Anda di halaman 1dari 44

TUGAS “MIT LANDASAN PENDIDIKAN”

Disusun Guna Memenuhi Tugas MIT

Mata Kuliah: Landasan Pendidikan dan Pembelajaran

Dosen Pengampu: Dr. Mahfud M. Gamar, M.Pd

Oleh:

INDRIANI (A32221001)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2021
ARTIKEL NASIONAL KE-1

Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pendidikan dalam


Pengembangan Multimedia Interaktif
Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika - Volume 5, No 2 (2019) 155-162

Rizka Ariani1), Festiyed2)


Program Pasca Sarjana Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
1)

2)
Dosen Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang arianirizuka@gmail.com

1. Judul (Title)
dalam jurnal yang berjudul “Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Pendidikan dalam Pengembangan Multimedia Interaktif” sudah
mencerminkan isi artikel karena sesuai dengan kupasan teori-teori yang relevan yang
ada di dalam jurnal tersebut. Jumlah kata pada jurnal ini sebanyak 11 kata dan tidak
menggunakan kata klise karena judulnya sudah sangat jelas

2. Penulis (Author)
Artikel jurnal ini di tulis oleh 2 orang yang bernama Rizka Ariani dan
Festiyed penulisan nama penulis pada artikel ini sudah benar karena nama di
tuliskan tanpa menggunakan gelar

3. Korespondensi (Affiliation)
Dalam artikel jurnal ini nama penulis dilengkapi dengan alamat korespondensi
seperti adanya e-mail (arianirizuka@gmail.com) terdapat nama lembaga pendidikan
dan program studi penulisan jurnal (Program Studi Pasca Sarjana Pendidikan Fisika
FMIPA Universitas Negeri Padang) pada jurnal ini tidak dilengkapi alamat penulis
jurnal.
4. Abstrak (Abstract)

ABSTRACT
Research conducted includes descriptive research. On descriptive statistics without
analyzing and making conclusions that apply to the public. The population in this study are
articles and online books analyzed. The samples in this study are some of the articles
analyzed, taken according to the topic. Educational institutions, especially school path
education, must be able to accommodate and anticipate the development of science and
technology. Teaching material should be the result of the development of the latest science
and technology, both related to the results of information acquisition, as well as how to
obtain that information and utilize it for the community. With the advancement in technology,
it is possible to produce interactive learning media that are interesting and fun for teaching
and learning. As Suheri (2006) argues that multimedia gives a pleasant impression of helping
the learning process in remembering and multimedia learning in the classroom is not a new
phenomenon, but advances in computer technology enable multimedia to be developed to
present learning material interactively.

Keywords :Multimedia, Educational Science and Technology


 Pada abstrak artikel jurnal ini terdapat penjelasan singkat mengenai isi tulisan,
metode penelitian, sampel dan populasi dalam abstrak penelitian tidak jelas
berapa jumlahnya tetapi tidak memuat hasil penelitian di bagian abstrak
 Abstrak diatas terdiri dari satu paragraf terdiri dari 166 kata
 Tidak ada singkatan, kutipan, tabel dan gambar
 Absatrak menggunakan bahasa yang mudah di pahami tetapi tidak memuat
hasil penelitian yang jelas dan berapa jumlah populasi dan sampel
 Abstrak pada artikel ini hanya ditulis menggunakan bahasa inggris
 Menurut pendapat saya abstrak pada artikel ini belim bagus

5. Kata kunci ( keywords)

Keywords :Multimedia, Educational Science and Technology


 Dalam artikel ini sudah terdapat kata kunci
 Kata kunci hanya di tuliskan satu bahasa yaitu bahasa inggris
 Kata kunci terdiri dari 3 istilah ynag dibahas dalam artikel
 Istilah Multimedia, Educational, dan Technology terdapat pada judul
 Istilah yang di gunakan pada kata kunci mengacu pada bidang multimedia,
pendidikan dan teknologi
 Menurut pendapat saya istilah yang digunakan pada kata kunci sudah cukup
bagus dan untuk menambah pengetahuan pembaca

6. Pendahuluan (Introduction)

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan proses
pembelajaran nyaman untuk peserta didik aktif mengekplorasi kemampuan
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan dan akhlak mulia untuk bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Fungsi Pendidikan Nasional dituangkan dalam UU Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 yang berbunyi: “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pada dasarnya
pendidikan di Indonesia memuat pendidikan berkarakter sesuai budaya Indonesia,dan
sejalan dengan pembelajaran abad 21.
Pembelajaran Abad 21 mengacu pada landasan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga meminta sumber daya manusia untuk menguasai berbagai bentuk
keterampilan, seperti berpikir kritis dan memecahkan masalah yang semakin
bertambah.Perkembanagan teknologi membawa pengaruh yang besar terhadap
kehidupan sosial dan kebudayaan umat manusia, yang meliputi beberapa aspek antara
lain komunikasi, transportasi, mekanisasi industri, pertanian dan persenjataan,
termasuk di dalamnya adalah pendidikan.Perkembangan IPTEK di samping banyak
menimbulkan perubahan dalam nilainilai, baik nilai sosial, budaya, spiritual,
intelektual maupun material, juga menimbulkan kebutuhan baru, aspirasi baru dan
sikap hidup baru.
Hal inimembentuk perubahan pada sistem dan isi pendidikan yang diwujudkan
dalam rekonstruksi kurikulum. Mengingat pendidikan bukan hanya mewariskan nilai-
nilai dan hasil kebudayaan lama, tetapi juga mempersiapkan SDM unggul agar
mampu hidup pada masa kini dan yang akan datang. Perkembangan teknologi secara
langsung maupun tidak langsung membawa pengaruh terhadap kurikulum dalam
system pendidikan. Pengaruh langsung dari perkembangan IPTEK ini adalah dalam
memberikan materi atau bahan yang akan disampaikan dalam pendidikan.
Dunia pendidikan dan pembelajaran terus berkembang semakin pesat seiring
dengan perkembangan budaya pada manusia dari berbagai teoritis dan praktis.Hal
tersebut berdampak mengenai inovasi tentang dunia pendidikan dan
pembelajaran.Dasar dari perkembangan pendidikan dan pembelajaran tidak lepas dari
yang namanya perkembangan teknologi.Jika teknologi dikaitkan dengan kata
pendidikan menjadi teknologi pendidikan, sedangkan jika dihubungkan dengan
pembelajaran menjadi teknologi pembelajaran.Dengan adanya pengaruh dari segi
perkembangan teknologi ini menyebabkan berbagai perubahan pola dalam pendidikan
dan pembelajaran.Salah satu contoh dari perubahan pola dalam pendidikan dalam
pengaruh teknologi ialah dalam setiap tahun sistem pendidikan khususnya di
Indonesia terus mengalami perubahan mulai kurikulum, pelaksanaan pembelajaran
sampai pelaksanaan ujian.Sedangkan contoh dalam perubahan pembelajaran yang
dipengaruhi teknologi yaitu mulai dari pembelajaran yang hanya dilakukan secara
tradisional hingga online.
Kata ilmu merupakan kata serapan dari bahasa Arab "ilm" yang berarti
memahami, mengerti, atau mengetahui.Ilmu pengetahuan berarti dapat memahami
suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial,
dan lain sebagainya.Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh
paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu. Syarat-syarat ilmu tersebut
dinyatakan sebagai berikut :
1) Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu masalah
yang sama sifat hakikatnya baik dari luar maupun dari dalam.
2) Metodis.Artinya upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari suatu kebenaran.
3) Sistematis. Dalam perjalanan prosesnya ilmu harus terurai dan terumuskan
dalam hubungan yang teratur dan logis membentuk suatu sistem utuh,
menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya.
4) Universal. Kebenaran yang dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum.
Sedangkan pengetahuanmerupakansuatu informasi disadari diketahui oleh
seseorang. Pengetahuan tidak hanya dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori,
prinsip dan prosedur yang secara probabilitas Bayesian adalah benar atau
berguna.Ilmu Pengetahuan inilah yang menjadi dasar dari pendidikan.Sementara
pendidikanmerupakan suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu
mencerdaskan manusia. Dengan adanya revolusi industry 4.0 maka ilmu pengetahuan
yang diajarkan dalam dunia pendidikan hendaknya dapat mengikuti perkembangan
teknologi sehingga sejalan dengan perkembangan zama. Teknologiitu sendiri adalah
sebuah terminologi yang berasal dari Barat / Yunani, yaitu "technology".Teknologi
merupakan penerapan atau implementasi dari ilmu pengetahuan dan rekayasa untuk
tujuan tertentu (Meliono, 2007). Tujuan tertentu ini antara lain untuk pemecahan
suatu masalah (problem solving), untuk menghasilkan suatu produk, dan sebagainya.
Teknlogi sangat erat kaitannya dengan sains (science) dan perekayasaan
(engineering) (Nasution, 1994). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua
dimensi yaitu sciencedan engineeringyang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains
mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, tentang materi dan
energi dalam interaksinya satu sama lainnya.
Landasan ilmiah pendidikan merupakan asumsi-sumsi yang bersumber dari
disiplin ilmu tertentu yang dijadikan sebagai titik tolak pendidikan. Sebagaimana
diketahui terdapat berbagai disiplin ilmu seperti: psikologi, sosiologi, antropologi,
historis, dsb (Robandi, 2005). Sebab itu, ada berbagai jenis landasan ilmiah
pendidikan, antara lain: landasan psikologis pendidikan, landasan sosiologis
pendidikan, landasan antropologis pendidikan, dan landasan historis pendidikan.
Landasan ilmiah menunjang keberadaan teknologi pendidikan beserta bidang
penelitiannya, beberapa paham teknologi pendidikan sebagai berikut :
1. A.A Lumsidaine (1964), teknologi pendidikan merupakan aplikasi dari ilmu
ilmiah dasar yaitu: ilmu fisika, rekayasa mekanik, elektronika, teknologi
komunikasi, ilmu prilaku, ilmu komunikasi dan ekonomi.
2. Robert Morgan (1978) berpendapat ada tiga disiplin utama fondasi teknologi
pendidikan yaitu ilmu perilaku, ilmu komunikasidan ilmu manajemen,
3. Donald P. Eli (1983) teknologi pendidikan meramu sejumlah disiplin dasar dan
bidang terapan menjadi prinsip, prosedur keterampilan. Disiplin yang memberikan
kontribusi adalah: a. Basic contributing discipline : komunikasi, psikologi,
evaluasi dan manajemen
b. Related contributing fiels: psikologi persepsi, psikologi kognisi, psikologi
sosial, media sistem dan penilaian kebutuhan.
4. Barbara B. Seels and Rita C. Richey (1994) akar intelektual teknologi
pembelajaran berasal dari disiplin lain meliputi: psikologi, rekayasa, komunikasi,
ilmu komputer, bisnis dan pendidikan.
Landasan ilmiah dan teknologi pendidikan mempunyai kaitan erat. Seperti
diketahui IPTEK menjadi isi kajian di dalam pendidikan dengan kata lain pendidikan
berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek. Dari sisi lain
setiap perkembangan iptek harus segera diimplementasikan oleh pendidikan yakni
dengan segera memasukkan hasil pengembangan iptek ke dalam isi bahan ajar.
Sebaliknya, pendidikan sangat dipengaruhi oleh cabang-cabang iptek
(psikologi,sosiologi, antropologi, dsb).Seiring dengan kemajuan iptek, maka pada
umumnya ilmu pengetahuan juga berkembang sangat pesat (Junaid, 2012). Selain itu
pendidikan sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabangcabang IPTEK. Dengan
perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat yang makin kompleks maka
pendidikan dalam segala aspeknya mau tak mau harus mengakomodasi
perkembangan itu, baik perkembangan IPTEK maupun perkembangan masyarakat.
Dari sisi lain, pendidikan formal telah berkembang sedemikian rupa sehingga
menjadi suatu lingkup kegiatan yang luas dan kompleks. Konsekuensi perkembangan
pendidikan itu menyebabkan penataan kelembagaan, pemantapan struktur organisasi
dan mekanisme kerja, pemantapan pengelolaan, dan lain-lain haruslah dilakukan
dengan memanfaatkan IPTEK. Selanjutnya, karena kebutuhan pendidikan yang
sangat mendesak maka banyak teknologi dari berbagai bidang ilmu segera diadopsi
dan dimanfaatkan ke dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan
erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang
proporsional dalam bahan ajar, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan
dalam pewarisan iptek tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar iptek dan
calon pakar iptek itu sendiri. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan
fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut .
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik, yang dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga
pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan
mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar seyogyanya hasil perkembangan
iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara
memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat (Hasbullah, 2006). Dasar
Pemikiran Pendidikan ada tiga yaitu, pertama setiap warga Negara dituntut untuk
hidup berguna dan bermakna bagi Negara dan bangsanya, dan mampu mengantisipasi
perkembangan dan perubahan masa depannya. Kedua perlu penguasaan IPTEK yang
berdasarkaan nilai-nilai Pancasila.Ketiga nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai
panduan dan pandangan hidup setiap warga Negara dalam kehidupannya
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ilmu Pengetahuan dan teknologi adalah suatu bagian yang tak lepas dari
kehidupan manusia dari awal peradaban sampai akhir dari segala kehidupan manusia.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terus berkembang seiring perkembangan peradaban
manusia di dunia. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam
pembentukan karakter peserta didik, setiap perkembangan zaman pendidikan akan
selalu mengalami perubahan dan tentunya perubahan itu haruslah menjadi lebih baik
dari sebelumnya.Untuk menyiapkan dan menghasilkan lulusan yang berkompeten
maka sangat perlu dilakukan pengembangan desain dan model pembelajaran yang
inovatif dan interaktif.Dalam penyelenggaraan proses pembelajaran di Indonesia
standarnya telah diatur yaitu dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik (Permen RI No. 19 tahun 2005 pasal 19 ayat 1).
Dari ketiga kebijakan mengenai pendidikan, pembelajaran dan proses pembelajaran
tersebut saling berkaitan yaitu, dalam mendidik anak di- lakukan melalui
pembelajaran, proses pembelajaran tersebut harus sesuai dengan karakteristik peserta
didik. Dalam era globalisasi, karakteristik peserta didik dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi masa kini.Sehingga secara tidak langsung seorang pendidik
harus menguasai berbagai teknologi masa kini dalam upaya mendidik dan
membelajarkan peserta didik.
Hal ini menuntut pendidik agar bisa menyesuaikan kegiatan pembelajaran di
kelas dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
pemerintah, menggunakan lembar kerja siswa yang disediakan oleh sekolah, serta
sesekali diiringi dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik minat
belajar siswa agar dapat membantu siswa memiliki pola pikir yang kritis dalam
menghadapi tantangan pembelajaran Abad 21.Media pembelajaran merupakan salah
satu pendukung proses pembelajaran. Media digunakan sebagai alat bantu bagi
pendidik untuk menciptakan kondisi lingkungan dalam pembelajaran lebih efektif dan
efisien, sehingga dapat membangkitkan keinginan dan motivasi serta meningkatkan
minat belajar agar memacu peserta didik dalam menerapkan dan mengintegrasikan
berbagai konsep yang telah dipelajari. Media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat menyampaikan pesan dari sumber secara terencana, sehingga terjadi
lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses
belajar secara efektif dan efesien. Pesan yang disampaikan melalui media dalam
bentuk isi atau materi pengajaran itu harus dapat diterima oleh penerima pesan
(siswa), dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberapa alat indera
mereka.Bahkan lebih baik lagi apabila seluruh indera yang dimiliki mampu menerima
isi pesan yang disampaikan. Dengan adanya kemajuan teknologi memungkinkan
untuk dihasilkan media pembelajaran interaktif yang menarik dan menyenangkan
untuk proses belajar mengajar. Multimedia memberikan kesan menyenangkan
membantu proses pembelajaran dalam mengingatnya (Suheri, 2006). Sependapat
dengan hal tersebut, (Frey & Sutton, 2010) mengatakan bahwa pembelajaran
multimedia di kelas bukanlah fenomena baru, tetapi kemajuan teknologi komputer
memungkinkan multimedia dikembangkan untuk menyajikan materi pembelajaran
secara interaktif dan inovatif.
Multimedia Interaktifadalah suatu media yang dilengkapi dengan alat
pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna dapat memilih apa yang
dikehendakinya untuk proses selanjutnya contohya aplikasi game (ariani dan
haryanto, 2010). Multimedia interaktif merupakan kumpulan dari beberapa media
seperti tesk, gambar, audio, video, dan animasi yang bersifat interaktif yang digunkan
untuk menyampaikan informasi. Ivers & Ann (2010) menjelaskan: “multimedia is the
use of several media to present information. Combinations may include text,
graphics, animation, pictures, video, and sound”. Multimedia adalah penggunaan
beberapa media untuk menyajikan informasi.Kombinasi ini dapat berisi teks, grafik,
animasi, gambar, video, dan suara. Teknologi saat ini, bagaimanapun memungkinkan
pendidik dan siswa untuk mengintegrasikan, menggabungkan dan berinteraksi dengan
media yang jauh melampaui apa yang sebelumnya. Vaugan (2011) menjelaskan
bahwa: “Multimedia is any combination of text, art, sound, animation, and video
delivered to you by computer or other electronic or digitally manipulated means”.
Multimedia adalah kombinasi teks, seni, suara, animasi, dan video yang dikirimkan
oleh komputer atau sarana elektronik lainnya atau digital dimanipulasi.
Munir (2013) membagi multimedia menjadi beberapa jenis atau kategori, yaitu:
multimedia yang berbentuk nertwork-online (internet) dan multimedia offline/stand
alone (tradisional). Jenis jasa multimedia terdiri dari dua yaitu berdiri sendiri
(offline/stand alone), seperti pengajaran konvensional/tradisional dan terhubung
dengan jaringan telekomunikasi (network-online) seperti internet. Sistem multimedia
stand alone merupakan sistem komputer multimedia yang memiliki minimal
penyimpanan/storage (harddisk, CD-ROM/ DVD-ROM/CD-RW/DVD-RW) alat
input (keyboard, mouse, scanner dan mic) dan alat output (speaker, monitor, LCD
Proyektor).
Keunggulan yang dimiliki oleh multimedia pembelajaran interaktif sebagai
media pembelajaran menurut Newby (2000, p.108), antara lain: (1) memberikan pem-
belajaran dengan penyimpanan informasi yang baik; (2) desain pembelajaran yang
ditunjukan bagi siswa dengan karakteristik belajar yang berbeda; (3) langsung
ditujukan bagi domain pembelajaran efektif tertentu; (4) menghadirkan pembelajaran
yang realistis; (5) dapat meningkatkan motivasi peserta didik; (6) menuntut siswa
agar lebih interaktif; (7) kegiatan pembelajaran lebih bersifat individual; (8) memiliki
konsistensi materi yang diberikan; dan (9) siswa mempunyai pengendalian terhadap
kecepatan belajar setiap individu. Vaugan (2011, p.297) menjelaskan terdapat empat
struktur dasar navigasi yang digunakan dalam produk multimedia, diantaranya: (1)
struktur linier; (2) struktur hierarkis; (3) struktur non linier; dan (4) struktur komposit.
dalam penelitian ini peneliti menggunakan struktur hierarkies (linier dengan
percabangan) karena sepanjang percabangan-percabangan dari struktur ini terbentuk
oleh logika isi yang tersedia dari setiap materi.
a. Definisi Multimedia Interaktif
Information and communication technologies (ICT) dapat dijadikan sebagai
pendukung bagi guru untuk melaksanakan proses belajar mengajar dalam kelas
tradisional dan dapat pula dijadikan sebagai pengganti metode pengajaran tradisional
dengan metode yang baru dalam proses pengajaran (Cekerevac, et al., 2011).
Perkembangan multimedia menjanjikan potensi besar untuk mengubah cara seseorang
belajar, cara memperoleh informasi, cara menyesuaikan informasi yang diperoleh dan
sebagainya (Harun dan Tasir, 2003). Multimedia juga memberikan peluang kepada
guru untuk memilih proses belajar yang diinginkan baik itu proses belajar mengajar
terpusat pada guru (teacher centric), terpusat pada siswa (student centric) maupun
gabungan dari keduanya (Neo dan Neo, 2004).
Multimedia didefinisikan sebagai kombinasi dari teks, foto, grafik, suara,
animasi, dan video yang saling berhubungan dan dimanipulasi secara digital (Harun
dan Tasir, 2003; Locatis, 2001; Muthukumar, 2004; Neo dan Neo, 2004; Chua et al.,
2009).Penggunaan berbagai elemen media selanjutnya dirancang dengan pemanfaatan
komputer sehingga mampu menghasilkan sebuah multimedia yang interaktif. Di
mana Hofstetter mengatakan bahwa multimedia interaktif adalahpemanfaatan
komputer untukmenggabungkan teks, grafik, audio,gambar bergerak (video dan
animasi)menjadi satu kesatuan dengan link dantool yang tepat sehingga
memungkinkanpemakai multimedia dapat melakukannavigasi, berinteraksi, berkreasi,
dan berkomunikasi(Juhaeri, 2007).
Multimedia interaktif merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi
materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara
sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi /subkompetensi mata pelajaran
yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya (Riyana, 2007:5). Smaldino
(2005:147) berpendapat bahwa multimedia interaktif merupakan suatu sistem
penyampaian pembelajaran yang merekam visual, suara, dan video yang
dipresentasikan kepada pengguna dibawah kendali komputer, dimana pengguna tidak
hanya dapat melihat gambargambar dan mendengar suara-suara, tetapi juga memberi
respon aktif dimana respon tersebut mempengaruhi langkah serta urutan penyajian
presentasi.
Menurut Sarwiko (2010) ada beberapa keuntungan dan kelebihan menggunakan
multimedia interaktif dalam pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: (1)
sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif; (2) pengajar akan selalu dituntut
untuk kreatif inovatif dalam mencari terobosan pembelajaran; (3) mampu
menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam
satu kesatuan yang saling mendukung gua tercapainya tujuan pembelajaran; (4)
menambah motivasi belajar selama proses pembelajaran hingga didapatkan tujuan
pembelajaran yang diinginkan; (5) mampu mevisualisasikan materi yang selama ini
sulit untuk diterangkan hanya sekedar dengan penjelasan atau alat peraga yang
konvensional; (6) melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan. Pemanfaatan multimedia interaktif ini dapat meningkatkan motivasi
peserta didik untuk belajar dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh
peserta didik. Kemudian pengguna multimedia interaktif ini juga dapat digunakan
oleh guru dalam melakukan berbagai penilaiain di dalam proses
pembelajaran.Berdasarkan uraian tentang pengertian multimedia interaktif diatas
dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif merupakan media, alat atau sarana
pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan pembelajaran yang
mengintegrasikan teks, grafik, audio,gambar bergerak (video dan animasi) dibawah
kendali komputer.

b. Ciri-ciri Multimedia Interaktif


Harun dan Tasir (2003:3) menjelaskan bahwa ciri-ciri suatu media dikatakan
interaktif hendaknya memiliki lima elemen antara lain: 1) Teks, dalam suatu sistem
multimedia interaktif, teks memainkan peranan penting dalam menyalurkan informasi
kepada pengguna. 2) Grafik, penggunaan grafik dapat memberikan informasi yang
lebih pantas dan tepat karena disampaikan dalam bentuk visual. 3) Audio, dalam
sistem multimedia interaktif, penggunaan audio dapat membantu proses penyampaian
informasi sehingga lebih berkesan, selain dari pada itu, audio juga dapat
meningkatkan motivasi di kalangan para pengguna supaya lebih berminat mengikuti
proses penyampaian informasi. 4) Video, penggunaan video pada proses
penyampaian informasi berupaya mempengaruhi motivasi seseorang dalam menerima
informasi. Selain itu, video juga mewujudkan suasana realistik kepada para pengguna.
5) Animasi, animasi adalah paparan visual yang bersifat dinamik. Animasi adalah
elemen multimedia yang diminati serta mendapat perhatian yang ramai karena
animasi dapat menampilkan dan menzahirkan fantasi manusia ke alam realitas dan
juga dapat menerangkan sesuatu yang sulit diterangkan dengan kalimat atau gambar.
Berdasarkan penjelasan tentang ciri-ciri multimedia interaktif di atas meliputi,
teks, grafik, audio, video dan animasi dapat disimpulkan bahwa suatu media
dikatakan multimedia interaktif jika memiliki kelima unsur tersebut sebagai upaya
penyampaian informasi agar dapat diterima dengan baik oleh pengguna dan lebih
berkesan.Nurhaida (2013: 2) menyebutkan bahwa multimedia dikatakan multimedia
interaktif jika multimedia yang dikembangkan memanfaatkan user control/pengendali
dari sisi pengguna.Dengan menggabungkan kegunaan multimedia dengan control/
pengendalian, maka dapat dihasilkan sebuah multimedia yang interaktif.
Gungoren (2012: 15) menyebutkan bahwa karakteristik dan prinsip-prinsip dari
multimedia antara lain yaitu 1) Memberikan ruang dan kesempatan akan adanya
perbedaan individu, 2) Memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan
belajar mereka sendiri untuk memberikan kontrol siswa selama transisi antara
informasi, 3)Menyediakan instruksi pribadi sehingga siswa memiliki kesempatan
untuk belajar dengan strategi kognitif yang berbeda,pengajaran yang berbeda gaya
dan metode pengajaran yang berbeda, 4) Memberikan waktu kepada siswa untuk
mengenang apa yang telah dipelajari dan retensi waktu tersebut dapat mempengaruhi
peningkatan pemahaman, 5) Menyediakan transfer dalam dua cara: siswa dapat
menggunakan informasi dalam aplikasi nyata atau di daerah yang berbeda dan
memberikan ruang agar siswa dapat berpartisipasi aktifdalam pelajaran,
6)Meningkatkan minat siswa dan memberikan motivasi, 7) Memberikan siswa
pemecahan masalah dan keterampilan membuat keputusan, 8)Meningkatkan
kemampuan siswa untuk fokus pada pembelajaran.Berdasarkan ciri-ciri ataupun
karakteristik dari multimedia interaktif yang telah dijelaskan dapat disimpulkan
bahwa sebuah multimedia interaktif haruslah memiliki kompenen antara lain teks,
grafik, audio, video dan animasi dan dalam penggunaannya melibatkan control dari
pengguna sehingga multimedia dapat memberikan ruang dan kesempatan kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan keinginan gaya belajar mereka sesuai dengan
tingkat kognitif siswa itu sendiri.
Salah satu media pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengintegrasikan
pembelajaran abad 21 yaitu pengetahun, keterampilan dan sikap, serta teknologi
adalah Multimedia interaktif yang digunakan sebagai sumber media dalam
pembelajaran,sehingga dapat menuntun peserta didik dalam memahami konsep.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai multimedia interaktif dalam
pembelajaran, sekaligus merupakan salah satu bentuk untuk menerapkan landasan
ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai perkembangan zaman.Peneliti tertarik
melakukan analisis landasan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap pengembangan
multimedia interaktif.Dengan adanya jurnal ini dapat mempermudah calon peneliti
dan pembaca dalam memperoleh pengetahuan terhadap pengembanganmultimedia
interaktif sebagai landasan perkembangan IPTEK dalam dunia pendidikan.
 Pada bagian pendahuluan telah berisi paparan tentang masalah dan
ruang lingkup
 Bagian pendahuluan telah berisi paparan hasil kajian pustaka
 Bagian pendahuluan telah berisi argumentasi kenapa penelitian
dilakukan
 Menurut pendapat saya bagian dalam pendahuluan pada artikel ini
belum bagus karena belum memuat dengan jelas tentang indikator-
indikator peneltian

7. Metodologi penelitian

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan termasuk penelitian deskriptif.Penelitian
deskriptif ini merupakan sebuah penelitian yang bertujuan menggambarkan fenomena
yang ada, baik fenomena alam maupun buatan yang akan diteliti, dan juga dapat
menggambarkan proses yang terjadi serta menyajikan informasi penting dari variabel
yang diteliti. Populasi pada penelitian ini adalah artikel yang terbit pada jurnal
penelitian yang terpublikasi secara online tahun terbitan 2010-2019 tentang landasan
ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan, serta artikel tentang multimedia
interaktif.Sampel artikel dipilih dengan teknik sampling purposive (Arikunto, 2013;
Sugiyono, 2012: 91; Nawawi, 2012).
 Peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif
 Dengan tehnik pengumpulan data purposive sampling (Arikunto, 2013;
Sugiyono, 2012: 91; Nawawi, 2012)
 Menurut pendapat saya pada bagian metode penelitian belum berisi
paparan jelas tentang prosedur penelitian
8. Hasil Riset

No Judul artikel Tahun Hasil


1 Model Pembelajaran lntegrasi E-Learning berbentuk 2009 Pengaruh
CD-Multimediadengan Pembelajaran Berorientasi positif
Life
Skill untuk Meningkatkan Proses Sains Fisika
(Study
Eksperimen di SMP N 12 Padang)
2 Pembuatan Lembar Kerja Peserta Didik Multimedia 2017 Pengaruh
Interaktif Menggunakan Course Lab Berbasis positif
Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Fisika
Kelas X
3 Implementasi Model Pembelajaran Trait Treatment 2018 Pengaruh
Interaction (TTI) Menggunakan Multimedia positif
Swishmax 4.0
4 Landasan Teknologis Pendidikan dan Pembelajaran 2015 Pengaruh
positif
5 Multimedia Pembelajaran Interaktif: Konsep dan 2017 Pengaruh
Pengembangan positif
Hasil analisis beberapa artikel dapat dilihat dari tabel diatas bahwasanya
penelitian tentang multimedia interaktif yang telah dilakukan memberikan dampak
yang sangat positif terhadap peningkatan kompetensi peserta didik, baik sikap,
pengetahuan dan keterampilan.Hal ini menggambarkan bahwa penguasaan teknologi
pendidik maupun peserta didik dapat mempengaruhi sistem pendidikan Indonesia
sesuai perkembangan zaman, sehingga menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan.
Berdasarkan hasil analisis beberapa artikeltersebut juga menyatakan bahwa
lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah, haruslah mampu
mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan IPTEK. Bahan ajar seyogyanya
hasil perkembangan IPTEK mutakhir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan
informasi, maupun cara memperoleh informasi itu dan memanfaatkanya bagi
masyarakat. Dengan adanya kemajuan teknologi memungkinkan untuk dihasilkan
media pembelajaran interaktif yang menarik dan menyenangkan untuk proses belajar
mengajar.Penggunaan multimedia dalam pembelajaran menggambarkan bahwa media
memberikan pengaruh yang besar. Selain dari itu adanya media dapat membantu guru
dalam menghadapi tantangan 4.0 dan meningkatnya kompetensi siswa sesuai dengan
kebutuhan yang diharapkan di era sekarang. Selain itu media yang berisi objek
bergerak dan suara dapat menampilkan semua peristiwa yang ada dan dapat dimuat di
dalamnya, sehingga dapat memicu perhatian siswa dimulai dari pendengaran, mata
sampai kepada proses berpikir ilmiah dari objek yang diamati. Penggunaan media
dalam pembelajaran memiliki pengaruh besar terhadap ranah kognitif, afektif dan
psikomotor siswa. Menurut Hamalik alat bantu belajar dapat mempengaruhi proses
ketercapaian kompetensi lulusan dengan hasil belajar yang diinginkan. Jika
dihubungkan dengan media yang digunakan dalam proses pembelajaran, akan lebih
menguntungkan karena adanya multimedia guru tidak perlu menjelaskan
pembelajaran dan lebih menekankan student center. Dimana siswa aktif dalam
belajar, siswa yang mencari tahu dan menjelaskan dari peristiwa yang diamati sesuai
dengan pengalaman maupun informasi yang didapatkan. Adesote juga menyatakan
secara umum tujuan penggunaan media pembelajaran adalah membantu guru dalam
menyampaikan pesan atau materi pelajaran kepada siswanya, agar pesan lebih mudah
dimengerti, lebih menarik, dan lebih menyenangkan kepada siswa. Sedangkan secara
khusus media pembelajaran digunakan dengan tujuan: (1) memberikan pengalaman
belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga merangsang minat siswa untuk belajar,
(2) menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam bidang teknologi, (3)
menciptakan situasi belajar yang tidak mudah dilupakan oleh siswa, (4) untuk
mewujudkan situasi belajar yang efektif, dan (5) untuk memberikan motivasi belajar
kepada siswa.Perkembangan teknologi digital yang terjadi saat ini telah
memungkinkan pengguna media dapat menikmati pembelajaran multimedia dimana
saja.Pemanfaatan multimedia interaktif ini dapat meningkatkan motovasi peserta
didik untuk belajar dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh peserta
didik. Kemudian pengguna multimedia interaktif ini juga dapat digunakan oleh guru
dalam melakukan berbagai penilaiain di dalam proses pembelajaran.
 Hasil analisis
 Pada bagian hasil analisis dalam bentuk verbal dipaparkan dalam bentuk
tabel beserta penjelasannya
 Implikasi penelitian telah dikemukakan di analisis penelitian
 Pada artikel ini tidak terdapat pembahasan

9. Simpulan
KESIMPULAN

Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah, haruslah mampu


mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan IPTEK. Bahan ajaran seyogyanya
hasil perkembangan IPTEK mutakhir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan
informasi, maupun cara memperoleh informasi itu dan memanfaatkanya bagi
masyarakat. Dengan adanya kemajuan teknologi memungkinkan untuk dihasilkan
media pembelajaran interaktif yang menarik dan menyenangkan untuk proses belajar
mengajar. Seperti pendapat Suheri (2006) bahwa multimedia memberikan kesan
menyenangkan membantu proses pembelajaran dalam mengingatnya dan
pembelajaran multimedia di kelas bukanlah fenomena baru, tetapi kemajuan
teknologi komputer memungkinkan multimedia dikembangkan untuk menyajikan
materi pembelajaran secara interaktif. Ilmu Pengetahuan dan teknologi adalah suatu
bagian yang tak lepas dari kehidupan manusia dari awal peradaban sampai akhir dari
segala akhir kehidupan manusia. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terus berkembang
seiring perkembangan peradaban manusia di dunia.

 Kesimpulan di tulis dengan ringkas tetap belum jelas


 Tidak mengandung sesuatu yang baru dalam bidang tertentu

10. Daftar pustaka

DAFTAR PUSTAKA
Adesote, S.A., and Fatoki, O.R. (2013).The role of ICT in the teaching and learning
of history in the 21century. Academic Journals, 8 (21), 2155-2159.
Agustina, A. &Novista, D. 2012.Pengembangan media pembelajaran video untuk
melatih kemampuan memecahkan masalah pada materi larutan asam basa. Unesa
journal of chemical education, (1): 10-16
Arsyad, A. 2010.Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Asrizal. 2014. Analisis Hasil Uji Imp1ementasi Bahan Ajar Fisika Berbasis ICT
dalam BahasaInggris pada pembelajaran Siswa R-SMA-BI Kelas X di Kota
Padang. repository.unp.ac.id.
Asrizal. 2015. Pengembangan LKS IPA Terpadu Tipe Terhubung Berbasis ICT
Mengintegrasikan Nilai Karakter untuk Implementasi Standar Proses pada Siswa
SMP Kelas VIII.Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Fisika Padang, 7
November 2015. ISBN 978-602-14657-1-4.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang
SistemPendidikan Nasional.
Elwi, Lara Cesili., Festiyed., Djusmaini Djamas. 2017. Pembuatan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) Multimedia Interaktif Menggunakan Course Lab Berbasis
Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Fisika Kelas X SMA/MA. Pilar of
Physiscs Education, Vol 9 : 2.
Festiyed.Implementasi Model Pembelajaran Trait Treatment Interaction (TTI)
Menggunakan Multimedia Swishmax 4.0.NATURAL SCIENCE JOURNAL,
Volume 4, Nomor 2, September, 2018, Page 636 – 650.
Festiyed, Syakbaniah. (2008). Integrasi Model Pembelajaran E-Learning berbentuk
CDMultimedia dengan pembelajaran Keterampilan Proses Ilmu Kehidupan
yang Berorientasi untuk Meningkatkan Fisika (Studi Eksperimental di SMPN
12 Padang). Padang : UNP.
Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran,Jakarta : Bumi Aksara.
Hasbullah.2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5.Jakarta:PT. Raja
Grafindo Persada.
Hidayati dan Zakirman. 2017. praktikalitas media video dan animasi dalam
pembelajaran fisika di smp. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1)
Juhaid, Hamzah. 2012.Sumber Azaz dan landasan pendidikan.
SulesanaVolume7Nomor2
Lara Cesilia, Festiyed, Djusmaini Djamas. 2017. Pembuatan Lembar Kerja Peserta
Didik (Lkpd) Multimedia Interaktif Menggunakan Course Lab Berbasis
Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran Fisika Kelas X Sma/Ma.Pillar of
Physics Education, Vol. 9.April 2017, 97-104 [12].Robandi, bambang. 2005.
Handout matakuliah landasan pendidikan.Program mengajar akta IV fakultas
ilmu pendidikan universitas pendidikan Indonesia.
Ljubojevic, M., Vaskovic, V., Stankovic, S., &Vaskovic, J. (2014). Using
supplementaryvideo in multimedia instruction as ateaching tool to increase
efficiency oflearning and quality of experience.The International Review Of
Research In Openand Distance Learning (IRRODL), 15(3),
275–291.
Meliono, Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Nasution, S. 1994. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.Kemenag (online), (https://kemenag.go.id/file/
dokumen/PP1905.pdf) Pidarta, Made.2009. Landasan Kependidikan. Jakarta:Rineka
Cipta.
Rianti, Ida. 2012. “Landasan Pendidikan Nasional”. Jurnal At-Ta’lim, 2: 72-82.
Robandi, bambang. 2005. Handout matakuliah landasan pendidikan.Program
mengajar akta IV fakultas ilmu pendidikan universitas pendidikan Indonesia.
Siahaan, S.M (2012). Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran fisika, disajikan dalam prosiding seminar nasional fisika, Prosiding
Seminar Nasional Fisika2012; Palembang, 4 Juli 2012
Sungkowo, M. 2010. Panduan Pengembangan Bahan Ajar Berbasis TIK.Jakarta :
Kementrian Pendidikan Nasional.

 Referensi penulisan artikel hanya berasal dari 21 sumber


 Penulisan telah konsisten dalam menggunakan satu gaya yaitu APA
(american psychological Associstion)
 Pada bagian daftar pustaka belum memuat semua publikasi yang di
referensi
ARTIKEL NASIONAL KE-2

Landasan Antropologi Pendidikan dan Implementasinya Dalam


Pembangunan Indonesia
http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/ijsse E-ISSN:
2655-6278 P-ISSN: 2655-6588

Rachmat Satria, Nur Amaliyah Hanum , Elvia Baby Shahbana, Achmad


Supriyanto& Nurul Ulfatin
Universitas Negeri Malang, Malang, Indonesia
Jl. Semarang 5, Kota Malang, Jawa Timur
Email: Satriarachmat7@Gmail.Com

1. Judul (Title)
Dalam jurnal yang berjudul “Landasan Antropologi Pendidikan dan
Implementasinya Dalam Pembangunan Indonesia” sudah mencerminkan isi
artikel karena sesuai dengan kupasan teori-teori yang relevan yang ada di dalam
jurnal tersebut. Jumlah kata pada jurnal ini sebanyak 8 kata dan tidak menggunakan
kata klise karena judulnya sudah sangat jelas

2. Penulis (Author)

Artikel jurnal ini di tulis oleh 5 orang yang bernama Rachmat Satria, Nur
Amaliyah Hanum , Elvia Baby Shahbana, Achmad Supriyanto & Nurul Ulfatin
penulisan nama penulis pada artikel ini sudah benar karena nama di tuliskan tanpa
menggunakan gelar

3. Korespondensi (Affiliation)
Dalam artikel jurnal ini nama penulis dilengkapi dengan alamat korespondensi
seperti adanya e-mail (Satriarachmat7@Gmail.com) terdapat nama lembaga
pendidikan dan program studi penulisan jurnal (Universitas Negeri Malang, Malang,
Indonesia) pada jurnal ini dilengkapi dengan alamat penulis jurnal. Jl. Semarang 5,
Kota Malang, Jawa Timur
4. Abstrak (Abstract)
ABSTRACT:
This research is to find out the foundation of educational anthropology and its
implications for Indonesia's national development. This article was compiled using a
literature study approach, starting from studying theories relevant to anthropology in
education, and then reviewing them. Based on studies conducted, obtained by
anthropologists with an important role in building the country, studies
ofanthropologists as a basis for the government in the development of development
policies especially in the development of education, education and socialization in
education in Indonesia. this is so that there is no conflict and social inequality in
community life.
Keywords: Educational foundation; Educational anthropology; Multicultural
education
ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui landasan antropologi pendidikan dan
implikasinya terhadap pembangunan nasional Indonesia. Artikel ini disusun
menggunakan pendekatan studi kajian literatur, dimulai dari mengkaji teori-teori
yang relevan dengan landasan antropologi dalam pendidikan, kemudiaan dilakukan
telaah. Berdasarkan kajian yang dilakukan, diketahui bahwa para antropolog
memainkan peran penting dalam membangun suatu negara, kajian-kajian para
antropolog digunakan sebagai landasan bagi pemerintah dalam mengambil suatu
kebijakan-kebijakan pembangunan khusunya dalam pembangunan bidang
pendidikan, pentingnya latar sosial antropologi diwujudkan dalam landasan
pendidikan di Indonesia ini agar tidak terjadinya konflik dan ketimpangan sosial
dalam kehidupan bermasyarakat.
 Pada abstrak artikel jurnal ini terdapat penjelasan singkat mengenai isi tulisan,
metode penelitian, sampel dan populasi dalam abstrak penelitian tidak jelas
berapa jumlahnya tetapi tidak memuat hasil penelitian di bagian abstrak
 Abstrak diatas terdiri dari satu paragraf terdiri dari 90 kata
 Tidak ada singkatan, kutipan, tabel dan gambar
 Absatrak menggunakan bahasa yang mudah di pahami tetapi tidak memuat
hasil penelitian yang jelas dan berapa jumlah populasi dan sampel
 Abstrak pada artikel ini ditulis menggunakan bahasa inggris dan bahas
indonesia
 Menurut pendapat saya abstrak pada artikel ini sudah bagus

5. Kata kunci ( keywords)

Keywords : Landasan pendidikan; Antropologi pendidikan; Pendidikan multikultural


 Dalam artikel ini sudah terdapat kata kunci
 Kata kunci hanya di tuliskan satu bahasa yaitu bahasa inggris dan bahasa
indonesia
 Kata kunci terdiri dari 3 istilah ynag dibahas dalam artikel
 Istilah Landasan pendidikan, Antropologi Pendidikan, terdapat pada judul
tetapi Pendidikan Multikultural terdapat pada judul
 Istilah yang di gunakan pada kata kunci mengacu pada landasan pendidikan,
antropologi pendidikan dan pendidikan multi kultural
 Menurut pendapat saya istilah yang digunakan pada kata kunci sudah cukup
bagus dan untuk menambah pengetahuan pembaca

6. Pendahuluan (Introduction)

PENDAHULUAN
Kegiatan proses pembelajaran dalam pendidikan tidak mungkin dan tidak
dapat dilepaskan dari latar belakang yang melingkupinya, terdapat berbagai hal
dalam landasan-landasan pendidikan yang harus dipahami sebagai seorang tenaga
pendidik yang profesional. Salah satu landasan yang penting dalam pendidikan
adalah landasan antropologi, akan tetapi landasan ini jarang sekali dibahas dalam
dunia pendidikan. Kebanyakan buku-buku pendidikan pada umumnya hanya sering
mengkaji landasan psikologi, landasan sosiologi, landasan ekonomi, landasan
yuridis, dan landasan filsafat. Namun demikian, antropologi secara dominan
memberikan peranan dalam pembangunan bangsa Indonesia (Swasono, 2006).
Jika kita cermati bahwasannya masyarakat Indonesia terdiri dari keberagaman
latar belakang kebudayaan daerah, suku, adat istiadat serta bahasa yang berbeda-
beda, sehingga tentunya pendidikan tidak dapat dipisahkan dari latar yang beragam
tersebut. Demikian pula proses perkembangan suatu lembaga pendidikan, dimana
sangat erat hubungannya dengan latar kemajuan dan keterampilan akan sumber daya
masyarakat sekitar lembaga pendidikan tersebut. Masyarakat perkotaan memilik
karakteristik yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Brooks berpendapat bahwa
hakikatnya terdapat pergeseran nilai dan perubahan budaya dalam proses pendidikan
dari tiap tingkat generasi berikutnya yang saling terkait terhadap tranformasi latar
belakang budaya dalam proses pendidikan itu berlangsung (Uno & Lamatenggo,
2016).
Apabila mengabaikan landasan antropologi sama dengan mencabut peserta
didik dari latar belakang budaya kehidupannya. Contohnya kita dapat mengamati
fakta saat ini, banyak anak lulusan sekolah dari luar Jawa yang tidak mau pulang ke
daerah asalnya, bukan hanya itu anak-anak yang berasal dari pedesaan yang
menempuh pendidikan di Jawa pun selesai menempuh pendidikan juga cenderung
tidak mau kembali ke daerahnya. Jika kembali ke daerahnya siswa tersebut merasa
asing dengan latar belakang budaya daerahnya sendiri.
Disinilah letak pentingnya pendidikan dalam mewariskan sistem nilai-nilai
latar belakang budaya. Manusia selalu menantang dirinya untuk berfikir, mencari,
mengubah dan melahirkan kebudayaan untuk meningkatkan peradabannya dalam
menyelesaikan permasalahan hidupnya (Jacob, 2006).
Pendidikan yang berlandasakan pada nilai-nilai antropologi turut membawa
peserta didik dalam kehidupan pola bermasyarakat yang madani dalam
pembangunan Indonesia di masa yang akan datang. Kehidupan individu berada
dalam masyarakat sekaligus di dalam kebudayaan (Ihromi, 2006). Pendidikan dan
kebudayaan berproses secara dinamis untuk mengatur tata hidup bermasyarakat,
adanya proses pemanusiaan dan pencapaian visi tantang kehidupan (Tilaar, 2002).
Oleh karenanya, proses pendidikan yang diselenggarakan berkaitan erat dengan
nilai-nilai kebudayaan yang berlangsung pada kehidupan masyarakat.
Landasan antropologi saat ini tidak diimplementasikan dalam inovasi
kurikulum pendidikan secara nyata dan mendalam, ini menjadi contoh akan
kurangnya pengamatan dan kajian akan urgensinya landasan pendidikan tersebut,
khususnya subdisiplin ilmu-ilmu bidang sosial dan humaniora. Pengaruh latar
belakang budaya daerah tiap-tiap peserta didik juga harus dipandang penting dalam
penerapan kurikulum yang mana merupakat suatu alat dalam mencapai tujuan
pendidikan. Jika transformasi kebudayaan dilepas dalam proses pendidikan hanya
akan menuai kepunahan terhadap kebudayaan tersebut. Kajian antropologi
memudahkan akses dari proses kegiatan belajar peserta didik untuk tetap dapat
menanamkan kebudayaan ke dalam individu peserta didik, seperti halnya
pengembangan kurikulum dalam penerapan muatan lokal di sekolah harus ditinjau
terlebih dahulu melalui kajian antropologi agar sesuai dengan kondisi peserta didik
sehingga membantu guru lebih baik dalam proses pembelajarannya. Septiarti,
Hanum, Wahyono, Astuti, & Efianingrum (2017) menguraikan yang dikaji dalam
dalam sosio-antropologi pendidikan meliputi: 1) pendidikan kebudayaan; 2)
pendidikan di dalam kebudayaan; dan 3) pendidikan lintas kebudayaan. Jelaslah
bahwa landasan antropologi memberikan kontribusi dalam berbagai bentuk strategi
dan kebijakan dalam disiplin ilmu pendidikan, terutama dalam pembangunan
Indonesia di masa depan.
Perspektif antropologi dalam pembangunan Indonesia diarahakan untuk
membangun masyarakat dan peradaban manusia. Tentunya, masyarakat itu sendiri
akan menjadi subjek dan objek dalam pembangunan tersebut. Kebudayaan berfungsi
sebagai culture value pada proses pembangunan agar sesuai dengan tatanan dalam
masyarakat. Melihat berbagai kondisi di atas menarik untuk dikaji, merujuk pada
Pertemuan ke-38 ASEAN EconomicMinisters Meeting (AEM) di Kuala Lumpur
bahwa adanya kesepakatan bersama dari Negara anggota ASEAN tentang Cetak Biru
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025 yang dibangun di atas Cetak Biru
MEA 2015 meliputi lima karakteristik yang saling terkait, yaitu: 1) ekonomi yang
terpadu dan terintegrasi penuh; 2) ASEAN yang berdaya saing, inovatif, dan dinamis;
3) Peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral; 4) ASEAN yang tangguh,
inklusif, serta berorientasi dan berpusat pada masyarakat; dan 5) ASEAN yang global
(Kemlu.go.id, 2019).
Dinamika perubahan global patut menjadi bahan pertimbangan dalam
memajukan masyarakat Indonesia ke arah yang lebih baik. Adapun Cetak Biru
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 menjadi suatu tantangan, harapan, dan
juga peluang dalam mengupayakan sinergitas antara antropologi dan pendidikan di
Indonesia. Langkah ini merupakan suatu keharusan agar menghasilkan lulusan yang
terampil dan kompetitif dalam memperkuat inisiatif ekonomi bangsa (Sumilih, 2015).
Contoh kasus tentang interpretasi gejala sosial dan budaya pada permasalahan
kesehatan masyarakat Papua. Masyarakat disana memiliki tafsiran yang berbeda
tentang pola kesehatan dimana mereka memandang bahwa penyakit bersumber dari
penyebab naturalistik (alami) dan di sisi lain disebakan oleh penyebab magis
(supernatural), meliputi faktor persepsi tentang penyakit, pengalaman mediasi degnan
tabib, pengetahuan keluarga dan keterampilan terapi, biaya perawatan dan jaminan
terhadap jenis perawatan. Hasil temuan yang diperoleh mengindikasikan Masyarakat
Papua relatif bergantung pada faktor magis (Djoht, 2002; Dumatubun, 2002). Jika
dikaji lebih mendalam bahwa dengan mengintegrasikan ilmu antropologi dalam
kurikulum pendidikan kesehatan di lingkungan masyarakat Papua dapat membantu
mengatasi permasalahan tentang pola pengobatan kesehatan yang modern terhadap
masyarakat, pembangunan konsepsi kesehatan dan peningkatan keterampilan staf
medis serta penjaminan asuransi kesehatan bagi masyarakat.
Dari beberapa kasus di atas, dapat dipahami bahwa jika landasan antropologi
tidak dimuat dalam pengembangan kurikulum pendidikan nasional maka akan
menghilangkan nilai, norma dan etika dari tujuan pendidikan nasional. Pendidikan
akan menghubungkan bagaimana cara pandang seseorang untuk memahami nilai
hubungan antar sesama manusia itu sendiri (Toenlioe, 2017). Oleh karenanya, muatan
kurikulum pendidikan seharusnya dikemas dengan perwujudan nilai-nilai kebudayaan
spiritual maupun material secara sistematik dalam keseluruhan mata pelajaran. Relasi
antara kebudayaan dan kepribadiaan seseorang sangatlah erat dan dominan dimana
kepribadian dasar serta karakter bangsa yang dikembangakan melalui pola
pengasuhan akan berlanjut dalam proses enkulturasi dan sosialisasi (Kodiran, 2004).
Nyatalah, bahwa antropologi sebagai ilmu terapan yang berperan dalam
membangun bangsa dan Negara, mempelajari cara-cara hidup manusia, dan
kebiasaan terhadap lingkungan sekitarnya dalam mengatur hubungan manusia antar
sesama.
 Pada bagian pendahuluan telah berisi paparan tentang masalah Landasan
Antropologi Pendidikan dan Implementasinya Dalam Pembangunan Indonesia
 Bagian pendahuluan telah berisi paparan hasil kajian pustaka
 Bagian pendahuluan telah berisi argumentasi kenapa penelitian dilakukan
 Menurut pendapat saya bagian dalam pendahuluan pada artikel ini sudah
bagus karena belum memuat dengan jelas tentang indikator-indikator
peneltian

7. Metodologi penelitian

METODE PENELITIAN
Penulisan artikel ini menggunakan metode studi kajian literatur. Penulis
mengkaji berbagai literatur landasan antropologi yang bersumber dari buku primer,
sekunder dan jurnal-jurnal ilmiah terbaru tentang pengembangan antopologi dan
pendidikan yang dikaitkan dengan falsafah pengembangan dan muatan kurikulum
pendidikan nasional. Penulisan artikel dilakukan melalui tahapan organisasi kajian
literatur menggunakan struktur tematik dengan mengklasifikasikan dan
mendiskusikan data-data dari sumbersumber ilmiah sesuai tema dan topik-topik yang
dibahas, kemudian dilakukan analisa secara komprehensif sehingga terbentuk suatu
kesimpulan yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk diaplikasikan di dalam
ranah pengembangan kurikulum pendidikan melalui landasan antropologi.

 Peneliti menggunakan penelitian studi kajian literatur


 Penulisan artikel dilakukan melalui tahapan organisasi kajian literatur
menggunakan struktur tematik dengan mengklasifikasikan dan
mendiskusikan data-data dari sumbersumber ilmiah sesuai tema dan topik-
topik yang dibahas
8. Hasil Riset
 Hasil analisis
 Pada bagian hasil analisis dalam bentuk verbal dipaparkan dan dalam
bentuk tabel beserta penjelasannya
 Implikasi penelitian telah dikemukakan di analisis penelitian
 Pada artikel ini sudah terdapat pembahasan

9. Simpulan
KESIMPULAN

Antropologi pendidikan mempelajari tentang bagaimana proses praktek


pendidikan ditinjau menurut pandangan budaya masyarakat setempat.
Dimasukkannya landasan antropologi dalam agar pendidikan memperhatikan
latar belakang kebudayaan yang berbeda dari setiap peserta didik sehingga
terwujudnya kegiatan belajar yang baik, kurikulum bermuatan lokal adalah suatu
langkah yang bijak dalam memposisikan faktor budaya dalam perkembangan
intelektual peserta didik, pentingnya latar sosial antropologi diwujudkan dalam
landasan pendidikan di Indonesia ini, mengingat negara ini terdiri dari berbagai
macam suku bangsa dan agama sehingga tidak terjadinya konflik dan ketimpangan
sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun materi kajian dalam antropologi
pendidikan yaitu teori-teori dan metode-metode tentang pengetahuan yang
berhubungan dengan kebutuhan manusia dan masyarakat sehingga menambah
wawasan ilmu pengetahuan dalam ruang lingkup pendidikan.
Di Indonesia perkembangan dan kemajuan masyarakat di setiap
masingmasing suku bangsa memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Tingkat
perkembangan dan kemajuan masyarakat di setiap masingmasing suku bangsa di
Indonesia dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman tentang wawasan
keIndonesiaan setelah penjajahan yang berlangsung cukup lama. Kemudian tentang
tingkat kebutuhan, pola pikir, serta cara bertahan hidup masyarakat juga
dipengaruhi terhadap perbedaan perkembangan dan kemajuan masyarakat di setiap
masing-masing daerah.
Berdasarkan jabaran kesimpulan sebelumnya, maka dirumuskan saran yakni
sehendaknya kepala sekolah, guru, dan para akademisi lainnya menyadari akan
pentingnya landasan antropologi dalam pendidikan beserta implikasinya. Dimana
proses perkembangan suatu lembaga pendidikan, sangat erat hubungannya dengan
latar kemajuan dan keterampilan akan sumber daya masyarakat sekitar lembaga
pendidikan tersebut. Apabila mengabaikan landasan antropologi sama dengan
mencabut peserta didik dari latar belakang budaya kehidupannya. Karena melalui
landasan antropologi pendidikan inilah cara pendidikan dalam mewariskan sistem
nilai-nilai latar belakang budaya.
 Kesimpulan di tulis dengan ringkas dan jelas
 mengandung sesuatu yang baru dalam bidang antropologi pentingnya
landasan antropologi dalam pendidikan beserta implikasinya. Dimana
proses perkembangan suatu lembaga pendidikan, sangat erat hubungannya
dengan latar kemajuan dan keterampilan akan sumber daya masyarakat
sekitar lembaga pendidikan tersebut.

10. Daftar pustaka

DAFTAR PUSTAKA
Alam, B. (2006). Antropologi dan Civil Society: Pendekatan Teori
Kebudayaan. Antropologi Indonesia, 30(2), 193–200.
https://doi.org/10.7454/ai.v30i2.3564
Apgar, D. (2006). Risk Intelligence. Massachusetts: Harvard Business
School Press.

Demerath, P., & Mattheis, A. (2012). Toward common ground: The Uses of
Educational Anthropology in Multicultural Education. International
Journal of Multicultural Education, 14(3), 1–21.
https://doi.org/10.18251/ijme.v14i3.622

Djoht, D. R. (2002). Penerapan Ilmu Antropologi Kesehatan Dalam


Pembangunan Kesehatan Masyarakat Papua. Jurnal Antropology
Papua, 1(1), 9–19.

Dumatubun, A. E. (2002). Kebudayaan, Kesehatan Orang Papua Dalam Perspektif


Antropologi Kesehatan.
Jurnal Antropologi Papua, 1(1), 24– 33.

Ihromi, T. O. (2006). Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta:


Yayasan Pustaka Obor.

Jacob, T. (2006). Manusia Makhluk Gelisah, Melalui Lensa Bioantropologi.


Surakarta: Muhammadiyah
University Press.

Kapplan, D., & Manners, R. A. (2002). Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Karnawati, & Widodo, P. (2019). Landasan Filsafat Antropologi-Teologis Dalam


Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Kristen. Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga
Jemaat, 3(1), 82–89.

Kemlu.go.id. (2019). Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Retrieved from


https://kemlu.go.id/portal/id/read/11
3/halaman_list_lainnya/masyarakatekonomi-asean-mea

Kodiran. (2004). Pewarisan Budaya Dan Kepribadian. Humaniora, 16(1), 10– 16.
https://doi.org/10.22146/jh.v16i1.80
2

Koentjaraningrat. (1975). Anthropology in Indonesia. Gravenhage: Martinus


Nijhoff.

Laksono, P. M. (2013). Kontekstualisasi (Pendidikan) Antropologi Indonesia.


Jurnal Komunitas, 5(1), 101–111.

Mahmud, & Suntana, I. (2012). Antropologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Manan, I. (1989). Anthropologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Mardia, & Rahmat, A. (2018). Sosio Antropologi Pendidikan. Yogyakarta: Zahir


Publishing.
Marzali, A. (2000). Pendidikan Antropologi dan Pembangunan Indonesia.
Antropologi Indonesia, 62, 96–107. Retrieved from
http://journal.ui.ac.id/index.php/jai/ article/view/3396/2677
Menkes, J. (2005). Executive Intelegence. New York: Harper Collins Publisher.
Ninsiana, W. (2016). Revolusi Mental Bidang Pendidikan Pada Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA). Tarbawiyah, 13(1), 121–147.

Rohmad, Z. (2018). Problematika Pendidik Sosiologi Antropologi Di Masyarakat


Multikultural. Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi Dan
Antropologi, 2(1), 151–172.
Septiarti, S. W., Hanum, F., Wahyono, S. B., Astuti, S. I., & Efianingrum, A. (2017).
Sosiologi Dan Antropologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Siregar, M. I. (2018). Pendekatan Antropologi dalam
Pendidikan Islam untuk Merawat Kemajemukan. Aceh
Anthropological Journal, 2(1), 27– 53.

Soedomo. (1989). Landasan Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.


Sumilih, D. A. (2015). Pendidikan Antroologi: Tantangan, Harapan, Dan Peluang
Menuju Masyarakat
Ekonomi Asean 2015. SEMINAR NASIONAL “Revolusi Mental Dan Kemandirian
Bangsa Melalui Pendidikan Ilmu- Ilmu Sosial Dalam Menghadapi MEA
2015,” (November), 51–67.
Supardan, H. D. (2008). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Swasono, M. F. (2006). Antropologi dan Integrasi Nasional. Antropologi Indonesia,
30(1), 101–122. https://doi.org/10.7454/ai.v30i1.355
7

Tan, V. S. L. (2002). Changing Your Corporate Culture. Singapore: Times Books


International.
Thomas, D. C., & Inkson, K. (2004). Cultural Intelegence. San Fransisco:
BerrettKoehler Publisher. Inc.
Tilaar, H. A. R. (2002). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat
Madani Indonesia. PT. Remaja Rosdakarya.
Toenlioe, A. J. E. (2017). Pengembangan Kurikulum: Teori, Catatan Kritis, dan
Panduan. Bandung: Refika Aditama.
Uno, H., & Lamatenggo, N. (2016). Landasan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
 Referensi penulisan artikel hanya berasal dari 32 sumber
 Penulisan telah konsisten dalam menggunakan satu gaya yaitu APA
(american psychological Associstion)
 Pada bagian daftar pustaka sudah memuat semua publikasi yang di
referensi
ARTIKEL INTERNASIONAL

Pancasila: The Educational Philosophy Alternative from Indonesia for the


World
Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika - Volume 5, No 2 (2019) 155-162

Lalu Sumardi
Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram Mataram 83116,
Indonesia

1. Judul (Title)
dalam jurnal yang berjudul “Pancasila: The Educational Philosophy
Alternative from Indonesia for the World ” sudah mencerminkan isi artikel karena
sesuai dengan kupasan teori-teori yang relevan yang ada di dalam jurnal tersebut.
Jumlah kata pada jurnal ini sebanyak 10 kata dan tidak menggunakan kata klise
karena judulnya sudah sangat jelas

2. Penulis (Author)
Artikel jurnal ini di tulis oleh 1 orang yang bernama Lalu Sumardi penulisan
nama penulis pada artikel ini sudah benar karena nama di tuliskan tanpa
menggunakan gelar

3. Korespondensi (Affiliation)
Dalam artikel jurnal ini nama penulis namun tidak dilengkapi dengan alamat
korespondensi seperti adanya e-mail terdapat nama lembaga pendidikan dan program
studi Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram Mataram
4. Abstrak (Abstract)
Abstract Indonesia has been independent for more than a half of a century. However,
the educational philosophy and practices still adopt the Western philosophy and practice
which do not suit the characteristics of Indonesian students. As a matter of fact, Indonesia has
local wisdom values which have been legally established as the foundation of philosophy and
educational praxis. This paper discusses local wisdom-based educational philosophy which
become the foundation of Indonesian education adopted from the values of the Indonesian
local wisdom. The writing method used is Heidegger’s Existential hermeneutic Ontology.
Based on this method, there is an existential meaning that the philosophical basis of
Indonesian education consists of the ideological foundation, instrumental foundation (The
1945 Constitution), and a practical foundation (Laws, Government Regulations, Ministerial
Regulations, and Multiculturalism). The ideological, instrumental and practical foundations
have two basic concepts, namely; religiosity and humanity. Based on the sources of
philosophical, instrumental, and practical values, it is concluded that Indonesia’s educational
philosophy is the Religious Humanist Multiculturalism. Religious Humanist Multiculturalism
is a multi-religious universal values that live in Indonesia and human values that are in line
with Indonesia’s multicultural national identity. Keywords: Pancasila, Educational
philosophy, Religious Humanist Multiculturalism

 Pada abstrak artikel jurnal ini terdapat penjelasan singkat mengenai isi tulisan,
metode penelitian, sampel dan populasi dalam abstrak penelitian tidak jelas
berapa jumlahnya tetapi tidak memuat hasil penelitian di bagian abstrak
 Abstrak diatas terdiri dari satu paragraf terdiri dari 166 kata
 Tidak ada singkatan, kutipan, tabel dan gambar
 Absatrak menggunakan bahasa yang mudah di pahami tetapi tidak memuat
hasil penelitian yang jelas dan berapa jumlah populasi dan sampel
 Abstrak pada artikel ini hanya ditulis menggunakan bahasa inggris
 Menurut pendapat saya abstrak sudah bagus

5. Kata kunci ( keywords)

Keywords : Pancasila, Educational philosophy, Religious Humanist Multiculturalism


 Dalam artikel ini sudah terdapat kata kunci
 Kata kunci hanya di tuliskan satu bahasa yaitu bahasa inggris
 Kata kunci terdiri dari 3 istilah ynag dibahas dalam artikel
 Istilah Pancasila, Educational philosophy, Religious Humanist
Multiculturalism dan terdapat pada judu
 Istilah yang di gunakan pada kata kunci mengacu pada Pancasila, Educational
philosophy, Religious Humanist Multiculturalism
 Menurut pendapat saya istilah yang digunakan pada kata kunci sudah cukup
bagus dan untuk menambah pengetahuan pembaca

6. Pendahuluan (Introduction)

PENDAHULUAN
Indonesia is a big, rich, unique, and strange country. This is reflected in its rich
natural resources, socio-culture, and the number of population. Judging from natural
resources, Indonesia is the second largest country in the world after Brazil with the
richest natural resources (Wikipedia, 2018). In terms of population, Indonesia has a
population of 265 million in 2018, and 179.13 million people (67.6%) are in the
productive age category (14-64 years) (Indonesian National Planning Agency 2018).
Seen from the socio-culture, Indonesia is inhabited by around 1,128 tribes with 748
languages and their respective cultural characteristics (Central Bureau of Statistics of
Indonesia 2018). The data shows that Indonesia has abundant resources. However, it
is strange that after being independent for more than 72 years, the people of Indonesia
still cannot live in prosperity and Indonesia is still categorized as developing
countries. In the education sector, Indonesia still lags behind other countries in the
world, including neighboring countries such as Singapore, Malaysia, Brunei
Darussalam, Thailand and the Philippines. This can be seen from the Human
Development Index (HDI) released by UNDP in 2017, which placed Indonesia in the
rank of 124 out of 180 UN member states. This position is far below other ASEAN
countries. As a comparison, Singapore ranked 9th, Brunei Darussalam ranked 30th,
Malaysia ranked 62nd, Thailand ranked 92th, and the Philippines ranked 97th
(Masyhud 2018). The results of assessments conducted by PISA and TIMSS also
showed that the Mathematic and Scientific skills of Indonesian junior and senior high
school students was still below Singapore, Thailand and Malaysia. Even 95% of
Indonesian students have only reached the medium level (Ministry of Education and
Culture of Indonesia 2014). The low quality of Indonesian education and human
resources is certainly an obstacle in improving the quality of life and accelerating
development. However education has a central role in transmitting knowledge (Gobet
2017; Sumardi, Rispawati, & Ismail, 2017), developing moral, and skills of the
nation's generation (Heafford 1967; Wahyudiati, Rohaeti, Irwanto, Wiyarsi, &
Sumardi, 2020; Sumardi, 2014). All countries in the world lay this task on education.
Therefore, if a country can give a quality education, then the human resources will be
of high quality. Conversely, if a country cannot provide quality education, then
human resources will not be of good quality. Due to the important role of education in
building and developing human resources, countries in the world and international
institutions pay great attention to education by providing large budget allocations,
providing adequate infrastructure and facilities, and continuously improving human
resources and curricula. The report of The International Commission of Financing
Global Education Opportunity (2016) stated that from 2012-2014, the disbursement
of multilateral funds for education reached 34% of the total ODA. In the context of
Indonesia, since 1999 the budget allocated for education has reached 20% of the State
Budget and the Regional Budget (the 1945 Constitution Article 31 paragraph 4).
Large financial support, improvement of facilities and infrastructure, and renewal of
human resources, and curriculum revision that have been carried out so far do not
bring a significant impact on improving the quality of Indonesian education. This is
due to the fact that the improvement of education is carried out only on the
instrumental aspects, such as; curriculum, facilities, and human resources that are not
Journal of Education and Practice www.iiste.org ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN
2222-288X (Online) Vol.11, No.11, 2020 90 combined with improvements in the
philosophical level of education. As a matter of fact, the philosophy of education is
very influential on educational praxis (Biesta & Peters 2015) and environment (Affifi
et al. 2017). Indonesia is borrowing its philosophy of education from the West, which
is called the “incorporate eclecticism” (Siswoyo 2013), through selecting and quoting
the opinions of leaders and proponents of prominent Western philosophy of
education. Indonesian education is still western-oriented, by adopting the philosophy
and education system, so that the Indonesian education is characterized by Liberal
ideology (Suharto 2010). Fortunately, there has been no heated debate nor massive
rejection of Western philosophy in Indonesia. The government and Indonesian
educational experts see this as something normal to strengthen national education. It
is different from what happened in African countries and China, where the African
philosophers according to Enslin and Horsthemke (2016) oppose western
individualism and support the African philosophy of communitarianism and Chinese
philosophers according to Zhao (2013) also oppose individualism and adopt China’s
zhongti xiong traditional values. Indonesia does not have to oppose the philosophy of
Western individualism, but it must be realized that culturally, ideologically, and
juridically, the Indonesian people have values and culture that must be used as the
foundation of educational philosophy and practice. Besides that, what is good in the
West is not necessarily good and suitable for Indonesian people, because the
Indonesian people have characteristics that are different from other nations.
Therefore, Indonesia’s philosophy of education should be built on the values,
character, and culture of the Indonesian people themselves. Serious efforts have not
been made to understand and practice the philosophy of education that is based on
Indonesian values and culture. There have been very little reflections and studies on
the philosophy of Indonesian education. So far, the existing studies of Indonesian
education philosophy are limited to reviewing the perspectives of Indonesian leaders
on education (Siswoyo 2013; Suparlan 2015) and the philosophy of Indonesian
education seen from educational practices (Suharto 2010; Wangid 2009). There has
been no study of how the philosophy of Indonesian education comes from the
Indonesian local values and culture. The lack of study and reflection on Indonesia's
educational philosophy shows the marginalization of the study of philosophy of
education (Besta & Peters 2015; Biesta 2015), despite the fact that reflection and
studies of the philosophy of education are very important (Biesta & Peters 2015).
Based on the arguments above, this paper will discuss the sources of Indonesian
educational philosophy, the philosophy of Indonesian education, and the concept of
educational practice according to the philosophy of Indonesian education. Pada
bagian pendahuluan telah berisi paparan tentang masalah dan ruang lingkup
 Bagian pendahuluan telah berisi paparan hasil kajian pustaka
 Bagian pendahuluan telah berisi argumentasi kenapa penelitian
dilakukan

7. Metodologi penelitian

METODE PENELITIAN
This paper is a hermeneutic study of the philosophical text of the Indonesian
state, Pancasila, and the Indonesian state constitution, the 1945 Constitution. The
hermeneutic method is appropriate to use because according to Betti, hermeneutics is
a tool towards understanding (Bleicher 2013). The hermeneutic method being
discussed is Heidegger's hermeneutic method. Heidegger’s Hermeneutics is a
hermeneutic method that aims to reveal the latent, which means an interpretation to
discover the nature of “being” (Mulyono 2013). The essence of “being” is hidden in
phenomena or objects. In this study, the essence of “being” is hidden in the text to be
interpreted. In carrying out the interpretation, according to Heidegger, there are
several steps to take. First, building interpreters’ understanding of phenomena or
objects that will be interpreted. According to Heidegger, the starting point of the
process of interpretation of a phenomenon or object is the interpreter’s understanding.
This means that the interpretation will produce the correct interpretation if the
interpreter has a good understanding of the phenomenon or object being interpreted.
To understand phenomena or objects well, Heidegger asserts that interpreters must
have three structures called fore-structure, namely; fore-having (prior knowledge),
fore-sight (envisioned future), and fore-conception (previously understood objects).
The second aspect is casting (movement of the subject towards the object) and
capturing (movement of the object towards the subject). This is where circular
hermeneutic processes occur, namely the process of exploring and understanding
objects (text) by interpreters and bringing the reality of “being” in the object into the
interpreter’s understanding. The third is acquisition of meaning. Heidegger said the
meaning was hidden in the text and it always developed. The meaning includes the
framework of formal existentialism or what is written in the text and what the
interpreter articulates through his/her interpretive understanding (Mulyono 2013;
Bleicher 2013).

 Penelitan ini merupakan kajian hermeneutik


 Hermeneutika Heidegger adalah suatu metode hermeneutik yang
bertujuan untuk mengungkap yang laten
 Titik proses interpretasi suatu fenomena atau objek adalah pemahaman
penafsir
8. Hasil Riset
 Hasil analisis
 Pada bagian hasil analisis dalam bentuk verbal dipaparkan dalam bentuk
tabel beserta penjelasannya
 Implikasi penelitian telah dikemukakan di analisis penelitian
 Pada artikel ini tidak terdapat pembahasan

9. Simpulan
KESIMPULAN
Indonesia has an educational philosophy that is derived from the country’s
philosophy, Pancasila. Pancasila is stated in the state constitution, the 1945
Constitution, and is further elaborated in more detail in other laws. The
philosophy of Indonesian education is different from the philosophy of secular-
humanism Western education. The philosophy of Indonesian education as
stipulated in Pancasila and emphasized in the 1945 Constitution is the
philosophy of the Religious Humanist Multiculturalism. It refers to the
philosophy based on religious values and humanity originating from
Indonesia’s multiculturalism. Likewise, in the practice of education, curriculum
development and learning practices in the classroom cannot be done with a
student-centered humanism approach. Learning that is inspired by the
Indonesian philosophy of education and culture is a balance between the role of
teacher and students in learning (student-teacher-centered). The teacher must
take the role of a leader in learning by providing the biggest possible space for
students to be creative.
 Kesimpulan di tulis dengan ringkas tetap belum jelas
 Tidak mengandung sesuatu yang baru dalam bidang tertentu

10. Daftar pustaka

DAFTAR PUSTAKA
Affifi, R. et al. (2017). Introduction to ecologizing philosophy of education.
Studies in Philosophy and Education, 36(3), 229-241.
https://doi.org/10.1007/s11217-017-9574-3. Indonesian National Planning
Agency. (2018). “2018
Indonesia's population reaches 265 million people”. Retrevied from
https://databoks.katadata.co.id/. Biesta, G. and Peters, M. (2015).
Alternative futures and future alternatives for the philosophy of education:
Introduction to the symposium. Studies in Philosophy and Education,
34(6), 619-621. https://doi.org/10.1007/s11217-015-9492-1. Biesta, G. &
Peters, M. (2015).
Editorial: Positive news about the feature of philosophy of education. Studies in
Philosophy and Education, 34(1), 1-3. https://doi.org/10.1007/s11217-
014-9456-x. Bleicher. (2013).
Contemporary hermeneutics; Hermeneutics as a method, philosophy, and
criticism. Yogyakarta: Fajar Pustaka.
Central Bureau of Statistics of Indonesia. (2018). “Indonesian statistic 2018.”
Retrevied from https://www.bps.go.id/. Brubacher. (1978).
Modern Philosophis of education. USA: McGraw-Hill. Constitution of The
Republik of Indonesia 1945.
Secretary General of the Indonesian House of Representative. Determination of
the Indonesian House of Representative No. XVIII/MPR/1998 about
Revocation of Journal of Education and Practice www.iiste.org ISSN
2222-1735 (Paper) ISSN 2222-288X (Online) Vol.11, No.11, 2020 95
Determination of Indonesian House of Representative No. II/MPR/1978 about
Guidelines for Living and Practicing Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa)
and Determination of the Affirmation of Pancasila as the Foundation of
the State. Dewantara. (2013).
Ki Hajar Dewantara; Thought, conception, exemplary, attitude of independence.
Book I; Education. Yogyakarta: UST Press. Djahiri and Wahab. (1996).
Basis and concept of moral education. Jakarta: Depdikbud. Enslin and
Horsthemke. (2006). “Philosophy of education: Becoming less western,
more Africa?” Journal of Phylosophy of Education, 50(2), 178-190.
https://doi.org/10.1111/1467-9752.12199 Feu, J. et al. (2017).
Democracy and education: A theoritical proposal for the analysis of democratic
practice in school. Studies in Philosophy and Education, 36, 1-15.
https://doi.org/10.1007/s11217-017-9570-7. Gobet. (2017).
Three views on expertise: Philosophica implication for rationality, knowledge,
intuition, and education. Journal of Philosophy of Education, 52(1), 605-
619. https://doi.org/10.1111/1467-9752.12253. Gutek. (1974).
Philosophical alternatives in education. Ohio: Charles E. Merrill Publishing
Company. Heafford. (1967).
Pestalozzi. Methuen & Co Ltd. Hurn. (1998).
The limits and possibilities of schooling; An introduction to the sociologi of
education. USA: Allyn and Bacon, Inc. Jost, Nosek, and Gosling. (2009).
Ideology its resurgence in social, personality, and political psychology.
Perspectives on Psichological Science, 3(2), 126-136.
https://doi.org/10.1111/j.1745-6916.2008.00070.x. Kaelan. (2016).
Pancasila philosophy. Yogyakarta: UGM Press. Ministry of Education and
Culture of Indonesia. (2014). “Concept of curriculum 2013”.
Paper Presented at Natiolal Conference on Education, Makasar, April 29. Law of
the Republic of Indonesia No. 20 of 2003 concerning the National
Education System. Minister of Education and Culture of Indonesia. Law
of the Republic of Indonesia No. 12 of 2011
concerning Establishment of Legislation. Republic of Indonesia Ministry of Law
and Human Rights.
Masyhud. (2018). “Education management in strengthening character education
in primary schools”. Paper Presented at National Conference of
Education, April 11. Muhadjir. (2013).
Re-interpretive phenomenological education. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Mulyono. (2013).
Learning hermeneutics; From the philosophical configuration to the praxis of
islamic studies. Jogjakarta: IRCiSoD. Notonegoro. (1984).
The birth of the Pancasila. Ministry of Information of the Republic of Indonesia.
Santo and Eremers. 1995.
Stages of Moral Development. Yogyakarta: Kanesius. Siswoyo. (2013). Bung
Karno’s view on Pancasila and education. Cakrawala Pendidikan, 32(1),
103-115. https://doi.org/10.21831/cp.v5i1.1264. Slavin. (2000).
Educational psychology theory and practice. USA: By Allyn & Bacon. Smith.
(1987).
The meaning of conscientizacao; The goal of Paulo Freire’s pedagogi.
Massachusetts: University of Massachusetts Amherst. Soeharto. (2010).
Educational idiology debate. Cakrawala Pendidikan, 29(2):
https://doi.org/10.21831/cp.v2i2.334 Stolz. (2018).
Geneological analysis of the concept of “Good” teaching: A polemic. Journal of
Philosophy of Education, 52(1), 144-162. https://doi.org/10.1111/1467-
9752.12270. Sumardi, L. (2012).
The revitalization of social sciences teaching in elementary school as an effort to
create students who have good character. SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu
Sosial, 11(2), 157-164. https://doi.org/10.21831/socia.v11i02.36.02.
Sumardi, L., Rispawati, & Ismail, M. (2017).
The effect of information technology on learning (A study on Civic and
Pancasila Education students at Mataram University). Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran, 24(2), 73- 78. Sumardi, L. (2014).
Telaah rencana program pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan sekolah dasar di Kota Mataram [Anlysis of the
planning program of civic education for elementary education in Mataram
city]. EL-HIKAM, VII(2), 309-324. Suparlan. (2015). \
Educational philosophy of Ki Hadjar Dewantara and his contribution to
Indonesian education. Jurnal Filsafat, 25(1), 56-74.
https://doi.org/10.22146/jf.12614. Surbakti. (1998).
Introduction to politics. Rajawali Press. The International Commission of
Financing Global Education Opportuniti (2016).
The learning generation; investing in education for a changing world. A Report
by the International Commission of Financing Global Education
Opportuniti. Townsend. (2007).
“School effectiveness and improvement in the twenty-first century: Reframing
for the future”. In T Townsend: International Handbook of School
Effectiveness and Improvement, 933-962. Netherland: Springer. Journal
of Education and Practice www.iiste.org ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN
2222-288X (Online) Vol.11, No.11, 2020 96 Wahyudin. (2018).
“Mathematics learning and strengthening character education”. Paper Presented
at National Conference of Education, April 11. Wahyudiati, D., Rohaeti,
E., Irwanto, Wiyarsi, A., & Sumardi, L. (2020).
Attitudes toward chemistry, self-efficacy, and learning experiences of pre-service
chemistry teachers: Grade level and gender differences. International
Journal of Instruction, 13(1), 235-254.
https://doi.org/10.29333/iji.2020.13116a. Wangid. (2009).
Among systems in the present: Conceptual study and practice of education.
Jurnal Kependidikan, 39(2), 129-140. https://doi.org/10.21831/jk.v39i2.
Wikepedia. (2018).
“Natural resources”. Retrevied from
https://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam. Wisudo et al. (2012).
Pancasila that is educating. Jakarta: Sekolah Tanpa Batas. ZHAO. (2013).
Rebuilding the Chinese soul: Some considerations for education. Frontiers of
Education in China, 8(4), 498-517. https://doi.org/10.3868/s110-002-013-
0034-7.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai