Anda di halaman 1dari 33

37

c. M3 (Metode)
1. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
a) Kajian teori
Menurut Grant and Massey dan Marquis & Huston, jenis
metode pemberian asuhan keperawatan telah dijabarkan sebagai
berikut:

1)Metode Kasus (Total care Method)


Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana
seorang klien dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam
perawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk melayani
seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shif dan
tidak ada jaminan bahawa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perrawat dan hal ini
umumnya dilaksanankan untuk perawat Privat atau untuk
keperawatan khusus seperti di Ruang rawat intensif.
 Kelebihan dari metode ini adalah:
a)Sederhana dan langsung
b)Garis pertanggung jawaban jelas
c)Kebutuhan klien cepat terpenuhi
d)Memudahkan perencanaan tugas
 Kekurangan dari metode ini adalah:
a)Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
b)Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama
c)Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang
pengalaman
d)Mahal, perawat professional termasuk melakukan tugas
non professional
38

2)Metode Fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien.
Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda
dan dilaksanakan oleh perawat yang berbeda dan
tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya
fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan luka. Metode
ini merupakan manajemen klasik yang menekankan pada
efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai
sebagai standar. Perawat senior menyibukkan diri dengan
tugas manajerialnya sedangkan asuhan keperawatan klien
diserahkan kepada perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara
fungsi tidak memberikan kepuasan kepada klien
terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang dilakukan.
Seecara kerja yang diawasi membosankan perawat karena
berorientasi pada tugas dan sisitem ini baik dan berguna
untuk situasi dimana Rumah Sakit kekurangan tenaga
perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak profesional
dan tidak berdasar pada masalah klien.
 Keuntugan dari metode ini adalah:
1)Lebih sedikit membutuhkan perawat
2)Efisien
3)Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
4)Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
5)Tunggu cepat selesai
 Kerugian dari metode ini adalah:
1)Tidak efektif
2)Fragmentasi pelayanan
3)Membosankan
4)Komunikasi minimal
5)Tidak holistic
6)Tidak profesional
7)Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat
39

3)Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan asuahan keperawatan
terhadap sekelompok klien. Ketua tim bertanggung jawab
membuat perencanaan dan evaluasi asuahan keperawatan
untuk semua klien yang ada di bawah tanggung jawab
timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan keperawatan
kepada klien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh
ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah
staff yang tersedia.
 Keuntungan dari metode ini adalah:
a)Berikan kepuasan bagi perawat dan klien
b)Kemampuan anggota tim dikenal dan di manfaatkan
secara optimal
c)Komperehensip dan holitik
d)Produktif,kerjasama,komunikasi,dan moral
 Kerugian dari metode ini adalah:
a)Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
b)Membutuhkan banyak kerja sama dan komunikasi
c)Membingungkan bila komposisi tim sering di ubah
d)Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat
non professional
40

4)Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja
terbaik dalam suatu pelayanan dengan semua staff
keperawatan yang professional. Pada metode ini setiap
perawat primer memberikan tanggung jawab penuh secara
menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan mulai dari pasien masuk sampe keluar dari
rumah sakit, mendorong peraktek kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Penangung jawab dilaksanakan oleh perawat primer
(Primary/Nurse/PN). Setiap PN merawat 4-6 klien dan
bertanggung jawab terhadap klien selama 24 jam dari klien
masuk sampe dengan pulang.
 Kelebihan dari modal primer ini adalah:
a)Model ini bersipat kontinu dan komprehensif dalam
melakukan proses keperawatan kepada klien
b)Perawat primer mendapat akutabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
c)Pasien merasa di manusiakan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu.
d)Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercpai
pelayanan yang efektif terhadap perawatan, dukungan,
proteksi, informasi dan advokasi.
 Kelemahan dari modal ini adalah model ini hanya dapat
dilaksankan oleh perawat yang dimiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dengan kriteria:
a)Asertif
b)Mampu mengatur diri sendiri
c)Kempuan pengambilan keputusan yang tepat
d)Penguasaan klinik
e)Akuntabel dan mampu berkomunikasi dan berkolaborasi
dengan berbagai disiplin
41

5) Modifikasi : MAKP Tim-Primer


Model MAKP Tim Dan Primer digunakan secara Kombinasi
dari Kedua sistem (Sitorus,2002), Penetapan sistem
MAKP ini Didasarkan pada alasan berikut.
a. Keperawatan Primer Tidak digunakan secara Murni,
Karna Perawatan Primer harus memiliki latar
belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni, karna
Tanggungjawab asuhan keperawatan Pasien
terfrakmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui Kombinasi kedu Model tersebut diharapkan
Komunitas Asuhan Keperawatan Dan akuntabilitas
asuhan keperawatan terdapat pada Primer, Karna Saat
ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah
lulusan D3, Bimbingan tentang asuhan keperawatan
Diberikan Oleh Perawat Primer atau Ketua TIM.
b) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Exel
alfianto Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram dengan Kepala
Ruangan IRNA IIIA RSUD Kota Mataram, Metode yang digunakan
adalah metode MPKP Modifikasi Tim-Primer yaitu perpaduan
antara Tim dan primer. Di ruang IRNA IIIA RSUD Kota Mataram
menerapkan 1 tim dimana dalam 1 tim terdiri Kepala Ruangan 1
kemudian 1 perawat primer (katim) dan Shift Pagi 7
Perawat Asosiatif (perawat pelaksana), 1 penanggung jawab
shift dan 3 perawat asosiatif (perawat pelaksana) pada shift
sore dan 1 penanggung jawab shift dan 3 perawat asosiatif
(perawat pelaksana) pada shift malam, dan Diruang IRNA IIIA
belum mempunyai Struktur yang Tetap.
42

c) Observasi
Dari hasil Observasi yang dilakukan oleh Exel alfianto
Mahasiswa Profesi Ners Stikes Mataram bahwa bentuk MPKP
ruangan yaitu memakai metode Modifikasi Tim-Primer dan Masing-
masing perawat Asosiatif mempunyai kepala shif dengan
mempunyai tanggung jawab dari pasien masuk sampai pasien
pulang, Namun Penerapan MPKP belum dimaksimalkan pada saat
operan/timbang terima, supervisi dan dischange Planing.

d)Masalah
Dari hasil yang dilakukan oleh Exel alfianto Mahasiswa
Profesi Ners Stikes Mataram observasi dan wawancara dapat
diketahui bahwa model pelaksanaan asuhan keperawatan Diruang
IRNA IIIA memakai metode MPKP modipikasi Tim Primer yaitu
perpaduan antara Tim dan primer. Menurut Sitorus 2002 model
MAKP dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Namun di Ruang Irna IIIA perawat primer tidak
digunakan secara murni, karena perawat primer harus memiliki
latar belakang pendidikan S1 Keperawatan.

Irna IIIA belum mempunyai Struktur Organisasi MPKP dengan


metode modifikasi Tim primer, namun ruangan IIIA memakai
Struktur organisasi fungsional. Fungsional merupakan tipe
organisasi yang dalam penentuan strukturnya mengelompokan
fungsi-fungsi tertentu yang sejenis, baik itu merupakan
tugas pokok maupun tugas penunjang. (Yatno. 2014)
43

2. Standar Operasional Prosedur


a)Kajian Teori

Menurut Purnamasari,dkk,2015 SOP adalah Prosedur kerja

yang dibuat secara detail dan terperinci bagi semua

kariyawan untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya

dengan Visi Misi dan tujuan suatu lembaga dan Instansi

b)Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara oleh Exel alfianto Mahasiswa

Profesi Ners Stikes Mataram dengan Kepala Ruangan Di ruangan

IIIA RSUD Kota Mataram didapatkan hasil wawancara seputar

SOP bahwa setiap perawat wajib mengetahuhi 12 SOP yang sudah

ditetapkan RSUD Kota mataram.

c)Observasi

Berdasarkan hasil Observasi oleh Exel alfianto Mahasiswa

Profesi Ners Stikes Mataram di ruangan IIIA terkait SOP

Semua Perawat Irna IIIA Sudah Melaksanakan ke 12 SOP.

d)Masalah

Berdasarkan hasil oleh Exel alfianto Mahasiswa Profesi

Ners Stikes Mataram wawancara dan observasi, Bahwa Perawat

sudah melaksanakan ke 12 SOP namun belum dilakukan secara

optimal.
44

3. Timbang Terima
a. Wawancara.
Berdasarkan hasil wawancara dan dengan beberapa perawat
diruang Irna IIIA RSUD Kota Mataram prosedur timbang terima
selama ini di lakukan pada setiap pergantian shift dengan
model SOAP. Pada saat observasi selama 2 hari di ruang Irna
IIIA diadakan timbang terima sudah berjalan sesuai tahapan
timbang terima dilakukan seefektif mungkin dengan secara
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum
dan perkembangan pasien saat itu.
b. Analisa data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan selama 2 hari pengkajian tentang timbang terima
di Ruang IRNA IIIA RSUD Kota Mataram sudah cukup optimal,
karena pada saat timbang terima perawat sudah melakukan
sesuai prosedur mulai dari awal sampai akhir, diskusi
selama timbang terima juga berlangsung dengan cukup hidup.
Alur timbang terima di ruangan Irna IIIA sudah sesuai
dengan standar yang berlaku sesuai dengan teori Nursalam
(2012).

Alur Operan di ruangan Irna IIIA RS KOTA


45

PASIEN

Diagnosis medis Diagnosa keperawatan


masalah kolaboratif
(didukung data)

tindakan

Telah dilakukan Belum dilakukan

Tindakan

Masalah
1. Teratasi
2. Belum teratasi
3. Teratasi sebagian
4. Muncul masalah baru

c. Kajian teori
Timbang terima sering disebut dengan operan atau over
hand. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum
dan perkembangan saat itu  Informasi yang disampaikan harus
akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna.
 Tujuan Umum: Mengkomunikasikan keadaan pasien dan
menyampaikan informasi yang penting.
46

 Tujuan Khusus:
1) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
2) Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam
pemberian asuhan keperawatan  kepada pasien
3) Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti
oleh perawat dinas berikutnya
4) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
 Manfaat bagi perawat :
1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
2) Menjalin suatu hubungan kerjasama dan
bertanggungjawab antar perawat
3) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara
paripurna
4) Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima
pasien
5) Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan
keperawatan
6) Menimbulkan rasa aman
7) Meningkatkan percaya diri/bangga
 Manfaat bagi pasien:
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap 
 Manfaat bagi Rumah sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara
komprehensi.
 Standar timbang terima:
1)Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.
2)Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien
(PP/Katim).
3)Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas
4)Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat ini
serta menjaga kerahasiaan pasien.
5)Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien
47

6)Pada saat overran di kamar pasien, menggunakan volume


suara yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
lansung didekat klien
7)Sesuatu yang diangggap membuat klien terkejut dan syok
sebaiknya dibicarakan di Nurse Station.
 Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan
Operan memiliki 3 tahapan yaitu :

1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan


melimpahkan tanggung jawab. Meliputi factor informasi
yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan
pulang dan dating melakukan pertukaran informasi. Waktu
terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran
informasi yang mungkin adanya komunikasi dua arah anatar
perawat yang shift sebelumnya epada perawat shift yang
dating.
3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang dating
tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan.
Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan
untu melakukan pengecekan data informasi pada medical
record atau pada pasien lansung.

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan


pergantian shift atau operan jaga, diantaranya (Nursalam.
2002):

a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap


b) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan.
c) Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada
penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi :
 Kondisi atau keadaan klien secara umum
48

 Tidak lanjut untuk dinas yang menerima operan


 Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d) Penyampain operan di atas (point c) harus dilakukan secara
jelas dan tidak terburu-buru
e) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift
bersama-sama secara lansung melihat keadaan klien.
Efek Shift Kerja atau Operan

Shift kerja atau operan memiliki efek-efek yang sangat


mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi pelayanan
kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan :

a) Efek fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif
tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu
istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.
Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan
mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan.
b) Efek psikologis
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan
keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang, kecil
kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu
aktivitas kelompok dalam masyarat. Saksonno (1991)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang
atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam
dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehinggga tidak
dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat
tersisih dari lingkungan masyarakat.
c) Efek kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang
diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikologis.
Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental
menurun yang berpengaruh terhadap perilau kewaspadaan
pekerjaan seperti kualitas kendali pemantauan.
49

d) Efek terhadap kesehatan


Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal,
masalah ini cendrung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift
kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan
kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
e) Efek terhadap keselamatan kerja
Survey pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan
keselamatan krja yang dilakukan Smith et. Al (dalam
Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan
paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kcelakaan 0,69% per tenaga
kerja. Tetapi tidak semua penilaian menyebutkan bahwa
kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift
malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cendrung
banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi
pada shift malam.

Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan

Operan memiliki 3 tahapan yaitu:

a)Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan


tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan
disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
b)Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan
pulang dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu
terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran
informasi yang memungkin adanya komunikasi dua arah antara
perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang
datang.
c)Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang
tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan
aktivitas dari perawat yang menerima operan untuk melakukan
pengecekan data informasi pada medical record atau pada
pasien langsung.
50

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan


pergantian shift atau operan jaga, diantaranya (Nursalam,
2002):

a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap


b) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan
c) Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada
penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi :
 Kondisi atau keadaan klien secara umum
 Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d) Penyampaian operan di atas (point c) harus dilakukan
secara jelas dan tidak terburu-buru
e) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift
bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien.
4. Pembagian jam kerja (shift)
a. Kajian Pustaka
Berdasarkan paragraf 4 Undang-Undang Kesehatan (UUK)
NO/13/Tahun/2003 tentang ketenaga kerjaan Undang-Undang
Kesehatan kususnya pasal 77 ayat 1 Undang-Undang Kesehatan
mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan
waktu kerja. Ketentua waktu kerja ini telah diatur oleh
pemerintah, yaitu:
 Waktu kerja 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu
untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu.
 Waktu kerja 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu
untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

Penghitngan jam kerja di ruang Irna III A:


Jam/ 6 hari kerja = 6,67 jam = 7 jam/hari jadi, jumlah jam
kerja di Ruang Irna IIIA RSUD Kota Mataram yaitu 7 jam/hari
b. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Irna
IIIA Pada tanggal 29 juli 2019 dengan jam kerja untuk kepala
rungan 6 hari kerja, Katim dan perawat pelaksana 6 hari kerja
dalam 1 minggu
c. Observasi
51

Berdasarkan hasil observasi di Ruang Irna IIIA jumlah jam


kerja tenaga perawat dalam 1 hari yaitu:
- Pagi 7 jam kerja, dengan jumlah perawat sebanyak 8 orang yang
terdiri dari 1 Kepala Ruangan, 1 Katim, dan 6 perawat
pelaksana.
- Siang 7 jam kerja, dengan jumlah 4 orang yang terdiri dari 1
Kepala shift (Kasip), dan 3 Perawat Pelaksana.
- Malam 13 jam kerja, dengan jumlah 4 orang yang terdiri dari 1
Kepala shift (Kasip), dan 3 perawat pelaksana.
- Libur 2 hari, dengan jumlah 4 orang yang terdiri dari 1
Kepala shift (Kasip), dan 3 perawat pelaksana.
d. Masalah
Berdasarkan dari hsil observasi dan wawancara di ruang
Irna IIIA di dapatkan bahwa jumlah jam kerja untuk pagi dan
siang sudah sesuai yaitu 7 jam, namun untuk jumlah jam
kerja malam tidak seimbang dengan pagi dan siang yaitu 13
jam.

5. Discharge Planning
a. Kajian teori
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan
komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang
diperlukan klien secara berkelanjutan dan bantuan untuk
perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baik, pada saat
tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang terjangkau
(Doenges & Moorhouse)

Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk


mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Discharge planning
yang efektif juga menjamin perawatan yang berkelanjutan di
saat keadaan yang penuh dengan stress. Rencana pulang yang
dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara
periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera
dilaksanakan, Periksa apakah pasien/orang terdekat telah
mendapat instruksi tertulis atau instruksi verbal tentang
penanganan, obat-obatan dan aktivitas yang boleh dilakukan
di rumah.

Manfaat dilakukan discharge planning :


52

a) Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah


sakit, dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak
perlu kecuali untuk beberapa diagnosa.
b) Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah
perawatan dan biaya pengobatan.
c) Bahan pendokumentasian keperawatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan yakni meskipun pasien
telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga
mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka
dapat meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan pasien.
(Doenges & Moorhouse: 126).

Persiapan Discharge Planning: Mengidentifikasi kebutuhan


pemulangan pasien, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin timbul pada saat pasien pulang, antara lain:
pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit; kebutuhan
psikologis; bantuan yang diperlukan pasien, pemenuhan
kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, minum,
eliminasi, dan lain-lain; sumber dan sistem yang ada di
masyarakat; sumber finansial; fasilitas saat di rumah;
kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.
Pelaksanaan: dilakukan secara kolaboratif serta
disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Nursalam,2013


terkait cara melakukan discharge pleaning yaitu menggunakan
form discharge pleaning seperti:

Format Discharge Planning


53

PASIEN PULANG
DISCHARGE PLANNING
No. Reg. :
Tanggal MRS :
Bagian :
Dipulangkan dari RS Y dengan keadaan
 Sembuh  Pulang paksa
 Meneruskan dengan obat jalan
 Lari
 Pindah ke RS lain
 Meninggal
A. Kontrol:
a. Waktu:
b. Tempat:
Nama :
Jenis Kelamin :
Tanggal KRS :
Bagian :
B. Lanjutan keperawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan,
dan lain-lain)
C. Aturan diet/nutirisi:
D. Obat-Obat yang masih diminum dan jumlahnya:
E. Aktivitas dan istirahat:
Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnya):
Lain-lain:
Mataram, …………………….
Pasien/Keluarga Perawat

( ) ( )
54

ALUR DISCHARGE PLANNING DIRUANG IRNA IIIA

 Menyambut kedatangan pasien


 Orientasi ruangan , jenis pasien,peraturan dan dena ruangan
 Memperkenalkan pasien pada teman sekamar, perawat,
Pasien MRS
dokter dan tenaga kesehatan yang lain
 Melakukan pengkajian keperawatan

 Perawat
Pasien selama  Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yang lain
 Docter
dirawat  Melakukan asuhan keperawatan
 Tim kesehatan
 Penyuluhan kesehatan: penyakit, perawatan, pengobatan,
lain
diet, aktivitas, control

Pasien KRS Perencanaan pulang

Penteyelesaian Program HE:


administrasi  Pengobatan/ control Lain-lain
 Kebutuhan nutrisi
 Aktivitasdan istirahat
 Perawatan di rumah

Monitoring oleh petugas kesehatan & keluarga


b. Wawancara
Hasil dari Wawancara oleh Exel alfianto Mahasiswa Profesi
Ners Stikes Mataram Discharge planning telah dilaksanakan
namun perlu ditingkatkan. Pelaksanaan Discharge planning di
ruang III.A masih dilakukan secara lisan, flipshart yang ada
di ruangan sudah ada tetapi penggunaannya sebagai media untuk
persiapan pasien pulang belum digunakan secara maksimal serta
belum ada media gambar / lembar balik maupun leaflet yang
dapat dibawa pulang oleh pasien atau keluarga pasien sebagai
media untuk perawatan pasien secara mandiri di rumah
(perawatan lanjutan).
c. Observasi/Analisa data
Pelaksanaan discharge planning sudah terlaksana namun
metode yang digunakan masih belum optimal yaitu masih berupa
lisan tanpa adanya media sebagai alat bantu. Media penyampaian
informasi berkaitan dengan perawatan seperti lembar balik/
gambar dan leaflet untuk membantu pemahaman pasien terhadap
penyampaian informasi yang telah diberikan bidan maupun
perawat terhadap perawatan yang harus dilakukan saat pasien
sudah berada di rumah.

d. Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan
kesenjangan antara teori dan pengaplikasian diruangan yaitu
Pelaksanaan discharge planning sudah terlaksana namun metode
yang digunakan masih belum optimal yaitu masih berupa lisan
tanpa adanya media sebagai alat bantu.
57
58

6. Ronde Keperawatan

a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh kepala
ruangan di Irna III.A belum pernah dilakukan Ronde Keperawatan,
dikarenakan beberapa kendala salah satunya kesiapan Visite dokter
umum maupun Dokter spesialis.
b. Kajian Teori.
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan dalam mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan disamping klien,
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus
tertentu yang dilakukan oleh perawat primer, kepala ruangan,
perawat associate serta melibatkan seluruh anggota tim.
1) Kriteria klien yang dilakukan ronde:
(a) Klien dengan masalah keperawatan yang belum teratasi
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan
(b) Klien dengan kasus baru atau langka
2) Karakteristik:
(a) Klien dilibatkan secara langsung.
(b) Klien merupakan fokus kegiatan.
(c) PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
(d) Konselor memfasilitasi kreatifitas.
(e) Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP untuk
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
3) Prosedur Pelaksanaan Ronde Keperawatan
(a) Persiapan
(1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelumnya waktu
pelaksanaan ronde.
(2) Pemberian informed consent kepada klien/keluarga.
(b) Pelaksanaan ronde:
(1) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer
dalam hal ini penjelasan difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau
telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang
perlu didiskusikan.
59

(2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.


(3) Pemberian justifikasi oleh PP atau konselor /
kepala ruangan tentang masalah klien serta
rencana tindakan yang akan dilakukan.
(4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang
telah dan akan yang akan ditetapkan.
(c) Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada
klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu
dilakukan.
60

4) Alur Ronde Keperawatan

TAHAP PRA PP
RONDE

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien:
Inform Concernt
Hasi Pengkajian/ Validasi
data

TAHAP PELAKSANAAN Penyajian Apa diagnosis keperawatan?


Masalah Apa data yang mendukung?
DI NURSE STATION Bagaimana intervensi yang sudah
dilakukan?
Apa hambatan yang ditemukan?

validasi data
TAHAP RONDE PADA
BED KLIEN

Diskusi PP-PP,
Konselor,KARU

TAHAP PASCA RONDE Lanjutan-


diskusi di
Nurse Station

Kesimpulan dan
rekomendasi
solusi masalah

Gambar 2.5 Alur Ronde Keperawatan (Nursalam, 2011)


61

7. Program Sentralisasi Obat


a.Kajian teori
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana seluruh
obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan
pengelolahan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002).

Tujuan penggelolaan obat adalah menggunakan obat secara


bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan
asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.Hal-hal berikut
ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat
perlu disentralisasikan:

a) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien


b) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat
standar yang lebih murah dengan mutu yang terjamin
memiliki efektifitas dan keamanan yang sama.
c) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya
untuk mencoba”
d) Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang
diperlukan
e) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya,
dan yang akan membuang atau lupa untuk minum
f) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga
banyak yang tersisa sesudah batas kadaluarsa
g) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat
menjadi tidak efektif
h) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya
atau panas
i) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu
banyak pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau
dicuri
(Mc. Mahon, 1990).
62

Tekhnik Pengelolaan Obat (sentralisasi)


Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.

a)Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan


yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf
yang ditunjuk
b)Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta menggontrol
penggunaan obat
c)Penerimaan obat
d)Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan
obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada
perawat dengan menerima lembar obat.
e)Perawat menuliskan nama pasien, register jenis obat,
jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, dan
diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga atau pasien
dalam buku masuk obat. Keluar pasien selanjutnya
mendapatkan penjelasan kapan atau bila obat tersebut akan
habis, serta penjelasan tentang 5 T (Jenis, dosis,
waktu ,pasien dan cara pemberian).
f)Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat
yang harus diminum beserta kartu sediaan obat
g)Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh
perawat dalam kontak obat.
63

Alur pelaksanaan sentralisasi obat

Dokter

Kordinasi dengan
Farmasi/apotik perawat

Keluarga pasien

- Surat perstujuan
setralisasi obat dari
PP/Perawat yang menerima perawat
- Lembar serah terima
obat
- Buku serah
terima/masuk obat

Pengaturan & pengelolaan


obat oleh perawat

Obat Minum/Oral Obat Injeksi

Pasien/keluarga Perawat

Pembagian Obat

a) Obat telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku


daftar pemberian obat sesuai R.4.9
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan aluryang tercantum dalam buku
daftar pemberian obat dengan terlebih dahulu dicocokan
dengan terapi yang diinstruksikan dokter dan kartu obat yang
ada pada pasien
c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan tempat
64

atau wadah obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi.


Pantau efek samping pada pasien.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh
kepala ruang atau petugas yang ditunjuk kepada dokter
penanggung jawab pasien.
Penambahan Obat Baru

a) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis


atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukkan dalam R.4.9 catatan pemberian obat dan sekaligus
dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
b) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja)
Menyimpan Persedan Obat

a. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah


obat dan menulis etiket dan nama, tempat tanggal lahir, RM.
Penyimpanan stok (pesediaan) yang teratur dengan baik
merupakan bagian penting dari manejemen obat. Obat yang
diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam
kartu persediaan.
b. Sistem kartu persediaan.
Sebuah kartu pesediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan
untuk menggantikan buku besar persediaan.Kartu ini berfungsi
seperti seperti buku besar persediaan, yakni neraca
dikeseirnbangkan dengan menambahkan barang yang diterima dan
mengurangi dengan jumlah barang ditempatkan pada, halaman
yang terpisah, tetapi dalam sistem kartu persediaan, msing-
msing barang dituliskan dalam kartu yang terpisah.
C. Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat
serta lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan
antara, obat untuk penggunaan oral (untuk diminum) dan obat
luar (pedoman,1990). Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi
dengan manajemen farmasi yang sistematis karena obat sebagai
salah satu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit tidak
dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan tertentu.Obat
65

harus ada, dalam persediaan setiap rumah sakit sebagi bahan


utama dalam rangka mencapai misi utamanya sebagai health
provider.Menejemen farmasi rumah sakit adalah seluruh upaya
dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagi
salah satu penunjang untuk tercapainya tujuan. Upaya dan
kegiatan ini meliputi: penetapan standart obat, perencanaan,
pengadaan obat, penyimpanan, pendistribusian/saran/informasi
tentang obat, monitoring efek camping obat. Faktor kunci
yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien
meliputi: pelayanan yang cepat, ramah yang baik (yoga,
2003). Obat akan memberi manfaat kepada para pengguna dan
juga bermanfaat dalam pengendalian biaya runah sakit.
Persediaan obat, baik dari segi jenis maupun volume, harus
selalu mencukupi kebutuhan tanpa ada efek samping seperti
kadaluarsa dan rusak, tujuan obat adalah penggunaan obat
yang tepat untuk pasien yang memerlukan penggobatan. Obat-
obatan dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang terkunci
atau dari lemari penyimpanan, oleh orang bertugas menangani
persediaan obat kepada bagian yang menggunakan. Obat
digunakan secara teratur dan dalam jumlah yang diketahui:
hal ini memungkinkan pemantauan (observasi) dan pengawasan
penggunaan obat. Kegiatan yang dilakukan dalam mengawasi
pengeluaran obat akan memungkinkan perawat mengetahui kapan
melakukan pemesanan ulang, mencocokan pemakaian obat dengan
pengobatan pasien, segera sadar akan ketidakcocokan dalam
pemberian obat, memeriksa perubahan pemakaian obat.

b. Wawancara
Berdasarkan wawancara alur sentralisasi obat yang
terdapat di Ruang IRNA IIIA RSUD Kota Mataram berawal dari
66

dokter, kemudian diberikan kepada keluarga pasien, lalu


diberikan kepada farmasi/apoteker, kemudian diserahkan
kepada keluarga pasien, selanjutnya di serahkan ke perawat.
Perawat apabila siang, malam, dan hari libur, yaitu berupa
surat persetujuan obat (resep) kemudian obat diambil ke
bagian farmasi setelah obat yang telah didapatkan disimpan
dilemari obat (loker), kecuali obat oral langsung diberikan
ke keluarga pasien oleh bagian farmasi (apoteker) dan telah
dijelaskan dosis, kegunaan, dan efek dari obat. Sedangkan
untuk pagi hari alur sentralisasi obat melalui petugas
apotek yang ada diruangan.

c. Observasi
Berdasarkan Observasi dilakukan oleh Exel alfianto
mahasiswa stikes mataram bahwwa Alur sentralisasi Obat
sudah sesuai dengan tahapan yang ada diRSUD Kota mataram
dimana berawal dari dokter, kemudian diberikan kepada
keluarga pasien, lalu diberikan kepada farmasi/apoteker,
kemudian diserahkan kepada keluarga pasien, selanjutnya di
serahkan ke perawat. kemudian diberikan kepada Perawat
apabila siang, malam, dan hari libur, yaitu berupa surat
persetujuan obat (resep) kemudian obat diambil ke bagian
farmasi setelah obat yang telah didapatkan disimpan
dilemari obat (loker), kecuali obat oral langsung diberikan
ke keluarga pasien oleh bagian farmasi (apoteker) dan telah
dijelaskan dosis, kegunaan, dan efek dari obat. Sedangkan
untuk pagi hari alur sentralisasi obat melalui petugas
apotek yang ada diruangan.
d. Masalah
Berdasarkan hasil Wawancara dan observasi, didapatkan
bahwa alur sentralisasi obat dari dokter, kemudian
diberikan kepada keluarga pasien, lalu diberikan kepada
farmasi/apoteker, kemudian diserahkan kepada keluarga
pasien, selanjutnya di serahkan ke perawat.

8. Supervisi
a. Kajian Teori
67

Secara teori, supervisi keperawatan adalah salah satu


fungsi pokok manager berupa proses pemberian sumber-sumber
yang dibutuhkan perawat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
untuk pencapaian tujuan, meliputi: 1) Langkah-langkah
supervisi, 2) Prinsip supervisi, 3) Peran dan fungsi
supervisi, 4) Tugas supervisi, dan 5) Teknik supervisi.
1) Langkah-langkah Supervisi:
- Pra supervisi
(a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan
disupervisi.
(b) Supervisor menetapkan tujuan supervisi, instrumen.
- Supervisi
(a) Supervisor ikut dalam pendokumentasian kegiatan
pelayanan bersama-sama PP dan PA.
(b) Supervisor meneliti dokumentasi status pasien.
(c) Supervisor mendapatkan hal-hal yang perlu dilakukan
pembinaan.
(d) Supervisor memanggil PP dan PA yang perlu dilakukan
pembinaan.
(e) Supervisor mengklasifikasi permasalahan yang ada.
(f) Supervisor memberikan masukan kepada PP dan PA.
- Evaluasi
(a) Supervisor mengevaluasi hasil bimbingan.
(b) Supervisor memberikan reward atau umpan balik
kepada PP dan PA.
2) Prinsip Supervisi
(a) Supervisi dilakukan sesuai struktur organisasi
(b) Supervisi memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dasar
manajemen, kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan
(c) Fungsi Supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir
dan sesuai standart
(d) Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokrasi
antara supervisor dan perawat pelaksana
68

(e) Supervisi menerapkan visi, misi, falsafah, tujuan dan


rencana yang spesifik
(f) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif,
komunikasi efektif, kreativitas dan motivasi
(g) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil guna dan
berdaya guna dalam pelayanan keperawatan yang memberi
kepuasan klien, perawat dan manajer.
3) Fungsi dan peran supervisor
Fungsi dan peran supervisor khususnya dalam supervisi
keperawatan mempertahankan keseimbangan manajemen pelayanan
keperawatan, manajemen sumber daya, dan manajemen anggaran
yang tersedia.
Manajemen pelayanan keperawatan meliputi: mendukung
pelayanan keperawatan, rencana program keperawatan,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
4) Tugas Supervisor.
(a) Mempertahankan standart praktek keperawatan.
(b) Menilai kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.
(c) Mengembangkan peraturan dan prosedur pelayanan
keperawatan, bekerja sama dengan tenaga kesehatan
lainnya.
(d) Memantapkan kemampuan perawat.
(e) Memastikan asuhan keperawatan profesional
dilaksanakan.
5) Teknik Supervisi
(a) Secara Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan
yang sedang berjalan. Supervisor terlibat dalam
kegiatan, memberikan reward dan perbaikan.
- Prosesnya:
(1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri
suatu tindakan keperawatan didampingi
supervisor
69

(2) Selama proses, supervisor memberi dukungan,


reinforcement dan petunjuk
(3) Supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi setelah kegiatan selesai, yang
bertujuan untuk menguatkan cara yang telah
sesuai dan memperbaiki kekurangan dan
reinforcement positif dari supervisor.
(b) Secara Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis
maupun maupun lisan. Supervisor tidak terlibat atau
melihat langsung apa yang terjadi di lapangan,
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan
balik dapat diberikan secara tertulis
70

6) Alur Supervisi

Kabid Perawatan

Kasi
Perawatan

KabidPerawat
an
Menetapkan kegiatan dan tujuan
Karu
serta instrument / alat ukur
supervi

Menilai kinerja Perawat


PP 1 PP 2
Delegasi
Feedback PA PA
Koreksi atau pemecahan
masalah
Reward/Reinforcement Kualitas Pelayanan Meningkat

Gambar 2.4 Alur Supervisi


Keterangan : Kegiatan supervisi

Delegasi dan Supervisi

b. Wawancara

Berdasarkan Hasil wawancara dilakukan oleh Exel


alfianto mahasiswa stikes mataram kepada kepala ruangan Irna
IIIA bahwa Supervisi ruangan dilakukan hanya bersifat tidak
langsung susuai dengan keadaan ruangan

c. Observasi
Berdasarkan Hasil Observasi yang dilakukan oleh Exel
alfianto Mahasiswa Stikes Mataram bahwa supevisi ruang sudah
dilakukan dengan cara bersifat tidak langsung.

Anda mungkin juga menyukai