Anda di halaman 1dari 2

Muhammad Rafif Irfan A

041911233232
Resume Week 2
Pengertian Perikatan dan Perjanjian
Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, perjanjian adalah bentuk perbuatan yang mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Sedangkan perikatan adalah
suatu hubungan antara dua pihak yang mana dalam hubungan ini pihak yang satu berhak
menuntut suatu hal dari pihak lain dan pihak yang dituntut berkewajiban memenuhi tuntutan
tersebut (Subekti, 1979:1).
Syarat Sah Perjanjian
Syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang mengemukakan
empat syarat, yaitu:
1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak
Syarat pertama dari sahnya suatu perjanjian adalah adanya kesepakatan para pihak.
Kesepakatan adalah “persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan
pihak lainnya.
2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.
Menurut 1329 KUH Perdata kedua belah pihak harus cakap menurut hukum. Kecakapan
bertindak adalah kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. Dimana perbuatan hukum
ialah perbuatan yang menimbulkan akibat hukum.
3. Adanya suatu hal tertentu
Suatu hal dapat diartikan sebagai objek dari perjanjian. Yang diperjanjikan haruslah suatu hal
atau suatu barang yang cukup jelas atau tertentu.
4. Adanya sebab yang diperkenankan
Yang dimaksud dengan sebab bukanlah sesuatu yang mendorong para pihak untuk
mengadakan perjanjian, karena alasan yang menyebabkan para pihak untuk membuat
perjanjian itu tidak menjadi perhatian umum.
Contoh Kasus
1. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia dengan PT. Metro Batavia
Konflik ini bermula dari GMF saat keduanya menjalin kerjasama pada Juli 2006, Batavia
membeli mesin ESN 857854 dan ESN 724662 dari Debisin Air Supply Pte. Ltd. Singapura
lalu dimasukkan ke GMF untuk memenuhi standar nasional. Kemudian, pada 12 September
2007 mesin selesai diperbaiki dan digunakan untuk pesawat rute Jakarta-Balikpapan. Tak
berselang lama dari itu, mesin ESN 857854 rusak setelah terbang 300 jam terbang. Batavia
menuding anak perusahaan PT Garuda Indonesia ini mengingkari kontrak perbaikan mesin
pesawat mereka yang menurut perjanjian memiliki garansi perbaikan hingga 1.000 jam
terbang. Saat itu Batavia meminta mesin tersebut untuk diservis kembali, akan tetapi GMF
menolak dengan alasan kerusakan itu di luar perjanjian, nyatanya dalam kontrak, garansi
akan diberikan jika kerusakan karena kesalahan pengerjaan dan membuat pihak Batavia
sangat marah. Pada April 2007 Batavia pun menggugat GMF US$ 5 juta (Rp 76 miliar) ke
Pengadilan Negeri Tangerang. Mereka juga sempat melakukan mediasi yang menemui jalan
buntu.
2. PHK Sepihak PT AFI
PT AFI diduga melanggar hukum karena tidak menghargai hak buruh dengan murah. Saat itu
perusahaan memutus kontrak kerjan salah satu karyawannya pada awal Agustus 2017. Pola
PHK terhadap karyawannya pun janggal. Karyawannya tidal diberitahu minimal tujuh hari
sebelum masa kontrak berakhir. Dalam aturan hukum perburuhan di Indonesia, karyawannya
seharusnya jadi pegawai tetap karena ia telah bekerja 25 hari dalam sebulan selama tiga bulan
berturut-turut.
Dalam kasus ini jelas bahwa perusahaan melanggar kontrak dan juga etika dalam bisnis.
Kontrak atau perjanjian yang sah tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Kontrak atau
perjanjian mengikat para pihak dan tidak dapat dibatalkan atau dibatalkan secara sepihak.
Jika pihak yang bersangkutan ingin menarik atau membatalkan, maka harus mendapatkan
persetujuan dari pihak lain dan kemudian menyetujui kembali.
3. PT IBU terbukti curangi Indomaret, kirim beras tak sesuai pesanan
Perusahaan retail Indomaret melaporkan dugaan pelanggaran kontrak kerja pengadaan beras
dengan PT Indo Beras Unggul (IBU) kepada polisi. Badan Reserse Kriminal (Bareskrim)
mengkonfirmasi adanya laporan soal penyelewengan produksi yang dilakukan PT IBU.
Dalam kontrak kerja antara Indomaret dan PT IBU, tertulis permintaan produksi beras
kualitas II sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 6128:2008. Namun, beras dalam
kemasan yang diterima oleh Indomaret terbukti tidak sesuai dengan mutu. Sesuai hasil uji
laboratorium, anak usaha Grup Tiga Pilar itu ternyata menyediakan beras dengan kualitas V
SNI 6128:2008. Dalam kasus ini, bentuk kriminalnya merupakan penyelewengan kontrak
kerja, maka dikenakan pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang
penipuan.

Anda mungkin juga menyukai