PENCERNAAN,
PERSARAFAN, DAN
PERKEMIHAN
BY. Ns. SUFRIANI, M.Kep., Sp.Kep.An
Lambung
◦ Sel mukosa lambung menghasilkan : enzim pepsinogen
(sel utama di mukosa fundus, asam lambung /HCl dan
hormone intrinsik, hormone gastrin lambung yg disekresi
bila dinding lambung tertekan oleh makanan. Hormon
gastrin menstimuli getah lambung, HCL dan
pepsinogen
Senyawa kimia yang dihasilkan
lambung
◦ Asam HCl ,
◦ Fungsi HCI Lambung :
◦ 1. Merangsang keluamya sekretin
◦ 2. Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah protein.
◦ 3. Desinfektan
◦ 4. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang empedu mengeluarkan
getahnya.
◦ Lipase , Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase
yang dihasilkan sangat sedikit
◦ Renin , Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya
dimiliki oleh bayi.
◦ Mukus , Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.
Obat gangguan sistem pencernaan
1. Obat pelindung mukosa: sukralfat
2. Obat mengurangi keasaman lambung: antasida, antagonis
reseptorH2, inhibitor pompa proton
3. Obat yg merangsang motilitas sal cerna
4. Obat anti diare
5. Obat pencahar/Laksative
6. Antiemetik
1. Obat pelindung mukosa
◦ Sukralfat memiliki kelarutan terbatas terurai menjadi sukrosa sulfat
dan suatu garam Aluminum
◦ Efek samping : Karena tidak diserap, sukralfat tidak
menyebabkan efek samping sistemik salah satunya konstipasi.
2. Obat mengurangi keasaman
lambung
◦ Penggolongan, berdasarkan mekanisme kerjanya, digolongkan
menjadi dua yaitu
◦ Magnesium hidroksida
◦ indikasi : ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis.
◦ ES: diare, hipermagnesenia, mengurangi refleks tendon dan depresi nafas, mual, muntah, kemerahan
pada kulit, haus, hipotensi, mengantuk, lemah otot, nadi lemah, dan henti jantung (penyakit ginjal berat)
Antagonis reseptorH2
◦ => mengurangi sekresi asam yang dirangsang oleh histamin serta
oleh gastrin dan bahan kolinomimetik melalui 2 mekanisme
◦ 1. Histamin yang dibebaskan oleh gastrin atau rangsangan vagus
dihambat untuk mengikat reseptor H2 di sel parietal.
◦ 2. Blokade reseptor H2 menyebabkan efek stimulasi langsung sel
parietal oleh gastrin atau asetilkolin menyebabkan sekresi asam
berkurang.
◦ Pemakain klinik: GERD, tukak peptik, dispepsia non tukak,
pecegahan perdarahan krn gastritiris stres
◦ ES: diare, rasa lelah, nyeri kepala, mialgia dan konstipasi, dapat
menembus plasenta
3. Obat yg merangsang motilitas sal
cerna
◦ Metoklopramid dan domperidon
◦ Mekanisme kerja:
◦ menghambat stimulasi otot polos kolinergik.
◦ meningkatkan amplitudo peristaltik esophagus, meningkatkan tekanan sfingter
sofagus bawah dan meningkatkan pengosongan lambung.
vasodilatasi permeabilita
nyeri dema
s kapiler ↑
m
hilangnya fungsi
Mekanisme Umum Penghambatan
Nyeri
◦ Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri
perifer dengan analgetik perifer
◦ Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris,
misal dengan anastetik lokal
◦ Blokade pusat nyeri di susunan saraf pusat dengan analgetik
sentral (narkotik) atau dengan anastetik umum
Ad.1. Analgetik Opioid/Narkotik
◦ Disebut juga Opioid (=mirip opiat) adalah zat yang
bekerja terrhadap reseptor opioid khas di susunan saraf
pusat (SSP) yang menyebabkan persepsi nyeri dan
respon emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi).
Berdasarkan Kerjanya dapat
digolongkan :
◦ Agonis Opiat
◦ Alkaloid candu : morfin, kodein, heroin, nicomorfin
◦ Zat sintesis : metadon dan derivat-derivatnya (propoksifen), petidin dan derivatnya serta tramadol
Cara kerja: Meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit. Oleh karena itu, membantu
pasien untuk menghilangkan dysphoria, kecemasan. Tetapi tidak menghilangkan
kesadaran.
Depresi pernapasan dan penekanan batuk: mengurangi respon dari pusat
pernafasan di batang otak dan menghambat kadar karbon dioksida langsung pd
pusat pernapasan.
.
◦ Antagonis Opiat : Nalokson, nalorfin, pentazosin
◦ Nalokson tidak mempengaruhi ambang nyeri, tapi memblok stres akibat analgesia,
dan dapat memperburuk nyeri klinis.
◦ digunakan untuk mengobati overdosis opioid atau untuk meningkatkan pernapasan
pada bayi baru lahir yg dipengaruhi oleh efek opioid yang diberikan kepada ibu.
ad.2. Analgesik Perifer (Non
Narkotik)
◦ Jenis : Parasetamol, Salisilat (cth: Asetosal, salisilamid, dan benorilat), Penghambat
prostaglandin (NSAID’S) ; ibupropen
◦ Mekanisme kerja:
◦ Efek Analgetik: Meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi
susunan saraf pusat atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan
ketagihan (intensitas nyeri ringan sampai sedang)
◦ Efek antipiretik: Menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam. Daya
antipiretiknya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di
hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dan bertambahnya
pengeluaran kalor dan disertai keluar keringat yang banyak.
◦ Efek anti radang atau anti inflamasi: Analgetik juga memiliki daya anti radang,
khususnya kelompok NSAID’S (Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs) termasuk asetosal.
Zat-zat ini digunakan untuk rasa nyeri yang disertai peradangan
Efek Samping
◦ Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung-
usus (salisilat, penghambat prostaglandin=NSAID’S, derivat-
derivat pirazolinon), kerusakan darah (parasetamol, salisilat,
derivat antranilat, derivat pirazolinon), kerusakan hati dan ginjal
(parasetamol, penghambat prostaglandin), dan juga reaksi
alergi pada kulit.
◦ Efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau
dalam dosis tinggi.
2. ANTI INFLAMASI
NONSTEROID
ANALGETIK ANTI RADANG (NSAID’S)