:
1) Tujuan program ini untuk meningkatkan daya beli dan mengurangi beban biaya
hidup bagi pekerja dan pelaku usaha yang terdampak Covid-19.
2) Kartu Prakerja salah satu instrumen yang memberikan insentif kepada:
a. Pekerja yang mengalami penurunan pendapatan dan kehilangan pekerjaan.
b. Pelaku Usaha yang mengalami kesulitan usaha.
3) Manfaat yang diterima: Rp 3.550.000 per peserta, terdiri dari:
a. Bantuan pelatihan sebesar Rp 1.000.000,
b. Insentif penuntasan pelatihan sebesar Rp 600.000 per bulan selama empat bulan, dan
c. Insentif survei kebekerjaan sebesar Rp 150.000.

Anda mungkin juga menyukai