Anda di halaman 1dari 51

OBAT PADA SISTEM

PENCERNAAN,
PERSARAFAN, DAN
PERKEMIHAN
BY. Ns. SUFRIANI, M.Kep., Sp.Kep.An
Lambung
◦ Sel mukosa lambung menghasilkan : enzim pepsinogen
(sel utama di mukosa fundus, asam lambung /HCl dan
hormone intrinsik, hormone gastrin lambung yg disekresi
bila dinding lambung tertekan oleh makanan. Hormon
gastrin menstimuli getah lambung, HCL dan
pepsinogen
Senyawa kimia yang dihasilkan
lambung
◦ Asam HCl ,
◦ Fungsi HCI Lambung :
◦ 1. Merangsang keluamya sekretin
◦ 2. Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah protein.
◦ 3. Desinfektan
◦ 4. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang empedu mengeluarkan
getahnya.

◦ Lipase , Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase
yang dihasilkan sangat sedikit
◦ Renin , Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya
dimiliki oleh bayi.
◦ Mukus , Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.
Obat gangguan sistem pencernaan
1. Obat pelindung mukosa: sukralfat
2. Obat mengurangi keasaman lambung: antasida, antagonis
reseptorH2, inhibitor pompa proton
3. Obat yg merangsang motilitas sal cerna
4. Obat anti diare
5. Obat pencahar/Laksative
6. Antiemetik
1. Obat pelindung mukosa
◦ Sukralfat memiliki kelarutan terbatas terurai menjadi sukrosa sulfat
dan suatu garam Aluminum
◦ Efek samping : Karena tidak diserap, sukralfat tidak
menyebabkan efek samping sistemik salah satunya konstipasi.
2. Obat mengurangi keasaman
lambung
◦ Penggolongan, berdasarkan mekanisme kerjanya, digolongkan
menjadi dua yaitu

◦ Anti hiperaciditas: obat dengan kandungan alumunium dan


atau magnesium bekerja secara kimiawi dengan mengikat
kelebihan HCl dalam lambung. Mis: Antasida
◦ Antagonis reseptor H2: mengurangi sekresi asam lambung
sebagai akibat hambatan reseptor H2. contoh: ranitidine dan
simetidin
Antasida
◦ Pengertian: (anti=lawan, acidus =asam) adalah basa-basa lemah
◦ Antasid adalah basa lemah (magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida ) yang
bereaksi dengan asam hidroklorida lambung untuk membentuk garam dan air.
◦ Mekanisme kerja utamanya adalah mengurangi keasaman intralambung
◦ Aluminium hidroksida
◦ indikasi : ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis, dyspepsia, gastroesopageal reflux disease,
hiperfostfatemia
◦ ES: konstipasi, mual, muntah, deplesi posfat, penggunaan dalam dosis besar dapat menyebabkan
penyumbatan usus hipofosfatemia, hipercalciuria, penignkatan resiko osteomalasia. Demensia, anemia
mikrositik pada penderita gagal ginjal.

◦ Magnesium hidroksida
◦ indikasi : ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis.
◦ ES: diare, hipermagnesenia, mengurangi refleks tendon dan depresi nafas, mual, muntah, kemerahan
pada kulit, haus, hipotensi, mengantuk, lemah otot, nadi lemah, dan henti jantung (penyakit ginjal berat)
Antagonis reseptorH2
◦ => mengurangi sekresi asam yang dirangsang oleh histamin serta
oleh gastrin dan bahan kolinomimetik melalui 2 mekanisme
◦ 1. Histamin yang dibebaskan oleh gastrin atau rangsangan vagus
dihambat untuk mengikat reseptor H2 di sel parietal.
◦ 2. Blokade reseptor H2 menyebabkan efek stimulasi langsung sel
parietal oleh gastrin atau asetilkolin menyebabkan sekresi asam
berkurang.
◦ Pemakain klinik: GERD, tukak peptik, dispepsia non tukak,
pecegahan perdarahan krn gastritiris stres
◦ ES: diare, rasa lelah, nyeri kepala, mialgia dan konstipasi, dapat
menembus plasenta
3. Obat yg merangsang motilitas sal
cerna
◦ Metoklopramid dan domperidon
◦ Mekanisme kerja:
◦ menghambat stimulasi otot polos kolinergik.
◦ meningkatkan amplitudo peristaltik esophagus, meningkatkan tekanan sfingter
sofagus bawah dan meningkatkan pengosongan lambung.

◦ Kedua obat ini memiliki antiemetik yang kuat dan dapat


mencegah serta mengobati emesis.
◦ Efek samping :kegelisahan, mengantuk, insomnia, cemas dan
agitasi yang terjadi pada 10-20% pasien khususnya lansia.
4. Obat anti diare
◦ Diare terjadi krn adanya rangsangan thd saraf otonom di dinding usus shg
menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus.
◦ Obat antidiare untuk mengobati diare yg disebabkan oleh bakteri, virus,
cacing atau keracunan makanan
◦ Namun obat ini seharusnya tidak diberikan kepada pasien dengan diare
berdarah, demam tinggi, toksisitas sistemik karena dapat menyebabkan
perburukan penyakit.
◦ Mekanisme kerja:
◦ Adsorben: menyerap racun, mis: kaolin
◦ Antimotilitas: menekan peristaltik usus dan meningkatkan penyera[an air tinja
dikolon. Mis: loperamid hidroklorida
◦ Adstrigen: menciutkan selaput usus,mis:tannin
◦ Pelindung: melindungi selaput usus yang luka
◦ ES: konstipasi
5. Obat pencahar/Laksatif
◦ => obat yang dapat melunakkan tinja,mempercepat peristaltik usus
◦ Pencahar garam & osmotik: menarik air ke lumen usus shg melembekkan tinja
dan meingkatka peristaltik usus. mis: magnesiumsulfat (garam inggris)
◦ Pencahar rangsang: merangsang saraf intra mural dan otot polos utk
meningkatkan peristaltikdan lendir usus. mis: bisakodil, minyak jarak
◦ Laksativ pembentukan masa : m Mengikat air dan ion di lumen kolon → tinja
lebih banyak dan lunak → menstimulasi reseptor regang pada mukosa.
Sebagian komponennya (ex : pektin) dicerna bakteri colon → metabolitnya
meningkatkan osmotik cairan lumen.
◦ Contoh : metilselulosa, polikarbofil
◦ Pencahar Emolien: melunakan tinja tanpa merangsang peristaltik usus. Mis:
dioktilnatrium sulfosuksinat
◦ Indikasi: ps konstipasi yg tdk berespon thd dietdan suplemen serat
6. Anti emetik
◦ Penyebab Emesis atau muntah: infeksi, mabuk, intolerasnsi
makanan, dsb
◦ Muntah timbul karena rangsangan pad chemoreseptor trigre
zone (CTZ) dan pusat muntah di MS. Neurotransmite yg terlibat
dlm proses terjadinya muntah yaitu dopamine, histamin dan
serotonin
◦ Mekanisme antiemesis: merintangi neurotransmisi dari CTZ ke
pusat muntahmemblokade reseptor muntah
◦ Obat antiemesis: antagonis dopamine, Antagonis histmain dan
antagonis serotonin
SISTEM SYARAF
PUSAT
ORGANISASI SISTEM SARAF PUSAT
◦ Unit terkecil yg menyusun SSP adalah sel saraf atau neuron
◦ Kumpulan neuron di dlm SSP disebut nucleus. Pada SST disebut
ganglion.
◦ Nucleus satu dengan yg lain dihubungkan oleh serabut saraf yg
disebut fibra, tractus, fasciculus, atau lemniscus tergantung dari
bentuk dan ukurannya.
ORGANISASI SISTEM SYARAF PUSAT
(lanjutan)
◦ Berdasarkan faalnya, neuron digolongkan dalam; neuron
motorik, sensorik dan interneuron.
◦ Neuron motorik mengirim impuls motorik ke perifer (otot atau
kelenjar).
◦ Neuron sensorik mengirim impuls sensorik dari alat indera ke pusat
sensorik di Medula spinalis dan Cerebrum
◦ Interneuron menghubungkan neuron sensoris dan motoris,
berfungsi koordinasi dan integrasi.
OBAT-OBAT SISTEM
SARAF PUSAT
Obat SSP Berdasarkan
farmakodinamikanya dibagi 2 gol
besar:
1. Merangsang atau menstimulasi, secara langsung maupun
tidak langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang
belakang beserta syarafnya.
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung
maupun tidak langsung memblokir proses tertentu pada
aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya
Obat SSP Berdasarkan
farmakodinamikanya dibagi 2 gol
besar:
1. Obat perangsang /menstimulasi ssp:  menstimulasi aktifitas otak, sumsum
tulang belakang dan sarafnya
◦ Amfetamin dan kafein: erangsang korteks serebri. Pemakaian amfetamin
dalam waktu lama dapat menyebabkan adiksi
◦ Analeptik dan kafein: bekerja pada batang otak dan medulla utk
merangsang pernafasan
◦ Obat pemicu anoreksia
2. Obat penekan/menghambat SSP:  menyebabkan memblokir proses
tertentu pada aktifitas otak, sumsum tulang belakang dan sarafnya
Golongan Obat sistem Saraf Pusat
1. Analgetik
2. Anti Inflamasi Non Steroid
3. Hipnotik-Sedatif
4. Anastesi Umum dan Lokal
5. Psikotropik
1. ANALGETIKA
ANALGETIK
◦ Analgetika atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran (perbedaan dengan anastetika umum)
◦ Berdasarkan efek farmakologinya Analgetik dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu :
1. Analgetik Narkotik
2. Analgetik Perifer ( Non-narkotik)
Cedera Jaringan

Pelepasan mediator Vasokostriksi


kimia Hist, Kinin, PG (sementara)

vasodilatasi permeabilita
nyeri dema
s kapiler ↑
m

eritema edema panas


(kongesti (penimbunan nyeri (uj. Syaraf (vasodilatasi)
darah) car&sel) & bengkak)

hilangnya fungsi
Mekanisme Umum Penghambatan
Nyeri
◦ Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri
perifer dengan analgetik perifer
◦ Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris,
misal dengan anastetik lokal
◦ Blokade pusat nyeri di susunan saraf pusat dengan analgetik
sentral (narkotik) atau dengan anastetik umum
Ad.1. Analgetik Opioid/Narkotik
◦ Disebut juga Opioid (=mirip opiat) adalah zat yang
bekerja terrhadap reseptor opioid khas di susunan saraf
pusat (SSP) yang menyebabkan persepsi nyeri dan
respon emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi).
Berdasarkan Kerjanya dapat
digolongkan :
◦ Agonis Opiat
◦ Alkaloid candu : morfin, kodein, heroin, nicomorfin
◦ Zat sintesis : metadon dan derivat-derivatnya (propoksifen), petidin dan derivatnya serta tramadol

Cara kerja: Meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit. Oleh karena itu, membantu
pasien untuk menghilangkan dysphoria, kecemasan. Tetapi tidak menghilangkan
kesadaran.
Depresi pernapasan dan penekanan batuk: mengurangi respon dari pusat
pernafasan di batang otak dan menghambat kadar karbon dioksida langsung pd
pusat pernapasan.
.
◦ Antagonis Opiat : Nalokson, nalorfin, pentazosin
◦ Nalokson tidak mempengaruhi ambang nyeri, tapi memblok stres akibat analgesia,
dan dapat memperburuk nyeri klinis.
◦ digunakan untuk mengobati overdosis opioid atau untuk meningkatkan pernapasan
pada bayi baru lahir yg dipengaruhi oleh efek opioid yang diberikan kepada ibu.
ad.2. Analgesik Perifer (Non
Narkotik)
◦ Jenis : Parasetamol, Salisilat (cth: Asetosal, salisilamid, dan benorilat), Penghambat
prostaglandin (NSAID’S) ; ibupropen
◦ Mekanisme kerja:
◦ Efek Analgetik: Meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi
susunan saraf pusat atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan
ketagihan (intensitas nyeri ringan sampai sedang)
◦ Efek antipiretik: Menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam. Daya
antipiretiknya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di
hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dan bertambahnya
pengeluaran kalor dan disertai keluar keringat yang banyak.
◦ Efek anti radang atau anti inflamasi: Analgetik juga memiliki daya anti radang,
khususnya kelompok NSAID’S (Non-Steroid Anti Inflamasi Drugs) termasuk asetosal.
Zat-zat ini digunakan untuk rasa nyeri yang disertai peradangan
Efek Samping
◦ Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung-
usus (salisilat, penghambat prostaglandin=NSAID’S, derivat-
derivat pirazolinon), kerusakan darah (parasetamol, salisilat,
derivat antranilat, derivat pirazolinon), kerusakan hati dan ginjal
(parasetamol, penghambat prostaglandin), dan juga reaksi
alergi pada kulit.
◦ Efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau
dalam dosis tinggi.
2. ANTI INFLAMASI
NONSTEROID
ANALGETIK ANTI RADANG (NSAID’S)

◦ NSAID’S (Non Steroid Anti InflamasiDrugs) berkhasiat analgetik,


antipiretik dan anti radang dan mencegah pembengkakan
◦ Jenis:
◦ Propionat: Ibupropen, ketopropen, naproksen
◦ Oxicam : piroksikam, tenoxicam, meloxicam
◦ Antranilat: mefenaminat, nifluminat dan meclofenamic acid
◦ Pirazolon : (oxy) fenilbutazon, azapropazon
◦ Cara kerja NSAID’S : menghambat sintesa prostaglandin dimana
kedua jenis ciklo-oksigenase (peradangan ) diblokir tapi tidak
melindungi mukosa lambung
Efek Samping secara Umum
◦ Efek ulcerogan : mual, muntah, nyeri lambung,
gastritis. Obat yang banyak menimbulkan keluhan
lambung serius adalah indometasin, piroksikam.
◦ Gangguan fungsi ginjal: insufisiensi, kelainan pada
regulasi elektrolit dan air (udem, hiperkalemia).
◦ Prostaglandin (PG) menjaga perfusi darah ke ginjal, shg bila
obat ini menghambat sintesa PG maka perfusi dan laju
filtrasi glomeruler berkurang yg menimbulkan efek tsb.
◦ Agregasi trombosit dikurangi, sehingga masa
perdarahan dapat diperpanjang. Efek ini reversible
kecuali asetosal.
◦ Reaksi kulit : ruam dan urtikaria (diklofenak dan
sulindac)
◦ Lain-lain : bronkokontriksi, efek sentral, gangguan
fungsi hati (diklofenak)
3. HIPNOTIK SEDATIF
◦ Obat hipnotik: obat tidur/mempermudah atau menyebabkan tidur
◦ Sedatif: obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP, menenangkan dan
mencegah kejang, tanpa menyebabkan tidur
◦ Hipnotik dan sedative: merupakan golongan obat pendepresi susunan saraf
pusat (SSP). Efeknya bergantung dosis, mulai dari ringan yaitu menyebabkan
tenang atau kantuk, menidurkan, hingga berat yaitu kehilangan kesadaran,
keadaan anestesi, koma dan mati.
◦ Obat ini digunakan berhubungan dengan sistem saraf pusat seperti
tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anesthesia, penatalaksanaan
kejang serta insomnia
Klasifikasi Obat Hipnotik-Sedative
◦ Benzodiazepin
◦ Barbiturat
◦ Golongan obat nonbarbiturat-nonbenzodiazepin
BENZODIAZEPIN
◦ Adalah obat yang memiliki lima efek farmakologi sekaligus, yakni
anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medulla spinalis, dan
amnesia retrograde.
◦ Keunggulan benzodiazepin dari barbiturat yaitu rendahnya tingkat
toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis
aman yang lebar, rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi enzim
mikrosom di hati
Mekanisme Kerja dan efek samping
◦ Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid
(GABA) sebagai neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan
terjadi hiperpolarisasi post sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik
membrane sel tidak dapat dieksitasi
◦ ES:
◦ Kelelahan dan mengantuk adalah efek samping yang biasa pada pengunaan lama
benzodiazepin
◦ Penggunaan yang lama benzodiazepine tidak akan mengganggu tekanan darah, denyut
jantung, ritme jantung dan ventilasi
Barbiturat
◦ Mekanisme kerja: bekerja pada neurotransmitter penghambat GABA pada
sistem saraf pusat. Aktifasi reseptor ini meningkatkan konduktase klorida
transmembran, sehingga terjadi hiperpolarisasi membrane sel post sinaps
◦ Efek hipnotik barbiturate dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan
dosis hipnotik.
◦ ES: Dapat menimbulkan koma
◦ Barbiturate tidak boleh diberikan pada penderita alergi barbiturate, penyakit
hati atau ginjal, hipoksia, penyakit Parkinson. Barbiturate juga tidak boleh
diberikan pada penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat menambah
kebingungan di malam hari yang terjadi pada penderita usia lanjut
4. ANESTESI
Anastesi
◦ Keadaan dimana hilangnya sensasi rasa nyeri disertai hilangnya
kesadaran (anastesi umum) ataupun tidak (anastesi lokal)
◦ Obat anastesi digolongkan menjadi 2 :
◦ Anestesi umum
◦ Anestesi lokal
Anestesi umum
◦ Dalam anestesi terdapat taraf-taraf narkosa tertentu yaitu penekanan sistrem saraf sentral
secara bertingkat.
Taraf-taraf narkose
Anestesi umum dapat menekan susunan saraf sentral secara berurutan, yaitu :
1. Taraf analgesia, yaitu kesadaran dan rasas nyeri berkurang
2. Taraf eksitasi, yaitu kesadaran hilang seluruhnya dan terjadi kegelisahan. Kedua taraf
ini disebut taraf induksi
3. Taraf anestesia, yaitu reflek mata hilang, nafas otomatis dan teraturseperti tidur dan
otot-otot melemas (relaksasi)
4. Taraf pelumpuhan sumsum tulang, yaitu kerja jantung dan pernafasan terhenti
Anestesi umum
◦ Tujuan narkose adalah untuk mencapai taraf anestesia dengan sedikit
mungkin kerja ikutan atau efek samping, oleh karena itu taraf pertama sampai
ketiga adalah yang paling penting sedangkan taraf keempat harus dihindari.
Pada proses recovery (sadar kembali) terjadi dengan urutan taraf terbalik dari
taraf ketiga sampai kesatu.
◦ Menurut penggunaannya anestesi umum dapat digolongkan menjadi 2
yaitu :
1. Anestesi injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting
(tiopental dan heksobarbital)
2. Anestesi inhalasi, diberikan sabagai uap melalui saluran pernafasan,
contohnya eter
Efek samping anestesi umum
Hampir semua anestesi inhalasi mengakibatkan sejumlah
efek samping yang terpenting diantaranya adalah :
◦ Menekan pernafasan, paling kecil pada N2O, eter dan
trikloretilen
◦ Mengurangi kontraksi jantung, terutama halotan dan
metoksi fluran, yang paling ringan pada eter
◦ Merusak hati oleh karena sudah tak digunakan lagi seperti
senyawa kloroform
◦ Merusak ginjal khususnya metoksifluran
Anestesi lokal
◦ Anestetik lokal: menghambat secara reversible impuls saraf ke SSP, sehingga
menghilangkan nyeri, gatal, panas atau dingin
◦ Anastesi lokal mengakibatkan kehilangan rasa dgn cara :
◦ Menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi impuls melalui sel-sel saraf
dan ujungnya
◦ Menghambat penerusan impuls dgn jalan menurunkan permiabelitas membran sel saraf
untuk ion natrium, yg dibutuhkan oleh sel saraf yg layak.

◦ Contoh anestesi lokal


◦ buvikin, etil klorida:Fardin: anestesi parenteral. ES menekan pernafasan, gelisah dan mual
◦ Lidokain: Fardin: anestesi permukaan dan anestesi filtrasi. ES: megantuk
◦ Benzkain: Fardin: anestesi permukaan, menghilangkan nyeri dan gatal
EFEK LAIN
1. Menekan ssp, bs menyebabkan depresi dan terhambatnya
pernapasan sampai akhirnya kematian.Tp anastesi lokal sintetik tdk
terlalu berat menekan ssp dibanding kokain.
2. Menekan sistem kardiovaskular
◦ Penurunan kepekaan untuk rangsangan listrik
◦ Penurunan kecepatan penerusan impuls dan daya kontraksi
jantung
◦ Efek ini digunakan sebagai obat anti aritmia spt : prokain dan
prokainamida
3. Vasodilatasi, pd dosis yang agak besar yang bisa mencapai
peredaran darah ( kecuali kokain yang berefek vasokonstriksi)
◦ Anestesi lokal dikatakan ideal bila memiliki beberapa persyaratan sebagai
berikut :
◦ Tidak merangsang jaringan
◦ Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf sentral
◦ Toksisitas sistemis rendah
◦ Efektif pada penyuntikan dan penggunaan lokal pd selaput lendir
◦ Mula kerja sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu cukup
lama
◦ Larut dalam air dengan menghasilkan larutan stabil dan tahan pemanasan
(proses sterilisasi)
5. PSIKOTROPIK
◦ Pasikotropika adalah zat-zat kimia yang menekan kerja susunan saraf pusat
dan memberikan efek mengkhayal (halusinasi), gangguan cara berpikir,
perubahan emosi/perasaan, dan juga memberikan efek stimulasi
(merangsang).
◦ Psikofarmaka (psikotropika), meliputi:
◦ Psikoleptika (menekan atau menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP
seperti hipnotika, sedativa dan tranquillizers, dan antipsikotika);
◦ Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan
psikostimulansia.
Obat Psikotropik biasanya
menimbulkan :
1. Keadaan ketergantungan
2. Depresi dan stimulan susunan saraf pusat (SSP)
3. Menyebabkan halusinasi
4. Menyebabkan gangguan fungsi motorik atau persepsi
OBAT GANGGUAN
SISTEM PERKEMIHAN
Antiseptik saluran kemih
◦ Antiseptik saluran kemih
◦ Untuk pengobatan ISK
◦ Metenamin, quinolone( cth: ciprofloksazin)
◦ ES: menimbulkan efek bakterisid bila pH urin turun 5,5
(metanamin
Analgetik, perangsang dan
antispasmodic saluran kemih
◦ Analgetik
◦ Tujuan: untuk meredakan nyeri, rasa terbakar dan sering berkemih serta rasa dorongan
berkemih yg merupakan gejala ISK. Cth: fenazoperidin
◦ ES: gg GI, anemia hemolitik, nefrotoksik dan hepatotoksik
◦ Perangsang:
◦ jika fungsi kandung kemih menurun atau hilang akibat neurologic atau cedera MS atau
cedera kepala berat, maka obat yg dipakai adalah parasimpatomimetik untuk merangsang
miksi atau berkemih. Cth: betanekol
◦ Antispamodik:
◦ spasme saluran kemih akibat infeksi atau cedera dapat diatasi dengan antispasmodic yg
bekerja langsung pada otot polos sal.kemih.
◦ ES: mulut kering, peningkatan denyut jantung, pusing, distensi usus halus dan konstipasi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai